Akselerasi Reformasi Birokrasi id. pdf

Opini

WASPADA
Kamis
9 Juli 2015

TAJUK RENCANA

Tugas Berat Polisi Siaga
24 Jam Jelang Lebaran

B

erbagai kejahatan meningkat menjelang Idul Fitri (Lebaran) yang tinggal
11harilagi,sepertiaksibegaldanperampokan,pencuriandenganmenggunakan
senjata api dan senjata tajam, copet, penipuan, hipnotis di keramaian saat
masyarakat berbelanja kebutuhan puasa dan lebaran.
Sasarankejahatanbiasanyaditengahkeramaian,sepertipusatperbelanjaan,
mall, bank-bank dan ATM, pegadaian karena perputaran uang meningkat drastis menjelang
lebaran.
Tugas berat polisi lainnya adalah mengamankan arus lalu lintas. Kondisi jalanan

padat dengan kendaraan roda dua dan empat (mobil), kemacetan tidak terelakkan,
kecelakaan lalu lintas bisa terjadi kapan saja. Dan pada H-2 atau dua hari menjelang
lebaran, jumlah pemudik yang pulang
kampung meningkat tajam membuat
Intisari:
pengaturan aruslalulintasmenjadipenting.
Tidak hanya di pusat kota tapi juga di jalur
‘’Mengingat jumlah per- luar kota.
Pada saat lebaran banyak kantor
sonel polisi terbatas maka pemerintahan
dan swasta tutup, begitu
Polri harus bisa mengajak puladenganperumahanwargasepi kareditinggal pemiliknya pulang kampung
masyarakat peduli kondisi na
atau merayakan lebaran, berkunjung ke
keamanan di lingkungan- luarkota.Situasirawaninibiasanyamenjadi incaran pelaku kejahatan.
nya masing- masing’’
Di sinilah polisi harus mengantisipasi
kawasan rawan pencurian, perampokan,
begal,sampaikecelakaanjalanrayadengan
mengerahkan pasukan sebanyak-banyaknya dan siaga 24 jam menjelang lebaran yang

sudah di ambang pintu.
Jika polisi siaga 24 jam masyarakat tidak lagi merasa waswas, tidak khawatir
meninggalkan rumahnya saat lebaran karena agenda pulang kampung tidak bisa ditunda
sebagai momentum bersilaturahmi dengan orang tua, sanak saudara, hantai tolan
dan kerabat. Kekhawatiran masyarakat seperti tu semestinya mendapat perhatian
dari polisi dengan meningkatkan penjagaan di bulan puasa dan pada saat lebaran tiba.
Sudah merupakan hal yang lumrah bagi masyarakat merayakan lebaran dengan
membeli emas perhiasan sehingga penjagaan di toko-toko emas yang rawan tindakan
kriminal wajib dilakukan oleh polisi. Tidak hanya oleh si pemilik toko tapi juga masyarakat
harus ikut membantu tugas polisi. Saling membantu, saling berkomunikasi menghadapi
segala aksi kejahatan yang tak diinginkan.
Kalau Polresta Medan dan Polsek-Polsek sekitarnya tegas melawan tindak kejahatan
(kriminalitas), bahkan memberlakukan tembak di tempat bagi pelaku yang melawan
petugas. Tercatat sudah enam perampok dilumpuhkan dengan tembakan peluru tajam
oleh polisi (Waspada 8/7), semuanya itu demi menjaga stabilitas keamanan agar kondusif
di hari-hari yang super sibuk karena masyarakat (umat Islam) tengah mempersiapkan
diri menghadapi Idul Fitri.
Hemat kita, tingkat kejahatan pasti melonjak pada saat menjelang lebaran tiba.
Hal itu sejalan dengan meningkatnya aktivitas guna memenuhi dan mempersiapkan
kebutuhan lebaran.

Melihat peredaran uang begitu besar sehingga membuka peluang bagi pelaku kejahatan
untuk mengedarkan uang palsu untuk transaksi. Momentum puasa dan lebaran menjadi
saat yang pas buat pengedar uang palsu menjalankan aksinya, termasuk mengedarkan
uangpalsubarupecahankecilRp2000danRp5000untukkebutuhan‘’angpao’’disaatlebaran.
Untuk menekan angka kriminalitas menjelang lebaran mendatang tugas-tugas
polisi semakin berat. Sehingga semua personel harus diterjunkan ke masyarakat, terutama
meningkatkan patroli jalan raya dan menjaga pusat-pusat bisnis yang rawan perampokan.
Alangkah bagusnya bila pihak kepolisian terus berupaya meminimalisir aksi kejahatan
dengan melakukan berbagai patroli dan razia terutama operasi pekat (penyakit masyarakat)
di setiap Polsek yang ada, terutama kawasan rawan kejahatan. Jika persiapan polisi
matang kita bisa yakini situasi kamtibmas akan berjalan tertib dan aman.
Di sinilah diuji kemampuan dan tingkat profesionalan polisi kita. Harus kerja keras
24 jam guna menekan angka kriminalitas jelang lebaran. Mengingat jumlah personel
polisi terbatas maka Polri harus bisa mengajak masyarakat lebih peduli dan waspada
terhadap kondisi keamanan di lingkungannya masing- masing.
Sinergitas polisi dengan masyarakat menjadi tolok ukur penting keberhasilan polisi
menekan angka kejahatan konvensional maupun kriminal dalam bentuk baru.+

Oleh Muhammad Arhami
Diperlukan kejelasan arah pergerakan reformasinya

terutama terkait pelayanan kepada publik yang hingga
saat ini masih dirasakan jauh dari harapan

R

eformasi birokrasi yang diharapkan rakyat adalah reformasi yang meliputi berbagai
aspek seperti manajemen dan
tata kelola pelayanan, transparansi dan
akuntabilitas serta efektifitas dan efisiensi kerja aparatur negara. Peraturan
Presiden (Perpres) No.81/2010 tentang
Grand Design Reformasi Birok-rasi 20102025, yang juga dilengkap road mapnya. Perpres ini menjadi penunjuk arah
kebijakan pelaksanaan reformasi birokrasi, sementara road map adalah rincian
operasionalisasi reformasi untuk program lima tahunan. Untuk itu perlu percepatan terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi tersebut. Rakyat menunggu langkah nyata reformasi birokrasi dari pemerintah terutama menyangkut pelayanan publik.
Menteri PAN dan RB Ke-14 periode
2011-2014 Azwar Abubakar pada Simposium Persatuan Pelajar Indonesia
(PPI) seEropa dan Amerika di Istanbul
tanggal 18 Mei 2013 menyampaikan
beberapa program akselerasi reformasi
birokrasi yaitu: penataan struktur birokrasi; penataan jumlah dan distribusi
Pegawai Negeri Sipil (PNS); Sistem

Seleksi CPNS dan Promosi PNS Secara
Terbuka; Profesionalisasi PNS; Pengembangan Sistem Elektronik Pemerintah
(e-Government); Peningkatan Pelayanan Publik; Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur; Peningkatan transparansi dan
akuntabilitas; Peningkatan Kesejahteraan Pegawai Negeri. Walaupun penyampaian telah dua tahun lalu namun
masih sesuai diimplementasikan sekarang.
Jika dijabarkan, penataan birokrasi,
penataan jumlah dan distribusi PNS
merupakan program sangat diperlukan. Karena banyak sekali jenjang yang
tidak diperlukan yang harusnya sudah
dihapus. Perlu dilakukan kajian ulang

dedisahputra@yahoo.com

Mengislamkan Ilmu Pengetahuan
paling senang kalau anaknya yang batuk
diberi obat, langsung tenang dan tertidur.
DiatidaktahukalausudahdikasihNarkoba.
Agus belum habis herannya. Si penanya kemudian mengambil semua obat
sirup yang ada. Adakah di antara obatobat tersebut yang tidak mengandung

Narkoba? “Kira-kira ibadah orang yang
menelan obat itu diterima nggak? Siapa
yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak?,” si penanya menohok Agus.
Agus pun terpana.
Tak lama dia melanjutkan studinya.
Tapi bukan spesialis, namun tafsir hadis.
Ilmu agama yang mengantarkanya pada
kesimpulan untuk menjauhi obat medis
danmenganjurkanobattradisional,bahkan
senyumsebagaiobat.Diagencarmengampanyekan terapinya tersebut,
termasuk menceritakan pengalamannya ditanya soal Surga
dan Neraka tadi.
***
Anda tahu menarik perhatian saya dari dua orang yang
saya ceritakan di atas? Itulah
latar belakang mereka. Kalau
Dato’ Wira berlatar ekonom,
maka Agus seorang dokter.Tapi
ghirahdansemangatkeIslaman
keduanya sama-sama bernas

dan tinggi.
Merekamengingatkansayapadagerakan Islam (Islamic movement) dari kampus-kampus. Banyak di antara mereka
tidak datang dari kampus agama seperti
IAIN atau STAIS, tetapi datang dari disiplin
ilmu pengetahuan yang masih “kafir” tersebut. Saya mengenal beberapa di antaranya. Semangat mereka sungguh membuat saya “rendah diri”.
Pola yang sama bisa dilihat dari fenomena stigmatisasi Islam teroris pascaWTC.
Apa yang terjadi kemudian? Ribuan orang
malah berbondong-bondong mempelajariIslamdanakhirnyamemelukIslam—
hingga menjadi gerakan Islamisasi di
daratan Amerika dan Eropa.
Atau ketika di akhir 80-an sampai awal
90-an saat terjadi gegar budaya. Sewaktu
para perempuan mulai berani tampil berpakaian minim, pamer paha dengan busana alat Barat. Apa yang terjadi kemudian
adalah gerakan jilbabisasi di seluruh negeri.
Alam raya ini seimbang belaka. Jika
takarannya dikurangi, ia akan mencari
jalan keseimbangannya. Dan Islam adalah
keseimbangan itu sendiri. Ini menjawab
hipotesis di atas. Bahwa ilmu pengetahuan
memang masih kafir, karenanya ia mudharat. Untuk membawa keselamatan,

iaharusdiIslamkan.Dansebaiknyaengkau
ambil bagian dalam “proyek peradaban”
ini, karena kalaupun engkau absen, ia tetap
akan mencari jalannya sendiri.
(Vol.584, 9/7/2015)

Kolom foliopini dapat juga diakses melalui
http://epaper.waspadamedan.com

yang mendalam terhadap keperluan
struktur birokrasi yang seharusnya ramping dan efektif. Penataan akan memberikan manfaat pada hematnya penggunaan anggaran negara untuk penggajian dalam kepangkatan atau eselon
tertentu, sehingga jabatan atau eselon
yang diperlukan saja yang diadakan
sesuai kebutuhan, mulai dari pemerintah pusat sampai daerah. Hal ini juga
sejalan program penghematan yang
sedang dilakukan pemerintah. Struktur
birokrasi ramping juga akan memperpendek jalur birokrasi untuk suatu layanan tertentu.
Sistem seleksi PNS yang telah diterapkan dengan melibatkan konsorsium
Perguruan Tinggi (PT) sebagai mitra
kerjasama untuk pelaksanaan seleksi

masuk PNS—penggunaan sistem ujian
berbasis komputer yaitu Computer Assisted Test (CAT) membawa angin segar
lahirnya calon PNS bersih dari “kolusi
dan nepotisme”. Masyarakat merasa
lega dan tidak perlu takut lagi akan ada
sogok-menyogok atau sejenisnya, Masyarakat tidak akan enggan mengikuti
tes CPNS, karena praktek kolusi dan nepotisme telah bisa diturunkan dengan
drastis. Selain itu pemeriksaan dan keputusan kelulusanpun bukan dilakukan
secara manual tapi perangkat lunak
komputer yang mengolahnya. Sistem
seleksi yang telah dilaksanakan dengan
berbasir komputer perlu dipertahankan
oleh Menpan dan RB yang baru.
Selain itu untuk promosi jabatan
PNS, Kemenpan RB sebaiknya membuat
kebijakan pengisian lowongan jabatan
secara terbuka antar instansi baik tingkat
nasional maupun regional. Jika dicermati kebijakan ini merupakan kebijakan
yang bertujuan memacu PNS agar meningkatkan kinerjanya dan mengupgrade ilmunya untuk berkompetisi
dengan PNS di instansi lain. Artinya


bahwa jika PNS dengan kinerja berprestasi tentunya terbuka lebar kesempatan
mengisi lowongan tertentu dimanapun
sesuai kompetensinya.
Berikutnya profesionalisasi PNS
juga merupakan upaya yang harus terus
dilakukan KemenpanRB, mengingat
banyak PNS tidak profesional di bidangnya. Ini disebabkan kompetensinya tidak sesuai posisi yang ditempatinya. Profesionalisasi ini perlu dilakukan
agar PNS benar-benar mampu memetakan ruang lingkup kerjanya, menyadari mereka harus bekerja di bidang
yang sesuai keahliannya dan dihargai
kompetensinya sehingga dapat menjalankan pekerjaannya, memahami
masalah publik dengan baik serta dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut
dengan cepat, tepat dan terarah karena
sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Pengembangan e-Goverment merupakan program mendesak dan harus
segera diimplementasikan dengan serius oleh pemerintah. Walaupun e-Government telah lama ada namun implementasinya yang benar-benar belum
dilakukan . Semua instansi sebaiknya
sudah terintegrasi. Banyak keuntungan
yang diperoleh dengan adanya e-Goverment, di antaranya dapat mengitegrasikan sistem basis data dalam satu

sumber sehingga semua departemen
akan terhubung. Hanya dengan mengakses di satu sistem maka semua informasi yang diperlukan dapat ditemukan,
intinya jika e-Goverment dikembangakan akan sangat berdampak pada pelayanan publik menjadi lebih baik.
Peningkatan pelayanan publik sangat mendesak, karena PNS sebagai
“pelayan rakyat” yang setiap saat siap
melayani rakyat dan siap memberikan
yang terbaik buat rakyat. Pelayanan
yang baik tentunya pelayanan yang
singkat, cepat dan memiliki standar tanpa birokrasi yang begitu rumit dan
membedakan “kasta” kepada siapa
pelayanan diberikan. Berikutnya pemanfaatan media Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) dalam pelayanan kepada publik perlu lebih diintensifkan lagi. Karena salah satu manfaat
TIK adalah dapat mengintegrasikan
semua sistem pelayanan dari berbagai
departemen sehingga akan memper-

cepat pemberian pelayanan kepada
masyarakat tanpa birokrasi berbelit.
Selain itu penetapan standar pelayanan juga ikut memengaruhi tingkat
pelayanan kepada masyarakat, karena
adanya standar akan membuat layanan
menjadi jelas, teratur dan tertib tanpa
harus ada calo-calo yang “bergentayangan” di setiap kantor layanan publik. Hal yang tak kalah penting dalam
peningkatan pelayanan adalah aparatur
pemerintah yang bertugas melayani
masyarakat adalah aparatur yang tulus,
ramah, santun, dan bersahaja dalam
melayani masyarakat dengan baik.
Transparansi dan akuntabilitas
merupakan semangat keterbukaan dari
PNS sebagai abdi rakyat baik terkait dengan informasi kinerja maupun terkait
dengan keuangan atau kekayaan yang
dimiliki PNS. Transparansi dan akuntabilitas di birokrasi dapat mengurangi
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan mewajibkan semua PNS melaporkan harta kekayaannya dan diumumkan
ke publik, karena melalui tranparansi
inilah masyarakat akan bisa menilai
apakah PNS masih dalam jalur benar
atau tidak.
Berikutnya adalah peningkatan kesejahteraan PNS yang tidak saja dengan
menaikkan gaji dan menyesuaikan gaji
sesuai kepangkatannya. Namun memberikan insentif atau rewards berupa
penambahan pendapatan bagi PNS
yang memunyai prestasi dan kinerja
bagus sebagai bentuk kepedulian pemerintah dan menjadi motivasi bagi lainnya.
Akselerasi ini perlu segera diimplementasikan agar reformasi birokrasi
yang telah, sedang dan akan dilakukan
mendapat apresiasi dan persepsi positif
masyarakat yang selama ini menilai
reformasi birokrasi berjalan lamban.
Karena diperlukan kejelasan arah pergerakan reformasinya terutama terkait
pelayanan kepada publik yang hingga
saat ini masih dirasakan jauh dari harapan.
Penulis adalah Dosen Politeknik Negeri
Lhokseumawe-Aceh, Mahasiswa Ph.D Bidang
Teknik Komputer, Yildiz Teknik UniversitesiIstanbul, Turki.

Beras Sintetis, Ironi Negeri Agraris

Dedi
Sahputra

Foliopini
Ilmu pengetahuan masih“kafir”, karenanya perlu di-Islamkan. Dalam bahasanya
Dato’Wira Dr Jamil Osman, pendidikan Islam
dijajah Barat. Koordinator International Institute of Islamic Thought (IIIT) ini kemarin
bicara di redaksi Waspada dalam Dialog Ramadhan.
Ilmu ekonomi misalnya, seolah tak bisa
lepas dari riba. Padahal dalam Islam, riba
itu adalah pelanggaran yang tak main-main.
Dalam satu hadis yang pernah saya baca,
Riba itu (ada) 70 dosa. Yang paling ringan
adalah (seperti) seorang laki-laki yang menikahi ibunya sendiri.
Sama halnya dengan kedokteran. Ilmu
ini ketika dilepaskan dari Islam, ia akan melanggarbanyaksekaliperangkathukumIslam.
Dato’ Wira mencontohkan terapi psikologi
yang biasa dilakukan untuk membuat pasien menjadi tenang—biasanya dipeluk erat. Anda bisa bayangkankalaudokternyapriatulen
dan pasiennya gadis bahenol.
Cara yang digunakan Barat
menjajahilmupengetahuanIslam
adalahdenganmemisahkan(dikotomi) antara Islam dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Maka jawablahhipotesisberikutini:Semakinbanyakdokter,semakinbanyak
pula orang sakit. Dan semakin banyak bank tumbuh, semakin sekarat suatu
negeri.
***
Kalauditodongpertanyaanini:Andayakin
nggak kalau bakal masuk Surga? dr Agus Rahmadi, dia menjawab mantap:Yakin, karena
Allah bagaimana prasangka hambanya.Tapi
si penanya kemudian memvonis dokter ini
masuk Neraka.
Lho..? Si penanya kemudian menyajikan
seperangkatdata.Diamengambilobatlovenox.
Ini obat mengencerkan darah yang biasanya
diberikan untuk penderita jantung, stroke,
dan gangguan pembekuan darah. Di kemasan obat ini tertulis porcine origin yang berarti
bersumber dari Babi. Maka kalau dokter menulis resep ini, itu artinya dia memasukkan
barang haram ke tubuh pasiennya.
Kemudian si penanya mengambil obat
lainnya. Kali ini actrapid yang tertulis human
insulindikemasannya.Inibermaknapankreas
yangberasaldarimanusiamati.Makajikadokter
menyuntikkan obat ini, itu berarti dia memasukkan manusia ke dalam manusia.
Selanjutnya analsik (obat pusing) yang
berisi antalgin dan diazepam (Narkoba).
Itu sebabnya orang yang makan obat ini akan
ketagihan.Makajanganherankalauadapasien
yang diberikan analsik, ia akan balik lagi ke
dokter—karena ketagihan.
Agus mulai berpikir. Tapi si penanya
mengambil lagi obat lain, codeine (obat batuk)
yang ternyata mengandung derivat Narkoba.
Ini juga jadi sebab orang yang meminumnya
bisa langsung hilang batuk. Padahal para ibu

B7
Akselerasi Reformasi Birokrasi

Oleh Ribut Lupiyanto
Dari segi tekstur,beras sintetis lebih lembut,licin,dan berwarna
putih seluruhnya. Sedangkan tekstur beras asli sedikit
lebih kasar, warnanya putih dan bening, tetapi tidak
seluruhnya
eger dugaan beras sintetis
berbahan plastik berbahaya
mencuat di Bekasi, Jawa Barat.
Pertama kali ditemukan
pedagang bubur bernama Dewi. Beras
ini dicampurkan pada beras lokal. Pengakuan Dewi menyebutkan hasil memasak bubur dari beras plastik adalah
tidak menyatunya air dan beras, beras
menjadi pecah-pecah, serta rasa dan
baunya tawar.
Pascamemakannya juga memberi
efek mual, pusing, dan seperti ingin
buang air terus.
Beras sintetis berbahan campuran
limbah plastik, ubi, dan kentang impor
dari China sebelumnya juga melanda
di Kerala India. Beras plastik ini menurut media setempat diketahui diimpor
dari China dan beredar di pasar swalayan di Kota Koochi, Kerala, India. Kasus
di Bekasi sekarang sudah ditangangi
Kepolisian dan dalam tahap uji laboratorium di BPOM dan Kementerian
Pertanian. Jika terbukti beras plastik,
maka menjadi kondisi darurat keamanan pangan dan menambah daftar
panjang sisi ironi Indonesia sebagai
negeri agraris.

G

Tragedi Ironis
Dugaan beras sintetis menjadi tragedi ironis bagi negeri agraris seperti Indonesia. Permasalahan ketahanan pangan masih bersifat klasik, antara lain
dalam hal produksi dan ketersediaan,
distribusi, kemiskinan, serta konsumsi
dan keamanan pangan (Nugroho,
2009).
Swasembada pangan yang pernah
diraih pada era Orde Baru dan kepemimpinan SBY, kini kembali menjadi mimpi.
Impor beras tercatat dilakukan dari Vietnam, Thailand, Myanmar, India, dan
Pakistan. Pada tahun 2014, Indonesia
mengimpor beras 1,225 juta ton atau
naik hampir dua kali lipar dari 650 ribu
ton pada 2013 (Bulog, 2014).
Sedangkan dari sisi produksi sebenarnya tergolong besar, tetapi jumlah
permintaan beras melebihi produksi
tersebut. Indonesia menempati urutan
pertama negara konsumen beras terbesar, yaitu 102 kg/kepita/tahun (BPS,
2014). Konsumsi tersebut melebihi negara Asia, seperti Korea yang hanya 60
kg/kapita/tahun, Jepang 50 kg/kapita/
tahun, Tahiland 70 kg/kapita/tahun, dan
Malaysia 80 kg/kapita/tahun. Hal ini
disebabkan beras menjadi bahan pangan pokok masyarakat Indonesia.
Distribusi juga menjadi permasalahan pangan karena faktor geografis
dan kesuburan daerah. Selain itu akar

permasalahan distribusi terletak pada
dukungan infrastruktur, sarana dan sistem transportasi, serta keamanan dan
pungutan liar. Indonesia hanya mempunyai 11 provinsi yang menjadi sentra
produksi beras dari total 34 provinsi.
Terakhir, seiring kemajuan zaman
muncul permasalahan keamanan pangan. Kondisi ini merupakan konsekuensi atas kemajuan dalam bidang
rekayasa pangan, termasuk hadirnya
beras sintesis. Beras sintesis ini sudah
diproduksi massal di China dan merambah dalam dunia ekspor. Kasus beras
sintesis asal China sudah menjadi isu
global dan pernah mengegerkan Hongkong dan India.
Verawati (2015) memaparkan cara
membedakan beras sintetis dan asli.
Pembedaan secara sederhana dapat
dilakukan dari aspek penyerapan air,
tekstur, rasa, dan aroma. Beras asli mampu menyerap air, sehingga teksturnya
lembut dan jika dimasukan ke penanak
nasi akan mengeras dengan tekstur
kelembutan tetap ada. Sedangkan beras
sintetis akan lembek serta semakin kering dan mengeras.
Dari segi tekstur, beras sintetis lebih
lembut, licin, dan berwarna putih seluruhnya. Sedangkan tekstur beras asli
sedikit lebih kasar, warnanya putih dan
bening, tetapi tidak seluruhnya. Beras
asli dari segi rasa memiliki rasa manis
karena glukosa karbohidrat dalam beras
terurai sempurna. Sedangkan beras
sintetis rasanya hambar dan tawar tidak
memiliki rasa. Dari segi aroma, beras
sintetis cenderung mengeluarkan bau
sangit dan beraroma bahan kimia. Sedangkan beras asli mengeluarkan aroma
lebih wangi karena H2O di beras yang
menjadi nasi akan mengeluarkan bau
yang harum, serta glukosa pada beras
keluar dengan sempurna.
Strategi Penyelamatan
Hadirnya beras sintetis yang diduga
membahayakan kesehatan dan keamanan pangan mesti disikapi dengan
upaya penyelamatan. Pemerintah,
swasta, dan masyarakat mesti bersama
melakukan aksi penyelamatan. Pertama, pemerintah melalui Bulog mesti
tegas melarang impor beras sintetis.
Operasi pasar penting dilakukan berkala
guna mengawasi dan mengantisipasi
peredaran di lapangan. Sanksi tegas
mesti diberikan jika terbukti menemukannya. Pemerintah bahkan dapat mengajukan nota protes ke negara asal,
jika memang beras sintetis terbukti
mengandung bahan membahayakan.
Langkah juga dapat dilakukan de-

ngan pelaporan ke badan dunia di PBB
seperti FAO dan WTO. Pemerintah juga
penting melindungi petani agar dapat
memproduksi pangan berkelanjutan.
Misalnya dengan intensif-disintensif,
pengembangan lahan pertanian berkelanjutan atau bank lahan, dan sebagainya.
Kedua, pihak swasta khususnya
importir mesti mematuhi regulasi dan
mengutamakan keselamatan publik.
Nilai murah beras sintetis memang menggoda secara bisnis, tetapi mesti mengedepankan etika bisnis yang melindungi konsumen.Resiko berupa pidana
dan kerugian bisnis akibat ditinggal konsumen akan jauh lebih besar dari keuntungan sesaat.
Ketiga, publik penting melek keamanan pangan. Kemampuan membedakan beras sintetis dan asli mesti
dimiliki. Pendorong membeli beras
mestinya tidak sekadar murah, melainkan melihat kualitasnya. Ketergantungan terhadap beras juga penting
dikurangi dengan difersivikasi pangan.
Khusus bagi petani, penting mempertahankan lahan pertaniannya agar tetap
mendukung produksi beras nasional.
Indonesia merupakan negeri agraris disamping negeri maritim. Keberadaan ratusan gunungapi menjadi penambah faktor penyubur tanah. Eksistensi negeri agraris mesti dipertahankan
dari kekurangan ketersediaan hingga
keamanan pangan. Pangan turut mempengaruhi kesehatan, kecerdasan, hingga kualitas SDM. Globalisasi dan MEA
membutuhkan daya kompetitif dan pa-

ngan menjadi salah satu faktor yang
dituntut kontribusinya.
Penulis adalah Deputi Direktur C-PubliCA
(Center for Public Capacity Acceleration).

Pengumuman
Redaksi menerima kiriman karya
tulis berupa artikel/opini, surat
pembaca. Kirim ke alamat redaksi
dengan tujuan ‘Redaktur Opini Waspada’
dengan disertai CD atau email:
opiniwaspada@yahoo.com. Panjang
artikel 5.000-10.000 karakter dengan
dilengkapi biodata dan kartu pengenal
(KTP) penulis. Naskah yang dikirim
adalah karya orisinil, belum/tidak
diterbitkan di media manapun. Isi tulisan
menjadi tanggung jawab penulis.

SUDUT BATUAH
* Silpa Pemko Medan capai
Rp370,72 miliar
- Kita pestakan saja din, he....he...he
* DPR desak pemerintah keluarkan
Keppres Sinabung
- Iyalah, tunggu apalagi!
* Bulog dikabarkan tidak peduli nasib
warga miskin
- Makanya tega salurkan
beras berkutu
RHO
N'
:D