Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

  JMP Online Vol 2, No. 4, 430-445. © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PMRI DI KELAS III SDN 33 BATIPUH Yatisma Defita SD Negeri 33 Batipuh

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 19 April 2018 Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah Revisi pertama : 24 April 2018 untuk meningkatkan penguasaan konsep luas persegi dan Diterima : 27 April 2018 persegi panjang melalui penerapan pendekatan PMRI. Tersedia online : 30 April 2018 Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dengan setiap siklusnya melalui tahapan persiapan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi. Data pada

  Kata Kunci : konsep, luas, persegi, penelitian melalui obsevasi dan tes. Hasil penelitian berupa persegi panjang, PMRI hasil belajar kognitif pada siklus I sampai siklus III secara berurutan untuk tes sebesar 90.59%, 92.21%, dan 94.71%. Email : defitayatisma@gmail.com Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI, hasil siklus I sampai siklus III secara berurutan sebesar 73%, 81% dan 87%. Berdasarkan lembar observasi kreativitas peserta didik, hasil siklus I sampai siklus III secara berurutan sebesar 63%, 76% dan 83%.

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Perkembangan pesat pada bidang teknologi informasi dan komunikasi dilandasi perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Dalam rangka menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Aklimawati (2015) menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki rumus-rumus serta membutuhkan pemahaman konsep. Tujuan akhir dari belajar matematika menurut Murniati (2007) adalah pemahaman terhadap konsep-konsep matematika yang relatif abstrak yang dijembatani melalui strategi teori-teori belajar tentang pengalaman lingkungan dan manipulasi benda konkret.

  Mata pelajaran matematika disajikan pada peserta didik mulai dari tingkatan sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan dalam keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan dan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol, tabel, diagram, dan media lainnya. Proses pembelajaran matematika pada tingkatan sekolah dasar yang diselenggarakan guru menurut Murniati (2007) memuat konsep-konsep matematika yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu konsep dasar, konsep yang berkembang dari konsep dasar, dan konsep yang harus dibina keterampilannya.

  Berdasarkan observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran matematika, didapati bahwa pada umumnya peserta didik menganggap matematika merupakan pembelajaran yang sulit dan menakutkan serta menjadi momok bagi peserta didik. Kenyataan di lapangan menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan konsep dan penerapan dalam penyelesaian soal-soal matematika. Secara umum pada ulangan harian, nilai yang diperoleh peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan minimal matematika yang ditetapkan yaitu mencapai nilai 63. Oleh karena itu penulis berusaha untuk meningkatkan penguasaan konsep matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

  Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan selama proses pembelajaran matematika, peserta didik hanya menghafalkan rumus-rumus pada kajian geometri khususnya pada materi sebelumnya yaitu keliling bangun datar. Peserta didik tidak paham konsep-konsep persegi dan persegi panjang dan asal rumus-rumus tersebut. Selain itu, pembelajaran dengan metode terdahulu, guru langsung memperkenalkan rumus keliling dan luas persegi dan persei panjang, tanpa memperkenalkan konsep persegi dan persegi panjang terlebih dahulu. Selain itu, pembelajran yang diterapkan tidak menuntun peserta didik memahami konsep dasar dari keliling dan luas bangun datar melalui pengalaman nyata. Disamping itu, dalam mengikuti proses pembelajaran peserta didik cenderung pasif dan tidak bersemangat, bermain-main dan mengganggu temannya. Hal ini terjadi karena guru kurang melibatkan peserta didik dalam menentukan rumus persegi dan persegi panjang, sehingga peserta didik kurang memahami cara menentukan konsep rumus persegi dan persegi panjang.

  Berdasarkan kondisi yang terjadi pada siswa kelas III SDN 33 Batipuh diatas, salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru untuk menarik minat peserta didik agar senang dan memahami konsep pada pembelajaran menghitung luas persegi dan persegi panjang yaitu dengan menerapkan pendekatan RME atau PMRI. Selain itu, penulis juga ingin pendekatan PMRI sebagai salah satu kajian dalam pembelajaran matematika, karena penulis ingin menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari kegiatan

  

workshop dan seminar nasional PMRI yang diadakan di beberapa universitas di

  Indonesia yaitu: Universitas Negeri Padang (UNP) di Padang, Universitas Negeri Medan (UNIMED) di Medan, dan Universitas Sriwijaya (UNSRI) di Palembang serta SDN 33 Batipuh merupakan salah satu SD Mitra PMRI UNP Padang.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan adalah “Bagaimana Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika tentang Luas Persegi dan Persegi Panjang? ”.

  Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rasional dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Tujuan Umum a.

  Memberikan sumbangan yang positif untuk perbaikan proses pembelajaran matematika.

  b.

  Memberikan sumbangan dalam rangka inovasi model-model pembelajaran.

  Adanya inovasi model-model pembelajaran akan meningkatkan mutu mengajar guru dan mutu belajar siswa.

  c.

  Meningkatkan kemampuan profesional guru sebagai tenaga fungsional di bidang pendidikan.

  2. Tujuan Khusus a.

  Memberikan alternatif pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas III SDN 33 Batipuh terutama tentang materi luas bangun datar khususnya persegi dan persegi panjang.

  b.

  Memupuk minat siswa dan meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap materi pembelajaran luas bangun datar khususnya persegi dan persegi panjang.

KAJIAN PUSTAKA

  Pembelajaran merupakan serangkaian proses interaksi yang terjadi antara peserta didik, pendidik, dan lingkungan sebagai sumber belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi diri peserta didik untuk memperoleh hasil belajar berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan sikap. Asliyani, dkk. (2014) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan peserta didik melalui komunikasi dua arah atau lebih dengan kondisi lingkungan yang sengaja dikelola untuk mendukung kegiatan pembelajaran baik itu memberikan stimulus, respon, bimbingan atau arahan serta dorongan kepada peserta didik agar terjadi kegiatan belajar. Hal ini selaras dengan Ibrohim (2015) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik, pendidikan dan lingkungan (sumber belajar) untuk memperoleh hasil belajar yang berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan sikap.

  Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar merupakan salah satu kajian yang selalu menarik untuk dikemukakan karena adanya perbedaan karakteristik khususnya antara hakikat anak dengan hakikat matematika. Matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarki, abstrak, bahasa simbol yang padat arti atau semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika. Oleh karena itu, perlu adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak yang belum berpikir secara deduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.

  Model-model matematika sebagai interpretasi dari sistem matematika ternyata dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan dunia nyata. Manfaat lain yang menonjol adalah dengan matematika dapat membentuk pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Matematika bagi peserta didik Sekolah Dasar berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Shadiq (2014) menyatakan bahwa dengan belajar matematika diharapkan para peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikirnya di antaranya kemampuan bernalar (induktif dan deduktif), memecahkan masalah, berkomunikasi, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika. Peranan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran sangatlah penting. Guru tidak hanya dapat belajar dari mengidentifikasi strategi-strategi yang digunakan para peserta didik ketika menyelesaikan suatu masalah, namun juga dapat belajar dengan mengidentifikasi penyebab terjadinya miskonsepsi atau kesalahan konsep pada peserta didik.

  Salah satu kajian matematika yang dipelajari pada tingkat sekolah dasar adalah bangun datar. Bahasan persegi panjang dalam matematika termasuk ke dalam cakupan materi geometri. Geometri merupakan ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang dan bangun-bangun ruang (Shodiq, 2008). Pada tingkatan sekolah dasar, geometri terbagi ke dalam kategori yaitu geometri datar dan geometri ruang. Geometri datar atau bidang atau dua dimensi membahas mengenai bangun- bangun datar, sedangkan geometri ruang membahas bangun-bangun ruang dan bangun-bangun datar yang merupakan bagian dari bangun ruang.

  Bangun datar menurut Hastoro (2012) sebuah bidang datar yang digambarkan sebagai hasil pengirisan permukaan yang setipis mungkin sehingga tidak memiliki ketebalan. Sebuah bidang tertentu tidak mempunyai ukuran ketebalan, hanya mempunya ukuran panjang dan lebar. Bangun-bangun datar pada dasarnya didapat dari benda-benda konkret dengan menggunakan proses abstraksi dan idealisasi. Abstraksi adalah proses memperhatikan dan menentukan sifat, atribur, ataupun karakteristik khusus yang penting saja dengan mengesampingkan hal-hal yang berbeda yang tidak penting (Shodiq, 2008). Idealisasi merupakan proses menganggap segala sesuatu dari benda-benda konkret itu ideal (Shodiq, 2008). Segiempat sebarang merupakan bangun bersisi empat yang tertutup dan sederhana. Tertutup artinya antara pangkal degan ujung kurva saling berimpit, sederhana artinya kurva yang tidak memuat titik potong atau apabila dua titik potong yang tidak berurutan dihubungkan tidak memuat titik potong lainnya (Hastoro, 2012).

  Burger & Shaughnessy (1986) dalam Aklimawati (2015) menyatakan bahwa geometri dari sudut pandang matematika menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar, diagram, sistem koordinat, vektor dan transformasi. Sudut pandang psikologi menggambarkan geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, seperti bidang, pola, pengukuran, dan pemetaan. Luas suatu daerah adalah banyaknya satuan luas yang dapat digunakan untuk menutupi secara tepat daerah tersebut. Menutupi benda yang memiliki permukaan datar dengan berbagai bangun datar yang lebih kecil sebagai satuan luas, kemudian banyak satuan luas penutupnya dihitung. Hasil hitungan tersebut merupakan luas daerah yang diukur dengan satuan tidak baku. Hal ini selaras dengan Budhayanti, dkk (2008) dalam Sutanti, dkk. (2012) menyatakan bahwa luas suatu bangun datar adalah banyaknya persegi dengan sisi 1 satuan panjang yang menutupi seluruh bangun datar tersebut.

  Pendidikan Matematika Realistik Indonesia merupakan adaptasi dari Realistik

  

Matehemates Education (RME) yang dikembangkan oleh Freudenthal Institute

  Belanda yang dimulai oleh Hans Freudenthal pada tahun 1907. Freudenthal berpendapat bahwa matematika harus dihubungkan dengan kenyataan, berada dekat peserta didik, dan relevan dengan kehidupan masyarakat agar memiliki nilai manusiawi. Pandangannya menekankan bahwa materi-materi matematika harus dapat ditransmisikan sebagai aktivitas manusia atau mathematics is a human activity (Freundenthal, 1991 dalam Hendri, 2009). RME diadaptasi di Indonesia sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dikenal dengan nama Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

  PMRI merupakan pendekatan dengan karakteristik yaitu peserta didik aktif berpikir, konteks dan bahan ajar terkait langsung dengan lingkungan sekolah dan peserta didik, dan peran guru lebih aktif dalam merancang bahan ajar dan kegiatan kelas (Sembiring, 2010). Pendekatan ini mengupayakan adanya perubahan pada pembelajaran matematika dari cara tradisional ke arah pemecahan masalah yang terfokus pada peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik diberi kesempatan untuk membangun sendiri pengetahuannya (mengkonstruk). Hal ini diharapkan dapat memberikan makna dari pembelajaran yang diselenggarakan bagi peserta didik.

  Secara umum, langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan PMRI menurut Yuliana (2015) sebagai berikut.

  a.

  Mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan.

  b.

  Memberikan masalah kontekstual pada peserta didik yang berkaitan dengan materi yang akan dibelajarkan.

  c.

  Memberikan penjelasan singkat jika ada peserta didik yang belum memahami masalah kontekstual yang disajikan. d.

  Menginstruksikan peserta didik untuk mengerjakan atau menyelesaikan masalah kontekstual yang disajikan.

  e.

  Meminta perwakilan peserta didik untuk menyampaikan hasil pemikirannya terhadap masalah kontekstual yang diberikan.

  f.

  Meminta peserta didik lainnya untuk menanggapi penyelesaian masalah yang telah disampaikan oleh temannya.

  g.

  Mengarahkan peserta didik dalam menarik kesimpulan.

  METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan PMRI.

  Penelitian ini diuraikan secara deskriptif kualitatif. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi.

  Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 33 Batipuh pada minggu kelima pada bulan April 2014 sampai dengan minggu ketiga bulan Mei 2014. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas III SD Negeri 33 Batipuh tahun ajaran 2013/2014. Data yang dikumpulkan berupa hasil belajar kognitif, keterlaksanaan pembelajaran, keterlaksanaan PMRI, dan kreativitas peserta didik. Data pendukung berupa dokumentasi kegiatan.

  Data kualitatif berupa deskripsi keterlaksanan pembelajaran dan dokumentasi dianalisis melalui tahapan reduksi data, pemaparan data, dan penyimpulan hasil analisis. Data diperoleh dari observer melalui lembar observasi. Data hasil belajar kognitif dikelompokkan, dihitung persentasenya disajikan dalam bentuk diagram batang, dideskripsikan dan dianalisis peningkatan siklus I ke siklus

  II dan ke siklus III kemudian disimpulkan. Data keterlaksanaan pembelajaran PMRI dan kreativitas dikelompokkan, dianalisis berdasarkan hasil observasi oleh observer, dihitung persentase secara klasikal, disajikan dalam diagram batang, direfleksikan peningkatannya dari siklus I ke siklus II dan ke siklus III. Tindakan dapat dikatakan berhasil dan siklus dapat dihentikan jika ada peningkatan persentase keterlaksanaan pembelajaran, keterlaksanaan pembelajaran PMRI, kreativitas peserta didik, dan hasil belajar kognitif.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Kegiatan pra siklus yang dilakukan adalah observasi awal dilakukan selama empat minggu yaitu tanggal 17 Februari

  • – 15 Maret 2014 pada proses pembelajaran matematika. Kegiatan observasi dilakukan melalui pengamatan peserta didik dalam proses pembelajaran dan pengalaman penulis sebagai guru selama proses pembelajaran tersebut. Temuan yang diperoleh selama kegiatan observasi dan pengalaman penulis sebagai guru di antaranya sebagai berikut.

  1. Peserta didik masih cendrung tidak bersemangat dan pasif dalam pembelajaran serta bermain-main dan mengganggu temannya.

  2. Peserta didik menganggap mata pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit.

  3. Peserta didik belum termotivasi untuk belajar matematika karena takut dengan pelajaran tersebut.

  4. Pembelajaran matematika yang diselenggarakan guru belum mengaitkan dengan dunia nyata di sekitar peserta didik yang membuat peserta didik tertarik untuk belajar.

5. Guru masih belum maksimal dalam menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika.

  7. Masih banyak peserta didik yang belum paham konsep-konsep bangun datar, seperti pada pembelajaran sebelumnya keliling persegi dan persegi panjang

  9

  7

  76.47

  88.24

  97.06

  88.24 97.06 100.00

  8

  8

  91.18

  79.41

  94.12

  79.41

  94.12

  94.12

  9

  91.18

  79.41 85.29 100.00

  88.24

  82.35 88.24 100.00 100.00 10 10

  88.24

  85.29

  85.29

  85.29

  85.29

  67.65 Rata-Rata 93.24

  88

  93.53

  91

  94.12

  95 Rata-Rata 90.59% 92.21% 94.71% Kategori Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014) Berdasarkan pada tabel 1 diatas, bahwa hasil penelitian berupa hasil belajar kognitif pada siklus I diperoleh rata-rata klasikal sebesar 90.59%, pada siklus II dengan rata-rata klasikal sebesar 92.21%, dan siklus III dengan rata-rata secara klasikal sebesar 94.71%. Sedangkan untuk peningkatan rata-rata secara klasikal setelah tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus III dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

  7

  97.06

  

Tabel 1. Hasil Belajar Peserta Didik Siklus I, Siklus II dan Siklus III

No Soal Siklus I Siklus II Siklus III Persentase Persentase Persentase

  97.06

  I II

  I II

  I II

  1 1 100.00

  94.12

  94.12

  97.06 97.06 100.00

  2 2 100.00

  97.06

  97.06 97.06 100.00 100.00

  3 3 100.00

  88.24

  94.12

  97.06

  97.06

  6. Berdasarkan nilai ulangan harian pada kompetensi dasar sebelumnya, masih banyak nilai peserta didik yang belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika.

  97.06

  97.06

  6

  6

  97.06

  88.24

  97.06

  88.24

  4 4 100.00

  88.24

  5

  5

  97.06

  97.06

  91.18 97.06 100.00

  79.41

  

Gambar 1. Persentase Hasil Belajar Kognitif Secara Klasikal

Hasil Belajar Kognitif

  100.00

  95.00

  90.00

  85.00

  80.00

  75.00

  70.00

  65.00

  60.00

  55.00

50.00 Siklus I Siklus II Siklus III

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014) Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI, pada siklus I diperoleh persentase klasikal sebesar 73%, kemudian terjadi peningkatan pada siklus II dengan persentase klasikal sebesar 81% dan pada siklus III dengan persentase 87%. Gambar 2 menyajikan peningkatan persentase klasikal keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI setelah tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

  

Gambar 2. Diagram Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran

dengan Pendekatan PMRI

Keterlaksanaan Pembelajaran dengan

Pendekatan PMRI

  100

  90

  80

  70

  60

  50 Siklus I Siklus II Siklus III

Persentase Klasikal

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014) Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI. Apabila dilihat dari 10 indikatornya, maka dapat diketahui bahwa ada indikator yang mengalami peningkatan, tetap, dan penurunan selama tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus

  III. Keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI dipaparkan dalam Tabel 2 dan Gambar 3 untuk setiap pertemuan di setiap siklus yang dilakukan.

  

Tabel 2. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI

Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

Siklus I Siklus II Siklus III No Indikator Persentase Persentase

  Persentase Rata- Rata- Rata- Rata Rata Rata

  1

  2

  1

  2

  1

  2 Pemahaman peserta

1 didik terhadap topik 100 100 100 100 100 100 100 100 100

yang diberikan Kreativitas peserta didik untuk bertanya

  2

  60

  60

  60

  80

  80

  80

  80

  80

  80 atau menjawab pertanyaan Kreativitas peserta didik untuk

  3

  60

  60

  60

  60

  60

  60

  60

  80

  70 memberikan pendapat atau alasan Kreativitas peserta

  

4 didik untuk 100 100 100 100 100 100 100 100 100

mengerjakan latihan Kreativitas peserta didik untuk

  

5 100 100 100 100 100 100 100 100 100

mengerjakan soal di papan tulis Motivasi peserta

  

6 didik selama proses 100 100 100 100 100 100 100 100 100

pembelajaran Interaksi antar sesama

7 100 100 100 100 100 100 100 100 100

peserta didik Kemampuan siswa

  8 dalam mengajukan

  20

  40

  30

  40

  60

  50

  80

  80

  80 alasan Kreatifitas peserta didik dalam

  9 menemukan cara

  40

  40

  40

  60

  60

  60

  60

  60

  60 yang berbeda untuk menyelesaikan soal Kreatifitas peserta didik dalam 10 menggunakan ide

  40

  40

  40

  60

  60

  60

  80

  80

  80 sendiri untuk menyelesaikan soal

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

  Berdasarkan lembar observasi kreativitas peserta didik, pada siklus I diperoleh persentase klasikal sebesar 63%, kemudian terjadi peningkatan pada siklus II dengan persentase klasikal sebesar 76% dan pada siklus III dengan persentase 83% yang dipaparkan secara rinci pada Tabel 3. Gambar 4 menyajikan peningkatan persentase klasikal keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan PMRI setelah tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

  20

  10 Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI

Masing-Masing Indikator

  9

  8

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  80 100

  60

  40

  3 Memberikan pendapat dan alasan 44% 47% 46% 50% 62% 56% 68% 76% 72%

  Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase kreativitas peserta didik. Apabila dilihat dari ketujuh indikatornya, maka dapat diketahui bahwa ada indikator yang mengalami peningkatan, tetap, dan penurunan selama tindakan yang dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus III. Gambar 5 berikut menyajikan persentase kreativitas peserta didik dilihat dari ketujuh indikator yang diamati.

  2 Bertanya dan menjawab pertanyaan 50% 53% 51% 71% 74% 72% 74% 74% 74%

  1 Pemahaman siswa terhadaf topik yang diberikan 94% 94% 94% 94% 94% 94% 100% 100% 100%

  2

  1

  2

  1

  2

  1

  Rata

  Rata- Rata Persentase Rata-

  Persentase Rata- Rata Persentase

  Tabel 3. Kreativitas Peserta Didik Siklus I, Siklus II dan Siklus III No Indikator Siklus I Siklus II Siklus III

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

  Gambar 3. Diagram Persentase Sepuluh Indikator Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan PMRI

  

Siklus I Siklus II Siklus III

  Lanjutan Tabel 3. Kreativitas Peserta Didik Siklus I, Siklus II dan Siklus III

  4 Mengerjakan latihan di kelompok / di papan tulis 91% 97% 94% 97% 97% 97% 97% 97% 97%

  5 Interaksi sesama siswa 88% 91% 90% 97% 97% 97% 97% 97% 97%

  6 Menemukan cara yang berbeda dalam mengerjakan soal 21% 24% 22% 56% 65% 60% 68% 74% 71%

  7 Menggunakan ide sendiri untk menyelesaikan soal 38% 47% 43% 56% 62% 59% 68% 74% 71%

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014) Gambar 4. Diagram Persentase Kreativitas Peserta Didik Secara Klasikal

KREATIVITAS PESERTA DIDIK

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

  0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

  

Siklus I Siklus II Siklus III

Persentase Klasikal

  

Gambar 5. Diagram Persentase Kreativitas Peserta Didik

Berdasarkan Ketujuh Indikatornya

Kreativitas Peserta Didik untuk Masing-

Masing Indikator

  100% 80% 60% 40% 20% 0%

  1

  2

  3

  4

  5

  6

  7 Siklus I Siklus II Siklus III

  Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2014)

  Pembahasan

  Pendidikan matematika Realistik Indonesia yang disingkat dengan PMRI di adaptasi dengan RME merupakan salah satu pendekatan belajar matematika yang sedang digalakkan di Indonesia. Anggapan yang mendasari pendekatan Realistik yaitu Matematika bukan pelajaran yang siap saji tetapi merupakan pelajaran yang dinamis dan dapat dipelajari dengan cara mengerjakannya. Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus setiap satu kali siklus pertemuan merupakan satu siklus. Penerapan siklus I merupakan kegiatan dalam membelajarkan peserta didik melalui konteks pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator akan dicapai melalui permasalahan yang dimunculkan sesuai dengan lingkungan peserta didik dan masalah yang realistik dan menarik bagi peserta didik daripada masalah matematika formal yang tanpa makna.

  Pendekatan realistik dimulai dengan masalah-masalah dengan konteks yang ada sesuai dengan rancangan guru kompetensi dasar 5.2 menghitung luas persegi dan persegi panjang dan kompetensi dasar 5.3 menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang. Kompetensi dasar 5.2 dan 5.3 diajarkan serempak dengan menggunakan konteks cerita yang ditulis pada hasil penelitian ini. Pembelajaran KD 5.2 dan 5.3 tidak dipisahkan seperti pembelajaran matematika dalam pendekatan tradisional diberikan dengan tujuan untuk mengembangkan peserta didik mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Soal cerita biasanya diberikan di akhir pelajaran, namun berapa penelitian masalah kontekstual menunjukkan bahwa konteks dalam soal cerita tradisional sering tidak mampu melibatkan mental peserta didik sewaktu mereka memecahkan masalah suatu soal (Fauzan, 2007). Peserta didik hampir selalu mengabaikan fakta-fakta atau pengalaman real dan hanya terpakai dengan angka-angka yang dikemukakan dalam suatu soal cerita.

  

Gambar 6. Peserta Didik Memodelkan Pesergi Panjang pada Kertas

secara Berkelompok

  Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014 Yuliana (2015) menyatakan bahwa pengunaan pendekatan Pendidikan

  Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat dijadikan alternatif dalam proses belajar mengajar yaitu untuk melatih peserta didik menemukan sendiri konsep maatematika berdasarkan pengalaman di kehidupan sehari-hari serta kebermaknaan pelajaran matematika yang telah dipelajari seperti Gambar 6. Gambar 7 menampilkan hasil kerja kelompok peserta didik dalam menemukan konsep luas persegi panjang.

  Pembelajaran matematika berbasis PMRI harus dekat dengan kehidupan dan pengalaman-pengalaman peserta didik disatu sisi hal ini akan membantu peserta didik memahami makna dan kegunaan matematika. Di sisi lain, peserta didik akan mendapat kesempatan mengembangkan pemahaman mereka terhadap matematika berdasarkan pengetahuan informal yang solid. Berkaitan dengan hal ini, konteks memegang peranan penting sebagai penghubung antara matematika dengan lingkungan pengalaman peserta didik. Perlu diingat bahwa konteks tidak perlu harus selalu berupa situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dapat juga berupa situasi fantasi yang lebih penting disini adalah agar peserta didik dapat menempatkan dirinya didalam konteks dan konteks itu sendiri dapat diorganisir secara matematis. Soedjadi (2009) dalam Hendri (2009) menyatakan bahwa proses pembelajaran akan berpengaruh kepada budaya guru dalam mengajar dan bagaimana budaya peserta didik harus belajar.

  

Gambar 7. Hasil Kerja Kelompok Peserta Didik

  Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Pada siklus pertama ini diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran matematika berbasis PMRI menunjukkan peserta didik punya kreatifitas yang tinggi untuk menemukan suatu cara penyelesaian soal mulai dari tingkat horizontal sampai kepada penemuan rumus dan secara vertikal. Peserta didik diminta mengamati dan menggambarkan situasi sampai kepada menghitung menurut cara peserta didik sendiri sampai pada bagaimana peneliti menyikapi dari jawaban-jawaban peserta didik yang berbeda cara penemuanya dan dapat disimpulkan dalam sebuah rumus dan menyelesaikan soal secara vertikal. Peserta didik dibimbing menemukan rumus matematika tentang luas persegi panjang adalah L = p x l, l

  • – L : P, P L: l. Walaupun rumus itu telah ditemukan oleh pakar matematika sebelumnya.

  Data ketuntasan yang diperoleh dari 34 orang peserta didik yang diteliti yaitu mencapai ketuntasan sesuai indikator keberhasilan dengan nilai rata –rata klasikal 93. Penelitian yang diadakan telah berhasil dalam penanaman konsep luas persegi panjang perlu penerapan dengan membimbing peserta didik memecahkan masalah kontekstual yang ada dilingkungan peserta didik dengan memberikan latihan berupa PR dalam bentuk soal secara vertikal. Tetapi berdasarkan KKM yang ditetap di sekolah dengan angka 63 semua peserta didik telah tuntas. Berdasarkan jurnal peserta didik yang diungkapkan sebanyak 98% peserta didik menyatakan senang belajar matematika.

  Tujuan yang ingin dicapai peserta didik adalah menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan luas prsegi panjang dalam penerapan di lapangan, pembelajaran matematika berbasis PMRI menuntut kreativitas guru dalam upaya memunculkan kreatifitas peserta didik selama pembelajaran Realistik disajikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pemecahannya dengan berbagai cara (tidak tunggal) peserta didik didorong untuk mengambil inisiatif dan kreatif mengembangkan kemampuannya sehingga diharapkan dapat menempuh kepercayaan pada diri sendiri. ”Matematika disajikan pada peserta didik suatu poses menemukan kembali, jadi menuntut kreativitas dan insiatif dari peserta didik (Sembiring, 2001 dalam Zubaidah, 2007). Pelaksanaan penelitian tindakan mulai dari siklus I sampai siklus III secara klasikal mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Tingkat kemajuan belajar peserta didik dan cara melaksanakan pembelajaran cukup memberikan kontribusi untuk pembelajaran matematika untuk masa datang.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Ada beberapa simpulan yang dapat ditarik dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini antara lain 1) Peserta didik akan belajar matematika dengan kreatif jika guru menciptakan lingkungan belajar yang memunculkan kreatifitas peserta didik, 2) Guru dapat membuat pembelajaran kreatif dengan ada perangkat pembelajaran yang terencana dan media yang diciptakan dan digunakan dapat mendunkung terlaksananya pembelajaran, 3) Guru dapat membuka diri untuk perbaikan pembelajaran agar tercipta suasana belajar yang kondusif, dan 4) Pendidikan matematika Realistik Indonesia pada pembelajaran Matematika dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik dan memupuk rasa senang peserta didik terhadap pembelajaran matematika.

  Saran

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan hal- hal berikut :

  1. Di kelas awal (1, 2 dan 3) seharusnya guru mendesain pembelajaran dengan terencana dalam bentuk RPP yang bisa diterapkan memungkinkan membelajarkan peserta didik secara aktif dan kreatif.

2. Ciptakan suasana yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa terbebani dengan masalah-masalah yang diciptakan guru.

  3. Sebelum guru mengajar disarankan kepada kepala sekolah untuk dapat melihat perangkat pembelajaran yang dibuat guru dan mensupervisi pelaksanaan pembelajaran agar mencapai mutu yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

  Aklimawati. 2015. Pengembangan Design Pembelajaran Tematik untuk Menemukan

  Rumus Luas Lingkaran di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu Edisi September 2015 , 22 (1): 149-156.

  Asliyani, Rusdi, dan M., Asrial. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Kimia SMK Teknologi Kelas X Berbasis Kontekstual . Edu-Sains, 3 (2): 1-7. Fauzan, Ahmad. 2007. PMRI dan Masalah Kontekstual. Makalah disajikan dalam seminar dan workshop Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di

  Universitas Negeri Medan tahun 2007. Hadi, Sutarto. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Matematika. Makalah disajikan pada pertemuan Forum Komunikasi Sekolah Inovasi Kalimantan Selatan, di Rantau Kabupaten Tapin, 30 April 2003. Hastoro, Watijo. 2012. Menentukan Luas Daerah Bangun Datar dengan Papan

  Berpetak untuk Siswa SMP Kelas VII . Makalah disajikan dalam Seminar

  Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema “Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 10 November 2012.

  Hendri, Deoby. 2009. Desain Pembelajaran Matematika Materi Kesebangunan

  dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) . Program Studi Pendidikan Matematika: Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya.

  Ibrohim. 2015. Pengembangan Pembelajaran IPA/Biologi Berbasis Discovery/ Inquiry

  dan Potensi Lokal untuk Meningkatkan Keterampilan dan Sikap Ilmiah serta Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan . Makalah disajikan dalam Seminar

  Nasional Sains dan Enterpreneurship II, IKIP PGRI Semarang, Agustus 2015. Murniati, Endyah. 2007. Kesiapan Belajar Matematika di Sekolah Dasar. Surabaya: Surabaya Intelectual Club.

  Sembiring, Robert K. 2010. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI): Perkembangan dan Tantangannya. IndoMS. J.M.E., 1 (1): 11-16. Shadiq, Fadjar. 2014. Pembelajaran Matematika: Cara Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa . Yogyakarta: Graha Ilmu. Shodiq, Fadjar. 2008. Geometri Datar dan Ruang. Yokyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Sutanti, Siti Istiyati, dan Djaelani. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep Luas

  Bangun Datar Melalui Model Pembelajadan Kooperatif STAD . Jurnal Didaktika Dwija Indria. 2 (2): 1-6.

  Yuliana. 2015. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

  (PMRI) pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VI SD NEGERI 11 Lubuk Linggau Tahun Pelajaran 2014/2015 . Program Studi Pendidikan MIPA: STKIP

  PGRI Lubuk Linggau. Zubaidah, Tuti. 2007. Makalah Meningkatkan Kretifitas Siswa dalam belajar

  Geometri di SD. Makalah disajikan dalam seminar dan workshop Pendidikan

  Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di Universitas Negeri Medan tahun 2007.