Chapter II Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tehnik Menyusui Yang Benar Di Desa Sei Kopas Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1.

Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni : indera penglihata, indera pendengaran, indera
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan bagian yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yaitu :
a.

Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulasi (Objek).


b.

Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul.

c.

Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini bersikap responden sudah lebih baik lagi.

d.

Trial (mencoba), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e.

Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulasi.


4
Universitas Sumatera Utara

5

2.

Tinjauan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2007 Pengetahuan yang dicakup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
a.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.


b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Contoh : dapat menggunakan rumus
statistic dalam perhitungan – perhitungan hasil penelitian dari kasus yang
diberikan.
d. Analisis (analysis)

Universitas Sumatera Utara

6
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contoh : dapat
menggambarkan

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis

menunjuk

kepada


suatu

kemampuan

untuk meletakkan

atau

menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi – formulasi yang ada. Contoh : dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.
f.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang
telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

3.

Beberapa Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a.

Cara Tradisional atau Non Ilmiah

Universitas Sumatera Utara

7
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara – cara penemuan

pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :

1) Cara coba salah (trial and error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain. Bila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan kemungkinan ke empat dan seterusnya sampai masalah tersebut
dapat terpecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi,
otoritas

pemerintah,

otoritas

pemimpin

agama,


maupun

ahli

ilmu

pengetahuan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang
lalu. Apabila dengan cara yang digunakan maka orang dapat pula
menggunakan cara tersebut.
4) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
b.

Cara Modern Memperoleh Ilmu Pengetahuan


Universitas Sumatera Utara

8
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “ metode penelitian ilmiah “
(Notoatmodjo, 2010).

4.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

a.

Umur
Umur adalah rentang waktu seseorang yang di mulai sejak dia dilahirkan hingga

berulang tahun. salah satu hal yang penting dalam mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Jika seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola
pikir dan pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap
daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan semakin baik ( Ariani, 2014).

b.

Pendidikan
Pendidikan adalah seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu

berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun
informal yang melibatkan perilaku individu maupun kelompok. Makin tinggi
pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut menerima informasi.
Seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula pengetahuan yang
dimiliki (Arianti, 2014).
c.

Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan
sering berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik
pula. Pengalaman bekerja akan memberikan pengetahuan dan keterampilan serta

Universitas Sumatera Utara


9
pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah (Arianti,
2014) .
d.

Sumber Informasi

Sumber informasi adalah sesuatu yang menjadi perantara dalam menyampaikan
informasi, seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan
memiliki pengetahuan yang luas pula. Pengetahuan bisa didapat dari media cetak,
elektronik, keluarga, teman dan lain-lain (Arianti, 2014).
e.

Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita

(BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi
primipara, multipara dan grandemultipara.
B. Ibu Nifas
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan
untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12
minggu (Arianti,2014).
Menurut Mochtar (2007) nifas dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ
reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali
dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.
C. Menyusui

Universitas Sumatera Utara

10
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya
membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6
bulan (Wiji,2013).
1.

Tehnik menyusui yang benar
Selain harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak, ibu

juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat menyusui
bayi, menurut wiji (2013) ada beberapa cara yang harus diketahui seorang ibu tetang
cara menyusui yang benar yaitu:
a.

Cara menyusui dengan sikap duduk
1)

Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.

2)

Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian di oleskan di
putiing susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

3)

Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas
pangkuan ibu dengan cara: Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi
diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
di depan. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Ibu menatap bayi
denga kasih sayang

4) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari
menekan payudara bagian atas areola.

Universitas Sumatera Utara

11
5) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
6) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.
Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola. Setelah
bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu di pegang atau di sanggah lagi.
b.

Melepaskan isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong. Sebaiknya diganti

menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi: Jari kelingking ibu
dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau Dagu bayi ditekan ke bawah.
1) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan
2) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola disekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
3) Menyendawakan bayi. Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan
udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara
menyendawakan bayi: Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan, dengan cara menelungkupkan
bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi
bersendawa.
2.

Posisi menyusui
Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus

mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke
bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan

Universitas Sumatera Utara

12
perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk menyusui
sangat penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses
menyusui berlangsung (heryani, 2012)..
Sebelum menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang bayi. Dalam
memegang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai berikut : Kepala bayi
dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu, bayi tidak dapat menetek atau
menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau melengkung. Muka bayi
menhadap payudara dengan hidung menghadap puting yaitu seluruh badan bayi
menghadap badan ibu. Ia harus menjauhi secukupnya sekedar dapat melihat. Posisi
ini adalah yang terbaik untuk bayi, untuk menghisap payudara, karena sebagian
puting sedikit mengarah ke bawah (apabila ia menghadap ibu sepenuhnya mungkin
ia tidak tepat pada payudara). Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu. Apabila bayi
baru lahir, ia harus menopang bokong bukan hanya kepala dan bahu merupakan hal
yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih besar menopang bagian atas
tubuhnya biasanya cukup.
Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi berdiri, posisi rebahan, posisi duduk,
posisi menggendong, posisi menggendong menyilang (transisi), posisi football
(mengepit) dan posisi berbaring miring (Wiji, 2013).
1) Posisi berdiri
Bila ingin menyusui dengan posisi berdiri diusahakan bayi merasa nyaman saat
menyusu. Adapun cara menyusu dengan posisi berdiri yaitu Bayi digendong dengan
kain atau alat penggendong bayi, saat menyusui sebaiknya tetap disangga dengan
lengan ibu agar bayi merasa tenang dan tidak terputus saat menyusu, lekatkan badan
bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi di belakang atau samping ibu agar
tubuh ibu tidak terganjal saat menyusu.

Universitas Sumatera Utara

13
2) Posisi rebahan
Posisi menyusui dengan rebahan dapat dilakukan dengan cara : Ibu dapat duduk
diatas tempat tidur dan punggung bersandar pada sandaran tempat tidur atau dapat
diganjal dengan bantal, kedua kaki ibu berada lurus di atas tempat tidur, bayi
diletakkan menghadap perut ibu/payudara, ibu menyangga bayi secara merata dari
kepala, bahu hingga pantatnya, posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh
bayi, namun kalau kurang dapat ditambah dengan bantal.

3) Posisi duduk
Posisi menyusui dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dan tegak
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi. Adapun cara menyusui dengan posisi duduk yaitu:
Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas pangkuan
ibu, bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu, satu tangan bayi diletakkan di
belakang badan ibu dan yang satu di depan, Perut bayi menempel badan ibu, kepala
bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
4) Posisi menggendong (the cradle hold)
Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat baik
untuk bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui bayi
dengan posisi medonna (menggendong): Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku
tangan, jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku
tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan, arahkan badan bayi
sedemikian rupa sehingga kuping bayi berada pada satu garis lurus dengan tangan

Universitas Sumatera Utara

14
bayi yang ada diatas (berbaring menyamping dengan muka, perut dan lutut
menempel pada dada dan perut ibu), tangan bayi yang lain (yang ada dibawah
tubuhnya) dibiarkan seolah-olah merangkul badan ibu sehingga mempermudah
mulut bayi mencapai payudara, tangan kiri ibu memegang payudaranya jika
diperlukan.
5) Posisi menggendong menyilang (transisi)
Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan mulutnya ke
puting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi kecil. Posisi ini
juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan posisi
menggendong menyilang: Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk
siku, melainkan dengan telapak tangan, jika menyusui dengan payudara kanan maka
menggunakan tangan kiri untuk memegang bayi, peluk bayi sehingga kepala, dada
dan perut bayi menghadap ibu, lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari
dan tangan ibu dibelakang kepala dan bawah telinga bayi, ibu menggunakan tangan
sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
6) Posisi football (mengepit)
Posisi ini dapat dipilih jika ibu menjalani operasi caesar (untuk menghindari bayi
berbaring diatas perut). Selain itu posisi ini juga bisa digunakan jika bayi lahir kecil
atau memiliki kesulitan dalam menyusu, putiing susu ibu datar (flat nipple) atau ibu
mempunyai bayi kembar. Adapun cara menyusui bayi dengan posisi football atau
mengepit adalah: Telapak tangan menyangga kepala bayi sementara tubuhnya di
selipkan di bawah tangan ibu seperti memengang bola atau tas tangan, jika menyusui
dengan payudara kanan maka memengangnya dengan tangan kanan, demikian pula
sebaliknya. Arahkan mulutnya ke puting susu, mula-mula dagunya ( tindakan ini
harus dilakukan dengan hati-hati, jika ibu mendorong bayinya dengan keras ke arah

Universitas Sumatera Utara

15
payudara, bayi akan menolak menggerakan kepalanya / melawan tangan ibu).
Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan
sebelahnya untuk memegang payudara jika di perlukan.
7) Posisi berbaring miring
Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan
lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan melalui
operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas
bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu harus didampingi oleh
orang lain ketika menyusui. Padah posisi ini kesukaran perlekatan yang lazim apabila
berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala bayi harus mengarah ke depan
untuk mencapai puting. Menyusui berbaring miring juga berguna pada ibu ingin tidur
sehingga dapat menyusui tanpa bangun.
Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring adalah: Posisi ini
dilakukan sambil berbaring di tempat tidur , mintalah bantuan pasangan untuk
meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan
membuat punggung dan panggul pada posisi yang lurus, muka ibu dan bayi tidur
berhadapan dan bantu menempelkan mulutnya ke puting susu, jika perlu letakakan
bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar bayi tidak perlu
menegakkan lehernya untuk mencapai puting dan ibu tidak perlu membungkukan
badan ke arah bayinya, sehing tidak cepat leleh.
8) Posisi menyusui dengan kondisi khusus
Ada posisi menyusui secara khusus yang berkaitan dengan situasi yang tertentu
seperti menyusui pasca operasi caesar, menyusui pada bayi kembar dan menyusui
dengan ASI yang berlimpah (penuh).
a.

Posisi menyusui pasca caesar

Universitas Sumatera Utara

16
Ada dua cara posisi menyusui pasca operasi caesar, diantaranya adalah Posisi
berbaring miring dan Posisi football atau menjepit.
b.

Posisi menyusui dengan bayi kembar
Posisi footbal atau menjepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui seksio

caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi kembar, dimana kedua bayi disusui
bersamaan kiri dan kanan, dengan cara: Kedua tangan ibu masing-masing memeluk
satu kepala bayi, seperti memegang bola, letakkan tepat di bawah payudara ibu,
posisi kaki boleh dibiarkan menjuntai keluar, untuk memudahkan, kedua bayi dapat
diletakkan pada suatu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih
sepinggang ibu, dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi
kembarnya saja, cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu.
c.

Posisi menyusui dengan ASI yang berlimpah
Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar ( penuh ) dan

alirannya deras, terdapat posisi kusus untuk dapat menghindari agar bayi tidak
tersendak dengan cara: ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi tidur di atas perut
ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau bayi di
tengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan
posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.
Ada banyak posisi bagi bayi ibu untuk menyusui. Dalam tiap posisi hal yang
penting adalah bayi cukup mengembil cukup payudara ke dalam mulutnya sehingga
ia dapat mengisap secara efektif. Segera setelah persalinan, posisi menyusui yang
terbaik adalah ditelungkupkan di perut ibu sehingga kulit ibu bersentuhan pada kulit
bayi. Kontak kulit dengan kulit dalam jam pertama setelah melahirkan membantu
menyusui dan ikatan antara ibu dan bayi dapat terjalin.

Universitas Sumatera Utara

17
Semua posisi menyusui tersebut dapat dicoba sehingga dapat menetukan posisi
yang paling nyaman sesuai kondisi ibu dan bayi. Namun dianjurkan untuk bergantiganti posisi secara teratur. Setiap posisi menyusui akan menekan bagian yang
berbeda pada payudara (bagian payudara yang lebih mendapatkan peranan adalah
yang terdapat antara bibir dan lidah). Tidakan berganti-ganti posisi ini dapat
mengosongkan semua senus. Menurut Bobak (2004), mengatakan bahwa posisi
menyusui menggendong (Madonna) sangat efektif dilakukan bagi ibu baru. Dan
untuk saat ini, posisi menyusui yang paling baik yaitu dengan posisi duduk. Selain
posisi menyusui, bra dan pakaian yang dirancang khusus dapat juga meningkatkan
kenyamanan ibu saat menyusui.
3.

Tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar
Berikut ini merupakan tanda-tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar.
a. Mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlipat keluar
b. Dagu dan hidungnya menempel pada payudara
c. Bayi telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke dalam mulutnya.
d. Bayi menyusui dengan teratur dan mendalam sebentar-sebentar berhenti
sesaat
e. Bayi menelan susu yang diminum secara teratur
f. Puting susu terasa nyaman setelah beberapa kali pemberian susu pertama.

4.

Cara lain dalam mamberikan ASI
Berbagai banyak alasan yang dapat dilontarkan ibu atas ketidaksiapannnya

dalam memberikan ASI kepada bayinya. Alasan itu bisA bermacam-macam, entah
itu bayi tidak dapat menyusu ataupun ibu dalam kondisi sakit beratsehingga ia tidak
berani manyusui bayinya. Tapi jangan khawatir, karena masih ada cara memberikan
ASI kepada bayi kita yaitu dengan cara memeras ASI.

Universitas Sumatera Utara

18
Berikut merupakan penjelasan bagaimana cara memeras ASI (wiji, 2013):
a. Cuci tangan sampai bersih
b. Peras sedikit ASI dan oleskan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola
sekitarnya
c. Duduk dengan santai dan letakkan wadah steril bermulut lebar (misal gelas)
dibawah payudara
d. Peras ASI yaitu dengan Topang payudara dengan 4 jari, dan letakkan ibu jari
diatas areola, pencet areola antara ibu jari dan jari lainnya sambil menekan
payudara kearah dada, tempat menampung ASI harus dari bahan gelas,
peras ASI untuk payudara yang satu setidaknya 4 menit, kemudian pindah
ke payudara satunya, dan peras selama 4 menit, lanjutkan memeras secara
bergantian selama paling tidak 20-30 menit.
Apabila ASI tidak mengalir lancar maka bantu ibu tehnik memeras ASI yang benar,
kompres payudara dengan air hangat, minta seseorang untuk memijat punggung dan
leher ibu agar rileks.
Apabila ASI peras tidak akan langsung diberikan, beri label (tanggal, hari dan
jam) dan simpan dalam lemari es dan gunakan dalam waktu 24 jam, atau bekukan
ASI peras (bila bisa dijaga tetap membeku pada suhu -20°C) paling lama 6 bulan:
Hangatkan ASI peras yang dibekukan atau didinginkan dengan merendam dengan
air hangat (sekitar 40°C). Gunakan ASI pada waktunya, jangan disimpan dalam
lemari es kembali bila tersisa. Jangan merebus ASI peras.
Memeras ASI langsung ke mulut bayi:
Cara ini dapat digunakan untuk bayi kecil sebagai alternatif pemberian
dengan cangkir atau sendok. Beri dukungan setiap cara pemberian minum yang
dipilih ibu. Pastikan ibu dapat memeras ASI dengan benar. Mintalah ibu untuk

Universitas Sumatera Utara

19
memeras payudara sampai beberapa tetes ASI pada puting, tunggu sampai bayi
bangun dan membuka mulut dan matanya, atau beri rangsangan lembut agar
bangun, biarkan bayi mencium bau ASI pada puting dan mencoba menghisap,
teteskan beberapa tetes ASI langsung ke mulut bayi, tunggu sampai bayi menelan
sebelum meneteskan ASI lagi. Apabila bayi telah kenyang ia akan menutup
mulutnya. Ulangi proses ini setiap 1-2 jam apabila berat bayi 1500 gram atau setiap
2-3 jam apabila berat bayi 1500 atau lebih. Pastikan bayi mendapat cukup minum
dengan menimbang berat badan setiap hari.
Memberikan ASI peras dengan cangkir yaitu Berikan ASI peras dengan cangkir, atau
sendok khusus, cuci dan rebus semua alat yang di perlukan sebelum digunakan,
berikan ASI peras sesegera mungkin, bila tidak habis dapat disimpan dalam lemari
es.

Memberikan ASI peras dengan pipa lambung
Apabila bayi dapat menggunakan cara yang disebut diatas atau memerlukan
pipa lambung untuk masalah tertentu, masukkan pipa lambung. Jangan memberikan
cairan melalui pipa lambung pada bayi dengan dehidrasi berat, tidak sadar, kejang
atau sakit berat lainnya.
Setiap kali sebelum memberi minum, pastikan pipa lambung terpasang dengan
benar yaitu Anjurkan ibu untuk berpartisipasi pada pemberian minum. Sambungkan
pangkal pipa lambung dengan sempit steril (tanpa jarum dan penyedot) Bila tidak
tersedia semprit steril, cuci semprit dengan air panas dan sabun, kemudian keringkan,
serta cuci setiap kali selesai, alat lain berbentuk semprit bisa digunakan bila bisa
dihubungkan secara pas ke pipa lambung. Tuangkan ASI peras yang dibutuhkan
kedalam semprit dengan ujung semprit menghadap ke bawah. Minta ibu memegang

Universitas Sumatera Utara

20
semprit setinggi 5-10 cm di atas bayi dan biarkan ASI peras mengalir ke bayi sesua
daya tarik bumi, jangan terlalu tinggi karena mengakibatkan aliran terlalu keras.
Dengan menggunakan cara ini setiap pemberian minum memakan waktu 5-10 menit,
bila aliran terlalu cepat, semprit dapat diturunkan ataupipa dapat dilihat agar
alirannya melambat. Bila pemberian minum selesai, lepaskan dan cuci semprit dan
tutup ujung pipa lambung . Ganti pipa lambung dan semprit sekali sehari.
5.

Masalah- masalah dalam pemberian ASI
a.

Bayi tidak cukup kenaikan berat badannya

ASI adalah makanan pokok bayi sampai usia 4-6 bulan. Karena itu bayi usia 4-6
bulan yang hanya mendapat ASI saja perlu di pantau berat badannya paling tidak
sebulan sekali. Bila asi cukup, berat badan anak akan bertambah (anak tumbuh)
dengan baik. Untuk memantau kecukupan ASI dengan memantau berat badan, dapat
digunakan kartu menuju sehat untuk anak. Untuk mencegah berat badan yang tidak
cukup naik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Perhatikan apakah bayi termasuk bayi yang menyusui lama, atau cepat.
2) Ibu jangan segera menghentikan memberikan ASI hanya karena merasa
bayi sudah cukup lama menyusu, karena sebenarnya mungkin bayi masih
mau terus menyusu.
3) Setelah bayi menyusu dan kemudian

berhenti atau tidur, cobalah

menyusukan kembali dengan menidurkan bayi telentang, gosok pelan
perutnya atau atau gerakkan kaki atau tangannya, seringkali bayi akan
bangaun kembali dan menyusu lagi.
4) Perhatikan teknik menyusui ibu, apakah sudah benar, bila masih salah
harus diperbaiki.

Universitas Sumatera Utara

21
5) Bila berat badan anak tidak naik, konsultasikan ke dokter-dokter spesialis
anak untuk mendapatkan saran selanjutnya.
b. Ibu bekerja
Sekarang banyak ibu yang bekerja, sehingga kemudian menghentikan
menyusui dengan alasan pekerjaan. Sebenarnya ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ibu yang bekerja, sebagai berikut: Sebelum berangkat kerja, susuilah
bayi. ASI yang berlebihan dapat diperas atau dipompa, kemudian di simpan di kulkas
untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja. Selama ibu bekerja, ASI dapat diperas
atau di pompa dan disimpan di lemari pendingin di tempat kerja, atau antar pulang.
Beberapa kantor atau instansi ada yang menyediakan tempat penitipan bayi atau
anak. Ibu dapat memamfaatkannya untuk kelestarian menyusui. Setelah ibu di
rumah, perbanyak menyusui, termasuk pada malam hari. Kalau anak sudah
mendapatkan makanan pendamping ASI, saat ibu tidak ada dirumah dapat
dimamfaatkan untuk memberikan makanan pendamping, sehingga kemungkinan
menggunakan susu pormula lebih kecil. Perawat bayi dapat membawa bayi ke
tempat ibu bekerja bila memungkinkan. Hendaknya ibu banyak beristirahat, minum
cukup, makan gizi cukup, untuk menambah produksi ASI.
Petugas rumah sakit yang menitipkan anaknya di tempat penitipan tidak perlu
kuatir menyusui bayinya, dengan alasan takut menularkan penyakit pada anaknya.
Hal ini dapat di jelaskan sebagai berikut: Tidak semua penyakit di tularkan melalui
kontak langsung. Ibu yang sakit pun tetap di anjurkan untuk menyusui bayinya,
apalagi ibu yang masih sehat dan bekerja sebagai petugas kesehatan. Seharusnya ibu
yang bekerja di bidang kesehatan mengerti tentang kebersihan diri setelah merawat
pasien, untuk pencegahan infeksi penularan.
c.

Ibu menderita penyakit Hepatitis (HBsAg+) atau AIDS (HIV+)

Universitas Sumatera Utara

22
Ibu yang mederita hepatitis atau AIDS tidak diperkenalkan menyusui bayinya,
karena dapat menularkan virus kepada bayinya melalui ASI. AIDS pada muncul
bersama-sama seperti AIDS pada orang dewasa. Pada orang dewasa, penularan HIV
umumnya melalui 3 cara, yaitu hubungan seksual dengan penderita, penularan
perenteral seperti transfusi darah, jarum suntik yang di pakai bersamaan penderita,
serta perinatal dari ibu yang menderita kepada bayinya.
Pada anak AIDS mempunyai hubungan spesifik dengan paktor-paktor resiko
tertentu misalnya ibu yang kecanduan obat dan sering menggunakan suntikan, anak
yang mendapat transfusi dari donor penderita, dan sebagainya. Apakah menyusui
merupaakan paktor resiko penularan AIDS pada anak masih merupakan hal
kontroversial.
Dugaan peranan menyusui sebagai paktor resiko penularan AIDS pada bayi
dan anak di mulai dari adanya laporan dari berbagai negara tentang ibu yang dapat
transfusi yang mengandung HIV pasca persalinan. Ternyata kemudian di temukan
bayi ibu tersebut terinfeksi juga oleh HIV. Bahkan ada juga laporan bahwa HIV
dapat di isolasi darI ASI.
Meskipun demikian ada yang tidak sependapat terhadap pandangan ASI
sebagai media penularan HIV. Masalahnya adalah pada laporan tersebut belum dapat
dubuktikan bahwa ASI adalah memang satu-satunya kemungkinan penularan pada
bayi atau anak tersebut. Juga ada laporan yang menyebutkan bahwa meskipun
seorang ibu positif HIV, anaknya tidak. Pendapat ini di dukung data epidemiologi,
yaitu bahwa angka penularan perinatal yang di kumpulkan dari seluruh dunia sebesar
25-50%.
Masalahnya adalah apakah ibu dengan HIV positif akan tetap di perbolehkan
menyusui bayinya. Adanya dugaan bahwa kemungkinan virus AIDS dapat ditularkan

Universitas Sumatera Utara

23
melalui ASI menyebabkan Centers For Disease Control (Amerika Serikat) melarang
ibu yang terifeksi HIV untuk menyusui bayinya, sebaliknya Word Health
Organization (WHO) memperbolehkan. Pandangan berbeda kedua lembaga ini
disebabkan latar belakang yang berbeda. Di kebanyakan bagian dunia, ASI
mempunyai peranan yang sangat penting karena mengandung zat gizi yang baik,
mengandung zat antiifeksi (kekebalan), serta ekonomis. Hal ini menjadi dasar
kebijakan WHO. Sebaliknya di negara maju, biaya dan keberadaan susu formula
memberikan alternatif untuk dapat lebih mempertimbangkan masalah keselamatan
dan pencegahan penularan.
Meskipun demikian, ada juga pandangan yang memperbolehkan ibu tetap
menyusui bayinya, yaitu bila penularan sudah terjadi saat persalinan atau bahkan inutero, justru menyusui itu akan melindungi bayi dari infeksi lain yang menyertai
AIDS. Pendapat lain yang meninjau dari segi praktis, bahwa jika larangan menyusui
hanya di tunjukkan pada ibu yang benar-benar positif terinfeksi, maka tidak akan
banyak mempengaruhi angka menyusui, tetapi sulit dapat di pastikan pada semua
golongan ibu bahwa seorang ibu benar-benar terinfeksi. Akibatnya larangan
menyusui juga akan di tunjukkan kepada ibu-ibu yang termasuk kelompok resiko
padahal belum tentu terinfeksi, sehingga menjadi berlebihan. Kontroversi ini menjadi
dasar sikap untuk sementara melarang ibu yang terinfeksi HIV menyusui bayinya,
sampai diperoleh pandangan yang sepaham tentang hal ini.
6. Masalah pada ibu saat menyusui
Masalah yang sering terjadi pada saat menyusui, diantaranya sebagai berikut.
1. Pembesaran payudara
Sekitar 2 atau 3 hari setelah bayi lahir, mungkin payudara ibu akan membesar
secara dramatis, panas, keras, dan terasa tidak nyaman. Hal ini normal terjadi dan

Universitas Sumatera Utara

24
tidak perlu di khawatirkan. Pembesaran biasanya terjadi beberapa hari, namun
kadang terasa sangat menyakitkan.
2. Afterpains
Hormon oksitosin yang menyebabkan refles aliran air susu juga menyebabkan
kontraksi pada rahim saat melahirkan. Oksitosin yang dihasilkan saat menyusui dapat
menyebabkan kontraksi rahim lagi. Afterpains ini bervariasi, mulai nyeri ringan
hingga kontraksi yang benar-benar menyakitkan. Selain itu, sakitnya muncul hilang
selama 5-10 menit dan akan berhenti setelah 4 hari.
3. ASI tersumbat
Masalah ini paling sering ditemui pada ibu pasca bersalin. Tersumbatnya
saluran ASI dapat menyebabkan rasa sakit, demam, payudara berwana merah, teraba
ada benjolan yang terasa sakit, bengkak dan payudara mengeras. Pada kondisi ini,
saluran air susu tidak mengalami pengosongan denga baik sehingga air susu jadi
menumpuk. Hal ini terjadi bila bayi tidak dapat menghisap denga baik saat waktu
menyusui. Bisa pula disebabkan oleh tekanan pada sebagian payudara, seperti bra
terlalu kencang, posisi mennyusui yang salah atau penyebab lain. Jika tidak
segeraditangani, hal ini bisa mengakibatkan demam pada ibu.

4. Puting susu nyeri
Menyusui sebenarnya tidak menyakitkan segera setelah bayi lahir, puting susu
terasa menjadi lebih sensitif sebab ujung-ujung saraf dipersiapkan untuk
meresponisapan mulut bayi. Pada awalnya, ibu mungkin akan merasa tidak nyaman
dengan payudara yang membesar karena produksi ASI. Namun saat bayi mulai
menghisap, ibu akan merasa lebih nyaman. Bila menyusui terasa menyakitkan,
berarti ada yang salah dengan proses menyusui ibu. Sebagian besar masalah yang

Universitas Sumatera Utara

25
muncul disebabkan bayi tidak meletakkan mulutnya ke payudara ibu dengan tepat.
Bila nyeri terus berlanjut selama menyusui atau kulit puting susu menjadi merah,
bengkak, luka, gatal atau terkelupas, masalah ini disebabkan karena mulut bayi tidak
melekat pada payudara dengan tepat, bayi menghisap pada puting susu menjadi lecet
dan luka. Ada thrush (bintik) atau bercak putih pada mulut bayi. Ibu dan bayi sensitif
terhadap krim dan sabun.

Universitas Sumatera Utara