View of PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL
PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER DAPAT
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH
MIMI FARIJANI
SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan

Abstrak : Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan semenjak proses
terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang menghantarkan Sejarah sebagai bahan
kajian yang menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan
eksistensi Sejarah . Karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila,
sehingga pembangunan manusia seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang
mempertanyakan keberhasilan pengajaran Sejarah terhadap moral pelajar khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action
research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu: rancangan,
kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2014/2015. Data yang
diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil
analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I
sampai siklus III yaitu , siklus I (60%), siklus II (80%), siklus III (92%). Hal ini
membuktikan bahwa metode pembelajaran kooperatif dapat berepengaruh positif
terhadap prestasi dam motivasi belajar siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bangkalan

Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2014/2015, serta model pembelajaran ini dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Sejarah .
Kata Kunci: Sejarah, Learning Together

Abstract: A tortuous and challenging journey since its formation to the present
state that delivers history as an interesting study material. Moreover, lately there is
a group of people who doubt the existence of History. Due to the abuses and
betrayals of Pancasila, the whole human development becomes inhibited. And
some are questioning the success of teaching History to the morale of students in
particular and the wider community in general. This research uses action research
for three rounds. Each round consists of 4 stages: design, activity and observation,
reflection and refission. Each round consists of 4 stages: design, activity and
observation, reflection and refission. Target of this research is student of Class X
SMA Negeri 1 Bangkalan Regency of Bangkalan Year of Lesson 2014/2015. Data
obtained in the form of formative test results, observation sheet of teaching and
learning activities. From the analysis results obtained that the students' learning
achievement increased from cycle I to cycle III that is, cycle I (60%), cycle II
(80%), cycle III (92%). This proves that cooperative learning method can have a
positive effect on student achievement and motivation achievement of Class X
SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan Lesson Year 2014/2015, and this

learning model can be used as an alternative learning history

125

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

bagimana ya-ng akan dipilih untuk
mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan
penentuan metode ini didasari adanya
metode-me-tode tertentu yang tidak bisa
dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Sejarah sebagai salah satu bidang studi
yang diberikan di sekolah-sekolah umum
maupun madrasah - madrasah mulai dari
tingkat dasar hingga per-guruan tingi
memiliki nilai-nilai histo-ries yang tidak
terdapat pada bidang studi lainnya. Karena
Sejarah sebagai suatu bidang studi memiliki
dasar kon-stitusional yaitu UUD 1945 dan
keteta-pan MPR No.II/MPR/1993.

Dengan memperhatikan gejala-gejala
tersebut di atas, maka timbul pernyataan
dalam benak penulis, sejauh manakah
keberhasilan pengajaran Seja-rah selama
ini? Padahal sering digem-bar-gemborkan
sebagai bangsa Indone-sia kita harus atau
wajib mengamalkan Pancasila sebagai
pedoman hidup da-lam berbangsa dan
bernegara. Tetapi kenyataannya masih
banyak
terdapat
penyimpanganpenyimpangan dan pe-ngkianatan terhadap
nilai-nilai luhir ya-ng terkandung dalam
Pancasila bahwa ada beberapa faktor yang
menjadi pe-nyebabnya, diantaranya faktor
tersebut adalah strategi pembelajaran yang
kurang mengena terhadap pembelaja-ran
Sejarah dalam meningkatkan pema-haman
siswa terhadap pebelajaran Se-jarah.
Dengan menyadari gejala-gejala atau

kenyataan tersebut di atas, maka dalam
penelitian ini penulis mengambil judul
“Pembelajaran
Konstektual
Mo-del
Pengajaran Learning Together da-pat
Meningkatkan Prestasi Belajar Se-jarah
Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1

Pendahuluan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur
yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
yang diharapkan dapat diwu-judkan dalam
bentuk perilaku kehidu-pan sehari-hari
siswa.
Sejarah
di tingkat Sekolah Dasar
bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dalam memahami dan menghayati nilai Pancasila dalam rangka
pembentukan sikap dan perilaku seba-gai
pribadi, anggota msyarakat, sdan warga

negara yang bertanggung jawab serta
memberi bekal kemampuan untuk mengikuti
pendidikan pada jernjang pendidikan
selanjutnya. Untuk menca-pai tujuan
tersebut diperlukan sarana dan prasarana
penunjang, seperti kuri-kulum, guru
pengajar maupun metode pengajaran,
Titik sentral yang harus dicapai setiap
kegiatan
belajar
mengajar
adalah
tercapainya tujuan pengajaran. Apapun yang
ternasuk perangkat priogram pe-ngajaran
dituntut secara mutlak untuk menunjang
tercapainya tujuan. Guru ti-dak dibenarkan
mengajar dengan ke-malasan. Anak
didikpun diwajibkan mempunyai kreativitas
yang tinggi da-lam belajar, bukan selalu
menanti pe-rintah guru. Kedua unsur

manusiawi ini juga beraktivitas tidak lain
karena ingin mencapai tujuan secara efektif
dan e-fisien.
Guru sebagai salah satu sumber belajar
berkewajiban menyediakan lingkungan
belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar
anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang
harus guru la-kukan adalah melakukan
pemilihan dan menentukan metode yang
126

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

Jadi, pembelajaran adalah proses yang
disengaja yang menyebabkan sis-wa belajar
pada suatu lingkungan bela-jar untuk
melakaukan kegiatan pada si-tuasi tertentu.

Bangkalan Kabupaten Bangkalan Ta-hun
Pelajaran 2014/2015”.

Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini asalah sebagai berikut: “Untuk
mengetahui peningkatan pres-tasi belajar
Sejarah setelah diterapkan-nya pembelajaran
konstektual model pengajaran Learning
Together pada sis-wa Kelas X SMA Negeri
1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun
Pelajaran 2014/2015”.

Motivasi Belajar
Pengertian tradisional menitik beratkan
pada metode imposisi, yakni pengajaran
dengan cara menuangkan hal-hal yang
dianggap penting oleh gu-ru bagi murid
(Hamalik, Oemar: 2001: 157). Cara ini tidak
mempertimbang-kan apakah bahan pelajaran
yang dibe-rikan itu sesuai atau tidak dengan
ke-sanggupan, kebutuhan, minat, dan tingkat kesanggupan, serta pemahaman murid.
Tidak pula diperhatikan apakah bahan-bahan
yang diberikan itu dida-sarkan atas motifmotif dan tujuan ya-ng ada pada murid.

Sejak adanya penemuan-penemuan baru
dalam bidang psikologi tentang kepribadian
dan
tingkahlaku
manusia,
serta
perkembangan
dalam
bidang
ilmu
pendidikan maka pandangan tersebut
kemudin berubah. Faktor siswa didik justru
menjadi unsur yang menentukan berhasil
atau tidaknya pengajaran
berdasarkan
“Pusat minat”
anak ma-kan, pakaian,
permainan / bekeraja. Kemudian menyusul
tokoh pendidikan lainnya, seperti Dr. John
Dewey, yang terkenal dengan “pengajaran

pro-yeknya”, yang berdasarkan pada masalahyang menarik minat siswa, system
persekolahan lainnya. Sehingga sejak itu
pula para ahli berpendapat, bahwa tingkah
laku manusia didorong oleh motif-motif
tertentu, dan perbuatan be-lajar akan
berhasil apabila didasarkan pada motivasi
yang aa pada murid. Mu-rid dapat dipaksa
untuk mengikuti se-mua perbuatan, tetapi ia
tidak dapat di-paksa untuk menghayati

Kajian Pustaka
Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah beru-saha
memperoleh kepandaian atau il-mu, berubah
tingkah laku atau tangga-pan yang
disebabkan oleh pengalaman (KBBI,
1996:14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut,

Sutomo (1993:68), mengemu-kakan bahwa
belajar
adalah
proses
pe-ngelolaan
lingkungan seseorang de-ngan sengaja
dilakukan sehingga me-mungkinkan dia
belajar
untuk
mela-kukan
atau
mempertunjukkan tingkah laku tertentu
pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses
pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
perubahan dalam kebiasaan , kecakapan,
bertambah pengetahuan, berkembang daya
pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo,
1993:120).
Pasal 1 Undang-Undang No. 20 ta-hun
2003 tentang sistem pendidikan nasional

menyebutkan bahwa pembela-jaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.

127

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

perbuatan itu sebagaimana mestinya. Seekor
kuda dapat digiring ke sungai tetapi tidak
da-pat dipaksa untuk minum. Demikian pula
halnya dengan murid, guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepaa mereka, akan
tetapi guru tidak mungkin dapat memaksanya
untuk belajar dalam arti se-sungguhnya. Inilah
yang menjadi tugas paling berat yakni
bagaimana caranya berusaha aga murid mau
belajar, dan me-miliki keinginan untuk belajar
secara kontinyu.
Motif adalah daya daolam diri sese-orang
yang mendoronbgnya untuk me-lakukian
sesuatu, atau keadaan seorang atau organisme
yang menyebabkan ke-siapannya untuk
memulai serangkaian tingkah laku untuk
memenuhi kebuuhan dan mencapai tujuan.,
atau keadaan dan kesiapan dalam arti individu
yang men-dorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:
114) motivasi adalah suatu pen-dorong yang
mengubah energi dalam diri seseorang ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat di-perlukan sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasai dalam belajar ti-dak
akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Hal ini sesui dengan yang di-ungkapkan oleh
Nur (2001: 3) bahwa sis-wa yang bermotivasi
dalam belajar se-suatu akan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari ma-teri itu, sehingga siswa itu
dapat me-nyerap dan mengendapkan materi
itu, se-hingga siswa itu akan menyerap dan
me-ngendapkan materi itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang
mendorong seseorang untuk berbuat se-suatu
dalam mencapai ujuan tertentu.

Model LT (Learning Together)
Para siswa dikelompokkan ke da-lam
tim dengan empat sampai lima ora-ng per
tim dan heterogen kemampuan-nya. Para
siswa bekerja sebagai suatu kelompok untuk
menyelesaikan sebuah produk kelompok,
berbagai gagasan, dan membantu satu sama
lain dengan jawaban, dan meminta bantuan
dari te-man yang lain sebelum bertanya
kepa-da guru, dan si guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan
kinerja kelompok.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan pene-litian
tindakan
(action
research),
kare-na
penelitian dilakukan untuk meme-cahkan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab
menggambarkan ba-gaimana suatu teknik
pembelajaran di-terapkan dan bagaimana
hasil yang di-inginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002: 54) ada 4
macam bentuk penelitian tinda-kan, yaitu :
(1) Penelitian tindakan guru sebagai peneliti,
(2) Penelitian tindakan kolaboratif, (3)
Penelitian tindakan si-multan terintegratif,
dan (4) Penelitian tindakan social
eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tin-dakan
diatas, ada persamaan dan per-bedaannya.
Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana
dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam
Sukidin dkk. 2002: 55), ciri-ciri dari setiap
penelitian ter-gan-tung pada : (1) Tujuan
utamanya atau pada teknannya, (2) Tingkat
kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti
dari luar, (3) Proses yang digunakan dalam
melakukan penelitian, dan (4) Hu-bungan
antara proyek dengan sekolah.
128

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

Dalam penelitian ini menggunakan
bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru
sangat berperan sekali dalam pro-ses
penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini,
tujuan utama penelitian tin-dakan kelas ialah
untuk
meningkatkan
praktik-praktik
pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini,
guru terlibat lang-sung secara penuh dalam
proses peren-canaan, tindakan, observasi,
dan reflek-si. Kehadiran pihak lain dalam
peneli-tian ini peranannya tidak dominant
dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada per-baikan
pembelajaran yang berkesinam-bingan.
Kemmis dan Tagart (1988: 14) menyatakan
bahwa model penelitian tindakan adalah
berbentuk spiral. Taha-pan penelitian
tindakan pada suatu sik-lus meliputi
perencanaan atau pelaksa-naan observasi
dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan
dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan
dirasa su-dah cukup.
Tempat penelitian adalah tempat yang
digunakan dalam melakukan pe-nelitian
dalam memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini bertempat di Kelas X SMA
Negeri 1 Bangkalan Kabupaten Bangkalan
Tahun Pelajaran 2014/2015.
Waktu
penelitian
adalah
waktu
berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini
dilaukan pada bulan April 2014 se-mester
ganjil.
Subyek penelitian adalah siswa-siswi
Kelas X SMA Negeri 1 Bang-kalan
Kabupaten Bangkalan Tahun Pe-lajaran
2014/2015 pada pokok bahasan penegakan
HAM dan Implikasinya.
Menurut pengertiannya, penelitian
tindakan adalah penelitian tentang hal-hal

yang terjadi di sekelompok masya-rakat atau
sasara, dan hasilnya lang-sung dapat
dikenakan
pada
masyarakat
yang
bersangkutan (Arikunto, Suhar-simi, 2002:
82). Ciri atau karakteristik utama dalam
penelitian tindakan adalah adanya partisipasi
dan kolaborasi an-tara peneliti dengan
anggota kelompok sasaran. Penelitian
tindakan adalah satu strategi pemecahan
masalah yang me-manfaatkan tindakan
nyata dalam ben-tuk proses pengembangan
invovatif ya-ng dicoba sambil jalan dalam
mende-teksi dan memecahkan masalah.
Dalam prosesnya, pihak-pihakyang terlibat
da-lam kegiatan tersebut dapat mendukung
satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tin-dakan
harus memenuhi beberapa prin-sip sebagai
berikut : 1) kegiatan pene-litian, baik
intervensi maupun penga-matan yang
dilakukan tidak boleh sam-pai mengganggu
atau menghambat kei-gatan utama. 2) Jenis
intervensi yang dicobakan harus efektif dan
efisien, ar-tinya terpilih dengan tepat sasaran
dan tidak memboroskan waktu, dana dan
tenaga. 3) Metodoloi yang digunakan harus
jelas, rinci, dan terbuka, setiap la-ngkah dari
tindakan dirumuskan secara tegas, sehingga
orang yang berminat terhadap penelitian
tersebut dapat me-ngecek setiap hipotesis
dan pembukti-annya.
Sesuai dengan jenis penelitian ya-ng
dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini
menggunakan
mo-del
penelitian tindakan dari kemmis dan Taggert
(dalam Arikunto, Suhar-simi, 2002: 83)
yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi plan-ning (rencana), action
(tindakan), ob-servation (pengamatan), dan
129

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

reflection (refleksi). Langkah pada siklus
beri-kutnya adalah perencanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang be-rupa
identifikasi permasalah.
Alat pengumpul data dalam pene-litian
ini adalah tes buatan guru yang fungsinya
adalah : (1) Untuk menen-tukan seberapa
baik siswa telah me-nguasai bahan pelajaran
yang diberikan dalam waktu tertentu; (2)
Untuk me-nentukan apahah suatu tujuan
telah ter-capai; dan (3) Untuk memperoleh
suatu nilai. (Arikunto, Suharsimi, 2002:
149). Sedangkan tujuan dari tes adalah
untuk mengetahui ketuntasan belajar secara
individual maupun secara klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan sis-wa
sehingga dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagain ma-na
TPK yang belum tercapai. Untuk
memperkuat data yang dikumpulkan, maka
jua
digunakan
metode
observasi
(pengamatan) yang dilakukan oleh teman
sejawat untuk mengetahui dan merekam
aktivitas guru dan siswa da-lam proses
belajar dan mengajar.
Dalam rangka menyusun dan me-ngolah
data yang terkumpul, sehingga dapat
menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka digunakan
analisis data kuantitif dan pada metode
observasi digunakan data kualitatif. Cara
perhitungan untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa dalam proses belajar mengajar
sebagai berikut : 1) Merekapitulasi hasil tes.
2) Menghitung jumlah skor yang ter-capai
dalam prosentasenya untuk ma-sing-masing
siswa dengan menggu-nakan rumus

ketuntasan belajar seperti yang terdapat
dalam buku petunjuk tek-nis penilaian, yaitu
siswa dikatakan tuntas secara individual jika
mendapat nilai minimal 65, sedangkan
sklasikal dikataka tuntas belajar, jika jumlah
sis-wa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang tela mencapai daya se-rap
lebih dari sama dengan 65%. 3)
Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada akti-vitas
guru dan siswa selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Hasil Penelitian Per Siklus
1. Siklus I
Pada akhir proses belajar me-ngajar
siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses
belajar
mengajar
yang
te-lah
dilakukan.
Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

No

Uraian

1
2

Nilai rata-rata tes
formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Persentase ketuntasan
belajar

3

Hasil
Siklus I
68,00
15
60%

Dari tabel di atas dapat dijelas-kan,
bahwa
dengan
menerapkan
pembelajaran
kontekstual
model
pengajaran Learning Together di130

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

peroleh nilai rata-rata presentasi
belajar siswa adalah 68,00 dan
ketuntasan belajar mencapai 60% atau
ada 15 siswa dari 25 siswa sudah
tuntas
belajar.
Hasil
terse-but
menunjukkan bahwa pada siklus I
secara klasikal siswa be-lum tuntas
belajar, karena siswa yang belum
memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar
60% lebih kecil dari presentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu
ebesar 85%. Hal ini disebabkan karena
siswa masih merasa baru dalam mengerti apa yang dimaksudkan dan
digunakan guru dengan pembela-jaran
kontekstual
metode
penga-jaran
Learning Together.

belajar mengajar yang telah dilakukan
instrument yang digunakan adalah tes
forma-tif II.
Adapun data hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No

Uraian

1
2

Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Persentase ketuntasan
belajar

3

Hasil
Siklus II
76,00
20
80%

Dari tabel di atas diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah 76,00
dan ketuntasan be-lajar mencapai 80%
atau ada 20 siswa dari 25 siswa sudah
tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan
bahwa pada siklu II ini ketunta-san
belajar
secara
klasikal
telah
mengalami peningkatan sedikit lebih
baik dari siklus I. adanya peningkatan
hasil belajar siswa ini karena setelah
guru meng-informasikan bahwa setiap
akhir pelajaran akan selalu diadakan
tes,
sehingga
pada
pertemuan
berikutnya siswa lebih termoti-vasi
untuk belajar. Selain itu siswa jua
sudah mulai mengerti apa yang
dimaksudkan dan di-inginkan guru
dengan menerap-kan pembelajaran
kontekstual
model
pengajaran
Learning To-gether.

2. Siklus II
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksa-nakan
pada tanggal 13 Mei 2014 di Kelas X
dengan jumlah siswa 25 siswa. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai
pengajar, se-dangkan yang betindak
sebagai pengamat adalah seorang guru
Sejarah Kelas X adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan mem-perhatikan
revisi pada sikus I, se-hingga
kesalahan atau kekura-ngan pada
siklus I tidak terulang lagi pada siklus
II.
Pengamatan (observasi) dilaksa-nakan
bersamaan
dengan
pelak-sanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar me-ngajar,
siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengeta-hui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses

3. Siklus III
Pelaksanan kegiatan belajar me-ngajar
untuik siklus III dilak-snakan pada
tanggal 30 Mei 2014 di Kelas X
Dengan jumlah siswa 25 siswa. Dalam
131

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

belajar
pada
siklus
II.
Dan
peningkatan hasil belajar pada siklus
III ini dipengaruhi oleh adanya
penbingkatan kemampu-an guru dalam
menerapkan
pem-belajaran
kontekstual model pe-ngajaran berbsis
masalah, sehi-ngga siswa menjadi
lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini, sehingga sisw lebih mudah
dalam memahami materi yang telah
diberikan.

hal ini peneliti bertindak sebagai
pengajar, se-dangkan yang bertindak
sebagai pengamat adalah seorang guru
Sejarah dan wali kelas IV ada-pun
proses belajar mengajar me-ngacu
pada rencana pelajaran de-ngan
memperhtikan revisi pada siklus II,
sehingga kesalahan atau kekurangan
pa siklus II tidak te-rulang lagi pada
siklus III. Pe-ngamatan (observsi)
dilaksana-kan
bersama
dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir prose bvelajar menga-jar
siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang te-lah
dilakukan. Instrument yang dilakukan
adalah tes formatif III.
Adapun data hasil penelitian pada
siklus III adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3.
Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

No

Uraian

1
2

Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas
belajar
Persentase ketuntasan
belajar

3

Pembahasan
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bhwa pembelajaran kontekstual
model pengajaran Learning Together
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari semakain mantap-nya
pemahaman siswa terhadap materi ya-ng
disampaikan guru (ketuntasn belajar
meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu
masing-masing 60%, 80%, dan 92%. Pada
siklus III ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai. Adapun grafik
perbandingan ketiga siklus tersebut adalah :

Hasil
Siklus III
83,00
23

Grafik
Perbandingan

92%

92%

60%
Siklus 1

Berdasarkan table di atas dipe-roleh
nilai rata-rata tes formatif sebesar
83,00 dari 25 siswa yang telah tuntas
sebnyak 23 siswa dan 2 siswa belum
mencapai ketun-tasan belajar. Maka
secara kla-sikal ketuntsan belajar yang
telah tercapai sebesar 92% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III
ini mengalami peningkatan hasil

80%
Siklus 2

Berdasarkan analisis ata, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar dengan menerapkan pembe-lajaran
kontekstual model pengajaran berbasis
masalah dalam setiap siklus mengalami
132

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

peningkatan. Hal ini ber-dampak positif
terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya nilai ratarata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami pe-ningkatan.
Berdasarkan analisis data, dipero-leh
aktivitas siswa dalam proses pem-belajaran
Sejarah pada pokok bahasan penegakan
HAM
dan
Implikasinya
de-ngan
pembelajaran kontekstual model pengajaran
Learning Together yang pa-ling dominant
adalah bekerja dengan sesame anggota
kelompok, mendengar-kan/ memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/
antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bah-wa aktivitas siswa dapat
dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama
pembelajaran telah melaksana-kan langkahlangkah kegiatan belajar mengajar dengan
menerapkan penga-jaran kontekstual model
pengajaran Learning Together dengan baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul, diantaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam menemu-kan
konsep, menjelaskan materi yang sulit,
memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya
jawab, dimana prosentase untuk aktivitas di
atas cukup besar.

dampak positif da-lam meningkatkan
prestasi belajar sis-wa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam
setiap siklus, yaitu siklus I (60%0, siklus II
(80%), siklus III (92%).
3)
Pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat
perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan
pertanyaan. 4) Siswa dapat bekerja se-cara
mandiri maupun kelompok, serta mampu
mempertanggungjawabkan se-gala tugas
individu maupun kelompok.
5)
Penerapan pembelajaran kontekstual model
pengajaran Learning Together mempunyai
pengaruh positif, yaitu da-pat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Dari hasil penelitian yang dipe-roleh
dari uraian sebelumnya agar pro-ses belajar
mengajar Sejarah lebih e-fektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
maka disampaikan saran sebagai berikut: 1)
Untuk
melak-sanakan
pembelajaran
kontekstual mo-del pengajaran Learning
Together me-merlukan persiapan yang
cukup ma-tang, sehingga guru harus mampu
me-nentukan atau memilih topic yang benar-benar bias diterapkan dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran
Learning Together dalam proses belajar
mengajar, sehingga diperoleh hasil yang
optimal. 2) Dalam rangka me-ningkatkan
prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai
metode pengajaran, walau dalam taraf yang
sederhana, di-mana siswa nantinya dapat
menemukan pengetahuan baru, memperoleh
konsep dan keterampilan, sehingga siswa
ber-hasil atau mampu memecahkan ma-

Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dipaparkan selama tiga siklus, ha-sil seluruh
pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut: 1) Pembelajaran kon-tekstual model
pengajaran Learning Together dapat
meningkatkan
kualitas
pembelajaran
Sejarah. 2) Pembelajaran kontekstual model
pengajaran Learning Together memiliki
133

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar
dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

salah-masalah yang dihadapinya. 3) Perlu
adanya penelitian yang lebih lan-jut, karena
hasil penelitian ni hanya dilakukan di Kelas
X SMA Negeri 1 Bangkalan Kabupaten
Bangkalan Ta-hun Pelajaran 2014/2015. 4)
Untuk pe-nelitian yang serupa hendaknya
dila-kukan perbaikan-perbaikan, agar diperoleh hasil yang lebih baik.

Hasibuan. J.J. dan Murdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandu-ng: Remaja
Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cip-ta.

Daftar Pustaka
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Ban-dung: Sinar
Baru Algesindo.

Masriyah. 1999. Analisis Butir
Surabaya: Universitas Press.

Tes.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen
Mengajar Secara Manusuawi. Ja-karta:
Rineksa Cipta.

Nur, Muh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk
Belajar. Surabaya: Univer-sity Press.
Universitas Negeri Su-rabaya.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakar-ta: Bumi
Aksara.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Arikunto, Suharsismi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Prak-tek.
Jakarta: Rineksa Cipta.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakar-ta:
Bina Aksara.

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses
Belajar mengajar Pendidikan. Ja-karta:
Usaha Nasional.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan
Model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan
Konsep Pendidikan Moral Pan-casila.
Semarang: Aneka Ilmu.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Sura-baya: Insan
Cendekia.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakar-ta: Rineksa
Cipta.

Surakhmad, Winarto. 1990. Metode
Pengajaran
Nasional.
Bandung:
Jemmars.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.
Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research,
Jilid I. Yogyakarta: YP-.Fak. Psikologi
UGM.

134

Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Learning Together, Mimi Farijani

Syah, Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan,
Suatu pendekatan Ba-ru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Usman, Muh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Profesional.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya

135