Mengapa harus tahu HIV AIDS
Mengapa harus tahu HIV/AIDS ???
Apa kabar sahabat Indonesia? salam sehat bagi semua. Sebentar
lagi sobat akan membaca artikel mengenai kesehatan, yaitu seputar
HIV/AIDS. Artikel ini dibuat salah satunya dalam rangka memperingati hari
HIV/AIDS yang jatuh pada 1 Desember kemaren. Selain itu juga untuk
memberikan pengetahuan kepada siapa pun yang membaca agar
nantinya dapat ikut serta dalam upaya mengkampanyekan bebas
HIV/AIDS. Upaya mengkampanyekan bebas HIV/AIDS sudah banyak
dilakukan salah satunya adalah mengadakan pekan kondom nasional. Hal
ini sudah dilakukan dan banyak mendapat apresiasi masyarakat karena
membantu memberikan seputar informasi mengenai kesehatan, HIV/AIDS,
dan permasalahan kesehatan lainnya. Masih banyak upaya-upaya yang
masih akan dilakukan oleh kita semua.
Sebelumnya, Apakah sobat tahu tentang HIV/AIDS? Atau sejauh
mana sobat mengetahuinya?
Sebelum melangkah lebih jauh, alangkah baiknya kita berkenalan
dulu dengan HIV/AIDS. Kata orang, tidak kenal maka tidak sayang. Tetapi
pernyataan untuk kali ini berbeda. Jika sudah kenal justru sobat akan
“benci” HIV/AIDS. HIV (Human Imunodeficiency Virus) adalah sebuah
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Virus
HIV merupakan retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. Secara
struktural morfologinya, bentuk HIV terdiri dari sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar lebar. Pada pusat lingkaran
terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen komponen fungsional dan
struktural. Gen tersebut yaitu gag, pol dan env. Gag berarti group
antigen, pol mewakili polimerase, dan env kependekan dari envelope. Ini
adalah bentuk virus HIV yang saya jelaskan secara umum. Bila sobat ingin
tahu banyak, bisa baca-baca buku atau tanya Dr. Google di internet.
Bagaimana dengan siklus hidupnya? Sobat perlu tahu bahwa virus ini
hidup di sel pejamu (orang yang mengidap virus HIV/AIDS, atau lebih
sering sobat dengar dengan istilah ODHA). Sel pejamu yang terinfeksi
oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek, hal ini berarti HIV secara
terus-menerus mereplikasi pada sel pejamu. Kurang lebih 10 milyar virus
dihasilkan setiap harinya. Wow..banyak juga kan! Serangan pertama HIV
akan tertangkap oleh sel dendrit pada membran mukosa dan kulit pada 24
jam pertama. Sel yang terinfeksi akan membuat jalur ke nodus limfa dan
kadang-kadang ke pembuluh darah perifer dalam 5 hari setelah paparan.
Dalam waktu tersebut proses replikasi berlangsung lebih cepat. Siklus HIV
dibagi menjadi 5 fase, yaitu: Masuk dan mengikat, Reverse transkiptase,
Replikasi, Budding, Maturasi.
Tahukah sobat tentang perjalanan penyakit ini hingga sampai ke tubuh
penderita? Tetap duduk manis, dan lanjutkan membaca!!
Dari awalnya si virus ini (HIV) akan menyerang sistem imun pejamu.
HIV inilah si virus yang akan membuat penderita memiliki penyakit AIDS.
Apakah sobat tahu bedanya HIV dengan AIDS? Bagi sobat yang belum
tahu berikut sedikit penjelasan dari saya. HIV adalah virus yang akan
menyebabkan penyakit AIDS. Jadi terkena HIV dulu, baru timbul penyakit
AIDS. Intinya sih begitu ... (-_-). Perjalanan klinis pasien dari tahap
terinfeksi HIV sampai akhirnya terkena AIDS, sejalan dengan penurunan
derajat imunitas pasien. Penurunan imunitas biasanya diikuti adanya
peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi oportunitik serta
penyakit keganasan (Depkes RI, 2003). Dari semua orang yang terinfeksi
HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50%
menjadi
AIDS
sesudah
sepuluh
tahun,
dan
hampir
100%
pasien
menunjukan gejala AIDS setelah 13 tahun (Sudoyo, 2006). Dalam tubuh
ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA pasien, sehingga
pasien seumur hidup akan tetap terinfeksi. Gejala yang muncul adalah
gejala yang tidak wajar, seperti demam, nyeri menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk pada 3-6 minggu setelah
infeksi (Sudoyo, 2006). Jadi sobat hati-hati jika ada temen yang
mengalami gejala seperti itu, kenali betul gejalanya. Penderita dalam
kondisi seperti ini dikenal dengan kondisi primer.
Seperti halnya penyakit lain, HIV/AIDS juga memiliki stadium dalam
menentukan tingkat keparahannya. Coba tebak ada berapa stadium
dalam penderita HIV/AIDS? Yah betul ... ada empat stadium. Inilah
stadium dalam HIV/AIDS :
1. Stadium Pertama: HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya
HIV dan diikuti
terjadinya
perubahan serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah
dari negatif menjadi positif. Rentan waktu sejak HIV masuk kedalam
tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut
window period. Lamanya antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada
yang berlangsung sampai enam bulan.
2. Stadium Kedua: Asimptomatik
Asimptomatik berarti bahwa di dalam orgam tubuh terdapat HIV
tetapi tubuh tidak menunjukan gejala-gejala. Keadaan ini dapat
berlangsung selama 5 sampai 10 tahun. Cairan HIV dari orang
tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
3. Stadium Ketiga: Pembesaran limfa
Kelenjar limfa secara bertahap akan mengalami pembesaran pada
seluruh bagiannya. Keadaan ini berlangsung lebih dari satu bulan.
4. Stadium Keempat: AIDS
Keadaan ini disertai dengan munculnya berbagai macam penyakit,
diantaranya penyakit konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit
infeksi sekunder.
Inilah stadium dalam HIV/AIDS. Stadium tersebut menurut Depkes RI
tahun 2009. Tetapi menurut saya masih ada stadium kelima. Stadium
kelimanya adalah menunggu kematian dan ........ DEAD $#@#$ (Serem).
Saya tidak bermaksud menakut-nakuti, tetapi itulah kenyataanya. Maka
dari
itu,
sobat
Indonesia
jangan sampai
melakukan
hal-hal
yang
penyakit
AIDS
mendatangkan virus HIV. Ok!
Nah
selanjutnya,
untuk
mengetahui
pahamilah tulisan berikut:
Gejala Klinis pada Stadium AIDS
Gejala utama:
gejala-gejala
Demam berkepanjangan minimal leih dari tiga bulan
Diare kronis lebih dari satu bulan secara berulang
Penurunan berat badan lebih dari 10% setiap bulan
TBC
Gejala tambahan
Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
Infeksi pada mulut dan tenggorokan
Pembengkakan kelenjar getah bening
Munculnya penyakit Herpes zoster secara berulang dan bercakbercak gatal diseluruh tubuh (Depkes RI, 1997)
Sobat, silakan cek semua orang, teman, sahabat atau keluarga di
lingkungan kita. Barangkali ada gejala tersebut. Kenali tandanya dan
cegah penyebarannya. Siapa pun dapat terserang AIDS.
Jika ada dilingkungan kita yang mengalami gejala tersebut, sobat
jangan bingung. Lakukan saja diagnosis HIV. Diagnosis pada HIV/AIDS
dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dan pembagian gejala klinis
baik
mayor
mendiagnosis
maupun
HIV
minor.
adalah
Tes
ELISA.
skrining
Untuk
yang
digunakan
mengindentifikasi
untuk
antibodi
terhadap HIV, tes ELISA sangat sensitif, tetapi tidak selalu spesifik, karena
penyakit lain bisa juga menunjukan hasil positif. Begitu pasien didiagnosis
penyakit HIV, maka tingkat kerusakan kekebalan tubuh yang dialami perlu
ditentukan. Pasien yang terinfeksi HIV hampir seluruhnya mengalami
gangguan hematologi dan penurunan sel darah putih.
ELISA merupakan tes yang baik, tetapi hasilnya mungkin akan
masih negatif dalam 6-12 minggu pasien setelah infeksi. Jika terdapat
tanda-tanda infeksi akut pada pasien dan hasil ELISA negatif, maka
pemeriksaan ELISA perlu diulang. Gejala infeksi akut yang mirip flu ini
akan sembuh dan pasien tidak menunjukan tanda-tanda terinfeksi virus
HIV sampai dengan beberapa tahun. Periode ini disebut periode laten dan
berlangsung selama 8 sampai 10 tahun. Selama periode laten, virus HIV
terus menyerang kekebalan tubuh penderita meskipun tidak tampak
tanda dan gejala HIV. Stadium lanjut HIV ketika pasien mengalami
penyakit AIDS. Dari semua penjelasan sampai di sini, apakah sobat ada
pertanyaan? Jika kurang jelas sobat bisa baca buku-buku tentang HIV/AIDS
atau tanya sama Om Google.
Nah, berikut tulisan yang paling penting. Berikut beberapa cara si virus
menularkan HIV/AIDS:
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Semua bentuk hubungan seksual seperti vaginal, anal, dan oral
dengan penderita HIV/AIDS tanpa perlindungan dapat menularkan
HIV/AIDS.
2. Ibu pada bayinya
Penularan HIV/AIDS dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan.
Penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi sekitar 0,01% sampai 0,7%. Bila
ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan
bayi terinfeksi sekitar 30%-50%. Sedangkan pada gejala AIDS
kemungkinan terserang mencapai 50% lebih (PELKESI, 1995).
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV
Menularkan HIV lewat darah lebih cepat, karena virus HIV akan
masuk langsung ke pembuluh darah dan menyebar keseluruh
tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat yang tidak steril akan menularkan HIV pada orang lain.
5. Alat-alat yang menoreh kulit.
Alat tajam seperti jarum, pisau, silet dan sejenisnya akan bisa
menularkan HIV bila tidak di sterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Jarum suntik yang digunakan difasilitas kesehatan, maupun yang
digunakan oleh pengguna narkoba sangat berpotensi menularkan
HIV.
Sobat perlu tahu!! Pencegahan HIV pada wanita dan anak
Pencegahan
HIV pada
wanita
dilakukan secara
primer
yang
mencangkup mengubah perilaku seksual dengan menerapkan prinsip
perlindungan. Kata temenku yang ahli kesehatan (kuliah di Fakultas
kesehatan Masyarakat) pencegahan dapat dilakukan dengan rumus
ABCDE, yakni Abstinence (tidak melakukan hubngan seksual), Be
faithful (setia pada pasangan), Condom (menggunakan kondom jika
terpaksa melakukan hubungan), Drug (tidak menggunakan obat-obatan
terlarang), Equipment (biasanya drug dibarengi dengan penggunaan
jarum suntik bergantian. Dengan tidak menggunakan drug dan tidak
bergantian jarum suntik, maka dapat mencegah penularan HIV/AIDS)
Wanita juga disarankan untuk tidak menggunakan narkoba terutama
narkoba suntikan dengan menggunakan jarum. Penularan HIV dari ibu ke
bayi
dapat
dicegah
melalui
empat
cara,
mulai
saat
hamil,
saat
melahirkan, dan saat lahir yaitu penggunaan antiretroviral selama
kehamilan, penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi baru
dilahirkan, penanganan obstetrik selama persalinan, penatalaksanaan
selama menyusui. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load
rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh
kurang efektif dalam menularkan HIV. Persalinan sebaiknya mengunakan
sistem sectio caesaria karena terbukti mengurangi risiko HIV sampai 80%.
Bila bedah caesar selektif disertai penggunaan antiretroviral, maka risiko
dapat diturunkan sampai 87%.
Ok sobat. Sekarang tiba di ujung tulisan. Sebelum tulisan ini saya
tutup, berikut sebuah saran saya pada sobat tentang bagaimana perilaku
kita terhadap ODHA. Orang yang menderita HIV/AIDS tidak boleh dicap
jelek atau stigma buruk kepada mereka. ODHA juga mempunyai hak
untuk hidup, bersosialisasi dan bermasyarakat. Jangan sampai ada yang
namanya diskriminasi terhadap ODHA. Karena sekarang timbul paradigma
masyarakat tentang diskriminasi terhadap ODHA. Wanita dan anak-anak
adalah yang paling banyak menerima diskriminasi.
Anak yang didiagnosis HIV juga mendatangkan trauma yang
mendalam pada keluarganya. Mereka perlu mendapatkan dukungan
terutama pada kehilangan kepercayaan dirinya. Selain itu perlu diberikan
perawatan yang lebih pada ODHA. Perawatan ini mencangkup pemberian
kenyamanan, dan pengelolaan dari rasa sakit.
Terima kasih kepada sobat dan semua yang membaca tulisan ini. Salam.
(Mohamad Agus Faozan)*
Apa kabar sahabat Indonesia? salam sehat bagi semua. Sebentar
lagi sobat akan membaca artikel mengenai kesehatan, yaitu seputar
HIV/AIDS. Artikel ini dibuat salah satunya dalam rangka memperingati hari
HIV/AIDS yang jatuh pada 1 Desember kemaren. Selain itu juga untuk
memberikan pengetahuan kepada siapa pun yang membaca agar
nantinya dapat ikut serta dalam upaya mengkampanyekan bebas
HIV/AIDS. Upaya mengkampanyekan bebas HIV/AIDS sudah banyak
dilakukan salah satunya adalah mengadakan pekan kondom nasional. Hal
ini sudah dilakukan dan banyak mendapat apresiasi masyarakat karena
membantu memberikan seputar informasi mengenai kesehatan, HIV/AIDS,
dan permasalahan kesehatan lainnya. Masih banyak upaya-upaya yang
masih akan dilakukan oleh kita semua.
Sebelumnya, Apakah sobat tahu tentang HIV/AIDS? Atau sejauh
mana sobat mengetahuinya?
Sebelum melangkah lebih jauh, alangkah baiknya kita berkenalan
dulu dengan HIV/AIDS. Kata orang, tidak kenal maka tidak sayang. Tetapi
pernyataan untuk kali ini berbeda. Jika sudah kenal justru sobat akan
“benci” HIV/AIDS. HIV (Human Imunodeficiency Virus) adalah sebuah
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Virus
HIV merupakan retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. Secara
struktural morfologinya, bentuk HIV terdiri dari sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar lebar. Pada pusat lingkaran
terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen komponen fungsional dan
struktural. Gen tersebut yaitu gag, pol dan env. Gag berarti group
antigen, pol mewakili polimerase, dan env kependekan dari envelope. Ini
adalah bentuk virus HIV yang saya jelaskan secara umum. Bila sobat ingin
tahu banyak, bisa baca-baca buku atau tanya Dr. Google di internet.
Bagaimana dengan siklus hidupnya? Sobat perlu tahu bahwa virus ini
hidup di sel pejamu (orang yang mengidap virus HIV/AIDS, atau lebih
sering sobat dengar dengan istilah ODHA). Sel pejamu yang terinfeksi
oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek, hal ini berarti HIV secara
terus-menerus mereplikasi pada sel pejamu. Kurang lebih 10 milyar virus
dihasilkan setiap harinya. Wow..banyak juga kan! Serangan pertama HIV
akan tertangkap oleh sel dendrit pada membran mukosa dan kulit pada 24
jam pertama. Sel yang terinfeksi akan membuat jalur ke nodus limfa dan
kadang-kadang ke pembuluh darah perifer dalam 5 hari setelah paparan.
Dalam waktu tersebut proses replikasi berlangsung lebih cepat. Siklus HIV
dibagi menjadi 5 fase, yaitu: Masuk dan mengikat, Reverse transkiptase,
Replikasi, Budding, Maturasi.
Tahukah sobat tentang perjalanan penyakit ini hingga sampai ke tubuh
penderita? Tetap duduk manis, dan lanjutkan membaca!!
Dari awalnya si virus ini (HIV) akan menyerang sistem imun pejamu.
HIV inilah si virus yang akan membuat penderita memiliki penyakit AIDS.
Apakah sobat tahu bedanya HIV dengan AIDS? Bagi sobat yang belum
tahu berikut sedikit penjelasan dari saya. HIV adalah virus yang akan
menyebabkan penyakit AIDS. Jadi terkena HIV dulu, baru timbul penyakit
AIDS. Intinya sih begitu ... (-_-). Perjalanan klinis pasien dari tahap
terinfeksi HIV sampai akhirnya terkena AIDS, sejalan dengan penurunan
derajat imunitas pasien. Penurunan imunitas biasanya diikuti adanya
peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi oportunitik serta
penyakit keganasan (Depkes RI, 2003). Dari semua orang yang terinfeksi
HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50%
menjadi
AIDS
sesudah
sepuluh
tahun,
dan
hampir
100%
pasien
menunjukan gejala AIDS setelah 13 tahun (Sudoyo, 2006). Dalam tubuh
ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA pasien, sehingga
pasien seumur hidup akan tetap terinfeksi. Gejala yang muncul adalah
gejala yang tidak wajar, seperti demam, nyeri menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk pada 3-6 minggu setelah
infeksi (Sudoyo, 2006). Jadi sobat hati-hati jika ada temen yang
mengalami gejala seperti itu, kenali betul gejalanya. Penderita dalam
kondisi seperti ini dikenal dengan kondisi primer.
Seperti halnya penyakit lain, HIV/AIDS juga memiliki stadium dalam
menentukan tingkat keparahannya. Coba tebak ada berapa stadium
dalam penderita HIV/AIDS? Yah betul ... ada empat stadium. Inilah
stadium dalam HIV/AIDS :
1. Stadium Pertama: HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya
HIV dan diikuti
terjadinya
perubahan serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah
dari negatif menjadi positif. Rentan waktu sejak HIV masuk kedalam
tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut
window period. Lamanya antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada
yang berlangsung sampai enam bulan.
2. Stadium Kedua: Asimptomatik
Asimptomatik berarti bahwa di dalam orgam tubuh terdapat HIV
tetapi tubuh tidak menunjukan gejala-gejala. Keadaan ini dapat
berlangsung selama 5 sampai 10 tahun. Cairan HIV dari orang
tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
3. Stadium Ketiga: Pembesaran limfa
Kelenjar limfa secara bertahap akan mengalami pembesaran pada
seluruh bagiannya. Keadaan ini berlangsung lebih dari satu bulan.
4. Stadium Keempat: AIDS
Keadaan ini disertai dengan munculnya berbagai macam penyakit,
diantaranya penyakit konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit
infeksi sekunder.
Inilah stadium dalam HIV/AIDS. Stadium tersebut menurut Depkes RI
tahun 2009. Tetapi menurut saya masih ada stadium kelima. Stadium
kelimanya adalah menunggu kematian dan ........ DEAD $#@#$ (Serem).
Saya tidak bermaksud menakut-nakuti, tetapi itulah kenyataanya. Maka
dari
itu,
sobat
Indonesia
jangan sampai
melakukan
hal-hal
yang
penyakit
AIDS
mendatangkan virus HIV. Ok!
Nah
selanjutnya,
untuk
mengetahui
pahamilah tulisan berikut:
Gejala Klinis pada Stadium AIDS
Gejala utama:
gejala-gejala
Demam berkepanjangan minimal leih dari tiga bulan
Diare kronis lebih dari satu bulan secara berulang
Penurunan berat badan lebih dari 10% setiap bulan
TBC
Gejala tambahan
Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
Infeksi pada mulut dan tenggorokan
Pembengkakan kelenjar getah bening
Munculnya penyakit Herpes zoster secara berulang dan bercakbercak gatal diseluruh tubuh (Depkes RI, 1997)
Sobat, silakan cek semua orang, teman, sahabat atau keluarga di
lingkungan kita. Barangkali ada gejala tersebut. Kenali tandanya dan
cegah penyebarannya. Siapa pun dapat terserang AIDS.
Jika ada dilingkungan kita yang mengalami gejala tersebut, sobat
jangan bingung. Lakukan saja diagnosis HIV. Diagnosis pada HIV/AIDS
dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium dan pembagian gejala klinis
baik
mayor
mendiagnosis
maupun
HIV
minor.
adalah
Tes
ELISA.
skrining
Untuk
yang
digunakan
mengindentifikasi
untuk
antibodi
terhadap HIV, tes ELISA sangat sensitif, tetapi tidak selalu spesifik, karena
penyakit lain bisa juga menunjukan hasil positif. Begitu pasien didiagnosis
penyakit HIV, maka tingkat kerusakan kekebalan tubuh yang dialami perlu
ditentukan. Pasien yang terinfeksi HIV hampir seluruhnya mengalami
gangguan hematologi dan penurunan sel darah putih.
ELISA merupakan tes yang baik, tetapi hasilnya mungkin akan
masih negatif dalam 6-12 minggu pasien setelah infeksi. Jika terdapat
tanda-tanda infeksi akut pada pasien dan hasil ELISA negatif, maka
pemeriksaan ELISA perlu diulang. Gejala infeksi akut yang mirip flu ini
akan sembuh dan pasien tidak menunjukan tanda-tanda terinfeksi virus
HIV sampai dengan beberapa tahun. Periode ini disebut periode laten dan
berlangsung selama 8 sampai 10 tahun. Selama periode laten, virus HIV
terus menyerang kekebalan tubuh penderita meskipun tidak tampak
tanda dan gejala HIV. Stadium lanjut HIV ketika pasien mengalami
penyakit AIDS. Dari semua penjelasan sampai di sini, apakah sobat ada
pertanyaan? Jika kurang jelas sobat bisa baca buku-buku tentang HIV/AIDS
atau tanya sama Om Google.
Nah, berikut tulisan yang paling penting. Berikut beberapa cara si virus
menularkan HIV/AIDS:
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Semua bentuk hubungan seksual seperti vaginal, anal, dan oral
dengan penderita HIV/AIDS tanpa perlindungan dapat menularkan
HIV/AIDS.
2. Ibu pada bayinya
Penularan HIV/AIDS dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan.
Penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi sekitar 0,01% sampai 0,7%. Bila
ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan
bayi terinfeksi sekitar 30%-50%. Sedangkan pada gejala AIDS
kemungkinan terserang mencapai 50% lebih (PELKESI, 1995).
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV
Menularkan HIV lewat darah lebih cepat, karena virus HIV akan
masuk langsung ke pembuluh darah dan menyebar keseluruh
tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat yang tidak steril akan menularkan HIV pada orang lain.
5. Alat-alat yang menoreh kulit.
Alat tajam seperti jarum, pisau, silet dan sejenisnya akan bisa
menularkan HIV bila tidak di sterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Jarum suntik yang digunakan difasilitas kesehatan, maupun yang
digunakan oleh pengguna narkoba sangat berpotensi menularkan
HIV.
Sobat perlu tahu!! Pencegahan HIV pada wanita dan anak
Pencegahan
HIV pada
wanita
dilakukan secara
primer
yang
mencangkup mengubah perilaku seksual dengan menerapkan prinsip
perlindungan. Kata temenku yang ahli kesehatan (kuliah di Fakultas
kesehatan Masyarakat) pencegahan dapat dilakukan dengan rumus
ABCDE, yakni Abstinence (tidak melakukan hubngan seksual), Be
faithful (setia pada pasangan), Condom (menggunakan kondom jika
terpaksa melakukan hubungan), Drug (tidak menggunakan obat-obatan
terlarang), Equipment (biasanya drug dibarengi dengan penggunaan
jarum suntik bergantian. Dengan tidak menggunakan drug dan tidak
bergantian jarum suntik, maka dapat mencegah penularan HIV/AIDS)
Wanita juga disarankan untuk tidak menggunakan narkoba terutama
narkoba suntikan dengan menggunakan jarum. Penularan HIV dari ibu ke
bayi
dapat
dicegah
melalui
empat
cara,
mulai
saat
hamil,
saat
melahirkan, dan saat lahir yaitu penggunaan antiretroviral selama
kehamilan, penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi baru
dilahirkan, penanganan obstetrik selama persalinan, penatalaksanaan
selama menyusui. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load
rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh
kurang efektif dalam menularkan HIV. Persalinan sebaiknya mengunakan
sistem sectio caesaria karena terbukti mengurangi risiko HIV sampai 80%.
Bila bedah caesar selektif disertai penggunaan antiretroviral, maka risiko
dapat diturunkan sampai 87%.
Ok sobat. Sekarang tiba di ujung tulisan. Sebelum tulisan ini saya
tutup, berikut sebuah saran saya pada sobat tentang bagaimana perilaku
kita terhadap ODHA. Orang yang menderita HIV/AIDS tidak boleh dicap
jelek atau stigma buruk kepada mereka. ODHA juga mempunyai hak
untuk hidup, bersosialisasi dan bermasyarakat. Jangan sampai ada yang
namanya diskriminasi terhadap ODHA. Karena sekarang timbul paradigma
masyarakat tentang diskriminasi terhadap ODHA. Wanita dan anak-anak
adalah yang paling banyak menerima diskriminasi.
Anak yang didiagnosis HIV juga mendatangkan trauma yang
mendalam pada keluarganya. Mereka perlu mendapatkan dukungan
terutama pada kehilangan kepercayaan dirinya. Selain itu perlu diberikan
perawatan yang lebih pada ODHA. Perawatan ini mencangkup pemberian
kenyamanan, dan pengelolaan dari rasa sakit.
Terima kasih kepada sobat dan semua yang membaca tulisan ini. Salam.
(Mohamad Agus Faozan)*