MAKALAH DIMENSI PROSES KOGNITIF Disusun (1)

“ MAKALAH DIMENSI PROSES KOGNITIF “

Disusun Oleh :
Yesi Efriliana

( 150210103011 )

Rovita Dwi Mardiyanti

( 150210103014 )

Oktavia Violetta

( 150210103027 )

Nuris Fattahillah

( 150210103030 )

Anna Rishofa A’yuni( 150210103037 )
PROGRAM STUDI BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara-negara yang sudah maju, pendidikan dipandang sebagai sarana utama untuk
memecahkan masalah-masalah sosial. Untuk beberapa masalah tertentu, kesejahteraan bangsa
dibebankan ke pundak sekolah dan universitas. Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan) yang kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai
tertanam kesadaran pada para guru bahwa tujuan pelajaran harus dirumuskan sebelum proses
belajar mengajar berlangsung. Tujuan tersebut harus diberitahukan kepada para siswa. Jadi
tujuan tersebut bukanlah sesuatu yang harus dirahasiakan. Apabila dalam pengajaran tidak
disebutkan tujuannya, siswa tidak akan tahu mana pelajaran yang penting dan mana yang tidak.
Sudah banyak diketahui bahwa mula-mula taksonomi Bloom terdiri dari dua bagian yaitu
kognitif domain dan afektif domain. Akhirnya Simpson melengkapi dua domain yang ada
dengan psikomotor domain (1966). Secara garis besar, Bloom dan kawan-kawan merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan pada 3 (tiga) tingkatan :

a. Kategori tingkah laku yang masih verbal.
b. Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan.
c. Tingkah laku konkret yang terdiri dari tugas-tugas (task) dalam pertanyaan- pertanyaan
sebagai ujian dan butir-butir soal.
Mengingat banyaknya tipe-tipe pengetahuan, khususnya dalam pengembangan psikologi
kognitif, maka secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe pengetahuan umum,
yaitu :
a. Faktual
b. Konseptual
c. Prosedural
d. Metakognitif.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari dimensi proses kognitif ?
2. Apa saja kategori dimensi proses kognitif ?
3. Apakah pengertian dari dimensi pengetahuan ?
4. Apa saja kategori dimensi pengetahuan ?
5. Apa saja contoh dari dimensi proses kognitif ?
6. Apa saja contoh dari dimensi pengetahuan ?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari dimensi proses kognitif.
2. Untuk mengetahui kategori – kategori dari dimensi proses kognitif.
3. Untuk mengetahui pengertian dari dimensi pengetahuan.
4. Untuk mengetahui kategori – kategori dimensi pengetahuan.
5. Untuk mengetahui contoh dari dimensi proses kognitif.
6. Untuk mengetahui contoh dari dimensi pengetahuan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat/tujuan yang dapatdiambil dari isi makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang mata kuliah Evaluasi Hasil
Belajar Biologi
2. Sebagai sumber bacaan dan pengetahuan.
3.

Sebagai

pengetahuan.

bahan

diskusi/pembahasan


untuk

menambah

ilmu

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dimensi Proses Kognitif
Dua tujuan pendidikan terpenting adalah untuk mengembangkan daya ingat dan
mendorong terjadinya proses transfer. Terjadinya proses transfer merupakan tanda keberhasilan
proses belajar. Daya ingat atau Retention merupakan kemampuan seorang siswa untuk megingat
materi -materi pelajaran beberapa saat sesudah pengajaran dengan sama akuratnya seperti pada
saat siswa tersebut mengikuti pelajaran tersebut. Kemampuan transfer merupakan kemampuan
seorang siswa untuk menggunakan apa yang telah dia pelajari untuk memecahkan persoalan
-persoalan baru, untuk menjawab soal-soal baru, atau untuk memfasilitasi proses belajar hal-hal
baru (Mayner dan Wittroc,1995). Singkatnya, kemampuan daya ingat berarti bahwa seorang
siswa harus mampu mengingat apa saja yang telah dia pelajari, sementara kemampuan transfer
mengharuskan seorang siswa untuk dapat mengingat dan juga memahami serta menggunakan

apa saja yang telah dia pelajari (Bransford, Brown, and Cocking, 1999; Detterman dan
Sternberg,1993; MckEough, Lupart, danMArini, 1995; Mayer, 1995; Phye, 1997). Menurut
Anderson & Krathwohl (2001: 64), tujuan pendidikan dideskripsikan menjadi enam kategori
proses, yaitu: remembering; understanding, apply, analyze, evaluate, create. Kategori proses
mengingat atau remembering merupakan proses yang sangat berhubungan dengan proses daya
ingat. Kelima kategori proses lainnya lebih berkaitan dengan proses transfer, yaitu kategori
proses memahami ( understanding), menerapkan (apply), menganalisa (analyze), mengevaluasi
(evaluate) dan menciptakan (create).
2.2 Kategori – Kategori Dimensi Proses Kognitif
Dua tujuan pendidikan terpenting adalah untuk mengembangkan daya
ingat dan mendorong terjadinya proses transfer. Terjadinya proses transfer
merupakan tanda keberhasilan proses belajar. Daya ingat atau Retention
merupakan kemampuan seorang siswa untuk megingat materi -materi
pelajaran beberapa saat sesudah pengajaran dengan sama akuratnya seperti
pada saat siswa tersebut mengikuti pelajaran tersebut. Kemampuan transfer

merupakan kemampuan seorang siswa untuk menggunakan apa yang telah
dia pelajari untuk memecahkan persoalan -persoalan baru, untuk menjawab
soal-soal baru, atau untuk memfasilitasi proses belajar hal-hal baru (Mayner
dan Wittroc, 1996). Singkatnya, kemampuan daya ingat berarti bahwa

seorang siswa harus mampu mengingat apa saja yang telah dia pelajari,
sementara kemampuan transfer mengharuskan seorang siswa untuk dapat
mengingat dan juga memahami serta menggunakan apa saja yang telah dia
pelajari (Bransford, Brown, and Cocking, 1999; Detterman dan Sternberg,
1993; MckEough, Lupart, danMArini, 1995; Mayer, 1995; Phye, 1997).
Menurut Anderson & Krathwohl (2001: 64), tujuan pendidikan dideskripsikan
menjadi enam kategori proses, yaitu: remembering; understanding, apply,
analyze, evaluate, create. Kategori proses mengingat atau remembering
merupakan proses yang sangat berhubungan dengan proses daya ingat.
Kelima kategori proses lainnya leb ih berkaitan dengan proses transfer, yaitu
kategori

proses

memahami

(

understanding),


menerapkan

(apply),

menganalisa (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan (create).
1. Mengingat (Remembering)
Jika tujuan dari suatu soal adalah untuk mengemba ngkan proses daya
ingat mengenai material yang dipelajari dalam bentuk yang sama pada saat
materi tersebut diajarkan, maka kategori proses kognitif yang relevan adalah
mengingat atau remembering. Kategori Mengingat merupakan kategori
dimana terjadi aktifitas menarik kembali pengetahuan yang relevan dari
memori jangka panjang seorang siswa. Dua proses kognitif yang berkaitan
dengan kategori ini adalah menyadari atau recoqnizing dan mengingat
kembali atau recalling. Jenis pengetahuan yang relevan dengan kategori ini
adalah

pengetahuan

faktual,


pengetahuan

konseptual,

pengetahuan

prosedural, dan pengetahuan metakognitif, serta kombinasi -kombinasi yang
mungkin dari jenis –jenis pengetahuan tersebut.
a. Menyadari (Recognizing)

Proses menyadari mencakup aktifitas menarik kembali informasi yang
relevan dari memori jangka panjang untuk membandingkan informasi
tersebut dengan infromasi lain yang sedang disajikan. Dalam proses ini, para
siswa

mencari

-cari

dalam


memori

jangka

panjang

mereka

untuk

mendapatkan potongan in formasi tertentu yang mirip atau sepenuhnya
sama dengan informasi lain yang sedang disajikan kepada mereka. Saat para
siswa dihadapkan pada informasi baru, mereka harus menentukan apakah
informasi baru tersebut sesuai dengan pengetahuan lain yang telah mer eka
pelajari sebelumnya, dan harus mencari persamaan diantara kedua hal
tersebut. Nama alternatif untuk proses menyadari ini adalah mengidentifikasi
atau Identifying.
b. Mengingat Kembali (Recalling)
Proses ini mencakup aktifitas penarikan kembali informasi yang relevan

dari memori jangka panjang pada saat didesak. Desakan yang diberikan
biasanya dalam bentuk sebuah soal. Dalam proses ini seorang siswa akan
mencari

-cari

dalam

memori

jangka

panjangnya

potongan-potongan

informasi dan membawa potongan –potongan informasi tersebut kedalam
memori pengalaman kerjanya untuk diproses. Nama alternative dari proses
ini adalah penarikan kembali atau retrieving.
2. Memahami (Understand)

Seorang siswa dikatakan mampu Memahami jika siswa tersebut dapat
menarik makna dari suatu pesan-pesan atau petunjuk-petunjuk dalam soalsoal yang dihadapinya. Petunjuk-petunjuk soal tersebut dapat berupa
komunikasi dalam bentuk lisan, tertulis dan grafik (gambar) dalam cara
penyajian apa pun juga (bisa berupa penyajian dalam suatu perkuliahan,
penyajian dalam buku, maupun penyajian melalui layar komputer). Para
siswa dapat memahami suatu hal jika mereka menghubungkan pengetahuan
baru yang sedang mereka pelajari dengan pengetahuan yang sebelumnya
telah mereka miliki. Lebih khususnya lagi, para siswa akan lebih mudah

untuk memahami suatu hal jika pengetahuan baru yang sedang mereka
pelajari itu diintegrasikan dengan skema –skema dan kerangka kerja yang
telah mereka kenali sebelumnya. Karena hal -hal konseptual merupakan
dasar

dari

skema-skema

dan

kerangka

kerja

semacam

itu,

maka

pengetahuan konseptual (conceptual knowledge) merupakan dasar dari
proses memahami. Proses - proses kognitif yang termasuk dalam kategori
Memahami

meliputi

proses

menginterpretasikan

(interpreting),

mencontohkan (exemplifying), Mengklasifikasikan (classifying), merangkum
(summarizing),

menduga

(inferring),

membandingkan

(comparing),

menjelaskan (explaining).
a. Menginterpretasikan (Interpreting)
Proses ini terjadi pada seorang siswa mampu mengubah sebuah
informasi dari satu bentuk penyajian ke bentuk lainnya. Proses ini bisa
berupa mengubah suatu kata –kata menjadi kata-kata lain (contohnya,
memfrasakan kembali atau paraphrasing), gambar menjadi kata-kata, katakata menjadi gambar, angka-angka menjadi kata-kata, kata-kata menjadi
angka-angka, not-not musik menjadi nada, dan semacam itu. Nama
alternative

untuk

memfrasakan

proses

kembali

ini

adalah

(paraphrasing),

mengklasrifikasi
menyajikan

(

clarifying),

(representing),

dan

menerjemahkan (translating).
b. Mencontohkan (Exemplifying)
Proses mencontohkan ini terjadi apabila seorang siswa memberikan
suatu contoh khusus mengenai suatu prinsip atau konsep umum. Proses ini
mencakup proses mengidentifikasi sifat-sifat dasar dari suatu konsep atau
prinsip umum tertentu. Para siswa juga harus mampu menggunakan sifat
-sifat tersebut untuk memilih atau menyusun sebuah contoh. Nama alternatif
untuk

proses

(instantiate).

ini

adalah

menggambarkan

(

illustrating),

merekakan

c. Mengklasifikasi (Classifying)
Proses klasifikasi terjadi pada saat seo rang siswa menyadari bahwa
suatu hal (bisa berupa suatu keadaan atau suatu contoh) termasuk kedalam
suatu

kategori

tertentu

(suatukonsep

atau

prinsip

tertentu).

Usaha

Mengklasifikasi juga merupakan usaha untukmendeteksi sifat-sifat atau pola
dari suatu hal (contoh atau keadaan) yang relevan atausesuai dengan sifatsifat

atau

pola

dari

suatu

konsep

atau

prinsip.

Proses

mengklasifikasimerupakan proses yang melengkapi proses mencontohkan.
Proses mencontohkan berangkat dari sebuah konsep atau prinsip umum
yang harus dicarikan contoh atau keadaan khususnya oleh para siswa.
Sebaliknya, proses mengklasifikasi berangkat dari suatu contoh atau
keadaan khusus yang harus dicarikan prinsip atau konsep umumnya oleh
para siswa. Nama alternatif untuk proses mengklasifi kasi ini adalah
mengkategorisasi (categorizing), dan menggolongkan (subsuming).
d. Merangkum (Summarizing)
Proses ini terjadi pada saat seorang siswa mengajukan sebuah
pernyataan yang mewakili suatu informasi yang telah disajikan sebelumnya,
atau pada saat seorang siswa meringkas suatu tema umum. Proses
meringkas ini meliputi usaha menyusun suatu penyajian dari suatu informasi
dan

kemudian

membuat

rangkuman

dari

informasi

tersebut,

seperti

menentukan tema atau pokok pikiran dari suatu informasi.
e. Menduga (Inferring)
Proses menduga merupakan proses menemukan suatu pola dari
serangkaian contoh atau kasus. Proses menduga terjadi pada saat seorang
siswa mampu merangkum sebuah konsep atau prinsip umum yang dapat
diterapkan pada serangkaian contoh atau kasus yang diberikan kepadanya
dengan cara mendaftar sifat -sifat dari contoh kasusnya yang relevan
dengan suatu konsep atau prinsip yang dia ajukan, dan yang lebih penting

lagi, dengan cara menunjukkan hubungan antara contoh kasus yang dia
miliki dangan prinsip atau konsep umum yang dia ajukan. Nama alternatif
untuk proses menduga adalah menyimpulkan (concluding), meramalkan
kemungkinan ( extrapolating), menyisipkan (interpolating), dan memprediksi
(predicting).
f. Membandingkan (Comparing)
Proses

membandingkan

merupakan

proses

mendeteksi

adanya

persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, kejadian, pemikiran,
permasalahan,

situasi

dan

lain-lain.

Yang

termasuk

dalam

proses

membandingkan adalah usaha untuk menemukan persamaan antara elemen
dan pola dari suatu objek, kejadian, pemikiran dengan elemen dan pola dari
objek, kejadian, dan pemikiran lainnya. saat proses ini digunakan bersamaan
dengan

proses

menduga,

mengimplementasikan,

dan

maka

bersamaan

proses

dengan

proses

membandingkan

dapat

mengembangkan proses rasionalisasi dengan menggunakan analogi. Nama
alternatif

untuk

proses

ini

adalah

mengkontraskan/

membedakan

(

contrasting), memetakan (mapping), dan memasangkan (matching).
g. Menjelaskan (Explaining)
Proses Menjelaskan ini terjadi pada saat seorang siswa mampu untuk
menyusun

suatu

pemodelan

sebab-akibat

dari

suatu

sistem

dan

menggunakan pemodelan tersebut. Pemodelan tersebut dapat diciptakan
dari suatu teori umum (seperti yang sering terjadi pada bidang ilmu
pengetahuan alam), atau didasarkan pada hasil suatu penelitian atau
pengalaman (seperti yang sering terjadi pada bidang ilmu sosial atau
kemanusiaan). Yang dimaksud dengan suatu penjelasan yang utuh adalah
penjelasan

yang

meliputi

penyusunan

pemodelan

sebab-akibat,

dan

penggunaan pemodelan tersebut untuk menjelaskan mengapa perubahan
dari suatu bagian dari suatu sistem dapat menyebabkan perubahan pada

bagian lainnya dari sistem tersebut. Nama alternatif dari proses menjelaskan
ini adalah menyusun model ( constructing models).
3. Menerapkan (Apply)
Kategori proses kognitif ini meliputi penggunaan prosedur atau cara
kerja tertentu untuk mengerjakan suatu latihan atau menyelesaikan suatu
masalah. Oleh karena itu, kategori menerapkan ini sangat erat kaitannya
dengan pengetahuan prosedural atau procedural knowledge. Soal latihan
atau exercises merupakan jenis tugas dimana para siswa sudah mengetahui
prosedur atau cara kerja yang seharusnya digunakan. Jadi para siswa hanya
akan mengembangkan suatu pendekatan yang bersifat rutin dalam tugas
tersebut. Suatu permasalahan atau persoalan merupakan jenis tugas dimana
para siswa memang belum pernah mngetahui prosedur apakah yang harus
digunakan, jadi para siswa harus menemukan prosedur yang tepat untuk
memecahkan persoalan tersebut. Kategori menerapkan ini terdiri dari dua
proses kognitif, yaitu: (1) proses melaksanakan (executing), yaitu apabila
tugas

yang

diberikan

berupa

sebuah

latihan,

dan

(2)

proses

mengimplementasikan, yaitu apabila tugas yang diberikan dalam bentuk
suatu persoalan.
a. Melaksanakan (Executing)
Dalam

proses

melaksanakan,

seorang

siswa

secara

rutin

melaksanakan suatu prosedur pada saat mereka menghadapi suatu tugas
yang telah familiar bagi mereka. Rasa familiar yang dirasakan para siswa
terhadap suatu tugas biasanya sudah merupakan petunjuk yang khusus
untuk membantu para siswa dalam memilih prosedur yang tepat untuk
digunakan. Proses melaksanakan ini lebih sering digunakan bersamaan
dengan penggunaan keahlian-keahlian tertentu atau penggunaan suatu
alogaritma tertentu dan bukannya penggunaan metode atau teknik tertentu.
Keahlian dan algoritma memiliki sifat-sifat yang membuat keduanya tidak
terpisahkan dari proses melaksanakan. Pertama, keduanya tediri dari

serangakaian langkah dalam pola tertentu. Kedua, pada saat langkah langkah tersebut diterapkan dengan tepat, hasil akhirnya merupakan sebuah
jawaban yang telah ditentukan sebelumnya. Nama laternatif untuk proses ini
adalah membawakan (carrying out)
b. Mengimplementasikan ( Implementing)
Proses mengimplementasikan terjadi pada saat seorang siswa memilih
dan menggunakan suatu prosedur tertentu guna menyelesaikan sebuah
tugas yang tidak familiar bagi siswa tersebut. Karena para siswa harus
membuat suatu pilihan, mereka harus terlebih dahulu memahami jenis
permasalahan yang sedang mereka hadapi serta pilihan-pilihan prosedur
yang tersedia. Oleh karena itu, maka proses mengimplementasikan ini
diterapkan bersamaan dengan kategori proses kognitif yang lainnya, seperti
kategori memahami dan menciptakan. Karena para siswa dihadapkan pada
persoalan yang tidak fa miliar bagi mereka, mereka tidak dapat langsung
mengetahui prosedur mana dari semua pilihan prosedur yang ada yang
harus digunakan. Selain itu, tidak ada sebuah prosedur yang sudah
sepenuhnya sempurna untuk dapat diterapkan pada suatu persoalan;
sejumlah m odifikasi mungkin perlu dilakukan pada prosedur tersebut. Proses
ini lebih sering dihubungkan dengan penggunaan teknik atau metode
tertentu dan bukannya dengan keahlian atau algoritma tertentu. Teknik dan
metode memiliki sifat tertentu sehingga keduanya se ringkali dikaitkan
dengan proses mengimplementasikan. Sifat yang pertama, sebuah prosedur
lebih mirip dengan suatu diagram atau bagan alur dan bukannya sebuah
urutan yang sudah tetap. Yang dimaksud dengan hal itu adalah, kita masih
bisa memasukkan keputusan kita pada suatu titik tertentu dari suatu
prosedur. Sifat yang kedua, sering kali tidak ada suatu jawaban tunggal yang
pasti yang dapat kita harapkan pada saat kita menerapkan suatu prosedur
dengan tepat. Nama altenatif dari proses mengimplementasikan adalah
menggunakan (using).

4. Menganalisa (Analyze)
Yang termasuk dalam kategori menganalisa adalah usaha mengurai
suatu

materi

menjadi

bagian-bagian

penyusunnya

dan

menentukan

hubungan antara bagian –bagian tersebut dan hubungan antara bagian
-bagian tersebut dengan materi tersebut secara keseluruhan. Kategori
proses kognitif ini mencakup proses -proses membedakan (differentiating),
proses mengorganisasi (organizing), dan proses menghubungkan (attribute).
Tujuan-tujuan pendidikan atau pengajaran yang termasuk kedalam kategori
menganalisa adalah tujuan-tujuan pengajaran seperti; agar siswa belajar
untuk menentukan suatu informasi yang relevan atau penting dari suatu
pesan (proses membedakan atau differentiating), agar para siswa dapat
menentukan cara pengorganisasian suatu pesan (proses mengorganisasi
atau organizing), dan agar para siswa dapat menentukan tujuan yang
mendasari

pesan

tersebut

(proses

menghubungkan

atau

attributing)

meskipun kategori menganalisa dipandang sebagai suatu kategori yang
berdiri sendiri, kita harus mengetahui bahwa kategori ini merupakan
pengembangan dari kategori memahami (understanding) atau merupakan
suatu kategori yang mendahului kategori mengevaluasi (evaluating) atau
menciptakan (creating).
a. Membedakan (Differentiating)
Proses membedakan ini merupakan proses membedakan bagian
-bagian penyusun dari suatu kesatuan hal. Pembedaan tersebut dilakukan
berdasarkan

tingkat

relevansi

dan

tingkat

pentingnya

bagian-bagian

tersebut. Proses membedakan ini terjadi pada saat seorang siswa mampu
memisahkan informasi yang relevan dari yang tidak relevan, atau yang
penting dari yang tidak penting dan kemudian mampu untuk memperhatikan
atau berfokus pada informasi yang relevan atau yang penting saja. Proses
membedakan ini berbeda dari proses-proses kognitif yang berkaitan dengan
kategori memahami atau understand karena proses membedakan ini lebih

berfokus pada pengorganisasian suatu struktur dan penentuan hubungan
antara bagian -bagian dari struktur tersebut dengan struktur tersebut secara
keseluruhan . Lebih khususnya lagi, proses membedakan ini sangat berbeda
dari proses membandingkan atau comparing karena proses membedakan ini
menggunakan konteks yang lebih luas sebagai dasar untuk menentukan
apakah suatu informasi relevan atau tidak dan penting atau tidak. Nama
alternatif dari proses membedakan (differentiating) adalah memisahkan
(discriminating), membedakan (distinguishing), mefokuskan (focusing), dan
memilih (selecting).
b. Mengorganisasi (Organizingi)
Yang

dimaksud

dengan

proses

mengorganisasi

ada

lah

mengidentifikasi elemen-elemen dari suatu bentuk komunikasi atau situasi
dan mengenali cara hubungan antar elemen tersebut sehingga elemen
tersebut dapat disusun menjadi suatu kesatuan struktur yang koheren.
Dalam proses ini, seorang siswa membangun se buah hubungan yang
sitematis dan koheren dari potongan -potongan informasi yag diberikan.
Proses mengorganisasi ini biasanya terjadi bersamaan dengan proses
membedakan (differentiating). Para siswa pertama-tama mengidentifikasi
elemen-elemen yang penting atau relevan terlebih dahulu dan kemudian
menentukan bentuk struktur atau kesatuan keseluruhan dari elemen-lemen
tersebut. Proses mengorganisasi ini juga bisa terjadi bersamaan dengan
proses menghubungkan atau ( attributing) yang hanya berfokus pada
penentuan sudut pandang atau maksud arti seorang penulis tertentu. Nama
alternative untuk proses mengorganisasi ini adalah menemukan koherensi (
finding coherence), mengintegrasi (integrate), menggarisbawahi (outlining),
menguraikan (parsing), dan menyusun (structuring).
c. Menghubungkan (Attributing)
Proses ini terjadi pada saat seorang siswa mampu untuk menegaskan
sudut pandang , penyimpangan , nilai -nilai, atau maksud dari suatu bentuk

komunikasi. Yang termasuk kedalam proses ini adalah proses mengurai atau
dekonstr uksi. Didalamnya, para siswa menentukan maksud dari penulis
materi yang diberikankan kepada para siswa tersebut. Berbeda dari proses
mengartikan ( interpreting) yang mengharuskan para siswa untuk juga
memahami materi yang diberikan kepada mereka, proses men ghubungkan
ini juga mencakup perluasan diluar kategori memahami guna menduga
maksud atau sudut pandang yang terkandung dalam suatu materi yang
disajikan. Nama alternatif untuk proses ini adalah mengurai (deconstruct).
5. Mengevaluasi (Evaluate)
Kategori mengevaluasi diartikan sebagai tindakan membuat suatu
penilaian (judgement) yang didasarkan pada kriteria dan standar tertentu.
Kriteria yang paling sering digunakan dalam mengevaluasi adalah kualitas,
efisiensi, dan konsistensi. Kriteria tersebut dapat ditentukan sendiri oleh para
siswa atau para guru. Standar yang bisa digunakan bisa berupa standar
kuantitatif maupun standar kualitatif. Standar –standar tersebut kemudian
diterapkan pada kriteria -kriteria yang dipilih tadi. Kategori mengevaluasi
mencakup sejumlah proses kognitif, yaitu memeriksa ( checking), dan
mengkritik (critiquing). Proses memeriksa atau checking merupakan proses
membuat penilaian terhadap suatu konsistensi internal dari suatu hal,
sementara proses mengkritik atau critiquing merupakan proses membuat
penilaian yang didasarkan pada kriteria - kriteria eksternal.
a. Memeriksa (Checking)
Yang termasuk kedalam proses memeriksa ini adalah proses menguji
suatu konsistensi internal atau kesalahan internal yang terjadi pada suatu
operasi atau produksi. Contohnya, proses memeriksa terjadi pada saat
seorang siswa menguji apakah suatu kesimpulan sesuai dengan premis yang
mendahuluinya, atau pada saat mereka menguji apakah suatu data
mendukung atau justru membatalkan suatu hipotesa, dan pada saat para
siswa menguji apakah suatu materi yang disajikan mengandung bagian

-bagian yang justru saling berkontradiksi satu sama lain. Jika proses
memeriksa ini digabungkan dengan proses merencanakan atau planning
(yaitu proses kognitif yang termasuk ke dalam kateori menciptakan atau
create), dan dengan proses mengimplementasikan atau implementing (yaitu
proses kognitif yang termasuk dalamkategori menerapkan atau apply), maka
proses memeriksa ini juga akan mencakup proses -proses menentukan
keberhasilan kerja suatu rencana. Nama alternatif untuk proses memeriksa
ini adalah mengkoordinasi/ Mengatur ( coordinating), mendeteksi (detecting),
memonitor (monitoring), dan menguji (testing).
b. Mengkritik (Critiquing)
Yang termasuk kedalam proses mengkritik adalah proses menilai su
atu operasi atau produk berdsarkan kriteria-kriteria dan standar-standar
eksternal. Dalam proses ini, seorang siswa harus mencatat sifat -sifat positif
dan negatif dari suatu produk dan membuat penilaian berdasarkan sifat
-sifat tersebut. Proses mengkritik merupakan dasar dari pola pikir kritis
contoh dari proses mengkritik ini adalah proses menilai kebaikan dari solusi
yang diterapkan untuk memecahkan persoalan hujan asam dalam hal
kefektifan guna dan dana. Nama alternatif untuk proses ini adalah
menghakimi (judging).
6. Menciptakan (Create)
Yang termasuk kedalam kategori menciptakan ini adalah proses
mengumpulkan sejumlah elemen tertentu menjadi satu kesatuan yang
koheren dan fungsional. Tujuan - tujuan pengajaran pelajaran yang termasuk
kedalam kategori menc iptakan ini adalah mengajarkan pada para siswa
agar mampu membuat suatu produk baru dengan cara mengorganisasi
sejumlah elemen secara mental menjadi suatu pola atau struktur yang
belum pernah ada atau tidak pernah diprediksi sebelumnya. Proses -proses
kognitif yang termasuk kedalam kategori ini biasanya juga dikoordinasikan
dengan pengalaman belajar yang sudah dimiliki oleh para siswa sebelumnya.

Meskipun kategori menciptakan ini mengharuskan adanya suatu pola pikir
kreatif dari pihak siswa, pola pikir kreat if tersebut tidak sepenuhnya
terbebas dari tuntutan -tuntutan atau batasan-batasan yang telah ditentukan
dalam suatu pengajaran pelajaran atau batasan -batasan yang terjadi dalam
situasi tertentu.
a. Memunculkan (Generating)
Proses memunculkan ini merupakan proses penyajian suatu masalah
dan menemukan semua alternatif atau hipotes yang sesuai dengan sejumlah
kriteria tertentu. Seringkali, pada saat pertama kali suatu masalah disajikan,
masalah tersebut tampaknya sudah memiliki sebuah solusi yang cocok.
Namun cara penyajian masalah yang berbeda ternyata juga berdampak
pada solusi yang berbeda pula bagi masalah tersebut. Pada saat proses
melampaui pengetahuan atau batasan -batasan serta teori-teori yang telah
dipelajari

oleh

para

siswa

sebelumnya,

pada

saat

itul

ah

proses

memunculkan ini merupakan proses berpikir divergen dan merupakan inti
dari pola pikir kreatif. Proses Memunculkan ini digunakan dalam batasan
tertentu. Kategori Memahami atau Understand juga mengharuskan adanya
suatu

bentuk

proses

Menginterpretasikan

Memunculkan.

(Interpreting),

Proses-proses

Mencontohkan

Mengartikan/
(Exemplifying),

Mengklasifikasi/ Mengkelompokkan (Classifying), Merangkum (Summarizing),
Menduga

(Inferring),

Membandingkan

(Comparing),

dan

Menjelaskan

(Explaining) yang termasuk kedalam kategori Memahami merupakan bentuk
proses Memunculkan yang diperlukan dalam kategori Memahami tersebut.
Namun, tujuan dari kategori Memahami lebih bersifat konvergen, yaitu
memperoleh suatu hasil akhir yang tunggal. Sebaliknya, tujuan dari proses
Memunculkan yang termasuk kedalam kategori Menciptakan ini lebih bersifat
divergen, yaitu untuk memperoleh berbagai macam kemungkinan. Nama
alternatif

untuk

Hypothesizing.

proses

ini

adalah

proses

Membuat

hipotesa

atau

b. Merencanakan (Planning)
Proses merencanakan merupakan proses merancang sebuah solusi
yang sesuai dengan kriteria dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Dengan kata lain, proses ini merupakan proses mengembangkan sebuah
rencana untuk menyelesaikan sebuah masalah. Proses merencanakan ini
berh enti sampai tahap pelaksanaan langkah –langkah untuk menciptakan
solusi nyata yang dapat diterapkan pada suatu masalah. Dalam proses
merencanakan ini, para siswa bisa membuat suatu sub -sub tujuan, atau
memecah sebuah tugas menjadi sub-sub tugas pada saat siswa tersebut
menyelesaikan masalahnya. Para guru biasanya tidak membuat tujuan
-tujuan pengajaran yang berkaitan dengan proses merencanakan ini. Mereka
lebih banyak membuat tujuan -tujuan pengajaran yang berkaitan dengan
proses menghasilkan atau producing, yang merupakan tahap terakhir dari
proses kreatif seseorang. Apabila hal tersebut terjadi, proses merencanakan
hanya dapat diasumsikan termasuk dalam proses menghasilkan atau
merupakan bagian implicit dari proses menghasilkan tersebut. Dalam kasus
semacam i tu, proses merencanakan dilakukan oleh para siswa secara samar
-samar pada saat siswa tersebut menghasilkan suatu produk (proses
Menghasilkan). Nama

alternatif untuk proses merencakan ini adalah

merancang (designing).
c. Menghasilkan (Producing)
Proses ini merupakan proses melaksanakan suatu rencana yang telah
dibuat

untuk

memecahkan

suatu

masalah.

Rencana

tersebut

harus

memenuhi spesifikasi –spesifikasi yang telah ditentukan. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, tujuan -tujuan pengajran yang termasuk kedalam
kategori menciptakan atau create bisa mencakup dan bisa mengecualikan
sifat-sifat orisinil atau keunikan dari suatu hasil. Hal yang sama juga terjadi
pada tujuan-tujuan pengajran yang termasuk ke dalam proses menghasilkan

ini. Nama alternatif untuk proses menghasilkan ini adalah menyusun (
constructing).
2.3 Pengertian Dimensi Pengetahuan
Konsepsi-konsepsi pembelajaran terkini fokus pada proses -proses aktif, kognitif, dan
kostruktif yang terlibat dalam pembelajaran yang bermanfaat. Para pelajar dianggap menjadi
agen-agen aktif dalam pembelajaran mereka sendiri; mereka memilih informasi mana yang akan
mereka datangi dan menyusun makna mereka sendiri da ri informasi yang dipilih tersebut. Para
pelajar bukanlah penerima pasif, mereka juga bukanlah hanya penyimpan informasi yang
disediakan untuk mereka oleh orang tua, para guru, buku - buku pelajaran, atau media. Hal ini
berpindah dari pandangan -pandangan pembelajaran pasif menuju penekanan-penekanan sudut
pandang yang lebih kognitif dan paling konstruktif (proses-proses kognitif) mengenai apa yang
mereka ketahui pada saat mereka terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang bermanfaat.
Dalam pengaturan-pengaturan pembelajaran, para pelajar dianggap untuk menyusun
makna mereka sendiri berdasarkan pengetahuan terdahulu mereka, aktivitas metakognitif dan
kognitif terbaru mereka, dan kesempatan -kesempatan dan batasanbaasan yang diusahakan
kepada mereka dalam peng aturan tersebut, termasuk informasiyang tersedia untuk mereka. Para
pelajar sampai pada suatu seting pembelajaran dengan kesatuan pengetahuan yang mendasar,
tujuan -tuuan mereka, dan pengalaman-pengalaman terdahulu dalam pengaturan tersebut, dan
mereka men ggunakan seluruh hal ini untuk “memahami” infomasi yang mereka peroleh. Proses
“pemahaman” yang sangat konstruktif ini meliputi pengaktifan pengetahuan terdahulu sama
halnya juga dengan beragam proses-proses kognitif yang bekerja dalam pengetahuan itu. Penting
untuk tetap diingat bahwa para murid dapat dan sering menggunakan informasi yang tersedia
bagi mereka untuk menyusun makna -makna yang tidak sesuai dengan aspek-aspek kenyataan
yang asli atau konsepsi -konsepsi informasi normatif yang diterima dengan baik. Kenyataanya,
banyak karya mengenai perubahan konseptual dan pembelajaran murid berkaitan dengan
bagaimana para murid dapat menyusun konsepsi - konsepsi dari fenomena sehari -hari. Tentu
saja, terdapat sikap-sikap yang berbeda yang diambil dalam konsepsi -konsepsi ‘pribadi’,
konsepsi -konsepsi naïf, atau kesalahankesalahan konsepsi yang mencerminkan pengetahuan dan
pemikiran terikini dan paling dapat diterima secara umum dalam mata pelajaran -pelajaran
akademik dan area –area pokok bahasan.

Jadi, peneliti sangat sadar bahwa para murid dan guru menyusun makna –makna mereka
sendiri dari aktivitas -aktivitas pembelajaran dan kejadian -kejadian di kelas dan bahwa susunansusunan kandungan pokok bahasan mereka sendiri dapat berbeda dari konsepsi normatif atau
aslinya. Meskipun demikian, mengadopsi sudut pandang kognitif dan kostruktif ini tidak
menyiratkan bahwa tidak ada pembelajaran yang bernilai pengetahuan atau bahwa seluruh
pengetahuan memiliki nilai/manfaat yang sama. Menurut Anderson & Krathwohl (2001 : 46),
dimensi pengetahuan terdiri dari: empat jenis: (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan
konseptual , (3) pengetahuan prosedual, (4) pengetahuan metakognitif . Perbedaan antara
pengetahuan faktual dan pengetahuan konseptual perlu dijelaskan disini. Perlu pembedaan antara
pengetahuan elemen-elemen kandungan yang tidak berkembang/tertutup dan terpisah (contohnya
istilah-istilah dan fakta-fakta) dengan pengetahuan bagian -bagian pengetahuan yang lebih
tersusun dan lebih luas (contohnya konsep -konsep, prinsip-prinsip, model-model, atau teoriteori).
2.4 Kategori – Kategori Dimensi Pengetahuan
Mengingat banyaknya tipe-tipe pengetahuan, khususnya dalam pengembangan psikologi
kognitif, maka secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe pengetahuan umum,
yaitu :
a. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual berisi konvensi (kesepakatan) dari elemen-elemen dasar berupa istilah
atau simbol (notasi) dalam rangka memperlancar pembicaraan dalam suatu bidang disiplin ilmu
atau mata pelajaran (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Pengetahuan faktual meliputi aspekaspek pengetahuan istilah, pengetahuan khusus dan elemen-elemennya berkenaan dengan
pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan sebagainya.


Pengetahuan Terminologi

Pengetahuan terminology meliputi nama - nama dan symbol - simbol verbal dan non - verbal
tertentu (contohnya kata - kata, angka - angka, tanda - tanda, dan gambar - gambar). Setiap
pokok bahasan berisi sejumlah besar nama – nama dan symbol - simbol, baik verbal maupun non
- verbal, yang memiliki rujukan tertentu. Mereka berada pada bahasa disiplin dasar – jalan pintas
yang digunakan para ahli untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui. Dalam usaha apapun
oleh para ahli untuk berkomunikasi dengan ahli lainnya mengenai fenomena dalam disiplin ilmu

mereka, mereka menganggap penting untuk menggunakan nama - nama dan symbol - simbol
khusus yang telah dipikirkan. Dalam banyak kasus, tidak mungkin bagi para ahli untuk
memperbincangkan masalah dalam disiplin ilmu mereka tanpa mempergunakan istilah - istilah
penting. Cukup harafiah, mereka tidak mampu bahkan untuk memikirkan mengenai banyak
fenomena dalam disiplin ilmu kecuali mereka menggunakan nama - nama dan symbol - simbol
ini.


Pengetahuan yang Detail dan Elemen - elemen yang Spesifik

Pengetahuan yang detail dan elemen - elemen yang spesifik mengacu pada pengetahuan
peristiwa - peristiwa, tempat - tempat, orang - orang, tanggal, sumber informasi, dan
semacamnya. Hal ini dapat melibatkan informasi yang sangat tepat dan spesifik, seperti tanggal
yang tepat dari suatu peristiwa atau besarnya fenomena dengan tepat. Hal ini dapat juga meliputi
informasi perkiraan, seperi periode waktu dimana suatu peristiwa terjadi atau besarnya tata cara
umum suatu fenomena. Fakta - fakta spesifik adalah fakta - fakta yang dapat diisolasi terpisah,
elemen - elemen terpisah berlawanan dengan elemen - elemen yang hanya dapat diketahui dalam
konteks yang lebih luas. Setiap pokok bahasan berisi beberapa peristiwa, tempat - tempat, orang
- orang, tanggal, dan detail - detail lainnya yang para ahli tahu dan percaya dapat
menggambarkan pengetahuan yang penting mengenai bidang tersebut. Fakta - fakta spesifik
semacam itu merupakan informasi mendasar yang para ahli gunakan dalam menggambarkan
bidang mereka dan dalam memikirkan mengenai masalah - masalah atau topic - topik tertentu
dalam bidang tersebut. Fakta - fakta ini dapat dibedakan dari terminologi, dalam terminologi itu
secara umum menunjukkan konvensi - konvensi atau persetujuan - persetujuan dalam suatu
bidang, sementara fakta – fakta menyajikan temuan - temuan yang sampai dengan alat selain
persetujuan – persetujuan konsensual yang dibuat untuk tujuan - tujuan komunikasi.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual berkaitan dengan klasifikasi, kategori; prinsip-prinsip, generalisasi;
teori, model dan struktur. Penguasaan pengetahuan faktual ditandai dengan kemampuan
mengklasifikasikan data, mengelompokan data berdasarkan ciri-ciri kesamaannya, atau
berdasarkan perbedaannya; menunjukkan kekuatan atau kelemahan sebuah pernyataan,
mengenali prinsip-prinsip, menyimpulkan, menguasai teori, menunjukan contoh, dan mengenali
struktur.

Pengetahuan konseptual memuat ide (gagasan) dalam suatu disiplin ilmu yang
memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan sesuatu objek itu contoh atau bukan contoh,
juga mengelompokkan (mengkategorikan) berbagai objek. Pengetahuan konseptual meliputi
prinsip (kaidah), hukum, teorema, atau rumus yang saling berkaitan dan terstruktur dengan baik
(Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan klasifikasi
dan kategori, pengetahuan dasar dan umum, pengetahuan teori, model, dan struktur
1) Pengetahuan Klasifikasi dan Kategori
Pengetahuan klasifikasi dan kategori meliputi kategori, kelas, pembagian, dan penyusunan
spesifik yang digunakan dalam pokok bahasan yang berbeda. Seiring berkembangnya pokok
bahasan, individu - individu yang bekerja padanya mengetahui bahwa hal ini bermanfaat untuk
mengembangkan klasifikasi dan kategori yang dapat mereka gunakan untuk menyusun dan
mengatur fenomena tersebut. Jenis pengetahuan ini lebih umum dan sering lebih abstrak
daripada pengetahuan terminologi dan fakta – fakta tertentu. Setiap pokok bahasan memiliki
suatu set kategori yang digunakan untuk menemukan elemen - elemen baru sama halnya untuk
berhadapan dengannya tepat ketika mereka ditemukan. Klasifikasi dan kategori berbeda dari
terminologi dan fakta – fakta dalam hal mereka membentuk penghubung - penghubung
hubungan antara elemen – elemen tertentu.
2) Pengetahuan Prinsip dan Generalisasi
Prinsip dan generalisasi cenderung mendominasi suatu disiplin ilmu akademis dan digunakan
untuk mempelajari fenomena atau memecahkan masalah - masalah dalam disiplin ilmu. Salah
satu tanda dari seorang ahli pokok bahasan adalah kemampuan untuk mengenali pola - pola yang
bermakna (contohnya generalisasi) dan menghidupkan pengetahuan pola - pola yang relevan ini
dengan sedikit usaha kognitif. (Bransford, Brown, dan Cocking, 1999). Pengetahuan prinsip dan
generalisasi meliputi pengetahuan dari abstraksi - abstraksi tertentu yang merangkum
pengamatan - pengamatan fenomena. Abstraksi - abstraksi ini memiliki manfaat yang paling
besar dalam menggambarkan, memprediksi, menjelaskan, atau menentukan tindakan atau
petunjuk yang paling tepat dan relevan yang akan diambil. Prinsip dan generalisasi bersama sama membawa sejumlah fakta - fakta dan peristiwa - peristiwa spesifik, menggambarkan proses
- proses dan hubungan – hubungan antara detail - detail spesifik ini (detail - detail yang
membentuk klasifikasi dan kategori), dan, lebih lanjut, menjelaskan proses - proses dan
hubungan - hubungan antar klasifikasi dan kategori. Dengan cara ini, mereka memungkinkan

para ahli untuk mulai mengatur keseluruhan dalam cara yang koheren dan hemat. Prinsip prinsip dan generalisasi - generalisasi cenderung merupakan gagasan - gagasan mendasar yang
dapat menjadi sulit untuk dipahami para murid karena para murid mungkin tidak diperkenalkan
secara keseluruhan dengan fenomena yang mereka diminta untuk ringkas dan atur. Jika para
murid memang harus mengetahui prinsip - prinsip dan generalisasi - generalisasi, bagaimanapun,
mereka memiliki alat untuk menghubungkan dan mengatur sejumlah besar pokok bahasan.
Sebagai hasilnya, mereka harus memiliki pengertian yang mendalam mengenai pokok bahasan
sama halnya ingatan yang lebih baik mengenai hal ini.
3) Pengetahuan Teori, Model, dan Struktur
Pengetahuan teori, model, dan struktur meliputi pengetahuan mengenai prinsip - prinsip dan
generalisasi - generalisasi bersama dengan hubungan - hubungan diantara mereka yang
menyajikan pandangan sistemis, jelas, dan bulat mengenai suatu fenomena, masalah, atau pokok
bahasan yang kompleks. Hal - hal ini adalah perumusan – perumusan yang paling abstrak.
Mereka dapat menunjukkan hubungan antar satu dengan yang lain dan pengaturan sejumlah
besar detail - detail spesifik, klasifikasi - klasifikasi dan kategori - kategori, dan prinsip - prinsip
dan generalisasi - generalisasi. Pengetahuan teori, model, dan struktur, berbeda dari pengetahuan
prinsip dan generalisasi dalam penekanannya pada suatu set prinsip dan generalisasi yang terkait
dalam beberapa hal untuk membentuk suatu teori, model, atau struktur. Prinsip – prinsip dan
generalisasi - generalisasi dalam subjenis pengetahuan prinsip dan generalisasi tidak perlu
dikaitkan dalam cara apapun yang berarti. Sub jenis pengetahuan teori, model, dan struktur
meliputi pengetahuan dari paradigma - paradigma yang berbeda, epistemology - epistemologi,
teori - teori, dan model - model yang digunakan prinsip - prinsip yang berbeda untuk
menggambarkan, memahami, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Disiplin - disiplin ilmu
memiliki paradigm - paradigma dan epistemology - epistemologi yang berbeda dalam
penyusunan penyelidikan,dan para murid harus mengetahui cara - cara yang berbeda mengenai
memahami dan mengatur pokok bahasan dan area - area penelitian dalam pokok bahasan. Dalam
biologi, contohnya, pengetahuan mengenai teori evolusi dan bagaimana untuk berfikir dalam
istilah - istilah evolusioner untuk menjelaskan fenomena - fenomena biologi yang berbeda adalah
sustu aspek penting dari bagian jenis pengetahuan konseptual ini. Dengan cara yang sama, teori teori konstruktif sosial, kognitif, dan perilaku dalam psikologi membuat asumsi - asumsi

epistemologi yang berbeda dan mencerminkan sudut pandang – sudut pandang berbeda dalam
perilaku manusia.
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu. Seperti
pengetahuan keterampilan, algoritma, teknik-teknik, dan metoda-metoda yang secara
keseluruhan dikenal sebagai prosedur. Ataupun dapat digambarkan sebagai rangkaian langkahlangkah.


Pengetahuan Keterampilan Umum-Khusus dan Algoritma

Pengetahuan algoritma digunakan dengan latihan matematika. Prosedur perkalian dalam
aritmetika, ketika diterapkan, hasil umumnya adalah jawaban yang sulit karena adanya kesalahan
dalam penghitungan. Walaupun hal ini dikerjakan dalam pengetahuan prosedural, hasil dari
pengetahuan prosedural ini seringkali menjadi pengetahuan faktual atau konseptual.
Algoritma untuk penjumlahan seluruh bilangan yang sering kita gunakan untuk
menambahkan 2 dan 2 adalah pengetahuan prosedural, jawabannya 4 semudah pengetahuan
faktual. Sekali lagi, penekanan disini adalah berdasarkan pada pemahaman siswa dalam
memahami dan menyelesaikannya sendiri.
Contohnya :
1. Pengetahuan keterampilan dalam melukis menggunakan cat air.
2. Pengetahuan ketrampilan yang digunakan dalam mengartikan kata yang didasarkan pada
analisa struktur
3. Pengetahuan keterampilan macam-macam algoritma untuk menyelesaikan persamaan
kuadrat


Pengetahuan Metode dan Teknik Khusus

Pengetahuan metoda dan teknik khusus meliputi pengetahuan yang sangat luas dari hasil
konsensus, persetujuan, atau norma-norma disiplin daripada pengetahuan yang secara langsung
lebih menjadi sebuah hasil observasi, eksperimen, atau penemuan.
Contohnya :
1. Pengetahuan metoda penelitian yang relevan untuk ilmu sosial.

2. Pengetahuan teknik-teknik yang digunakan oleh ilmuwan dalam mencari penyelesaian
masalah.
3. Pengetahuan metoda-metoda untuk mengevaluasi konsep kesehatan.
4. Pengetahuan macam-macam metoda literatur.



Pengetahuan Kriteria Untuk Menentukan Penggunaan Prosedur yang Tepat

1. Pengetahuan kriteria untuk menentukan beberapa tipe essay untuk ditulis (ekspositori,
persuasif).
2. Pengetahuan kriteria untuk menentukan metoda yang digunakan dalam menyelesaikan
persamaan aljabar.
3. Pengetahuan kriteria untuk menentukan prosedur statistik untuk menggunakan data yang
terkumpul dalam eksperimen.
4. Pengetahuan kriteri untuk menentukan teknik-teknik dalam menerapkan dan membuat
pengaruh dalam melukis menggunakan cat air.

d. Pengetahuan Metakognitif
Metakognitif ialah kesedaran tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui.
Strategi Metakognitif merujuk kepada cara untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses
berfikir dan pembelajaran yang berlaku. Apabila kesedaran ini wujud, seseorang dapat mengawal
fikirannya dengan merancang, memantau dan menilai apa yang dipelajari. Jadi Pengetahuan
metakognitif adalah pengetahuan mengenai pengertian umum maupun pengetahuan mengenai
salah satu pengertian itu sendiri.
Pengetahuan metakognitif melibatkan pengetahuan tentang kognisi secara umum, serta
kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi sendiri. Menurut Bransford,Brown, & Cocking ,
1999, dengan dimilikinya pengetahuan metakognitif siswa akan bertindak atas kesadaran sendiri,
sehingga akan cenderung belajar lebih baik.


Pengetahuan Strategi

Pengetahuan strategi adalah pengetahuan strategi umum untuk mempelajari, memikirkan
dan menyelesaikan masalah.
Contohnya:
1. Pengetahuan informasi ulangan untuk menyimpan informasi.
2. Pengetahuan perluasan strategi seperti menguraikan dengan kata-kata sendiri dan
kesimpulan.
3. Pengetahuan macam-macam strategi organisasi dan perencanaan.


Pengetahuan Mengenai Tugas-tugas Kognitif, termasuk Pengetahuan
Kontekstual dan Kondisional

Pengetahuan ini meliputi pengetahuan yang membedakan tugas-tugas kognitif yang
tingkat kesulitannya sedikit ataupun banyak, bisa saja membuat sistem kognitif ataupun strategi
kognitif.
Contohnya :
1. Pengetahuan mengingat kembali tugas-tugas (contoh, jawaban singkat) yang dibuat
secara umum dalam sistem memori individu yang dibandingkan dengan pengenalan
tugas-tugas (contoh, pilihan berganda).
2. Pengetahuan buku sumber yang sulit untuk dipahami dibandingkan dengan buku biasa
atau buku teks umum.
3. Pengetahuan tugas memori sederhana (contoh, mengingat nomor telepon).


Tiga Jenis Pengetahuan Metakognitif

Menurut

Flavell

pengetahuan metakognitif

(1979)

pengetahuan

metakognitif

ada

strategi,

pengetahuan

metakognitif

tugas

tiga
dan

jenis

yaitu:

pengetahuan

metakognitif diri.
 Pengetahuan metakognitif strategi
Pengetahuan metakognitif strategi adalah pengetahuan tentang strategi pembelajaran,
berpikir dan pemecahan masalah secara umum. Strategi ini dapat diterapkan pada seluruh
disiplin ilmu dan digunakan di sebagian besar tugas dan domain yang berbeda. (misalnya,

memecahkan persamaan kuadrat dalam matematika , menerapkan hukum Ohm dalam fisika
dll. ).
Pengetahuan metakognitif strategi oleh Weinstein & Mayer (1986) dikelompokkan menjadi
tiga kategori yaitu: latihan, elaborasi dan organisasi. Pengetahuan metakognitif strategi latihan
merupakan pengetahuan strategi mengulang kata-kata atau istilah yang akan diingat berulangulang untuk diri sendiri.. Pengetahuan metakognitif strategi elaborasi meliputi berbagai
mnemonik untuk tugas-tugas memori, seperti: meringkas, parafrase, dan memilih ide utama dari
teks. Strategi elaborasi ini lebih baik daripada strategi latihan. Strategi organisasi meliputi
berbagai bentuk menguraikan, pemetaan konsep, dan mencatat, yang membuat siswa terkoneksi
antara dan di antara elemen konten. Strategi organisasi juga menghasilkan pemahaman dan
pembelajaran yang lebih baik dari strategi latihan.
Pengetahuan metakognitif strategi juga berguna dalam perencanaan, pemantauan, dan
pengaturan pembelajaran dan berpikir. Strategi ini termasuk cara individu merencanakan
kognisi (seperti, mengatur sub tujuan), memantau kognisi (seperti, bertanya pada diri sendiri
ketika membaca sepotong teks, memeriksa jawaban untuk masalah matematika, fisika dan
kimia ), dan mengatur kognisi (misalnya, membaca kembali sesuatu yang belum dimengerti;
dan " memperbaiki" kesalahan perhitungan dalam masalah matematika, fisika dan kimia). Ada
beberapa strategi umum untuk pemecahan masalah dan berpikir. Strategi ini mewakili individu
dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah, khususnya masalah yang tidak jelas yaitu
tidak memiliki definisi algoritmik solusi. Dalam hal berpikir, ada strategi untuk berpikir deduktif
dan induktif, seperti mengevaluasi keabsahan pernyataan logis yang berbeda, menghindari
argumen, membuat kesimpulan yang tepat dari berbagai sumber data, dan penarikan sampel yang
sesuai untuk membuat kesimpulan .
 Pengetahuan metakognitif tugas
Pengetahuan metakognitif tugas adalah pengetahuan tentang kapan menggunakan strategi
belajar, berpikir, dan pemecahan masalah pada kondisi dan konteks yang tepat. Pengetahuan
metakognitif tugas merupakan pengetahuan yang menyatakan bahwa tugas yang berbeda dapat
lebih atau kurang sulit dan mungkin memerlukan strategi kognitif yang berbeda. Sebuah tugas
mengingat dapat lebih sulit daripada tugas pengenalan suara, karena tugas menyebabkan,

individu harus lebih aktif mencari memori dan mengambil informasi yang relevan, sedang
pengenalan tugas, penekanannya pada diskriminatif antara alternatif dan memilih jawaban yang
sesuai. Untuk dapat belajar lebih baik, siswa perlu mengembangkan pengetahuan tentang
berbagai

strategi

belajar,

berpikir

dan

memecahkan

masalah.

Siswa

harus

mengembangkan pengetahuan stratgi tentang "kapan" dan " mengapa" secara tepat ( Paris ,
Lipson , & Wixson , 1983). Karena tidak semua strategi sesuai untuk semua situasi, siswa harus
mengembangkan beberapa pengetahuan kondisi dan tugas yang dapat digunakan paling tepat .
 Pengetahuan metakognitif diri
Pengetahuan metakognitif diri merupakan pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri
seseorang (Flavell,1979). Contoh, seorang siswa/mahasiswa yang tahu bahwa dirinya tidak lebih
baik pada tes pilihan ganda daripada tes esai, ini berarti ia memiliki pengetahuan metakognitif
diri tentang kemampuan testnya. Pengetahuan ini berguna bagi siswa saat ia mempelajari kedua
jenis tes .
Pengetahuan metakognitif diri itu penting, terutama