Pengembangan Industri Pengolahan kakao Sebagai

Pengembangan Industri Pengolahan Sebagai Pendukung Kawasan
Agropolitan
Hesti All Fiyani 14/363701/TK/41755

A. Latar Belakang
Pertanian pangan di Kabupaten Sragen merupakan sektor unggulan
dan potensial berdasarkan beberapa analisis komoditas yang telah
dilakukan. Keunggulan sektor ini didukung oleh kondisi media tanamnya
dan sistem penanam tanaman pangan yang baik dengan dukungan
beberapa peran teknologi dalam penggarapan sawah. Meskipun sistem
produksi pertaniannya dapat dikatakan sudah cukup bagus namun sistem
pengelolaannya oleh masyarakat masih sebagian besar di Kabupaten
Sragen masih diniliai sebagai pertanian subsisten. Hal ini menunjukkan
bahwa petani di Kabupaten Sragen belum cukup memiliki motivasi atau
kemampuan untuk mengembangkan produk/hasil pertanian pangan
tersebut sebagai media peningkatan kondisi ekonominya. Hal ini diindikasi
oleh kurangnya modal dan pengetahuan masing-masing petani atau
keluarga usaha tani untuk menggunakan mengolah hasil pertanian.
Kondisi lain yang mendukung kecendurungan ini adalah biaya hidup yang
dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier yang terus
meningkat. Apabila pengembangan pengolahan hasil pertanian tersebut

tidak diimbangi dengan kemampuan petani maka tingkat risiko atau
kegagalan akan semakin tinggi dan kemudian memperburuk tingkat
ekonomi keluarga usaha tani tersebut.
Pemberian pendidikan terkait pengolahan hasil pertanian merupakan
salah satu upaya dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan para petani. Melalui peningkatan kemampuan ini kemudian
pengembangan pengolahan hasil pertanian dapat dilakukan. Pengolahan
hasil pertanian merupakan salah satu perwujudan pengembangan
kawasan agropolitan pula. Dengan adanya industri pengolahan di masingmasing wilayah penghasil produk pertanian yang unggul maka semakin
mudah proses implementasi pengolahan hasil pertanian tersebut. Bukan
hanya dikembangkan industri pengolahan namun juga termasuk
pemasarannya. Melalui sistem pengolahan dan pemasaran yang langsung
dilakukan di lokasi tersebut dan dikelola langsung oleh masyarakat maka
manajemennya pun dapat terintegrasi dengan lebih mudah.
Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian ini dilakukan untuk
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Peningkatan nilai tambah
nantinya mampu meningkatkan PDRB sektor pertanian di Kabupaten
Sragen. Hal berikutnya yang terjadi adalah kesejahteraan para petani di
Kabupaten Sragen meningkat melalui bertambahnya pendapatan mereka.
Selain itu kemudahan petani dalam memprooduksi dan mengolah hasil

pertanian juga menjadi alat penilaian bahwa tingkat kesejahteraan petani
meningkat pula.
B. Tujuan Perencanaan
Tujuan dalam perumusan rencana ini adalah sebagai berikut,
 Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten
Sragen






Meningkatkan nilai tambah hasil pertanian khususnya pangan dalam
PDRB Kabupaten sragen
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat khususnya
petani dalam pengolahan hasil pertanian
Meningkatkan perekonomian petani
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat utamanya para petani

C. Landasan Hukum

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang
Perkebunan, berisi mengenai pemanfaatan usaha perkebunan dan
macam pengolahannya.
 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/Ot.140/7/2008
Tentang Persyaratan Dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil
Pertanian Asal Tumbuhan Yang Baik (Good Manufacturing Practices)
D. Metode Perencanaan
Perencanaan kawasan industri pengolahan ini dilakukan melalui metode
sebagai berikut:
1. Analisis wilayah
Analisis wilayah dilakukan secara keseluruhan melalui data primer
dan sekunder yang mengarah kepada identifikasi potensi dan
masalah wilayah.
2. Studi literatur
Studi literatur terkait konsep perencanaan ini dilakukan melalui
studi atau kajian dokumen, jurnal, dan internet.
E. Kerangka Berpikir
Pertanian subsisten
Penggunaan teknologi
pertanian yang kurang


Isu
kesejahteraan
petani

Biaya hidup keluarga
semakin meningkat

Potensi
pertanian pangan

Potensi
Penduduk usia
produktif

Intensifikasi
lahan pertanian
produktif

Pengembangan

kawasan
agropolitan

Pengembangan
industri
pengolahan
Pemasran hasil
pengolahan
produk
pertanian

Sumber: Analisis Individu

Peningkatan
nilai tambah
produk/hasil
pertanian

Peningkatan
kesejahteran

petani
(masyarakat)

F. Konsep Rencana
Tinjauan Teoritis
Badan pusat statistik menyatakan bahawa industri pengolahan
merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah
suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga
menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya
menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada
pemakai akhir.
Berdasarkan pengertian di atas maka industri pengolahan hasil
pertanian yang dimaskud dalam rencana ini adalah kegiatan
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian pangan dan perkebunan
menjadi barang setengah jadi atau jadi. Industri pengolahan yang
dikembangkan ini diwujudkan dalam bentuk pabrik pengolahan. Pemilihan
lokasi industri ini disesuaikan dengan kebutuhan produksi hasil pertanian
dan penempatannya tidak pada daerah yang memiliki kualitas lingkungan
yang buruk. Selain itu juga dilengkapi dengan prasarana dan sarana
seperti air bersih, jalan dan sanitasi yang baik. Pengadaan alat-alat

pengolahan berteknologi modern juga merupakan salah satu syarat
industri pengolahan ini dapat beroperasi. Pemeliharaan bangunan dan alat
pengolahan juga tidak terlepas dari komponen pengembangan industri
pengolahan ini
Preseden
Kota Kediri merupakan salah satu kota yang telah menerapkan
pengolahan pertanian melalui dengan konsep industri pengolahan hasil
pertanian dan kehutanan. Industri pengolahan hasil pertanian yang telah
ada ini merupakan industri dalam skala kecil. Meskipun demikian jumlah
industri pengolahan tersebut merupakan jumlah industri terbesar ketiga
setelah industri makanan dan minuman, dan industri logam dan mesin.
Dengan kondisi tersebut jumlah tenaga kerja sektor industri pengolahan
tanaman hasil pertanian mampu menyerap jumlah tenaga kerja tertinggi
diantara industri lainnya, yaitu sekitar 40000 tenaga kerja pada tahun
2011 berdasarkan data Disperindagtamben. Selain itu nilai produksi yang
dihasilkan oleh industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan juga
mampu menciptakan nilai produksi tertinggi.
Berdasarkan potensi industri pengolahan hasil pertanian tersebut Kota
Kediri terus mengembangkan sektor industri kecil dan menengah. Hal ini
dikarenakan Kota Kediri memiliki kawasan penyangga yaitu sebagai

kawasan penghasil bahan baku industri pengolahan. Komoditas yang
beragam tersebut juga telah mampu menembus pasar internasional.
Melalui perkembangan industri pengolahan tersebut pertumbuhan
ekonomi Kota Kediri juga semakin meningkat.
G. Rencana Detail

Pengembangan
industri
pengolahan
hasil
pertanian
pangan
diwujudkan
dengan
adanya
industri
pengolahan
yang
menggunakan
sistem

berteknologi
tinggi (modern). Selain
itu
pengelohan
tersebut
dilakukan
oleh
masyarakat
setempat
dengan
demikian pendidikan
atau
pelatihan
lokasi rencana industri pengolahan
kemampuan
perlu
dilaksanakan
terlebih
Peta Lokasi Rencana Industri Pengolahan
Sumber: Analisis Kelompok

dahulu. Pelatihan ini
diwadahi oleh adanya
balai pelatihan yang juga didirikan pada masing-masing kecamatan
tersebut. Kemudian lokasi pemasaran produk olahan tersebut juga
dilakukan di lokasi pengolahan dan sekitarnya oleh masyarakat setempat
pula.
Pengembangan industri pengolahan bagian utara diwujudkan di
masing-masing rumah tangga usaha tani. Hal ini ditujukan supaya hasil
olahan yang lebih cenderung pada barang jadi (siap konsumsi) mudah
untuk diolah dan dipasarkan oleh masing-masing rumah tangga usaha
tani. Pendidikan dan pelatihan kemampuan masyarakat juga perlu
dilakukan terlebih dahulu sebelum industri pengolahan ini dikembangkan.
Lokasi pelatihan dapat menggunakan balai pelatihan UMKM yang juga
sedang dikembangkan di wilayah bagian utara.
LOGICAL FRAMEWORK
Uraian

Indikator

Goal

1.Mengurangi
1.Tersedianya
pengangguran
investasi di
2.Meningkatkan
sektor industri &
kesejahteraan
entrepreneur
petani dan
2.Terwujudnya
masyarakat
pemberdayaan
3.Meningkatan
masyarakat
kuantitas ekspor 3.Terwujudnya
produk
distribusi produk
pengolahan hasil
lokal Kab. Sragen
pertanian
ke seluruh
Indonesia

Alat/Metode/
Lembaga verifikasi

Asumsi

Lembaga terkait:
 Dinas
Perdagangan
 Dinas Pertanian
dan Ketahanan
Pangan
 Dinas Sosial
Alat verifikasi:
 PDRB
Kab.Sragen
 Data kemiskinan
dan

 Tidak banyak
lapangan
pekerjaan
baru di
Kab.Sragen
 Sistem
pertanian
masyarakat
masih
subsisten
 Kebutuhan
pangan
Kab.Sragen

Tujuan
Outcome
1.Terwujudnya
1.90% hasil
hasil pertanian
pertanian diolah
dengan nilai
melalui industri
tambah yang
pengolahan
lebih tinggi
2.100% inustri
2.Tersedianya
pengolahan
kemudahan
menggunakan
untuk
alat berteknologi
pengolahan hasil
tinggi
pertanian
3.70%
3.Terwujudnya
masyarakat/peta
masyarakat
ni mampu
yang mandiri
melakukan
dan berwawasan
pengolahan hasil
pertanian

Output
1.Pabrik
pengolahan hasil
pertanian
2.Tersedianya alatalat pengolah
hasil pertanian
3.Produk
pengolahan hasil
pertanian
4.Lumbung
padi/gudang
5.Area komersial
di sekitar
industri
pengolahan
6.Kualitas jalan
desa di kawasan
industri
pengolahan
meningkat

Output
1.2-3 industri
pengolahan di
masing-masing
kecamatan
Sidoharjo, Tanon,
Karangmalang
2.Alat pemarut
padi, pengering
dan penggiling
gabah di setiap
industri
pengolahan
3.500 ton produk
pengolahan dari
tanaman padi
per tahun
4.1-2 gudang di
kecamatan
Sidoharjo, Tanon,
Karangmalang
5.0,5 Ha area
komersial
6.Lebar jalan desa
4-6 m, kontruksi
aspal/cor, tidak
berlubang

pengangguran
(Kabupaten
dalam angka)

terpenuhi
 Wilayah luar
Kab.Sragen
pemenuhan
kebutuhan
pangannya
menipis

Lembaga terkait:
 Dinas Sosial
Alat verifikasi:
 PDRB
Kab.Sragen
 Survei Primer

 Setidaknya
hasil
pertanian
dipasok ke
industri
pengolahan
secara stabil
 Alat-alat
teknologi
pengolahan
berfungsi
dengan baik
 Masyarakat
memiliki
kesadaran
untuk
menjalankan
kegiatan
pengolahan

Alat verifikasi:
 Peta
pemanfaatan
ruang
 Peta struktur
ruang
 Survei primer

 Industri
pengolah
beroperasi
 Alat-alat
pengolahan
berteknologi
tinggi
digunakan
 Pelatihan
yang
dilakukan
berhasil dan
masyarakat
dapat
menerapkann
ya
 Perbaikan
jalan telah
dilakukan

ataupun
bergelombang.
Kegiatan
Pembiayaan
1.Pembebasan
1.Pembebasan
lahan untuk
lahan 0,2Ha
industri
sebesar Rp
pengolahan dan
18.000.000.000
gudang
2.Pembangunan
2.Pembangunan
industri
industri
pengolahan Rp
pengolahan
21.600.000.000
3.Penyediaan alat- 3.Pengadaan
alat pengolahan
mesin pengolah
hasil pertanian
Rp
4.Pembangunan
6.000.000.000
balai pelatihan
4.Perawatan mesin
edukasi
Rp 36jt per
penggunaan
tahun
teknologi bagi
5.Pembangunan
petani
gudang Rp
5.Pendidikan
9.000.000.000
pengolahan hasil 6.Pembangunan
pertanian
balai pelatihan
6.Pembangunan
Rp 250.000.000
lumbung
7.Pendidikan
padi/gudang
pelatihan
7.Pengembangan
pengolahan Rp
area komersial
36.000.000
di sekitar
8.Perbaikan jalan
industri
desa Rp
pengolahan
2.000.000.000
secara terbatas
8.Perbaikan jalan
desa di kawasan
industri
pengolahan

Sumber dana:
 APBD
 Swasta/investor

 Belum
terdapat
industri
pengolahan
dengan alat
teknologi
tinggi
 Belum
terdapat
lumbung padi
 Masyarakat
belum cukup
mengenal
teknis
pengolahan
hasil
pertanian
 Masih
terdapatjalan
desa yang
buruk

H. Pentahapan
Kegiatan

Pembebasan
lahan
industri
pengolahan
Pembebasan
lahan
gudang
Pembanguna
n industri

5th ke-1

Waktu Pelaksanaan
5th ke-2
5th ke-3

Besaran Dana
5th ke-4
Rp 1.000.000 x
0,2Ha x 6 = Rp
12.000.000

Sumbe
r Dana
APBD

Rp 1.000.000 x
0,1Ha x 6 = Rp
6.000.000

APBD

Rp 3.000.000 x 0,12
Ha x 2 = Rp

APBD,
swasta

pengolahan
di Kec.
Sidoharjo
Pembanguna
n industri
pengolahan
di Kec.
Karangmalan
g
Pembanguna
n industri
pengolahan
di Kec. Tanon

7.200.000.000

Penyediaan
alat-alat
pengolahan
hasil
pertanian
Pembangunan
balai
pelatihan
edukasi
penggunaan
teknologi bagi
petani
Pendidikan
pengolahan
hasil
pertanian
Pembangunan
lumbung
padi/gudang
Pengembanga
n area
komersial di
sekitar
industri
pengolahan
secara
terbatas
Perbaikan
jalan desa di
kawasan
industri
pengolahan
TOTAL

Daftar pustaka
http://kedirikota.go.id/read/Investasi/31/1/49/Industri.html

R Rp 3.000.000 x
0,12 Ha x 2 = Rp
7.200.000.000

APBD,
swasta

Rp 3.000.000 x 0,12
Ha x 2 = Rp
7.200.000.000

APBD,
swasta

Pengadaan mesin
Rp 1.000.000.000 x
6 = Rp
6.000.000.000
Perawatan mesin
Rp 36.000.000

APBD,
swasta/
investo
r

Rp 250.000.000

APBD

Rp 100.000 x 288 =
Rp 28.800.000

APBD,
swasta

0,06 Ha x Rp
2.500.000 x 6 = Rp
9.000.000.000
-

APBD

Rp 2.000.000.000

Rp 38.932.800.000

Swasta

APBD

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/Ot.140/7/2008 Tentang
Persyaratan Dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan
Yang Baik (Good Manufacturing Practices)