MENEJEMEN PERUBAHAN lingkungan bisnis dengan

MENEJEMEN PERUBAHAN
PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PRAKTEK
PEMBELAJARAN ORGANISASI
Dr. Sonang Sitohang, S.M.I., M.M.

Oleh
Nama : Farid Muqorrobin
NPM : 17.2.02260345

PROGRAM MAGISTER MENEJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
2018

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PRAKTEK PEMBELAJARAN
ORGANISASI

Kepemimpinana merupakan salah satu unsur penting dalam
berorganisasi, keberhasilan suatu dapat ditentukan dari cara kepepimpinana
yang bertugas memberikan arahan serta bimbingan dalam menuju suatu
tujuan serta visi dan misi organisasi, pemimpin dimaksudkan dapat
menggerakan orang – orang dalam satu tujuan.

Menurut kartono (dalam Salam, 2002:90) pemimpin adalah seseorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan-kelebihan, khusunya
kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain
untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian tujuan
atau beberapa tujuan. Selanjutnya kepemimpinan menurut Rival (2004:2)
kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok atau budayanya.
Dari beberapa uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, menggerakan dan memotivasi
orang lain serta sumber-sumber daya yang tersedia agar berjalan sesuai
dengan yang direncanakan sebelumnya dan bekerja sama dalam suasana
moralitas yang tinggi, penuh semangat dan kesadaran sesuai dengan
peraturan yang ada, untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama.
Peran pemimpin sanagat dibutuhkan dalam proses pembelajaran dan
organisasi untuk menentukan arah dan tujuan organisasi tersebut maka dari
itu diperlukan objek pemimpin yang dpat menhandle banyak hal dan yang
tidak banyak orang lain bisa lakukan dengan keterampilan yang lebih, tetapi

dalam berorganisasi terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
kepemimpinan itu dapat berhasil ataupun tidak diantaranya.
7.1 Faktor penghambat perubahan ( perubahan terjadi di masyarakat )
Dalam prakteknya perubahan memiliki hambatan, hambatan tersebut
terjadi dimasyarakat dengan adanya banyak faktro yang mempengaruhi
sehingga perubahan tidak dapat berjalan dengan lancar, diantara faktor –
faktor penghambat tersebut diantaranya.
1. Rasa khawatir terjadinya kegoyahan terhadap integritas masyarakat.
Ada beberapa anggota masyarakat yang khawatir dan takut terhadap
perubahan yang terjadi di masyarakat, karena mereka beranggapan
perubahan akan menggoyahkan integrasi dalam masyarakat dan Perubahan
yang terjadi pada kehidupan dinilai mengganggu tatanan sosial yang sudah
berjalan.

2.Kebiasaan
setiap masyarakat memiliki adat atau kebiasaan. Adat atau kebiasaan
merupakan pola-pola perikelakuan bagi anggota-anggota masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokoknya. Jika suatu saat timbul krisis ketika adat dan
kebiasaan sudah tidak efektif lagi dalam memenuhi kebutuhan pokok
masyarakatnya, adat dan kebiasaan tersebut tidak akan mengalami

perubahan. Hal ini dikarenakan adat dan kebiasaan sudah terbiasa
dilakukan atau dipakai sehingga sangat sulit untuk mengubahnya.
3.Sikap masyarakat yang konservatif
Sikap konservatif atau takun menjalankan perubahan akan membawa
mentalitas yang buruk dalam suatu kemajuan. Karena mereka menganggap
elemen elemen perubahan yang datangnya dari luar dianggap berbahaya.
Sering nya masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain lah memiliki
sikap seperti itu, mereka mengganggap setiap unsur yang berbau negara
penjajah akan ditolak dan dianggap berdampak negatif terhadap kepribadian
masyarakat pada suatu bangsa. Karena itu sikap tersebut harus dihindari
apabila seseorang hendak melakukan suatu perubahan.
4. Hambatan Ideologi
Suatu perubahan dalam masyarakat akan sulit terjadi seandainya
berbenturan dengan ideologi atau paham yang diyakini oleh masyarakat
tersebut, Karena setiap unsur perubahan yang berkaitan dengan
kepercayaan atau keyakinan masyarakat akan ditolak sebab dianggap
bertentangan dengan ideologi mereka.
5. Prasangka dengan hal baru
selain nilai nilai kepentingan, prasangka buruk (Prejudice) akan hal
yang baru bisa menghambat proses perubahan sosial. Setiap ada hal yang

baru datang, ada semacam kekhawatiran dari sebagian masyarakat yang
tidak menghendaki perubahan, kemudian beberapa orang tadi berusaha
memengaruhi kelompok yang lain. Hal tersebut harus dihilangkan
seandainya seseorang akan melakukan perubahan sosial.
6.Kepentingan yang tertanam kuat
Nilai-nilai tradisional akan menimbulkan suatu kepentingankepentingan kolektif yang tertanam kuat di masyarakat. Hal tersebut juga
akan mengganjal sebuah perubahan sosial sebab pada hakikatnya sebuah
perubahan itu berusaha untuk meninggalkan nilai nilai lama guna menuju
pada nilai nilai yang baru yang lebih bermanfaat serta lebih sesuai dengan
keadaan yang ada dalam masyarakat. Oleh sebab itu, seseorang yang
mengharapkan suatu perubahan harus berani membuang jauh nilai-nilai
kepentingan seperti ini.

7. Sikap masyarakat tradisional
Sikap masyarakat ini lebih memihak masa lampau karena masa
tersebut merupakan masa yang penuh kemudahan menurut beberapa
kelompok. Tradisi yang berlaku sebagai warisan masa lampau tidak dapat
diubah dan harus terus dilestarikan. Hal tersebut berpotensi menghambat
perubahan, terutama beberapa kelompok yang konservatif serta ingin tetap
bertahan dalam kepemimpinan masyarakat.

8. Hakikat hidup
Ada masyarakat yang mempunyai kepercayaan bahwa baik buruknya
kehidupan ini telah diatur. Dorongan terjadinya perubahan dan penghambat
perubahan selalu ada di setiap masyarakat, tergantung besar kecilnya
kekuatan dalam menanggapi perubahan tersebut. Seandainya dorongan
lebih kuat dibanding hambatan perubahan sosial akan terjadi. Akan tetapi,
apabila hambatan lebih kuat dibanding dorongan, perubahan akan terganjal
atau tidak terjadi.
9.Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
Dengan pergaulan yang terbatas, dapat dipastikan perkembangan
ilmu pengetahuan pasti akan terlambat. dan kemajuan ilmu pengetahuan
sendiri bisa ditempuh di antaranya dengan metode "learning by doing". Tidak
adanya keinginan untuk menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan
dapat mengakibatkan pola pikir yang terbelakang dan ketinggalan zaman,
sehingga muncul sebuah pandangan miring (stigma) adanya kelompok
masyarakat yang tidak mau berubah.
10. Kuranganya hubungan dengan masyarakat lain
Manusia tidak pernah lepas dari hubungan dengan manusia atau
masyarakat lain dalam suatu pergaulan. Masyarakat yang sedikit
berinteraksi dengan masyarakat lain mengalami perubahan yang lamban.

Hal tersebut disebabkan masyarakat tidak mengetahui perkembangan
masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka
terkukung dalam kebudayaan mereka dan pola pemikiran yang masih
tradisional (sederhana).
Dari pemaparan tersebut dalam sebuah masyarakat terdapat
beberapa hambatan dan faktor yang mempengaruhi perubahan – perubahan
yang pada dasarnya bisa terjadi di komunal mapun individu.
7.2 Perubahan persepsi, bentuk perubahan sikap dan prilaku karyawan
Sebuah organisasi baik itu perusahaan ataupun organisasi lain
tentunya juga akan mengalami perubahan sikap anggota atau lebih tepatnya
perubahan prilaku karyawan bila dalam perusahaan, perubahan itu muncul
dikarenakan adanya faktor pendukung tentunya.

Perubahan prilaku tentunya ada beberapa teori-teori yang menunjang
fonemena tersebut diantaranya adalah teori perubahan sikap priulaku dari
beberapa tokoh, diantaranya.
1. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini

dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
tersebut
didalam
diri
seseorang.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri
seseorang itu, yakni
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan
perilaku. Stimulus ini berupa informasi-informasi sehubungan dengan
perilaku yang bersangkutan.
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
2. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources)
misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan

keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku
tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi
bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.
b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima)
maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi
kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
c. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).

3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu
itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat

mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut
dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz
(1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan.
Katz berasumsi bahwa :
a.Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.
Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka
ia akan berperilaku negatif.
b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan
perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi
ancaman-ancaman yang datang dari luar.
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam
peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang
telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau
stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan
tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang
singkat.

d.Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang
dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu
dapat merupakan “layar” dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat.
Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat
dilihat dari perilaku atau tindakannya.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan
manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
7.3 Faktor – faktor kekuatan perubahan
Organisasi memiliki anggota dan diantaran pasti mempunyai inisiatif
untuk berubah dan merubah dalam hal ini terdapat faktor – faktor apa saja
yang mempengaruhi perubahandimana perubahan tersebeut mempunya
kekuatan adapun beberapa pakar menegmukakan diantaranya adalah

Greenberg dan Baron (1997) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor
yang merupakan kekuatan di belakang kebutuhan akan perubahan. Mereka
memisahkan antara perubahan terencana dan perubahan tidak terencana.
Perubahan terencana adalah aktivitas yang dimaksudkan dan diarahkan

dalam sifat dan desainnya untuk memenuhi beberapa tujuan organisasi.
Sementara itu, perubahan tidak terencana merupakan pergeseran dalam
aktivitas organisasi karena adanya kekuatan yang sifatnya eksternal, diluar
kontrol organisasi.
a. Perubahan Terencana
Kekuatan dalam perubahan terencana yang dihadapi organisasi oleh
Greenberg dan Baron (1997) disebutkan sebagai berikut :
1. Changes in products or services ( perubahan dalam produk atau jasa )
Perkembangan teknologi telah mendorong tumbuhnya produk baru
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelanggan. Di samping itu,
bervariasinya perilaku konsumen memerlukan peningkatan pelayanan
yang lebih memuaskan pelanggan.98
2. Changes in organizational size and structure ( perubahan dalam ukuran
dan struktur organisasi )
Perubahan yang terjadi menyebabkan banyak organisasi melakukan
restrukturisasi, dan biasanya diikuti dengan downsizing dan
outsourcing. Restrukturisasi cenderung membentuk organisasi yang
lebih datar dan berbasir tim.
3. Changes in administrative system ( perubahan dalam sistem administrasi )
Perubahan sistem administrasi dimaksudkan untuk memperbaiki
efisiensi, mengubah citra perusahaan, atau untuk mendapatkan
kekuasaan dalam organisasi.
4. Introduction of new technology ( Introduksi teknologi baru )
Perubahan teknologi baru berlangsung secara cepat dan
memengaruhi cara bekerja orangorang
dalam
organisasi.
Teknologi baru diharapkan membuat organisasi semakin kompetitif.

b. Perubahan Tidak Terencana
Sementara itu, perubahan tidak terencana menurut Greenberg dan Baron
terjadi karena adanya hal-hal berikut :
1. Shifting employee demographics (pergeseran demografis pekerja)

Komposisi tenaga kerja mengalami perubahan dengan kecenderungan
semakin beragam. Keberagaman tenaga kerja memerlukan perlakuan
yang semoakin beragam pula, sesuai dengan ciri kebutuhannya yang
semakin berkembang.
2. Performance gaps (kesenjangan kinerja)
Tujuan organisasi yang menjadi ukuran kinerja tidak selalu dapat
dicapai. Terjadi kesenjangan antara yang diharapkan dan yang dapat
dicapai. Kesenjangan yang terjadi perlu direspons dengan berbagai
tindakan perubahan
3. Government regulation (peraturan pemerintah)
Kebijakan dan peraturan pemerintah yang baru dapat mempengaruhi
kelangsungan suatu bisnis. Hal yang pada waktu yang lalu
diperbolehkan, suatu saat dapat dilarang. Bisnis perlu melakukan
perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan tersebut.
4. Global competition (kompetisi global)
Persaingan global menuntut bisnis semakin efisien dan mampu
menghasilkan produk dan jasa lebih murah. Setiap perusahaan
berusaha untuk mendapatkan market share yang semakin besar.
5. Changing economic conditions (perubahan kondisi ekonomi)
Perubahan kondisi ekonomi dapat menyebabkan usaha bisnis merugi
dan menciptakan peluang terjadinya pengangguran. Perusahaan harus
mampu menyusun strategi untuk bertahan dan bahkan memperoleh
kesempatan untuk mengembangkan diri.
6. Advances in technology (kemajuan dalam teknologi)
Kemajuan teknologi menyebabkan cara perusahaan beroprasi harus
berubah. Terjadinya perubahan tersebut menuntu perusahaan
mempersiapkan sumber daya manusia dapat menyerap dan
mengikuti perkembangan teknologi.
Uraian diatas merupakan satu dari berbagai macam toeri yang ada
namun teori yang lain juga releven dan terwakali dengan teori kekuatan
perubahan, adapun faktor tersebut tidak terlepas dari proses pengelolaan
perubahan agar peruahan dapat terkendali dan di kehendaki sesuai denagn
arah tujuan baik itu perusahaan ataupun organisasi lainnya.

7.4 Proses mengelolah perubahan
Apabila sebuah organisasi mengalami perubahan, tentu organisasi
tersebut akan menemui tantangan – tantangan yang harus diselesaikan,
oleh karena itu pemimpin organisasi perlu mengelola perubahan tersebut
agar dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan. Salah satu
permasalahan yang sering terjadi saat melakukan perubahan di organisasi
adalah adanya penolakan dari perubahan tersebut. Disinilah peran dari para
pemimpin untuk meyakinkan dan memberikan motivasi kepada karyawan.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan penolakan terhadap perubahan
adalah :


ketidakpercayaan kepada orang yang mengusulkan perubahan, hal
ini akan menyebabkan efek yang besar terhadap sumber penolakan
yang lain
• kepercayaan bahwa perubahan tidak diperlukan dikarenakan tanpa
adanya perubahan, orang – orang didalam organisasi merasa sudah
sangat baik.
• Perubahan biasanya berbiaya tinggi, walaupun perubahan biasanya
membawa keuntungan besar bagi perusahaan, tetapi besarnya
biaya yang harus dikeluarkan membuat perusahaan berfikir lebih
mendalam sebelum menentukan perubahan.
• Ketakutan akan kegagalan. Apabila orang – orang dalam organisasi
sudah terbiasa menggunakan cara / metode lama, maka rencana
perubahan membuat mereka ketakutan jika mereka tidak bisa
menggunakan metode baru.
Untuk dapat mengelola perubahan dalam organisasi dapat dilakukan dengan
beberapa hal berikut:
1. Memotivasi Perubahan
Perubahan merupakan proses untuk menuju sesuatu yang baru, oleh
karena itu diperlukan komitmen yang tinggi dari angota
organisasi.
2. Komunikasi, penolakan terhadap perubahan dapat dikurangi
dengan melakukan komunikasi yang lebih baik kepada karyawan,
dengan komunikasi yang lebih baik, karyawan akan melihat
rencana perubahan sebagai suatu realita yang harus dilakukan.
3. Partisipasi, jika ada perubahan sebaiknya melibatkan karyawan
dimulai dari persiapan hingga proses pengimplementasian
sehingga nantinya karyawan akan merasa berkepentingan untuk
melakukan perubahan, hal ini juga dapat mengurangi penolakan
terhadap perubahan.

4. Mengelola Transmisi
Proses perubahan melewati masa transisi dari situasi saat ini menuju
situasi yang diharapkan di masa yang akan datang. Masa transisi
tersebut membutuhkan struktur manajemen dan aktivitas khusus
untuk menjamin keberhasilan. Masa transisi membutuhkan arahan
yang jelas sehingga perubahan yang dihasilkan dapat sesuai dengan
apa yang diinginkan perusahaan.
5. Melanjutkan Momentum Perubahan
Setelah perubahan dilakukan oleh organisasi, perusahaan harus
senantiasa meningkatkan semangat untuk berubah sehingga tidak
kehilangan momentum untuk terus melakukan perubahan. Hal – hal
yang dapat dilakukan untuk dapat terus berubah adalah dengan
menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
perubahan dan membangun sistem pendukung untuk agen
perubahan..
Dari semua perubahan baik pendukung dan penghambat sangat menarik
untuk dibedah namun perubahan itu dapat kearah positif dan negatif,
perubahan ditujuhkan lebih kearah positif dalam organisasi baik dalam bisnis
maupun non bisnis.
Displin merupakan pengawal terbaik dalam proses pembelajaran
perubahan organisasi dan pengembangan agar menuju ke arah positif utnuk
itu Peter senege mengemukakan 5 cara efektif untuk mencapai proses
perubahan kearah positif.
7.5 Disiplin pada pembelajaran organisasi dan pengembangan kompetensi
dalam menanagnii perubahan
1.

Personal Mastery / Penguasaan Pribadi
Organisasi hanya dapat berkembang apabila para anggota yang
berada di dalamnya memiliki keinginanan dan kemampuan untuk terus
belajar. Dengan disiplin penguasaan pribadi berarti indi-vidu di dalam
organisasi terus memfokuskan diri untuk meningkatkan kemampuan dan
kapabilitas diri dengan belajar dan memfokuskan energi untuk terus menerus
memperdalam visi pribadi. Disiplin ini sangat diperlukan, karena untuk tetap
dapat

bersaing di era global, perusahaan harus memiliki anggota yang memiliki
kompetensi yang tinggi.

2. Mental Model / Model Mental
Mental model merupakan suatu disiplin yang menggambarkan proses
penilaian pribadi ber-dasarkan asumsi dan generaliasai yang ditangkap yang
dapat mempungaruhi individu dalam melakukan sebuah tindakan dan
pengambilan keputusan. Disiplin mental model ini melatih individu untuk
dapat mengkomunikasikan pemikiran atau asumsi secara efektif sehingga
dapat mempengaruhi orang lain.
3. Shared Vision / Membagi visi
Disiplin ini menggambarkan begitu besar dan pentingnya peranan
seorang pemimpin se-bagai penentu arah organisai. Membagi tujuan
orgnisasi dengan cara mengkomunikasi-kannya kepada seluruh anggota
organisasi yang ada di dalamnya adalah tugas penting pemimpin. Karena
dengan mengkomunikasi visi organisasi, pemimpin sudah menum-buhkan
kesadaran jangka panjang para anggota organisasi untuk terus maju dan
berkem-bang.
4. Team Learning / Pembelajaran Kelompok
Dengan adanya proses pembelajaran secara bersama-sama,
organisasi telah mempererat ikatan bagi seluruh anggota didalamnya
dengan melakukan dialog dan mentransfer ilmu yang dimiliki secara
perseorangan. Dan dengan adanya dialog tersebut para anggota dapat terus
meningkatkan kompetensinya masing-masing. Peter Senge menyebutkan
bahwa,bukan hanya menciptakan hasil yang baik untuk organisasi, tetapi
anggota dengan bersama -sama dapat lebih cepat menyerap informasi dan
tumbuh lebih cepat dari pada melakukan proses pembelajaran secara
pribadi atau perseorangan.
5. System Thinking / Berfikir Sistem
Berfikir
sistem
merupakan
landasan
terpenting
yang
dapat
mengintegerasikan setiap individu, kegiatan, serta disiplin yang ada di dalam
organisasi. Karena tanpa mengaplikasikanberfikir sistem, individu di dalam
organisasi hanya melihat segala sesuatu yang ada secaraparsial tanpa
melihat dengan cara keseluruhan. Sehingga individu tidak dapat melihat sebuah organisasi sebagai sebuah proses yang dinamis.

Referensi
Darmawati A. (2007). Mengelola Suatu Perubahan dalam Organisasi. Jurnal
Ilmu Manajemen, Vol 3 No 1.
EQUILIBRIUM, Vol 3, No 5, Januari –Juni 2007: 7-30
Journal The Winners Vol 8 No. 2, September 2007.
Karmelia Lili. (2007). Perubahan dan Pengembangan Organisasi.
no Yuwono, C.D., Ani Putra B.M.G (2005). Faktor Emosi dalam Proses
Perubahan Organisasi. INSAN Vol 7 No. 3, Desember 2005.
Soekarso. 2007. Manajemen: Paradigma Baru Dalam Menghadapi Perubahan,
Wibowo, 2012. Manajemen Perubahan. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta
Winardi. 2015. Manajemen Perubahan. Prenadamedia Group. Jakarta
.