ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH MELALUI SISTEM TANAM
JAJAR LEGOWO DENGAN SISTEM TANAM NON JAJAR LEGOWO
(Studi Kasus: Desa Pasar Pelawan Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun)

TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Sains
Pada Program Studi Agribisnis Program Pasca Sarjana
Universitas Jambi
HERMAN FIRDAUS
NIM P2D116007

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2017

DAFTAR ISI
BAB I

Hal
1

1
3
5
5
6

PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
2.1 Pengaruh tehnologi Tanam Jajar Legowo Terhadap Produksi ... 6
2.2 Usaha Tani ..................................................................................
8
2.2.1 Lahan ...................................................................................
9
2.2.2 Sumber Daya Manusia ........................................................ 9
2.2.3 Modal .................................................................................. 9

2.2.4 Manajemen ......................................................................... 10
2.3 Analisa Usaha tani ......................................................................
11
2.3.1 Biaya Produksi .....................................................................
11
2.3.2 Penerimaan ......................................................................... 11
2.3.3 Pendapatan ......................................................................... 12
2.3.4 Analisis Usaha ..................................................................... 12
2.4 Pengertian Produktivitas ............................................................ 14
2.5 Pendapatan Usaha Tani ..............................................................
14
2.6 Konsep Efisiensi .......................................................................... 15
2.7 Penelitian Terdahulu .................................................................. 16
2.8 Kerangka Pemikiran ................................................................... 17
2.9 Hipotesis Penelitian .................................................................... 19
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................................
20
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
20
3.2 Metode Penentuan Sampel .....................................................

20
3.3 Metode Pengumpulan Data.....................................................
20
3.4 Metode Analisis Data ............................................................... 21
3.5 Definisi Operasional ................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
23

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia.
Usahatani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 21
juta rumah tangga pertanian. Selain itu, beras juga merupakan komoditas politik yang sangat
strategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolok ukur ketersediaan pangan bagi
Indonesia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia
sangat besar dalam upaya peningkatan produksi dan stabilitas harga beras. Kecukupan pangan

(terutama beras) dengan harga yang terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan

pembangunan pertanian.
Untuk mencapai target atau sasaran tesebut maka diluncurkan Program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan mengimplementasikan 4 (empat) strategi program
yaitu: 1. Peningkatan produktivitas; antara lain dengan menggunakan bibit varietas yang
bermutu, 2. Perluasan areal tanam diutamakan pada wilayah yang pernah menjadi sentra
produksi padi, 3. Pengamanan produksi; dengan memberikan bantuan sarana pascapanen, dan
4. Kelembagaan dan pembiayaan serta peningkatan koordinasi; dengan menguatkan peran
gabungan kelompok yani dan kemitraan (Badan Litbang Pertanian, 2007; Purwanto, 2008).
Kekurangan pangan bisa menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik yang
dapat menggoyahkan stabilitas nasional. Dilain pihak terjadi penurunan lahan sawah akibat alih
fungsi untuk kepentingan non pertanian, dan produksi sawah irigasi cenderung menurun. Dalam
upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) pemerintah
dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian telah banyak
mengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah
penerapan sistem tanam jajar yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal
dengan “Sistem Tanam Jajar Legowo”.
Melihat berbagai masalah yang mempengaruhi laju pertumbuhan produksi padi maka
Kementrian Pertanian melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan
produksi padi. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan teknologi pada
sistem pertanian yang ada saat ini. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu teknologi

penanaman padi berupa rekayasa teknik tanam dengan menempatkan semua baris tanaman
berada di pinggir barisan, sehingga tanaman memperoleh cahaya matahari dan sirkulasi udara
lebih baik dibanding dengan sistem tanam non jajar legowo. Tujuan dari adanya program

penerapan teknologi ini yaitu untuk meningkatkan jumlah populasi padi yang ditanam sehingga
produksi padi meningkat.
Penanaman padi dengan system jajar legowo ternyata dapat meningkatkan produktifitas
padi. Cara tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik penanaman padi yang dapat
menghasilkan produksi yang cukup tinggi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk
dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Sistem tanam jajar legowo juga merupakan
suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah
tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Selain itu sistem tanam jajar
legowo juga meningkatkan jumlah populasi tanaman dengan pengaturan jarak tanam.
Penerapan sistem tanam jajar legowo akan memberikan hasil maksimal dengan
memperhatikan arah barisan tanaman dan arah datangnya sinar matahari. Lajur barisan tanaman
dibuat menghadap arah matahari terbit agar seluruh barisan tanaman pinggir dapat memperoleh
intensitas sinar matahari yang optimum dengan demikian tidak ada barisan tanaman terutama
tanaman pinggir yang terhalangi oleh tanaman lain dalam mendapatkan sinar matahari.
Untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena masih banyak petani yang
belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih

banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan. Padahal dengan pengaturan
jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo
akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya,
dengan penggunaan sistem tanam jajar legowo terbukti dapat meningkatkan nilai produksi
dikarenakan rumpun padi yang berada pada barisan pinggir hasilnya lebih besar dibandingkan
produksi rumpun padi yang berada di bagian dalam dikarenakan tujuan dari cara tanam jajar
legowo adalah memanfaatkan radiasi surya bagi tanaman pinggir, tanaman relatif aman dari
serangan tikus karena lahan lebih terbuka, menekan serangan penyakit karena rendahnya
kelembaban dibandingkan dengan cara tanam non jajar legowo, populasi tanaman bertambah

30%, pemupukan lebih efisien, pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah dilakukan
dari pada cara tanam non jajar legowo.
Berdasarkan penjelasan – penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“ Analisis komparasi usaha tani padi sawah melalaui sistem tanam jajar legowo dengan sistem
tanam non jajar legowo di Desa Pasar Pelawan Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun
Provinsi Jambi.

1.2 Rumusan Masalah
Kabupaten Sarolangun merupakan salah satu Kabupaten yang melakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan laju pertumbuhan produksi padi. Hal tersebut dikarenakan produksi padi di

Kabupaten Sarolangun memiliki laju pertumbuhan yang menurun, Salah satu upaya yang
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sarolangun yaitu dengan melakukan program penerapan
teknologi sistem tanam jajar legowo disetiap desa salah satu desa yang berpotensi lahan sawah
adalah Desa Pasar Pelawan Kecamatan Pelawan Kabupaten Sarolangun dengan dilakukannya
program ini maka diharapkan produktivitas padi di Kabupaten Sarolangun akan meningkat.
Menurut Diratmaja,et al(2001), penggunaan teknologi cara tanam jajar legowo
memberikan dampak besar terhadap kenaikan hasil padi persatuan hektar yang cukup besar yaitu
1,01 ton/ha GKP (17,56 persen) dibandingankan dengan cara tanam non jajar legowo. Hal
tersebut menunjukan bahwa cara tanam jajar legowo lebih menguntungkan dibandingkan dengan
cara tanam non jajar legowo.
Daerah Desa Pasar Pelawan merupakan salah satu daerah dengan lahan subur, pada saat
ini pemerintah Kabupaten Sarolangun mulai mengembangkan program penerapan sistem tanam
jajar legowo di daerah ini. Petani di daerah ini mulanya menolak sistem penanaman ini karena
ragu dan belum berpengalaman dalam melakukan usahatani padi sistem tanam jajar legowo.
Setelah dilakukan pelatihan dan penyuluhan oleh Dinas Pertanian setempat, petani di daerah ini

mulai melakukan penanaman dengan menggunakan sistem penanaman jajar legowo, namun
demikian, dari jumlah keseluruhan petani yang ada hanya sekitar 60 persen yang sudah
menerapkan teknologi sistem tanam jajar legowo, sedangkan 40 persen sisanya masih
menggunakan sistem tanam non jajar legowo. Hal tersebut dikarenakan petani merasa jika

menggunakan teknologi jajar legowo maka pendapatan yang diterima oleh petani akan
berkurang.
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah sistem tanam jajar legowo ini mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan
petani dibandingkan dengan sistem tanam non jajar legowo?
2. Apakah ada perbedaan produktivitas dan pendapatan petani yang menggunakan sistem tanam
jajar legowo dengan sistem tanam non jajar legowo?
3. Apakah ada perbedaan pendapatan luas lahan strata I (< 1Ha) dengan strata II ( ≥ 1Ha) pada
sistem tanam jajar legowo, luas lahan strata I (< 1Ha) dengan strata II ( ≥ 1Ha) pada sistem
tanam non jajar legowo; strata I (< 1Ha) pada sistem tanam jajar legowo dengan strata I (<
1Ha) pada sistem tanam non jajar legowo dan strata II ( ≥ 1Ha) pada sistem tanam jajar
legowo dengan strata II ( ≥ 1Ha) pada sistem tanam non jajar legowo?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis apakah sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan produktivitas dan
pendapatan petani di daerah penelitian.
2. Menganalisis perbedaan produktivitas dan pendapatan di daerah penelitian.
3. Menganalisis perbedaan pendapatan petani berdasarkan strata luas lahan pada sistem tanam
jajar legowo dengan sistem tanam non jajar legowo di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain:

1. Petani di Desa Pasar Pelawan, sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam
meningkatkan produksi padi menggunakan sistem tanam jajar legowo.
2. Pemerintah daerah setempat, digunakan sebagai bahan masukan dalam menetapkan kebijakan
dalam mengembangkan produksi padi menggunkan sistem jajar legowo.
3. Penulis, digunakan sebagai sarana latihan penerapan ilmu dan teori yang telah didapat selama
masa perkuliahan serta menambah pengalaman agar dapat diterapkan di tengah masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengaruh Teknologi Sistem Tanam Jajar Legowo Terhadap Produksi
Legowo menurut bahasa Jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo”
yang berarti panjang. Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi
dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem ini juga memanipulasi lokasi tanaman
sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak.
Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi
dan kualitas gabah yang lebih baik, hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan

sinar matahari yang lebih banyak (Anonimus, 2001a).

Pada sistem jajar legowo dua baris semua rumpun padi berada di barisan pinggir dari
pertanaman. Akibatnya semua rumpun padi tersebut memperoleh manfaat dari pengaruh pinggir
(border effect). Pada rumpun padi yang berada di barisan pinggir hasilnya 1,5 – 2 kali lipat lebih
tinggi dari produksi pada yang berada di bagian dalam. Disamping itu sistem Legowo yang
memberikan ruang yang luas (lorong) sangat cocok dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan
atau minapadi legowo (Permana, 1995).
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan
yaitu ; tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang sudah ada serta
telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia. Tipe sistem tanam jajar legowo
terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan
dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2010).
Selain faktor luas lahan, faktor produk-tivitas lahan merupakan hal yang urgen untuk saat
ini, saat ini sangat jarang dijumpai lahan dengan produktivitas tinggi, yang ada hanya lahan
dengan produk-tivitas rendah. Rendahnya produktivas lahan saat ini disebabkan oleh beberapa
hal, seperti penggunaan pupuk urea yang kontinu yang berdampak pada rusaknya struktur tanah
dan kurangnya input bahan organik. Produktivitas lahan atau tanah merupakan gambaran
kemampuan tanah berdasakan pada pertimbangan ekonomis dan bukan hanya pada sifat tanah

semata. Tanah produktif harus mempunyai kesuburan yang menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman, walaupun tanah subur tidak selalu berarti produktif.
Tanah yang subur akan produktif jika dikelola dengan tepat, menggunakan teknik
pengelolaan dan jenis tanaman yang sesuai Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20
cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang
akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya (Anonimus, 2001b).

Menurut Soeharsono (1989), menyatakan bahwa usaha tani yang bagus sebagai usahatani
yang produktif dan efisien yang sudah sering dibicarakan sehari-hari. Usahatani yang produktif
berarti usahatani yang produktivitasnya tinggi. Maksud dari produktivitas ini sebenarnya
merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan kapasitas tanah.
Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat diperoleh dari satu
kesatuan (input).
Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tanah itu
untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto yang sebesarbesarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Oleh karena itu, secara teknis produktivitas
merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas (tanah).
Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu teknologi dalam meningkatkan
produktivitas padi yang dihasilkan. Menurut Lalla et al.(2012) menyatakan bahwa peningkatan
produktivitas dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo disebabkan oleh adanya ruang
antar tanaman, sehingga semua tanaman memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan
sinar matahari.
2.2 Usahatani
Menurut Muhammad Firdaus (2009), Usahatani merupakan organisasi dari alam (lahan),
tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi
tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau
sekelompok orang sebagai pengelolanya.
Menurut Rahim dan Hastuti (2007), usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih,
pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga
pendapatan usahataninya meningkat.
Setiap petani selalu menginginkan keuntungan dalam setiap usaha mereka. Baik itu usaha
dari segi pertanian, perkebunan, maupun dari segi lainnya. Untuk memperoleh keuntungan yang
tentu saja yang maksimal atau optimum para petani tentu saja ingin memproduksi produk (Q)
yang mereka usahakan sebanyak mungkin. Namun, untuk memperoleh keuntungan yang

maksimal tentu saja bukan hanya dilihat dari segi jumlah produk yang di produksi namun juga
dari harga jual dari produk tersebut. Dan tentu saja dengan menekan total biaya maka
keuntungan yang diharapkan bisa tercapai.
Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan modal yang
ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian, organisasi tersebut ketatalaksanaanya berdiri
sendiri dan sengaja diusahankan oleh seseorang atau sesekumpulan orang sebgai pengelolahanya
Dalam setiap usahatani tentu saja memerlukan faktor-faktor produksi karena tanpa
adanya faktor produksi tentu saja kegiatan usahatani tidak dapat berjalan. Faktor-faktor produksi
tersebut berupa:
1. SDA (Sumber Daya Alam).
2. SDM (Sumber Daya Manusia).
3. Modal.
4. Teknologi.
5. Manajemen
Dengan istilah usahatani diatas telah mencakup pengertian yang luas, dari bentuk yang
paling sederhana sampai yang paling moderen.

2.2.1

Lahan
Lahan merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung suatu proses produksi

dalam usaha pertanian. Dari luas lahan, tingkat kesuburan tanah merupakan salah satu unsur
pokok yang dibutuhkan dalam suatu lahan pertanian.
Semakin luas suatu lahan yang dimiliki oleh seorang petani maka akan semakin banyak
Q yang akan dihasilkan oleh petani tersebut. Namun, semakin kecil suatu lahan maka akan
semakin sedikit Q yang akan dihasilkan oleh petani tersebut. Menurut Suratiyah (2006), sifat,
letak dan tingkat kesuburan tanah merupakan faktor-faktor tanah yang juga sangat berpengaruh
dalam keberhasilan proses produksi suatu usahatani.
2.2.2

Sumber Daya Manusia

Dalam hal ini yang dimaksud adalah tenaga kerja. Menurut Tohir dalam Gracia (2008)
tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja
dalam usaha di bidang lain yang bukan pertanian. Karakteristik itu berupa:
1. Keperluan terhadap tenaga kerja dalam usahatani tidak kontinyu dan tidak merata.
2. Penyerapan tenaga kerja dalam usahatani sangat terbatas.
3. Tidak mudah distandarkan, dirasionalkan dan dispesialisasikan.
4. Beraneka ragam coraknya dan kadangkala tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Tenaga kerja dalam suatu usahatani kebanyakan berasal dari keluarga petani itu sendiri.
Namun, sering juga mereka menggunakan tenaga kerja luar dimana untuk menggaji mereka
menggunakan istilah HOK. Dalam hal tenaga kerja keluarga sering dinyatakan bahwa orang
yang bekerja itu tidak perlu dihitung biayanya padahal seharusnya meskipun menggunakan
tenaga mereka sendiri ataupun menggunakan tenaga anggota keluarga mereka sendiri namun itu
harus tetap dihitung.
2.2.3

Modal

1. Modal Abstrak – Konkrit
Modal abstrak atau capital value suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu adalah relatif
permanen, sedangkan modal konkrit atau capital goods mengalami perubahan atau pergantian.
2. Modal Aktif – Pasif
Modal aktif adalah modal yang tertera disebelah debet dari neraca yang menggambarkan bentuk–
bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan diutamakan. Sedangkan modal pasif
adalah modal yang tertera disebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber
dimana dana yang diperoleh.
(http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-modal-menurut-para-ahli.html)
2.2.4

Manajemen
Menurut Firdaus. M (2009), manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan

manajemen dalam agribisnis. Oleh karena itu, seseorang yang hendak terjun di bidang agribisnis
harus memahami konsep-konsep manajemen dalam agribisnis, yang meliputi pengertian
manajemen, fungsi-fungsi manajemen, tingkatan manajemen, prinsip-prinsip manajemen dan
bidang-bidang manajemen. Di samping itu, di dalam agribisnis ini ada keterkaitan dengan
beberapa ilmu lain yaituberupa; ilmu pertanian dalam pengambilan keputusan.

Menurut George R. Terry dalam Firdaus M. (2009), dikatakan bahwa manajemen adalah
sebuah proses yang khas, yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
menggerakkan, dan pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran
yang telah ditetapkan dengan bantuan manusia dan sumber-sumber daya lainnya.
Menurut James A.F Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengorganisasian dan pengawasan anggota
organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Data 2 (dua) pengemuka diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa manajemen
merupakan sebuah proses yang didalamnya terdapat beberapa faktor penting yaitu berupa;
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pengawasan dimana hal ini dilakukan untuk
dapat mencapi tujuan dari organisasi tersebut.
Menurut Suratiyah dalam Gracia (2008), petani sebagai pengelola dan sekaligus manajer
dalam usahatani melakukan beberapa aktivitas manajerial seperti:
1. Aktivitas teknis
Aktivitas ini meliputi keputusan petani sebagai pengelola usahatani tersebut mengenai jenis
tanaman apa yang akan diproduksi, jumlah skala usaha, teknologi yang digunakan dan tingkat
penggunaan lahan.
2. Aktivitas komersial
Aktivitas ini meliputi perhitungan-perhitungan penggunaan faktor produksi yang dibutuhkan,
sumber input yang akan digunakan, tempat pemasaran hasil produksi, keputusan-keputusan yang
diambil baik dari segi penggunaan kombinasi input-input pertanian maupun kombinasi cabang
usahatani.
3. Aktivitas finansial
Aktivitas ini merupakan perhitungan, ekspresi dan peramalan dari petani tersebut mengenai
modal yang dibutuhkan dan sumber modal jangka pendek hingga jangka panjang, beserta
prhitungan resiko-resikonya.
4. Aktivitas akuntansi
Aktivitas ini merupakan aktivitas pembuatan catatan atau laporan keuangan yang telah dilakukan
dalam usahataninya, yang bermanfaat sebagai alat kontrol dan kebutuhan peramalan untuk
bisnisnya dimasa mendatang.

2.3 Analisa Usahatani

Setiap usaha baik dari segi apakah usaha itu kecil, menengah maupun besar tujuan
utamanya adalah menekan total biaya serendah mungkin dan menaikkan biaya penerimaan
semaksimal mungkin.
2.3.1
1.

Biaya produksi

Biaya tetap (fix cost)

Biaya tetap (FC) adalah biaya yang dikeluarkan dan tetap sama dari waktu ke waktu. Namu,
dalam jangka panjang biaya tetap bisa saja menjadi biaya variabel. Contoh; biaya tenaga kerja
(jangka pendek), benih (jangka pendek), pupuk (jangka pendek), (Jangka panjang).
2.

Biaya variabel (variable cost)

Biaya variabel (VC) adalah biaya yang dikeluarkan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Contoh;
(search another reference)
2.3.2

Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah produk yang diproduksi dikali dengan harga.
TR = P × Q
Keterangan:

2.3.3

TR

= Total Revenue (Total Penerimaan)

P

= Price (Harga)

Q

= Quantity (Jumlah yang diproduksi)

Pendapatan
Menurut Kay and Edwards dalam Olviani. T (2008), net farm income is the amount by

which revenue exceeds expenses, plus any gain or loss the sale of capital assets.
Π = TR – TC
Keterangan:

2.3.4

Π

= Profit

TR

= Total Revenue

TC

= Total Cost

Analisis Usaha
Dalam suatu usaha juga diperlukan analisis usahatani, dengan tujuan untuk mengetahui

perolehan keuntungan yang diinginkan. Menurut Ibrahim (2003), analisis usahatani yang sering
digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengetahui keuntungan yang dimilikinya adalah:

1. Break Even Point (BEP) Produksi
Merupakan titik impas tingkat produksi dari hasil perhitungan untuk dapat mengembalikan biaya
yang dikeluarkan atau total pendapatan sama dengan (=) total biaya.
BEP produksi
2.

Break Even Point (BEP) Harga Produksi
Merupakan titik pulang pokok harga produksi artinya dengan harga produk tertentu sudah dapat
mengembalikan biaya yang dikeluarkan.
BEP harga

3. Net Benefit Cost Ratio (B/C)
Merupakan perbandingan antara laba bersih dan total biaya produksi. Jika nilai Net B/C lebih
besar dari satu berarti gagasan usaha tersebut layak untuk dikerjakan dan semakin besar nilai B/C
maka semakin layak usaha tersebut untuk dilaksanakan (x > 1).
B/C Ratio

2.4 Pengertian Produktivitas
Pengertian Produktivitas dalam pertanian adalah hasil persatuan atau satu lahan yang
panen dari seluruh luas lahan yang dipanen. Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan
produksi sebagai perbandingan luaran (output) dengan masukan (input). Dimana produktivitas
merupakan ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan
untuk mencapai hasil optimal. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
suatu industri dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya,
berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi,
tergantung pada

aspek-aspek output atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks
produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi,
dan produktivitas bahan mentah (Samuelson dan William, 1992:133).
Dalam ilmu ekonomi pertanian produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang
diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan) dengan biaya (pengorbanan) yang
harus dikeluarkan. Hasil yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi, dan biaya yang
dikeluarkan disebut biaya produksi. Usahatani yang bagus merupakan usahatani yang produktif
atau efisien.
Usahatani yang produktif berarti usahatani yang memiliki produktivitas yang tinggi.
Pengertian produktivitas ini merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik)
dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur. banyaknya hasil produksi (output) yang
diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Jika efisiensi fisik kemudian di nilai dengan
uang maka akan dibahas efisiensi ekonomi. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu
menggambarkan kemampuan sebidang tanah untuk menyerap tenaga dan modal sehingga
memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan teknologi tertentu. Jadi
secara teknis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi (usaha) dan kapasitas tanah
(Mubyarto, 1989:68).

Dalam setiap panen padi, petani akan menghitung berapa hasil bruto

produksinya, yaitu luas tanah dikalikan hasil pekesatuan luas. Hasil bruto yang didapat kemudian
dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan petani, yaitu biaya pupuk, bibit, biaya
pengolahan tanah upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya panen yang biasanya
berupa bagi hasil. Setelah semua biaya-biaya tersebut dikurangi maka petani akan memperoleh
hasil bersih atau hasil netto. Apabila hasil bersih usahatani besar maka akan menunjukkan rasio
yang baik dari nilai hasil dan biaya. Makin tinggi rasio berarti usahatani makin efisien
(Mubyarto, 1989:70).
2.5 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Ada dua tujuan
utama dari analisis pendapatan yaitu menggambarkan keadaan yang akan datang dari sebuah
perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani pendapatan memberikan bantuan untuk
mengukur apakah kegiatan usaha pada saat ini berhasil atau tidak. Pendapatan cabang usaha
adalah selisish antara penerimaan cabang usaha yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan usahatani akan berbeda untuk setiap petani, dimana perbedaan ini disebabkan oleh
perbedaan faktor produksi, tingkat produksi yang dihasilkan dan harga jual yang tidak sama
hasilnya.
Prinsip penting yang perlu diketahui dalam menganalisis mengenai pendapatan pada
usahatani adalah mengenai keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran. Penerimaan didapat
dari hasil perkalian antara berapa besar produksi yang dicapai dan dapat dijual dengan harga
satuan komoditi tersebut di pasar. Pengeluaran uasahatani dapat diperoleh dari perolehan nilai
penggunaan faktor produksi serta besar penggunaannya pada suatu proses produksi yang
bersangkutan (Soekartawi,dkk,1984).
Pendapatan usaha tani dalam teori ekonomi pertanian tingkat pendapatan pertanian
menjadi fokus dari setiap tujuan aktivitas usahatani,tinggi rendahnya modal usaha akan
berpengaruh terhadap pruduksi yang akhirnya kembali berdampak pada pandapatan petani.
Menurut Tjakrawiralaksana (1983) Pendapatan usahatani adalah sisa beda dari pada penggunaan
nilai penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkan.Ada beberapa ukuran untuk
menghitung pendapatan usahatani yaitu : • Pendapatan usahatni diperoleh dengan menghitung
semua penerimaan dikurangi dengan semua pengeluaran • Pendapatan keluarga tani diperoleh
dari menambah pendapatan tenag kerja keluarga dengan bungan modal milik sendiri dan nilai
sewa • Pendapatan petani diperoleh dari menambah pendapatan tenaga kerja biaya modal sendiri.
Soekarawi (1995) Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan semua biaya
yang dikeluarkan.Selanjutnya dikatakan bahwa pendapatan rumah tangga petani adalah

keseluruhan pendapatan petani,tidak saja dari usaha bidang pertanian dari usaha non pertanian
juga.secara matematis pendapatan usahatani diformulasikan sebagai berikut : Pd = TR – TC
Dimana : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total biaya.
Soeriatmadja (1983) menyatakan bahwa analisis R/C ratio adalah imbangan antara
penerimaan dan biaya.Analisis ini dipakai untuk melihat keuntungan relative dari suatu kegiatan
usahatani.Secara matematis R/C ratio dapat diformulasikan sebagai berikut : RC = total
penerimaan Total biaya Kriteria penilaian R/C ratio adalah : • JIka R/C ratio < 1,berarti secara
ekonomi usaha yang dilakukan tidak menguntungkan • Jika R/C ratio = 1,berarti secara ekonomi
usaha yang dilakaukan tidak menguntungkan dan tidak merugikan • Jika R/C ratio > 1,berarti
secara ekonomi usaha yang dilakukan menguntungkan sehingga usahatani tersebut layak untuk
diusahakan.
2.6 Konsep Efisiensi
Efisiensi menurut Mubyarto (1989) adalah banyaknya hasil produksi fisik yang dapat
diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Menurut Agustina (2011), efisiensi
digunakan untuk mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan input
tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efisiensi merupakan jumlah produksi yang
dihasilkan pada satu satuan input tertentu.
Salah satu cara untuk mengukur efisiensi dalam usahatani yaitu dengan menggunakan
rasio imbangan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Rasio ini mengukur seberapa besar
penerimaan yang diterima untuk setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan. Semakin besar nilai
dari rasio tersebut maka semakin efisien usahatani tersebut. Menurut Soekartawi (2002) nilai
R/C lebih dari satu maka dapat dikatakan usahatani tersebut efisien.
2.7 Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian sebelumnya dengan judul penelitian “Analisis Perbandingan
Produksi dan Pendapatan Petani Padi Pengguna Paket Teknologi Pupuk Berimbang dan Pupuk
Tidak Berimbang di Kabupaten Takalar”, didapatkan hasil bahwa paket teknologi pupuk
berimbang meningkatkan produksi dan produktivitas sampai 6.525,00 kg/ha padi dibandingkan
dengan tanpa pengguna pupuk berimbang hanya mencapai 4.125,90 kg/ha. produksi dan
pendapatan petani yang menggunakan paket pemupukkan berimbang mengalami peningkatan
dibandingkan dengan yang tidak menggunakan paket pemupukkan berimbang ( Mukhtar dan
Kaharuddin, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Azwir yaitu terhadap sistem tanam jajar legowo 6:1.
Menurut Azwir adanya perbedaan hasil tanam tersebut dikarenakan sistem tanam biasa belum
mampu memenuhi persyaratan pertumbuhan tanaman padi untuk berproduksi secara maksimal.
Sistem tanam jajar legowo memiliki beberapa tipe tanam, yaitu tipe 2:1, tipe 4: 1, tipe 5:1 dan
tipe 6:1. Diantara tipe-tipe tanam tersebut sistem tanam dengan menggunakan tipe 2:1
menghasilkan gabah kering tertinggi yaitu sebesar 8,84 ton GKP/ha. Hal itu karena, sistem tanam
legowo 2:1 memiliki malai yang lebih panjang. Umumnya panjang malai berkolerasi positif
dengan jumlah gabah per malai. Semakin panjang malai terbentuk, maka akan semakin banyak
peluang jumlah gabah yang dapat ditampung oleh malai yang bersangkutan (Aribawa,2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2013) menyatakan bahwa
sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan produksi padi sawah 6,47 ton atau sebesar
12,36 persen bila dibandingkan dengan menggunakan sistem tanam konvensional, serta mampu
meningkatkan jumlah malai per rumpun sebesar 39,53 persen. Sementara itu berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Diratmaja (2001) menyatakan bahwa sistem tanam jajar legowo
dapat meningkatkan produksi padi sebesar 17,56 persen. Selain itu menurut Jumakir (2012)
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di desa Sri Agung kecamatan Batang Asam, Tanjung

Barat jumlah produktivitas gabah yang dihasilkan pada usahatani padi sistem jajar legowo lebih
besar yaitu sebesar 7,68 toh per Ha dan pada sistem tanam konvensional sebesar 6,56 ton per Ha.
Selain itu, dengan menggunakan sistem tanam ini terjadi pengurangan hama tikus karena
kondisi lahan yang relatif terbuka. Tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Lalla, penelitian
yang dilakukan oleh Azwir et al. (2009) menyatakan bahwa sistem tanam jajar legowo dapat
meningkatkan produktivitas padi, meskipun memiliki jumlah malai atau rumpun pada saat
penanaman tidak banyak, namun populasi tanaman yang dihasilkan lebih banyak, karena
memiliki jarak tanam yang rapat yaitu 20x20 cm.
2.8 KERANGKA PEMIKIRAN
Peningkatan kesejahteraan masyarakat dilakukan melalui pembangunan di berbagai
bidang, salah satunya pembangunan dibidang pertanian. Hal ini terlihat semakin digalakkannya
pembangunan dibidang pertanian utamanya sub sektor pangan. Salah satu sub sektor pangan
adalah usahatani padi sawah (Republika, 2012)
Salah satu masalah yang dihadapi negara indonesia sekarang ini adalah bagaimana
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang dilakukan melalui pembangunan diberbagai
bidang. Hal ini nampak semakin digalakkannya pembangunan di bidang pertanian utamanya sub
sektor pangan.
Salah satu sub sektor pangan adalah usaha tani padi. Petani padi dalam melakukan proses
produksi untuk menghasilkan output, diperlukan biaya pengeluaran-pengeluaran yang digunakan
dalam mempertahankan kelangsungan proses produksi tersebut.

Dalam usaha tani padi diharapkan adanya peningkatan produktivitas dan pendapatan
sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan petani padi pada khususnya,
karena salah satu ukuran kesejahteraan masyarakat adalah dengan peningkatan pendapatannya.
Dengan demikian maka akan lebih meningkatkan produktivitas padi dibandingkan
dengan sistem tanam non jajar legowo. Sehingga dengan penggunaan input yang sama akan
menghasilkan jumlah produksi yang lebih banyak. Oleh karena itu salah satu dari tujuan sistem
tanam jajar legowo ini yaitu input yang digunakan akan lebih efisien dibandingkan dengan
sistem tanam non jajar legowo. Sehingga pendapatan yang diterima petani diharapkan akan lebih
besar dibandingkan dengan usahatani padi dengan menggunakan sistem tanam non jajar legowo.
Adapun alur dari kerangka pemikiran dapat disajikan sebagai berikut :

Kabupaten Sarolangun Menggalakkan Program Peningkatan
Produksi Padi Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo

Sebagian petani tidak mau menggunakan sistem tanam jajar
legowo karena takut pendapatan yang diterima akan berkurang

Usahatani padi sistem tanam jajar
legowo

Usahatani padi sistem non jajar
legowo

Penerimaan

Biaya

Penerimaan

Pendapatan Usahatani

Biaya

Pendapatan Usahatani

Perbandingan pendapatan usaha tani

Kesimpulan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.9 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. diduga sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan
petani di daerah penelitian.
2. Diduga adanya perbedaan produktivitas dan pendapatan di daerah penelitian.
3. Di duga adanya perbedaan pendapatan petani berdasarkan strata luas lahan pada sistem
tanam jajar legowo dengan sistem tanam non jajar legowo di daerah penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pasar Pelawan, Kecamatan Pelawan, Kabupaten
Sarolangun. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena desa
tersebut merupakan salah satu sentra produksi padi yang cukup besar dalam sektor pertanian
sehingga memberikan konstribusi yang tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi
daerah. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal......................... sampai tanggal............................

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Luas lahan dan produksi usaha tani padi (Ha)
2. Identitas petani yang menerapkan program tanam jajar legowo dan non jajar legowo
3. Jumlah petani yang menerapkan program tanam jajar legowo dan non jajar legowo
4. Produktivitas dan Pendapatan petani yang menerapkan program tanam jajar legowo dan
tanam non jajar legowo
5. Data-data lain yang dianggap penting yang berhubungan dengan penelitian
3.2 Metode Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan secara berstrata (Stratified Random Sampling). Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 30 petani dari 53 petani sampel di Desa Pasar Pelawan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada petani dengan bantuan kuesioner yang
telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari Biro Pusat Statistik
(BPS), Dinas Pertanian, Kantor Camat Kecamatan Pelawan, instansi terkait lainnya, buku serta
literaturliteratur yang mendukung penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis apakah sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani menggunakan metode perhitungan pendapatan :
I = TR – TC
Dimana : I

: Income (pendapatan bersih usaha tani) TR : Total Reveneu (penerimaan usaha
tani)

TC

: Total Cost (total biaya) Untuk menganalisis perbedaan produktivitas dan
pendapatan serta perbedaan pendapatan petani berdasarkan strata luas lahan
menggunakan metode Independent sample t-test :

th = (�� − �� ) �� − �
Dimana :
th = nilai t hitung
�1 = rata-rata kelompok 1
�2 = rata-rata kelompok 2
��− � = standar error kedua kelompok

3.5 Defenisi Operasional
1. Petani adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani padi pada sebidang tanah
atau lahan.
2. Luas lahan sawah adalah luas lahan yang dipakai untuk komoditi padi dimana yang dihitung
dalam satuan ha.
3. Produksi padi adalah total produksi padi di daerah penelitian yang dihitung dalam ton.

4. Produktivitas adalah perbandingan antara produksi (ton) terhadap luas lahan (ha).
5. Sistem tanam jajar legowo adalah rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar
rumpun dan antar baris.
6. Sistem tanam non jajar legowo adalah sistem tanam padi yang biasa dilakukan petani dengan
jarak 20 x 20 cm atau lebih rapat lagi.
7. Pendapatan petani adalah pendapatan bersih petani padi diukur dengan satuan rupiah (Rp)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2011b. Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi Dengan Sistem
Tanam Jajar Legowo. Gerbang Pertanian http://
www.gerbangpertanian.com/2011/02/upayameningkatkan-produksitanamanpadi.html
pada 2 Mei 2012).

(Diakses

Badan Litbang Pertanian, 2007. Pengelolaan Tanaman terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi.
Petunjuk Teknis Lapangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2010. Tanam Padi Cara Jajar Legowo di Lahan Sawah.
http:// www.bptpbanten.com/2010/02/tanampadilegowolahansawah (Diakses pada 1
Januari 2012).
Permana, S.,1995. Teknologi Usahatani Mina Padi Azolla Dengan Cara Tanam Jajar Legowo.
Mimbar Saresehan Sistem Usahatani Berbasis Padi di Jawa Tengah. BPTP Ungaran.
Mukhtar dan Kaharuddin., 2012. Analisis Perbandingan Produksi dan Pendapatan Petani Padi
Pengguna Paket Teknologi Pupuk Berimbang dan Pupuk Tidak Berimbang di
Kabupaten Takalar. Sulawesi Selatan. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STTP)
Gowa
Soeharsono, S., 1989. Membangun Manusia Karya. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta