paper untuk bahan uts fotografi (1)
Segitiga Exposure Shutter Speed, Aperture dan Iso. Istilah fotografi Exposure bisa diartikan sebagai kemampuan kamera mengumpulkan cahaya yang masuk. Ada tiga hal
yang penting untuk mengatur exposure di kamera yaitu Shutter speed, Aperture danIso. Hubungan ketiganya biasa disebut dengan segitiga exposure.
Kamera pada dasarnya adalah sebuah alat yang berguna untuk menangkap cahaya melalui sensor kamera. Cahaya yang masuk akhirnya diterjemahkan oleh sensor menjadi
sebuah gambar. Sederhana saja, jika cahaya sedikit, gambar akan gelap atau disebut dengan (underexposed/UE). Dan jika cahaya yang ketangkap sensor kamera banyak, gambar
akan menjadi terlalu terang (overexposed/OE).
Ok mari kita mencoba untuk berandai-andai, jika exposure diibaratkan sebagai sebuah gelas, dan cahaya adalah air yang akan dituangkan ke gelas. Maka exposure yang tepat
adalah saat gelas terisi air hingga tepat di bibir gelas. Jika isi air tidak mencapai bibir gelas, maka gambar underexposed/UE, dan saat air tumpah karena kepenuhan maka
gambar overexposed/OE. Sederhana kan ? motret itu menyenangkan kok :).
Cara Mengatur Exposure
Kamera era saat ini sudah memiliki kemampuan melihat gambar dan menghitung exposure yang canggih. Bahkan tentang kombinasi shutter speed, aperture dan ISO saat
menangkap suatu cahaya. Kamera digital DSLR ataupun kamera saku saat ini sudah memiliki fitur pilihan mode exposure, ingin otomatis atau manual.
Dalam kamera digital ada mode exposure manual (Manual) dan otomatis (Automatic, Program, Aperture Priority dan Shutter Speed Priority). Silahkan baca manual kamera
masing-masing kamera untuk mempelajari mode-mode lebih lanjut.
Untuk menggunakan manual exposure, Anda harus memahami terlebih dahulu tentang shutter speed, aperture dan Iso. Jika ketiganya sudah dipahami, kami yakin untuk
menuangkan air di dalam gelas tanpa harus tumpah ataupun kurang adalah hal mudah. Baca apa itu aperture baca terlebih dulu artikel Memahami Definisi Aperture Secara
Detail dan juga artikel Memahami Istilah Kecepatan Rana atau Shutter Speed dalam Fotografi.
Exposure Compensation (EV +/-)
Apa arti Exposure compensation ? Exposure compensation adalah sebuah fitur kamera untuk mengubah hasil perhitungan exposure baik dari manual ataupun auto exposure.
Biasanya disimbulkan dengan EV +/-.
Kapan menggunakan exposure compensation ? saat kita menggunakan auto/manual exposure namun hasil foto lebih gelap/terang dari yang diinginkan sebelumnya. Misal
fotonya ingin lebih terang lagi dari hasil pengukuran exposure sebelumnya. Maka naikkan exposure compensation sebesar +1 EV. Dan begitu sebaliknya jika foto ingin lebih
gelap, turunkan menjadi -1 EV atau lebih.
Ok kami berikan contoh rumusan exposure semoga tidak semakin bingung ya
Rumus exposure: Shutter speed + aperture + ISO = Exposure
Contoh dengan angka (angka pada rumus ini hanyalah contoh, jadi jangan dihafalkan) :
1/200 + f/1.8 + ISO 100 = 0 (hasil auto exposure)
1/200 + f/1.8 + ISO 200 = 1 (setelah +1 EV exposure compensation) foto akan lebih terang
1/200 + f/1.8 + ISO 100 = -1 (setelah -1 EV exposure compensation) foto akan lebih gelap
Perlu diingat, exposure compensation adalah bukan bagian dari faktor penentu exposure. Exposure compensation hanya mengubah hasil perhitungan autoexposure saja. Jika kita
menerapkan exposure compensation positif, maka hasil perhitungan autoexposure kamera akan lebih terang daripada sebelumnya. Jika kita menerapkan exposure compensation
negatif, maka hasil perhitungan autoexposure akan lebih gelap daripada sebelumnya.
Pada artikel tips memotret tentangIstilah Dasar Fotografi Yang Wajib Anda Pahami disebutkan istilah Bukaan, Diafragma, Aperture. Nah pada kesempatan kali ini, kami akan
membahas arti aperture secara lebih detail. Bukaan atau Diafragma atau Aperture adalah istilah fotografi yang mendefinisikan seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat
kita
mengambil
foto.
Fungsi dari aperture sendiri adalah mengontrol seberapa banyak cahaya yang masuk ke sensor kamera lewat bukaan pada lensa tersebut. Ketika tombol shutter dipencet, saat
itulah lubang di depan sensor kamera akan terbuka. Dan setingan aperture lah yang menentukan seberapa besar lubang itu terbuka. Semakin besar terbuka, maka makin banyak
cahaya masuk yang akan dibaca oleh sensor kamera.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan F-stop. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka.
Semakin besar nilai F-nya , makin kecil diameter / diafragmanya terbuka dan begitu juga sebaliknya, makin kecil angka F-nya makin besar diafragma terbuka.
Perhatikan
ilustari
bukaan
lensa
di
bawah
ini:
Pada gambar di atas terlihat, F4, F8 dan F16 memiliki perbedaan bukaan lubang/diafragma sebuah lensa. F4 lebih besar terbuka dari pada F8. Dan F8 lebih besar terbuka
diafragmanya ketimbang F16.
Berikut nilai aperture yang umum pada sebuah lensa : f/1.4, f/1.8, f/2, f/2.2, f/2.8, f/4.0, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, f32 … Pengaturan aperture dari f/1.4 ke f/1.8 akan membuat
cahaya berkurang setengah dari sebelumnya karena memang diameternya mengecil menjadi setengah seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Shutter adalah semacam pintu penutup sensor pada kamera digital. Pada saat kita mengambil gambar, shutter akan membuka selama beberapa waktu sehingga sensor kamera
akan merekam cahaya yang masuk melalui lensa.
Berapa lamanya shutter terbuka inilah yang dinamakan sebagai shutter speed atau kecepatan rana. Nah logikanya, semakin lama shutter ini terbuka, semakin banyak juga cahaya
yang kerekam oleh sensor kamera. Begitu juga sebaliknya jika shutter semakin cepat menutup maka semakin sedikit pula cahaya yang terekam sensor kamera.
Gambar ilustrasi shutter speed :
Satuan shuuter speed atau kecepatan rana sampai saat ini masih menggunakan satuan detik. Berikut contoh nilai shutter speed pada kamera digital.
(nilai besar) Bulb , 32 , 16 , 8 , 4 , 2 , 1s , 1/2 , 1/4 , 1/8 , 1/16 , 1/32 , 1/64 , 1/125 , 1/250 , 1/500 , 1/1000 , 1/2000 , 1/4000 . 1/8000 (nilai rendah)
1/2 lebih cepat dari pada 1s. Artinya semakin 1/… lebih besar berarti lebih cepat juga kecepatan rana yang didapatkan. Pada beberapa kamera digital yang baru , kecepatannya
bisa lebih dari angka di atas, sehingga bisa menangkap gerakan peluru melesat misalnya.
Lalu kapan menggunakan shuttter speed yang cepat ataupun lambat ? OK, sebelumnya kami perkenalkan dulu dua istilah fotografi yang akan selalu berhubungan dengan shutter
speed/kecepatan rana yaitu “Slow Shutter Speed dan High Shutter Speed”. Baiklah mari kita bahas satu persatu.
1. Slow Shutter Speed
Teknik slow shutter speed bisa disebut dengan istilah SS. Ditandai dengan nilai besar maka akan mendapatkan kecepatan rana yang rendah/lambat. Saat menggunakan teknis ini,
sangat disarankan Anda menggunakan tripod atau alat penyangga kamera lainnya. Dengan teknik slow shutter speed ini, shutter akan dibuka lebih lama supaya kamera bisa
mendapatkan cahaya yang sebanyak-sebanyaknya sampai menghasilkan gambar yang Anda inginkan.
Kapan menggunakan teknis slow speed ? kapan saja. Karena dengan menggunakan teknis SS ini, berbagai macam efek foto yang beragam. Misal digunakan jika malam hari
untuk memotret jalan raya yang dilalui kendaran bersliweran. Dengan teknis slow shutter speed tersebut akan mendapatkan efek jalur cahaya/lightrail. Dengan efek sperti itu,
seakan lampu-lampu mobil menyatu dan memanjang seolah seperti bayangan.
Contoh penggunaan slow speed saat memotret air yang mengalir misal di air terjun. Makan Anda akan mendapatkan foto dengan efek dinamis. Gerakan air menjadi seperti
kapas dengan efek yang memukau.
Di level slow speed shutter, ada juga istilah BULB. Jika menggunakan teknis ini, maka berapa lamanya shutter terbuka itu akan tergantung kemauan kita. Mau berapa menit,
berapa jam ? dengan teknis bulb bisa mengabulkan permintaan anda. Segelap apapun suasananya, dengan bulb anda masih bisa menghasilkan gambar bagus.
Lalu kapan teknis bulb digunakan ? Pernah melihat foto pergerakan bintang-bintang di langit ? nah, untuk mendapatkan foto startrail anda bisa menggunakan teknis bulb.
Tripod dan slow shutter speed adalah dua hal yang selalu bergandengan sperti sandal jepit :). Menggunakan teknis slow speed multak hukumnya untuk menggunakan tripod.
Dengan menggunakan besi berkaki tiga ini, mampu membuang efek goyangan kamera yang mengakibatkan hasil foto blur. Selain tripod, Anda juga bisa menggunakan media
seperti pasir atau kacang-kacangan untuk menahan kamera agar tidak gerak saat shutter terbuka.
2. High Shutter Speed
Teknis high shutter speed ditandai dengan nilai yang rendah dan mendapatkan kecepatan rana yang cepat. Dengan teknis ini Anda bisa menangkap momen yang terjadi. Misal
orang berlari, dengan kecepatan rana yang cepat maka kamera mampu menghasilkan gambar tepat diposisi dimana kita menekan tombol shutter kamera.
Teknis ini biasanya digunakan untuk pemotretan sport, satwa dan objek yang memiliki gerakan cepat lainnya. Dengan high shutter speed biasanya fotografer mengusahakan
dirinya agar tidak tertinggal momen-momen menarik.
Kebalikan dengan teknis slow shutter speed, tripod tidak diperlukan lagi saat menggunakan teknis high shutter speed. Namun jika anda merasa berat mengangkat kamera,
monopod bisa anda gunakan.
Shutter speed atau kecepatan rana akan selalu berkaitan dengan aperture. Seperti artikel sebelumnya tentang Memahami Definisi Aperture Secara Detail, aperture adalah
seberapa lebar diafragma lensa terbuka. Dalam fotografi kita mengenal istilah EXPOSURE, yaitu kemampuan kamera mengumpulkan cahaya yang masuk.
ISO, APERTURE, SHUTTER SPEED: SEGITIGA EXPOSURE
Kamera adalah suatu alat yang digunakan untuk ‘menangkap’ cahaya lewat sensor. Informasi dari cahaya yang ditangkap di sensor itu lalu diterjemahkan menjadi gambar. Jika
jumlah cahaya yang tertangkap di sensor itu kurang, maka gambar akan menjadi terlalu gelap (underexposed/UE). Sebaliknya, jika cahaya yang tertangkap di sensor berlebihan,
maka gambar akan menjadi terlalu terang (overexposed/OE).
Ada tiga hal yang bisa disetting di kamera untuk mengatur exposure: shutter speed, aperture, dan ISO. Apa peran dari masing-masing settingan tersebut?
Jika diibaratkan sensor adalah sebuah ember, dan cahaya adalah air yang akan diisikan ke ember tersebut, maka exposure yang ‘tepat’ adalah saat ember terisi air pas hingga
bibir ember. Jika tinggi air tidak mencapai bibir ember, maka gambar akan underexposed, dan jika air luber maka gambar overexposed.
KONSEP
1. Shutter speed
Shutter speed adalah kecepatan atau lamanya shutter membuka sehingga cahaya mengenai sensor. Jadi, shutter speed bisa diibaratkan lamanya kita membuka keran untuk
mengisi air. Semakin lama keran dibuka, maka akan semakin banyak air yang mengisi ember.
Shutter speed diukur dalam satuan waktu, dan kamera DSLR rata-rata dapat menggunakan shutter speed dari 1/4000 detik hingga 30 detik. Karena shutter speed yang digunakan
kebanyakan kurang dari satu detik (pecahan), maka biasanya yang tertulis di viewfinder kamera adalah pecahannya saja (shutter speed 1/100 detik akan tertulis 100) di
viewfinder. Satuan ‘detik’ biasanya tertulis sebagai tanda kutip (“), jadi shutter speed 2 detik akan tertulis sebagai 2″. Terkadang satuan detik digunakan juga dalam pecahan,
misalnya 0.6″.
Makin besar angkanya, maka gambar akan makin gelap. Faktor pengali satu stop adalah 2x, misalnya shutter speed 1/100 akan 1 EV lebih terang daripada shutter speed 1/200
jika scene dan settingan yang lain tetap sama.
(EV adalah satuan brightness, di mana selisih 1EV berarti selisih brightness yang disebabkan jumlah cahaya yang masuk berbeda 2x lipat. 1 EV sering disebut juga 1 stop,
istilah warisan dari jaman kamera film dulu.)
2. Aperture
Aperture adalah bilah-bilah (biasanya terbuat dari logam) yang terdapat di dalam lensa. Bilah-bilah ini dapat bergerak, saling berpotongan dan menutupi sekeliling penampang
lensa, sehingga hanya bagian tengah lensa yang dapat dilewati cahaya. Dengan demikian, aperture bisa diibaratkan penampang pipa yang menyalurkan air. Walaupun samasama hanya dibuka selama satu detik, misalnya, pipa yang besar akan mengalirkan air lebih banyak daripada pipa yang sempit.
Satuan aperture adalah diameter bukaan bilah-bilah. Dinyatakan dalam pecahan, biasa tertulis sebagai f/X atau 1/X, di mana X adalah angka aperturenya. Yang tertulis di
viewfinder kamera seringkali hanya angka X nya saja.
Faktor pengali satu stop adalah √2 (akar dua), atau gampangnya 1.4x; artinya bukaan f/3.5 akan 1EV lebih terang daripada bukaan f/5.6. Makin besar angkanya, maka gambar
akan makin gelap.
3. ISO
ISO adalah sensitifitas sensor. Makin tinggi ISO, maka makin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk mencapai brightness tertentu. Menaikkan ISO bisa diibaratkan
memasukkan bebatuan ke dalam ember sehingga jumlah air yang dibutuhkan semakin sedikit.
Satuan ISO adalah angka ISO. Faktor pengali satu stop adalah 2x, di mana ISO 800 akan 1EV lebih terang daripada ISO 400.
EFEK PADA FOTO
Selain mengatur brightness gambar, masing-masing sisi segitiga exposure ini mempengaruhi hasil akhir foto.
Shutter speed yang lama akan memungkinkan objek atau kamera bergerak selama cahaya mengenai sensor, sehingga foto menjadi blur, sebagian atau sepenuhnya.
Aperture yang besar (angka aperture yang kecil) akan menghasilkan depth-of-field (ruang tajam) yang sempit, sehingga benda-benda yang berjarak tidak terlalu jauh dari jarak
fokus pun akan mulai blur. Hal ini bisa jadi hal positif jika ingin membuat bokeh, namun bisa jadi hal negatif jika kita ingin mempunyai ruang tajam yang luas.
ISO yang tinggi berarti sensornya makin sensitif, dan efeknya menimbulkan noise pada gambar.
MENGATUR EXPOSURE
Kamera mempunyai kemampuan ‘melihat’ scene dan menghitung exposure yang tepat untuk scene tersebut, bahkan menghitung kombinasi aperture, shutter speed, ISO untuk
scene tersebut. Dalam kamera ada mode exposure manual (Manual) dan otomatis (Automatic, Program, Aperture Priority dan Shutter Speed Priority). Silakan periksa manual
kamera masing-masing untuk mempelajari mode-mode ini lebih lanjut, atau baca artikel ini.
Kita dapat mempengaruhi perhitungan kamera tersebut dengan menerapkan Exposure Compensation; kita bisa memerintahkan kamera untuk menghitung (dan menggunakan)
exposure yang lebih terang atau lebih gelap dari exposure yang dianggapnya tepat. Jika kita menggunakan -2/3EV, misalnya, maka kamera akan menghasilkan hasil
penghitungan exposure yang lebih gelap -2/3EV dari exposure yang (jika tanpa compensation) dianggapnya tepat.
Pengertian Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan
menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan
cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa
dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran
luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang
tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed).
Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Pengertian Fotografi adalah adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Memang benar, kebanyakan jika anda mencari pengertian fotografi
jawabannya hampir sama semua yaitu proses melukis dengan menggunakan media cahaya. Tetapi yang paling utama adalah bagaimana cara mendalami seni fotografi tersebut.
Setelah mengetahui pengertian fotografi secara umum, lalu apa yang ada di pikiran anda tentang fotografi ?
Fotografi adalah sebuah kegiatan atau proses menghasilkan suatu seni gambar/foto melalui media cahaya dengan alat yang disebut kamera dengan maksud dan tujuan tertentu.
(wikipedia)
Pengertian Fotografi Adalah Seni
Bila pengertian fotografi adalah proses seni melukis dengan media cahaya, maka setiap orang bisa melakukan kegiatan fotografi jika mempunyai sebuah kamera, tetapi apakah
semua orang dapat menghasilkan sebuah seni ?
Seni adalah sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan atau intisari dari kreativitas.
Seni yang paling utama dalam fotografi adalah komposisi, dengan komposisi yang baik maka foto yang dihasilkan akan mempunyai makna dan cerita yang bisa disampaikan.
Kesimpulan
Fotografi adalah adalah kegiatan seni, dan jenis fotografi ada bermacam-macam. Untuk itu dibutuhkan seorang fotografer yang betul-betul mengerti seni dan jenis fotografi
yang ada pada dirinya. Tetap semangat belajar fotografi dan tingkatkan kualitas fotografi Indonesia.
Secara definisi Depth of Field (DOF) adalah rentang jarak yang dimiliki subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman/fokus pada foto yang dihasilkan. Secara
harfiah, arti Depth of Field berarti kedalaman ruang. Hasil DOF bervariasi tergantung pada jenis kamera dan aperture dan jarak fokus.
Melalui artikel berikut ini, kami akan mengulas tentang istilah DOF lebar dan DOF sempit. Sebelum membaca lebih jauh dan supaya tidak membingungkan, baca terlebih
dahulu artikel tentang definisi aperture dan tulisansegita exposure. Karena jika berbicara soal DOF atau Depth Of Field akan berkaitan dengan istilah fotografi tersebut.
Depth of Field (DOF) Lebar :
Depth of Field (DOF) lebar berarti sebagian besar dari dari obyek yang terdekat kamera sampai obyek terjauh akan memiliki ketajaman yang merata. Cara untuk mendapatkan
DOF lebar akan menggunakan setingan aperture bukaan kecil/angka besar. Dengan menggunakan aperture angka besar atau disebut bukaan kecil misal F8, akan mendapatkan
hasil yang lebih luas area ketajaman fotonya dari pada menggunakan setingan aperture F3.5. Semakin kecil aperture, semakin luas jarak fokus atau area ketajaman foto Anda.
Depth of Field (DOF) Sempit :
Sedangkan Depth of Field (DOF) yang sempit berarti hanya bagian titik tertentu saja yang memiliki area ketajaman, sementara obyek sisanya akan blur/ tidak fokus. Cara untuk
mendapatkan DOF sempit gunakan setingan Aperture bukaan besar (angka kecil). Misalkan menggunakan F1.8 maka akan mendapatkan sedikit saja area ketajaman foto yang
dihasilkan. Semakin besar aperture, semakin sedikit area tajam foto.
Gambar Ilustrasi Depth of Field (DOF)
Konsep DOF/Depth of Field akan banyak berguna terutama dalam fotografi portrait dan fotografi makro, akan tetapi dalam fografi lainnya juga akan mempertimbangan konsep
DOF misalkan foto makanan. Karena dengan bermain DOF, kita dapat mengubah karakteristik foto tersebut.
Selain bermain dengan setingan Aperture, untuk mendapatkan DOF Anda juga bisa bermain dengan focal length pada lensa Anda. Kombinasikan dari kedua hal tersebut,
Aperture dan focal lenght untuk menghasilkan foto yang lebih berkarater. Jangan lupa pelajari artikel Cara Memaksimalkan Fitur Manual Kamera Digital.
yang penting untuk mengatur exposure di kamera yaitu Shutter speed, Aperture danIso. Hubungan ketiganya biasa disebut dengan segitiga exposure.
Kamera pada dasarnya adalah sebuah alat yang berguna untuk menangkap cahaya melalui sensor kamera. Cahaya yang masuk akhirnya diterjemahkan oleh sensor menjadi
sebuah gambar. Sederhana saja, jika cahaya sedikit, gambar akan gelap atau disebut dengan (underexposed/UE). Dan jika cahaya yang ketangkap sensor kamera banyak, gambar
akan menjadi terlalu terang (overexposed/OE).
Ok mari kita mencoba untuk berandai-andai, jika exposure diibaratkan sebagai sebuah gelas, dan cahaya adalah air yang akan dituangkan ke gelas. Maka exposure yang tepat
adalah saat gelas terisi air hingga tepat di bibir gelas. Jika isi air tidak mencapai bibir gelas, maka gambar underexposed/UE, dan saat air tumpah karena kepenuhan maka
gambar overexposed/OE. Sederhana kan ? motret itu menyenangkan kok :).
Cara Mengatur Exposure
Kamera era saat ini sudah memiliki kemampuan melihat gambar dan menghitung exposure yang canggih. Bahkan tentang kombinasi shutter speed, aperture dan ISO saat
menangkap suatu cahaya. Kamera digital DSLR ataupun kamera saku saat ini sudah memiliki fitur pilihan mode exposure, ingin otomatis atau manual.
Dalam kamera digital ada mode exposure manual (Manual) dan otomatis (Automatic, Program, Aperture Priority dan Shutter Speed Priority). Silahkan baca manual kamera
masing-masing kamera untuk mempelajari mode-mode lebih lanjut.
Untuk menggunakan manual exposure, Anda harus memahami terlebih dahulu tentang shutter speed, aperture dan Iso. Jika ketiganya sudah dipahami, kami yakin untuk
menuangkan air di dalam gelas tanpa harus tumpah ataupun kurang adalah hal mudah. Baca apa itu aperture baca terlebih dulu artikel Memahami Definisi Aperture Secara
Detail dan juga artikel Memahami Istilah Kecepatan Rana atau Shutter Speed dalam Fotografi.
Exposure Compensation (EV +/-)
Apa arti Exposure compensation ? Exposure compensation adalah sebuah fitur kamera untuk mengubah hasil perhitungan exposure baik dari manual ataupun auto exposure.
Biasanya disimbulkan dengan EV +/-.
Kapan menggunakan exposure compensation ? saat kita menggunakan auto/manual exposure namun hasil foto lebih gelap/terang dari yang diinginkan sebelumnya. Misal
fotonya ingin lebih terang lagi dari hasil pengukuran exposure sebelumnya. Maka naikkan exposure compensation sebesar +1 EV. Dan begitu sebaliknya jika foto ingin lebih
gelap, turunkan menjadi -1 EV atau lebih.
Ok kami berikan contoh rumusan exposure semoga tidak semakin bingung ya
Rumus exposure: Shutter speed + aperture + ISO = Exposure
Contoh dengan angka (angka pada rumus ini hanyalah contoh, jadi jangan dihafalkan) :
1/200 + f/1.8 + ISO 100 = 0 (hasil auto exposure)
1/200 + f/1.8 + ISO 200 = 1 (setelah +1 EV exposure compensation) foto akan lebih terang
1/200 + f/1.8 + ISO 100 = -1 (setelah -1 EV exposure compensation) foto akan lebih gelap
Perlu diingat, exposure compensation adalah bukan bagian dari faktor penentu exposure. Exposure compensation hanya mengubah hasil perhitungan autoexposure saja. Jika kita
menerapkan exposure compensation positif, maka hasil perhitungan autoexposure kamera akan lebih terang daripada sebelumnya. Jika kita menerapkan exposure compensation
negatif, maka hasil perhitungan autoexposure akan lebih gelap daripada sebelumnya.
Pada artikel tips memotret tentangIstilah Dasar Fotografi Yang Wajib Anda Pahami disebutkan istilah Bukaan, Diafragma, Aperture. Nah pada kesempatan kali ini, kami akan
membahas arti aperture secara lebih detail. Bukaan atau Diafragma atau Aperture adalah istilah fotografi yang mendefinisikan seberapa besar lensa terbuka (bukaan lensa) saat
kita
mengambil
foto.
Fungsi dari aperture sendiri adalah mengontrol seberapa banyak cahaya yang masuk ke sensor kamera lewat bukaan pada lensa tersebut. Ketika tombol shutter dipencet, saat
itulah lubang di depan sensor kamera akan terbuka. Dan setingan aperture lah yang menentukan seberapa besar lubang itu terbuka. Semakin besar terbuka, maka makin banyak
cahaya masuk yang akan dibaca oleh sensor kamera.
Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan F-stop. Seperti diungkap diatas, fungsi utama aperture adalah sebagai pengendali seberapa besar lubang didepan sensor terbuka.
Semakin besar nilai F-nya , makin kecil diameter / diafragmanya terbuka dan begitu juga sebaliknya, makin kecil angka F-nya makin besar diafragma terbuka.
Perhatikan
ilustari
bukaan
lensa
di
bawah
ini:
Pada gambar di atas terlihat, F4, F8 dan F16 memiliki perbedaan bukaan lubang/diafragma sebuah lensa. F4 lebih besar terbuka dari pada F8. Dan F8 lebih besar terbuka
diafragmanya ketimbang F16.
Berikut nilai aperture yang umum pada sebuah lensa : f/1.4, f/1.8, f/2, f/2.2, f/2.8, f/4.0, f/5.6, f/8, f/11, f/16, f/22, f32 … Pengaturan aperture dari f/1.4 ke f/1.8 akan membuat
cahaya berkurang setengah dari sebelumnya karena memang diameternya mengecil menjadi setengah seperti yang sudah dijelaskan di atas.
Shutter adalah semacam pintu penutup sensor pada kamera digital. Pada saat kita mengambil gambar, shutter akan membuka selama beberapa waktu sehingga sensor kamera
akan merekam cahaya yang masuk melalui lensa.
Berapa lamanya shutter terbuka inilah yang dinamakan sebagai shutter speed atau kecepatan rana. Nah logikanya, semakin lama shutter ini terbuka, semakin banyak juga cahaya
yang kerekam oleh sensor kamera. Begitu juga sebaliknya jika shutter semakin cepat menutup maka semakin sedikit pula cahaya yang terekam sensor kamera.
Gambar ilustrasi shutter speed :
Satuan shuuter speed atau kecepatan rana sampai saat ini masih menggunakan satuan detik. Berikut contoh nilai shutter speed pada kamera digital.
(nilai besar) Bulb , 32 , 16 , 8 , 4 , 2 , 1s , 1/2 , 1/4 , 1/8 , 1/16 , 1/32 , 1/64 , 1/125 , 1/250 , 1/500 , 1/1000 , 1/2000 , 1/4000 . 1/8000 (nilai rendah)
1/2 lebih cepat dari pada 1s. Artinya semakin 1/… lebih besar berarti lebih cepat juga kecepatan rana yang didapatkan. Pada beberapa kamera digital yang baru , kecepatannya
bisa lebih dari angka di atas, sehingga bisa menangkap gerakan peluru melesat misalnya.
Lalu kapan menggunakan shuttter speed yang cepat ataupun lambat ? OK, sebelumnya kami perkenalkan dulu dua istilah fotografi yang akan selalu berhubungan dengan shutter
speed/kecepatan rana yaitu “Slow Shutter Speed dan High Shutter Speed”. Baiklah mari kita bahas satu persatu.
1. Slow Shutter Speed
Teknik slow shutter speed bisa disebut dengan istilah SS. Ditandai dengan nilai besar maka akan mendapatkan kecepatan rana yang rendah/lambat. Saat menggunakan teknis ini,
sangat disarankan Anda menggunakan tripod atau alat penyangga kamera lainnya. Dengan teknik slow shutter speed ini, shutter akan dibuka lebih lama supaya kamera bisa
mendapatkan cahaya yang sebanyak-sebanyaknya sampai menghasilkan gambar yang Anda inginkan.
Kapan menggunakan teknis slow speed ? kapan saja. Karena dengan menggunakan teknis SS ini, berbagai macam efek foto yang beragam. Misal digunakan jika malam hari
untuk memotret jalan raya yang dilalui kendaran bersliweran. Dengan teknis slow shutter speed tersebut akan mendapatkan efek jalur cahaya/lightrail. Dengan efek sperti itu,
seakan lampu-lampu mobil menyatu dan memanjang seolah seperti bayangan.
Contoh penggunaan slow speed saat memotret air yang mengalir misal di air terjun. Makan Anda akan mendapatkan foto dengan efek dinamis. Gerakan air menjadi seperti
kapas dengan efek yang memukau.
Di level slow speed shutter, ada juga istilah BULB. Jika menggunakan teknis ini, maka berapa lamanya shutter terbuka itu akan tergantung kemauan kita. Mau berapa menit,
berapa jam ? dengan teknis bulb bisa mengabulkan permintaan anda. Segelap apapun suasananya, dengan bulb anda masih bisa menghasilkan gambar bagus.
Lalu kapan teknis bulb digunakan ? Pernah melihat foto pergerakan bintang-bintang di langit ? nah, untuk mendapatkan foto startrail anda bisa menggunakan teknis bulb.
Tripod dan slow shutter speed adalah dua hal yang selalu bergandengan sperti sandal jepit :). Menggunakan teknis slow speed multak hukumnya untuk menggunakan tripod.
Dengan menggunakan besi berkaki tiga ini, mampu membuang efek goyangan kamera yang mengakibatkan hasil foto blur. Selain tripod, Anda juga bisa menggunakan media
seperti pasir atau kacang-kacangan untuk menahan kamera agar tidak gerak saat shutter terbuka.
2. High Shutter Speed
Teknis high shutter speed ditandai dengan nilai yang rendah dan mendapatkan kecepatan rana yang cepat. Dengan teknis ini Anda bisa menangkap momen yang terjadi. Misal
orang berlari, dengan kecepatan rana yang cepat maka kamera mampu menghasilkan gambar tepat diposisi dimana kita menekan tombol shutter kamera.
Teknis ini biasanya digunakan untuk pemotretan sport, satwa dan objek yang memiliki gerakan cepat lainnya. Dengan high shutter speed biasanya fotografer mengusahakan
dirinya agar tidak tertinggal momen-momen menarik.
Kebalikan dengan teknis slow shutter speed, tripod tidak diperlukan lagi saat menggunakan teknis high shutter speed. Namun jika anda merasa berat mengangkat kamera,
monopod bisa anda gunakan.
Shutter speed atau kecepatan rana akan selalu berkaitan dengan aperture. Seperti artikel sebelumnya tentang Memahami Definisi Aperture Secara Detail, aperture adalah
seberapa lebar diafragma lensa terbuka. Dalam fotografi kita mengenal istilah EXPOSURE, yaitu kemampuan kamera mengumpulkan cahaya yang masuk.
ISO, APERTURE, SHUTTER SPEED: SEGITIGA EXPOSURE
Kamera adalah suatu alat yang digunakan untuk ‘menangkap’ cahaya lewat sensor. Informasi dari cahaya yang ditangkap di sensor itu lalu diterjemahkan menjadi gambar. Jika
jumlah cahaya yang tertangkap di sensor itu kurang, maka gambar akan menjadi terlalu gelap (underexposed/UE). Sebaliknya, jika cahaya yang tertangkap di sensor berlebihan,
maka gambar akan menjadi terlalu terang (overexposed/OE).
Ada tiga hal yang bisa disetting di kamera untuk mengatur exposure: shutter speed, aperture, dan ISO. Apa peran dari masing-masing settingan tersebut?
Jika diibaratkan sensor adalah sebuah ember, dan cahaya adalah air yang akan diisikan ke ember tersebut, maka exposure yang ‘tepat’ adalah saat ember terisi air pas hingga
bibir ember. Jika tinggi air tidak mencapai bibir ember, maka gambar akan underexposed, dan jika air luber maka gambar overexposed.
KONSEP
1. Shutter speed
Shutter speed adalah kecepatan atau lamanya shutter membuka sehingga cahaya mengenai sensor. Jadi, shutter speed bisa diibaratkan lamanya kita membuka keran untuk
mengisi air. Semakin lama keran dibuka, maka akan semakin banyak air yang mengisi ember.
Shutter speed diukur dalam satuan waktu, dan kamera DSLR rata-rata dapat menggunakan shutter speed dari 1/4000 detik hingga 30 detik. Karena shutter speed yang digunakan
kebanyakan kurang dari satu detik (pecahan), maka biasanya yang tertulis di viewfinder kamera adalah pecahannya saja (shutter speed 1/100 detik akan tertulis 100) di
viewfinder. Satuan ‘detik’ biasanya tertulis sebagai tanda kutip (“), jadi shutter speed 2 detik akan tertulis sebagai 2″. Terkadang satuan detik digunakan juga dalam pecahan,
misalnya 0.6″.
Makin besar angkanya, maka gambar akan makin gelap. Faktor pengali satu stop adalah 2x, misalnya shutter speed 1/100 akan 1 EV lebih terang daripada shutter speed 1/200
jika scene dan settingan yang lain tetap sama.
(EV adalah satuan brightness, di mana selisih 1EV berarti selisih brightness yang disebabkan jumlah cahaya yang masuk berbeda 2x lipat. 1 EV sering disebut juga 1 stop,
istilah warisan dari jaman kamera film dulu.)
2. Aperture
Aperture adalah bilah-bilah (biasanya terbuat dari logam) yang terdapat di dalam lensa. Bilah-bilah ini dapat bergerak, saling berpotongan dan menutupi sekeliling penampang
lensa, sehingga hanya bagian tengah lensa yang dapat dilewati cahaya. Dengan demikian, aperture bisa diibaratkan penampang pipa yang menyalurkan air. Walaupun samasama hanya dibuka selama satu detik, misalnya, pipa yang besar akan mengalirkan air lebih banyak daripada pipa yang sempit.
Satuan aperture adalah diameter bukaan bilah-bilah. Dinyatakan dalam pecahan, biasa tertulis sebagai f/X atau 1/X, di mana X adalah angka aperturenya. Yang tertulis di
viewfinder kamera seringkali hanya angka X nya saja.
Faktor pengali satu stop adalah √2 (akar dua), atau gampangnya 1.4x; artinya bukaan f/3.5 akan 1EV lebih terang daripada bukaan f/5.6. Makin besar angkanya, maka gambar
akan makin gelap.
3. ISO
ISO adalah sensitifitas sensor. Makin tinggi ISO, maka makin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk mencapai brightness tertentu. Menaikkan ISO bisa diibaratkan
memasukkan bebatuan ke dalam ember sehingga jumlah air yang dibutuhkan semakin sedikit.
Satuan ISO adalah angka ISO. Faktor pengali satu stop adalah 2x, di mana ISO 800 akan 1EV lebih terang daripada ISO 400.
EFEK PADA FOTO
Selain mengatur brightness gambar, masing-masing sisi segitiga exposure ini mempengaruhi hasil akhir foto.
Shutter speed yang lama akan memungkinkan objek atau kamera bergerak selama cahaya mengenai sensor, sehingga foto menjadi blur, sebagian atau sepenuhnya.
Aperture yang besar (angka aperture yang kecil) akan menghasilkan depth-of-field (ruang tajam) yang sempit, sehingga benda-benda yang berjarak tidak terlalu jauh dari jarak
fokus pun akan mulai blur. Hal ini bisa jadi hal positif jika ingin membuat bokeh, namun bisa jadi hal negatif jika kita ingin mempunyai ruang tajam yang luas.
ISO yang tinggi berarti sensornya makin sensitif, dan efeknya menimbulkan noise pada gambar.
MENGATUR EXPOSURE
Kamera mempunyai kemampuan ‘melihat’ scene dan menghitung exposure yang tepat untuk scene tersebut, bahkan menghitung kombinasi aperture, shutter speed, ISO untuk
scene tersebut. Dalam kamera ada mode exposure manual (Manual) dan otomatis (Automatic, Program, Aperture Priority dan Shutter Speed Priority). Silakan periksa manual
kamera masing-masing untuk mempelajari mode-mode ini lebih lanjut, atau baca artikel ini.
Kita dapat mempengaruhi perhitungan kamera tersebut dengan menerapkan Exposure Compensation; kita bisa memerintahkan kamera untuk menghitung (dan menggunakan)
exposure yang lebih terang atau lebih gelap dari exposure yang dianggapnya tepat. Jika kita menggunakan -2/3EV, misalnya, maka kamera akan menghasilkan hasil
penghitungan exposure yang lebih gelap -2/3EV dari exposure yang (jika tanpa compensation) dianggapnya tepat.
Pengertian Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan
menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan
cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa
dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran
luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang
tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed).
Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Pengertian Fotografi adalah adalah seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Memang benar, kebanyakan jika anda mencari pengertian fotografi
jawabannya hampir sama semua yaitu proses melukis dengan menggunakan media cahaya. Tetapi yang paling utama adalah bagaimana cara mendalami seni fotografi tersebut.
Setelah mengetahui pengertian fotografi secara umum, lalu apa yang ada di pikiran anda tentang fotografi ?
Fotografi adalah sebuah kegiatan atau proses menghasilkan suatu seni gambar/foto melalui media cahaya dengan alat yang disebut kamera dengan maksud dan tujuan tertentu.
(wikipedia)
Pengertian Fotografi Adalah Seni
Bila pengertian fotografi adalah proses seni melukis dengan media cahaya, maka setiap orang bisa melakukan kegiatan fotografi jika mempunyai sebuah kamera, tetapi apakah
semua orang dapat menghasilkan sebuah seni ?
Seni adalah sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan atau intisari dari kreativitas.
Seni yang paling utama dalam fotografi adalah komposisi, dengan komposisi yang baik maka foto yang dihasilkan akan mempunyai makna dan cerita yang bisa disampaikan.
Kesimpulan
Fotografi adalah adalah kegiatan seni, dan jenis fotografi ada bermacam-macam. Untuk itu dibutuhkan seorang fotografer yang betul-betul mengerti seni dan jenis fotografi
yang ada pada dirinya. Tetap semangat belajar fotografi dan tingkatkan kualitas fotografi Indonesia.
Secara definisi Depth of Field (DOF) adalah rentang jarak yang dimiliki subjek foto untuk menghasilkan variasi ketajaman/fokus pada foto yang dihasilkan. Secara
harfiah, arti Depth of Field berarti kedalaman ruang. Hasil DOF bervariasi tergantung pada jenis kamera dan aperture dan jarak fokus.
Melalui artikel berikut ini, kami akan mengulas tentang istilah DOF lebar dan DOF sempit. Sebelum membaca lebih jauh dan supaya tidak membingungkan, baca terlebih
dahulu artikel tentang definisi aperture dan tulisansegita exposure. Karena jika berbicara soal DOF atau Depth Of Field akan berkaitan dengan istilah fotografi tersebut.
Depth of Field (DOF) Lebar :
Depth of Field (DOF) lebar berarti sebagian besar dari dari obyek yang terdekat kamera sampai obyek terjauh akan memiliki ketajaman yang merata. Cara untuk mendapatkan
DOF lebar akan menggunakan setingan aperture bukaan kecil/angka besar. Dengan menggunakan aperture angka besar atau disebut bukaan kecil misal F8, akan mendapatkan
hasil yang lebih luas area ketajaman fotonya dari pada menggunakan setingan aperture F3.5. Semakin kecil aperture, semakin luas jarak fokus atau area ketajaman foto Anda.
Depth of Field (DOF) Sempit :
Sedangkan Depth of Field (DOF) yang sempit berarti hanya bagian titik tertentu saja yang memiliki area ketajaman, sementara obyek sisanya akan blur/ tidak fokus. Cara untuk
mendapatkan DOF sempit gunakan setingan Aperture bukaan besar (angka kecil). Misalkan menggunakan F1.8 maka akan mendapatkan sedikit saja area ketajaman foto yang
dihasilkan. Semakin besar aperture, semakin sedikit area tajam foto.
Gambar Ilustrasi Depth of Field (DOF)
Konsep DOF/Depth of Field akan banyak berguna terutama dalam fotografi portrait dan fotografi makro, akan tetapi dalam fografi lainnya juga akan mempertimbangan konsep
DOF misalkan foto makanan. Karena dengan bermain DOF, kita dapat mengubah karakteristik foto tersebut.
Selain bermain dengan setingan Aperture, untuk mendapatkan DOF Anda juga bisa bermain dengan focal length pada lensa Anda. Kombinasikan dari kedua hal tersebut,
Aperture dan focal lenght untuk menghasilkan foto yang lebih berkarater. Jangan lupa pelajari artikel Cara Memaksimalkan Fitur Manual Kamera Digital.