Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Aqi

Dosen Pengampu

:

Dr.Hj. Nurnaningsih., MA

Mata Kuliah

:

Aqidah Akhlak

Semester

:

1

MAKALAH
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AQIDAH DAN AKHLAK


Oleh Kelompok : 2

Jumriani Nur

(90100115008)

Dwi Nur Setiarini KD (90100115007)

Samsul Bahri

(90100115006)

Riska Ekawati

(90100115005)

Jurusan Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2015


1

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN AQIDAH DAN AKHLAK

PENGERTIAN AQIDAH DAN AKHLAK

a. Aqidah
Aqidah merupakan perkara yang wajib di benarkan oleh hati dan jiwa menjadi
tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang
tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
b. Akhlak
Akhlak berarti tingkah laku seseorang yang di dorong oleh suatu keinginan secara
sadar untuk melakukan suatu perbuatan.

PRINSIP DASAR PEMBENTUKAN AKHLAK

Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah
lain. Karena misi Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk menyempurnakan Akhlak
manusia. Hal itu dapat kita lihat pada zaman jahiliyah kondisi Akhlak yang sangat kacau

tidak karuan mereka melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama islam seperti
minum khamar dan berjudi. Hal-hal tersebut mereka lakukan dengan biasa bahkan menjadi
adat yang diturunkan setelah generasi mereka. Karena kebiasaan itu telah turun temurun
maka pada awal pertama nabi mengalami kesulitan.
Prinsip akhlak dalam islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak Islam
terletak pada iman sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang
berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk mereflesikan
dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret.
Dalam hubungan ini Abu Hurourah meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW :
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaikbaik di antara kamu ialah yang paling baik kepada istrinya. Al-Quran menggambarkan bahwa
setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia.

RUANG LINGKUP AKHLAK ISLAM
2

Adapun Ruang Lingkup Studi Akhlak :
1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya di sertai dengan
larangan merusak, membinasakan dan menganiayaya diri baik secara jasmani
(memotong dan merusak badan) maupun secara rohani (membiarkan diri larut dalam
kesedihan).

2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga, contohnya
berbakti pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak berkata-kata yang dapat
menyakiti mereka.
3. Akhak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan sosial,
menolong sesama, menciptakan masyarakat yang adil yang berlandasan Al-Qur’an
dan Hadist.
4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama tidak
bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun Negara dalam bentuk lisan
maupun fikiran (perbuatan).
5. Akhlak terhadap agama meliputi beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya,
beribadah hanya kepada Allah. Taat kepada Rasul serta meniru tingkah lakunya.
Prinsip akhlak dalam islam yang paling menonjol adalah bahwa manusia dalam
melakukan tindakan-tindakannya, ia harus bertanggungjawab terhadap apa yang ia lakukan.
Tanggungjawab itu merupakan tanggungjawab pribadi muslim, begitupun dalam kehidupan
sehari-hari harus selalu menampakkan sikap perbuatan berakhlak. Akan tetapi, akhlak
bukanlah semata-mata hanya perbuatan akan tetapi lebih kepada gambaran jiwa yang
terrsembunyi.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK


Seseorang muslim harus berakhlak yang mulia seperti yang di ajarkan oleh
Rasullullah. Akhlak yang baik di landasi oleh ilmu,iman,amal dan taqwa. Itu merupakan
kunci bagi seseorang untuk melahirkan perbuatan yang baik dalam kehidupan yang di atur
oleh agama. Dengan ilmu,amal,iman dan taqwa seseorang dapat berbuat kebaikan.
Sebaliknya tanpa kesemua itu seseorang dapat berperilaku yang tidak sesuai dengan akhlakul
karimah. Sebab ia lupa bahwa Allah yang menciptakannya. Keadaan demikian menunjukkan
perlu adanya pembangunan iman untuk meningkatkan akhlak seseorang.

3

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama halnya berbicara masalah tujuan
pendidikan, karena banyak sekali kita jumpai pendapat para ahli mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah tujuan akhlak. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi yang di kutip oleh
Abudin Nata mengatakan bahwa pendidikan, budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan
pendidikan islam. Demikian pula Ahmad D. Marimba mengatakan tujuan utama pendidikan
islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu menjadi hamba Allah, yaitu hamba
yang percaya dan menyerahkan diri kepadanya dengan memeluk agama islam.
Banyak hal yang bisa mempengaruhi akhlak setiap individu antara lain adalah :
1) Tingkah Laku Manusia
Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang di manefestasikan dalam perbuatan,

sikap perbuatan boleh jadi tidak di gambarkan dalam perbuatan atau tidak
tercerminkan perilaku sehari-hari. Dapat di lihat dari bagaimana hubungan manusia
dengan tuhannya, dengan diri sendiri, dan dengan sesama manusia.
2) Insting (Naluri)
Definisi insting oleh para ahli masih ada persilisihan pendapat. Namun perlu di
ungkapkan juga bahwa menurut james, yang di kutip oleh mustafa bahwa insting ialah
suatu alat yang menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan
berfikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tiada dengan di dahului latihan perbuatan
itu.
Pengertian insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akhlak,
akan tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengah dan di biarkan
begitu saja, bahkan wajib di didik dan di asuh. Cara mendidik dan mengasuh insting
kadang-kadang dengan di tolak dan kadang-kadang pula di terima.
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia di motivasi oleh
kehendak yang di motori oleh insting seseorang. Insting merupakan tabiat yang di
bawa manusia sejak lahir.
Insting terdiri dari empat pola khusus yaitu:
a. Sumber insting, berasal dari kondisi jasmaniah, untuk melakukan kecendurangan,
lama-lama menjadi kebutuhan.
b. Tujuan insting, ialah menghilangkan rangsangan jasmaniah untuk mensirnakan

perasaan tidak enak yang timbul karena adanya tekanan batin.
c. Obyek insting, merupakan segala aktivitas yang mengantar keinginan dan
memilih-milih agar keinginannya dapat terpenuhi.
d. Gerak insting, ini tergantung kepadan intensitas kebutuhan.
Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang
mendorong lahirnya tingkah laku, antara lain :
4

 Naluri Makan. Manusia lahir telah membawa suatu hasrat untuk makan tanpa
di dorong oleh orang lain.
 Naluri Berjodoh. Dalam Al-Qur’an di terangkan:
“Di jadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaaan kepada apa-apa yang
di ingini,yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak”.
 Naluri Keibuan. Tabiat kecintaan orang tua kepada anak-anaknya dan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
 Naluri Berjuang. Tabiat manusia untuk mempertahankan diri dari gangguan
dan tantangan.
 Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Dalam ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat aqidah,
namau harus di barengi dengan ilmu, amal dan taqwa kepada Allah. Allah

memuliakan akal dengan di jadikannya sebagai sarana tanggungjawab. Akal ini
merupakan jalinan pikir dan rasa yang menjadikan manusia, berlaku, berbuat,
membentuk dan membina. Akal menjadikan manusia itu mukmin. Naluri manusia itu
merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu di ajari terlebih dahulu.
3) Adat/Kebiasaan
Adat menurut bahasa ialah aturan yang lazim di ikuti sejak dahulu. Biasa adalah kata
dasar yang

mendapat imbuhan ke-an, artinya boleh,dapat atau sering. Menurut

Nasrean, adat ialah suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan
yang obyektif, kokoh dan benar serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap
seseorang dalam masyarakat. Kebiasaan terjadi sejak lahir, lingkungan yang baik
mendukung yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Kebiasaan adalah rangkaian
perbuataan yang di pengaruhi akal pikiran.
Menurut Soerjono Soekanto, kebiasaan sebagai perbuatan yang di ulang-ulang dalam
bentuk yang sama dan kebiasaan ialah tingkah laku yang sudah di stabilkan.

Adat/Kebiasaan ini merupakan suatu tindakan atau perbuatan seseorang yang di
lakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan.

Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara, berpidato, mengajar dan lain
sebagainya. Abu Bakar Zikir berpendapat : perbuatan manusia, apabila di kerjakan
secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya itu dinamakan adat kebiasaan.
Orang yang berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu :
1. Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan.
5

2. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampilkan perbuatan baik dan di
ulang secara terus menerus.
4) Wirotsah ( Keturunan )
Artinya berpindahnya sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada anak keturunanya.
Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadangkadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu dari orang tuanya.
5) Lingkungan
Lingkungan ialah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang dapat
berwujud benda-benda seperti air,bumi,langit dan matahari. Lingkungan dapat
memainkan peranan dan pendorong terhadap perkembangan kecerdasan sehingga
manusia dapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya. Lingkungan dapat di bedakan
menjadi dua yaitu:
a) Lingkungan Alam
Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman plato

hingga sekarang ini. dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai
akhirnya membawa pengaruh. Ibnu Khaldun telah menulis dalam kitab
pendahuluannya, maka tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya
tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup di dalamnya. Kalau
lingkungan tidak cocok kepada tubuh,maka tubuh tersebut akan lemah dan
mati. Udara,cahaya,logam dalam tanah, mempengaruhi kesehatan penduduk
dan keadaan mereka yang mengenai akal dan akhlak.
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan
menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam

mematahkan atau

mematangkan pertumbuhan bakat yang di bawa oleh seseorang. Pada zaman
Nabi Muhammad pernah terjadi seorang Badui yang kencing di serambi
masjid, seorang sahabat membentaknya tapi Nabi melarangnya. Kejadian di
atas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh
dari masyarakat luas tidak akan tahu norma-norma yang berlaku.
b) Lingkungan Pergaulan
Sekolah, pekerjaan, pemerintah,syiar agama, keyakinan, pikiran-pikiran, adatistiadat, pendapat umum, bahasa, kesustraan,kesenian, pengetahuan dan
akhlak. Pendeknya segala apa yang di perbuahkan oleh kemajuan manusia.

Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya
manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling
mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya akhlak orang
6

tua di rumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak
anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan
oleh guru-guru di sekolah.
Manusia dalam masa kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam lingkungan
alam. Apabila ia telah mendapat sedikit kemajuan, lingkungan pergaulanlah yang
banyak

mmenguasainya,

sehingga

ia

dapat

mengubah

lingkungan

atau

menguasainya dan menyesuaikan diri kepadanya.
Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan islam yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap anak didik. Lingkungan yang dapat memberi pengaruh
terhadap anak didik dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
2. Lingkungan yang berpegang teguh terhadap tradisi agama.
3. Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam
lingkungan agama.
Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita berhubungan, dimana kita berradaptasi.
Akal harus dapat membedakan dan menempatkan segalanya karena itu akan
membentuk perilaku kita.
6) Pola Dasar Bawaan
Pada awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat bahwa yang
mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor
pendidikan. Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di
alam kewujudan sama dalam tubuh, akal dari akhlaknya.
Ada teori yang mengemukakan masalah turunan, yaitu :
 Turunan (pembawaan)sifat-sifat manusia.
Dimana-mana tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda sifat
yang bersamaan. Seperti bentuk,pancaindera,dan perasaan akal dan kehendak.
Dengan sifat sifat manusia yang di turunkan ini, manusia dapat mengalahkan
alam di dalam beberapa perkara, sedang seluruh binatang tidak dapat
menghadapinya.
 Sifat-sifat Bangsa
Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang di turunkan
sekelompok orang dahulu kepada kelompok orang yang sekarang. Sifat-sifat
inilah yang menjadikan beberapa orang lain dari tiap-tiap bangsa berlainan

7

dari beberapa orang dari bangsa lain, bukan saja dalam bentuk mukanya
bahkan juga dalam sifat-sifat yang mengenai akal.
7) Kehendak
Ini merupakan suatu perbuatan yang ada atas dasar kehendak dan bukan hasil
kehendak. Contoh berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang atau
berpidato dan lain sebagainya. Adapun coontoh yang berdasarkan bukan kehendak
adalah detak hati, bernafas dan gerak mata.
Ahli-ahli mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang alamnya
lebih kuat meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat.
Keinginan yang kuat disebut “roghbah”, lalu datang 4 azam atau niat berbuat. Azam
ini ialah yang disebut dengan kehendak kemudian diikuti dengan perbuatan.
 Kehendak adalah kekuatan
Kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan. Seperti uap atau
listrik, kehendak ialah kehendak manusia dan dari padanya timbul segala
perbuatan yang hasil dari kehendak, dan segala sifat manusia dan kekuatannya
seolah olah tidur nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak. Maka
kemahiran penggunaan, kekuatan akal ahli pikir, kepandaian bekerja, kekuatan
urat, tahu akan wajib dan mengetahui apa yang seharusnya dan tidak
seharusnya, kesemuanya ini tidak mempengaruhi dalam hidup, bila tidak
didorongkan oleh kekuatan kehendak, dan semua tidak ada harganya bila tidak
dirubah oleh kehendak menjadi perbuatan.
Ada dua macam perbuatan atas kehendak yaitu: kadang menjadi pendorong
dan kadang menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia
supaya berbuat, seperti mendorong membaca, mengarang atau berpidato;
terkadang mencegah perbuatan tersebut, seperti melarang berkata atau berbuat.
 Obat kehendak
Bagaimana juga kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara mengobatinya
yaitu:
a. Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan. Sepeti tubuh dapat
diperkuat dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam.

8

b. Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada
ditanfidzkan menurut agama kita, karena yang demikian itu akan melemahkan
kehendak.
c. Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah
dosa dan keburukan. Maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalanjalan yang baik dan buruk dan ditambah keterangan dengan buah dan akibat
kedua jalan itu, dan menganjurkan supaya tunduk kepada maksud kebaikan
dan mengelilingi jiwa dengan apa yang menarik kebaikan sehingga ia menuju
ke arah kebaikan.
 Kebebasan berkehendak
Ahli filsafat yunani setengahnya berpendapat
bahwa kehendak itu mereka dalam memilih, dan setengahnya berpendapat
bahwa kehendak itu terpaksa menjalani suatu jalan yang tidak dapat
dilampauinya.
Ilmuan arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai
kehendak yang merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut apa
yang digambarkannya. Dan manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau
seperti kulit biji diatas gelombang, tiada kehendak dan memilih, hanya Allahlah yang berbuat menurut kehendaknya.
Kedua faktor ini mengendalikan kehendak yang menggambarkan baginya
jalan untuk berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh
manusia yang membentuk akhlak.
8) Pendidikan
Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku
akhlak sesoeorang. Berbagai ilmu di perkenalkan, agar siswa memahami dan dapat
melakukan perunahan pada dirinya.
Dengan demikian stretegis sekali di kalangan pendidikan di jadikan pusat perubahan
perilaku yang kurang baik untuk di arahkan menuju ke perilaku yang baik. Maka di
butuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa di jadikan agen, perubahan
sikap dan perilaku manusia yaitu:
 Tenaga Pendidik
9

 Materi Pengajaran
 Metodologis Pengajaran
 Lingkungan Sekolah
9) Nafsu
Nafsu adalah keinginan hati yang kuat. Ini merupakan kumpulan amanah dan syahwat
yang ada pada manusia. Menurut Kartini Kartono nafsu ialah dorongan batin yang
sangat kuat, yang memiliki kecenderungan yag hebat sehingga menganggu
keseimbangan fisik. Di lihat dari definisi tersebut nafsu itu merupakan suatu gejolak
yang selalu mengarrah kepada hal-hal yang mendesak, kemudian di ikuti dengan
keinginan-keinginan pada diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.
Nafsu-nafsu yang ada pada manusia ada tiga yaitu :
a. Nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang melahirkan bermacam-macam keinginan untuk
dapat di penuhi.
b. Nafsu Lawwanah, yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk
melakukan kesalahan dan menyesali perbuatan yang telah di lakukannya.
c. Nafsu Muthmainnah yaitu nafsu yang telah mendapatkan tuntunan,bimbingan,
pemeliharaan yang baik. Nafsu ini dapat mendatangkan ketenangan batin yang
melahirkan sikap akhlak yang baik dan seelalu mendorong untuk melakukan
kebajikan dan menjauhi maksiat.
10) Menurut Para Aliran
Berdasarkan buku karangan H. Abudin Nata faktor yang mempengaruhi pembentukan
akhlak pada khususnya, ada 3 aliran yang sudah amat populer. Pertama, nativisme.
Kedua, empirisme. Ketiga, korvengensi.


Aliran nativisme

Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya
dapat berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki
kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi
baik. Aliran ini tampak begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri
manusia.


Aliran empirisme

Selanjutnya menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial,
10

termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan
yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika
sebalikanya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan
oleh dunia pendidikan dan pengajaran.


Aliran konvergensi

Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.
Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada didalam diri manusia dibina
secara intensif melalui berbagai metode.

AQIDAH SEBAGAI PONDASI AKHLAK MULIA

Dalam pandangan islam, aqidah merupakan azaz utama yang di harapkan dapat
membentuk kepribadian yang mulia dalam diri seseorang. Dan dia juga merupakan tonggak
untuk kehidupan sebuah masyarakat yang marhamah yakni kehidupan masyarakat yang
sejahtera lahir bathin dalam ridha Allah SWT.
Kita sadari betul, bahwa betapa kuatnya pengaruh akidah dalam membentuk pribadi
yang mulia dalam membentuk sebuah kehidupan masyarakat yang marhamah. Salah satu
dampak aqidah dalam mengantarkan seseorang untuk mau menunaikan kewajibannya, di
antaranya adalah yang berkaitan dengan harta.seperti kita maklumi bersama, dalam aturan
hukum negara yang tidak berdasar syariat islam pun di aturlah bahwa setiap negara
berkewajiban membayar pajak. Yang besaran pajaknya di tetapkan oleh negara. Namun
demikian, dalam kenyataanya betapa tidak mudah pihak pemerintah untuk bisa
mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Padahal berbagai himbauan telah di sebarluaskan tetapi
tetap saja masih susah.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Ini terjadi karena masing-masing sesuai dengan
kecenderungannya yang kuat di antara mencintai harta. Akhirnya dia akan cenderung
menghindar dari hal-hal yang bisa mengurangi hartanya, termasuk dalam hal ini adalah
membayar pajak. Di dalam islam, memang ada aturan juga yang menyangkut masalah
11

kewajiban mengenai mengeluarkann sebagian harta yang di kenal dengan infak. Infak itu
sendiri adalah sebagai aturan dasarnya. Sehingga muncul ada hukumnya wajib ada pula yang
sunnah. Yang wajib di antaranya zakat fitrah,maal, fidyaah, kifarat dan sebagainya.
Kalau kita lihat di dalam aturan islam, walapun mungkin juga ada sebagian manusia
yang enggan mengeluarkan zakat. Tapi, bagi seorang yang mukmin mustahil itu akan terjadi
kalaupun tidak harus dengan ancaman apa-apa dari pihak pemerintah,mislanya. Bahkan di
negeri kita ini yang tidak berdas syariat islam yang tidak mengatur seorang muslim wajib
mengeluarkan zakat, dengan konsekuensi hukum bagi mereka yang tidak mengeluarkan
zakat, tapi dalam kenyataanynya lebih banyak orang muslim yang mengeluarkan zakat
daripada yang membayar pajak.
Padahal tidak ada konsekuensi hukum apa-apa dalam arti konsekuensi hukum yang
duniawi. Demikian pula, tidak ada yang terlibat ikut menghitung harta setiap orang muslim.
Tapi kenyataannya masing-masing mereka datang untuk mengeluarkankan zakatnya. Ada
yang datang ke masjid-masjid atau yayasan-yayasan dan lain sebagainya.

Mereka

menghitung sendiri dan mereka dengan ikhlas membagikan zakat harta itu. Yang bisa
mengantarkan seseorang berbuat semacam itu tidak lain adalah keimanan.
Dengan keimannya, dia sadar betul bahwa memang harta seseorang manakala dia
sudah memenuhi syarat yang sudah di tetapkan oleh islam, nishab dan haulnya, maka
sebagian hartanya terutama yang menyangkut zakat maal itu sudah bukan lagi miliknya, tapi
menjadi milik 8 golongan manusia. Allah SWT berfirman: “ Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang kafir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mua’laf yang di bujuk hatinya, untuk (memerdekan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang di wajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana”. (AtTaubah,9:60).

12

DAFTAR PUSTAKA
Drs. Zahruddin AR, M. M. Si. Dan Hasanuddin sinaga, S.Ag., M. A . Pengantar
Studi Akhlak PT Grafindo Persada, Jakarta, 2004
https://muslimafif.wordpress.com/2010/07/02/akidah-pondasi-akhlak-mulia/
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf , Rajawali Pers, Jakarta, Cet.9, 2010.
Mustafa, Akhlak Tasawuf , Pustaka Setia, Bandung, Cet.3, 2005.
[1] Mustafa, Akhlak Tasawuf , Pustaka Setia, Bandung, Cet.3, 2005, h. 82.
[2] Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Rajawali Pers, Jakarta, Cet.9, 2010, h.166.
https://m.facebook.com/mohammad.eksan1/posts/561674890547129

13