ANALISIS GERAKAN GREEN GENERATION TERHAD

ANALISIS GERAKAN GREEN GENERATION TERHADAP
VANDALISME REMAJA KOTA PALEMBANG SEBAGAI
BENTUK EKSISTENSI DALAM MEDIA SOSIAL

Disusun oleh:
Kelompok 4
Ami Isnaini

07021281320021

Talitha Yasmine

07021381320002

Siti Dwi Rukmanasari Putri

07021381320027

Mata Kuliah:
Praktek Penelitian Sosial
Dosen Pembimbing:

Dr. Ridho Taqwa, M.Si
Vieronica Varbi Sununianti, S.Sos.,M.Si

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
proposal yang berjudul “Analisis Gerakan Green Generation Terhadap
Vandalisme Remaja Kota Palembang Sebagai Bentuk Eksistensi dalam
Media Sosial (facebook, BBM, IG)” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Proposal ini disusun guna memenuhi tugas kuliah Praktek Penelitian Sosial.
Dalam kesempatan ini juga kami menyampaikan banyak terima kasih yang
tiada terkira kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penulisan proposal ini tentunya tidak lepas dari
bantuan responden dan pengarahan dari dosen pengampuh. Untuk itu kami

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ridho
Taqwa, M.Si dan Ibu Vieronica Varbi S, S.Sos.M.Si selaku dosen pembimbing
yang membantu terselesaikannya proposal ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki,
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Februari, 2016

Tim Penulis

2
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................6
1.1 Latar Belakang................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................11
2.1 Penelitian Terdahulu.......................................................................11
2.2 Kerangka Pemikiran........................................................................15
2.2.1 Teori Framing.......................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................17
3.1 Desain Penelitian dan Jenis Penelitian...........................................17
3.2 Lokasi Penelitian............................................................................18
3.3 Strategi Penelitian...........................................................................19
3.4 Peranan Penelitian..........................................................................20
3.5 Penentuan Informan........................................................................22
3.6 Teknik Pengumpulan Data..............................................................23
3.6.1 Wawancara (Interview)...........................................................23
3.6.2 Observasi................................................................................25
3.6.3 Dokumentasi...........................................................................27

3.7 Teknik Analisis...............................................................................27
3.7.1 Reduksi Data...........................................................................28
3.7.2 Penyajian Data........................................................................29
3
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3.7.3 Menarik Kesimpulan..............................................................30
3.8 Teknik Triangulasi..........................................................................31
3.9 Jadwal Kegiatan..............................................................................32
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN..............33
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................33
4.1.1 Lokasi Gerakan Green Generation.........................................34
4.1.2 Lokasi Aktor Vandalisme........................................................35
4.1.3 Lokasi Media Sosial...............................................................35
4.2 Sejarah.............................................................................................36
4.2.1 Komunitas Green Generation.................................................36
4.2.2 Aktor Vandalisme....................................................................37
4.2.3 Media Sosial...........................................................................37
4.3 Profil Informan................................................................................38
4.4 Program Kegiatan Green Generation.............................................39

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN.................................................41
5.1 Gerakan Green Generation.............................................................41
5.2 Peran Green Generation Palembang dalam Melihat Fenomena
Vandalisme.......................................................................................45
5.3 Vandalisme dari Sudut Pandang Masyarakat Kota Palembang......46
5.4 Vandalisme Dilihat dari Sudut Pandang Aktor...............................50
5.5 Triangulasi......................................................................................51
5.5.1 Triangulasi Metode...............................................................51
BAB VI PENUTUP......................................................................................56
6.1 Kesimpulan.....................................................................................56
6.2 Saran...............................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

4
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PEDOMAN WAWANCARA
TRANSKRIP WAWANCARA
KARTU BIMBINGAN

CURRICULUM VITAE
FOTO

5
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan zaman, banyak sekali fenomena perkembangan
zaman mengitari dunia, khususnya Indonesia. Remaja Indonesia yang memiliki
psikologis yang masih labil cenderung akan merasa ingin menang sendiri. Banyak
prilaku remaja yang simpang siur di sekitar masyarakat, baik yang berperilaku
positif dan berperilaku negatif. Salah satu perilaku negatif remaja Indonesia
adalah Vandalisme. Vandalisme merupakan sebuah perilaku remaja yang dengan
sengaja merusak lingkungan, perilaku tersebut seperti mencoret dinding sekolah,
gedung-gedung kota untuk memberikan kesan seni yang dianggap remaja
memiliki estetika, namun pada dasarnya perilaku mereka tersebut merupakan

perilaku yang merusak tata kota.
Vandalisme adalah sebuah perilaku dengan cara menodai atau merusak
sesuatu yang menarik perhatian. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan ekspresi
kemarahan dan kreatifitas. Vandalisme bisa dilakukan dengan sengaja oleh aktor
(pelaku). Vandalisme cenderung memiliki akibat negatif atau memperburuk
keadaan tembok, gedung-gedung yang pada dasarnya tidak kotor setelah
dilakukan aksi vandalisme kini menjadi kotor. Ini menjadi keburukan tersendiri
dan pelaku tidak akan pernah menanggung resiko tersebut. Biasanya, mereka yang
melakukan vandalisme adalah mereka yang cenderung menganggap diri mereka
keren dan gaul. Sebagai penunjang label yang ada dalam diri remaja tersebut
mereka melakukan vandalisme demi menjaga eksistensinya dikalangan atau
kelompok remaja itu sendiri. Bahkan demi eksistensi mereka menuliskan sesuatu
yang mereka jadikan “paham” untuk kelompok mereka sendiri.
Perilaku vandalisme juga terjadi di Kota Palembang, mengingat
Palembang termasuk dalam kota metropolitan yang dilihat dari ciri-ciri kota
metropolitan salah satunya adalah dengan masyarakat sebanyak 1-5 juta jiwa
6
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

sedangkan Palembang menurut data BPS tahun 2008 memiliki 1,7 juta jiwa serta

memiliki fasilitas tata kota yang baik, hal ini mempermudah aktor vandalisme
mudah melakukannya dimana saja seperti Jembatan Ampera, gedung belakang
sekolah dan banyak lokasi lain.
Mereka akan dengan mudah mengekspresikan keinginan mereka, apalagi
demi eksistensi mereka di dunia maya seperti Facebook, Blackberry Messenger
(BBM) dan Instagram agar mereka lebih terlihat gaya dibanding teman-teman
mereka. Mengingat, media sosial yang dahulunya hanya sebagai kebutuhan tersier
dan sekarang berubah menjadi kebutuhan primer dan menganggap bahwa koneksi
internet dan media sosial sebagai faktor penting dalam keseharian, khususnya
pada remaja dan pekerja kantor yang melibatkan kecanggihan teknologi.
Vandalisme menjadi simbol jika tingkat kesadaran masyarakat kurang baik
dalam memelihara lingkungannya. Menurut data dari media cetak Koran
Sumatera Ekspres tanggal 13 Januari 2016 remaja yang melakukan vandalisme
adalah umur 13-15 tahun : 13.4 %, 16-20 tahun : 52,4 %, 21-25 tahun : 31.5 %
artinya yang paling mendominasi adalah umur 16-20 tahun atau masa SMAkuliah. Mengapa demikian? Ini dikarenakan adanya fase keingintahuan yang besar
pada umur kisaran seperti itu. Menurut observasi peneliti terdapat juga anak-anak
yang melakukan vandalisme.
Data tersebut diteliti oleh sebuah gerakan sosial yang ada di Kota
Palembang. Gerakan sosial merupakan suatu kolektifitas masyarakat untuk
menunjang atau menolak suatu perubahan yang ada dalam masyarakat itu sendiri.

Berbicara mengenai gerakan sosial, dalam pemahaman gerakan sosial klasik,
gerakan sosial cenderung pada aktifitas crowded atau kerumunan namun setelah
mengalami perubahan menjadi gerakan sosial baru, gerakan sosial ini menyatakan
jika ideologi sebuah kelompok keluar jika ruang sosial mereka mengalami
penciutan. Ini sangat dirasakan oleh sebuah gerakan sosial yang ada di Kota
Palembang. Disini, adanya sebuah gerakan remaja berbasis sosial berhasil melihat
perilaku sosial remaja Kota Palembang yang menyimpang seperti vandalisme,
gerakan ini menamakan diri mereka Green Generation Palembang.

7
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sebuah Gerakan yang peduli pada keadaan lingkungan tata kota dan
meneliti tentang eksistensi remaja Kota Palembang mengenai hal itu, dengan
bangganya kebanyakan remaja Kota Palembang meng-upload foto selfie mereka
ke Facebook, Blackberry Messenger (BBM) dan Instagram serta media sosial
lain guna agar tingkat eksistensi mereka lebih baik dari sebelumnya. Sebagai
sebuah gerakan sosial baru, mereka memiliki cita-cita dimana lingkungan kota
yang bersih akan tulisan-tulisan tidak bermanfaat tidak menghiasi ruang publik di
Kota Palembang karena dari ciri-ciri gerakan sosial baru dimana sebuah kelompok

memiliki tujuan yang berbasis sosial.
Terdapat beberapa contoh vandalisme yang memperlihatkan bagaimana
kekokohan gedung atau dinding kota berubah menjadi tidak indah karena perilaku
vandalisme tersebut

Gambar 1.1Jembatan Ampera Palembang

Gambar1.2 Jl. Mayor Zen Palembang

Remaja sebanyak 52,4 % sebagai aktor vandalisme tersebut tentunya
memiliki tujuan, salah satu tujuan nya adalah eksis di kalangannya sendiri atau
sesama remaja. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia tahun 1997 Eksistensi
adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Sedangkan
menurut Abidin Zaenal (2007:16) eksistensi adalah :
“Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu, menjadi atau
mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere,
yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak
bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami
perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan
dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”

8
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Seharusnya, remaja tidaklah berada pada eksistensi yang akan merugikan
banyak orang, melainkan mereka mampu bereksistensi di bidang pelajaran dan
dapat membanggakan. Namun yang ada hanyalah sebaliknya, kebanyakan remaja
berprilaku seolah-olah mereka bisa lebih keren dengan eksis di media sosial tanpa
memikirkan dampak yang terjadi. Inilah yang menjadi tugas sekelompok
penggerak untuk meminimalisir remaja yang berprilaku dan memiliki pemahaman
vandal. Seorang atau sekelompok penggerak seperti Green Generation berusaha
melindungi kota agar tetap terlihat asri dan ramah lingkungan.
Green Generation memanfaatkan peran media sosial juga untuk
menyemarakkan lingkungan hidup yang bersih dari remaja dan perilaku-perilaku
menyimpangnya, seperti mencoret fasilitas kota (gedung dan jembatan)
menginjak-injak taman kota, membuang sampah sembarangan atau melakukan
kegiatan mencoret pakaian demi eksistensi remaja itu sendiri. Artinya, gerakan
Green Generation tersebut adalah sebuah gerakan yang membantu pemerintah
dan msayarakat mengkampanyekan siapa subjek pelaku vandalisme di Kota
Palembang melalui riset Facebook, Blackberry Messenger (BBM) dan Instagram,
ini berarti mereka adalah kelompok generasi yang memandang vandalisme adalah
sebuah tindak kejahatan lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa
(pelaku) 9vandalisme didominasi oleh remaja usia 16-20 tahun. Namun, Menurut
observasi, peneliti terdapat juga anak-anak yang melakukan vandalisme. Berikut
permasalahan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana faktor yang mempengaruhi munculnya 9vandalisme di
Kota Palembang?
2. Apakah makna 9vandalisme bagi 9anda, gerakan Green Generation
Palembang dan masyarakat Kota Palembang?
3. Bagaimana edukasi Green Generation Palembang terhadap 9aktor
vandalisme?
1.3 Tujuan penelitian
9
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Dalam penelitian ini tim penulis melakukan riset bertujuan untuk
mengetahui 10 penyebab 10vandalisme remaja di Kota Palembang. Untuk
mengetahui makna 10vandalisme bagi 10aktor vandalisme, gerakan Green
Generation Palembang dan masyarakat Kota Palembang serta mengetahui
edukasi Green Generation Palembang terhadap aktor vandalisme.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat bersifat teoritis (akademik)
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan
memberikan sumbangasih bagi ilmu pengetahuan sosiologi seperti mata
kuliah gerakan 10sosial dengan teori deprivasi 10vandalis, sosiologi
lingkungan dengan teori lingkungan Levy dan sosiologi komunikasi
dengan teori uses and effect yang berkaitan dengan penyimpangan sosial
remaja di Kota Palembang dan eksistensinya di media 10sosial seperti
perilaku 10vandalisme.
b. Manfaat bersifat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
masukan berarti bagi dinas tata kota dan akademisi dalam studi yang
berkaitan

dengan

perilaku

penyimpangan

sosial

seperti

perilaku

vandalisme. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
informasi kepada masyarakat untuk mengetahui bagaimana Green
Generation Palembang, 10aktor vandalisme serta masyarakat dalam
memaknai 10vandalisme tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2.1 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa
aktor (pelaku) vandalisme didominasi oleh remaja usia 16-20 tahun. Namun,
Menurut observasi peneliti terdapat juga anak-anak yang melakukan vandalisme.
Berikut juga disertakan beberapa penelitian terdahulu.
Natanael

Simanjuntak

(2012),

mengatakan

bahwa

kemunculan

vandalisme dan seni graffiti di ruang bawah jalan, teori jalan layang (definsible
space, order and disorder, affordance dan persepsi ruangan). Masyarakat dan
otoritas yang berkepentingan dimana masyarakat berperan penting untuk menjaga
ruang bawah jalan layang agar menjadi ruang yang dapat dipertahankan. Tingkat
pengawasan serta rasa kepemilikan masyarakat menjadi hal yang penting untuk
menghindarkan tindak kriminalitas. Hasil selanjutnya adalah perbedaan tindakan
yang terjadi pada dua studi kasus dipengaruhi subjek penerima di kedua jalan
layang sehingga subjek penerima bersifat positif.
Daryati (2014), menyatakan bahwa hubungan antara konformitas negatif
dengan vandalisme siswa SMA Negeri 1 Ampel, teori konformitas, teknik analisis
dalam penelitian ini menggunakan Kendall Tau. Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai P =0,000 < 0,05, berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara konformitas negatif dengan vandalisme siswa SMA Negeri 1
Ampel Kabupaten Boyolali. Burhan Bungin ( 2005) menyatakan bahwa nilai
koefisien korelasi bergerak dari 0>1 atau 1 < 0, dalam penelitian ini diperoleh
hasil rXY = 0.643 yang termasuk dalam kategori tingkat hubungan positif yang
mantap.
Nana Rosita Sari (2010), menyampaikan bahwa efisiensi penindakan aksi
vandalisme terhadap ruang publik di kota Surakarta, 1. Penindakan aksi
vandalisme terhadap ruang publik di Kota Surakarta oleh Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) belum terlaksana dengan baik, kurangnya peran serta dan
kesadaran masyarakat mengenai penindakan aksi vandalisme yang mengganggu
11
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

keindahan lingkungan, luasnya wilayah Kota Surakarta yang kurang terjangkau
oleh Satpol PP, kurangnya penyuluhan dan sosialisasi mengenai gerakan anti
vandalisme. 2. Peraturan perundang-undangan mengenai aksi vandalisme terhadap
ruang publik di Kota Surakarta belum dapat mencegah dan berfungsi untuk
memberikan efek jera bagi pelaku vandalisme sendiri maupun warga masyarakat
lainnya agar tidak melakukan aksi vandalisme
Guwido Nur Rohmah (2014), menyatakan bahwa perilaku vandalisme
pemustaka di pusat perpustakaan universitas syarif hidayatullah Jakarta, definisi
Perpustakaan Perguruan Tinggi, fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi, tujuan
Perpustakaan Perguruan Tinggi, sikap dan perilaku pemustaka, vandalisme,
Penelitian ini membahas mengenai perilaku pemustaka di Pusat perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Perilaku vandalisme yang terjadi di pusat
Perpustakaan adalah mencoret-coret buku, melipat buku, merobek buku dan
menghilangkan buku kemudian hampir semua responden setuju bahwa tindakan
mencoret-coret adalah tindakan merugikan. Alasan responden melakukan tindakan
adalah agar mudah saat menemukan pembahasan. Sekitar 75 orang pemustaka
pernah menandai buku dengan berbagai cara.
Jason Lase (1997), mengatakan bahwa pengaruh lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah terhadap vandalisme, vandalisme remaja, Setiap orang
diasumsikan secara potensial memiliki sifat vandalis, karena perbuatan tersebut
merupakan respon negatif terhadap lingkungan. Karena itu ada pendapat yang
menyatakan bahwa vandalisme merupakan perbuatan yang tidak dapat
dihindarkan (inevitable). Tetapi intensitas dan obyek vandalisme dapat dijadikan
indikator seberapa jauh perbuatan tersebut mengganggu norma dan aturan dalam
masyarakat. Vandalisme yang merupakan orang lain dan kepentingan umum dapat
dikategorikan sebagai perbuatan yang negatif. Sehingga didapatkan 354 orang
siswa, yang ditentukan lebih lanjut dengan undian sistematis (systematic random
sampling). Pengumpulan data dilakukan melalui angket dengan memakai skala
model Likert, rentangan skor 1 sampai dengan 4 serta dilakukan
Dari kelima penelitian terdahulu dapat disimpulkan perbedaan antara
masing-masing penelitian dengan apa yang akan diobservasi oleh peneliti, peneliti
12
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

terdahulu memfokuskan pada vandalisme, konformitas, efisiensi dan pengaruh
namun tim peneliti yang akan meneliti ini memfokuskan pada sebuah gerakan
vandalisme, media sosial serta lingkungan hidup, namun penelitian terdahulu juga
memberikan sumbangsih yang positif dimana setiap penelitian menyertakan
makna dan teori yang berbeda, perbedaan itu pula yang membantu menambah
wawasan peneliti untuk lebih tajam dalam menganalisis data.

Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu

No

Nama

Teori

Tema

Hasil

13
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1.

Natanael
Simanjunta
k (2012)

- Teori
Jalan
layang
- Definsible
space,
order
and disorder,
affordance dan
persepsi
ruangan
- Anak jalanan
- Vandalisme

Kemunculan vandalisme
dan seni graffiti di ruang
bawah jalan layang

Vandalisme tidak hanya hadir
dalam bentuk perilaku negatif
namun juga dalam bentuk
yang positif itulah yang
disebut dengan seni graffiti,
masyarakat perlu mengawasi
kegiatan remaja agar tidak
dijadikannya ruang publik
sebagai akses corat-coret yang
merugikan

2.

Daryati

- Vandalisme
- Konformitas

Hubungan
antara
konformitas
negatif
dengan vandalisme siswa
SMA negeri 1 Ampel
kabupaten boyolali

Adanya hubungan yang positif
antara tindakan konformitas
negatif dengan vandalisme,
hubungan tersebut lah yang
menyebabkan
tingkat
vandalisme semakin bebas.

- Teori Hukum
dari Friedman
- Teori
hukum
mengenai
efektivitas
perundangundangan
- Teori
tentang
birokrasi ideal
dari Max Weber
- Teori
tentang
Budaya
- Sikap
dan
prilaku
- Pemustaka
- Vandalisme

Efisiensi penindakan aksi
vandalisme
terhadap
ruang publik di Kota
Suarakarta.

Penindakan aksi vandalisme
terhadap ruang publik di Kota
Surakarta oleh Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP)
belum terlaksana dengan baik.
Kurangnya peran serta dan
kesadaran
masyarakat
mengenai penindakan aksi
vandalisme yang mengganggu
keindahan lingkungan.

Perilaku
vandalisme
pemustaka
di
pusat
perpustakaan universitas
islam
negeri
(UIN)
Syarif Hidayatullah

- Vandalisme
- Remaja

Pengaruh
lingkungan
keluarga dan lingkungan
sekolah
terhadap
vandalisme siswa

Perilaku vandalisme yang
terjadi di pusat Perpustakaan
adalah mencoret-coret buku,
melipat buku, merobek buku
dan menghilangkan buku.
Alasan responden melakukan
tindakan adalah agar mudah
saat menemukan pembahasan.
Vandalisme
dapat
dikategorikan
sebagai
perbuatan
yang
negatif.
Sehingga didapatkan 354
orang siswa, yang ditentukan
lebih lanjut dengan undian
sistematis (systematic random
sampling).

(2014)

3.

Nana
Rosita Sari
(2010)

4.

Guwido
Nur
Rohmah
(2014)

5.

Jason
Lase
(1997)

2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1

Teori Framing

14
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Snow dan Bandford (2000) mencatat, suksesnya gerakan sosial terletak
pada sampai sejauh mana mereka memenangkan pertempuran atas arti. Hal ini
berkaitan dengan upaya para pelaku perubahan memengaruhi makna dalam
kebijaksanaan publik. Oleh karena itu, pelaku perubahan memiliki tugas penting
mencapai perjuangannya melalui membuat framing masalah-masalah sosial dan
ketidakadilan. Ini sebuah cara untuk meyakinkan kelompok sasaran yang beragam
dan luas sehingga mereka terdorong mendesakkan sebuah perubahan. Snow dan
Benford, menekankan dua komponen penting dalam mem-framing gerakan, yaitu
diagnosis elemen atau mengidentifikasikan masalah dan sumbernya dan prediksi
elemen sekaligus mengidentifikasi strategi yang tepat untuk memperjuangkan
masalah tersebut (Abdul Wahib Situmorang, 2007:10).
McCarthy dan Zald (1996) memiliki gagasan serupa mengenai framing
dalam media. Mereka menekankan bahwa media adalah target utama bagi upaya
proses framing dalam gerakan sosial. Akan tetapi, media tidaklah satu-satunya.
Upaya-upaya langsung memengaruhi pemerintah, pemilihan umum dan agenda
publik juga bagian utama gerakan sosial (Abdul Wahib Situmorang, 2007:13).
Berdasarkan teori Snow dan Banford mengenai gerakan sosial, kaitannya
dalam pemahaman gerakan sosial ini sangat dirasakan oleh sebuah gerakan sosial
yang ada di Kota Palembang. Disini, adanya sebuah gerakan remaja berbasis
sosial berhasil melihat perilaku 15sosial remaja Kota Palembang yang
menyimpang seperti 15vandalisme, gerakan ini menamakan diri mereka Green
Generation Palembang. Sesuai dengan teori Snow Banford bahwa ini berkaitan
dengan upaya para pelaku perubahan memengaruhi makna dalam kebijaksanaan
sosial dimana Green Generation Palembang akan merubah pola tindakan yang
dilakukan oleh remaja dikota Palembang sehingga gerakan ini akan sangat
berpengaruh bagi remaja yang melakukan 15vandalisme. Dengan adanya masalah
vandalisme yang semakin banyak di kota Palembang menjadikan gerakan ini
mengidentifikasi masalah dan strategi yang tepat untuk memberikan edukasi dan
memberhentikan tindakan remaja yang merusak lingkungan.
McCarthy dan Zald mengatakan media adalah target utama bagi upaya
proses framing dalam gerakan 15sosial. Gerakan Green Generation Palembang
15
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

juga dalam menjalankan proses yang telah direncanakan untuk memberitahukan
remaja agar tidak melakukan 16vandalisme dan tetap menjaga lingkungan
disekitar mereka. Remaja juga dituntut untuk memanfaatkan media 16sosial
sebagai alat informasi bagi remaja karena pada saat ini media 16sosial adalah
salah satu alat informasi yang digunakan bagi setiap masyarakat terutama para
remajanya yang sangat sering membuka media 16sosial seperti BBM, facebook,
Instagram dan lain-lain. Sehingga dengan adanya media 16sosial maka Green
Generation lebih mudah memberikan informasi bagi remaja agar tidak melakukan
hal merusak lingkungan seperi perilaku 16vandalisme.

Bagan 1.1
Skema Kerangka Pemikiran
Hasil penelitian Green Generation Palembang : aktor (pelaku) vandalisme
didominasi oleh remaja usia 16-20 th. Tetapi, observasi awal menunjukkan anakanak juga melakukan vandalisme.

Teori Framing (bagian dr T. Gerakan Sosial)
Snow dan Bandford mencatat bahwa suksesnya gerakan sosial terletak pada sampai sejauh
mana mereka memenangkan terletak pada sampai sejauh mana mereka memenangkan
pertempuran atas arti. Hal ini berkaitan dengan upaya para pelaku perubahan
memengaruhimakna dalam kebijaksanaan publik. (Abdul Wahib Situmorang, 2007:10).
McCarthy dan Zald memiliki gagasan serupa mengenai framing dalam media. Mereka
menekankan bahwa media adalah target utama bagi upaya proses framing dalam gerakan sosial.
(Abdul Wahib Situmorang, 2007:13).

1.
2.

Output Penelitian
Mengetahui faktor yang mempengaruhi munculnya vandalisme di Kota Palembang.
Memahami makna vandalisme bagi aktor, gerakan Green Generation Palembang dan
masyarakat Kota Palembang.

3. Mengetahui edukasi green generation Palembang terhadap aktor vandalisme.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

16
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3.1 Desain Penelitian dan Jenis Penelitian
Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa
aktor (pelaku) vandalisme didominasi oleh remaja usia 16-20 tahun. Namun,
Menurut observasi peneliti terdapat juga anak-anak yang melakukan vandalisme.
Oleh karena itu, peneliti menentukan desain penelitian yang tepat yaitu deskriptif
kualitatif. Dimana desain ini mampu mendeskripsikan data secara detail dan
menyeluruh terutama mengenai masalah gerakan vandalisme remaja Kota
Palembang.
David & Chava (1987:52) desain penelitian adalah strategi yang memandu
dan digunakan penyelidik dalam pengumpulan data, penganalisaan temuantemuan dan penginterpretasian data dari mana kemudian digambarkan
kesimpulan-kesimpulan. Bagi O’Sullivan dan Rassel, istilah desain penelitian
dapat bemakna umum dan spesifik. Makna umum dari research design menunjuk
pada presentasi rencana untuk studi metodologi (study’s methodology). Rancangan
harus mengindikasikan maksud atau tujuan studi dan memperlihatkan bahwa
rencana adalah konsisten dengan tujuan studi (study purpose). Desain penelitian
sering digambarkan sebagai blueprints untuk hasil atau produk penelitian akhir.
Jadi, desain penelitian dalam arti umum atau luas meliputi rencana penelitian atau
keseluruhan proses penelitian (Hussey & Roger, 1997:115).
Jadi, desain penelitian adalah rencana dan stuktur penyelidikan yang
disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk
pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Rencana itu merupakan suatu skema
menyeluruh yang mencakup program penelitian. Dalam desain penelitian,
terangkum paparan mengenai hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti, mulai
dari penulisan hipotesis dan implikasi operasional hipotesis tersebut sampai pada
analisis akhir terhadap data. Adapun suatu struktur adalah kerangka, pengaturan,
atau konfigurasi unsur-unsur struktur itu yang terhubungkan dengan cara-cara
yang jelas serta tertentu. Cara terbaik untuk menyatakan struktur ialah menuliskan

17
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

persamaan matematik yang merelasikan bagian-bagian struktur tersebut antara
satu dan lainnya (Kerlinger, 1995:483).
Desain penelitian yang digunakan adalah dalam penelitian ini deskriptif
kualitatif. Penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan
untuk mengkritik kelemahan penelitian kuantitatif (yang terlalu positivisme), serta
bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai
situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang
menjadi objek penelitian dan upaya untuk menarik realitas itu kepermukaan
sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi
ataupun fenomena tertentu (Burhan Bungin, 2007:68).
Deskriptif kualitatif berfungsi untuk manggambarkan dan menarik ciri
serta karakter dari gerakan vandalisme yang menjadi objek penelitian ini. Gerakan
vandalisme yang terjadi di Kota Palembang, terutama pada remaja yang menjadi
aktor vandalisme dapat di deskripsikan sedemikian rupa dengan desain deskriptif
kualitatif. Sehingga fenomena realitas sosial tersebut dapat dipecahkan.

3.2 Lokasi Penelitian
Berdasarkan data sekunder hasil penelitian Green Generation Palembang
bahwa vandalisme yang terjadi di Kota Palembang diperoleh data melalui
beberapa unsur mulai dari jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan aktor
vandalisme. Namun, penelitian ini selain terkait dengan tiga unsur tersebut juga
menekankan pada titik lokasi dari aksi vandalisme yang dilakukan oleh remaja
Kota Palembang. Oleh karena itu, peneliti memfokuskan lokasi penelitian untuk
mempermudah proses penelitian dan memperoleh data dari instrumen. Lokasi
penelitian dalam proses penelitian adalah fasilitas umum berupa taman wisata dan
infrastruktur yang ada di Kota Palembang terutama di sepanjang Jembatan
Ampera, Jalan Mayor Zen dan Taman Bukit Siguntang. Taman wisata dan
infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian ini ialah tempat-tempat umum yang
sering dikunjungi dan digunakan oleh masyarakat Kota Palembang, terutama
remaja yang menjadi fokus peneliti sebagai pelaku vandalisme. Hal ini terjadi
18
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

akibat tingkah laku para remaja Kota Palembang yang sering duduk dan
menikmati area tersebut pada saat tertentu. Banyaknya fasilitas umum yang di
coret-coret menggunakan pilox, cat, spidol dan sebagainya. Sehingga membuat
fasilitas umum tersebut menjadi tidak bersih dan terlihat kotor dan mengganggu
para pengguna jalan.

3.3 Strategi Penelitian
Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa
masyarakat belum banyak yang menyadari keberadaan vandalisme di sekeliling
mereka. Sehingga kebanyakan dari mereka mengabaikan hal tersebut. Hal ini
menunjukan bahwa kesadaran masyarakat termasuk aktor vandalisme itu sendiri
untuk peduli terhadap lingkungan masih kurang. Oleh karena itu, peneliti
membutuhkan strategi penelitian yang tepat dalam proses penelitian. Adapun
strategi penelitian yang digunakan ialah studi kasus. Dimana peneliti mempelajari
terlebih dahulu masalah penelitian yang akan diteliti berdasarkan informasi awal.
Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai strategi penelitian. Dalam
studi kasus, peneliti menjelaskan secara mendalam banyak ciri dari sedikit kasus
melalui satu durasi waktu. Jadi, penelitian kasus atau studi kasus merupakan
penelitian yang mempelajari secara intensif atau mendalam satu anggota dari
kelompok sasaran suatu objek penelitian. Gay dan Deihl (1992:257) mengatakan:
“a case study is in-depth investigation of an individual, group, or institution”.
Yin (1989: 23) membuat satu definisi yang lebih teknis dari studi kasus
sebagai berikut:
A case study is an apirical incuiry that:
- Investigates a contemporary phenomenon within its real-life context;
when
- The boundaries between phenomenon and context are not clearly
evident; and in which
- Multiple sources of evidence are used.
Yin berpendapat bahwa “Case studies are the preferred strategy
when ‘how or why’ question are being posed, when the investigator has
19
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

little control over events, and when the focus is on a contemporary
phenomenon within some real-life context”. (Ini berarti bahwa studi kasus
merupakan satu strategi penelitian yang secara umum lebih cocok
digunakan untuk situasi bila pokok bentuk pertanyaan suatu penelitian
berkenaan dengan “bagaimana” atau “mengapa”; bila peneliti hanya
memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki
atau tidak membutuhkan kontrol terhadap peristiwa sebagaimana dalam
studi eksperimen; dan apabila fokus penelitiannya terletak pada fenomena
atau peristiwa kontemporer (masa kini). Sebagai penelitian studi kasus
dapat digunakan untuk eksplorasi, deskripsi maupun eksplanasi).
Penentuan studi kasus sebagai strategi penelitian mengenai masalah
gerakan vandalisme remaja Kota Palembang berfungsi untuk mengetahui
mengapa vandalisme remaja Kota Palembang dapat terjadi dan bagaimana cara
mengatasi masalah tersebut? Keduanya berkaitan dengan Green Generation
Palembang dan aktor realitas sosial yang ada. Penelitian ini menggunakan studi
kasus sebagai untuk memperdalam masalah vandalisme remaja di Kota
Palembang.

3.4 Peranan peneliti
Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang menyatakan bahwa
aktor vandalisme didominasi oleh mahasiswa. Akan tetapi, tidak sedikit pula
siswa juga menjadi aktor vandalisme di Kota Palembang. Disini peneliti
mengupayakan peranannya sebagai peneliti untuk memperoleh informasi terkait
masalah tersebut. Setelah menentukan desain penelitian dan strategi penelitian,
peneliti memiliki peran sebagai penentu aktor atau informan penelitian.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari
obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang
diharapkan semuanya belum jelas (Sugiyono, 2013:222).

20
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Berdasarkan instrumen penelitian kualitatif, Lincoln dan Guba (1986)
menyatakan bahwa:
“the instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see
that other forms of instrumentation may be used in later phases of the
inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But if the
that and instrument can be constructed that is grounded in the data that
the human instrument has product”
Selanjutnya Nasution (2002) menyatakan:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa,
segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesisi yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satusatunya yang dapat mencapainya. ”
Berdasarkan dua pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam
penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang
menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan
dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Dalam penelitian ini,
peneliti membantu para aktor vandalisme yang di dominasi oleh remaja Kota
Palembang untuk memberikan edukasi mengenai penerapan kreatifitas yang
mereka miliki. Hal ini dilakukan agar aktor atau remaja Kota Palembang
menyadari bahwa ada komunitas sebagai wadah pengembang kreatifitas mereka
yaitu Green Generation Palembang. Peneliti bersama dengan Green Generation
Palembang mengadakan komunikasi yang baik dengan aktor vandalisme tersebut.
Bungin (2006:68) komunikasi yang baik yaitu komunikasi yang dilakukan
secara langsung. Pada komunikasi langsung (tatap muka) baik antara individu
dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, kelompok dengan
masyarakat, maka pengaruh hubungan individu (interpesonal) termasuk di dalam
pemahaman komunikasi ini. Terkait dengan penelitian ini, peneliti melakukan
komunikasi secara langsung terhadap Green Generation Palembang, aktor
vandalisme (remaja Kota Palembang) dan masyarakat.

21
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

3.5 Penentuan Informan
Penelitian ini tidak lepas dari pengaruh data sekunder hasil penelitian
Green Generation Palembang yang memberikan sumbangsih bagi kelanjutan
penelitian kami. Berdasarkan penelitian Green Generation Palembang informan
penelitian hanya terletak pada lingkup luasnya saja. Sehingga, penelitian ini
mengupayakan penentuan informan secara lebih khusus. Selanjutnya, peneliti
menentukan informan penelitian sebagai sumber data terutama mengenai gerakan
vandalisme remaja Kota Palembang. Informan yang ditentukan oleh peneliti ialah
Green Generation Palembang, aktor vandalisme dan masyarakat.
Penentuan informan yang dilakukan oleh peneliti ialah melalui key person.
Key person digunakan apabila peneliti sudah memahami informasi awal tentang
objek penelitian maupun informan penelitian, sehingga ia membutuhkan key
person untuk memulai melakukan wawancara atau observasi. Key person ini
adalah tokoh forma atau tokoh informal (Burhan Bungin, 2010:77). Dalam
penelitian ini yang menjadi key person ialah informan yang menjadi aktor
vandalisme yaitu remaja Kota Palembang.
Berdasarkan informasi awal mengenai masalah vandalisme di Kota
Palembang yang diperoleh dari Green Generation Palembang, peneliti melakukan
penentuan informan yang tepat. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian
ini yakni Green Generation Palembang, aktor vandalisme dan masyarakat. Hal ini
agar mempermudah proses penelitian dan lebih banyak memperoleh informasi
mengenai realitas sosial tersebut.
Dalam komunitas Green Generation Palembang, informan yang menjadi
responden dalam penelitian ialah ketua umum dari komunitas tersebut. Di mana ia
lebih mengetahui proses awal penelitian yang dilakukan komunitasnya. Ketua
umum Green Generation Palembang merupakan pelajar SMA (Sekolah
Menengah Akhir) yang sedang mempersiapkan diri untuk menyambut Ujian
Nasional. Meski begitu pertisipasinya terhadap kepedulian lingkungan sekitar
dapat direalisasikan dengan baik. Selain dari Green Generation, informan
penelitian juga diperankan oleh masyarakat Kota Palembang. Masyarakat yang

22
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

menjadi responden dalam penelitian tersebut ialah mereka yang tinggal disekitar
lokasi vandalisme. Selain Green Generation Palembang dan masyarakat yang
tinggal di sekitar lokasi penelitian, informan utamanya ialah aktor vandalisme itu
sendiri. Aktor vandalisme tersebut baik dari remaja yang melakukan aksi
vandalisme maupun mereka yang menikmati hasil dari vandalisme. Seperti halnya
mereka yang berusaha menunjukkan eksistensi dirinya di media sosial dengan
meng-upload foto mereka di lokasi vandalisme. Sebab vandalisme itu sendiri
memiliki dua jenis yang berbeda, ada vandalisme yang memang hasil krativitas
yang menjadi graffiti indah dan dapat dinikmati keindahannya. Adapula
vandalisme hasil ungkapan emosi atau kekesalan maupun tingkah laku remaja
yang justru merusak lingkungan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2013:224).
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan beberapa teknik
pengumpulan data kualitatif, yaitu 1) Wawancara, 2) Observasi, 3) Dokumentasi.
3.6.1 Wawancara (Interview)
Untuk memperoleh data yang lebih lengkap mengenai masalah gerakan
Green Generation Palembang dalam melihat fenomena vandalisme yang terjadi
pada remaja Kota Palembang, peneliti melakukan pengumpulan data melalui
beberapa metode terutama wawancara (interview) yang berguna untuk
mempermudah dalam memperoleh data. Hal ini dilakukan menggunakan prosedur
wawancara yang telah ditentukan yaitu wawancara tak-terstruktur (unstructured).
Wawancara atau Interview adalah salah satu perangkat metodologi favorit
bagi peneliti kualitatif. Andrea Fontana dan James Frey meninjau ulang sejarah
23
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

teknik wawancara dalam ilmu pengetahuan sosial, menjelaskan tiga bentuk dasar
wawancara, yaitu terstruktur (srtructured), tak-terstruktur (unstructured), dan
terbuka (open-ended), sekaligus menunjukkan bagaimana perangkat tersebut
dapat dimodifikasi dan diubah sesuai kebutuhan. Wawancara atau interview
adalah bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar. Wawancara bukanlah
sebuah perangkat netral dalam memproduksi realitas. Dalam konteks ini, berbagai
jawaban diutarakan. Jadi, wawancara merupakan perangkat untuk memproduksi
pemahaman situasional (situated understandings) yang bersumber dari episodeepisode interaksional khusus. Metode ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik
personal seorang peneliti, termasuk ras, kelas sosial, kesukuan dan gender
(Lincoln, 2009: 495).
Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal (2005) mengemukakan ada tujuh
langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif, yaitu: (1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan
dilakukan; (2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan; (3) Mengawali atau membuka alur wawancara; (4) Melangsungkan
alur wawancara; (5) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya; (6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan; (7)
Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
Adapun wawancara atau Interview yang peneliti gunakan adalah
wawancara tak berstruktur (unstructured interview) adalah wawancara yang bebas
di mana peneliti tidak menggunakan pedoman yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, peneliti memiliki
bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka
diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut: 1) Buku catatan : Berfungsi untuk
mencatat semua percakapan dengan sumber data, misalnya notebook. 2) Tape
recorder : Berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan dengan
sumber data. 3) Camera : untuk memotret saat peneliti sedang melakukan
pembicaraan dengan informan atau sumber data.
24
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Wawancara atau Interview ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi tempat penelitian, remaja yang melakukan vandalisme dan peneliti
sebelumnya mengenai masalah tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan
data-data mengenai Analisis Perilaku Vandalisme Remaja Kota Palembang
sebagai Bentuk Eksistensi dalam Media Sosial (facebook, BBM, Instagram,).

3.6.2 Observasi
Proses pengumpulan data mengenai masalah gerakan Green Generation
Palembang tidak cukup hanya dengan melalui wawancara. Namun untuk hasil
yang lebih maksimal dalam penelitian, peneliti harus menggunakan teknik
pengumpulan data lebih dari satu. Selain teknik wawancara yang digunakan oleh
peneliti dalam proses pengumpulan data, peneliti juga menggunakan teknik
observasi. Menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data diharapkan
dapat menjadi perbandingan informasi yang diperoleh dari instrumen penelitian
mengenai gerakan vandalisme remaja Kota Palembang.
Nasution dalam Sugiyono (2013:226) menyatakan bahwa observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat
canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun
yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Dalam observasi Marshall dalam Sugiyono (2013:226) menyatakan
bahwa:
“through observation, the researcher learn about behavior and the
meaning attched to those behavior.” (Melalui observasi, peneliti belajar
tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut).
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2013:226) mengklasifikasikan observasi
menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara
terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan
observasi yang tak berstruktur (unstructed observation).
25
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Adapun observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
tersamar atau terang-terangan (overt observation dan covert observation) peneliti
dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber
data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi, mereka yang diteliti
mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu
saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini
menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih
dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti
tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
Susan Stainback dalam Sugiyono (2013:226) menyatakan bahwa:
“In participant observation, the researcher observes what people do,
listent to what they say, and participates in their activities” (Dalam
observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka).
Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengamatan Green Generation
Palembang, aktor vandalisme dan masyarakat secara langsung mengenai gerakan
vandalisme remaja Kota Palembang sebagai bentuk eksistensi dalam media sosial
(facebook, BBM, IG). Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti. Kemudian mengadakan pencatatan mengenai
permasalahan tersebut. Melalui observasi, peneliti juga memperhatikan dan
mengamati orang-orang atau pihak-pihak yang terlibat dalam proses analisis
perilaku vandalisme remaja Kota Palembang sebagai bentuk eksistensi dalam
media sosial. Selain itu peneliti juga melakukan pengamatan media sosial yang
terkait dengan gerakan vandalisme Kota Palembang.

3.6.3 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data menjadi faktor terpenting dalam proses
penelitian. Peneliti berusaha menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat
26
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

untuk melihat hasil gerakan Green Generation Palembang yang sebelumnya telah
melakukan penelitian mengenai vandalisme remaja Kota Palembang. Selain
teknik wawancara dan observasi, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi
untuk melengkapi data yang telah diperoleh. Metode dokumentasi yang digunakan
ialah berupa laporan hasil penelitian awal, foto, jurnal dan sebagainya. Sebab,
penting bagi peneliti teknik dokumentasi menjadi data pendukung dalam meneliti
vandalisme remaja Kota Palembang.
Sugiyono, (2013:240) Selain metode wawancara (interview) dan
pengamatan (observasi), data hasil penelitian juga dikumpulkan melalui
pengkajian dokumen. Dokumen resmi yang relevan dengan masalah penelitian.
Metode ini digunakan untuk menggali data yang bersumber dari dokumendokumen seperti koran, data statistik, laporan penelitian terdahulu, foto, catatancatatan dan petunjuk lainnya mengenai masalah gerakan vandalisme remaja Kota
Palembang. Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Hasil penelitian dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel atau
dapat dipercaya jika didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di
sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobigrafi. Hasil penelitian juga akan
lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis yang telah ada.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan dokumen yang terkait dengan masalah
gerakan vandalisme remaja Kota Palembang, seperti laporan hasil mengenai
penelitian utama yang dilakukan oleh Green Generation Palembang.
3.7 Teknik Analisis
Melihat data yang diperoleh berdasarkan beberapa teknik pengumpulan
data, selanjutnya peneliti melakukan analisis mengenai gerakan Green Generation
Palembang terhadap vandalisme remaja Kota palembang. Penelitian yang
dilakukan Green Generation Palembang yang menjadi data sekunder penelitian
ini berbentuk data kuantitatif. Sedangkan penelitian ini menggunakan deskriptif
kualitatif, artinya penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau

27
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Analisis data kualitatif
dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berupa
kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat
disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi.
Menurut Miles dan Huberman (1992), kegiatan analisis terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Dari ketiga alur tersebut masing-masing alur
akan berfungsi untuk menganalisis masalah gerakan vandalisme remaja Kota
Palembang terkait dengan eksistensi mereka di media sosial. Selain itu, dengan
teknik analisis maka hasil penelitian dapat diolah sedemikian rupa dengan
mendeskripsikan setiap peristiwa yang terkait dengan gerakan vandalisme remaja
Kota Palembang tersebut.
3.7.1 Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Kegiatan melakukan reduksi data
berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama pengumpulan data
berlangsung, terjadi tahapan reduksi (membuat ringkasan, mengkode, menelusuri
tema