REKONSTRUKSI KONSEP KEBEBASAN HAK BERSERIKAT BAGI SERIKAT PEKERJA PADA HUBUNGAN INDUSTRIAL BERBASIS NILAI KEADILAN

Gunarto

Fakult as Hukum Universit as Islam Sult an Agung Semarang E-mail: gunart owr2@yahoo.com

Abst r act

The concept of f r eedom of associ at ion f or t r ade union r i ght s pr ovi ded f or i n Law No. 21 of 2000 on Tr ade Unions, ai med at pr ovi di ng pr ot ect ion of wor ker s, and i mpr ove t he wel f ar e of wor ker s. But soci al f act s t o st i l l many indust r i al di sput e, and t her e wer e so many l ayof f s. Legal r esear ch met hods t o use soci al r esear ch. So i n t hi s per spect i ve, f r eedom of associ at i on f or t r ade union r i ght s ar e not vi ewed f r om t he nor ms of t he count r y, but seen f r om t he val ues of l i vi ng i n soci et y, al t hough

f r eedom of associ at i on r i ght s ar e i nf l uenced by st at e r egul at i ons. Const r uct i on of f r eedom of associ at ion f or t r ade union r ight s as set out i n Law No. 21 of 2000 on Tr ade Unions, st i l l r ef l ect s t he capi t al i st i c char act er . The impact caused t he number of i ndust r i al di sput es and l ayof f s f or wor ker s, because empl oyer s view wor ker s as a f act or of pr oduct i on r at her t han as busi ness par t ner s. So t he necessar y r econst r uct i on of f r eedom of associ at ion r i ght s f or wor ker s wit h soci al j ust i ce based val ues t o cr eat e a har moni ous i ndust r i al r el at i ons. A r econst r uct i on model using pr ismat i c l aw, whi ch t ook a good syst em of capi t al i st i c model and t he social i st model and t he model adapt ed Pancasi l a indust r i al r el at i ons wit h t he val ues of Indonesi an.

Keywor ds : Reconst r uct i on, Fr eedom Ri ght of Associ at i on, t r ade uni ons, j ust i ce

Abst rak

Konsep kebebasan hak berserikat bagi serikat pekerj a yang diat ur dalam UU No. 21 Tahun 2000 t ent ang Serikat Pekerj a, bert uj uan memberi perlindungan pekerj a, dan meningkat kan kesej aht eraan pekerj a. Tet api f akt a sosial menunuj ukan masih banyaknya perselisihan hubungan indust rial, dan masih banyaknya pemut usan hubungan kerj a. Met ode penelit ian menggunakan soci al legal r esear ch. Oleh karena it u, dalam perspekt if ini, kebebasan hak berserikat bagi serikat pekerj a t idak dilihat dari norma negara, t et api dilihat dari nilai-nilai yang hidup di masyarakat , walaupun kebebasan hak berserikat dipengaruhi oleh regulasi negara. Konst ruksi kebebasan hak berserikat bagi serikat pekerj a sebagaimana di at ur dalam UU No. 21 Tahun 2000 t ent ang Serikat Pekerj a, masih mencerminkan wat ak kapit alist ik. Dampaknya menimbulkan banyaknya perselisihan indust rial dan PHK bagi pekerj a, karena pengusaha melihat pekerj a sebagai f akt or produksi bukan sebagai mit ra usahanya. Maka diperlukan rekonst ruksi kebebasan hak berserikat bagi pekerj a dengan berbasis nilai keadilan sosial unt uk mencipt akan hubungan indust rial yang harmonis. Sebuah model rekonst ruksi menggunakan hukum prismat ik, yait u mengambil sist em yang baik dari model kapit alist ik dan model sosialis sert a model hubungan indust rial Pancasila yang diadapt asikan dengan nilai-nilai keIndonesiaan.

Kat a Kunci: Rekonst ruksi, Kebebasan Hak Berserikat , serikat pekerj a, keadilan.

Pendahuluan

dak harmonisnya hubungan indust rial t ersebut Pembahasan mengenai rekonst ruksi kon-

ant ara lain dit andai dengan masih banyaknya sep kebebasan hak berserikat bagi serikat

perist iwa mogok kerj a yang dilakukan oleh pe- pekerj a pada hubungan indust rial berbasis nilai

kerj a sehingga berakibat pada t urunnya produk- keadilan menj adi pent ing dalam kont eks

t if it as perusahaan, banyaknya perselisihan Indonesia, mengingat kebebasan hak berserikat

hubungan indust rial, adanya perusahaan yang bagi serikat pekerj a di Indonesia t idak mampu

melakukan relokasi usahanya ke negara lain, mencipt akan hubungan indust rial yang harmo-

bahkan t idak sedikit perusahaan yang menut up nis. Beberapa indikat or yang menunj ukkan t i-

Rekonst ruksi Konsep Kebebasan Hak Berserikat Bagi Serikat Pekerj a … 271

usahanya karena t idak baiknya hubungan in- Fakt a sosial j uga menunj ukan pelaksana- dust rial ant ara pengusaha dengan pekerj anya.

an kebebasan hak berserikat bagi serikat Sist em hubungan indust rial Pancasila

pekerj a t idak mampu mencipt akan hubungan yang pada zaman Orde Baru t elah mencipt akan

indust rial yang harmonis, dapat dilihat j uga

i ndust r i al peace yang semu, karena Peme- dari sangat t ingginya angka Pemut usan Hubu- rint ah Orde Baru mampu melakukan pemaksaan

ngan Kerj a (PHK) pada t ahun 2006 sebanyak pada pekerj a dan pengusaha unt uk melarang

72. 264 pekerj a yang di PHK dan pada t ahun mogok kerj a maupun penut upan perusahaan

2007 sebanayak 28. 317 pekerj a yang kena oleh pengusaha, t et api harmonisasi hubungan

PHK. 3

indust rial ant ara pengusaha dan pekerj a yang Pengat uran kebebasan hak berserikat ba- ideal belum t erj adi. Idealnya hubungan indus-

gi pekerj a yang di at ur dalam Undang-undang t rial di Indonesia mampu mencipt akan indus-

Nomor 21 Tahun 2000 t ent ang Serikat Pekerj a/ t r i al peace yang t idak semu, sert a bagi peme-

Serikat Buruh belum mampu mencipt akan hu- rint ah Indonesia akan mengurangi t ingginya

bungan indust rial yang harmonis ant ara peng- angka pengangguran, t ercipt anya lapangan

usaha dengan pekerj a, t erbukt i dari dat a di kerj a yang semakin luas, meningkat nya produk-

at as menimbulkan dampak pemogokan kerj a, t ivit as perusahaan, meningkat nya kesej aht era-

munculnya perselisihan hubungan indust rial an pekerj a, bahkan mampu meningkat kan per-

ant ara pengusaha dengan pekerj a, banyaknya t umbuhan ekonomi negara Indonesia.

perkara perselisihan hubungan indust rial yang Beberapa f akt a f isik yang menunj ukan

masuk diperkarakan di PTUN, dan besarnya pelaksanaan kebebasan hak berserikat serikat

angka PHK di Indonesia. Hal it u karena Undang- pekerj a t idak mencipt akan hubungan indust rial

undang Nomor. 21 Tahun 2000 Tent ang Serikat di Indonesia berj alan harmonis, berupa besar-

Pekerj a t ersebut mendasarkan pada kosmologi nya j umlah angka pemogokan kerj a mulai t ahun

barat yang dij iwai oleh nilai-nilai kapit alisme 2003 sampai dengan t ahun 2008, yait u sebagai

barat yang bersif at individual dan kapit alist ik, berikut : t ahun 2003 sej umlah 248 pemogokan,

yang sangat berbeda dengan kosmologi Bangsa t ahun 2004 sebanyak 356, t ahun 2005 sebanyak

Indonesia yang bersif at spirit ual, kebersamaan

27, t ahun 2006 sebanyak 127, t ahun 2007 se-

dan harmonis .

banyak 275 dan t ahun 2008 sebanyak 79 mogok Sat j ipt o Rahardj o 4 menyat akan bahwa kerj a. 1 hukum suat u bangsa mempunyai dan bert olak Fakt a hukum menunj ukaan bahwa pelak-

dari premis dasar, yait u pandangan t ent ang sanaan kebebasan hak berserikat t idak mampu

manusia dan masyarakat nya, yang disebut mencipt akan harmonisnya hubungan indust rial

dengan kosmologi hukum dari bangsa yang di Indonesia, dapat dilihat j uga dari semakin

bersangkut an. Berdasarkan pendapat di at as meningkat nya j umlah perselisihan hubungan

dapat dikat akan bahwa hukum modern yang indust rial yang diaj ukan Banding ke PTUN mulai

dipakai di dunia j uga memiliki kosmologinya t ahun 2002 sampai t ahun 2007, yait u unt uk

sendiri, maka dari sudut pandang t ersebut t ahun 2002 sebanyak 29 perkara, t ahun 2003

hukum modern sebenarnya t idak net ral. Hukum sebanyak 42 perkara, t ahun 2004 sebanyak 97

modern yang selama berabad-abad dikembang- perkara, t ahun 2005 sebanyak 157 perkara,

kan di Barat at au Eropa memiliki kosmologi t ahun 2006 sebanyak 201 perkara, dan t ahun

yang diseleraskan dengan kondisi sosial polit ik 2007 sebanyak 262 perkara yang dimint akan

masyarakat Barat at au Eropa yang bersif at upaya hukum ke Pengadilan Tinggi Tat a Usaha

individualist ik, dan kapit alis. Negara. 2

1 Laporan Dirj end Pembinaan dan Pengaw asan Depnaker 3 Sumber: Dit j en PHI dan Jamsost ek, Depnakert rans, De- 2003-2008.

sember 2007.

2 Laporan Tahunan Panit era P4 Pusat dar i t ahun 2002 – 4 Sat j i pt o Rahar dj o, Art ikel Kompas, Senin 8 November 2007.

1993, hl m. 4.

272 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010

Pada wakt u hukum modern menyebar ke t ukan serikat pekerj a dilaksanakan dalam ke- berbagai penj uru dunia, maka hukum modern

rangka hubungan indust rial yang harmonis dan masuk j uga ke bangsa-bangsa di dunia yang

dibat asi oleh kepent ingan umum. Anggot a seri- memiliki basis kult ural yang berbeda dengan

kat pekerj a harus memiliki rasa t anggung j awab Barat . Bangsa Indonesia memiliki basis kult ural

at as keberlangsungan perusahaan. Sebaliknya, at au kosmologi sendiri yang berbeda dengan

pengusaha harus memperlakukan pekerj a se- kosmologi negara-negara Barat , yait u bersif at

bagai mit ra sesuai dengan harkat dan mart abat kolekt if (t idak individual), keserasian-keseim-

kemanusiaannya secara adil. Tet api kenyat aan- bangan (harmoni), musyawarah dan menj un-

nya kehadiran serikat pekerj a masih berbeda j ung t inggi nilai-nilai spirit ualit as. Kosmologi

dengan apa yang dicit akan dalam pasal t uj uan Bangsa Indonesia yang demikian t erumuskan ke

dibuat nya Undang-undang Nomor 21 Tahun dalam Pancasila yang merupakan moral posit if

2000 t ent ang Serikat Pekerj a. Berdasarkan urai- Bangsa Indonesia at au dapat dikat akan bahwa

an di at as maka art ikel ini berj udul “ Rekons- Pancasila merupakan basis kult ural at au kosmo-

t ruksi Konsep Kebebasan Hak Berserikat Serikat logi hukum Indonesia yang dapat dilihat dari

Pekerj a Pada Hubungan Indust rial Berbasis Nilai nilai-nilai yang t erkadung dari kelima sila

Keadilan” . Problemat ika ut ama dalam art ikel Pancasila.

ini yang akan diangkat adalah mengapa kebeba- Sila Pert ama merupakan landasan spiri-

san hak berserikat bagi serikat pekerj a berj alan t ualit as dalam kebebasan hak berserikat bagi

t idak harmonis dalam hubungan indust rial ant a- serikat pekerj a, sila kedua merupakan landasan

ra pengusaha dengan pekerj a. Keadaan ini da- kemanusiaan dalam kebebasan hak berserikat

pat dilihat dari masih banyaknya mogok kerj a, bagi serikat pekerj a, sila ket iga merupakan

masih banyaknya perselisihan hubungan in- dasar

dust rial, masih t erj adi perusahaan yang me- pemerint ah dalam kebebasan hak berserikat ,

kesat uan pengusaha,

pekerj a

dan

lakukan penut upan perusahaan, masih adanya sila keempat merupakan landasan demokrasi

perusahaan yang melakukan relokasi ke negara dalam kebebasan hak bersaerikat bagi serikat

asing, masih rendahnya upah pekerj a, bahkan pekerj a, dan sila kelima merupakan landasan

angka kemiskinan sert a pengangguran t et ap perwuj udan keadilan sosial dalam kebebasan

t inggi akibat dari hubungan indust rial yang hak berserikat bagi serikat pekerj a.

bersif at kapit alis dan menimbulkan disharmoni- Hak berserikat bagi pekerj a merupakan

sasi hubungan indust rial di Indonesia. hak dasar yang dilindungi dan dij amin secara

Unt uk mencipt akan konsep kebebasan konst it usional sebagaimana yang t ert uang di

hak berserikat serikat pekerj a pada hubungan dalam UUD Pasal 28 E ayat 3. Menurut Undang-

indust rial di Indonesia, yang mampu mencip- Undang Dasar t ersebut , pekerj a harus diberi

t akan indust r i al peace perlu digali nilai-nilai kesempat an seluas-luasnya unt uk mendirikan

luhur bangsa Indonesia yang ada di dalam Pan- dan menj adi anggot a serikat pekerj a. Pendirian

casila khususnya nilai keadilan. At as dasar serikat pekerj a mempunyai beberapa f ungsi,

pemikiran yang dikemukakan di at as, t uj uan di yait u : f ungsi penyampaian aspirasi pekerj a,

buat nya art ikel ini adalah unt uk menganalisa

f ungsi kemit raan dengan pengusaha, f ungsi mengapa konsep kebebasan hak berserikat ba- kesej aht eraan bagi pekerj a, dan f ungsi per-

gi serikat pekerj a belum mampu mencipt akan lindungan bagi pekerj a sert a f ungsi pengem-

hubungan indust rial yang harmonis ( i ndust r i al bangan bagi pekerj a (Pasal 4 Undang-undang

peace). Adapun kegunaannya adalah secara Nomor 21 Tahun 2000 t ent ang Serikat Pekerj a/

t eorit is memberikan sumbangan pemikiran t en- Serikat Buruh). Dalam menggunakan f ungsi-

t ang konsep kebebasan hak berserikat bagai

f ungsi t ersebut , pekerj a dit unt ut bert anggung serikat pekerj a yang dij iawai oleh kosmologi j awab unt uk menj aga kepent ingan yang lebih

sendiri khususnya nilai luas yait u kepent ingan umum at au kepent ingan

bangsa

Indonesia

keadilan, seacara prakt is art ikel ini berguna bangsa dan negara. Oleh karena it u pemben-

bagi penyempurnaan perubahan Undang-undang

Rekonst ruksi Konsep Kebebasan Hak Berserikat Bagi Serikat Pekerj a … 273

Nomor 21 Tahun 2000 t ent ang Serikat pekerj a/ basis nilai keadilan sosial; Kedua, melakukan Serikat buruh.

dan memahami t ent ang realit as konsep ke- bebasan hak berserikat bagi serikat pekerj a

Pembahasan

dalam hubungan indust rial, yang merupakan

Urgensi Rekonst ruksi Konsep Kebebasan Hak

t emuan dari produks int eraksi ant ara penelit i

Berserikat Melalui Penggunaan Hukum Ber-

dengan responden yang dit elit i; Ket i ga, unt uk

prespekt if Keadilan

mendapat kan hasil t ersebut di at as, diperlukan Kaum Const r uct ivi st berpendirian bahwa

dialog ant ara penelit i dengan yang dit elit i, manusia pada dasarnya akt if mengkonst ruksi

dialog harus bersif at dialekt ik dan int eraksi dan memodif ikasi konsep, model, realit as,

unt uk merekonst ruksi konsep kebebasan hak t ermasuk penget ahuan dan kebenaran dari

berserikat bagi serikat pekerj a menuj u hubung- hukum. Dalam kont eks ini model penyelesaian

an indust rial harmonis, yang merupakan t emu- masalah merupakan hasil dari perspekt if

an realit as out ent ik yang benar-benar di- manusia it u sendiri. Dalam membuat kont ruksi

hayat inya; Keempat , unt uk melakukan pilihan harus didasarkan pada aspek f ilosof is dan

nilai, dan et ika merupakan bagian yang t idak met odologis yang meliput i dimensi sebagai

t erpisahkan, dan penelit i sebagai f asilit at or berikut : 5 Per t ama ont ologis, yait u realit as

menj embat ani keragaman subyekt if it as pelaku merupakan konst ruksi sosial. Kebenaran suat u

pelaksana kebebasan hak berserikat pekerj a realit as bersif at relat if berlaku sesuai kont eks

menuj u hubungan indust rial harmonis, yang spesif ik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.

berbasis nilai keadilan.

Kedua epist emologis, yait u t ransaksional/ sub- Konst ruksi t eori yang akan dibangun j ekt if : pemahaman t ent ang suat u realit as at au

meliput i 3 hal yait u subst ansi hukum, st rukt ur t emuan suat u penelit ian merupakan produk

hukum dan budaya hukum, sebagaimana di- int eraksi ant ara yang menelit i dan yang dit elit i.

kemukakan oleh Lawrance W. Friedman. Di Ket i ga met odologis, yait u r ef l ect if / di al ect i cal :

lihat dari Subst ansi hukumnya, pengat uran t en- menekankan empat i dan int eraksi dialekt ik

berserikat pekerj a ant ara penelit i dan responden unt uk meng-

sebagaimana di at ur dalam Undang-undang konst ruksi realit as yang dit elit i melalui met ode

Nomor 21 Tahun 2000 t ent ang Serikat Pekerj a/ kualit at if dengan par t i ci pant obser vat ion. Dan

Serikat Buruh, banyak sisi kelemahannya, se- krit eria kualit as penelit ian: Aut hent i ci t y dan

hingga perlu dilakukan rekonst ruksi kembali. r ef l ect ivit y,

Keadilan memiliki beraneka ragam makna merupakan ref leksi ot ent ik dari realit as yang

yait u

sej auh

mana

t emuan

dan keragaman makna t ersebut t elah me- dihayat i oleh para pelaku sosial.

nyebabkan keragaman dalam pendef inisiannya axiologis, yait u nilai et ika dan pilihan moral

Keempat

sebagaimana t elah disebut kan di muka. Se- merupakan bagian yang t idak t erpisahkan dari

benarnya, dalam t radisi ilmu hukum, sudah penelit ian. Penelit i, sebagai part isipan yang

banyak ref leksi t ent ang makna keadilan sosial 6 , menj embat ani keragaman subyekt if it as pelaku

f oundi ng f at her s republik ini sosial. Dan t uj uan penelit iannya adalah me-

dan kiranya para

pun mendasarkan gagasan dan cit a-cit a mereka rekonst ruksi realit as sosial secara dialekt ik

pada gagasan yang dikat akan universal it u. ant ara penelit i dengan akt or sosial yang di

Meski begit u masih banyak orang mengart ikan t elit i, meliput i: Per t ama, unt uk memperhat i-

keadilan sosial sekedar keadilan dist ribut ive. kan, merenungkan, memikirkan dan mamaknai

Padahal, ada perbedaan cukup mendasar an- sert a menaf sirkan konsep kebebasan hak ber-

t ara keadilan sosial dengan keadilan dist ribut if . serikat bagi serikat pekerj a menuj u t ercipt anya

Kalau keadilan dist ribut if lebih banyak diart i- hubungan indust rial yang harmonis, yang ber-

kan sebagai keadilan dalam pembagian hart a masyarakat kepada individu at au kelompok,

5 Agus Sal i m, 2001, Teor i dan Par adi gma Sosi al (dar i

Denzi n Gubadan Pener apannya), Yogyakart a : PT. Ti ara

Si st em dan Mor al Ekonomi Pancasi l a, Wacana, hl m. 33.

6 Mubyar t o, 1988,

Jakart a : LP3ES.

274 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010

keadilan sosial dalam art i luas, adalah sebuah mendahulukan nilai-nilai dan harapan-harapan keadaan yang memungkinkan set iap individu

t ert ent u t erhadap nilai-nilai dan harapan- dan kelompok dalam masyarakat bisa ber-

harapan lain yang barangkali ada di dalam kembang maksimal. Dalam keadilan dist ribut if 9 masyarakat . Pemkiran John Rawls mengenai

t ekanan pada individu sangat dominan, sedang- keadilan t elah menj adi pembicaraan yang kan dalam keadilan sosial t ekanan individu

sangat menarik dalam t iga dekade t erakhir 10 . dilet akkan dalam dimensi sosial at au komunal-

Karya yang membuat nya dikenal sebagai salah nya. Masalah pokok keadilan sosial adalah

sat u pemikir t erkemuka dalam bidang f ilsaf at pembagian (dist ribusi) nikmat dan beban dalam

A Theor y of Just i ce (1971), disusul de- masyarakat yang oleh Brian Barry dirangkum

adalah

ngan Pol it i cal Li ber al i sm (1993) dan Just i ce as dalam t iga kelompok yait u: ekonomi (uang);

Fai r ness (2001). Dalam pengant ar buku A

Theor y of Just i ce dikemukakan bahwa secara memandang keadilan bukan dari aspek dist ri-

polit ik (kuasa); dan sosial (st at us). 7 Marxisme

khusus t eorinya merupakan krit ik t erhadap businya t et api dari aspek produksi. Dist ribusi

t eori-t eori keadilan sebelumnya yang secara masih bisa diat ur dan diperbaiki (f iskal

subst ansial sangat dipengaruhi ent ah oleh progresif , misalnya), t et api selama produksi

ut i l i t i ar i sme at au oleh i nt ui sioni sme. Ut i l i - masih dikuasai kaum berj uis maka akan t erj adi

t i ar i sme t elah menj adi pandangan moral yang eksploit asi pekerj a. Perkembangan yang relat if

sangat dominan pada seluruh periode f ilsaf at baru dalam pemikiran t ent ang hukum dan 11 moral modern.

keadilan adalah pemikiran John Rawls yang Secara umum ut i l i t i ar i si me mengaj arkan mengat akan bahwa sebuah masyarakat dikat a-

bahwa benar salahnya perat uran at au t indakan kan baik bila didasarkan pada dua prinsip, yait u

manusia t ergant ung pada konsekuensi langsung

f ai r ness, yang menj amin bagi semua anggot a dari perat uran at au t indakan t ert ent u yang apapun kepercayaan dan nilai-nilainya, ke-

dilakukan. Oleh karena it u, baik buruknya bebasan semaksimal mungkin.

t indakan manusia secara moral sangat t er- kepat ut an dalam konsepsi Rawls lebih dimak-

Fai r ness at au

gant ung pada baik buruknya konsekuensi sudkan sebagai penekan asas resiporit as (saling

t indakan t ersebut bagi manusia. Tegasnya, mengunt ungkan), t et api t idak dalam art i si mpl e

apabila akibat nya baik, maka sebuah perat uran r eci pr ocit y di mana dist ribusi kekayaan dilaku-

at au t indakan dengan sendirinya akan menj adi kan t anpa melihat perbedaan-perbedaan obj ek-

baik. Demikian sebaliknya, apabila akibat yang t if di ant ara anggot a masyarakat . Keadilan

dit imbulkan buruk, maka sebuah perat uran dalam art i

f air ness t idak hanya memberikan at au t indakan menj adi buruk pula. 12 Rawls j uga peluang yang lebih banyak kepada orang-orang

mengkrit ik int uisionisme, karena t idak memberi yang memiliki t alent a at au kemampuan yang

t empat memadai pada rasio at au akal. Akan lebih baik unt uk menikmat i pelbagai manf aat

t et api lebih mengandalkan kemampuan int uisi sosial, melainkan keunt ungan t ersebut se-

manusia, sehingga t idak memadai apabila di kaligus j uga harus membuka peluang bagi

j adikan pegangan dalam mengambil keput usan mereka yang kurang berunt ung. Sedangkan vi el

i gnor ance, hanya membenarkan ket idaksamaan sosial dan ekonomis apabila ket idaksamaan it u 9 Frans J Rengka, 2003, Di al og Hukum dan Keadi l an dal am

Pr oses Per adi l an Pi dana” (St udi t ent ang Put usan Per adi -

dilihat dalam j angka panj ang j ust ru meng-

l an Pi dana dal am Kasus Ti ndak Pi dana Pol i t i k Masa Or de unt ungkan mereka yang kurang berunt ung. 8 Bar u), Disert asi Il mu Hukum Uni versit as Diponegoro, Se-

10 mar ang: UNDIP, hl m 17. Frans Magni s Suseno, Moral it as dan Nil al -Nil ai Komunit as,

Dalam pandangan ini seakan diset uj ui sebuah

t at anan masyarakat yang net ral, yang t idak

Debat ant ara Komut ar isme dan Uni versal i sme Et i es, 11 Maj al ah Fi l saf at Dr i yar kar a, Tahun XXI No. 2: 65/ 1995. John Rawl s, op-ci t . , hl m 11-12.

12 Andr e At e Uj an, 2001, Keadi l an dan Demokr asi , Tel aah

Fi l saf at Pol i f i k John Rawl s, Yogyakart a: Kani sius, hl m Wheat ssheaf , Vol . 1, Year 1989, hl m. 146.

7 Barry, Theor i es of Just i ce,

London:

Harver st er-

21. Lihat j uga Paul Edwar ds, (ad, ) 1967, The Encycl o- 8 John Rawl , 1971,

pedi a of Phi l osophy, Vol . 8, New York: Crowel l Col l ier Harvar d Univer si t y Press, hl m 11.

A Theor y of Just i ce, Cambr idge:

and MacMil l an Inc. , hl m. 206.

Rekonst ruksi Konsep Kebebasan Hak Berserikat Bagi Serikat Pekerj a … 275

t erut ama pada wakt u t erj adi konf lik di ant ara sepihak oleh penguasa. Oleh karena it ulah, norma-norma moral. 13 t eori keadilan yang baik adalah t eori keadilan

kont rak yang menj amin sebuah t eori keadilan yang mampu menegakkan 16 kepent ingan semua pihak secara f air.

Bert olak dari it u, Rawls ingin membangun

yang

bersif at

keadilan sosial dan sekaligus dapat dipert ang- Hukum sebagai sarana unt uk mewuj ud- gungj awabkan secara obj ekt if khususnya dalam

kan keadilan dapat saj a t idak adil j ika ber- perspekt if demokrasi. Teori keadilan dianggap

t ent angan dengan kesej aht eraan manusia, memadai apabila dibent uk dengan pendekat an

demikian menurut Thomas Aquinas. Hal ini kont rak, di mana prinsip-prinsip keadilan yang

dapat disebabkan oleh beberapa hal. Per t ama, dipilih sebagai pegangan bersama merupakan

penguasa memaksakan hukum yang t idak mem- hasil kesepakat an bersama dari semua pihak

bawa kesej aht eraan umum, t et api semat a- yang bebas, rasional dan sederaj at yang disebut

mat a karena keinginan penguasa it u sendiri. Rawls sebagai Just i ce as Fai r ness. Dengan de-

Kedua, karena pembuat hukum melampui ke- mikian, Rawls menekankan pent ingnya melihat

wenangan yang dimiliki. Ket i ga, karena hukum keadilan sebagai "kebaj ikan ut ama" yang harus

dipaksakan kepada masyarakat secara t idak dipegang t eguh sekaligus menj adi semangat

sama, meskipun alasannya demi kesej aht eraan dasar dari berbagai lembaga sosial dasar suat u

umum. Oleh karena it u, dalam upaya mencipt a- masyarakat . 14 Dalam art i t ert ent u Rawls j uga

kan hukum yang berkeadilan hendaknya men- dapat dipandang sebagai salah sat u pendukung

cari hukum yang bersumber dari rasa keadilan keadilan f ormal. Konsist ensinya dalam menem-

masyarakat . Unt uk mencapai keadilan sosial pat kan konst it usi dan hukum sebagai basis

dalam kebebasan hak berserikat bagi serikat pelaksanaan hak dan kewaj iban individu dalam

pekerj a t idak bisa t erbangun dari perilaku in int eraksi sosial dapat menj adi sinyal unt uk it u,

dividu yang adil, t et api membut uhkan st rukt ur keadilan yang berbasis perat uran. Bahkan yang

hukum, budaya hukum dan subst ansi kukum sif at nya administ rat isi f ormal sekalipun, t et ap-

yang berisi nilai-nilai keadilan. lah pent ing karena pada dasarnya ia memberi- kan suat u j aminan minimum bahwa set iap

Hukum Prismat ik Sebagai Kerangka Berfikir

orang dalam kasus yang sama harus diber-

Rekonst ruksi Dalam Konsep Kebebasan Hak lakukan secara sama. 15 Berserikat Bagi Serikat Pekerj a Yang Berbasis

Keadilan f ormal menempat i posisi yang

Nilai Keadilan.

pent ing di samping konsist ensi dari aparat Penent uan keput usan unt uk mengambil penegak hukum dalam pelaksanaannya. Meski-

t indakan, pemegang peran ( r ol e accupan) pun perat uran hukumnya dianggap t idak ada,

mempert imbangkan hal-hal sebagaimana di- penerapan yang konsist en paling t idak dapat

kemukakan oleh Talcot t Parson. membant u anggot a masyarakat unt uk belaj ar

“ In hi s commit ment t o t he devel opment melindungi diri dari berbagai kemungkinan

of concept s t hat r ef l ect ed t he pr oper t i es

buruk yang diakibat kan oleh hukum yang t idak of al l act ion syst ems, Tal cot Par sons was l es t o a set of consept s denot ing

adil t ersebut . Dengan demikian, sekalipun di- some of t he var i abl e pr oper t ies of t hese perlukan keadilan f ormal t idak dapat sepenuh-

syst em, t he val ue pat t er ns of cul t ur e, nya mendukung t ercipt anya suat u masyarakat

and t he nor mat ive r equir ement s i n sosi al yang t ert at a baik. Menurut Rawls, suat u konsep

syst em. The var i abl es wer e phr ased i n keadilan hanya

secara

ef ekt if

mengat ur

masyarakat apabila konsep keadilan t ersebut

16 Ibi d, hl m. 59. Pendekat an kont rak t erhadap konsep

dapat dit erima secara umum, sedangkan

keadil an yang dikembangkan ol eh Rawl s bukanl ah yang perama, karena sudah l ama dikembangkan ol eh penda-

keadilan f ormal cenderung dipaksakan secara

hul unya sepert i John Locke, Rousseau mapun Immanuel Kant , dan hal t ersebut j uga di akui ol eh Rawl s sebagai- mana diungkapkan dal am pengant ar bukunya yang

13 Loc. ci t . pert ama, pada hl m. VIII.

14 Andre At a Ul an, op-ci t , hl m. 23. 17 Lihat Tal cot t Par son dal am Jhonat an H. Turner , op. ci t ,

15 Ibi d, hl m. 27, John Rawl op. ci t , hl m. 58. hl m. 48.

276 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010

t er ms of pol ar di chot omies, whi ch de- t i on menj adi achivement dan dari di f f usenenss pendi ng upon t he syst em under anal ysi s,

menj adi speci f i cit y.

woul d al l ow f or ar ough cat egor i zat ion of Fred W. Riggs menggunakan dikot omi deci si ons by act or s, t he val ue or ien-

t at ions, or t he nor mat i ve demands on dari Talcot t Parsons sebagai konsepsi dasar un- st at us r ol es” . Fir st , Af f ect i vi t y-af f et ive

t uk mengembangkan t eorinya t ent ang masyara- neut r al i t y, concer ns t he amount of emo-

kat prismat ik. Riggs membedakan ant ara t i on or ef f ect t hat i s appr opr i at e i n a

“ f used t ypes of societ y” yang merupakan ma- gi ven i nt er act ion si t uat i on. Shoul d a

syarakat yang ut uh dengan “ di f f r act ed t ypes of gr eat deal or l it t le af f ect be expr essed?;

Second, Di f f useness-speci f i cit y denot es soci et y” yang dit andai oleh pembedaan dan pemisahaan f ungsi-f ungsi yang lengkap. t he issue of how f ar r eachi ng abl i gat i ons 19 Ma-

i n an i nt er act ions si t uat i on ar e t o be. syarakat yang “ f used” prot ot ipenya adalah Shoul d t he obl i gat ions be nar r ow and

kekerabat an (paguyuban), dimana masyarakat speci f i c or shoul d t hey be ext ensive and

memenuhi hampir semua peranan dan f ungsi. di f f use?;

Thi r d,

Uni ver sal i ms-par t i cu-

l ar i sm poi nt s t o t he pr oblem of whet her Pada masyarakat yang dif f ract ed maka segenap eval uat i on and j udgment of ot her s i n an

unsur-unsurnya mempunyai st rukt ur yang spe-

i nt er act ion sit uat ion i s t o appl y t o al l sif ik (pat embayan). Di dalam masyarakat demi- act or s or shoul d al l act or s be assessed i n

kian ini ada sub sist em polit ik, sub sist em t er ms of t he sam st andar ds?; Four t h,

pendidikan, sub sist em hukum dan set erusnya, Achi vement -Ascr i pt ion deal s wit h t he

i ssue of how t o asses an act or , wet her in yang masing-masing mempunyai organisasi t er ms of per f or mance or on t he basi s of

sendiri-sendiri dan menj alankan f ungsinya dari

i nbor n qual i t ies, such as sex, age, r ace, t iap-t iap sub sist em t ersebut . Sub sist em-sub and f ami l y st at us. Shoul d an act or t r eat

sist em t ersebut masing-masing memiliki deraj at anot her on t he basi s of achievement s or

ot onomi t ert ent u akan t et api j uga bersif at ascr i pt ive qual i t ies t hat ar e unr el at ed t o

per f or mance; Fif t h, Sel f -Col l ect ivit y de- t ergant ung. Berdasar kerangka ini Fred W. not es t he ext ent t o whi ch act ion i s t o be

Riggs mengint roduksikan konsepsi masyarakat or i ent ed t o sel f i nt er est and i ndivi dual

prismat ik at au “ pr i smat i k t ype of soci et y” goal s or t o gr oup or l ar ge col l ect ivi t y in

Menurut Fred W, Riggs, masyarakat pris- whi ch t hey ar e i nvolved.

mat ik banyak dij umpai di Asia Tenggara oleh

Ronny Hanit ij o Soemit ro 18 mengemuka- karena masyarakat dimaksud menunj ukkan kan bahwa sebelum mengambil suat u t indakan

banyak prakt ik yang biasanya dilakukan dalam seorang pemegang peran ( r ol e accupant ) meng-

masyarakat t radisional padahal mereka merasa hadapi suat u rangkaian pikiran-pikiran yang

sudah menggunakan norma-norma, met ode dan t erdiri dari lima pasang kemungkinan-kemung-

t eknik dari masyarakat yang sudah maj u kinan dikhot omi t ersebut diat as. Seorang pe-

(masyarakat modern). Kedua t ingkat an t ersebut megang peran harus memilih salah sat u dari

dapat t erj adi bersama-sama dalam suat u dikhot omi t ersebut , sehingga variable t ersebut

masyarakat t ert ent u sehingga hal ini meng- sebenarnya merupakan suat u skala priorit as.

19 Bandingkan dengan pendapat H. L. A Hart t ent ang Pem-

Proses perubahan yang menyert ai indust rialisasi

bagi an masyar akat ke dal am dua t i pe yait u masyar akat

dit andai dengan t erj adinya pergeseran-per-

dengan Pr i mar y Rul es of Obl i gat i ons dan Masyar akat dengan Secondar y Rul es of Obl i gat i ons. Per t ama yang

geseran dalam soal pemilihan pola variable

di pakai unt uk mengual if ikasikan masyarakat yang masih

t ersebut sehingga dalam proses indust rialisasi

seder hana, pekerj aan hukum bel um t er dif erensiasi , se- dangkan t ipe kedua unt uk menunj ukkan t i pe penyel eng-

t ersebut t erj adi pergeseran dari

af f ect ivit y

garaan hukum pada masyar akat yang sudah maj u, se-

menj adi neut r al af f ect i vit y, dari col l ect ivit y

hingga pekej aan hukum t er di f erensi asi ke dal am bebera- pa t ugas yang spesi f ik ( r ul es of r ecogni t i on, r ul es of

ar ient at ion menj adi sel f or ient at i on, dari par -

adj udi cat i on, adn r ul e of change). Lihat H. L. A Hart ,

t i cul ar i sm menj adi uni ver sal i sm, dari ascr i p-

The Concept of Law, Oxf ord : Oxf or d Uni versit y Press, hl m. 77-dst . H. L. A Hart dikenal sebagai “ The Most Inf l uent i al Moder n Posi t i vi st i n The Engl i sh Speaki ng

Wor l d” . Lihat Pendapat Kent Greenwal t dal am The Aut o- Pemahaman Masal ah-Masal ah Hukum, Semarang: Agung

18 Ronny Hanit i j o Soemit ro, 1989,

Pr espekt i f Sosi al Dal am

nomy of Law, Essay on Legal Posit i vi sm, Edit or Robert P. Press, hl m. 33.

George, Cl arendon, Oxf ord, 1996, hl m. 3-4.

Rekonst ruksi Konsep Kebebasan Hak Berserikat Bagi Serikat Pekerj a … 277

akibat kan meningkat nya ket egangan-ket egang- an yakni apakan mement ingkan kemakmuran an dilemat is di dalam masyarakat .

at as perseorangan at aukah akan mement ingkan Konsep prismat ik merupakan hasil inden-

kemakmuran pada banyak orang. Pembedaan t if ikasi Riggs t erhadap pilihan at au j alan t engah

at as banyak at au sedikit nya pemenuhan kepen- at as nilai sosial paguyuban dan nilai sosial

t ingan it u didasarkan pada perspekt if ekonomi pat embayan sepert i yang dikemukakan oleh

polit ik, sedangkan dari perspekt if t eori sosial, Hoogvelt . 20 Hoogvelt menyat akan bahwa ada

bahkan dari sudut perspekt if ideologi, pem- dua nilai sosial yang hidup dan mempengaruhi

bedaan kepent ingan it u didikhot omikan at as warga masyarakat , yakni nilai sosial yang

paham individualisme-liberal (menekankan ke- paguyuban yang menekankan pada kepent ingan

bebasan individu) at au kapit alasme dan paham bersama dan nilai sosial pat embayan yang

kolekt ivisme at au sosialisme (yang menekankan menekankan pada kepent ingan dan kebebasan

kepet ingan bersama).

individu. Fred W, Riggs kemudian mengaj ukan Sunaryat i Hart ono menyebut adanya sat u nilai sosial prismat ik yang melet akan dua

ekst rem paham yang lain yakni paham f anat ik kelompok nilai sosial t ersebut sebagai landasan

religius 24 . Indonesia menolak mengikut i secara unt uk membangun hukum yang penj abarannya

pilihan kepent ingan dan dapat disesuaikan dengan t ahap-t ahap perkem-

ekst rem

kedua

ideologis melainkan mengambil segi-segi yang bangan sosial yang bersangkut an. 21 baik dari keduanya. Pancasila dan UUD 1945

Terkait dengan makaalah ini, dapat di- mengakui hak-hak (t ermasuk hak milik) dan ilust rasikan salah sat u kombinasi t ersebut di

kebebasan individu sebagai hak asasi, t et api at as yait u kombinasi ant ara pembent ukan nilai

sekaligus melet akan kepent ingan bersama di

at as kepeningan pribadi. Dalam pelaksanaan kolekt ivime 23 , Wat ak hukum suat u negara akan

kepent ingan, yait u ant ara individualisme 22 dan

kebebasan hak berserikat bagi serikat pekerj a, sangat dit ent ukan oleh pilihan nilai kepent ing-

dalam hal ini unuk mencipt akan hubungan indust rial yang harmonis, ada perpaduan an-

20 Anki e M. Hoogvel t , 1985,

Sosi ol ogi Masyar akat Sedang

t ara sist em ekonomi pasar bebas, kepemilikan

Ber kembang, Jakart a: Raj awal i Press, hl m. 87-91

21 Fred W. Riggs, op. ci t , hl m. 176. Lihat j uga Moh,

pribadi, dan int ervensi pemerint ah. Menurut

Maf hud MD, 2006, op. ci t , hl m. 23-24. 22 Def i ni si amat menar ik diber ikan ol eh Soehar di (UGM), ia

Paul Samuelson pasar bebas dan kepemilikan

mengat akan bahwa individual i sme mer uapakan pandanga

pribadi t et ap dipert ahankan, namun dengan

hidup (“ wel t anschauung” ), yang mendewa-dewakan, da- l am konsepsi t ent ang hakikat manusia, ant ar a l ain

mengubah cara kej anya melalui int ervensi dari

ot onomi kehendak peseorangan dan ot onomi budi manu-

pemerint ah unt uk mengat ur kegiat an t ersebut .

si a. Wel t anschaung ini merupakan dasar nuk merumuskan pol t ik (akt if ) hi dup kemasyarakat an beberapa abad yang

Perpaduan

ant ara

pasar bebas parsial,

l al u dan dibanyak negara j uga masih banyak dal am abad

kepemilikan pribadi t erbat as, pengat uran oleh

sekarang, yait u pol it ik l iber al i sme yang mel i put i semua bi dang dal am kehidupan manusia, j adi j uga hukum dan

pemerint ah pada umumnya disebut dengan

sosi al -ekonomi. Posit ivi sme, l i bral isme dan indi vi dual is-

“ sist em ekonomi campuran (mix economic

me merupakan t iga ser angkai . Inil ah yang sekarang mest inya dil ikuidasi sampai dengan dasarnya. Lihat Soe-

syst em) 25 . Sisem ekonomi campuran ada yang

hardi, 1962, Luas dan Isi Hukum Sosi al , Pener bi t Yayasan

menyebut wel f ar e st at e, sosi al mar ket econo-

23 Kani si us, hl m. 10. Menurut Aj aran Fungsi Sosial sebagai mana pert ama kal i

my dan lain-lain. Sist im ekonomi campuran ini

di bel a ol eh ahl i hukum Pr ancis, Leon Dugut i , kol ek-

mencoba mengambil hal t erbaik dari kapi-

t ivisme mengut amakan kepent ingan masyar akat . Kebe- basan bukanl ah hak mel ainkan f ungsi sosi al , yang

t alisme maupun sosialisme sehingga ef ek-ef ek

memuat kew aj i ban-kewaj i ban dar i t i ap-t i ap orang unt uk

negat if yang dit imbulkan dari kedua sist em

mengembangkan penghi dupan j asmani , kecer dasan dan kesusil aan sebaik-baiknya unt uk kemanf aat an masyara-

ekonomi t ersebut dapat direduksi. Proses

kat . Hak mil ikpun bukan hak, l ebih-l ebih bukan hak

int egrasi ant ara dua sist em t ersebut apabila

unt uk menggunakan sesuat u benda secara mut l ak, mel ainkan sesuat u f ungsi sosi al , yang memuat kewaj i ban

dit inj au dari hak kepemilikan beruj ung pada

unt uk mengunakan bar ang-barang yang kit a mil iki unt uk

dua post ulat yait u pert ama hak kepemilikan

kemanf aat an masyarakat sesuai dengan t uj uannya. Secar a singkat dikat akan bahwa “ nul de possede pl us d’ aut r e dr oi t que cel ui de t ouj our s ai r e son devoi r . ”

24 Sunaryat i Hart ono, Op. Ci t , hl m. 3-4. August e Comt e). Lihat L. J. van Apel doorn,

op. ci t , hl m.

25 Lihat Paul Samuel son, dal am Manuel G. Vel asquez,

50. op. ci t , hl m. 187.

278 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 10 No. 3 Sept ember 2010

dipunyai oleh sekt or privat sepanj ang dapat perusahaan t ersebut , at au memut us hubungan memberikan insent if ekonomi yang lebih baik

kerj a t okoh pekerj a secara sepihak yang bagi pelakunya dan kedua hak kepemilikan

t erlibat dalam proses pembent ukan Serikat harus diserahkan kepada negara j ika pasar

Pekerj a.

t idak reponsif t erhadap t uj uan sosial misalnya Guna menghindari penolakan perusahaan pemerat aan pendapat an dan ekst ernalisasi. 26 t erhadap rencana pekerj a mendirikan SP-TP, biasanya SP gabungan/ f ederasi t urut membant u

Inkonsit ensi UU No. 21 Tahun 2000 Tent ang

pendirian serikat pekerj a perusahaan t ersebut .

Serikat Pekerj a dengan nilai Keadilan sosial

Meskipun pada awalnya perusahaan yang Kosmologi negara barat yang kapit alist ik

bersangkut an t idak merasa nyaman dengan sangat mendominasi Undang-undang No. 21

rencana pembent ukan dan keberadaan SP-TP di Tahun 2000 t ent ang Serikat Pekerj a, sebaliknya

perusahaannya, pada akhirnya mereka meng- kosmologi Bangsa Indonesia yang dij iwai nilai

ij inkan at au t erpaksa mengij inkan berdirinya kolekt ivit as dan harmonisasi yang merupakan

SP-TP karena hal ini t elah diat ur dalam UU No. subst ansi dari nilai keadilan sosial, t idak t er-

21 Tahun 2000 t ent ang Serikat Buruh/ Serikat cermin dalam Undang-undang serikat pekerj a

Pekerj a.

t ersebut . Hal ini dapat t erbaca dari regulasi Pilihan unt uk membent uk serikat pekerj a proses pembent ukan/ pendirian serikat pekerj a,

biasanya diawali hanya oleh beberapa pekerj a, dan pengelolaan serikat pekerj a sebagaimana

baik at as inisiat if sendiri, berdasarkan inf or- di at ur dalam Undang-undang No. 21 Tahun

masi dari berbagai media (misalnya, Koran, 2000 t ent ang Serikat pekerj a, dengan paparan

t elevisi, radio), t eman, at au melalui t awaran sebagai berikut .

dari SP/ SB Gabungan/ f ederasi. Kemudian ke- inginan berserikat diikut i oleh para pekerj a

Pembent ukan serikat pekerj a

lainnya karena mereka merasa perlu mem- Pada awal pembent ukan serikat pekerj a

perj uangkan kepent ingannya melalui organisasi di perusahaan ini lebih banyak dipicu oleh

serikat pekerj a.

adanya perselisihan yang sulit diselesaikan Pembent ukan SP-TP cenderung dipicu ant ara pekerj a dengan perusahaan. Maraknya

oleh adanya perselisihan hubungan indust rial kasus unj uk rasa at au pemogokan yang t erj adi

yang menonj ol dan sulit diselesaikan. Bahwa pada sat

it u menyebabkan t rauma dan SP-TP j arang dibent uk di perusahaan yang ket akut an pada para pekerj a di perusahaan,

sedikit mengalami perselisihan at au dapat apabila di perusahaannya t erbent uk serikat

menyelesaikan perselisihannya secara bipart it e. pekerj a t ingkat perusahaan (SP-TP). Pihak

Misalnya, ada perusahaan memilih unt uk t idak perusahaan t idak menghalangi secara t erbuka

memiliki SP-TP dengan alasan ant ara lain: karena khawat ir t erkena sanksi melanggar

Per t ama, hingga saat ini perusahaan t elah perat uran perundangan yang berlaku t ent ang

hak-hak normat if dan Serikat Pekerj a/ Serikat Buruh yait u Undang-

memenuhi

semua

kepent ingan pekerj a; Kedua, hubungan ant ara undang No. 21 Tahun 2000 t ent ang Serikat Bu-

perusahaan dan pekerj a sangat baik, t erbukt i ruh/ Serikat pekerj a. Karena it u mereka meng-

dari pekerj a dapat menyampaikan keluh-kesah gunakan cara lain, ant ara lain menj anj ikan pe-

mereka secara langsung dan dit anggapi dengan ningkat an kesej aht eraan pekerj a; menj anj ikan

baik oleh perusahaan; Ket iga, t erdapat wadah perbaikan pelaksanaan hak-hak normat if dan

unt uk berkomunikasi ant ara pengusaha dan non-normat if

pekerj a melalui pert emuan rut in at au koperasi, pesangon bagi mereka yang ingin membent uk

pekerj a;

menawarkan

uang

Keempat , perusahaan menganggap pekerj a SP-TP agar t idak membent uk serikat pekerj a di

sebagai keluarga at au mit ra. Pasal 5 Undang-undang Nomor. 21 Tahun

26 Ahmad Erani Yust ika, 2006,

Ekonomi Kel embagaan

2000 diat ur bahwa serikat pekerj a dapat

Def i ni si , Teor i , St r at egi , Cet akan Pert ama, Banyumedia Publ ishing, hl m. 171-172.

dibent uk oleh sekurang-kurangnya 10 orang pe-

Rekonst ruksi Konsep Kebebasan Hak Berserikat Bagi Serikat Pekerj a … 279

kerj a, namun demikian, pada umumnya per- usahaan berskala sedang berpendapat bahwa pekerj anya belum memerlukan SP-TP. Sekali- pun, Undang-undang Nomor. 21 Tahun 2000 t ent ang Serikat Pekerj a memperbolehkan lebih dari sat u SP-TP dibent uk di suat u perusahaan, hampir semua perusahaan t idak menyet uj ui adanya lebih dari sat u SP-TP di perusahaan. Ke- beradaan lebih dari sat u SP-TP akan menyulit - kan pengurus serikat pekerj a, perusahaan dan pekerj a it u sendiri. Sebagai cont oh adanya kasus di sebuah perusahaan di Kabupat en Pur- wakart a menghadapi kesulit an karena mem- punyai dua SP-TP dengan af iliasi yang berbeda yait u PUK SPSI dan PUK PPMI. Unt uk menyele- saikan kasus ini, PT. Sout h Pacif ic memerlukan wakt u lebih dari 11 minggu unt uk berunding mengenai kesepakat an PKB/ KKB.

Apabila dilihat dari proses pembent ukan serikat pekerj a, disimpulkan t idak t ercipt a harmonisasi ant ara pengusaha dan serikat pekerj a karena pembent ukan serikat pekerj a yang t idak melibat kan pengusaha sej ak awal akan menimbulkan persepsi negat if pengusaha t erhadaap serikat pekerj a yang akan berdiri di perusahaannya, sebaliknya serikat pekerj a yang akan berdiri j uga merasa pihak pengusaha t idak boleh campur t angan dalam proses pembent uk- an serikat pekerj a. Selain it u, perusahaan (pengusaha) menganggap bahwa keberadaan serikat pekerj a, lebih merupakan kekuat an polit is pekerj a unt uk menunt ut hak-hak yang lebih kepada perusahaan, ket imbang sebagai wahana unt uk meningkat kan produkt if it as yang berkait an dengan t uj uan

perusahaan it u sendiri. Art inya ada pemahaman yang berbeda ant ara pekerj a dan perusahaan di dalam melihat eksist ensi serikat pekerj a. Akibat nya harmonisasi hubungan indust riaal dalam pem- bent ukan serikat pekerj a akan sulit t erwuj ud, unt uk it u pembent ukan serikat pekerj a yang dibangun bersama ant ara pengusaha dan pekerj a at as dasar kemit raan menj adi pent ing.

Kepengurusan dan Pengelolaan Serikat Pe- kerj a

Keberadaan SP-TP mampu bekerj a se- cara ef ekt if dan prof esional sangat t ergant ung

pada kemampuan dan ket ersediaan wakt u pengurus. Pemilihan pengurus SP-TP di masa lalu dilakukan melalui f ormat ur yang sering dicampuri oleh pihak perusahaan yang t urut menent ukan

pengurus

demi kepent ingan perusahaan. Pengurus yang bukan pilihan perusahaan t erut ama mereka yang “ vokal” at au keras dalam menyuarakan hak pekerj a sering dit ekan at au diint imidasi perusahaan. Karena adanya kasus-kasus sepert i it u di masa lalu maka Pasal 28 UU No. 21 Tahun 2000 mengat ur larangan menghalang-halangi at au memaksa pekerj a unt uk menj adi pengurus at au t idak menj adi pengurus, perlu dilakukan harmonisasi supaya t idak t erj adi kriminalisasi dalam hu- bungan indust riaal ant ara pengusaha dengan pekerj a.

Set elah berhasilnya ref ormasi Pemerin- t ahan Indonesia pada Mei 1998, hampir semua pengurus SP-TP dipilih oleh pekerj a. Dalam j umlah kecil, memang masih dit emui pengurus yang dit unj uk perusahaan, t et api pada pemi- lihan kepengurusan periode berikut nya pekerj a sendiri yang akan memilih langsung calon pengurus SP-TP.

Jumlah pengurus SP-TP berkisar 12 orang, dibant u beberapa perwakilan pekerj a di set iap depart emen yang disebut komisariat . Pengurus t erdiri dari Ket ua Umum, beberapa Ket ua Bidang, Sekret aris, dan Bendahara. Bi- dang-bidang yang dit angani ant ara lain pen- didikan, pembelaan t enaga kerj a, kesej ah- t eraan pekerj a dan bidang pemberdayaan perempuan. Komisariat berf ungsi menampung aspirasi pekerj a dan menyampaikan kebij akan baru kepada pekerj a, baik dari pemerint ah maupun