Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia (1913 - 2013)

  Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia (1913 - 2013) Tim Penyusun: Ketua : Dr. Ir. A. Ngaloken Gintings, MS; PU Anggota : 1. Dr. Ir. Paribotro Sutigno, MS; PU

  2. Komar Sumarna, MS; PU

  3. Ir. Mieke Suharti; PU

  4. Prof. Dr. Ir. Osly Rachman, MS Editor : Prof. Dr. Ir. Djaban Tinambunan, MS © 2013 Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

  ISBN: 978-979-8452-58-1 Dipublikasikan oleh: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lantai XI Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta 10270 Tel/Fax: +62 21 5730398 / +62 21 5720189

  SAMBUTAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

  Assalamu’allaikum warakhmatullah wabarakatuh, Saya menyambut gembira diterbitkannya buku Satu Abad Penelitian Kehutanan

  Indonesia . Saya yakin dengan berjalannya waktu dan berbagai perbaikan kondisi sumberdaya hutan dan sumberdaya manusia Indonesia, makin banyak kegiatan penelitian kehutanan yang perlu lebih ditingkatkan untuk mendukung pengelolaan hutan secara lestari. Perkembangan keadaan global seperti perubahan iklim dan hubungannya dengan deforestasi, degradasi hutan, penanaman hutan dan perlindungan hutan serta konservasi hutan dengan tetap mengusahakan pemanfaatan hutan secara bijak dan lestari akan memerlukan penelitian yang lebih menyeluruh. Tonggak sejarah penelitian kehutanan yang telah dibuat oleh para pendahulu kita agar dijadikan pelajaran yang berguna untuk menetapkan penelitian kehutanan yang akan datang dengan lebih baik.

  Diharapkan masyarakat luas, khususnya para pihak terkait, dapat memanfaatkan hasil penelitian yang sudah ada dan memberikan masukan mengenai hal-hal yang perlu diteliti dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan secara lestari.

  Jakarta, Juli 2013 MENTERI KEHUTANAN DR. (HC) Zulkifli Hasan, S.E., M.M.

  Satu Abad

  

SAMBUTAN

KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

  Berproses dalam suatu rentang waktu yang panjang, merupakan hal yang istimewa bagi Badan Litbang Kehutanan. Meskipun secara organisasi kelitbangan kehutanan mengalami banyak perubahan, tapi satu hal yang tetap, yaitu jenis kegiatannya tetap menangani kelitbangan kehutanan. Dalam kurun waktu 100 tahun, Kelitbangan Kehutanan telah mengalami berbagai masa kejayaan serta masa- masa sulit. Semuanya bisa dirangkai dalam suatu kenangan yang indah dan penuh makna untuk pembelajaran.

  Menyadari akan pentingnya pembelajaran dari pengalaman yang telah dialalui, maka kami bertekad untuk mendokumentasikan beberapa fakta yang bisa menjadi rangkaian informasi masa lalu dan dapat digunakan untuk mengungkap hikmahnya. Beberapa tahun terakhir, keinginan untuk membukukan perjalanan proses kelitbangan kehutanan ini telah dimulai. Namun pada awal tahun 2013, kami baru bisa mengkonkritkan keinginan tersebut dan membentuk Tim Penulis yang dalam beberapa bulan telah dengan tekun mengumpulkan data, fakta dan informasi kemudian merangkainya dalam buku ini.

  Perubahan organisasi memberikan gambaran adanya perubahan kerangka pikir pada masanya, sedangkan perubahan pejabat yang memimpin merupakan dinamika keinginan untuk terus meningkatkan kualitas kegiatannya. Pada masa lalu, topik penelitian masih sebatas budidaya hutan untuk menghasilkan kayu, kemudian berkembang dengan upaya mendayagunakan hasil hutan bukan kayu, silvikultur hutan alam dan tanaman, perlindungan hutan, industri kehutanan, konservasi flora dan fauna, bioteknologi dan pemuliaan tanaman hutan. Pada dekade terakhir ini penelitian juga telah masuk pada topik tenurial serta dukungan sektor kehutanan terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Kompleksitas topik penelitian tersebut menunjukkan bahwa persoalan pengelolaan hutan semakin bervariasi dan rumit.

  Pembagian pengalaman berdasarkan penggalan waktu, merupakan cara yang baik untuk bercerita tentang pengaruh kondisi negara terhadap dinamika kelitbangan. Sementara topik kelitbangan di setiap penggalan masa tersebut akan memberi kesan prioritas pada jamannya. Semuanya itu memberikan informasi yang lengkap bagi pembaca

  Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Menteri Kehutanan pada awal peringatan 100th Kelitbangan Kehutanan di Indonesia, bahwa pada dasarnya pengelolaan hutan berawal dari hasil litbang. Hal ini sangat membesarkan hati, karena disadari atau tidak, kiprah Kementerian Kehutanan berawal dari sumbangan hasil litbang. Satu Abad Tanpa mengurangi nilai prestasi dan capaian yang sudah dicapai oleh Badan Litbang Kehutanan, harus diakui pula bahwa semuanya itu tidak bisa lepas dari proses yang berlangsung di masa lalu. Oleh karena itu penulisan buku ini juga bisa menjadi persembahan bagi para pemimpin institusi litbang kehutanan yang terdahulu.

  Pada akhirnya saya menyambut baik penulisan dan penerbitan buku ini. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang besar kami sampaikan kepada Tim Penulis dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi data, fakta dan informasi serta fasilitasinya, sehingga buku ini bisa terbit. Semoga langkah kecil ini bisa menghasilkan sesuatu yang besar, terutama untuk perjalanan kelitbangan kehutanan di masa yang akan datang

  Kepala Badan, Dr. Iman Santoso

KATA PENGANTAR

  Pada tanggal 29 Januari 2013 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Balitbanghut) memimpin pertemuan yang dihadiri beberapa peneliti senior yang sudah pensiun dan para pejabat struktural untuk membahas sejarah penelitian kehutanan di Indonesia. Dalam pertemuan disimpulkan pentingnya menyusun buku Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia, sebagai bahan evaluasi perkembangan penelitian kehutanan Indonesia dan menetapkan arah penelitian pada waktu yang akan datang. Untuk merealisasikannya dibentuk satu tim dengan Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Kehutanan No. SK.3/VIII-SET/2013 tanggal

  6 Pebruari 2013 tentang Tim Penyusun buku Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia dan uraian tugasnya.

  Tim Penyusun buku ini mengumpulkan bahan di Perpustakaan Kehutanan Ardikusuma Bogor, Pusat-Pusat Litbang Kehutanan di Bogor, dan dari Balai- Balai Besar Litbang Kehutanan di Jogyakarta dan Samarinda, Balai-Balai Litbang Kehutanan di seluruh Indonesia serta mewawancarai beberapa senior Balitbanghut.

  Tim Penyusun menghadapi beberapa kendala antara lain: informasi yang diperlukan tidak tersedia di masing-masing institusi secara lengkap, penulisan buku sejarah penelitian kehutanan terdahulu (Tujuh Windu Lembaga-Lembaga Penelitian Kehutanan, 16 Mei 1913 – 16 Mei 1969) ditulis dengan jarak waktu yang jauh dengan penulisan buku Satu Abad Penelitian Kehutanan Indonesia ini sehingga di antara waktu tersebut banyak informasi yang sudah terlupakan, dan alokasi waktu penyusunan waktu sangat singkat (5 bulan). Namun berkat kerjasama yang baik, penyusunan buku ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tim mengharapkan bahwa penulisan buku Penelitian Kehutanan Indonesia dapat dilakukan setiap 10 tahun sehingga kesinambungan informasi dapat diikuti dengan baik.

  Atas bantuan semua pihak buku ini dapat diselesaikan tepat waktu dan untuk itu Tim Penulis mengucapkan terima kasih.

  Tim Penulis,

  Satu Abad

  DAFTAR ISI

  SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA ........iii SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN ...........................................................v KATA PENGANTAR ................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

  I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

  II. ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945) ......... 5

  A. Organisasi dan Tenaga Kerja ............................................................................. 7

  B. Penelitian dan Pengembangan ........................................................................10

  C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan ....................................12

  D. Pembelajaran dari Era Sebelum Kemerdekaan ............................................13

  III. ERA ORDE LAMA (TAHUN 1946–1965) ............................... 15

  A. Organisasi dan Tenaga Kerja ...........................................................................17

  B. Penelitian dan Pengembangan .......................................................................20

  C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan ....................................24

  D. Pembelajaran dari Era Orde Lama ................................................................24

  IV. ERA ORDE BARU (TAHUN 1966–1998) ................................ 27

  A. Organisasi dan Tenaga Kerja ..........................................................................29

  B. Penelitian dan Pengembangan .......................................................................35

  C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan ....................................48

  D. Pembelajaran dari Era Orde Baru ..................................................................54

  V. ERA REFORMASI SAMPAI SEKARANG (TAHUN 1999–2013) ............................................................ 57

  A. Organisasi dan Tenaga Kerja ...........................................................................59

  B. Penelitian dan Pengembangan ........................................................................73

  C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan ..................................111

  D. Pembelajaran dari Era Reformasi sampai Sekarang ..................................115 Satu Abad

  VI. HARAPAN KE DEPAN ........................................................ 119

  A. Umum ................................................................................................................121

  B. Prasarana dan Sarana .......................................................................................121

  C. Organisasi ..........................................................................................................122

  D. Tenaga Kerja .....................................................................................................122

  E. Kepemimpinan .................................................................................................123

  F. Hasil Penelitian ................................................................................................123

  G. Publikasi ............................................................................................................124

  H. Pengembangan .................................................................................................124

  I. Pemanfaatan Hasil Penelitian .......................................................................124 J. Kerjasama Penelitian ......................................................................................125

  VII. PENUTUP .......................................................................... 127 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 131 LAMPIRAN ............................................................................................. 135

  DAFTAR ISI

  1. Publikasi Era Sebelum Kemerdekaan (tahun 1913 -1945) ................................13

  11. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) .........................................82

  17. Hasil penelitian lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang sudah mendapatkan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa Hak Paten dan Hak Cipta sampai dengan tahun 2012 .....................111

  16. Buku yang diterbitkan lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan selama tahun 1999-2013 ....................................................................103

  15. Publikasi lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan antara tahun 1999-2013 ..........................................................................................102

  14. Kerjasama lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dengan instansi luar negeri ........................................................................................99

  13. Kerjasama lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dengan instansi dalam negeri ...................................................................................95

  12. Pelatihan yang dilakukan selama periode 1999-2013 .........................................89

  10. Laboratorium lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan .....80

  2. Publikasi Era Orde Lama (tahun 1946-1965) ......................................................21

  9. Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan tahun 1999 – 2013 ................................................................................................................71

  8. Profesor Riset yang dikukuhkan antara tahun 2000 – 2012 .............................70

  7. Keadaan Tenaga Kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan pada Tahun 2000 dan 2012 .....................................................................................69

  6. Publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Era Orde Baru (1966-1998) ...................................................................44

  5. Publikasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Era Orde Baru (1966-1998) .........................................................................44

  4. Ahli Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Tahun 1983-1998 ......................................................................................................34

  3. Keadaan tenaga kerja Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (PNS) pada tahun 1998 ............................................................................................34

  DAFTAR TABEL Satu Abad

  18. Hasil penelitian lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang sudah dipergunakan secara luas ..............................................112

  19. Kegiatan lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang merupakan percontohan ................................................................................113

  DAFTAR TABEL

  DAFTAR GAMBAR

  A. mangium tahun tanam 1994, pada KHDTK Wonogiri ...............................39

  16. Pengeringan kombinasi tenaga surya dengan panas tambahan .........................52

  15. Rumah dengan dinding dari papan semen wol kayu yang dibangun pada tahun 1972, sampai tahun 2013 keadaannya masih baik ...................................51

  14. Rumah dari kayu kelapa yang diawetkan, dibangun pada tahun 1984, sampai tahun 2013 keadaanya masih baik .............................................................50

  13. Rumah prefab dari kayu jati yang dibangun pada tahun 1971, sampai tahun 2013 keadaanya masih baik ...........................................................................50

  12. Sarang lebah madu hutan (Apis dorsata) ................................................................47

  11. Penyadapan tusam (Pinus merkusii) sistem koakan di Makale (a) dan sistem V (sersan) (b) di Sumedang ..................................................................43

  10. Petak ukur erosi di Waspada-Garut tahun 1976 ..................................................40

  9. Tegakan A. mangium, di Kebun Benih Semai Uji Keturunan F1

  1. Gedung Balai Penyelidikan Kehutanan di Jalan Gunung Batu, Bogor ...........10

  8. Kunjungan Kaisar Jepang (Pangeran Akihito) dan penanaman pohon Sawo Kecik oleh Putri Michiko, pada tanggal 5 Oktober 1991 .......................38

  7. Praktek pemadaman api dalam kebakaran hutan di Kalimantan Selatan .......37

  6. Gedung Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan bertingkat di Komplek Kantor Badan Litbang Kehutanan di Jalan Gunung Batu Bogor ...35

  5. Rumah prefab dari kayu sengon yang diawetkan, didirikan pada tahun 1963 dan pada tahun 2013 keadaanya masih baik (tampak keseluruhan) (a); dan bagian dinding (b), terletak di Cimanggu, Bogor. ...............................23

  4. Instalasi pengawetan kayu dalam bangunan konstruksi kubah dan tiang yang terlihat adalah tiang instalasi pengawetan kayu ..........................................20

  3. Mesin Uji Universal tahun 1923 untuk meneliti sifat mekanis kayu ..............11

  2. Peresmian gedung Balai Penyelidikan Kehutanan di Jalan Gunung Batu, Bogor oleh Gubernur Jenderal Mr. A. C. D. De Graeff pada tanggal 20 Juli 1931 ..............................................................................................................................10

  17. Pelatihan pengasahan bilah gergaji (sawdoctoring) pada tahun 1976 di Lembaga Penelitian Hasil Hutan ............................................................................53 Satu Abad

  18. Peserta Diskusi Industri Perkayuan pada tahun 1976 di Jakarta ......................54

  19. Gedung Utama Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru (a), laboratorium (b), green house (c) dan persemaian (d) ......................................74

  20. Gedung Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu di Mataram ...................................................................................................................74

  21. Kantor Balai Besar Penelitian Dipterokarpa di Samarinda ...............................75

  22. Pyrolisis Gas Chromatography Mass Spectrofotometry ....................................76

  23. X-Ray Difractrograph ................................................................................................76

  24. Scanning Electron Microscope-Energy disperse spectrofotometry .................77

  25. Mesin Molder di Laboratorium Penggergajian .....................................................78

  26. Synergy H1 Hybrid Multi-Mode Microplate Reader .........................................78

  27. Take3 Micro-Volume Plates ......................................................................................79

  28. High-performance liquid chromatography ...........................................................79

  29. Koleksi spesimen herbarium sebagai dokumen ilmiah, acuan identifikasi, pangkalan data serta informasi ilmiah keanekaragaman flora hutan ...............84

  30. Xylarium Bogoriense 1915 Bogor ...........................................................................85

  31. Kursi, meja dan lemari dari bambu lamina di Pustekolah, Bogor ...................108

  32. Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) di Dramaga, Bogor (2013) .............................................................................................................108

  33. Kursi dan meja (a) dan lantai parket (b), keduanya dari kayu sawit...............112

  34. Pengukuran biomassa tanaman hutan ..................................................................113

  35. Penangkaran trenggiling di Dramaga, Bogor tahun 2013 ...............................114

  36. Percontohan rumah kayu kelapa yang diawetkan di Banda Aceh tahun 2005/2006. (a) Dalam proses pembuatan dan (b) Rumah jadi ......................115

  37. Percobaan tumpangsari padi gogo di bawah tegakan jati umur 3 tahun di BKPH Jampang Kulon, KPH Sukabumi tahun 2007 .................................115

  DAFTAR GAMBAR

  PENDAHULUAN

  Tahun 2013 mempunyai arti khusus bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sebagai salah satu instansi dalam lingkup Kementerian Kehutanan karena secara historis instansi yang bertugas menyelenggarakan penelitian di Sektor Kehutanan Indonesia genap berusia Satu Abad. Instansi penyelenggara penelitian kehutanan pertama kali dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda dengan Keputusan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1913 dengan nama Proefstation Voor Het Boswezen (Stasiun Penelitian Untuk Kehutanan) yang bernaung di bawah Dients Van Het Boswezen ( Jawatan Kehutanan). Pendirian stasiun penelitian ini merupakan titik awal keberadaan unit kerja di bidang penelitian kehutanan di Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 2013 ini genaplah Satu Abad usia penelitian kehutanan di Indonesia. Pada tahun 1927 nama stasiun tersebut diubah menjadi Bosbouwproefstation (Balai Penjelidikan Kehutanan, disingkat BPK).

  Selama kurun waktu Satu Abad tersebut, BPK telah mengalami pasang surut perkembangan sejalan dengan perubahan dan perkembangan sejarah pemerintahan Indonesia. Status dan struktur organisasi BPK, ruang lingkup kegiatan penelitian, sarana dan prasarana penelitian serta penyediaan tenaga peneliti sangat tergantung kepada kebutuhan dan kebijakan penguasa pemerintahan yang sedang berlangsung. Kegiatan penelitian sudah banyak dilakukan dan hasil penelitian sudah banyak dipublikasikan dalam berbagai bentuk publikasi seperti pengumuman, jurnal, buletin, publikasi populer, petunjuk teknis sampai bentuk buku. Sebagian hasil penelitian tersebut telah digunakan secara luas, sebagian secara terbatas dan sebagian besar masih tersimpan dalam bentuk tulisan dan belum digunakan dalam praktek. Berbagai informasi mengenai BPK dan penelitian kehutanan selama kurun waktu Satu Abad tersebut belum pernah dihimpun menjadi satu kesatuan (buku) untuk memudahkan para pihak yang berkepentingan melihat dan menggunakannya. Ketiadaan buku tersebut menyebabkan masyarakat dan bahkan para rimbawan Indonesia sendiri umumnya tidak banyak yang mengetahui eksistensi, perkembangan dan hasil-hasil penelitian kehutanan Indonesia selama ini. Keadaan demikian memerlukan perbaikan agar penelitian kehutanan dapat lebih berkembang dan hasilnya digunakan dalam pembangunan kehutanan Indonesia. Penelitian kehutanan yang dimaksud dalam buku ini adalah penelitian yang dilakukan instansi penelitian kehutanan yang akhirnya bermuara pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan sekarang ini.

  Uraian dalam buku ini disajikan menurut era penguasa/pemerintahan yang berlaku karena hal tersebut besar pengaruhnya dalam penetapan kebijakan tentang status lembaga dan ruang lingkup kegiatan penelitian kehutanan. Satu Abad Keseluruhan buku dibagi ke dalam empat bagian utama yang disebut era, yaitu: (1) Era Sebelum Kemerdekaan (Tahun 1913-1945); (2) Era Orde Lama (Tahun 1946-1965); (3) Era Orde Baru (Tahun 1966-1998); dan (4) Era Reformasi Sampai Sekarang (Tahun 1999-2013); serta satu Bab berupa Harapan ke Depan.

  Dalam setiap era diuraikan berbagai aspek penelitian dan pengembangan kehutanan yang meliputi: (1) Kelembagaan Penelitian, khususnya mengenai dinamika perubahan organisasi dan tenaga kerja; (2) Penelitian dan pengembangan berisi uraian tentang kegiatan penelitian dan pengembangan berikut penyajian hasilnya, baik yang berupa berbagai jenis publikasi maupun hasil penelitian yang sifatnya menonjol; (3) Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan baik yang sifatnya biasa, lebih-lebih yang menonjol atau meluas; dan (4) Pembelajaran yang diambil dari era bersangkutan. Dalam bab tentang Harapan ke Depan disajikan berbagai aspek pengelolaan penelitian dan pengembangan kehutanan yang memerlukan upaya perbaikan sungguh-sungguh di masa depan agar Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan mampu menjadi pemandu, pendamping dan pendorong pembangunan kehutanan di Indonesia.

  Sejarah perkembangan penelitian kehutanan dalam buku memori Seratus Tahun Penelitian Kehutanan Indonesia ini dimaksudkan untuk membuka wawasan tentang peran penelitian kehutanan dalam menunjang pelaksanaan pembangunan sektor Kehutanan, serta memberikan informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik kehutanan yang telah dihasilkan dari penyelenggaraan penelitian kehutanan oleh instansi penelitian kehutanan Indonesia. Dengan mengetahui hasil penelitian tersebut diharapkan para pemangku kepentingan pembangunan kehutanan Indonesia dapat memanfaatkannya untuk memperbaiki mutu pengelolaan hutan dan dapat tergugah untuk memperkuat instansi penelitian dan pengembangan kehutanan Indonesia. Kebutuhan akan kedua hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa pengetahuan tentang potensi sumberdaya hutan dan teknik kehutanan yang berdayaguna dan berhasilguna dalam pengelolaannya perlu terus ditingkatkan, sehubungan dengan kompleksitas struktur tegakan hutannya, komposisi jenis flora dan faunanya, serta variasi kondisi tempat tumbuh dan lingkungannya. Keperluan tersebut terkait pula dengan meningkatnya persepsi dan kesadaran masyarakat tentang fungsi sumberdaya hutan bagi pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan hidup manusia, baik dalam lawas nasional maupun internasional. Peningkatan ruang lingkup dan intensitas kegiatan penelitian kehutanan perlu berlandaskan konsistensi kebijakan serta didukung oleh tersedianya prasarana, sarana, dana dan tenaga peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang memadai.

  PENDAHULUAN

  ERA SEBELUM

KEMERDEKAAN

(TAHUN 1913–1945)

A. Organisasi dan Tenaga Kerja

  Het Boswezen van Nederlandsch Oost Indie ( Jawatan Kehutanan pada

Pemerintahan Hindia Belanda) yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1897 adalah

salah satu dari enam belas jawatan dari Departement van Landbouw, Nijverheid

en Handel (Departemen Pertanian, Perindustrian dan Perdagangan). Pada zaman

pemerintahan Belanda, Jawatan Kehutanan merupakan pelopor dari pengelolaan

hutan di Indonesia. Departemen tersebut meliputi dinas-dinas pertanian, pendidikan

pertanian, kebun raya Bogor, perikanan, peternakan, peternakan kuda, kedokteran

hewan, pendidikan dokter hewan, perkebunan kopi pemerintah, kehutanan,

perindustrian, perdagangan, perteraan dan perkumpulan dalam bidang pengetahuan

alam.

  Jawatan Kehutanan merupakan alat produksi bagi pemerintah dan sumber

penghasilan di samping bertugas menjamin kemakmuran masyarakat yang tak

ternilai harganya di antaranya mengenai hidrologi, orologi, dan klimatologi.

Jawatan kehutanan menjadi milik nasional yang harus dipelihara sebaik-baiknya,

dan pemeliharaan hutan oleh jawatan kehutanan dikerjakan serapi-rapinya dengan

didukung aturan (sistem) tertentu. Tentang organisasi, pekerjaan administrasi,

teknis dan lain-lainnya ditentukan dengan undang-undang dalam Staatsbladen

(Lembaran Negara) serta peraturan lainnya.

  Jawatan Kehutanan terdiri dari beberapa unit, yaitu: Kantor Besar Dinas Kehutanan (1) (2) Dinas Kehutanan Jawa dan Madura (3) Dinas Kehutanan Luar Jawa dan Madura (4) Balai Penyelidikan Kehutanan (5) Sekolah Kehutanan Menengah.

  Bosbouwproefstation (Balai Penyelidikan Kehutanan) didirikan dengan

Keputusan Pemerintah No. 58 tanggal 16 Mei 1913. Pendirian Balai Penyelidikan

Kehutanan (BPK) tersebut didahului studi banding oleh Ir. H.A.J.M. Beekman

ke beberapa negara di Eropa dan Jepang, untuk mengumpulkan informasi yang

diperlukan sebagai bahan dalam membangun BPK di Indonesia. BPK tersebut

menempati sebuah rumah sewaan di Laan van der Wijck No. 8, yang sekarang

disebut Jalan Sawojajar, Bogor. Luas rumah tersebut kemudian tidak mencukupi

sehingga berturut-turut pada tahun 1917 dan 1918 diusahakan menyewa dua buah

rumah lainnya di samping tempat yang lama. Untuk menangani kegiatan BPK

dibentuk empat bagian, yaitu: (1) Afdeling Opbrengstonderzoek (Bagian Penelitian

Produksi Hutan); (2) Afdeling Cultuuraanleg (Bagian Penanaman Hutan); (3)

Afdeling Bosexploratie (Bagian Eksplorasi Hutan); dan (4) Afdeling Houttechnologie (Bagian Teknologi Kayu). Satu Abad Dalam menjalankan tugasnya sebagai pimpinan BPK, Beekman dibantu oleh

3 orang pegawai teknik menengah. Atas prestasi yang dicapainya dalam mengelola

BPK, pada tahun 1919 dia mendapat gelar Dr in de Landbouw Wetenschap (Doktor

Ilmu Pertanian) dan tidak lama setelah itu Beekman diangkat sebagai guru besar

Sekolah Tinggi Pertanian di Wageningen dan pada tahun 1920 Beekman bertolak

ke Belanda. Selanjutnya sebagai pimpinan BPK diangkat Dr. R. Wind sebagai

Direktur. Pada tahun yang sama dibentuk pula dua bagian yang baru , yaitu: (1)

Afdeling Wildhoutbedrijft en Boseconomic (Bagian Perusahaan Kayu Rimba dan

Ekonomi Hutan); dan (2) Afdeling Bosbescherming (Bagian Perlindungan Hutan),

sehingga BPK memiliki enam bagian dan jumlah pegawai bertambah menjadi 12

orang pegawai teknik tinggi dan menengah serta sembilan orang pegawai rendah.

Tiga tahun kemudian (tahun 1923), BPK pindah dari Jalan Sawojajar ke Jalan

Gunung Batu, Ciomas, Bogor. Pada tahun 1924 terjadi penggabungan Afdeling

Bosbescherming (Bagian Perlindungan Hutan) dengan Afdeling Cultuuraanleg

(Bagian Penanaman Hutan) menjadi Afdeling Djaticultuuronderzoek (Bagian

Penelitian Tanaman Jati) dan tiga tahun kemudian ditambah lagi satu bagian yaitu

Afdeling Djatinatuurverjonging (Bagian Permudaan Alam Jati) sehingga jumlahnya

tetap enam bagian.

  Pada tahun 1931 dibentuk Afdeling Boshydrologie (Bagian Hidrologi Hutan)

sehingga jumlah bagian bertambah menjadi tujuh. Keadaan pegawai tercatat 12

orang pegawai teknik tinggi, dua orang pegawai teknik menengah, 22 orang pegawai

teknik rendah, dua orang pegawai tata usaha menengah dan 13 orang pegawai tata

usaha rendah, sehingga jumlah seluruhnya 51 orang.

  Tahun 1932 jumlah bagian berubah kembali menjadi enam bagian, karena

Afdeling Wildhoutbedrijft (Bagian Perusahaan Kayu Rimba) disatukan denganAfdeling

Hydrologischonderzoek (Bagian Hidrologi Hutan) menjadi Bagian Hidrologi Hutan

dalam rangka penghematan. Akhir tahun 1936 jumlah bagian berubah menjadi lima,

yaitu: (1) Afdeling Technologie (Bagian Teknologi Kayu); (2) Afdeling Bosexploratie

(Bagian Penyelidikan Susunan Hutan); (3) Afdeling Opbrengstonderzoek (Bagian

Penyelidikan Hasil Hutan); (4) Afdeling Cultuuronderzoek (Bagian Penyelidikan

Tanaman); dan (5) Afdeling Hydrologischonderzoek (Bagian Penyelidikan Tata

Air). Bagian-bagian tersebut bertugas memecahkan persoalan ilmiah yang berguna

bagi kehutanan, seperti menangani masalah penyelidikan tentang kekuatan dan

kegunaan kayu, susunan hutan, pendapatan hutan, tanaman hutan, tata air dan

hanyutan tanah, propaganda dan penyelidikan kerusakan hutan, penyakit serta

hama hutan. Kondisi pegawai terdiri dari delapan orang pegawai teknik tinggi,

tiga orang pegawai teknik menengah, 21 orang pegawai teknik rendah, seorang

pegawai tata usaha menengah dan tiga orang pegawai tata usaha rendah sehingga

jumlah seluruhnya 36 orang. ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945)

  Pada tahun 1938 jabatan Direktur dipegang oleh Dr. H.E. Wolf von Woelfing. Pada tahun tersebut dibentuk satu bagian baru yaitu Afdeling Propaganda (Bagian Propaganda) yang bertugas memajukan pemakaian kayu gergajian.Tetapi karena terjadi Perang Dunia II praktis kegiatan bagian ini tidak dilanjutkan.

  Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada bala tentara Jepang. Pada waktu Pemerintahan Jepang, Bosbouwproefstation diganti menjadi Ringyoo Sikenzyoo (BPK dalam bahasa Jepang) dan dipimpin oleh Profesor Kaneihera. Pegawai bangsa Belanda dimasukkan ke dalam tahanan. Ada sebagian yang masih dipekerjakan sebagai penasehat sementara, di antaranya Dr. H.E. Wolf von Woelfing. Sarana penelitian berupa kebun percobaan ditebang untuk kepentingan tentara Jepang. Susunan organisasi Ringyoo Sikenzyoo sama seperti sebelumnya, tetapi pada tahun 1943 Bagian Propaganda ditiadakan. Pada tahun 1942 jumlah pegawai 144 orang yang terdiri atas 90 orang pegawai teknis dan 54 orang pegawai tata usaha. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pegawai teknis 1,7 kali jumlah pegawai tata usaha. Pada tahun 1943, jumlah pegawai berkurang menjadi 89 orang yang terdiri atas 48 pegawai teknis dan 41 pegawai tata usaha. Komposisi pegawai tersebut menunjukkan bahwa jumlah pegawai teknis 1,2 kali jumlah pegawai tata usaha. Pengurangan tersebut disebabkan oleh banyak pegawai bangsa Belanda yang ditahan.

  Tugas Balai Penyelidikan Kehutanan disesuaikan dengan kebutuhan pada masa Jepang yaitu informasi tentang: (a) Penyusutan dan pengembangan kayu dalam berbagai kelembaban; (b) Teknik pemanfaatan kayu jati tanpa diteres untuk pembuatan kapal; (c) Inventarisasi jenis kayu yang digunakan untuk kapal, pesawat terbang, arang mesiu, tiang pelabuhan, kayu lapis dan korek api; (d) Inventarisasi pohon penghasil penyamak kulit; (e) Inventarisasi jenis kayu yang digunakan untuk sekrup kapal; (f ) Inventarisasi hutan di luar Jawa yang cepat menghasilkan dan pemecahantransportasinya; dan (g) Teknik pembuatan tangkai senapan, tong dan kancing baju yang terbuat dari kayu, kulit atau buah. Di samping itu, banyak dilakukan pekerjaan yang tidak memiliki korelasi dengan kayu atau hutan, misalnya cara meningkatkan hasil bumi dan cara membuat kertas dari jerami.

  Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan hari terakhir dari penjajahan tentara Jepang dan sekaligus pemerintah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Setelah Indonesia merdeka nama Ringyoo Sikenzyoo diubah menjadi Balai Penyelidikan Kehutanan (BPK) kembali dengan kepala M. Soetarmo Hardjowarsono. Satu Abad

B. Penelitian dan Pengembangan

  Pembangunan gedung Balai Penyelidikan Kehutanan dilaksanakan di Jalan

Gunung Batu, Bogor (Gambar 1) dan tahun 1931 penggunaan gedung baru tersebut

diresmikan oleh Gubernur Jenderal yang dihadiri oleh para pejabat kehutanan serta

pejabat pemerintahan setempat (Gambar 2). Gedung tersebut antara lain terdiri

dari ruang kerja, perpustakaan, herbarium, museum, bengkel, laboratorium dan

koleksi contoh kayu autentik (xylarium). Laboratorium dilengkapi dengan alat

seperti mesin uji universal buatan Swiss tahun 1923 untuk meneliti sifat mekanis

kayu yang termasuk moderen pada saat itu (Gambar 3.). Penambahan gedung

dimanfaatkan juga untuk percontohan penggunaan kayu. Kayu jati berdiameter

kecil dibubut, dipotong dan dipasang vertikal untuk lantai.

  Sumber: Tectona XXIV, 1931 Gambar 1.

  Gedung Balai Penyelidikan Kehutanan di Jalan Gunung Batu, Bogor Sumber: Tectona XXIV, 1931 Gambar 2.

  Peresmian gedung Balai Penyelidikan Kehutanan di Jalan Gunung Batu, Bogor oleh Gubernur Jenderal Mr. A. C. D. De Graeff pada tanggal 20 ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945) Juli 1931 Sumber: Forest Research in Indonesia, 1957 Gambar 3.

  Mesin Uji Universal tahun 1923 untuk meneliti sifat mekanis kayu

  Berdasarkan hasil penelusuran data spesimen pengumpulan material herbarium sudah dimulai tahun 1913 oleh beberapa kolektor di antaranya Chr. Versteegh, C.J. van der Zwan, T.H. Endert, B. de Yong, Dr. den Berger, Ir. C.N.A. de Voogd dan K. Heyne. Herbarium Botani Hutan didirikan pada tahun 1917. Sedangkan pengumpulan material xylarium dimulai tahun 1915.

  Sarana penelitian lain adalah empat buah kebun percobaan, yaitu:

  

(1) Kebun Percobaan Cikampek, Purwakarta, dibangun pada tahun 1937 seluas

  45 ha. Jenis pohon yang ditanam sebanyak 61 jenis terdiri dari 27 jenis pohon asli dan 34 jenis pohon asing (exot).

  

(2) Kebun Percobaan Pasir Awi, Bogor, didirikan pada tahun 1938. Jenis pohon

yang ditanam sebanyak 47 jenis yang terdiri dari 25 jenis asli dan 22 jenis exot. (3)

  Kebun Percobaan Cigerendeng, Ciamis, dibangun pada tahun 1939 seluas 7,65 ha. Jenis pohon yang ditanam sebanyak 9 jenis terdiri dari 8 jenis pohon asli dan satu jenis pohon asing.

  

(4) Kebun Percobaan Haurbentes, Bogor, dibangun pada tahun 1940 seluas 100 ha.

  Pohon yang ditanam 70 jenis terdiri dari 64 jenis pohon asli dan 6 jenis pohon asing. Satu Abad Fungsi dari kebun percobaan tersebut adalah sebagai sarana percobaan uji jenis pohon, pelestarian jenis eksitu, dan juga untuk tempat penelitian lainnya. Pada jaman Jepang dibangun sarana penelitian yang dianggap modern pada masa itu berupa dapur arang Ishikawa yang dapat menghasilkan arang dan destilatnya. Sarana ini digunakan juga untuk pelatihan.

  Kegiatan penelitian pada era ini meliputi kegiatan penelitian hutan dan penelitian hasil hutan serta telah menghasilkan 99 judul publikasi terdiri atas 83 judul mengenai penelitian hutan dan 16 judul mengenai penelitian hasil hutan (Tabel 1).

  Jenis pohon yang terbanyak diteliti adalah jenis pohon jati karena kayu jati mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Penelitian mengenai pengaruh hutan adalah mengenai penguapan dari berbagai jenis pohon di Jawa. Penelitian mengenai hasil hutan bukan kayu adalah mengenai penelitian kulit kayu sebagai bahan penyamak di Jawa.

  Secara keseluruhan publikasi hasil penelitian silvikultur yang terbanyak (49 judul), disusul penelitian biometrika hutan (21 judul), sedangkan penelitian lainnya kurang dari 10 judul. Publikasi dalam bidang keteknikan dan pemanenan hutan tidak ada karena pada era sebelum kemerdekaan belum dilakukan penelitiannya.

C. Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan

  Hasil penelitian yang sudah banyak digunakan dalam praktek antara lain: Cara mengukur kayu bundar (log) jati dan menetapkan isinya disertai tabel;

  (1)

(2) Angka konversi dari sm (stapel meter) ke meter kubik dan kilogram untuk

  kayu bakar jati;

  

(3) Jumlah biji dalam tiap kilogram, tiap liter dan tiap blek minyak tanah dari 61

  jenis pohon;

  (4) Musim berbuah 37 jenis pohon di Jawa dan Madura;

  Pedoman penanaman 28 jenis kayu di Jawa dan Madura;

  (5)

  Kriteria dan cara menetapkan tingkat (intensitas) penjarangan hutan tanaman;

  (6) (7) Cara menetapkan bonita (kelas kesuburan tanah) hutan tanaman; dan

(8) Kriteria dan cara menetapkan kelas kuat dan kelas awet kayu disertai daftar

jenis kayu yang sudah diteliti. ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945)

  Tabel 1.

  Publikasi Era Sebelum Kemerdekaan (tahun 1913 -1945) Jenis publikasi Jumlah

  No Bidang keilmuan Pengumuman Pengumuman (judul) (judul) pendek (judul)

  1. Botani dan Ekologi

  1

  5

  6

  2. Silvikultur

  8

  41

  49

  3. Perlindungan Hutan

  1

  2

  3

  4. Biometrika Hutan

  5

  16

  21

  5. Pengaruh Hutan

  • 6. Keteknikan dan Pemanenan Hutan

  4

  4

  7. Biologi dan Pengawetan Hasil Hutan Kayu

  5

  4

  9

  8. Pengolahan Hasil Hutan Bukan Kayu

  2

  2

  4

  • 9. Pengolahan Kimia dan Energi Hasil Hutan Kayu

  2

  2 10.

  • - Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

  1

  1 Keterangan: No 1 s/d 5 Penelitian hutan (83 judul); No 6 s/d 10 Penelitian hasil hutan (16 judul). Jumlah

  22

  77

  99 D. Pembelajaran dari Era Sebelum Kemerdekaan

  

1. BPK didirikan pada tahun 1913 setelah diperoleh hasil studi banding ke

  beberapa negara Eropa dan Jepang. Hasil studi banding tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan organisasi, penetapan kegiatan penelitian dan pembangunan prasarana dan sarana penelitian yang diperlukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang bermanfaat dalam pengelolaan hutan secara optimal dan lestari.

  

2. Pembentukan bagian penelitian di BPK didasarkan atas pemikiran tentang

  efektivitas dan efisiensi dalam mengelola hutan secara optimal. Selama periode lebih kurang 30 tahun, organisasi penelitian kehutanan relatif stabil hanya terjadi perubahan sedikit yaitu jumlah bagian dari empat bagian menjadi enam bagian dan terakhir tinggal lima bagian saja.

  

3. Kegiatan penelitian pada jaman pemerintahan Belanda lebih difokuskan

  pada produktivitas hutan tanaman jati daripada jenis pohon lain. Penelitian mengenai aspek hutan dan pengelolaannya lebih banyak daripada penelitian mengenai hasil hutan dan pengolahannya sesuai dengan perkembangan kehutanan pada waktu itu. Pembentukan bagian propaganda menunjukkan pentingnya penerapan hasil penelitian. Satu Abad

  

4. Telah dilakukan penggolongan tenaga peneliti dan teknisi. Beberapa teknisi

diberi kesempatan untuk meneliti dan menyajikan hasil penelitiannya.

  

5. Penelitian kehutanan pada masa penjajahan Belanda dan Jepang dipandang

  penting dengan menempatkan Dr. Beekman (ahli kehutanan dari Belanda) dan Prof. Koneihera (ahli kehutanan dari Jepang) sebagai pimpinan BPK.

  

6. Hasil penelitian yang dipublikasikan selama Era Sebelum Kemerdekaan tidak

  banyak namun kualitasnya baik sehingga beberapa hasil penelitian tersebut masih digunakan sampai saat ini.

  ERA SEBELUM KEMERDEKAAN (TAHUN 1913–1945)

BAB III

  ERA

ORDE LAMA

(TAHUN 1946–1965)

A. Organisasi dan Tenaga Kerja

  Sebagai akibat pendudukan tentara Sekutu dan tentara Belanda, mulai tahun 1946 sebagian sarana Balai Penyelidikan Kehutanan (BPK) yang ada di Bogor terpaksa dipindahkan ke Yogyakarta kemudian ke Surakarta, sehingga pada tahun 1947 terdapat dua cabang BPK, yaitu BPK Cabang Bogor dan BPK Cabang Surakarta. Pimpinan BPK masih tetap M. Soetarmo Hardjowasono, pimpinan BPK Cabang Bogor adalah M. Sukadi dan pimpinan BPK Cabang Surakarta adalah Sukowiono. BPK Cabang Bogor terdiri atas empat bagian, yaitu (a) Bagian Botani Hutan, (b) Bagian Teknologi Kayu, (c) Bagian Silvikultur dan (d) Bagian Pengaruh Hutan. BPK Cabang Surakarta terdiri atas enam bagian, yaitu (a) Bagian Penyelidikan Susunan Hutan, (b) Bagian Penyelidikan Pertanaman, (c) Bagian Penyelidikan Nilai Hutan, (d) Bagian Penyelidikan Kerusakan Hutan, (e) Bagian Penyelidikan Keairan dan (f ) Bagian Penyelidikan Teknologi Hasil Hutan.

  Pada tahun 1949 Surakarta dan Yogyakarta diduduki tentara Belanda. Sebagian pegawai BPK Cabang Surakarta pindah ke BPK Cabang Bogor dan sisanya bergabung dengan Jawatan Kehutanan yang berkantor di Yogyakarta dan membentuk BPK-RI. BPK Cabang Bogor kemudian dikenal dengan istilah BPK Bogor dengan jumlah pegawai 347 orang (termasuk 214 orang pegawai harian).

  BPK-RI Yogyakarta dengan jumlah pegawai tujuh orang dipimpin oleh R. Soediarto Warsopranoto sesuai dengan SK Kepala Jawatan Kehutanan No.62/KBK tanggal 6 Oktober 1949.

  Pada tahun 1950 kedua BPK itu digabung sehingga hanya ada satu BPK yang berkedudukan di Bogor yang dipimpin oleh Ir.H.W. Japing, kemudian digantikan oleh Prof. Ir. G. N. Danhof dan kemudian oleh Dr. Ir. G. Hellinga. Pada tahun 1951 Dr. Ir. E. Meijer Drees diangkat menjadi Kepala BPK dengan jumlah pegawai 314 orang. Pada tahun 1955 BPK mempunyai tujuh bagian, yaitu (a) Bagian Botani, (b) Bagian Silvikultur dan Fisiologi, (c) Bagian Pengaruh Hutan, (d) Bagian Penyelidikan Hasil Hutan, (e) Bagian Penyelidikan Pemakaian dan Penyempurnaan Kayu, (f ) Bagian Penyelidikan Kimia Kayu dan (g) Bagian Penyelidikan Sifat-sifat Kayu. Pada tahun 1955 itu juga pimpinan BPK kemudian dijabat oleh Kepala Jawatan Kehutanan (Ir. Susilo Hardjoprakoso) dan sebagai pimpinan harian dipegang oleh Oedin Gl. St. Moh. Arief. Jumlah pegawai pada tahun 1955 tercatat 514 orang terdiri atas 318 pegawai teknis dan 96 pegawai administratif. Komposisi pegawai tersebut menunjukkan bahwa pegawai teknis 3,3 kali jumlah pegawai administratif.

  Pada tahun 1956 BPK diubah menjadi Balai Besar Penyelidikan Kehutanan (BBPK) dengan susunan organisasi sebagai berikut : Satu Abad

  

(1) Balai Penyelidikan Hutan (Kepala: Oedin Gl. St. Moh. Arief ) dengan lima

  bagian, yaitu (a) Bagian Botani, (b) Bagian Silvikultur dan Fisiologi, (c) Bagian Pengaruh Hutan, (d) Bagian Penyelidikan Nilai Hutan, (e) Bagian Ekonomi Hutan;

  

(2) Balai Penyelidikan Hasil Hutan (Kepala: R. Nizar Kamil) dengan tiga bagian,