Komunikasi Untuk Membangun Relasi Suami – Isteri yang berbahagia

  

Komunikasi Untuk

Komunikasi Untuk

  Membangun Membangun

  Suami Suami

Relasi Relasi

  • – Isteri yang berbahagia
  • – Isteri yang berbahagia

  Kursus Persiapan Perkawinan Kursus Persiapan Perkawinan Perkenalan & Pengantar Komunikasi Untuk Membangun Relasi Suami Isteri Bahagia

  Komunikasi untuk membangun Makna dan Tujuan Perkawinan Kristiani 

  Perkawinan adalah pemenuhan salah satu

panggilan Tuhan: Kejadian 2:24, Matius 19:5,

Markus 10:7-8, Effesus 5:31

   Perkawinan adalah keputusan kita dengan

tujuan membangun keluarga yang penuh cinta

kasih dan berguna bagi sesama. Menurut Yohanes 13:34, 15:12 ‘Saling Mengasihi adalah Perintah, bukan sekedar ajaran atau himbauan.

   Keputusan itu akan kita jalani bersama secara sepadan (lihat Kejadian 2:18) sepanjang hidup

kita, dan tak terceraikan oleh manusia (lihat

Markus 10:9, Matius 19:6b).

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Refeksi – 1 (2 menit) 

  

Tuliskan alasan-alasan atau hal-

hal yang membuat aku memilih calon pasanganku ini dan memutuskan untuk hidup berkeluarga bersamanya?

(tuliskan sebanyak mungkin yang bisa Anda pikirkan) Jawaban Refeksi - 1 

  Ingin mempunyai keturunan / anak 

  Status  saya sudah berumur, malu

  Kasihan kepada calon pasangan (diancam bunuh diri, mau jadi biarawan/biarawati, dsb), orang tua (yang sudah tua dan sakit- sakitan), saudara (yang lebih muda sudah akan menikah, dsb), atau lainnya

   Pelarian  habis putus hubungan dengan pacar sebelumnya; tidak mendapatkan cinta kasih di keluarga / lingkungan

   Diminta oleh orang tua, saudara atau lainnya  dijodohkan

   Cantik, ganteng, atau sexy

   “Kecelakaan” (hamil sebelum menikah)  main-main, korban pemerkosaan

   Kaya (materi), Keluarganya terkemuka / mempunyai kedudukan

   Aku mencintainya Aku mencintainya

  

(Perhatikan ‘halangan-halangan’ dalam buku “Membangun Keluarga Kristiani” – Drs. Gilarso, SJ halaman 26 & 27) Ciri Perkawinan Katolik 

  

Keputusan untuk membangun Keluarga

Kristiani yang diambil, hendaknya memperhatikan bahwa ‘Perkawinan secara Katolik’, adalah: 

  Seumur hidup, tak terceraikan oleh manusia (bdk. Mat. 19:6, Mrk. 10:9)

  

Monogami (Kanon § …. – bdk. 1Kor. 7:2)

   Cinta Kasih (bdk. Eff. 5:22-33 “Kasih Kristus adalah dasar hidup suami-isteri”) Beberapa petunjuk dalam kehidupan berkeluarga 

  Cinta kasih akan membuat perkawinan kita seumur hidup, karena kasih itu ‘tidak berkesudahan’ dan ‘dewasa’ (bdk. 1 Kor. 13: 8-11)

   Jika cinta kasih sudah memudar, perkawinan kita sudah tidak mempunyai arti lagi dan sulit bagi kita untuk dapat bertahan (bdk. 1 Kor. 13: 1 -3)

   Cinta kasih itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan dan diusahakan secara terus-menerus (bdk. 1 Kor. 14: 1)

   ‘Mengasihi satu akan lainnya’ bukan sekedar ajaran atau

himbauan melainkan ‘perintah’ Allah (bdk. Yoh.13:34,

Yoh.15:12, Yoh. 15:9), dan bersifat pro-aktif (juga bdk.

  Nota Pastoral KWI 2003 & 2004 – “mulai dari diri sendiri”)

  ‘Cinta Kasih’ menurut Rasul Paulus (1 Korintus 13:4-7)

   Kasih itu sabar;

   kasih itu murah hati;

   ia tidak cemburu.Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.

  Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.

   Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

  Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

   Ia menutupi segala sesuatu,

   percaya segala sesuatu,

   mengharapkan segala sesuatu,

   sabar menanggung segala sesuatu.

  Sharing – Masa Romance Pasutri (suami)  (isteri) Refeksi – 2 (waktu 3 menit) Coba jelaskan seberapa jauh Anda telah mengenal calon pasangan Anda, dan cita-cita/harapan- harapan Anda akan Keluarga yang akan Anda bina.

  1. Sifat-sifat yang aku senangi / kagumi dari kamu adalah: …………………….

  2. Sifat-sifat yang tidak aku senangi dari kamu adalah: ……………………… 3.

  Apa yang akan ‘aku’ perbuat atas sifat-sifatmu yang tidak aku senangi? 4.

  Kelebihan apa yang ada padamu tetapi tidak ada padaku? 5.

  Aku berangan-angan / memimpikan / mendambakan keluarga yang ……………… Silahkan ditukar dengan Pasangan Anda 

  

Dibaca, di-dialog-kan dan boleh ditanyakan

apabila ada yang kurang jelas. (waktu 2 menit)

  

Sebenarnya, sekarang ini kita baru sedikit

mengenal calon pasangan kita. (bdk. 1 Kor.

  13:12

  Merubah diri ( bukan menghendaki / menuntut / memaksakan orang lain berubah) 

  Kecenderungan kita untuk ingin merubah orang lain (pasangan) 

  Tidak ada seorangpun yang bisa merubah diriku, kecuali aku sendiri 

Cinta kasih harus tetap dipelihara dan diupayakan secara terus menerus dengan

  mengembangkan perubahan pada diri kita sendiri (bdk. 1Kor. 13:13 ~ 14:1)

  Sharing – Masa Kekecewaan Pasutri (suami)  (isteri) Masa kecewa 

  Semua pasangan pasti mengalami masa kecewa atau masa sulit  Ini adalah hal yang wajar dan normal. Kita tidak menikah

dengan seorang malaikat yang tidak pernah berbuat kesalahan

   Kita tidak sendirian; cepat atau lambat, kita semua akan mengalaminya

  

Permasalahan yang kita alami janganlah dianggap yang paling

berat. Banyak pasangan lain yang mengalami masa sulit lebih berat lagi

   Dalam menghadapi masa sulit ini, kita akan bertahan apabila dasar keputusan kita kuat dan berdasarkan Cinta Kasih yang kita upayakan secara terus-menerus

   Percaya bahwa kita pasti bisa menghadapi dan mengatasi segala permasalahan yang kita alami (baca 1Kor. 10:13)

   Dalam kehidupan perkawinan, kita akan sering jatuh dalam relasi kita. Jikalau dasar perkawinan kita kuat dan percaya, niscaya setiap kali kita jatuh, kita akan bangkit kembali

  

Kuncinya adalah kemauan dan keberanian kita untuk bangkit

kembali

  Sharing – Bangkit Kembali Pasutri (suami)  (isteri) Bangkit Kembali 

  

SALING BERTOBAT (atas kesalahan yang

telah diperbuatnya yang sengaja atau tidak

sengaja telah menyakiti hati pasangan) dengan merubah diri (bukan merubah pasangan)

   Terus-menerus SALING MENGAMPUNI pasangan (bdk. Mat. 18:21-22)

   Bersama-sama mengembangkan diri kita

  Masa Masa

  Masa Romance” 

   kegembiraan selama mungkin Dengan mengalami masa

  Setiap kali kita jatuh dalam masa kekecewaan kita harus mau dan kekecewaan kita harus mau dan berani untuk bangkit kembali. Kita berani untuk bangkit kembali. Kita usahakan berada dalam masa usahakan berada dalam masa kekecewaan dalam waktu sependek kekecewaan dalam waktu sependek mungkin dan pada posisi masa mungkin dan pada posisi masa kegembiraan selama mungkin

   kita didunia ini Setiap kali kita jatuh dalam masa

  Kegembiraan” merupakan siklus Kegembiraan” merupakan siklus yang pasti terjadi dalam roda yang pasti terjadi dalam roda kehidupan perkawinan yang tidak kehidupan perkawinan yang tidak bisa berhenti berputar selama hidup bisa berhenti berputar selama hidup kita didunia ini

    “Bangkit Kembali / “Bangkit Kembali /

  Kekecewaan” Kekecewaan”

   “Masa “Masa

  “ Masa Romance”

  Romance Romance

  Siklus Kehidupan Perkawinan

  Kembali Kembali

  Bangkit Bangkit

  Kekecewaan Kekecewaan

  Masa Masa

  Kegembiraan Kegembiraan

  / /

  Dengan mengalami masa kekecewaan dan bangkit kembali, kekecewaan dan bangkit kembali, kita belajar, sehingga kekewaan kita kita belajar, sehingga kekewaan kita makin dangkal dan lebih mudah makin dangkal dan lebih mudah untuk bangkit kembali. Dengan untuk bangkit kembali. Dengan demikian kita membuat lingkaran demikian kita membuat lingkaran siklus menjadi semakin kecil, tetapi siklus menjadi semakin kecil, tetapi tidak akan pernah menjadi titik tidak akan pernah menjadi titik selama hidup kita selama hidup kita Komunikasi

VERBAL NON VERBAL

  INTONASI

  INTONASI PERHATIAN WAJAH TUBUH PERHATIAN WAJAH TUBUH

  ISTILAH HADIAH

  ISTILAH HADIAH METAFOR

  RITUAL METAFOR FREKUENSI ANALOG RITUAL FREKUENSI ANALOG (KIASAN) (KIASAN) Tingkatan Komunikasi Verbal dangkal dangkal

  1. “Hallo, Apa kabar”, “Mau Basa-basi: Kemana?”, “Selamat Pagi” 2.

  Membicarakan orang lain atau (ngerumpi, ngegosip, tsunami, keadaa n n gempa bumi, peledakan bom) 3.

  Menyatakan gagasan dan pendapat (diskusi, rapat, seminar, loka karya) 4.

  Saling berbagi perasaan / dialog (ada yang mengungkapkan perasaan peras aan; ada yang menerima ungkapan aan; perasaan terseb ut) ut) mendalam mendalam Komunikasi Puncak Suami- 

  Tingkat komunikasi suami-isteri sampai pada relasi Isteri

perasaan menjadi dasar untuk komunikasi tingkat

selanjutnya untuk sampai pada puncak komunikasi suami-isteri, yaitu relasi seksual

   Seksualitas janganlah diartikan secara sempit

sebagai persetubuhan saja, melainkan juga dalam

bentuk kemesraan, sentuhan fisik dan keintiman (intimacy) lainnya.

   Selain sebagai media reproduksi (mendapatkan

anak), persetubuhan adalah juga untuk prokreasi

(bukan rekreasi) dalam meningkatkan kedekatan

relasi suami-isteri

   Relasi seksual atau puncak komunikasi suami-isteri menjadi ‘pengikat’ utama dalam perkawinan

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami

  Hal-hal yang perlu diperhatikan 

  Aktifitas ini hendaknya saling membahagiakan (tidak membahagiakan diri sendiri), dan hendaknya selalu peka, peduli dan berfokus terhadap kebutuhan pasangan

   Pada saat terjadi relasi seksual, seluruh jiwa dan raga kita dan pasangan dalam keadaan terbuka yang membuat kita menjadi sangat sensitif.

   Hal-hal kecil yang biasanya tidak menimbulkan masalah bisa menyebabkan terhentinya relasi seksual dan menjadi konflik dan pertengkaran.

  

Hindari hal-hal yang tidak perlu dikomunikasikan pada saat-saat ini, seperti membicarakan orang lain

(orangtua/mertua, anak-anak, dsb.), membandingkan dengan orang lain (celebrities, orangtua/mertua, mantan pacar, dsb.), apalagi membicarakan permasalahan Perselingkuhan 

  Pada intinya, segala bentuk perselingkuhan menyakiti hati pasangan 

  

Perselingkuhan yang melibatkan seksualitas dan

intimacy akan membuat ‘luka’ yang dalam pada pasangan 

  Menghilangkan kepercayaan pasangan 

  Memadamkan cinta kasih 

  Sulit dimaafkan 

  Secara umum hindarilah perselingkuhan dengan berdialog perasaan atas segala permasalahan yang timbul. Janganlah mencari ‘jalan pintas’ pada pihak

ketiga, apalagi sampai melibatkan seksualitas dan

intimacy

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Perasaan, Pikiran dan 

  Perasaan adalah reaksi spontan dalam diri kita mengenai seseorang, sesuatu tempat atau situasi yang kita alami atau tindakan pikirkan

   Reaksi spontan  timbul begitu saja; tidak bisa kita hentikan / cegah  tidak salah; tidak benar (netral)

   Contoh Perasaan: Positif: Gembira, Suka-cita, Senang Negatif: Khawatir, Takut, Sedih, Kecewa, Curiga, Kesal, Bété, Jengkel, dsb.

   Kebutuhan pokok tak terpenuhi, atau berbeda/berlawanan dengan paradigma diri (believe)  Perasaan negatif  Pikiran negatif (yang berkembang  muncul Perasaan dan Pikiran negatif lainnya)  Tindakan negatif

  Kebutuhan tak terpenuhi Kebutuhan tak terpenuhi Perasaan Pikiran Tindakan Perasaan Pikiran Tindakan atau berbeda dengan atau berbeda dengan Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif paradigma diri (believe) paradigma diri (believe)

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Komunikasi Perasaan (dari hati 

  Kunci kebahagiaan suami-isteri adalah relasi yang baik kehati)

   Kunci relasi yang baik adalah komunikasi yang baik

  

Komunikasi yang baik adalah komunikasi sampai tingkat perasaan

jujur dan terbuka

  (dari hati ke hati) yang jujur dan terbuka

  

Saya baru mengenal pasangan kalau mengenal isi hatinya. Kalau

kita dapat saling mengungkapkan apa yang bergolak didalam sanubari kita, baru kita dapat belajar saling mengenal dan menerima perasaannya

   Perasaan yang terpendam adalah penyebab banyak kesulitan.

  

Semua perselisihan, pertengkaran berasal dari hati yang terluka,

karena merasa tidak dicintai atau tidak dihargai. Selama kita tidak

bisa membagikan perasaan kita yang terdalam, kita tak mungkin

saling mengenal dan perasaan yang terpendam meracuni relasi kita

   Komunikasi adalah kunci untuk memecahkan perselisihan.

  Komunikasi adalah satu-satunya cara untuk terus berkembang bersama, untuk membangun relasi yang akrab dan dewasa

  Kebiasaan kita dalam berkomunikasi

BAGAIMANA SIH ?

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Isteri Bahagia Tim Ilustrasi – Kebiasaan kita 

  Seorang Suami mengeluh: 

  Setiap kali saya pulang rumah, Isteri saya selalu

mengomel. Omelannya tidak pernah berhenti:

  Keuangan tidak mencukupi

  Anak-anak malas dan nakal

  Saya dikatakan tidak pernah membantu; tidak pernah memperhatikan keluarga; tidak pernah mendukung, dsb.

  

Saudara dari pihak saya selalu merongrong

   Pembantu mau keluar, dan macam-macam lah

   Rasanya ingin pergi saja dari rumah, atau tidak usah pulang saja

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Kita perhatikan komunikasi Setiap kali selalu

  Setiap kali saya pulang rumah, Isteri saya selalu yang terjadi tidak pernah berhenti: mengomel. Omelannya tidak pernah

  Keuangan tidak mencukupi

  Anak-anak malas dan nakaltidak pernah tidak

  

Saya dikatakan tidak pernah membantu; tidak

pernah tidak pernah

pernah memperhatikan keluarga; tidak pernah

mendukung, dsb.

   selalu merongrong

  Saudara dari pihak saya selalu

  

Pembantu mau keluar, dan macam-macam, lah

Rasanya ingin pergi saja dari rumah, atau tidak usah pulang saja

  Kata-kata memojokkan bela diri Kata-kata tersebut “memojokkan ”, “bela diri (memasang benteng) pantangan dalam

  (memasang benteng) ”  pantangan komunikasi kita terutama dengan orang yang dekat dengan kita

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Kita perhatikan komunikasi yang terjadi Setiap kali saya pulang rumah, Isteri saya selalu

  Isteri saya selalu mengomel mengomel . Omelannya tidak pernah berhenti:

   Keuangan tidak mencukupi

   Anak-anak malas dan nakal

  

Saya dikatakan tidak pernah membantu; tidak

pernah memperhatikan keluarga; tidak pernah mendukung, dsb.

   Saudara dari pihak saya selalu merongrong

   Pembantu mau keluar, dan macam-macam lah

  Rasanya ingin pergi saja dari rumah, atau tidak usah pulang saja

Ungkapan Ungkapan

  yang “menuduh menuduh

  ”, “menuding menuding ”,

  “menghakimi menghakimi

  ” atau “You Message You Message ”  Orang sudah tahu kelemahan atau kesalahan yang diperbuatnya tanpa perlu ditunjuk-tunjukkan terus-menerus Kita perhatikan komunikasi yang terjadi Setiap kali saya pulang rumah, Isteri saya selalu mengomel. Omelannya tidak pernah berhenti:

   Keuangan tidak mencukupi

  Keuangan tidak mencukupi

  Anak-anak malas dan nakal Anak-anak malas dan nakal

   Saya dikatakan tidak pernah membantu; tidak

  Saya dikatakan tidak pernah membantu; tidak pernah memperhatikan keluarga; tidak pernah pernah memperhatikan keluarga; tidak pernah mendukung, dsb. mendukung, dsb.

  

Saudara dari pihak saya selalu merongrong

  

Saudara dari pihak saya selalu merongrong

  Pembantu mau keluar, dan macam-macam lah Pembantu mau keluar, dan macam-macam lah

  Rasanya ingin pergi saja dari rumah, atau tidak usah pulang saja

Ungkapan Ungkapan

  yang membebani membebani (memasang ‘kuk’) Kita perhatikan komunikasi Setiap kali saya pulang rumah, Isteri saya selalu yang terjadi mengomel. Omelannya tidak pernah berhenti:

  Keuangan tidak mencukupi

  Anak-anak malas dan nakal Anak-anak malas dan nakal

   Saya dikatakan tidak pernah membantu; tidak

  Saya dikatakan tidak pernah membantu; tidak pernah memperhatikan keluarga; tidak pernah pernah memperhatikan keluarga; tidak pernah mendukung, dsb. mendukung, dsb.

   Saudara dari pihak saya selalu merongrong

   Pembantu mau keluar, dan macam-macam lah

  Rasanya ingin pergi saja dari rumah, atau tidak usah pulang saja

  Ungkapan label persepsi

Ungkapan pemberian label atau persepsi

  membentuk perilaku seperti label yang diberikan

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Kita perhatikan komunikasi yang terjadi Setiap kali saya pulang rumah, Isteri saya selalu mengomel. Omelannya tidak pernah berhenti:

   Keuangan tidak mencukupi

   Anak-anak malas dan nakal

   Saya dikatakan tidak pernah membantu; tidak pernah memperhatikan keluarga; tidak pernah mendukung, dsb.

   Saudara dari pihak saya selalu merongrong

   Pembantu mau keluar, dan macam-macam lah

  

Rasanya ingin pergi saja dari rumah, atau tidak usah

Rasanya ingin pergi saja dari rumah, atau tidak usah

pulang saja pulang saja

Ungkapan Ungkapan

  yang “tidak menyelesaikan masalah” “tidak menyelesaikan masalah” /

  “menyerah” “menyerah” / “melarikan diri”

  “melarikan diri” Dari ilustrasi kecil tadi kita lihat bahwa banyak sekali yang bisa dipelajari untuk

  Marilah kita “Belajar Komunikasi yang Efektif dan Empatis” berkomunikasi

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Isteri Bahagia Tim Terjadinya Komunikasi 

  

Komunikasi baru terjadi apabila satu orang

sebagai PEMBICARA, dan satu atau beberapa orang sebagai PENDENGAR

   Komunikasi tidak terjadi apabila ada lebih dari satu atau semuanya adalah PEMBICARA

   Menjadi PENDENGAR yang baik, tidaklah mudah (apabila perlu gunakan alat pembantu seperti menggigit pinsil, dsb)

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami

  

Mendengarkan dengan Empati Kunci komunikasi yang baik dan mendekatkan relasi Mendengar dan  Mendengarkan

  Mendengar (to hear)

  

Pasif. Misalkan: mendengar musik, mendengar kicau

burung, mendengar bunyi ledakan, mendengar teriakan orang

   Mendengarkan (to listen)

  Aktif, penuh perhatian. Misalkan: Mendengarkan berita /

musik (bedakan dengan ‘mendengar’ berita / musik),

mendengarkan curhat pasangan atau anak

   Mendengarkan dengan Empati (Empathic Listening)

  

Ikut merasakan dan menghayati si Pembicara, seolah- olah kita ikut mengalami apa yang diutarakan si Pembicara Hambatan Mendengarkan 

  Kecenderungan kita yang lebih ingin ‘didengarkan’ daripada ‘mendengarkan’ 

  Mayoritas orang mendahulukan ego dan kepentingan dirinya sendiri dibandingkan kepentingan orang lain

   Kecenderungan kita berpikir lebih jauh kedepan sebelum Pembicara selesai berbicara

   Kecenderungan Pendengar yang sibuk dengan pemikiran (mind set) sendiri

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami

  

Bagaimana menjadi pendengar yang

baik? 

  Beri perhatian Pandanglah Pembicara (eye contact) tanpa perasaan curiga Coba belajar menyingkirkan apa yang melintas di benak kita – terutama yang menyangkut diri kita

   Hargai sudut pandangnya

  Fokuskan pada dirinya, misal “Lalu bagaimana menurut kamu, apa yang sebaiknya kita lakukan?”

   Kisahkan kembali dan tanyakan yang kurang kita pahami

  Ulangi secara ringkas apa yang dia ceritakan, misal “Jadi maksud kamu adalah …..”  ini menyatakan bahwa kita mengikuti dan memahami semua yang diceritakannya Tanyakan apabila kita ada yang kurang mengerti

   Jangan potong ceritanya

  

Coba singkirkan keinginan kita untuk menanggapi dan memberikan

solusi atau nasehat, bila tidak diminta Hindari keinginan kita untuk menjadi PEMBICARA 

  Perhatian non-stop

Sesudah Pembicara bercerita jangan terus melupakan begitu saja;

tanyakan bagaimana perkembangannya (follow up)

Mewaspadai Masalah dan Solusinya

  Dalam setiap relasi suami-isteri adalah wajar bila terjadi konflik. Ada dua pandangan tentang konflik. Secara tradisional konflik dihindari, namun saat ini pandangan tentang konflik berubah. Pandangan modern tentang konflik

bersifat fungsional atau berguna, sehingga dapat dikelola untuk tujuan yang baik. Dalam hal ini kualitas komunikasi yang buruk menjadi gejala sebuah masalah dan komunikasi yang baik dapat menjadi awal solusi. Konflik dan perselisihan hendaknya diselesaikan sesegera mungkin. Janganlah matahari terbenam sebelum perselisihan didamaikan (Ef. 4:26) Gejala relasi suami-isteri yang kurang baik 

  Komunikasi tidak bebas 

  Jarang timbul kesepakatan 

  Tidak bersedia berbagi informasi 

  Persaingan tidak sehat 

  Kebersamaan tidak efektif 

  Tidak mempercayai pasangan

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Mengantisipasi

Komunikasi yang kurang

baik

  Dengan selalu mengingat keputusan dan komitmen yang kita buat sekarang, yaitu ‘perkawinan seumur hidup’ yang berdasarkan cinta kasih Waspada Persepsi 

  

Lihat Keunikan; Jangan Membandingkan

Lihat Menyeluruh; Jangan Sebagian

   Lihat Keunggulan; Bukan Kekurangan

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Waspada Emosi 

Waspadai kondisi pribadi sesaat

  

Hindari evaluasi dan pengambilan keputusan jika sedang dilanda gejolak emosi

  

Hindari rasa SUPERIOR

   ‘Memuji’ (yang sering kita lupakan) membuahkan kegembiraan dan membangkitkan semangat bagi yang dipuji

  Waspada Perilaku 

Jangan mengumpat / mencemooh / mengejek

  

Jangan menyakiti

  

Jangan menelantarkan / membiarkan hal

negatif terjadi

  

Beri perhatian cukup

  

Sempatkan waktu untuk berkomunikasi

(dari hati ke hati)

  Bagaimana memperkokoh perkawinan Anda dengan komunikasi yang baik?

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Keluarga ….

   Sudah lengkap meskipun belum / tidak dikaruniai anak.

  

Ada waktu-waktu dimana anggota keluarga

bersama-sama.

   Keterlibatan semua anggota keluarga dalam segala hal (keuangan, dalam suka dan duka)

  Tanya – Jawab

Komunikasi untuk membangun Relasi Suami - Isteri

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Isteri Bahagia Tim Doa Penutup – Puji Syukur 221:

Jadikanlah Aku Pembawa Damai

  Bersama-sama Wanita

Pria

  Komunikasi untuk membangun Relasi Suami Isteri Bahagia Tim Jadikanlah Aku Pembawa Damai  Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. 

  Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cintakasih 

  Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan 

  

Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan

  

Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian

  Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran 

  Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan 

  Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan 

  Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang Jadikanlah Aku Pembawa Damai  Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. 

  Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cintakasih 

  Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan 

  Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan 

  Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian 

  Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran 

  Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan 

  Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan 

  Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang Jadikanlah Aku Pembawa Damai 

  Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai

   Sebab dengan memberi aku menerima, dengan mengampuni aku diampuni, dengan mati suci aku bangkit kembali untuk hidup selama-lamanya. Amin.

   Demi nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin

  Semoga berbahagia menempuh hidup baru dalam Keluarga Kristiani

  Kursus Persiapan Perkawinan “Komunikasi untuk membangun Relasi Suami – Isteri yang berbahagia”