Laporan Asuhan Keperawatan Agregat Peker

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM KLINIK IV
INTERVENSI KESEHATAN ERGONOMIK DALAM BEKERJA
KARYAWAN PANDAWA24JAM DIGITAL PRINTING
DEPOK, JAWA BARAT

Kelas A1 Kelompok 1
Anissa Maharani
Cut Annisa Meidina
Fadhilah Rahmah
Fannya Ayu Permatasari
Faradita Haryuningtyas
Merry Natalia S
Nurul Jannah
Rosdiana Lukitasari
Tifanne Winesa

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
anugrah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul
“Laporan Kegiatan Praktikum Klinik IV Intervensi Kesehatan Ergonomik Dalam
Bekerja Karyawan Pandawa24jam Digital Printing, Depok, Jawa Barat 2017”. Adapun
dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak menemukan hambatan dan kesulitan, namun
berkat motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya kelompok dapat menyelesaikan
makalah ini dengan cukup baik. Pada kesempatan ini, kelompok ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. CV. Pandawa24Jam Digital Printing, Depok, Jawa Barat
2. Bapak Suki Hananto selaku Koordinator Mata Ajar
3. Ibu Poppy Fitriyani selaku Fasilitator
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka apabila ada kritikan
dan saran yang membangun sangat kelompok harapkan dari semua pihak. Akhirnya dengan
segala keterbatasan, kelompok mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
Kelompok A1.1

DAFTAR ISI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan industri yang semakin pesat akan berpengaruh terhadap bahan, alat, dan
proses produksi, terutama produktivitas kerja yang merupakan tujuan utama dari suatu
bidang usaha atau perusahaan. Hal ini juga harus didukung dengan peningkatan cara kerja
yang baik, aman, nyaman, dan selamat. Setiap jenis kegiatan yang dilakukan oleh
manusia selalu terdapat kemungkinan terjadinya risiko serta bahaya kecelakaan,
kesehatan, mau pun penyakit akibat kerja.
Berdasarkan profil masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa
sekitar 40,5% karyawan mengalami gangguan kesehatan yang berhubungan dengan
pekerjaannya. Gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan
terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya berupa penyakit
musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (6%), gangguan pernapasan
(3%), dan gangguan THT (1,5%) (Hendra, 2010). OSHA (2000) menyatakan bahwa nyeri
punggung bagian bawah akibat pekerjaan merupakan salah satu keluhan sistem
muskuloskeletal yang merupakan masalah yang paling penting bagi pekerja. Masalah ini
cenderung meningkat sehingga tingkat absensi yang tinggi, kehilangan pendapatan, biaya
pengobatan yang meningkat dan akhirnya ketidakmampuan untuk bekerja.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 48 tahun 2016 tentang Standar

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran, tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lainnya yang
berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Ergonomi merupakan salah
satu ilmu terapan dalam mencapai keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut Pusat
Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan Kerja RI, ergonomi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Tujuan utama
dari penerapan ergonomi adalah menurunkan angka cedera dan kesakitan dalam
melakukan pekerjaan (Genaidy, 2006). Menurut McKeown (2008), ruang lingkup
ergonomi sangat luas aspeknya, meliputi teknik, fisik, pengalaman, anatomi kekuatan,
gerakan otot dan persendian, anthtropometri, desain dan tata letak ruangan kerja.
Pentingnya pemahaman ergonomi bagi para pekerja sangat penting dalam meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental pekerja melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, serta mengupayakan promosi dan
kepuasan kerja (Tarwaka, et. al., 2011).

1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1

Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan


konsep dan teori keperawatan komunitas

dalam

memberikan asuhan keperawatan komunitas secara komprehensif pada agregat
pekerja.
1.2.2

Tujuan Khusus
1. Melakukan pengambilan data pengkajian pada agregat pekerja
2. Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada pekerja di Pandawa24Jam
Digital Printing
3. Melakukan analisis data hasil pengkajian pada pekerja di Pandawa24Jam Digital
Printing
4. Menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian pada pekerja di
Pandawa24Jam Digital Printing
5. Menentukan prioritas masalah kesehatan yang ditemukan pada pekerja di
Pandawa24Jam Digital Printing
6. Menginformasikan perencanaan asuhan keperawatan komunitas yang akan

diberikan pada pekerja di Pandawa24Jam Digital Printing
7. Menginformasikan pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada pekerja di
Pandawa24Jam Digital Printing

1.3 MANFAAT PENULISAN
1.3.1

Pandawa24Jam Digital Printing
Memperoleh gambaran kondisi kesehatan para pekerja berdasarkan data yang diambi,
serta dapat memperbaiki sistem pelayanan kesehatan yang tersedia untuk
memperbaiki masalah yang ada dan juga

meningkatkan status kesehatan para

pekerjanya.
1.3.2

Pekerja
Mendapatkan informasi mengenai status kesehatan yang dirasakan saat ini, serta
memperoleh pengetahuan baru terkait ergonomi dan cara mengatasi kelelahan yang

muncul saat bekerja.

1.3.3

Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman belajar secara langsung pada agregat pekerja sehingga
mampu mengidentifikasi masalah yang ada guna memberikan asuhan keperawatan

berdasarkan teori yang sudah dipelajari sebelumnya pada mata ajar Keperawatan
Kesehatan Masalah Perkotaan (KKMP).
1.4 METODE PENULISAN
Penulis menggunakan metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah.
Referensi didapatkan dari buku bacaan wajib, jurnal, dan artikel web.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan isi makalah terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I berisi pendahuluan, Bab II berisi
tinjauan pustaka, Bab III berisis hasil pengkajian dan analisis masalah, rencana asuhan
keperawatan dan implementasi, dan Bab IV berisi kesimpulan dan saran. Pada Bab I
mengandung latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan. Pada Bab II mengandung isi materi tentang ergonomi pekerja.
Pada Bab III mengandung hasil pengkajian, analisa masalah, diagnosa yang diangkat,

rencana asuhan keperawatan dan implementasi yang dilakukan. Terakir
mengandung kesimpulan dan saran.

Bab IV

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI PEKERJA
2.2 MASALAH KESEHATAN PEKERJA
2.2.1

Low Back Pain (LBP)

2.2.2
2.3 ERGONOMI DALAM APLIKASI KERJA
2.3.1

Definisi Ergonomi
Kata ‘ergonomik’ berasal dari bahasa Yunani ‘ergon’ yang berarti kerja dan ‘nomos’

yang berarti aturan yaitu hukum atau aturan yang berkaitan dengan kerja (Bridger,
2013). Menurut Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan Kerja RI, ergonomi
merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, engineering,
manajemen dan desain (International Ergonomic Association, 2010). Berdasarkan
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi merupakan penerapan
multidisiplin ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan pekerjaan,
lingkungan kerja, serta alat kerja dimana manusia sebagai fokus utama agar tercipta
kesesuaian sehingga tercapainya produktivitas dan efisiensi yang optimal.

2.3.2

Tujuan Ergonomi
Tarwaka, et. al. (2011) menjelaskan secara rinci beberapa tujuan yang ingin dicapai
dari penerapan ergonomi di tempat kerja, yaitu:
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental
serta mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,

mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan
jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif mau pun setelah tidak
produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Menurut Kurniawidjaja (2010), terdapat beberapa manfaat dari penerapan ergonomi,
diantaranya yaitu ergonomi dapat berperan dalam desain pekerjaan pada suatu
organisasi, seperti penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal shift kerja, dan
peningkatan variasi pekerjaan. Selain itu, ergonomi juga dapat berperan terhadap
faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Manfaat penerapan ergonomi lainnya yaitu
untuk desain dan evaluasi produk, dimana produk-produk tersebut dengan mudah
dapat diterapkan pada sejumlah masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan terjadinya
bahaya atau risiko dalam penggunaannya. Selain itu, ergonomi juga berperan dalam
menciptakan kenyamanan kerja dan menghindari timbulnya kelelahan kerja.
2.3.3

Ruang Lingkup Ergonomi
Ergonomi merupakan perpaduan dari berbagai macam disiplin ilmu sehingga dapat

diterapkan dalam berbagai sektor. Ruang lingkup ergonomi menurut Bridger (2013)
terbagi menjadi:
a. Ergonomi fisik, yang berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri,
karakteristik fisiologi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktivitas
fisik.
b. Ergonomi kognitif, yang berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk
persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap
pemakaian elemen sistem.
c. Ergonomi organisasi, yang berkaitan dengan optimasi sistem sosioelektrik,
termasuk struktur organisasi, kebijakan dan proses.
d. Ergonomi lingkungan, yang berkaitan dengan pencahayaan, temperatur,
kebisingan, dan getaran.

2.3.4

Ergonomi Pekerja
Ergonomi pekerja merupakan cabang ilmu ergonomi yang khusus berkaitan
dengan lingkungan pekerja. Menurut Khoiriah (2013), ergonomi pekerja adalah suatu
pendekatan ergonomi yang penerapannya bertujuan untuk memperkecil terjadinya
cedera yang dialami oleh para pekerja. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam

penerapan prinsip ergonomi terhadap aspek-aspek yang ada di lingkungan kerja yaitu

postur kerja. Pekerja dalam melakukan pekerjaannya yang berkaitan dengan dokumen
atau desain selama kurang lebih 3-9 jam per hari dengan menggunakan peralatan kerja
seperti komputer, meja, kursi, keyboard dan mouse (Hendra, 2010). Selain di depan
komputer, pekerja pada rumah produksi juga terkadang mengangkat beban barang
produksi yang cukup berat setiap harinya. Oleh karena itu, sangatlah penting
penerapan aspek ergonomi, agar pekerja terhindar dari cedera, keluhan kesehatan dan
untuk meningkatkan produktivitas kerja.
2.3.5

Posisi Duduk Ideal di Depan Komputer
Saat duduk, tidak sembarang posisi dapat dilakukan. Kesalahan dalam posisi
duduk dapat menyebabkan pegal-pegal bahkan hingga timbul cedera. Menurut
Worksafe Travail Securitaire, (2010), posisi duduk yang ideal adalah sebagai berikut:
 Kepala tegak dan di atas bahu
 Mata tampak sedikit ke bawah (30˚ berkisar dari garis pandang horizontal)
tanpa membungkuk dari leher
 Jarak pandang 35-40 cm
 Punggung tegak harus disanggah oleh sandaran kursi yang dapat menopang
sampai bagian punggung bawah
 Siku membentuk sudut 90˚, lengan horizontal, bahu harus rileks
 Posisi tangan datar atau sejajar dengan keyboard
 Paha horisontal membentuk sudut 90˚-110˚ sudut di pinggul
 Kaki sepenuhnya menapak dan rata di lantai. Jika ini tidak mungkin, maka
seharusnya kaki dapat diletakkan dipijakan kaki.

Gambar 1. Posisi Duduk Ideal Bekerja dengan Komputer

Posisi duduk yang idela didukung pula oleh kursi yang nayaman digunakan. Standar kursi
yang tepat digunakan menurut Worksafe Travail Securitaire, (2010) adalah:
 Memiliki tinggi yang sesuai dengan tinggi badan
 Memiliki sandaran sehingga punggung lebih rileks
 Terdapat pengatur kursi
 Tidak terlalu sempit, pas dengan ukuran tubuh
 Terdapat penyangga tangan

Gambar 2. Posisi Duduk Ideal pada Kursi Kerja
2.3.6

Posisi Menggunakan Keyboard dan Mouse
Menggunakan keyboard adalah suatu kebutuhan yang tidak tepisahkan saat sedang
bekerja pada perangkat komputer ataupun laptop. Kesalahan posisi saat
menggunakannya juga dapat menyebabkan beberapa penyakit dan cedera
muskuloskeletal. Oleh karena itu, berikut adalah posisi menggunakan keyboard yang
tepat berdasarkan Worksafe Travail Securitaire, (2010):
 Keyboard harus dalam posisi datar
 Keyboard sejajar dengan lengan bawah
 Posisi keyboard sesuai dengan meja kerja. Umumnya keyboard berada pada
permukaan yang lebih rendah
Selain keyboard, mouse juga menjadi perangkat yang senantiasa membersamai saat
bekerja menggunakan komputer. Berikut adalah cara memegang mouse yang tepat
menurut Worksafe Travail Securitaire, (2010):
 Letakkan mouse berdekatan dengan keyboard

 Merubah posisi tangan atau alat untu membantu mengontrol kejadian cedera
berulang
 Istirahatkan tangan bila sedang berpikir sebelum melanjutkan tugas pekerjaan,
ketika membaca dari layar monitor, atau saat sedang menunggu unduhan
berkas
 Regangkan otot-otot tangan dan jari atau pijat agar terhindar dari gejala cedera

Gambar 3. Posisi Menggunakan Keyboard dan Mouse
2.3.7

Posisi Lifting yang Tepat
Mengangkat benda menjadi salah satu hal yang tidak dapat dihindari oleh pekerja.
Mengangkat benda mungkin menjadi suatu hal yang sepele, tetapi jika pekerja
mengangkat barang dengan tidak hati-hati dapat menyebabkan cedera pada otot-otot
atau lebih parah lagi, seperti sakit berkepanjangan di bagian punggung dan tungkai
atas. Posisi yang tepat sangat dibutuhkan saat mengangkat benda untuk menghindari

cedera. Posisi yang tepat saat mengangkat benda, dapat dilakukan dengan: (Iowa State
University, 2017)
1. Usahakan benda bedara dekat dengan tubuh.
2. Posisi tubuh berlutut (kaki dominan atau terkuat digunakan sebagai tumpuan).
3. Posisikan tubuh tetap tegak.
4. Tidak memutar atau membungkuk kesamping.
5. Menghindari gerakan yang cepat dan tersentak.
6. Meminta bantuan jika beban terlalu berat atau besar.

Gambar 4. Posisi Mengangkat Barang yang Benar
2.3.8

Beban Maksimal (ILO)
Selain posisi mengangkan benda yang tepat, berat benda juga mempengaruhi ada
atau tidaknya risiko cedera saat mengangkat benda. Dalam poin keenam pada
langkah-langkah posisi mengangkat benda dengan tepat dikatakan “meminta bantuan
jika beban terlalu berat atau besar”. Secara umum terdapat berat maksimum benda
yang dapat diangkat oleh satu orang, dan berat tersebut berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Beban yang diangkat harus mengikuti aturan ILO, yaitu: (Departemen
Kesehatan RI, 2009)
 Laki-laki dewasa, berat benda yang diangkat tidak lebih dari 40 kg.
 Wanita dewasa, berat benda yang diangkat tidak lebih dari 15 – 20 kg.

 Laki-laki (usia 16 – 18 tahun), berat benda yang diangkat tidak lebih dari
15 – 20 kg.
 Wanita (usia 16 – 18 tahun), berat benda yang diangkat tidak lebih dari 12
– 15 kg.
Jika pekerja mengangkat benda dengan menggunakan bahu, berat benda yang dapat
diangkat tidak boleh lebih dari 10 kg untuk laki-laki dan 7 kg untuk wanita.
Sedangkan, berat maksimum benda yang diangkat dan membutuhkan untuk dijauhkan
dari tubuh tidak boleh lebih dari 5 kg untuk laki-laki dan 3 kg untuk wanita. (Hunt,
2017)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 IMPLEMENTASI – EVALUASI
Implementasi
1. Jelaskan mengenai mengenai

Evaluasi
S:

pentingnya keselamatan dan

-

Pekerja
mengatakan
memahami
pentingnya keselamatan dan kesehatan
kerja

-

Pekerja terlihat sangat fokus selama
penjelasan
Tidak ada pekerja yang memalingkan
pandangan dari layer power point selama
15 menit pertama penjelasan
Terdapat satu dari dua belas peserta yang
meninggalkan ruangan setelah 30 menit
penjelasan dilakukan

kesehatan kerja.
O:

-

-

A:
-

Masalah terkait defisiensi kesehatan
komunitas sudah teratasi sebagian

-

Perlunya penjelasan mengenai cara
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja

P:

2. Jelaskan mengenai ergonomi

S:

komputer yang baik, meliputi

-

Pekerja mengatakan bahwa selama ini
beberapa posisi mereka yang salah adalah
mengangkat beban berat di punggung,
mata tidak lebih tinggi dari computer, dan
mengangkat barang dengan posisi yang
slaah

-

Pekerja dapat memperagakan ergonomic
yang benar ketika sedang diberi
penjelaskan

-

Masalah terkait defisiensi kesehatan
komunitas sudah teratasi sebagian

-

Perlunya peragaan ergonomi pada posisi
atau jobdesk masing-masing bekerja.
Misalnya orang gudang memperagakan
cara mengangkat barang dengan benar.

posisi ideal duduk (di komputer),
jarak mata antar computer dan
posisi tangan memegang
keyboard dan mouse
3. Jelaskan mengenai ergonomi

O:

angkat barang, posisi ideal
mengangkat beban dan beban
maksimal yang diangkat
A:

P:

1. Jelaskan terkait pentingnya

S:

kebutuhan APD (sarung

-

tangan, masker)
-

Pekerja menanyakan APD pada sinar
radiasi mesin fotocopy dan APD pada bau
menyengat pada banner yang baru di cetak
Pekerja mengatakan sudah mengerti APD
yang tepat pada setiap pekerjaan yang
dilakukan

O:
-

Pekerja terlihat sangat fokus dan antusias
selama sesi tanya jawab mengenai APD

-

Masalah terkait defisiensi kesehatan
komunitas sudah teratasi sebagian

-

Perlunya advokasi pengadaan APD pada
pihak supervisor agar pelaksanaan
penggunaan APD dapat terlaksana

A:

P:

3.2 HAMBATAN
3.2.1

Pada saat Pengkajian
-

Jumlah karyawan yang hadir pada saat pengkajian ada 10 orang.
Jumlah karyawan yang dikaji sesuai dengan janji awal dari
kesanggupan perusahaan untuk menyediakan 10 pekerja.

-

Ada satu pertanyaan yang tertulis di angket dan kuesioner masih
menggunakan bahasa yang cukup sulit untuk dipahami oleh beberapa
karyawan, yaitu kata “APD”. Ternyata kata APD masih belum menjadi
kata yang umum, sehingga karyawan bertanya kepada mahasiswa.

-

Pengkajian dimulai sekitar jam 14.20, hal tersebut disebabkan karena
kamiharus menunggu pergantian shift siang para pekerja. Belum lagi
mereka butuh istirahat sejenak karena lelah bekerja.

3.2.2

Pada saat Intervensi
-

Tidak banyak hambatan teknis yang berarti saat kegiatan intervensi.
Namun seperti hari saat pengkajian, kami sudah siap terlebih dahulu,
karyawan masih harus di telfon oleh karyawan lainnya untuk segera
hadir.

Walau

demikian,

sepuluh

karyawan

dapat

menghadiri

penyuluhan kami.
-

Perbedaan usia membuat pemateri sedikit bingung bagaimana
berinteraksi dengan karyawan. Sehingga ada yang menyebut kakakkakak, ada juga yang menyebut “mas” dan “mbak”.

-

Hambatan yang lainnya adalah mengenai pertanyaan-pertanyaan yang
banyak diluar dugaan dari karyawan. Namun kelompok dapat
meluruskan dengan pengetahuan yang ada dan sudah diketahui
sebelumnya.

BAB IV
PENUTUPAN
4.1 KESIMPULAN
Pekerja merupakan salah satu agregat di dalam keperawatan komunitas yang
sangat perlu diberikan perhatian akan masalah kesehatan yang dapat terjadi di
lingkungan kerja maupun masalah kesehatan pada diri pekerja. Masalah-masalah
kesehatan dapat terjadi lebih sering karena tidak diterapkannya prinsip-prinsip
ergonomi di lingkungan bekerja serta pihak perusahaan yang masih belum
menyediakan fasilitas seperti kursi, bangku, dan APD yang memadai untuk
karyawannya. Selain itu, masih banyak perusahaan yang belum memberikan
pelatihan ergonomi kepada karyawannya.
Perawat sebagai tenaga kesehatan juga bertanggung jawab untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada pekerja untuk meminimalisasi faktor risiko yang terjadi
akibat tidak diterapkannya prinsip-prinsip ergonomi dalam bekerja. Asuhan
keperawatan yang diberikan dapat berupa pemberian edukasi mengenai posisiposisi ergonomi, pelatihan, serta diskusi kepada pegawai. Selain memberikan
edukasi, perawat juga dapat menjadi pihak yang mendidik serta melobi pimpinan
perusahaan dalam pembuatan kebijakan terkait dengan kesehatan dan keselamatan
kerja di perusahaannya. Dengan demikian, adanya sinergisasi antara perusahaan dan
pekerja akan meningkatkan kesejahteraan perusahaan dan juga pegawai.
4.2 SARAN
Penulis berharap materi-materi yang telah disusun di dalam tulisan ini dapat
bermanfaat untuk pembaca serta dapat dikembangkan untuk ilmu pengetahuan
dalam keperawatan komunitas khususnya pada agregat pekerja. Selain untuk
pembaca, penulis juga berharap dapat mengimplementasikan dan menerapkan ilmu
ini dalam keseharian agar menjadi perawat profesional bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bridger, R.S. (2013). Introduction to ergonomics, 2nd edition. NY, USA: Taylor & Francis
Group.
Genaidy, A. (2006). Human adaption in the workplace: the occupational ergonomic
handbook. New York: Taylor & Francis Inc.
Hendra, O. (2010). Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada aktivitas manual
handling pekerja jasa pengiriman barang. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Khoiriah, H. (2013). Studi faktor risiko ergonomi dan keluhan subjektif work-related
musculoskeletal disorders (WMSDs) pada pekerja yang menggunakan computer di
PT. Relife Properti tahun 2013. [skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Kurniawidjaja, L.M. (2010). Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta, UI Press.
McKeown, C. (2008). Office ergonomics: practical applications. Boca Raton: CRC Press.
Occupational Safety and Health Administration (OSHA). (2000). Ergonomics: the study of
work. USA: Department of Labor.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 48 tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perkantoran.
Tarwaka, et.al. (2011). Ergonomi untuk keselamatan kerja dan produktivitas. Surakarta:
UNIBA Press.
Worksafe Travail Securitaire. (2010, January). Office ergonomics: Guidelines for preventing
musculoskeletal injuries. pg. 5-8.
Hunt, S. (2017). A Guide to Manual Handling and Lifting Techniques. Diakses dari
http://www.workplacesafetyadvice.co.uk/guide-manual-handling-liftingtechniques.html
Iowa

State

University.

(2017).

Ergonomics

[.pdf].

Diakses

dari

http://www.ehs.iastate.edu/publications/ebooks/Ergonomics.pdf
Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. (2009). Ergonomi [.pdf]. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.pdf