ANALISIS KONSENTRASI BAHAN ZAT TOKSIK BO

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Jl. Achmad Yani Km. 36 Fakultas Teknik UNLAM Banjarbaru 70714, Telp : (0511) 4773868 Fax: (0511) 4781730,Kalimantan Selatan,

Indonesia

UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA :

Rektor ULM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi,

M.Si., M.Sc NIP : 1966033 199102 1 001

Wakil Rektor 1

Wakil Rektor 2

Wakil Rektor 4

Wakil Rektor 3

ULM Akademik

Bidang Perencanaan, Dr. Ahmad Alim

Bidang Umum &

Bidang

Kerjasama & Humas B,SE.,MSi

Keuangan

Kemahasiswaan

Dr.Hj Aslamiah,

NIP : 19640105

Prof. Dr. Ir. H. Yudi

MA,M.Sc NIP : 19671231

M.Pd., Ph.D

Dekan Fakultas Teknik ULM Dr.Ing Yulian Firmana Arifin,

ST., MT., NIP : 19750719 200003 1 001

Kepala Prodi Teknik Lingkungan ULM Dr. Rony Riduan, ST.,MT., NIP. 19761017 199903 1 003

Dosen Mata Kuliah Ekotoksikologi Prof.Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST., Mkes. NIP : 19780420 200501 2 002

M.Royan

M.Erwin B PK

H1E113222 H1E113201

Surya

H1E113224

Wardani

H1E11324

H1E11300

MAKALAH EKOTOKSIKOLOGI

“ANALISIS KONSENTRASI BAHAN/ ZAT TOKSIK (BOD,COD, TSS, pH

dan AMONIAK) PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET BERBASIS SUMBER MODEL RLTEC DAN DILUSI”

DOSEN PENGAJAR : Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., ST., Mkes. NIP : 19780420 200501 2 002

Disusun Oleh :

Tri Wardani (H1E113002)

M. Royan P.K

(H1E113201)

M. Erwin batara

(H1E113222)

Mursyid

(H1E113224)

Betina Surya

(H1E113242)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU

LEMBAR PENGESAHAN

Kelompok

: III ( Tiga)

Nama / NIM

:Tri Wardani

(H1E113002)

M. Royan P.K

(H1E113201)

M. Erwin batara

(H1E113222)

Mursyid

(H1E113224)

Betina Surya

(H1E113242)

Fakultas

: Teknik

Program Studi

: Teknik Lingkungan

Dengan ini telah menyelesaikan Tugas Ekotoksikologi.

Banjarbaru, Juni 2016

Disahkan Oleh Dosen Pembimbing

Prof.Dr. Qomariyatus Sholihah,Amd.Hyp.ST.MKes

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas taufik dan hidayah-Nya maka usaha – usaha dalam menyelesaikan makalah tugas Ekotoksikologi. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sutarto Hadi M.Si M.Sc selaku Rektor Universitas Lambung Mangkurat

2. Bapak Dr.Ing Yulian Firmana Arifin, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.

3. Bapak Dr. Rony Riduan S.T.,M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan.

4. Ibu Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., S.T., Mkes selaku dosen mata kuliah Ekotoksikologi.

5. Seluruh Dosen Teknik Linkungan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru dan jajarannya.

6. Teman-teman Teknik Lingkungan angkatan 2013. Saran dan kritik yang konstruktif tetap penulis harapkan serta akan

dijadikan sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan makalah “Analisis Konsentrasi Bahan/ Zat Toksik ( BOD,COD, TSS dan Amoniak) Pada Industri Karet Berbasis Sumber Model RLTEC Dan Dilu si”. Akhirnya penulis mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyusunannya. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, Juni 2016

Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelas Penggunaan & Dispersi Zat ........................................................12 Tabel 3.1Kualitas Limbah Cair Industri Karet PT. Lembah Karet Padang... ........31

RANGKUMAN

Pada Penelitian ini digunakan model RLTEC dan model Dilusi, Model RLTEC digunakan untuk mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi, sedangkan model dilusi disebut juga dengan metode prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi. Dalam makalah ini kegiatan pabriksi yang diestimasi berupa limbah cair yang berpotensi untuk mencemari lingkungan, bahan atau zat yang terdapat pada limbah karet dapat bersifat toksik bagi lingkungan ekosistem maupun manusia, Pada hasil pemeriksaan kualitas limbah cair industri karet PT. Lembah Karet Padang didapat hasil yaitu ; BOD = 150 mg/l (Baku mutu BOD = 60 mg/l) ; COD = 300 mg/l (Baku mutu COD = 200 mg/l) ; TSS = 150 mg/l ( Baku mutu TSS = 100 mg/l) ; Amoniak = 13 mg/l ( Baku mutu Amoniak = 5 mg/l) ; pH = 5,6 ( Baku mutu pH = 6-9), hasil ini menunjukan bahwa limbah cair tersebut memiliki beberapa parameter yang berbahaya bagi lingkungan. Hasil menunjukan pH berada di bawah baku mutu , pH yang rendah dapat mengakibatkan tingkat korosi yang tinggi pada air sungai. TSS yang tinggi berpengaruh terhadap pendangkalan sungai dan kekeruhan menjadi sumber toksikologi di perairan tersebut. Amoniak yang tinggi dalam perairan dapat bersifat toksik akut menyebabkan kematian, perlakuan kronis dapat menyebabkan kerusakan ginjal, mereduksi kapasitas pembawa oksigan pada tubuh ikan. Air hasil pengolahan karet memiliki kadar BOD dan COD yang tinggi sehingga perlu proses pengolahan sebelum dibuang ke sungai. Ada beberapa metode penurunan bahan atau zat yang terkandung dalam limbah cair industri karet, yaitu ; Metode fitoremediasi yang memanfaatkan media tanaman sebagai pereduksi kadar BOD,COD dan TSS dalam limbah cair karet. Selain itu dapat dilakukan dengan teknik bioremediasi dengan memanfaatkan mikroba untuk mereduksi kadar BOD,COD dll pada tanah

tercemar.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Model RLTEC merupakan model yang digunakan mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-

sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi. (1) Selain model RLTEC Model dilusi juga digunakan dalam prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui

titik pembuangan dan sumber pabrikasi. Dalam ekotoksikologi, model dilusi termasuk ke dalam analisis ekspose. Analisis ekspose sendiri merupakan paparan

suatu bahan atau zat pencemar (bahan beracun) di lingkungan. (4) Bahan atau zat pada limbah industri dapat bersifat toksik bagi

lingkungan ekosistem maupun bagi manusia, limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan industri menghasilkan bebagai macam zat toksik yang berbahaya Industri pengolahan karet merupakan industri yang mengolah lateks (getah) karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut dapat berupa

sheet, krep dan karet remah .(5) Dalam pengolahannya, industri karet menggunakan bahan-bahan kimia sebagai bahan koagulan lateks dan air dalam jumlah yang

cukup besar untuk pencucian tangki-tangki tempat lateks serta untuk proses penggilingan. Dengan begitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut berupa cairan. Limbah cair tersebut ditampung dalam kolam penampungan yang akan selanjutnya dibuang ke sungai setelah 3 hari. Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet yaitu protein, lipid, karotenoid, dan garam

anorganik. (4) Limbah industri karet banyak menghasilkan limbah cair akibat dari

proses pengolahannya. Karakteristik limbah cair industri karet berwarna keruh dan berbau tidak sedap. Adanya bahan-bahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD menjadi tinggi dalam batas-batas tertentu dapat bersifat toksik bagi ekosistem dalam perairan, selain itu bagi manusia yang mengonsumsi air sungai dapat menyebabkan racun sehingga menurunkan taraf proses pengolahannya. Karakteristik limbah cair industri karet berwarna keruh dan berbau tidak sedap. Adanya bahan-bahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD menjadi tinggi dalam batas-batas tertentu dapat bersifat toksik bagi ekosistem dalam perairan, selain itu bagi manusia yang mengonsumsi air sungai dapat menyebabkan racun sehingga menurunkan taraf

karet di perairan dapat menghalangi masuknya oksigen terlarut ke dalam air. (4) Besarnya potensi dampak buruk yang ditimbulkan oleh limbah cair

industri karet terhadap organisme yang ada di perairan maupun yang bertempat tinggal di sekitaran sungai menyebabkan setiap pabrik karet harus mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar baku mutu yang berlaku. Salah satu contoh rekayasa teknologi dalam pengolahan limbah cair

yaitu fitoremediasi, fitotoksikologi, bioremediasi .(16) Proses pengolahan limbah tersebut dapat mengurangi jumlah berbagai bahan atau zat toksik sehingga tidak

menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem perairan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu model RLTEC ?

2. Apa itu model Dilusi ?

3. Bagaimana karakteristik limbah cair industri Karet ?

4. Apa saja bahan atau zat yang terdapat dalam limbah cair industri karet ?

5. Apa bahaya bahan atau zat yang ditimbulkan limbah cair karet terhadap ekosistem dan lingkungan ?

6. Bagaimana cara mengolah limbah cair industri karet ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui model pencemaran RLTEC

2. Mengetahui model pencemaran Dilusi

3. Mengetahui Karakteristik limbah cair industri karet

4. Mengetahui bahan atau zat yang terdapat pada limbah cair industri karet

5. Mengetahui bahaya limbah karet terhadap ekosistem dan lingkungan

6. Mengetahui cara pengolahan limbah cair industri karet

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui model prediksi bahan atau zat

2. Mahasiswa dapat mengetui karakeristik limbah karet.

3. Mahasiswa dapat mengetahui bahaya limbah karet.

4. Menambah wawasan bagi mahasiswa dalam pengolahan limbah karet.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prediksi Berbasis Sumber

2.1.1 Model RLTEC ( Release from the Technosphere )

Model RLTEC digunakan untuk mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber-sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi. Sumber zat yang diidentifikasi meliputi :

1. Kuantitas zat, jenis zat, jumlah zat dan kecepatan pemaparan.

2. (9) Lokasi. Jalannnya racun di Lingkungan bergantung pada :

a. Sumbernya Berdasarkan sumbernya zat/bahan terbagi atas beberapa kelompok,yaitu :

1. Sumber alami atau buatan. Hal yang membedakan jenis racun di klasifikasi ini dengan jenis racun pada klasifikasi lainnya ialah racun jenis ini merupakan jenis racun asli yang berasal dari makhluk hidup seperti flora dan fauna, dan kontaminasi yang terjadi ketika suatu organisme mengalami kontak langsung dengan berbagai macam racun yang berasal dari lingkungan, seperti bahan baku (mentah) suatu industri yang mengandung racun ataupun hasil buangan

dari industri tersebut yang beracun serta bahan sintetis yang beracun. (19)

2. Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi sumber racun berbentuk titik, area, dan bergerak seperti ini biasanya digunakan untuk melakukan pengendalian. Tentunya sumber titik lebih mudah dikendalikan dari pada sumber area dan bergerak. Berdasarkan klasifikasi jenis racun titik, area, dan bergerak kita dapat menentukan racun tersebut termasuk racun yang distributif (tersebar) atau non-distributif (tidak 2. Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi sumber racun berbentuk titik, area, dan bergerak seperti ini biasanya digunakan untuk melakukan pengendalian. Tentunya sumber titik lebih mudah dikendalikan dari pada sumber area dan bergerak. Berdasarkan klasifikasi jenis racun titik, area, dan bergerak kita dapat menentukan racun tersebut termasuk racun yang distributif (tersebar) atau non-distributif (tidak

pabrik, akhir dari pipa IPAL industri .(20)

A. Sumber domestik, komersial, dan industri yang lokasi sumber, sifat dan jenisnya berbeda.

Buangan domestik pada umumnya dapat kita temukan didaerah permukiman dan pada umumnya buangan domestik ini tidak terlalu beracun dan kebanyakan memiliki sifat organik, kecuali buangan ini terkontaminasi oleh buangan insektisida sisa obat d an lain-lain. Buangan komersial dapat sangat beragam, demikian pula dengan buangan industri. Buangan dalam kategori ini dapat berwujud gas, cairan, maupun padatan. Klasifikasi ini tidak dapat dipisah secara sempurna, karena buangan domestik akan tercampur

didalam buangan komersial dan industri. (15)

B. Media Transpor Ketika suatu zat memasuki lingkungan maka, jalannya zat/bahan tersebut bergantung pada media transpor yang membawanya. Media ini berupa udara, air, tanah,organisme, rantai makanan dan lain-lain. Media ini dapat berfungsi secara kontinu atau tidak kontinu, cepat atau lambat, jauh atau dekat, utuh atau tidak utuh serta teratur dan tidak teratur. Sehingga dekat atau tidaknya suatu zat dari lingkungan bergantung pada faktor di lingkungan yang

mempengaruhinya. (1) Pada dasarnya terdapat 4 kompartemen yang menentukan lokasi dan

interaksi zat atau bahan di dalam lingkungan yaitu kompartemen air, tanah atau sedimen, udara atau atmosfer dan biota atau mikroorganisme. Dimana dalam setiap kompartemen tersebut saling berkaitan satu dengan yang interaksi zat atau bahan di dalam lingkungan yaitu kompartemen air, tanah atau sedimen, udara atau atmosfer dan biota atau mikroorganisme. Dimana dalam setiap kompartemen tersebut saling berkaitan satu dengan yang

tanah,udara dan biota. (18) Distribusi ini terjadi dengan kompartemen terdekat seperti fase padat,

cair dan gas dengan fase cair yang menyebabkan terjadinya kelarutan ; fase padat dan gas dengan fase gas menyebabkan volatisasi serta fase cair dengan padat menyebabkan adsorpsi. Kehadiran dan konsentrasi zat pada setiap kompartemen digunakan untuk memprediksi perilaku dan jalannya zat kimia di lingkungan. Apabila terjadi reaksi antara suatu zat dengan zat lainnya maka akan membentuk suatu senyawa yang akan mengalami transpor dan transformasi.Transpor tergantung pada daya larut zat, koefisien partisi antar kompartemen lingkungan, koefisien dissosiasi, formasi kompleks, leaching, up take oleh organisme, adsorptivitas dan sifat mudah atau tidaknya menguap maka transformasi tergantung dari ada atau tidaknya spesies lain. Prediksi dan perilaku zat di lingkungan terbagi atas 3 kemungkinan, yaitu :

1. Zat/bahan tetap berada pada tempat dimana zat tersebut mulai masuk atau dilepaskan.

2. Zat atau bahan masuk ke lingkungan melalui media (air, tanah, udara, dan sedimen). Zat atau bahan bertransformasi atau terurai melalui proses kimia,fisik

atau biologi . (15)

C. Proses Transpor

1. Transpor dalam air

a. Adveksi adalah pergerakan bulk yang diakibatkan oleh aliran.

b. Difusi terjadi karena perbedaan konsentrasi, difusi ini terbagi menjadi dua yaitu difusi molekuler, disebabkan karena adanya pergerakan molekul secara acak sedangkan difusi turbulen (pengadukan)

c. Dispersi adalah pengadukan yang terjadi dalam air tanah ketika adveksi

terjadi dalam kecepatan rendah yang tidak mengakibatkan turbulensi.

d. Kelas Penggunaan & Dispersi Zat Tabel 2.1 Kelas Penggunaan & Dispersi Zat

a. Transpor pada partikel

b. Transport dalam tanah

c. Transport dalam air tanah

d. (15) Transport dalam udara .

2.1.2 Model Dilusi

Model dilusi disebut juga dengan metode prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi. Dalam ekotoksikologi, model dilusi termasuk ke dalam analisis ekspose. Analisis ekspose sendiri merupakan paparan suatu bahan pencemar (bahan beracun) di lingkungan. Model dilusi juga dikenal dengan pengenceran. Pengenceran disini, misalnya air limbah pada suatu pabrik sebelum dibuang ke badan air seperti sungai, terlebih dahulu diencerkan hingga konsentrasi pencemar yang ada di pada air

limbah berada pada konsentrasi terendah. (7) Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kegiatan manusia

saat ini, model dilusi menjadi tidak efektif akibat bertambah jumlah air limbah yang harus dibuang ke badan-badan air, sehingga cara ini tidak dapat digunakan terus menerus. Selain itu, kerugian dari model dilusi ini masih adanya bahaya kontaminasi atau racun dari air limbah yang dibuang saat ini, model dilusi menjadi tidak efektif akibat bertambah jumlah air limbah yang harus dibuang ke badan-badan air, sehingga cara ini tidak dapat digunakan terus menerus. Selain itu, kerugian dari model dilusi ini masih adanya bahaya kontaminasi atau racun dari air limbah yang dibuang

masalah baru seperti banjir. (7)

2.2 Industri Karet

Industri pengolahan karet merupakan salah satu pengolahan limbah dengan mengunakan model dilusi dimana proses pengolahan limbahnya dengan metode pengenceran. Industri pengolahan karet yang banyak ditemukan pada berbagai wilayah di Indonesia. Industri pengolahan karet alam merupakan industri yang mengolah lateks (getah) karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut

dapat berupa sheet, krep dan karet remah. (22)

2.2.1 Proses Pengolahan Karet (sheet)

Sheet adalah salah satu produk karet alam yang telah sejak lama dikenal di pasaran. Pada masa sebelum perang dunia kedua, dalam perdagangan sheet dikenal “Java Standard Sheet”, yaitu berupa lembaran-lembaran sheet yang telah diasap, bersih dan liat, bebas dari buluk (jamur), tidak saling melekat, warna jernih, tidak bergelembung udara dan bebas dari akibat pengolahan yang kurang sempurna. Standard tesebut sampai sekarang masih dipertahankan sehingga perdagangan sheet masih mampu bertahan sampai saat ini. Adapun cara pengolahan sheet secara garis besar terdiri dari proses berikut :

1. Penerimaan lateks Tahap awal pengolahan karet adalah penerimaan lateks dari kebut pohon karet yang telah disadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi.

e. Pengenceran Pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya tetap e. Pengenceran Pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya tetap

f. Pembekuan Pembekuan lateks dilakukan dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat koagulan yang bersifat asam. Penambahan zat asam diikuti dengan pengadukan agar tercampur lateks secara merata serta membantu proses pembekuaan.

g. Penggilingan Tujuannya untuk memperlebar karet dan membuang serum, menyeragamkan ketebalan karet untuk mempercepat proses pengasapan.

h. Pengasapan dan pengeringan Tujuannya untuk menurunkan kadar air dan memberi warna pada karet serta mengawetkan lembaran karet.

i. Pengepakan Pengepakan ini bertujuan untuk mempermudah pengumpulan karet sheet.

2.2.2 Karakteristik Limbah cair industri karet

Dalam pengolahannya, industri karet menggunakan bahan-bahan kimia sebagai bahan koagulan lateks dan air dalam jumlah yang cukup besar untuk pencucian tangki-tangki tempat lateks serta untuk proses penggilingan. Dengan begitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut berupa cairan. Karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut:

1.Karakteristik Fisik Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau,

temperatur, densitas, warna, konduktivitas dan turbidity.

1) Total solid Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada

suhu 103°C - 105°C. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik, suhu 103°C - 105°C. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik,

2) Bau Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi

bahan organic dari air limbah atau karena penambahan suatu substrat ke air limbah.

3) Temperatur Temperatur air mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air.

Semakin tinggi temperatur air kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.

4) Density Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang dinyatakan

sebagai slug/ft3(kg/m3).

5) Warna Air limbah yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga

dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau. Pada kenyataannya pencemaran oleh zat warna juga dapat menyebabkan gangguan estetika lingkungan.

6) Kekeruhan (Turbidity) Turbidity atau dikenal sebagai kekeruhan ini diukur dengan perbandingan

antara intensitas cahaya yang dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang dipendarkan oleh suspensi standar pada konsentrasi yang sama.

2. Karakterisitik Kimia Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu,

bahan organik, anorganik, dan gas

1) Bahan organik Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan aktivitas

manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N dan walaupun banyak sekali jenis bahan organik, yang menjadi karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak dan minyak, surfaktan, Volatile Organic Compound (VOC), pestisida dan fenol, dimana sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber dari pertanian dan fenol dari industri.

2) Bahan anorganik Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air

limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat, senyawa senyawa anorganik yang bersifat asam kuat dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa nitrogen (amonia, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa- senyawa belerang (sulfat dan hidrogen sulfida).

3) Gas Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah

nitrogen (N 2 ), oksigen (O 2 ), metana (CH 4 ), hidrogen sulfida (H 2 S), amonia (NH 3 ),

dan karbon dioksida (CO 2 ).

3. Karakterisitik Biologi Pada air limbah, karaktreristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol

timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme patogen. Karakteristik biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilisasi senyawa organik.

Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet (protein, lipid, karotenoid, dan garam anorganik), lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan selama pengolahan. Karakteristik limbah cair pabrik karet tersebut yaitu berwarna keruh dan berbau tidak enak. Adanya bahanbahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD menjadi tinggi. Limbah dengan Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet (protein, lipid, karotenoid, dan garam anorganik), lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan selama pengolahan. Karakteristik limbah cair pabrik karet tersebut yaitu berwarna keruh dan berbau tidak enak. Adanya bahanbahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD menjadi tinggi. Limbah dengan

2.3 Sumber Limbah Industri Karet

Sumber limbah cair dapat dikategorikan dari proses produksi dengan rincian sebagai berikut:

2.3.1 Bahan baku olahan karet rakyat

Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) yang telah dibubuhi asam semut, dan banyak mengandung air dan unsur pengotor dari karet baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun rakyat. Sumber limbahnya antara lain:

a. Penyimpanan koagulum

b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot air sehingga menghasilkan limbah

c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi

d. proses peremahan dengan hammer mill juga menghasilkan limbah cair, waaupun jumlahnya relatif kecil.

2.3.2 Bahan baku berasal dari lateks kebun

Dalam proses produksi untuk meghasilkan karet digunakan air lebih sedikit, tetapi mempunyai bahan kimia didalam air limbahnya. Sumber limbahnya adalah dari proses pencacahan dan peremahan.

Pengaruh tiap parameter terhadap lingukungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. BOD BOD merupakan salah satu parameter limbah yang memberi gambaran atas tingkat polusi air. Semakin tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme merubah organik. Makin tinggi kandungan bahan organik akan menyebabkan makin berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut di dalam air yang akhirnya berakibat kematian berbagai biota air.

Pengurangan konsentrasi oksigen terlarut menyebabkan kondisi aerob bergeser ke kondisi anaerob.

b. COD COD mirip dengan BOD, bedanya oksigen yang diperlukan merupakan oksigen kimiawi seperti O 2 atau oksidator lainnya untuk mengoksidasi secara kimia bahan organik menjadi senyawa lain seperti gas metan, amoniak, dan karbon dioksida. Nilai COD selalu lebih tinggi daripada nilai BOD karena hampir seluruh jenis bahan organik dapat teroksidasi secara kimia termasuk bahan organik yang teroksidasi secara biologis.

c. Padatan Terendap Padatan terendap menunjukkan jenis padatan yang terkandung di dalam cairan limbah yang mampu mengendap di dasar cairan secara gravitasi dalam waktu paling lama sekitar 1 jam.

d. Padatan Tersuspensi Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk suspensi atau koloid.

Secara kasat mata padatan ini terlihat mengapung atau mengambang serta mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif rendah.

e. Padatan Terlarut Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak dapat dipisahkan secara penyaringan. Pemisahannya hanya dapat dilakukan dengan proses oksidasi biologis atau koagulasi kimia.

f. Kandungan Nitrogen Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adlah protein amonia, nitrit dan nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan dari perombakan protein, sisa tanaman dan pupuk yang tersisa di dalam cairan limbah.

g. Derajat Keasaman (pH) Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7 . makin rendah nilai pH artinya

air makin bersifat asam, sebaliknya makin tinggi bersifat basa. (12)

2.4 Analisis Paparan Suatu Bahan atau Zat

Analisis pemaparan suatu zat merupakan proses kajian pergerakan zat dari sumber aktivitasnya hingga mencapai lingkungan dimana zat akan menetap atau keadaan suatu zat ketika zat tersebut keluar dari sumbernya. Analisis pemaparan ini akan menghasilkan prediksi distribusi konsentrasi (PDK). PDK ini digunakan sebagai dasar penetapan konsentrasi zat untuk

mengkaji efek negatif bagi makhluk hidup. (9) Analisis pemaparan terdiri atas 3 tahapan, yaitu :

a. Sumber zat hasil dari suatu aktivitas

b. Transpor zat melalui media lingkungan yang meliputi pengenceran dan transformasi

c. (10) Tempat tujuan dimana zat itu akan berada. Berikut skema analisis pemaparan suatu zat di lingkungan :

Pengenceran zat

Transpor

Sumber zat

Zat melalui

Tempat

media

tujuan zat

lingkungan

transformasi zat

Gambar 2.1 Analisis Pemaparan

Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan Dengan mempelajari ekotoksikologi dapat diketahui keberadaan polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme. Selanjutnya perubahan

Gambar 2.2. Sumber, distribusi, transpor, dan transformasi polutan serta respon terhadap polutan pada organisme, populasi, komunitas, dan

ekosistem. (13) Berdasarkan gambar di atas, polutan dilepaskan dari sumber polutan ke

dalam ekosistem, selanjutnya mengalami proses distribusi dan transpor melalui dalam ekosistem, selanjutnya mengalami proses distribusi dan transpor melalui

Transformasi atau perpindahan bahan toksik di lingkungan yang terjadi secara fisik antara lain dapat melalui proses: perpindahan meteorologik, pengambilan biologik, penyerapan, volatilisasi, aliran, pencucian dan jatuhan. Transformasi kimia dapat melalui proses fotolisis, oksidasi, hidrolisis dan reduksi, sedangkan transformasi biologik berlangsung melalui proses biotransformasi. Penyebaran bahan toksik di lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh sejumlah proses pengangkutan seperti evaporasi (penguapan), presipitasi, pencucian dan aliran. Penguapan akan menurunkan konsentrasi bahan toksik dalam air, sedangkan presipitasi, pencucian dan aliran cenderung meningkatkan konsentrasi bahan toksik. (Connel dan Miller, 1995).

Dalam ekotosikologi diketahui bahan -bahan toksik yang berupa senyawa kimia organik yang dapat bersifat toksik atau menimbulkan pengaruh merugikan lingkungan perairan antara lain: protein, karbohidrat, lemak dan minyak, pewarna, asam-asam organik, fenol, deterjen dan pestisida organik. Pengaruh negatif senyawa kimia organik terhadap organisme perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti konsentrasi senyawa kimia, kualitas fisika-kimia air, jenis, stadia dan kondisi organisme air serta lama organisme terpapar senyawa kimia tersebut . Keberadaan polutan dalam suatu lingkungan (ekosistem) yang dalam waktu singkat, dapat menyebabkan perubahan biokimiawi suatu organisme.Selanjutnya perubahan tersebut dapat mempengaruhi perubahan fisiologis dan respon organisme, perubahan populasi, komposisi

komunitas, dan fungsi ekosistem. (1)

2.5 Prediksi Konsentrasi Bahan atau Zat dalam Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem yang saling mengikat dan saling menyokong dalam tatanan lingkungan yang mencakup segala bentuk aktivitas dan interaksi yang terdapat di dalamnya. Ekotoksikologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang jalannya racun di lingkungan, pengaruhnya, penyelesaian serta mekanisme terjadinya paparan racun tersebut terhadap segala bentuk aktivitas dan interaksi yang terdapat di lingkungan. Ekokinetika berasal dari kata kinetic yaitu gerak, dan eko yaitu ekosistem.Ekokinetika adalah gerak suatu zat atau racun di dalam ekosistem yang tergantung pada sifat fisika, kimia, dan biologi.

Perjalanan suatu zat atau bahan di lingkungan dapat diketahui melalui sifat fisik dan kimia dari zat atau bahan tersebut. Sifat fisika dan kimia ini terbagi atas :

a. Berat Molekul dan Polaritas Sifat fisik atau kimia dipengaruhi oleh berat molekul. Pengelompokan zat kimia dibagi menjadi zat kimia yang bersifat polar dan non-polar. Molekul yang mempunyai polaritas bersifat hidrofilik (menyukai air), sehingga lebih terlarut dalam air. Sedangkan molekul non-polar yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) lebih suka berada pada tempat-tempat yang kaya

organik dan akan teradsorbsi dengan kuat. (15)

b. Kelarutan Penyebaran suatu zat di lingkungan dipengaruhi oleh kelarutan. Semakin mudah larut maka semakin luas distribusi zat tersebut. Kelarutan suatu zat dapat digunakan untuk mengukur pergerakan atau mobilitas suatu zat di

lingkungan. (15)

c. Volatilisasi atau Penguapan Volatilisasi atau penguapan terjadi dari fase gas/udara dan fase padat/tanah ke fase gas. Volatilisasi suatu zat tergantung pada angin, ekstraksi air dan agitasi tanah oleh organisme. Penguapan ini juga dipengaruhi oleh sifat

inheren dari zat tersebut. (15)

2.6 Penerapan Ekotoksikologi Penerapan Ekotoksikologi Pada Rekayasa Teknologi Lingkungan

Teknologi dapat didefinisikan teknik yang bersumber dari keadaan pengetahuan manusia saat ini tentang bagaimana cara untuk memadukan sumber- sumber, guna menghasilkan produk-produk yang dikehendaki, menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan , meliputi metode teknis, keterampilan, proses, teknik, perangkat dan bahan mentah. Rekayasa adalah proses berorientasi tujuan dari perancangan dan pembuatan peralatan dan sistem untuk mengeksploitasi fenomena alam dalam konteks praktis bagi manusia, seringkali menggunakan hasil-hasil dan teknik-teknik dari ilmu.

Teknologi seringkali merupakan konsekuensi dari ilmu dan rekayasa. (18) Salah satu contoh rekayasa teknologi dalam lingkungan yaitu

fitoremediasi, fitotoksikologi, bioremediasi dan lain-lain.Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris phytoremediation . Kata ini sendiri tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton yaitu tumbuhan dan remediation yang berasal dari kata Latin remedium yang berarti menyembuhkan. Fitoremediasi berarti juga menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kekurangan. Dengan demikian fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan, mikroorganisme untuk meminimalisasi dan mendetoksifikasi bahan pencemar, karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam-logam berat dan mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fotochelator . Konsep pemanfaatan tumbuhan dan mikroorganisme untuk meremediasi tanah terkontaminasi bahan pencemar adalah pengembangan terbaru dalam teknik pengolahan limbah. Fitoremediasi dapat diaplikasikan pada limbah organik (BOD,COD, TSS) maupun anorganik (Amonia) dalam bentuk padat, cair dan

gas. (18) Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk menahan substansi toksik

dengan cara biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritive organik yang dilakukan pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan dimetabolisme atau diimobolisasi melalui sejumlah proses termasuk reaksi dengan cara biokimia dan fisiologisnya serta menahan substansi non nutritive organik yang dilakukan pada permukaan akar. Bahan pencemar tersebut akan dimetabolisme atau diimobolisasi melalui sejumlah proses termasuk reaksi

1. Fitoekstraksi : pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemar untuk memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengan cara mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.

2. Fitodegradasi : pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa organik.

3. Rhizofiltrasi : pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahan pencemar, terutama logam berat, dari air dan aliran limbah.

4. Fitostabilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi bahan pencemar dalam lingkungan.

5. Fitovolatilisasi : pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan bahan pencemar, atau pemanfaatan tumbuhan untuk memindahkan bahan pencemar dari udara

Menurut Corseuil & Moreno (2000), mekanisme tumbuhan dalam menghadapi bahan pencemar beracun adalah :

1. Penghindaran ( escape ) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi pada tanaman musiman, tanaman dapat menyelesaikan siklus hidupnya pada musim yang cocok.

2. Ekslusi, yaitu tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.

3. Penanggulangan (ameliorasi). Tanaman mengabsorpsi ion tersebut, tetapi berusaha meminimum kan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan khelat ( chelation ), pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.

4. Toleransi. Tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim Untuk prosfek dari fitoremediasi ,walaupun teknologi fitoremediasi masih dalam tahap perkembangan dan banyak hal belum terjawab, penerapan teknologi fitoremediasi untuk pemulihan lingkungan merupakan alternatif 4. Toleransi. Tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim Untuk prosfek dari fitoremediasi ,walaupun teknologi fitoremediasi masih dalam tahap perkembangan dan banyak hal belum terjawab, penerapan teknologi fitoremediasi untuk pemulihan lingkungan merupakan alternatif

menunjukkan potensi alam Indonesia yang perlu dimanfaatkan. (18) Dalam hubungannya dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia

pemulihan lingkungan tercemar, yaitu :

1. Laju akumulasi harus tinggi.

2. Mempunyai kemampuan mengakumulasi beberapa macam logam.

3. Mempunyai kemampuan tumbuh cepat dengan produksi biomassa tinggi

4. Tanaman harus tahan hama dan penyakit. Pemilihan tumbuhan yang mempunyai daya serap dan akumulasi tinggi terhadap logam berat merupakan priorotas yang sangat penting. Karena walaupun telah disebutkan sebelumnya bahwa beberapa tumbuhan bersifat hiperakumulator, namun kebanyakan tumbuhan tersebut berasal dari wilayah beriklim sedang. Sehingga perlu dicari tumbuhan asli yang tentunya sudah

beradaptasi baik dengan iklim Indonesia. (18) Sedangkan Fitotoksikologi merupakan kajian terhadap potensi efek

negatif zat terhadap tumbuhan. Peranan penting dari fitotoksikologi menentukan batasan dari kontaminan yang ditentukan oleh jumlah (konsentrasi) dan waktu (durasi) paparan kontaminan serta kondisi lingkungan lainnya dimana kontaminan tersebut dapat memberikan efek negative bagi tumbuhan dan menjadi berkualitas sebagai pencemar atau toksikan

tumbuhan. (24)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengukuran Limbah Industri dari Jurnal Penelitian Puti Sri Komala dkk.

Tabel 3.1 Kualitas Limbah Cair Industri Karet PT. Lembah Karet Padang Parameter

Limbah Cair Karet (mg/l) Baku Mutu (mg/l) BOD

6-9 (Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah).

Model RLTEC merupakan model yang digunakan mengestimasi lepasan zat ke berbagai media lingkungan udara, air dan tanah dari sumber- sumber kegiatan pabrikasi, produksi dan konsumsi. Pada industri karet, jumlah lepasan zat yang paling banyak dihasilkan berupa limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan, limbah cair yang dihasilkan berasal dari proses pengolahan Dalam prediksi ekstimasi pelepasan zat melalui titik pembuangan dan sumber pabrikasi digunakan model dilusi merukan metode analisis ekspose. Analisis ekspose sendiri merupakan paparan suatu bahan atau zat pencemar (bahan beracun) di lingkungan.

Bahan atau zat pada limbah cair industri karet dapat bersifat toksik bagi lingkungan ekosistem maupun bagi manusia, limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan industri menghasilkan bebagai macam zat toksik yang berbahaya. Industri pengolahan karet merupakan industri yang mengolah lateks (getah) karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut dapat berupa sit, Bahan atau zat pada limbah cair industri karet dapat bersifat toksik bagi lingkungan ekosistem maupun bagi manusia, limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan industri menghasilkan bebagai macam zat toksik yang berbahaya. Industri pengolahan karet merupakan industri yang mengolah lateks (getah) karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut dapat berupa sit,

38,671 m 3 ton karet remah sedangkan limbah karet remah berbahan baku lateks

3 sebesar 24,518 m (6) /tonkaret kering. Pada dasarnya limbah cair industri karet remah tidak banyak mengandung

bahan kimia dan logam berat karena proses pengolahannya merupakan rangkaian dari proses penerimaan lateks, pengenceran, pembekuan, pengasapan dan pengeringan. Limbah yang dihasilkan banyak mengandung bahan organik dan

amoniak dengan konsetrasi yang tinggi. (2)

3.2.1 Analisis Konsentrasi Zat atau bahan pada Industri karet

Berdasarkan penelitian dari beberapa jurnal, konsentrasi bahan/zat dalam limbah cair industri karet seperti BOD, COD, TSS, pH dan amoniak berada diatas baku mutu, berikut hasil analisis konsentrasi limbah cair industri karet :

3.2.1.1 pH

pH merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat pencemaran pada perairan. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.

pH pada hasil output pengolahan karet PT. Lembah Karet Padang berada pada angka 5,9. pH ini berada dibawah baku butu yang ditentukan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbahditentukan bahwa baku mutu pH yang boleh dibuang ke lingkungan adalah pada kisaran angka 6,0-9,0. Nilai pH yang dibawah baku mutu dapat mempengaruhi ekosistem perairan. pH yang rendah dapat menyebabkan tingkat korosi yang tinggi pada air sungai sehingga dapat menimbulkan kerak pada besi dan berdampak negatif pada mahluk hidup.

3.2.1.2 TSS (Total Suspended Solid)

Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik yang melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak boleh dibuang langsung ke badan air karena disamping dapat menyebabkan pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk kedalam dasar air sehingga proses fotosintesis mikroorganisme tidak dapat berlangsung. Hasil yang ditunjukkan dari penelitian jurnal adalah sebesar 150 mg/L.

Hasil uji tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah, nilai baku mutu dari kadar TSS sebesar 100 mg/L. Hasil tersebut menyatakan bahwa air hasil dari pengolahan limbah karet memiliki kadar TSS yang cukup tinggi. Tingkat kandunggan TSS yang tinggi dapat berpengaruh terhadap pendangkalan sungai, dan kekeruhan menjadi sumber toksikologi di perairan tersebut. Dengan demikian air hasil pengolahan tersebut perlu proses pengolahan sebelum dibuang sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan perairan.

3.2.1.3 NH 3 (Amoniak)

Amoniak merupakan senyawa nitrogen organik yang bersifat toksik terhadap organisme yang hidup di perairan. Amonia sangat toksik walau dalam konsentrasi yang sedikit. NH 3 dari hasil pengolahan karet di PT. Lembah Karet Padang berdasarkan data penelitian yang dilakukan nilai amoniak sebesar angka

13 mg/L yang berada di atas baku mutu dari total zat NH 3 yang boleh dibuang ke lingkungan yaitu sebesar 5 mg/L sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. Konsentrasi NH 3 yang tinggi dalam perairan dapat bersifat toksik akut menyebabkan kematian, sedang perlakuan kronis dapat menimbulkan kerusakan ginjal, mereduksi pertumbuhan dan malfungsi otak, penurunan nilai darah serta mereduksi kapasitasi pembawa oksigen pada tubuh ikan.

3.2.1.4 BOD (Biological Oxygen Demand)

BOD merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat organik maka bakteri akan dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses biodegradable berlangsung, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada biota air dan keadaan pada badan air dapat menjadi anaerobik yang ditandai dengan timbulnya bau busuk.

Hasil uji sampel menunjukkan data kadar BOD pada air limbah cair industri karet dari PT. Lembah Karet Padang adalah sebesar 150 mg/L. Hasil ini tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. Di dalam peraturan tersebut, nilai baku mutu dari kadar BOD telah ditetapkan sebesar 60 mg/L. Air hasil dari pengolahan karet memiliki kadar BOD yang tinggi sehingga perlu proses pengolahan sebelum dibuang kebadan sungai.

3.2.1.5 COD (Chemical Oxygen Demand)

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Nilai COD yang berlebih akan mengakibatkan kandungan oksigen terlarut di perairan menjadi rendah, akibatnya oksigen bagi sumber kehidupan makhluk air tidak dapat terpenuhi. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan kadar COD pada hasil pengolahan industri karet dari PT. Lembah Karet Padang adalah sebesar 300 mg/L. Hasil tidak memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. , sebesar 200 mg/L. Sehingga perlu proses pengolahan sebelum dibuang kesungai agar tidak menimbulkan dampak pencemaran yang tinggi.

3.2.2 Efek Bahan Atau Zat Limbah cair industri karet Bagi Ekosistem

Industri karet merupakan salah satu industri yang berpotensi menghasilkan limbah cair dalam jumlah besar. Limbah yang dihasilkan banyak mengandung bahan organik yang tinggi, sisa senyawa bahan olahan karet, senyawa karbon, nitrogen, fosfor dan senyawa amoniak yang cukup tinggi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan bila tidak diolah dengan baik

sebelum dibuang kelingkungan. (22) Adanya bahan-bahan organik tersebut menyebabkan nilai BOD dan COD

menjadi tinggi dalam batas-batas tertentu dapat bersifat toksik bagi ekosistem dalam perairan. Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan lingkungan jika dibuang langsung kesungai dalam jumlah besar menimbulkan air sungai menjadi keruh dan berbau tidak sedap, menghalangi masuknya oksigen terlarut kedalam air bahkan bisa

menyebabkan ikan disungai menjadi mabuk dan mati (5) . Air limbah cenderung menurunkan kualitas lingkungan seperti air, udara, tanah dan semua yang

terkandung di dalamnya. Selain itu bagi manusia yang memanfaatkan air yang telah tercemar untuk mandi, mencuci bahkan mengonsumsi air sungai dapat

menyebabkan munculnya berbagai penyakit termasuk penyakit kulit juga merupakan media penularan penyakit di masyarakat Penampungan dan pembuangan air limbah yang memenuhi kesehatan persyaratan yang diperlukan untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air limbah dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. air limbah dapat berkembang biak situs

mikroorganisme patogen yang dapat mentranmisi penyakit (21) .

3.2.3 Metode Pengolahan Limbah cair industri karet

Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab dari kerusakan lingkungan. Agar limbah hasil pengolahan industri karet dapat dibuang ke badan lingkungan dengan aman dan tidak mencemari lingkungan, maka perlu metode pengolahan limbah cair industri Limbah cair industri karet yang tidak diolah secara optimal dapat menjadi salah satu penyebab dari kerusakan lingkungan. Agar limbah hasil pengolahan industri karet dapat dibuang ke badan lingkungan dengan aman dan tidak mencemari lingkungan, maka perlu metode pengolahan limbah cair industri