MANAJEMEN PERPUSTAKAAN Organisasi Dan Ad

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN Organisasi Dan Administrasi Perpustakaan Umum
Dan Khusus
5 Juni 2017lailasunartoblog
DAFTAR
KATA

ISI

PENGANTAR……………………………………………………………………………i

DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………………..ii
BAB

I

a.

Latar

b.


Rumusan

c.

Tujuan

Belakang…………………………………………………………………………iii
Masalah…………………………………………………………………….iv
Penulisan………………………………………………………………………iv

BAB

II

a.

Definisi

b.


Organisasi

c.

Administrasi

BAB
a.

PENDAHULUAN

Manajemen

PEMBAHASAN

Perpustakaan……………………………………………..5

Perpustakaan……………………………………………………………9
Perpustakaan………………………………………………………19

III

PENUTUP

Kesimpulan………………………………………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….21
BAB

I

PENDAHULUAN
A.

Latar

Belakang

Seiring dengan perkembangan kemajuan dalam bidang teknologi informasi pada era informasi
dan globalisasi sekarang ini, membawa implikasi yang menyeluruh pada bidang kehidupan,

sosial, perdagangan, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan juga pada kehidupan organisasi
profesi akan mengalami perubahan, terutama untuk menyahuti perkembangan tersebut.
Peran perpustakaan dan pustakawan, semakin bertambah penting untuk mewujudkan era
informasi sehingga terjadi suatu yang sangat mendasar, seperti organisasi, alur kegiatan
pekerjaan, keahlian, fungsi, proses pekerjaan. Selama ini relatif masih belum terlihat peran
organisasi profesi pustakawan seperti Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) misalnya dalam upaya

meningkatkan kuantitas dan kualitas peran kepustakawanan terlebih lagi peran IPI pada
masyarakat.
Di kawasan ASEAN seperti di Malaysia, Singapura, Philipina dan Thailand, titik awal
keberadaan perpustakaan nasional jauh lebih mendahului keberadaan organisasi pustakawan.
Organisasi pustakawan di ke-empat negara baru berdiri pada abad 20 sementara cikal bakal
perpustakaan nasional sudah ada pada abad-19. Hal serupa juga terjadi di Indonesia sehingga
topik Perpustakaan Nasional dan Ikatan Pustakawan Indonesia perlu dibahas secara terpisah.
Harapan para Pustakawan Indonesia menjadi sosok Pustakawan yang Ideal sebagaimana yang
tertuang dalam rumusan Profil Pustakawan Indonesia masih perlu dipertanyakan. Hampir setiap
Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah masalah tersebut mencuat kepermukaan, bahkan penataan
organisasi pun selalu menjadi isu utama. Para pengurus IPI baik dari tingkat Pusat, Daerah dan
Cabang belum menunjukkan suatu kepengurusan yang solid, bagi penulis harapan sosok
Pustakawan yang ideal rasanya sulit sekali menjadi kenyataan.

B. Rumusan Masalah
1.

Apa

2.

itu
Apa

definisi

manajemen

saja

organisasi

perpustakaan?
perpustakaan?


3. Bagaiman administrasi perpustakaan?
C. Tujuan Penulisan
1.
2.

Memahami
Memahami

3.

Memahami

definisi
apa

manajemen
saja

organisasi


administrasi

BAB

perpustakaan
perpustakaan
perpustakaan
II

PEMBAHASAN
a.

Definisi

Manajemen

Perpustakaan

Perpustakaan sebagai lembaga pendidikan dan lembaga penyedia informasi akan memiliki

kinerja yang baik apabila didukung dengan manajemen yang memadai, sehingga seluruh
aktivitas lembaga akan mengarah para upaya pencapaian tujuan yang telah dicanangkan.

Untuk mengelola sebuah perpustakaan diperlukan kemampuan manajemen yang baik, agar arah
kegiatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kemampuan manajemen itu juga diperlukan
untuk menjaga keseimbangan tujuan-tujuan yang berbeda dan mampu dilaksanakan secara
efektif dan efisien. Pengetahuan dasar dalam mengelola perpustakaan agar berjalan dengan baik
adalah ilmu manajemen, karena manajemen sangat diperlukan dalam berbagai kehidupan untuk
mengatur langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh seluruh elemen dalam suatu
perpustakaan. Oleh karena itu dalam proses manajemen diperlukan adanya proses perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leadership), dan pengendalian
(controlling). Di samping itu, manajemen juga dimaksudkan agar elemen yang terlibat dalam
perpustakaan mampu melakukan tugas

dan pekerjaannya

dengan baik dan benar.

Manajemen adalah merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi

lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner). Oleh karena itu, apabila
proses dan sistem perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan tidaka baik,
maka proses manajemen secara keseluruhan tidak lancer, dan proses pencapaian tujuan akan
terganggu

dan

mengalami

kegagalan.

Dalam penerapannya di perpustakaan , Bryson (1990) menyatakan bahwa manajemen
perpustakaan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya manusia,
informasi, sistem dan sumber dana dengan tetap memperhatikan fungsi manajemen, peran dan
keahlian. Dari pengertian ini, ditekankan bahwa untuk mencapai tujuan, diperlukan sumber daya
manusia, dan sumber-sumber nanmanusia yang berupa sumber dana, teknik atau sistem, fisik,
perlengkapan, informasi, ide atau gagasan, dan teknologi. Elemen-elemen tersebut dikelola
melalui proses manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian, yang diharapkan mampu mengahsilkan produk berupa barang atau jasa yang dapat
dimanfaatkan

1.

Pengertian

oleh
Manajemen

Menurut

masyarakat
Horold

Koontz

pengguna.
dan

Cyril

O’donnel


:

Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
2.

Pengertian

Manajemen

Menurut

R.

Terry

:

Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan

sumberdaya
3.

lainnya.

Pengertian

Manajemen

Menurut

Lawrence

A.

Appley

:

Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.
4.

Pengertian

Manajemen

Menurut

Drs.

Oey

Liang

Lee

:

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5.

Pengertian

Manajemen

Menurut

James

A.F.

Stoner

:

Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada
organisasi
6.

untuk

mencapai

Pengertian

tujuan

organisasi

Manajemen

yang

Menurut

telah

Mary

ditetapkan

sebelumnya.

Parker

Follet

:

Manajemen adalah suatu seni, karena untuk melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain
dibutuhkan
7.

keterampilan

Pengertian

Manajemen

khusus.

Menurut

Menurut

Hilman

:

Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi
usaha-usaha

individu

untuk

8.

Manajemen

Menurut

Pengertian

mencapai

tujuan

Encylopedia

of

yang

the

Social

sama.
Sience

:

Manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan
dan diawasi.
9.

Pengertian

Manajemen

Menurut

G.R.

Terry

:

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan

suatu

kelompok

orang-orang

maksudmaksud
10.

Pengertian

kearah

tujuan-tujuan

organisasional

yang
Manajemen

Menurut

atau
nyata.

Ricky

W.

Griffin

:

Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa
tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
11.

Pengertian

Manajemen

Menurut

Henry

Fayol

:

Manajemen mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang, mengorganisasi,

memerintah,
12.

mengoordinasi,

Pengertian

Manajemen

dan

Menurut

mengendalikan.

Federick

Winslow

Taylor

:

Manajemen adalah Suatu percobaan yang sungguh-sungguh untuk menghadapi setiap persoalan
yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan organisasi lain)atau setiap system kerjasama
manusia dengan sikap dan jiwa seorang sarjana dan dengan menggunakan alat-alat perumusan.
13.

Pengertian

Manajemen

Manajemen

adalah

Forecasting

Menurut

Lyndak

(meramalkan),

F.

Planning

Urwick

Orga-nizing

:

(perencanaan

Pengorganisiran), Commanding (memerintahklan), Coordinating (pengkoordinasian) dan
Controlling
14.

(pengontrolan).

Pengertian

Manajemen

Menurut

Prof.

Eiji

Ogawa

:

Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatan-kegiatan
termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan terlebih dahulu
telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi
lingkungan
15.

yang
Pengertian

Manajemen

berubah.

Menurut

Dr.

Ahuja

:

Manajemen adalah pihak yang menawarkan jasa untuk segi bidang yang berhubungan dengan
bidang
16.

manajemen.
Pengertian

Manajemen

Menurut

Renville

Siagian

:

Manajemen adalah suatu bidang usaha yang bergarak dalam bidang jasa pelayanan dan dikelola
oleh para tenaga ahli tyerlatih serta berpengalaman.
17.

Pengertian

Manajemen

Menurut

Dr.

Bennett

N.B

Silalahi,

M.A

:

Manajemen adalah suatu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial eksak tidak dari
tanggungjawab
18.

keselamatan

Pengertian

dan

Manajemen

kesehatan
Menurut

kerja

baik

William

dari

segi

H.

perencanaan.
Newman

:

Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu melalui orang
lain.
19.

Pengertian

Manajemen

Menurut

Menurut

Drs.

Oey

:

Manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan
pengontrolan.
20.

Pengertian

Manajemen

Menurut

Hilman

:

Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi
usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian yang kedua,
manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan
kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu
disebut manajemen. Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu
ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat,
segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan
bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung
kebenarannya.
b.

Organisasi

Perpustakaan

Hampir tidak setiap organisasi profesi berhasil dalam perjuangannya membela profesi yang
bersangkutan. Untuk dapat mencapai keberhasilan organisasi profesi harus berusaha agar
pekerjaan pustakawan diisi oleh tenaga yang berkualifikasi, yang penuh dengan ide
profesionalisme

serta

haarus

diakui

oleh

lembaga

tempat

pustakawan

bekerja.

Pengorganisasian merupakan penyatuan langkah dari seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh elemen-elemen dalam suatu lembaga. Prosese pengorganisasian suatu perpustakaan akan
berjalan dengan baik apabila memeliki sumber daya, sumber dana, prosedur, koordinasi dan
pengarahan pada langkah-langkah tertentu. Oleh karena itu, diperlukan penyesuaian terusmenerus antar bagian dalam suatu organisasi. Suatu organisasi akan berjalan baik apabila
terdapat prinsip-prinsip yang menjadi landasan geraknya. Prinsip-prinsip itu di antaranya adalah :
1. Perumusan tujuan, tujuan organisasi harus jelas dan diketahui oleh seluruh elemen yang terkait
dalam

organisasi

itu.

2. Pembagian kerja, untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, perlu adanya pembagian tugas
yang

jelas.

3. Pembagian wewenang, dengan kekuasaan yang jelas pada masing-masing aggota / kelompok
dalam suatu organisasi, maka dapat dihindarkan terjadinya benturan kepentingan dan tindakan.
4. Kesatuan komando, tujuannya agar tidak terjadi kebingungan di tingkat pelaksana.
5. Koordinasi, merupakan proses pengintegrasian tujuan pada satuan-satuan yang terpisah dalam
suatu

lembaga

untuk

mencapai

tujuan

organisasi

secara

efisien.

Organisasi perpustakaan timbul karena adanya kebutuhan untuk mengumpulkan orang-orang

dalam rangka pencapaian tujuan bersama melalui pembagian kerja. Pembagian kerja ini akan
efektif apabila di dalam organisasi itu terdapat stuktur organisasi yang jelas, baik secara makro
maupun mikro. Penyusunan struktur organisasi perpustakaan belum mampu merefleksikan
spesialisasi bidang, standarisasi , tidak adanya koordinasi yang baik. Hal ini disebabkan oleh
sistem penyusunan struktur organisasi yang menganut sistem top down, bersifat birokratis, dan
kurang berorientasi pada visi dan misi perpustakaan. Perpustakaan sebagai lembaga informasi
yang selalu berkembang dalam penyusunan struktur organisasinya perlu mengantisipasi faktor
internal,

eksternal,

diferensiasi,

dan

kompleksitas.

Dari segi kelancaran tugas perpustakaan dipengaruhi oleh sejauh mana keberhasilan integrasi di
antara unit-unit/bagian dalam organisasi itu sendiri. Oleh, karena itu, perlu diperhatikan adanya
pengelompokan kegiatan-kegiatan dalam perpustakaan itu sendiri. Dalam sistem pengelompokan
unit ini terdapat banyak sistem yang dapat dipilih perpustakaan, ada empat aspek yang perlu
diperhatikan yaitu fungsi, produk (barang dan jasa), wilayah, dan pelayanan perpustakaan.
Kepustakawanan sebagai sebuah profesi memiliki arti kata pekerjaan atau sebutan sebuah
pekerjaan, terutama pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan latihan. Sebuah pekerjaan dapat
dikatakan sebagai profesi apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : pertama, adanya sebuah
organisasi keahlian. Tenaga profesional berkumpul dalam sebuah organisasi yang teratur dan
benar-benar mewakili kepentingan organisasi. Dalam dunia pustakawan, dikenal banyak
organisasi pustakawan seperti American Library association (ALA) di Amerika, Library
Association di Inggris serta Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) di Indonesia. Kedua, Terdapat
pola pendidikan yang jelas Struktur pendidikan pustakawan harus jelas. Di luar negeri seperti
ALA berhak menentukan kualifikasi pendidikan formal pustakawan dan berwenang menentukan
akreditasi sekolah perpustakaan. Profesi didasarkan atas batang tubuh atau teknik yang dapat
diajarkan. Hal ini berarti subjek tersebut dapat diperlukan sebagai sebuah disiplin akademis serta
pekerjaan professional harus memiliki sifat intelektual. Ketiga, Adanya kode etik untuk mengatur
hubungan antara tenaga profesional dengan nasabah atau rekanan diperlukan sebuah kode etik.
Kode etik pustakawan lebih bersifat social dari pada bisnis. Empat, berorientasi pada jasa bidang
tugas kepustakawanan hampir semuanya berorientasi pada jasa. Jasa pustakawan yang diberikan
pada pemakai lebih ditekankan pada pemberian pelayanan dalam usaha pencarian dan
penyebarluasan informasi dan jasa ini diberikan secara terus menerus. Lima, adanya tingkat
kemandirian. Sebagai tenaga professional tenaga pustakawan harus mandiri dalam arti bebas dari

campur

tangan

pihak

luar.

Pemberdayaan peran organisasi profesi untuk meningkatkan peran organisasi profesi pustakawan
terhadap anggotanya maupun terhadap masyarakat. Maka hal yang harus IPI adalah selalu
memberdayakan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki organisasinya, serta berperan aktif
dalam ruang lingkup bidang kepustakawanan dan dalam masyarakat. Selama ini relatif masih
belum kelihatan peran dan manfaat IPI baik bagi anggota terlebih-lebih lagi bagi masyarakat.
1.

Kiprah

IPI

dan

Kinerja

Pustakawan

Dalam konteks organisasi profesi khususnya Profesi Pustakawan Indonesia (IPI), organisasi
profesi yang baik adalah suatu organisasi profesi yang dapat menunjukkan dan mempunyai
kapasitas untuk dapat berbagi pengalaman bersama ditandai dengan menjunjung tinggi moral
dan etika profesi. Suatu profesi tidak akan berkembang, apabila kita tidak dapat menempatkan
jati diri kita di tengah –tengah masyarakat yang cukup dinamis dalam era reformasi dewasa ini.
Sungguh luar biasa tantangan yang dihadapi oleh para pustakawan Indonesia saat ini.
Globalisasi ekonomi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berkompetisi dan
bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan ekonominya, dimana sumber daya alam menjadi faktor
yang kurang penting dibandingkan dengan sumber daya manusia. Lokasi sumber daya alam juga
tidak lagi menjadi masalah, tetapi kemampuan manusia untuk berinteraksi dengan
lingkungannya menjadi faktor yang amat kritis. Disamping itu perkembangan ilmu dan teknologi
telah memaksa bangsa-bangsa untuk mengandalkan penguasaan ilmu dan teknologi itu dapat
memenangkan

kompetisi

yang

makin

lama

makin

berat.

Lingkungan manusia berubah amat cepat pada abad ke-21. Beberapa kecenderungan abad ke-21
yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, adalah kompetisi global, cepatnya produk-produk
menjadi kuno (obsolescence), kecenderungan meningkatkan efisiensi dengan perampingan
organisasi, perekayasaan kembali dunia usaha, pemberdayaan serta perbaikan kualitas semua
proses dan produk di segala bidang yang dilakukan secara terus menerus, internasionalisasi
perdagangan, berkembangnya masyarakat informasi (information society), serta perkembangan
ilmu dan teknologi yang amat hebat. Toffler (1972) yang dikutip Sutjipto (2000) telah
mengidentifikasi gejala itu sejak tahun 1970-an dan menyebut gejala itu dengan “ culture shock
“.
Mencermati perubahan yang semakin dahsyat itu, organisasi profesi pustakawan Indonesia,
hendaknya berupaya melakukan berbagai perbaikan dan pengembangan layanan terbaiknya bagi

kepentingan masyarakat secara terencana dan berkesinambungan. Dengan demikian organisasi
profesi ini tidak akan kehilangan arah baik dalam rangka pengambilan keputusan, maupun dalam
rangka meningkatkan mutu organisasi. Sudahkah pustakawan Indonesia mengantisipasi
perkembangan dan menjembatani kearah tersebut? Bukankah modal untuk itu kita sama-sama
memilikinya?.
Berangkat dari visi pustakawan diabad informasi, ada beberapa masalah pokok yang merupakan
isu strategis yang perlu dicermati dan perlu mendapat perhatian kita semua , diantaranya :
a. Bagaimana organisasi pustakawan Indonesia dapat sejajar dengan profesi lain?
b. Sistem dan tatanan organisasi IPI yang bagaimanakah yang dapat memberikan peluang yang
sama bagi seluruh anggota dalam segala dimensinya menuju pemberdayaan anggota IPI secara
utuh

?

(

Setiarso,

1997).

c. Apakah landasan filosofis variabel utama IPI = Organisasi Profesi Kepustakawan Indonesia
yang ditawarkan Sudarsono (1997) telah dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota IPI ?
Selanjutnya mari kita renungkan apa yang telah dituangkan dalam Keputusan Lokakarya
Pengembangan Kurikulum Pendidikan dan Latihan Perpustakaan di Indonesia yang dilaksanakan
tanggal 9 –11 Agustus 1994 di Aula the British Council, ada 2 Aspek Profil Pustakawan
Indonesia ( Pustakawan Ideal) yang cukup menarik kita diskusikan dalam Rakerpus XI IPI pada
hari

ini

1.

Aspek

:
Profesional

:

Pustakawan Indonesia berpendidikan formal ilmu perpustakaan. Pustakawan juga dituntut gemar
membaca, trampil, kreatif, cerdas, tanggap, berwawasan luas, berorientasi ke depan, mampu
menyerap ilmu lain, objektif (berorientasi pada data dan fakta), generalis di satu sisi, tetapi
memerlukan disiplin ilmu tertentu di pihak lain, berwawasan lingkungan , mentaati etika profesi
pustakawan, mempunyai motivasi tinggi, berkarya di bidang kepustakawan, dan mampu
melaksanakan penelitian dan penyuluhan.
2.

Aspek

kepribadian

dan

prilaku:

Pustakawan Indonesia harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha esa, bermoral Pancasila,
mempunyai tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan, memiliki etos kerja yang tinggi, mandiri,
loyalitas tinggi terhadap profesi, luwes, komunikatif, dan bersikap suka melayani, ramah tamah
dan simpatik terbuka terhadap kritik dan saran, selalu siaga dan tanggap terhadap kemajuan dan

perkembangan ilmu dan teknologi, berdisiplin tinggi, dan menjunjung tinggi etika pustakawan
Indonesia. Kedua aspek tersebut sungguh luar biasa, apabila persyaratan tersebut dapat dimiliki
oleh

para

Pustakawan

Indonesia.

Perjalanan sejarah wadah profesi pustakawan Indonesia hampir selama tiga dasa warsa,
hendaknya menjadi bahan renungan kita bersama. Dan kini masyarakat menanti kiprah lebih
nyata dari para Pustakawan Indonesia yang menyentuh ke segenap lapisan masyarakat Indonesia
yang majemuk dan kritis. Pustakawan Indonesia dituntut agar lebih mandiri dalam segala hal,
gaung pustakawan … non jauh disana perlu kita dengar sebagai tuntutan otonomi daerah. Hasil
rapat Koordinasi Tim Penilai Pejabat Fungsional pustakawan yang baru saja dilaksanakan
tanggal 30 Oktober 2001 sudah mengisyaratkan ke arah itu. Mau tidak mau, suka tidak suka
inilah

kenyataan

yang

perlu

dipertimbangkan

dan

didiskusikan

pada

hari

ini.

Berbicara peningkatan profesionalisme di bidang profesi kepustakaawan adalah suatu “Conditio
Sine Quanon” yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, apabila profesi pustakawan hendak sejajar
dengan profesi lain. Profesi pustakawan dituntut untuk mampu bersikap lebih terbuka, suka kerja
keras, suka melayani, mengutamakan pengabdian serta aspek-aspek kepribadian dan perilaku.
Tuntutan hal tersebut,menurut hemat penulis itulah kata kunci yang sebenarnya yang perlu terus
menerus

diaplikasikan

dalam

menjajal

otokritik.

Banyaknya kritik yang dilontarkan terhadap organisasi profesi pustakawan Indonesia (IPI), baik
kritik dari internal, maupun eksternal organisasi, hal ini disebabkan antara lain pustakawan
Indonesia kurang memahami jati dirinya. Menurut hemat penulis organisasi yang diharapkan
adalah suatu organisasi yang setiap saat mengalami perubahan dalam arti yang positif, tidak
selalu berada pada statusquo/ stagnansi. Perubahan sekecil apa pun harus dapat diterima sebagai
sumbangsih dan pengabdian diri kita sebagai profesi. Perjalanan sejarah organisasi profesi
Pustakawan Indonesia selama hampir tiga dasawarsa tidak sepenuhnya merupakan suatu
kegagalan Kegagalan masa lalu dan sekarang mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai modal
utama menuju kesuksesan yang menjadi harapan kita semua, dan bukan suatu rintangan.
Paul J. Meyer pernah mengatakan” 90% orang-orang yang merasa gagal belum tentu gagal…
hanya saja mereka cepat menyerah”. Faktor terpenting yang menentukan keberhasilan suatu
organisasi terletak bagaimana organisasi mengatasi kegagalan. Dornan (1998) memberikan
ilustrasi kata “gagal” dan keberhasilan . Kata gagal selalu berkonotasi negatif. Bukankah orang
paling benci dengan kata ini? Coba saja, jika anda mendengar seseorang membicarakan tentang

hal-hal yang bernada kegagalan dan keputusasaan, mau tidak mau kata tersebut akan
berpengaruh buruk terhadap diri anda, misalnya kata –kata kemiskinan, tidak punya teman, tidak
punya uang. Sebaliknya kata-kata yang berhubungan dengan “ keberhasilan” mempunyai
konotasi

positif

karena

mengandung

harapan.

Lebih jauh Dornan menekankan ada beberapa hal yang menyebabkan orang takut akan
kegagalan

diantaranya:

1.

Takut

2.

dikritik

Takut

3.

mengambil

Takut

4.

kehilangan

Takut

tidak

resiko
percaya

mendapat

kesempatan

diri
lagi.

Atas dasar takut akan kegagalan Dornan memberikan solusi dalam mengatasi kegagalan sebagai
berikut

:

1.
2.

Mengenali
Belajar

3.
4.

lebih

dari

kegagalan

Kenali
Ubah

dulu

penyebab

dengan

dulu
cara

kegagalan

mempelajari
kelemahan

kerja

anda

penyebabnya
anda

sesuai

kebutuhan

Organisasi profesi pustakawan Indonesia (IPI) baik dari tingkat pusat, daerah,dan cabang di
mana pun berada, harus berani dikritik, berani mengambil resiko, tidak boleh takut kehilangan
rasa percaya diri, tidak boleh takut tidak mendapat kesempatan lagi. Menurut hemat penulis pola
kepemimpinan yang perlu diterapkan oleh Pengurus organisasi ini baik tingkat pusat, daerah dan
cabang harus menunjukkan keberanian (courage)dalam menentukan aturan keanggotaan.
Ternyata aturan anggaran rumahtangga PAPSI (Perhimpunan Ahli Perpustakaan Seluruh
Indonesia) tahun 1954 lebih baik dari anggaran rumah tangga IPI tahun 1999 dalam hal
menerapkan sangsi bagi anggota yang tidak membayar iuran anggota. Dalam anggaran
rumahtangga

tersebut

dinyatakan

sebagai

berikut:

Anggota yang diterima sebelum 30 Juni membayar iuran untuk setahun penuh, yang diterima
sesudah 30 Juni membayar iuran (setengah tahun). Pembayaran dilakukan ketika diterima
menjadi

anggota.

Apabila seorang anggota menunggak iuran satu tahun, maka kepadanya akan dikirim surat
peringatan, dan sebulan sesudah surat itu keluar pembayaran belum juga dilakukan,maka
pengurus

berhak

mengeluarkannya

dengan

keputusan

suara

terbanyak.

Anggota yang menunggak iuran setahun, di dalam rapat tahunan tidak boleh memberi suara atau
tidak

boleh

dipilih

untuk

suatu

jabatan.

Sedangkan aturan semacam itu tidak ada dalam anggaran rumah tangga IPI tahun 1999.
Bukankah Russel Bowden sewaktu menjadi konsultan IPI sering memberikan rekomendasi
khususnya mengenai iuran anggota sebagai modal dasar organisasi. Barangkali ini perlu
dipertimbangkan dalam rapat kerja kali ini sebagai bahan masukan kongres IPI tahun 2002.
Beberapa rekomendasi program kerja dari komisi organisasi yang pernah dilontarkan oleh
Blasius Sudarsono dan Bambang Setiarso sebenarnya cukup efektif untuk dilaksanakan
sebagaimana dilontarkan dalam isu strategis pada pemaparan sebelumnya. Dalam konteks
kemandirian organisasi (Hernandono,1997) mengungkapkan seebagai suatu organisasi profesi,
IPI dirasakan oleh sebagian orang belum mandiri, keuangan IPI masih banyak tergantung pada
subsidi dan bantuan instansi di bidang perpustakaan di Indonesia (Perpustakaan Nasional RI) dan
Badan-badan lain, baik pemerintah maupun swasta. Disamping itu, keterlibatan para anggota IPI
belum

dapat

dilaksanakan

secara

optimal.

Celakanya pustakawan masih sibuk mempertanyakan apa keuntungan menjadi anggota.
Bukankah kepercayaan yang kita emban dari anggota IPI juga amanah dari Tuhan? Penulis juga
sependapat apa yang diungkapkan Zulfikar Zen dalam Marsela terbitan terbarunya (juni 2001)
dalam rangka kebersamaan , apakah kebersamaan yang kita buat akan berubah? Bukankah kalau
bersatu, kita akan teguh? Marilah berat sama-sama kita pikul, meskipun kalau ringan masingmasing dapat membawanya sendiri-sendiri Insya Allah…! Himbauan tersebut mari kita
refleksikan

dalam

organisasi

yang

kita

cintai

ini.

Ada beberapa keuntungan strategis bila IPI mengembangkan dirinya menjadi organisasi serikat
pekerja,

yaitu

:

1. Pertama, organisasi akan mempunyai orientasi yang jelas, yakni meningkatkan kesejahteraan
dan memperjuangkan kepentingan putawakan. Langkah ini akan menjauhkan kemungkinan
menjadi organisasi papan nama, atau organisasi yang hanya dimiliki oleh pengurusnya, sebab
serikat pekerja bisa menyentuh kepentingan semua anggota. Untuk mengubah diri sudah tidak
banyak halangan, karena UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang baru jelas-jelas melindungi hak
pekerja

untuk

berorganisasi.

2. Kedua, karena kepentingan semua anggota Implikasinya, hal ini akan memperkuat posisi
tawar pustakawan di hadapan institusi/perusahaan, terutama dalam hal memperjuangakan

kenaikan

upah,

fasilitas

kerja

dan

peningkatan

profesi.

3. Ketiga, dengan mengembangkan diri menjadi serikat pekerja, IPI punya kesempatan luas
untuk berafiliasi dengan organisasi sejenis di tingkat internasional. Afiliasi ini akan
menguntungkan posisi organisasi dan pustakawan Indonesia, karena solidaritas pustakwan
internasional akan segera mengalir apabila pustakwan Indonesia mengahadapi masalah.
4.
2.

Organisasi

Pustakawan

Indonesia

Perpustakaan modern yang pertama kali ada di Indonesia didirikan oleh orang belanda.
Perpustakaan tersebut adalah perpustakaan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
wetenschap didirikan pada tahun 1778. Seabad kemudian di indonesia mulai berdiri berbagai
perpustakaan khusus, menyusul pendirian perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum oleh
pihak swasta pada awal abad ke-20. awalnya perpustakaan sekolah tidak ada, yang ada hanyalah
guru yang menaruh minat pada perpustakaan . beberapa guru di batavia (jakarta) menyadari
perlunya organisasi pustakawan sebagai wadah komunikasi antara sesama anggota. Usaha
pembentukan organisasi pustakawan mulai dirintis pada tahun 1912 dengan dilangsungkannya
diskusi pustakawan di batavia. Namun, usaha itu baru membuahkam hasil pada tahun 1916
dengan terbentuknya Vereeniging Tot Bevordering Van Het Bibliotheekwezen di batavia. Tujuan
organisasi

itu

dinyatakan

pada

pasal

3

berbunyi

sebagai

berikut:

1. Memajukan berdirinya perpustakaan baru dan membantu perpustakaan rakyat yang telah ada,
baik

yang

2.

Memajukan

3.

Mengusahakan

4.

Memajukan

5.
6.

lalu

Mendirikan

lintas

biro

Mendirikan
Segala

usaha

sah

ilmiah
usaha

peminjaman

Mengumpulkan

7.
8.

bersifat
antar

pertukaran

dan

perpustakaan
dan

untuk

gedung
lainnya

yang

umum.

sentralisasi

dapat

di

peminjaman

memajukan

penerangan

maupun

sumber

perpustakaan

hindia-belanda
bahan

secara

dan

(Indonesia)
internasional

tugas

referens

kepentingan

ilmiah

dan

dokumentasi

untuk

perpustakaan

umum

membantu

tercapainya

tujuan

di

atas

Masa pendudukan jepang, organisasi itu sudah tidak lagi kegiatan pustakawannya. Pada tahun
1954 berdiri Perkumpulan Ahli Perpustakaan Seluruh Indonesia (PAPSI) yang mempunyai
tujuan

sbb

:

1. Mempertinggi pengetahuan ilmu perpustakaan, berarti mempertinggi derajat para anggotanya.
2. Mananam rasa cinta terhadap perpustakaan dan buku umum.
3.

Organisasi

IPI

IPI diketuai oleh seorang ketua umum dibantu oleh sekretaris umum dan komisi. Untuk kegiatan
yang menyanngkut profesi dibentuk bagian yang disebut ”bidang”. Dalam IPI terdapat bidang
sebagai

berikut

:

a.

organisasi

b.

perpustakaan

khusus

c.

perpustakaan

umum

d.

perpustakaan

sekolah

e. perpustakaan perguruan tinggi
Untuk membantu ketua umum melaksanakan program IPI dibentuklah sebuah komisi, komisi
yang ada di IPI adalah :
a.

komisi

usaha

b.

dan

kesejahteraan

komisi

penerbitan

c. komisi penelitian dan pengembangan
Prinsip-prinsip
1.

Penyempurnaan

2.

pokok

pemberdayaan

AD/ART
Peningkatan

4.

Pemberdayaan

6.

dengan

visi

Penguasaan

3.
5.

sesuai

organisasi

Pengembangan
Pengembangan

organisasi
kader-kader

IPI

yang

organisasi

meliputi

misi

IPI

ke

:
depan.

teknologi

informasi.

kualitas

anggota.

kemampuan

anggota.

lebih

secara

dan

IPI

mandiri

dan

berkesinambungan

dan

professional.
berjenjang.

7. Pembentukan organisasi atau kelompok-kelompok bidang minat atau interest group.
8. Pengembangan media komunikasi anteraktif antara anggota dan pengurus.
Aspek lain yang harus diperhatikan adalah strategi pendekatan perencanaan program kerja IPI
harus mencerminkan keseimbangan antara pendekatan pendidikan dan pemberdayaan anggota.

Oleh karena itu program IPI harus benar-benar realistis dan benar-benar nyata manfaatnya baik
bagi anggotanya maupun bagi masyarakat.
4. Organisasi Pustakawan Luar Negeri
American Library Association (ALA) adalah sebuah organisasi pustakawan profesional yang
didirikan pada tahun 1953 di New York. Pertemuannya dihadiri oleh para pustakawan, peneliti,
ilmuan, dan pendeta, yang semuanya menyadari pentingnya pengetahuan tentang buku serta
kesadaran bahwa pengelolaan buku perlu dilakukan demi kepentingan umum. Di sini mereka
menekankan pentingnya adminitrasi dan organisasi perpustakaan. Mereka menyatakan bahwa
perpustakaan memiliki cirri khusus dengan mengumpulkan, mengatur, dan mempromosikan
penggunaan buku; juga diperlukan metode khusus untuk melaksanakan tugas tersebut. Jasa bagi
pemakai merupakan motivasi utama serta tujuan primer perpustakaan. Juga mereka menekankan
perlunya

menyatu

dalam

sebuah

himpunan.

Pada tahun ini, juga terbit majalah American Library Journal dengan “managing editornya”
Melvill Dewey, pencipta Dewey Decimal Classification (DDC). Menurut anggaran dasar ALA,
maka ALA bertujuan mempromosikan atau memajukan jasa perpustakaan dan kepustakawanan.
Dalam bahasa inggris dikatakan ”to promote the library service and librarianship”. Untuk
melaksanakan

tujuan

tersebut

maka

organisasi

ALA

terdiri

atas

:

1. Lima devisi jenis perpustakaan ; American Association Of School Librarians, American
Association Of State Libraries, Association Of College And Research Libraries, Association Of
Hospital

And

Institution

Libraries,

Dan

Public

Library

Association.

2. Sembilan devisi jenis aktivitas, yaitu Adult Service Devision, American Library Trustee
Association, Children’s Services Decision, Reference Services Devision, Resources And
Technical Services Devision, Young Adult Services Devision, Dan Information Science And
Automation

Devision.

3. Lima puluh cabang negara bagian, regional, dan teritorial. Istilah yang digunakan adalah
chapters mencakup semua Negara bagian, teritori seperti Guam dan Virgin Islands.
4. Dua belas organisasi yang berafiliasi dengan ALA, seperti American Associations Of Law
Libraries, American Society For Information Science, American Merchant Marine Library
Association, American Theological Library Association, Association Of American Library

Schools, Association Of Research Libraries Canadian Library Association, Library Society Of
Puerto Rico, Medical Library Association, Dan Catholic Library Association.
Kegiatan ALA dilakukan oleh staf perpustakaan di bawah pengawasan direktur eksekutif.
Direktur eksekutif melakukan kerjasama yang tidak terbatas pada dunia ALA tetapi juga dengan
bidang lain berkaitan seperti American Book Publishers Council dan National Education
Association. Semua aktivitas ALA diarahkan untuk mencapai objeknya yakni peningkatan jasa
perpustakaan dan kepustakawanan. Semua kebijakan, program, dan kegiatan dilaksanakan
dengan tujuan melayani kepentingan umum. Di samping kegiatan umum, ALA pun
menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk anggotanya. ALA menerbitkan majalah sebagai
wahana komunikasi antara sesama anggota serta media untuk menyampaikan pendapat anggota;
menerbitkan standar kesejahteraan anggota, jasa perpustakaan, pendidikan pustakawan, serta
usaha meningkatkan status pustakawan dalam masyarakat; dan mendorong penerbit swasta
menerbitkan majalah profesional kepustakawanan.
c.

Administrasi

Perpustakaan

Bila buku atau bahan pustaka lain yang akan menjadi koleksi perpustakaan tiba di perpustakaan,
baik

bersumber

1.

Pengecekan

dari

pembelian
buku

atau

maupun
bahan

hadiah,
pustaka

maka

:
lain

Bahan pustaka khususnya buku yang diserahkan ke unit pengadaan/ pengolahan bahan pustaka
yang berasal dari berbagai sumber itu, perlu dilakukan pengecekan ulang. Pengecekan terutama
lebih ditekankan pada fisik buku seperti : jumlah nomor halaman dan urutannya, ketepatan
pengarang maupun kekuatan jilidan buku, apabila ditemukan buku-buku dengan jilidan kurang
kuat, lebih baik dilakukan jilidan ulang sebelum buku-buku tersebut siap diproses.
Khusus bagi bahan pustaka yang bersumber dari pembelian, cocokkan bahan pustaka yang
diterima dengan daftar pengantar, catat jika ada cocok, selesaikan dahulu sampai semuanya
cocok, baru diproses lebih lanjut.
2.

Pencantuman

Identitas

Semua bahan pustakan dalam hal ini khususnya bahan tercetak harus diberi tanda identitas
pemilikan. Tanda ini lazimnya berupa stempel yang memang khusus didesain untuk pemberian

tanda

identitas

1.

pada

bahan

Stempel

tercetak. Ada

identitas

dua macam stempel
berupa

identitas

stempel

yaitu

:

memanjang

2. Stempel identitas berupa stempel pendek
3.

Pemberian

nomor

induk

Setelah buku distempel, buku tersebut dicatat dalam buku induk. Buku-buku didaftarkan
menurut tanggal terima. Setiap eksemplar buku memiliki nomor urut/induk tersendiri, hal ini
untuk memudahkan kita mengetahui jumlah koleksi bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan.
Misalnya buku Ensiklopedia Americana ada 30 volume/jilid, berarti harus tersedia 30 nomor
induk,

satu

volume/jilid

satu

nomor

induk.

Sebaiknya untuk buku pembelian, hadiah atau hasil tukar menukar mempunyai nomor induk
tersendiri. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengecekan, dalam mencatat nomor
induk pada buku itu sendiri.
BAB

III

PENUTUP
a.

Kesimpulan

Manajemen adalah merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi
lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner). Oleh karena itu, apabila
proses dan sistem perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan tidaka baik,
maka proses manajemen secara keseluruhan tidak lancer, dan proses pencapaian tujuan akan
terganggu

dan

mengalami

kegagalan.

Dalam penerapannya di perpustakaan , Bryson (1990) menyatakan bahwa manajemen
perpustakaan merupakan upaya pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya manusia,
informasi, sistem dan sumber dana dengan tetap memperhatikan fungsi manajemen, peran dan
keahlian. Dari pengertian ini, ditekankan bahwa untuk mencapai tujuan, diperlukan sumber daya
manusia, dan sumber-sumber nanmanusia yang berupa sumber dana, teknik atau sistem, fisik,
perlengkapan, informasi, ide atau gagasan, dan teknologi. Elemen-elemen tersebut dikelola
melalui proses manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengendalian, yang diharapkan mampu mengahsilkan produk berupa barang atau jasa yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna.
DAFTAR PUSTAKA
http://rizkysonyn.blogspot.co.id/2011/08/makalah-organisasi-perpustakaan.html
http://bacindul.blogspot.co.id/2012/06/makalah-manajemen-perpustakaan.html
http://mursi63.blogspot.co.id/2011/12/administrasi-perpustakaan.html
Qolyubi, Sihabuddin dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.Yogyakarta,
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Yulia, Yuyu dan Sujana, Janti Gristinawati.2009. Pengembangan Koleksi. Jakarta; Penerbit
Universitas Terbuka.