Negara Kesejahteraan, dan Ketahanan Masyarakat
Negara Kesejahteraan, dan Negara Kesejahteraan, dan Ketahanan Masyarakat Ketahanan Masyarakat
Agama, Humanisme, dan Relevansi Pancasila Implementasi Nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan Pancasila dalam Pemberdayaan Orang Miskin Revitalisasi Pancasila Membangun Papua dalam Konteks Keindonesiaan
Pancasila,
Negara Kesejahteraan, dan Ketahanan masyarakat
Diterbitkan Oleh :
Tim Redaksi
Pengarah : Tifatul Sembiring Erlangga Masdiana (Menteri Kominfo)
(Direktur Layanan Informasi Basuki Yusuf Iskandar
Internasional) (Sekretaris Jenderal)
James Pardede Ahmad Mabruri Mei Akbari
(Direktur Kemitraan Komunikasi) (Staf Khusus Menkominfo)
: Mardianto Soemaryo Penanggungjawab
Redaktur Pelaksana
: Freddy H Tulung,
: 1. Hypolitus Layanan (Dirjen Informasi dan Komunikasi
Penyunting/ Editor
2. Endang Kartiwak Publik)
3. Taufik Hidayat Pemimpin Umum
: Suprawoto
: Sugeng Bayu Wahono (Staf Ahli Menteri Bidang Sosial
Tim Tenaga Ahli
Lambang Trijono Ekonomi dan Budaya)
Abduh Sandiah Pemimpin Redaksi
: Sadjan Murti Kusuma Wirasti (Direktur Pengelolaan
: Danang Firmansyah Media Publik)
Design Grafis
: M. Taofik Rauf Anggota
Sekretaris Redaksi
: 1. M. Azhar Iskandar Zainal Dewan Redaksi
Sekretariat
: Ismail Cawidu 2. Jatmadi (Sekretaris Direktorat Jenderal
3. Sarnubi Informasi dan Komunikasi Publik)
4. Inu Sudiati Bambang Wiswalujo
5. Elpira Inda Sari N.K (Direktur Pengolah dan
6. Lamini Penyediaan Informasi)
7. Nur Arief Hidayat Supomo
(Direktur Komunikasi Publik)
D aftar Isi
Salam Redaksi ii Wawancara Khusus viii
Pemerintah Berkomitmen Merevitalisasi Pancasila vii
Agama, Humanisme, dan Relevansi Pancasila I
A. Pembebasan
B. Relevansi Pancasila
II
Implementasi Nilai Ketuhanan dn Kemanusiaan Pancasila dalam Pemberdayaan Orang Miskin
A. Sosialisasi Nilai Pancasila
B. Pancasila, Nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan
C. Mendahulukan yang Miskin
D. Pancasila dalam Perspektif Teologis Pemberdayaan Orang Miskin
E. Aksi terhadap Kemiskinan
F. Refleksi Teologis Mendahulukan Orang Miskin
G. Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Karakter
H. Cara Pengembangan Karakter bernilai Pancasila
I. Kesimpulan
Revitalisasi Pancasila
III
A. Pendahuluan
B. Faktor-faktor pemicu lahirnya radikalisme
C. Revitalisasi Pancasila
IV Membangun Papua dalam Konteks Keindonesiaan
A. Perhatikan lokal
B. Etnosentrisme
C. Identitas cair
Laporan Studi Lapangan
Salam Redaksi
adalah nasionalisme yang berakar Indonesia telah memasuki
alan 12 tahun terakhir
dan ingin dihargai sebagai mahkluk disepakati memasuki era reformasi. D pencipta peradaban.
pada kemanusiaan, yang menghargai babak baru yang sering
Konstelasi politik pun berubah, dari sistem pemerintahan otoriter menjadi
Sementara itu, Pancasila juga sangat pemerintahan yang demokratis.
sarat mengandung nilai toleransi Indonesia pun menjadi salah satu
yang terkandung negara yang dikategorikan sebagai
sebagaimana
dalam sila keempat dan kelima. negara besar yang menganut sistem
Toleransi adalah fondasi demokrasi pemerintah demokratis. Seringkali
dan hasrat untuk menerima dan kita mendengar jika ada orang
memperlakukan sesama secara adil. menanyakan identitas atau jati diri
Itulah sebabnya jati diri bangsa bangsa Indonesia, maka jawabnya
Indonesia adalah sikap toleran pada adalah Pancasila. Dengan kata lain,
sesama manusia yang menembus ada semacam consensus bahwa
batas-batas primordialisme seperti Pancasila merupakan jati diri bangsa
agama, etnis, ras, dan golongan. Jati Indonesia. Salah satu karakter utama
diri bangsa yang toleran ini menjadi bangsa yang berjiwa Pancasila adalah
prinsip dasar bagi membangun mandiri, menjunjung tinggi toleransi,
masyarakat Indonesia yang plural dan suka bergotong royong. Dalam
dan multikultur. Dengan demikian Pancasila sangat sarat dengan
Pancasila tidak hanya sesuai dengan nilai
multikulturalisme, tetapi sekaligus terkandung dalam sila kedua yaitu
kemandirian
sebagaimana
menjadi sumber energi dan landasan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
utama dalam upaya membangun Humanisme
masyarakat multikultur. humanisme yang mengandaikan
Pancasila
adalah
Akan tetapi pada era demokratisasi berkembangnya peradaban yang ini Pancasila justru terkesan menjadi bersumber dari kemandirian bangsa. tidak populer, dan bahkan cenderung Tidak mungkin suatu bangsa akan dilupakan, sehingga banyak yang mampu mandiri tanpa memiliki menilai bangsa ini sedang mengalami otonomi dalam mengembangkan krisis identitas atau jati diri. Mengapa peradaban. Di situ pula mengandung Pancasila sekarang seolah-olah tidak makna bahwa nasionalisme Indonesia mampu menjadi identitas diri bangsa
ii ii
pertimbangan
itu,
Jurnal Dialog Publik mengangkat
Zuhri menyoroti tema ini untuk dibahas dari berbagai
Saifudin
hubungan antara agama, khususnya perspektif. Tujuan utamanya adalah:
Islam, negara, dan Ideologi Pancasila. (1) Berkembangnya pemikiran dan
Menurutnya Relasi antar ketigany kajian kritis dan objektif tentang
yang dibayangkan saling mengisi dan relevansi dan visibilitas Pancasila
melengkapi tidak jarang meruncing dalam
dan bahkan saling mendistorsi. Agama pembangunan bangsa dan negara di
memecahkan
masalah
yang dibayangkan menjadi spirit bidang ekonomi dan kesejahteraan
religiusitas dan memberi inspirasi dalam konteks kebutuhan dan
nilai-nilai moral cenderung bergeser dinamika
ketatanegaraan berkembangnya pemikiran dan kajian
bahkan pada tataran yang paling kritis dan objektif tentang relevansi
praktis sekalipun. Di sini agama dan visibilitas Pancasila dalam
bermain menjadi bagian dari politik memecahkan masalah radikalisasi
praktis. Dominasi tafsir tunggal atas kultural dan agama sebagai imbas
kebenaran menjadi sulit terelakkan dari pertentangan idiologis ekonomi
ketika atas nama sebuah paham politik dalam praktek pembangunan;
keagamaan keragaman menjadi (3) terumuskan strategi dan cara
kian dinafikkan dan diharamkan. mengatasi pertentangan idiologis
Tak pelak Pancasila yang menjadi ekonomi
“rumah” bersama bersemayamnya dengan
politik
pembangunan
kebhinekaan kian terancam dan sebagai acuan dalam perumusan
kebijakan berdimensi
ekonomi
Oleh karena itu menurut Saifudin sosial; dan (4) terumuskan strategi
politik demokrasi
berkeadilan
merevitalisasi dan cara mengatasi sikap radikal
dalam
rangka
Pancasila di tengah maraknya berlandaskan etika politik demokrasi
gerakan radikal, mendesak untuk ditelaah apa kira-kira faktor yang
dan keadilan sosial sebagaimana terkandung dalam Pancasila untuk
menyebabkan radikalisme itu kian pembentukan subjek-subjek warga
bersemai di kalangan komunitasnya. negara demokratis dalam perumusan
Sudah saatnya agama tidak hanya berorientasi
pada keakhiratan,
iii iii
dan reaktualisasi umat beragama dari perdebatan,
revitalisasi
nilai-nilai Pancasila, sekarang ini perselisihan dan persaingan pada aras
Menteri Dalam Negeri juga sudah dogmatis-teologis ke dalam persoalan
menandatangani Peraturan Menteri nyata yang dihadapi umatnya,
Dalam Negeri No. 29 Tahun 2011 seperti kemiskinan, kebodohan,
tentang Pedoman Pemerintah Daerah dan degradasi lingkungan. Dengan
Dalam Rangka Revitalisasi dan menjadikan ketiga hal tersebut
aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila. sebagai musuh bersama (common enemy ) maka diharapkan agama dan
Sementara itu, masih Sugeng institusinya dapat memberi solusi
Bayu Wahyono menganalisis corak alternatif sekaligus sebagai pengalihan
yang cenderung (avoiding) terhadap persaingan dan
keberagamaan
meneguhkan identitas tunggal yang perseteruan yang tidak produktif
kurang sesuai dengan kebinekaan selama ini. Bersamaan dengan
sebagaimana ada dalam Pancasila. itu Pancasila juga perlu menjadi
Sebagaimana dapat kita saksikan ideologi terbuka, bukan monopoli
bersama dalam duabelas tahun kekuatan politik tertentu. Dengan
terakhir, yang lebih berkembang demikian partisi publik diberi ruang
adalah pemahaman agama yang seluas-luasnya untuk menafsirkan
normatif, dan dan mengimplementasikan nilai-
skriptualistik,
hegemonik, dan bahkan agama nilainya.
mengalami proses instrumentalisasi bagi upaya penyeragaman identitas
politik maupun dan Kesbang Ditjen Kesbangpol
Melalui Direktur Bina Ideologi
baik
secara
kebudayaan. Bayu menganjurkan Kementerian Dalam Negeri, Didik
perlunya pemahaman agama yang Suprayitno, menjelaskan bahwa
lebih pas dengan nilai Pancasila, yaitu pemerintah berkomitmen tinggi
pemahaman secara historiografik di untuk
mana agama akomodatif terhadap Langkah-langkah
merevitalisasi
Pancasila.
demokrasi dan mengakui kultur oleh
yang
diambil
lokal. Dengan kata lain, pemahaman mengeluarkan Peraturan Menteri
Kemendagri
diantaranya
agama yang dialektik, inklusif, dan Dalam Negeri No. 44 Tahun 2009
substantif, akan mampu menjadikan tentang
agama sebagai salah satu komponen Departemen Dalam Negeri dan
Pedoman
Kerjasama
sistem masyarakat yang berbasis Pemerintah
multikulturalisme. Organisasi
Lembaga Nirlaba Lainnya Dalam Sementara itu Suroso menekankan Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik
perlu ada kesadaran bersama Dalam Negeri. Kemudian dalam
mengimplementasikan rangka mengambil langkah-langkah
dalam
nilai-nilai budaya bangsa melalui sistemik dan berkelanjutan sebagai
pendidikan, kepemimpinan, dan
iv iv
perlunya membangun Papua dalam menyosialisasikan Pancasila sebagai
media
untuk
konteks keindonesiaan berarti juga ideologi bangsa, berisi nilai-nilai
harus mengedepankan negosiasi luhur yang mempersatukan dan
untuk mengkonstruksi identitas yang menyejahterakan bangsa. Untuk
cair, sebuah identitas yang meng- itu Suroso mengingatkan agar
“atas”-i kekentalan golongan, etnis, mempraktikkan nilai ketuhanan
dan agama. Papua adalah tanah dan kemanusiaan Pancsila dalam
damai, karena itu harus senantiasa pemberdayaan
ada komunikasi konstruktif, dan selain dilakukan secara formal di
orang
miskin,
menata Papua dengan hati. Menata pendidikan formal, informal, dan
denan hati terjemahannya adalah nonformal, juga diformulasikan
dengan pembangunan yang ramah dalam praktik berbangsa dan
pada kondisi lokal Papua. Lebih bernegara. Pada aras sosialisasi
sensitif dan menghargai hukum adat, Pancasila, perlu penekanan lebih
serta mengutamakan partisipasi dalam praktik berbangsa dilaksnakan
penduduk lokal. Pilihan jenis dan dalam pendidikan seperti yang
kecepatan program pembangunan telah dirumuskan oleh para pendiri
harus disesuaikan dengan kapasitas bangsa. Setikaknya setiap warga
dan pemahaman masyarakat lokal. negara mengerti dan mempraktikkan nilai dasar ketuhahan, kemanusiaan,
Dengan demikian harapan yang dan persatuan Indonesia.
besar bagi bangsa indonesia di era reformasi adalah Pancasila semakin
Akhirnya, Ave Lefaan menyoroti digandrungi dan dijadikan rujukan problem Papua yang belakangan
dalam kehidupan bermasyarakat, dinamika politiknya agak pasang
berbangsa dan bernegara dalam dan menegangkan. Untuk mengatasi
mewujudkan ketahanan masyarakat persoalan Papua, Ave mengingatkan
yang sejahtera.
Edisi 2 / Agustus / 2011
Wawancara
Khusus
Foto: Fourt Gesang Soleh
Pemerintah Berkomitmen Merevitalisasi Pancasila
Wawancara Khusus dengan Dr. Didik Suprayitno
(Direktur Bina Ideologi dan Kesbang Ditjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri)
vii
Wawancara Khusus
Dr. Didik Suprayitno
(Direktur Bina Ideologi dan Kesbang Ditjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri)
P populer. Arus globalisasi yang makin
emerintah menyadari bahwa sejak era reformasi, Pancasila sebagai ideologi negara semakin kurang
deras dan meningkatnya paham-paham keagamaan menjadi salah satu faktor ketidakpopuleran Pancasila. Meskipun sebagian besar Partai Politik mengaku berasaskan Pancasila, tetapi kurang menjadikan Pancasila sebagai wacana utama dalam diskusi maupun dalam garis perjuangan partai. Sementara itu Ditjen Kesbangpol Kementerian di beberapa instansi pemerintah pun Dalam Negeri. Berikut ini petikan gaung Pancasila juga terasa lemah, hasil wawancaranya: tidak seperti pada era sebelumnya. Di kalangan masyarakat pun, apalagi
Apakah Anda sependapat bahwa di kalangan anak muda, Pancasila Pancasila sekarang ini terkesan kurang tidak menjadi wacana utama dalam populer di kalangan warga masyarakat, kehidupan sehari-hari.
dan kira-kira disebabkan oleh faktor apa? Atas
Pancasila akhir-akhir ini memang dan untuk mengetahui apa rencana terkesan seperti dilupakan. Dulu pemerintah dalam upaya meningkatkan anak-anak SD saja sudah hafal kembali peran Pancasila sebagai Pancasila, tetapi sekarang tidak lagi. ideologi negara, tim redaksi Jurnal Namun ada beberapa pemerintah Dialog Publik mengadakan wawancara daerah mengambil langkah-langkah khusus dengan Dr. Didik Suprayitno, untuk mengembalikan semangat Direktur Bina Ideologi dan Kesbang mengidolakan Pancasila, misalnya
pertimbangan
tersebut,
viii viii
nilai-nilai Pancasila, atau menyanyikan lagu Indonesia
revitalisasi
sesuai dengan penegasan Presiden Raya.
Susilo Bambang Yudhoyono ketika generasi muda sekarang terhadap
Menurutnya
perhatian
menyampaikan sambutan pada Pancasila karena setelah reformasi
peringatan Hari Lahir Pancasila orang seolah memperoleh kebeasan
tanggal 1 Juni 2011.
tanpa batas. Semboyannya seperti “sekali merdeka, merdeka sekali”.
Upaya-upaya apa yang telah Jadi Pancasila seolah-olah tidak
dilakukan Pemerintahuntuk mendorong diperlukan lagi. Kondisi ini jelas
masyarakat kita agar kembali gandrung memprihatinkan,
mengamalkan nilai-nilai Pancasila? tidak mau mengamalkan nilai-nilai
karena
orang
Langkah-langkah yang diambil Pancasiala, sehingga boleh jadi
Kemendagri konflik banyak terjadi di mana-mana diantaranya mengeluarkan Peraturan Menteri
oleh
sekarang ini karena melupakan Dalam Negeri No. 44 Tahun 2009 Pancasila. Orang sekarang tidak
Pedoman Kerjasama lagi mengedepankan sikap ramah, Departemen Dalam Negeri dan toleran, saling menghargai, dan
tentang
Daerah dengan gotong-royong. Implementasi nilai-
Pemerintah
Kemasyaraktan dan nilai Pancasila semakin jarang Lembaga Nirlaba Lainnya Dalam dilakukan. Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik
Organisasi
Memang harus kita akui bahwa Dalam Negeri. Kemudian dalam ketika era Orde Baru Pancasila
rangka mengambil langkah-langkah sangat populer, tetapi masyarakat
sistemik dan berkelanjutan sebagai menilai Pancasila pada masa itu
upaya mempelopori dan mendorong hanya
didengung-dengungkan, revitalisasi dan reaktualisasi nilai-nilai hanya sebagai wacana, hanya sebatas
Pancasila, sekarang ini Menteri Dalam mata pelajaran, tetapi dalam praktek
Negeri juga sudah menandatangani banyak terjadi pelanggaran, tindak
Peraturan Menteri Dalam Negeri pidana korupsi dan pelanggaran
No. 29 Tahun 2011 tentang Pedoman HAM, yang justru nyimpang dari
Pemerintah Daerah Dalam Rangka nilai-nilai Pancasila. Pancasila hanya
Revitalisasi dan aktualisasi Nilai- dijadikan sebagai alat kekuasaan.
Permendagri Oleh karena itu Kementerian Dalam
Nilai Pancasila.
tersebut merupakan pelaksanaan
ix ix
mengimplementasikan Panacasila. dan pedoman program penguatan
Jadi sebenarnya sistem politik ideologi Pancasila serta menjadi
kita sekarang sudah baik, hanya landasan hukum bagi penetapan
karena kebebasan yang berlebihan kebijakan sekaligus operasionalisasi
sehingga banyak yang meninggalkan Penyelenggaraan pemerintah daerah
Namun demikian di bidang ideologi. Kementerian
Pancasila.
sejauh ini Pancasila tetap menjadi dalam Negeri juga melakukan
pegangan hidup bangsa Indonesia. berbagai program kegiatan antara
Khusus terkait dengan Pemilihan lain: (1) Forum Fasilitasi Daerah
Kepala Daerah secara langsung dalam rangka penguatan ketahanan
perlu dievaluasi kembali. Sudah bangsa; (2) Forum Dialog Pencegahan
sekitar 160 kepala daerah terjerat pengaruh ideologi lain terhadap
kasus korupsi. Ini menunjukkan nilai-nilai ideologi Pancasila; (3)
tersebut punya ekses Penguatan Penghayatan Ideologi
sistem
negatif terhadap penyelenggaraan Pancasila di kalanagan masyarakat;
Karerna untuk (4)
pemerintahan.
menjadi calon Bupati, Walikota, dan Pancasila di lingkungan perguruan
Fasilitasi
Pemasyrakatan
Gubernur membutuhkan modal tinggi; dan (5) Forum Dialog Lintas
besar, sementara gaji yang nanti Generasi. Forum-forum tersebut
mereka dapat relatif kecil, sehingga sudah dilakukan di empat Provinsi
bisa dimaklumi kalu kemudian yakni Sumatera Selatan, Kalimantan
mereka melakukan upaya-upaya lain Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan
yang cenderung menyimpang dari Jawa Timur.
nilai-nilai Pancasila. Karena itu UU Pemerintah Daerah akan direvisi dan
Apakah sistem politik yang digunakan sekarang sedang dalam pembahasan. saat ini sesuai dengan nilai-nilai
Khusus Pemilihan Gubernur yang Pancasila?
kewenangannya tidak terlalu luas akan dipilih melalui DPRD saja,
Sistem politik sekarang ini sedangkan Wakil Gubernur di ambil sebenarnya masih dalam koridor dari pejabat karir. Pancasila, namun dalam prakteknya
mungkin masih perlu ditingkatkan Apakah Prilaku para elite politik sudah lagi. Seperti dalam UU No. 32 Tahun
mengindahkan nilai-nilai Pancasila? 2004 tentang Pemerintah Daerah
secara ekplisit
Dalam praktek politik sebenrnya perlunya pengamalan Pancasila.
mencantumkan
mereka sudah mengamalkan nilai- Juga Pasal 27 menyebutkan Kepala
nilai Pancasila, tetapi memang harus Daerah harus memegang teguh
lebih ditingkatkan lagi. Mereka dan dan mengamalkan Pancasila, UUD
kita semua pada prinsipnya harus
45 dan seterusnya. Bahkan dalam terus belajar bagaimana beretika PP 38 Tahun 2007, daerah juga
dan berkomunikasi sesuai dengan dan berkomunikasi sesuai dengan
dan sosialisme dengan mengokohkan kurang memandang penting adanya
bangunan ekonomi utama, yaitu sopan santun politik ini, sehingga
koperasi.
banyak di antara para elite politik saling menyalahkan. Ke depan perlu
Sekarang ada wacana dan gerakan menggunakan nilai Pancasila agar
yang menginginkan Indonesia sebagasi elite politik lebih mengedepankan
negara Islam. Apakah ini terjadi karena dialog daripada saling-menyerang
Pancasila kurang dipopulerkan? yang adakalanya justru menjadikan
Ada empat pilar dalam kehidupan komunikasi politik kurang berjalan berbangsa dan bernegara yang lancar. tidak boleh ditawar-tawar lagi,
Apakah sistem ekonomi kita sekarang yakni Pancasila, UUD 1945, Negara sudah sesuai dengan nilai-nilai pancasila
Republik Indonesia yang sosialistik atau cenderung liberal
Kesatuan
(NKRI), dan Bhineka Tuggal Ika. kapitalisti?
Pancasila sudah tidak bisa diubah- ubah lagi karena bersumber dari nilai
Sebenarnya tidak ada istilah dan sejarah bangsa kita sendiri. UUD ekonomi Pancasila. Kalau kita
1945 telah menjadi sumber hukum. mengacu pada UUD 1945, memang
NKRI itu sudah harga mati dari ada kaitannya dengan Pancasila.
Sabang sampai Merauke, demikian Keadilan
juga dengan kebhinekaan itu sudah rakyat Indonesia di UUD 1945
menjadi suatu kesatuan yang tidak juga dicantumkan pada Pasal 33
bisa diubah-ubah lagi. Jadi kalau dan 34 untuk kesejahteraan rakyat.
kemudian ada yang mengatakan Sebenarnya arahnya sudah baik, tetapi
menginginkan Indonesia eforia demokrasi kita lebih mengarah
atau
menjadi negara Islam dan lain- pada masalah politik, sehingga maslah
lain, maka mereka itu perlu diberi kesejahteraan (ekonomi) dilupakan.
pamahaman. Kepada mereka yang Jadi
terindikasi melakukan kesalahan baik pemerintah pusat maupun
sebenarnya
pemerintah,
tersebut, pencegahannya dilakukan pemerintah daerah sudah terus
dengan tiga pendekatan. Pertama, berupaya, namun untuk mencapai ke
kultural; dengan situ diperlukan perjuangan panjang.
pendekatan
mengedepankan aspek kognitif, Apalagi berbicara tentang adil,
yaitu dengan melakukan kegiatan ukurannya itu kadang-kadang sulit
yang bersifat memberi pemahaman diterapkan. Mungkin ukuran paling
dan menambah wawasan tentang sederhana adalah kalau keinginan
Pancasila, masalah dan kebutuhan masyarakat sudah
ideologi
keagamaan, kebangsaan, demokrasi merasa terpenuhi. Ke depan memang
dan hak-hak azasi manusia. Kedua perlu diupayakan secara serius, agar
pendekatan struktural, pendekatan sistem ekonomi kita tidak terlalu
ini mengedepankan aspek relasi atau
xi xi
keamanan, moneter/fiskal, dan yang melibatkan stakeholder, dan
agama. Kemudian ada 31 urusan ini terlah dilakukan oleh pemerintah
menjadi kewajiban secara rutin. Ketiga pendekatan
(bidang)
Pemerintah Daerah. Secara fungsional hukum; apabila ada tindakan
masalah ini sebenarnya menjadi yang jelas-jelas melanggar hukum
kewenangan Kementerian Agama. maka dikenakan tindakan hukum
Kementerian Dalam Negeri sifatnya setelah melalui proses pengadilan.
memfasilitasi Pemerintah Daerah Sampai saat ini, pendekatan kultural
untuk mengatur regulasinya. Kementerian Dalam Negeri sudah melakukan
Kenapa muncul gerakan dan organisasi-organisasi
kerjasama
dengan
tindakan radikal termasuk terorisme dan dan perguruan tinggi. Programnya
masyarakat
bagaimana upaya mencegahnya? meliputi cinta tanah air, ideologi
itu muncul Pancasila, wawasan kebangsaan,
Radikalisme
disebabkan oleh dan penguatan bela negara. Bentuk beberapa faktor, di antaranya: (1) kegiatannya seperti seminar dan mereka memang kurang mengakui sosialisasi. Selain itu juga dilakukan Pancasila, karena telah mengalami forum fasilitasi daerah dalam rangka
kemungkinan
terhadap nilai-nilai penguatan
Pancasila. Ideologi yang mereka forum dialog pencegahan pengaruh anut tidak sejalan dengan ideologi ideologi lain terhadap nilai-nilai negara Pancasila; (2) karena mereka ideologi Pancasila.
diperlakukan tidak Bagaimana
merasakan
adil, dimarjinalkan; dan (3) karena hubungan antara agama dan negara
sebaiknya
menata
berkembang rasa ketidakpuasan yang berdasarkan Pancasila dan
pembangunan yang mensinkronkan praktek penyelenggaraan
dengan
dilakukan, dan sistem pemerintahan negara berdasarkan nilai-nilai Pancasila
yang sekarang berlaku. Mengingat sehingga tidak bertentangan dengan
radikalisme kalau dibiarkan akan nilai-nilai agama?
mengganggu keutuhan NKRI, maka perlu ada upaya deradikalisasi dalam
Kalau kita masih pada tataran rangka mencegah eskalasi yang lebih konsep hukum. Dalam UUD 1945
besar dan luas dari gerakan radikal disebutkan negara menjamin dan
tersebut. Satu-satunya cara untuk melindungi
menghilangkan radikalisme adalah Kemudian sila pertama dalam
kehidupan
agama.
dengan harus tetap secara terus Pancasila dalah Ketuhanan Yang
menerus memberi pengertian dan Maha Esa. Kalau pada tataran
bimbingan.
pemerintahan, ada UU No. 32 tahun 2004 yang mengatur kewenangan
Apakah sekarang Pemerintah sudah pemerintah pusat meliputi enam
secara konsekwen telah mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam praktek
xii xii
Sebenarnya penilaian
dalam
hal ini relatif, dan saya tidak pada Apakah model sosialisasi dan posisi menjawab itu, biarlah publik
internalisasi nilai-nilai Pancasila seperti yang menilai. Walaupun demikian
P4 dulu perlu dilaksanakan lagi? pada tataran instrumental semua sudah diatur, mulai dari UUD
masih relevan, 1945, kemudian melahirkan UU di
Prinsipnya
tetapi sudah harus dikurangi dan bawahnya, sampai PP, Perpres, dan
disesuaikan dengan perkembangan. Perda, telah mengatur bagaimana
Jadi modelnya bukan lagi hanya praktek pemerintahan yang sesuai
semacam penataran atau seminar- dengan semangat Pancasila. Hanya
seminar yang lebih bersifat teoretis saja dalam implementasi masih perlu
saja, tetapi sebaiknya dalam bentuk penyempurnaan, karena kita masih
Trainer of Trainer (TOT), simulasi, dalam masa transisi. Tapi kita harus
dan kegiatan-kegiatan rekreatif lain, optimis, bahwa ke depan tata kelola
agar lebih mengarah pada penekanan pemerintahan akan lebih baik sesuai
bagaimana mengamalkan Pancasila. dengan nilai-nilai Pancasila. Tidak
Model yang lebih praktis, kita sendiri perlu pesimis, karena pesimis hanya
perlu memulai dari kehidupan menjadi sumber frustasi yang tidak
sehari-hari dengan mengamalkan baik untuk kita ajarkan pada generasi
nilai-nilai Pancasila.
xiii
Edisi 2 / Agustus / 2011
Foto: Fourt Gesang Soleh
Agama, Humanisme, dan Relevansi Pancasila
Oleh : Sugeng Bayu Wahyono
Dosen Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta dan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Fakta sosiologis
M beberapa kali melakukan eksperimen
enyadari akan faktra
menunjukkan bahwa sosiologis dan fakta historis
itu para pendiri bangsa telah
heterogenitas telah menjadi
ciri yang demikian mapan
politik untuk memecahkan problem partikularistik
dan kuat dalam masyarakat dalam
tersebut
kerangka membangun negara bangsa
di Indonesia.. Dalam agama,
(nations state). Salah satu di antaranya
kelompok etnis, pengalaman
adalah sebuah konsensus politik
sejarah, dan kondisi
yang diprakarsai oleh segenap tokoh
geografis terdapat variasi perintis kemerdekaan, yang dikenal
sebagai Sumpah Pemuda 1928. Akan
yang besar antara berbagai
tetapi dalam perjalanan selanjutnya
kelompok penduduk, dan
tetap kurang efektif menetralisir tarik
masing-masing berpotensi menarik kepentingan politik yang
berbasis aliran. Proses itu hingga
berkembang menjadi
sekarang terus berlangsung, masing-
identitas partikularistik.
masing tetap berusaha melakukan
Sementara itu, fakta historis
praktik
peneguhan identitas
juga menunjukkan bahwa kelompok. apa yang disebut sebagai
Berbagai peristiwa kerusuhan yang
cultural solidarity groups berlatarbelakang agama seperti amuk
massa di Cikeusik, Pandegelang,
atau juga dikenal sebagai
Banten yang menewaskan 3 orang
aliran, terus mewarnai
Ahmadiyah, dan kemudian di
perjalanan sejarah
Temanggung yang membakar dan
nusantara. merusak 3 gereja menunjukkan
bahwa masih ada saja kekuatan kelompok
yang mengingkari
keberagaman
sebagai identitas
keindonesiaan.
Merespons atas Merespons atas
mewarisi konstruksi kekuatan yang dalam upaya melindungi warganya,
mendominasi dan mensubordinasi dan perlu terus bersikap tegas dalam
yang dilakukan oleh modernisasi, menangani tindak kekerarasan.
agama kemudian juga tampil sebagai kekuatan dominatif yang melakukan
Akan tetapi ada baiknya juga tekanan kepada apa saja yang bersifat melihat terancamnya kebinekaan
lokal. Pemurnian ajaran agama sebagai identitas keindonesiaan itu
yang dijadikan program utama, melalui cara yang lebih introspektif.
membawa implikasi menempuh cara Artinya, ada upaya reflektif dan
homogenisasi atau penyeragaman mawas diri bahwa jangan-jangan
terhadap entitas kebudayaan lokal. cara beragama kita selama ini
Puritanisasi agama sebagai sebuah memang cenderung meneguhkan
gerakan politik dan kebudayaan, identitas
selepas rezim pemerintahan Orde dapat kita saksikan bersama dalam
tunggal.
Sebagaimana
memarjinalkannya, duabelas tahun terakhir, yang lebih
Baru
yang
kemudian justru tampil menjadi berkembang adalah pemahaman
fotocopy -nya dengan melakukan agama
model gerakan mirip kekuatan normatif, dan hegemonik, dan
yang
skriptualistik,
dominatif yang mensubordinasikan bahkan agama mengalami proses
eksistensi entitas lokal. Gerakan instrumentalisasi
agama puritan itu juga meminjam penyeragaman identitas baik secara
bagi
upaya
instrumen hegemonik dari kekuatan politik
yang selama ini merepresinya, untuk Kenyataan menunjukkan bahwa
maupun
kebudayaan.
kemudian dengan menggunakan agama telah sering kali terbukti
strategi yang sama menekan dan menjadi alat legitimasi kepentingan
memarginalkan produksi lokalitas. posisi kekuatan tertentu, baik politik,
ekonomi, sosial, maupun kultural. Pada proses selanjutnya agama Dalam posisi seperti itu, kemudian
kemudian melihat lokal harus agama menjadi narasi besar yang
ditarik dan dipaksa seperti yang dominatif, dan kemudian kehilangan
terjadi di pusat asalnya sehingga sentuhan lokal yang sarat kearifan
produksi lokalitas harus dimurnikan, dan humanisme.
diluruskan dan dibina, sekaligus dikontrol.
Implikasinya agama Repotnya
menjadi kehilangan sebagai
sentuhan lokal, sehingga agama agama kemudian menggunakan
menjadi tampil garang dan kehilangan strategi yang berorientasi pada
watak dasarnya yang humanistik. pemurnian dengan tujuan mengatur,
mengontrol, dan mendisiplinkan Padahal jika ditelusuri mulai awal mengontrol, dan mendisiplinkan Padahal jika ditelusuri mulai awal
dan hanya obyek, sehingga agama sistem politik yang dehumanistik,
dalam prakteknya justru menjadi sehingga watak dasar sebuah agama
sumber aliniasi. Dengan pemahaman sejak awal adalah humanisme. Para
seperti itu, manusia kemudian nabi agama apa pun pada dasarnya
menjadi teraliniasi dengan alam, adalah tokoh humanis yang mampu
dirinya sendiri, dan dengan sesama menjawab tantangan zaman, yang
manusia.
pada zamannya itu dalam situasi dehumanistik. Dengan melakukan
Dalam pada itu menarik disimak, refleksi dan kontemplasi di tempat-
bahwa pada tataran praksis agama tempat sepi, para nabi mendapatkan
menunjukkan wajah yang mendua, wahyu dari Tuhan yang kemudian
terkadang menampakkan diri apa dijadikan spirit utama melawan
yang oleh Gregory Baum (dalam otoriterianisme yang dehumanistik.
bukunya yang berjudul Religion Jadi semangat agama yang dibawa
and Alienation , Marquette: Paulist oleh para nabi, pada hakekatnya
Press, 1975) disebut sebagai liberating adalah kekuatan keilahian yang
(yang membebaskan), tetapi pada membebaskan
suatu saat tidak jarang justru berbagai
manusia
dari
tampak sebagai enslaving (yang deskriminasi, dan eksploitasi, bukan
bentuk
penindasan,
menundukan). Mengikuti tesis ini, untuk menyeragamkan terhadap
dapat diungkapkan pernyataan perbedaan. Oleh karena itu, agama
hipotetik, bahwa semakin agama akan bisa menjadi ukuran kebenaran,
berorientasi normatif-skriptualistik, tergantung sejauh mana agama
maka semakin menunjukkan karakter punya komitmen emansipatoris dan
penundukannya. Sebaliknya, solidaritas yang dibuktikan dalam
semakin agama membuka diri untuk praksis dialog antarkebudayaan
dipahami secara historis dalam (termasuk
perspektif ilmu pengetahuan, maka perjuangan pembebasan pada kaum
antaragama),
dan
akan terbuka watak pembebasannya. lemah.
mensintesakan antara paradigma teologi yang menganggap
Baum
A. Pembebasan
bahwa agama adalah sesuatu yang Akan
baku dan obyektif, bukan suatu perkembangan selanjutnya sering
tetapi agama
dalam
yang subyektif, dan paradigma kali tidak luput dari tekanan
humanistik-historis yang senantiasa untuk meligitimasi tindakan yang
berbeda dalam memaknai realitas. terkadang dehumanistik. Dalam
Dengan kerangka sintetik antara pandangan Hegel Muda salah
sisi normatif dan historis tentang satu penyebabnya adalah karena
realitas melalui kacamata sosiologi realitas melalui kacamata sosiologi
selalu bersuara dan berada dalam tercermin dalam pandangannya
setting dialektika peradaban sejarah tentang emansipasi dan solidaritas.
manusia. Agama dapat ditempatkan Artinya, diskursus kebenaran ditarik
wilayah rasionalitas jauh dari hanya soal obyektivitas
dalam
kebudayaan yang selalu terbuka dan subyektivitas menuju diskursus
untuk dinegosiasikan, dialog, dan sejauh mana kebenaran tersebut
jika perlu resistensi. mencerminkan misi pembebasan pada kaum tertindas yang didasari
Sebuah perangkat norma, apa pun oleh komitmen emansipatoris dan
latar belakangnya, entah itu politik, dialog yang didasari oleh komitmen
tradisi, demikian pula agama mesti solidaritas.
perlu dimintai pertanggung jawaban, mengapa seperangkat norma itu
mengatur tindakan manusia. Dengan Abdullah (dalam bukunya berjudul
Senada dengan
itu,
Amin
demikan setiap sistem normatif mesti Studi Agama: Normativitas dan
membuka diri bagi diskursus, tidak Historisitas, Yogyakarta: Pustaka
menjadi entitas ideologis tertutup. Pelajar, 1995) memahami agama juga
Sudah banyak fakta menunjukkan, bisa dengan perspektif historis, dalam
sebuah ideologi, arti agama tidak bisa dipisahkan
ketertutupan
senantiasa menghasilkan pengikut dari kesejarahan (historiografi) dan
yang memilih cara kekerasan, dan kehidupan manusia yang berada
secara tidak sadar mendorong dalam ruang dan waktu. Agama
terciptanya dehumanisasi. Yang terangkai oleh konteks kehidupan
terjadi tidak lebih hanya sekadar pemeluknya, dan karena itu, akses
penundukan kesadaran manusia pemahaman
yang menjadikannya sebagai obyek realitas transendental agama (dimensi
manusia
terhadap
dan dicabut otonomi subyektifnya. normatif agama) tidak akan pernah
Saat itulah, ideologi termasuk agama persis seperti apa yang dikehendaki
mulai ikut menjadi bagian dari proses Tuhan. Oleh karena itu sangatlah
hegemonisasi manusia. naif jika ada manusia beragama yang mengklaim diri sebagai satu-satunya
agama secara pemilik kebenaran transendental.
Pemahaman
historiografik itulah yang akan dapat mendorong agama akomodatif
Memaknai agama dalam konteks terhadap demokrasi dan mengakui historiografi, menjadikan sosiologi
kultur lokal. Dengan kata lain, pengetahuan
pemahaman agama yang dialektik, untuk mengembangkan wawasan
memiliki
urgensi
inklusif, dan substantif, akan mampu diskursus keagamaan. Agama tidak
menjadikan agama sebagai salah terus tampil sebagai wilayah yang
satu komponen sistem masyarakat satu komponen sistem masyarakat
merupakan sektor Dalam
andalan dan sekaligus merupakan Indonesia, munculnya isu perlunya
karakter sebagai negara agraris- pengembangan civil society misalnya,
maritim, tetapi sekarang pada sektor agama akan dapat sebagai penguat
ini kita kalah bersaing. Ironisnya masyarakat sipil sepanjang tidak
sebagai sebuah negara agraris- mempunyai pretensi untuk hanya
maritim justru kita sekarang menjadi sekadar memberi labelisasi dengan
pengimpor beras, jagung, kedelai, nama “masyarakat madani” yang
gula, dan bahkan garam. secara historis tidak dikenal di
Indonesia. Memang harus kita akui, ideologi Pancasila yang telah disepakati
sebagai dasar negara, pernah begitu Dalam
B. Relevansi Pancasila
populer dalam era Soekarno dan era berdiskusi dengan Haryatmoko,
suatu
kesempatan
Soeharto. Akan tetapi pada kedua mengutip
era tersebut sayangnya Pancasila posmodernisme, ia mengatakan
pandangan
tidak pernah digunakan sebagai bahwa orang sekarang ini kehilangan
spirit utama kemandirian bangsa. keyakinan akan masa depan yang
Pada era Soekarno, memang pernah revolusioner. Ideologi politik menjadi
didengungkan Ekonomi Berdikari, tidak menarik lagi, demikian pula
tidak terdapat bentuk-bentuk militanisme. Kedua
tetapi
karena
perencanaan ekonomi yang jelas, hal itu hanya menarik bagi mereka
akhirnya janji kemakmuran tidak yang kalah dalam persaingan.
dapat diwujudkan, dan bahkan Kekecewaan-kekecewaan terhadap
perekonomian mengalami masa yang janji kemajuan dan kebahagiaan
begitu buruk. Pancasila pada era yang
Soekarno hanya efektif digunakan akhirnya membawa pada terjadinya
tak pernah
terpuaskan
sebagai ideologi pemersatu bangsa, demistifikasi utopia yang pernah tetapi gagal menjadi instrumen utama
menjadi acuan utama modernisme. dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.
Oleh karena itu kalau sekarang kita mendiskusikan ideologi Pancasila,
Pada era pemerintahan Soeharto, jangan-jangan kita sekarang ini
Pancasila dipakai secara efektif juga termasuk bangsa yang sedang
sebagai landasan politik, ekonomi, kalah dalam persaingan. Ketika kita
dan kehidupan sosial-budaya. Di memasuki apa yang sering dikenal
bidang politik, Pancasila secara sebagai era globalisasi, tidak ada satu
perlahan tapi pasti mampu menjadi sektor pun yang dapat diandalkan
asas tunggal bagi semua organisasi ikut bermain dalam percaturan
politik dan organisasi massa. Bahkan politik dan organisasi massa. Bahkan
Indonesia kemudian memasuki Pancasila sebagai asas. Melalui
bersedia
menerima
babak baru yang sering disepakati kegiatan yang populer disebut
memasuki era reformasi. Konstelasi sebagai P4, Pancasila dalam era Orde
politik pun berubah, dari sistem Baru tersosialisasi secara intensif
otoriter menjadi ke berbagai kalangan masyarakat.
pemerintahan
pemerintahan yang demokratis. Akan tetapi karena negara tampil
Indonesia pun menjadi salah satu begitu kuat dan dominan, akhirnya
negara yang dikategorikan sebagai dipakai oleh penguasa sebagai
negara besar yang menganut sistem instrumen kemapanan kekuasaan.
pemerintah demokratis. Monopoli tafsir kebenaran atas
Pertanyaannya adalah di mana rumusan Pancasila oleh penguasa
letak relevansi Pancasila dalam era Orde Baru, menjadikan Pancasila
yang terus berubah dan demokratis sebagai ideologi tertutup. Dengan
sekarang ini? Jika sepakat bahwa menerapkan prinsip we and others,
Indonesia merupakan negara yang Pancasila oleh penguasa Orde Baru
plural maka kondisi obyektif ini akan dipakai menjadi alat meminggirkan
terus membuat Pancasila tidak akan lawan-lawan politik.
pernah kehilangan relevansinya. Pancasila
Toleransi misalnya, salah satu sebagai dasar utama dalam politik
juga
dijadikan
nilai keutamaan yang terkandung pembangunan pada era Orde Baru
dalam Pancasila adalah toleransi dengan modernisasi sebagai pilihan
sebagaiman tercantum dalam sila utama. Pemerintah pada waktu itu
pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yakin betul, bahwa modernisasi akan
serta sila kedua Kemanusiaan yang mampu mewujudkan masyarakat
Adil dan Beradab, serta sila ketiga adil makmur berdasarkan Pancasila.
yaitu Persatuan Indonesia. Oleh Akan tetapi Pancasila tidak menjadi
karena itu jika munculnya berbagai landasan
kehendak yang ingin membuat sehingga proses modernisasi yang
kemandirian
bangsa,
Indonesia sebagai negara yang begitu intensif justru menjadikan
homogen, tentu tidak sesuai dengan bangsa Indonesia masuk dalam situasi
Pancasila, dan secara politik akan ketergantungan yang semakin akut.
menimbulkan konflik. Melalui modernisasi yang bercita-cita
lain, bahwa mewujudkan masyarakat industri
Dengan
kata
Indonesia merupakan masyarakat yang ditopang oleh sektor pertanian
yag hiterogen semua sudah tahu, yang tangguh, gagal diwujudkan,
tetapi sejarah juga menunjukkan dan menjelang millennium 2000
bahwa ada saja kekuatan yang ingin pemerintahan Orde Baru di bawah bahwa ada saja kekuatan yang ingin pemerintahan Orde Baru di bawah
peluang untuk mengembangkan masyarakat yang homogen dengan
diri secara otonom dan merdeka dalih demi persatuan dan kesatuan
menentukan pilihan dari sekian atau demi mayoritas sebagaimnayang
alternatif yang terbuka. Lebih dari dilakukan oleh kuasa negara dan
itu, arus penyeragaman sebenarnya agama. Yang dibayangkan kemudian
juga bertntantang dengan arus besar sebuah kekuatan dominatif dan tentu
bangsa. Setuju atau tidak, kita sebagai saja pilihan yang ditempuh adalah
bangsa dipaksa oleh keadaan harus melakukan penyeragaman,
menjadi masyarakat yang terbuka, keanekaragaman, anti lokalitas, dan
anti
yang dregulatif, dan memberi juga berarti anti-demokrasi.
ruang besar bagi berkembangnya kemajemukan dan potensi masyarakat
Fakta kemajemukan itu sering yang penuh daya hidup. Dengan diigkari dan kurang ditopang oleh
kata lain, serba penyeragaman semangat untuk menerima perbedaan.
bertentangan dengan kecenderungan Bahkan yang sering terjadi justru
makro yang kian mengglobal dan perbedaaan itu dieksploatasi untuk
mengandaikan berkembangnya arus kepentingan politik kelompok yang
demokratisasi yang meniscayakan kurang mengedepankan kepentingan
otonomi memilih dan kemerdekaan bersama sebagai bangsa. Akibatnya,
menyalurkan kehendak. Sedangkan dalam perjalanan sejarah bangsa
dalam arus pernyeragaman sangat ini sering kali diterpa oleh arus
sarat dengan pemaksaan kehendak. penyeragaman yang dipaksakan oleh
Melihat tuntutan dan tantangan yang bersandar pada pemeritahan
kelompok-kelompok
kepentingan
yang berkembang di masyarakat otoirter.
agaknya
arus penyeragaman yang merasuk dalam masyarakat
Terhadap semakin menguatnya pluralistik selama ini kiranya perlu kehendak
dihentikan. Biarkanlah semua warga Indonesia sebagai negara yang
untuk
menjadikan
masyarakat berpikir, berkehendak, homogen dan monokultur maka
berimajinasi, dan berkreasi secara hanya
merdeka sesuai kapasitas, konteks mentralisirnya. Pancasila senantiasa
permsalahan ,dan kondisi sosial- memfasilitasi warga yang plural
kulturalnya. Hanya Pancasila yang untuk mengembangkan diri. Dalam
mampu mengembangkan potensi iklim yang plurarlistiklah masyarakat
daya kreasi warganya yang sesuai bisa lebih dinamik, kreatif, dan
dengan talentanya dapat
mengembangkan
secara
Edisi 2 / Agustus / 2011
II
Foto: Fourt Gesang Soleh
Implementasi Nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan Pancasila dalam Pemberdayaan Orang Miskin
Oleh : Suroso
Dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta. Memperoleh gelar Doktor dari Universitas Negeri Jakarta.
A. Pendahuluan
D itu bagaikan virus yang menyebar
ari pengamatan sekilas, pasca
61 tahun merdeka, fenomena
Setelah Indonesia terkikisnya watak bangsa
memprokalamsikan
ke mana-mana yang menyebabkan
kemerdekaan 61 tahun
kelumpuhan. Akibatnya bangsa ini
yang lalu, apakan benar-
menjadi sakit. Kasus korupsi yang
benar kemedekaan itu tidak pernah berhenti dibicarakan di
media. Kasus perkelaian antar warga
sudah dirasakan oleh
yang terjadi di mana-mana. Kasus
rakyat pada umumnya?
kekerasan rumah tangga, ekspolitasi
Secara teritorial memang atas anak dan tenaga kerja, dan
kasus “perkelaian” fisik para politisi,
Indonesia tidak dijajah oleh
membuktikan bahwa Indonesia
bangsa lain, namun secara
sedang terserang virus karakter
psikologis penjajahan
ketidakjujuran, sindrom kekuasaan,
masih dilakukan oleh dan bakteri kebohongan. bangsa lain, dalam bentuk
Namun demikian, klaim bahwa
“penjajahan ekonomi”, Indonesia adalah negara demokrasi
kelas wahit, pertumbuhan ekonomi
“penjajahan budaya” dan
makro Indonesia tumbuh pesat,
“penjajahan perilaku”.
optimis kita akan menjadi negara
Akibatnya, bangsa
maju, masih harus disandingkan
fakta bahwa Indonesia Indonesia kehilangan jati masih
memiliki 30 jutaan warga miskin,
diri, kehilangan watak
dengan infrastruktur yang masih
bangsa, yang oleh Presiden
buruk, dan tingkat pendidikan
Soekarno disebut Indonesian yang rendah dibandingkan negara
selevel Asia Tenggara. Di bidang
Nation Character atau
politik, walaupuan sudah dilakukan
watak bangsa Indonesia.
amandemen terhadap UUD 1945
Walaupun klaim, Indonesia
pascareformasi, dengan pemilihan
masuk negara berkembang secara langsung presiden, gubernur,
bupati dan walikota, hasilnya belum
masih ada 30 jutaan
memuaskan karena terjadinya politik
masyarakat hidup dalam
uang. Akibatnya, pertumbuhan provinsi,
kemiskinan. di
kabupaten, kota
Indonesia belum optimal. Belum
konteks, khususnya kab di Indonesia untuk membentuk
berbagai
belarasa terhdap orang miskin provinsi atau kabupaten baru.
dan pembentukan karakter nilai- nilai pancasila dalam kehidupan
Persoalannya terlalu komples bermasyarakat dan berbangsa. diuraikan dalam artikel yang sangat
terbatas ini. Namun demikian,
A. Sosialisasi Nilai Pancasila
perlu ada kesadaran bersama dalam
mengimplementasikan Pada era Orde Baru, secara formal nilai-nilai budaya bangsa melalui
pemerintah menyosialisasikan nilai- pendidikan, kepemimpinan, dan
nilai Pancasila melalui TAP MPR campur
NO II/MPR/1978 tentang Pedoman menyosialisasikan Pancasila sebagai
Pengamalan ideologi bangsa, berisi nilai-nilai
Penghayatan
dan
Pancasila (P4) di sekolah dan di luhur yang mempersatukan dan
Siswa, mahasiswa, menyejahterakan bangsa.
masyarakat.
organisasi sosial, dan lembaga- lembaga negara diwajibkan untuk
penataran P4. Pancasila, selalin dilakukan secara
Selaian sosialisasi nilai Pancasila formal di lembaga pendidikan sejak
dan menerapkan nilai Pancasila pendidikan dasar sampai perguruan
dalam kehidupan berbangsa, dalam tinggi, nilai itu harus disampaikan
kegiatan penataran juga disampaikan oleh para petinggi negara, tokoh
terhadap Undang- masyarakat, dan generasi muda
pemahaman
Undang Dasar 1945 dan Garis Besar dalam berbagai konteks. Fakta
Haluan Negara (GBHN). menunjukkan
bahwa
faham
materialisme menjauhkan diri pada Namun setelah 20 tahun berjalan, kolektivisme dan belarasa yang
kegiatan tersebut nyaris berhenti pada merupakan ciri kebersamaan bangsa.
era reformasi 1998. Trauma kekuasaan Sifat-sifat demikian pada akhirnya
Orde Baru yang begitu besar, akan menimbulkan sifat egoisme,
menjadi penyebab ketidakpercayaan individualisme, dan hedonisme,
terhadap produk yang dihasilkan, yang lebih menghormati faham
temasuk penataran P4. Produk yang kebendaan daripada sifat rohani
telah dilaksanakan oleh Orde baru bangsa Indonesia.
dinihilkan. Bahkan, lembaga-lembaga yang menyelenggrakan penataran
P4 seperti Badan Penyelenggara menginformasikan
Tulisan ini
ingin
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan kebangsaan
pesoalan
dan Pengamalan Pancasila (BP7) implementasi Nilai-nilai Pancasila
dengan
fokus
berubah fungsi, Depdiknas tidak dalam kehidupan bebangsa dalam
menyelenggran penataran P4 di
penganut-penganut pemuda. Sebagai gantinya, sekarang
agama
dan
kepercayaan yang berbeda-beda Kemendiknas
sehingga terbina kerukunan hidup; Program Pendidikan Karakter.
melaksanakan
(2) saling menghormati kebebasan Namun, kritik terhadap pendidikan
menjalankan ibadah sesuai dengan karakter terus berjalan seperti
agama dan kepercayaan masing- dikemukakan Nursalam Siradjuddin
masing, dan (3) tidak memaksakan (2010). Membangun karakter dari
suatu agama atau kepercayaannya pintu pendidikan harus dilakukan
kepada orang lain, nampaknya secara komprehensif-integral, tidak
masih sebatas retorika. Pelarangan hanya melalui pendidikan formal,
pendirian tempat ibadah, pemaksaan namun juga melalui pendidikan
kehendak seperti menutup usaha di informal dan non formal. Selama
bulan puasa, bahkan memaksakan ini, ada kecenderungan pendidikan
dengan kekerasan formal, informal dan non formal,
kehendak
yang dilaksanakan orang yang berjalan terpisah satu dengan yang
mengatasnamakan agama, tentu lainnya. Akibatnya, pendidikan
dengan niai-nilai karakter seolah menjadi tanggung
bertentangan
Pancasila seperti yang disebutkan di jawab secara parsial.
atas.
B. Pancasila, Nilai Ketuhanan
Oleh karena itu, dalam berbagai kesempatan para pemimpin dan
dan Kemanusiaan
tokoh agama dapat melakukan hal-hal Menyosialisasikan
berikut. Pertama, dalam memberikan Pancasila tidak hanya dilakukan
nilai-nilai
siraman rohani para pendakwah dengan berbicara, namun juga
dan penceramah agama perlu dengan contoh, dengan gaya hidup
menekankan toleransi antarumat manusia Pancasila. Pada aras
beragama, toleransi sebagai bangsa pendidikan, semua guru, dosen,
yang berbhineka, dan merlarang widyaiswara,
berbagai bentuk kekerasan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila,
pelatih,
mampu
menekankan adanya pluralitas dan khususnya nilai Ketuhanan dan nilai
multikulturalisme. Walaupun negara Kemanusiaan. Pertama, pada aras
kita dikenal dunia sebagai negara ketuhanan, manusia Indonesia selalin
berpenduduk muslim terbesar di mencintai Tuhan, juga sanggup
dunia, namun rakyat Indonesia mencintai sesama tanpa memandang
tidak pernah merasa menjadi negara suku, agama, ras, dan golongan.
muslim, tetapi tetap menjunjung Butir sila Ketuhahan Yang Maha
tinggi negara Pancasila. Esa (1) hormat dan menghormati
Kedua, setiap warga negara harus
Para dokter baik secara perorangan dan