KEMPOL RIA RESTA TAMARA 2014130029 KEPEM

Nama

: Ria Resta Tamara

NPM

: 2014130029

Mata Kuliah

: Kepemimpinan Politik
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM POLITIK

Kemajuan zaman telah banyak mengubah pandangan tentang perempuan, mulai
dari pandangan yang menyebut perempuan hanya berhak mengurus rumah tangga dan
selau berada di rumah., sedangkan laki –laki adalah mahluk yang harus berada di luar
rumah , kemudian dengan adanya perkembangan zaman dan emansipasi menyebabkan
perempuan memperoleh hak yang sama dengan laki – laki.
Kaum wanita memiliki kedudukan yang sama dalam berusaha dan bekerja, hanya
saja budaya masyarakat yang menggangap perempuan harus berada di rumah
mengurus rumah tangga. Tetapi dengan adanya kemajuan zaman maka perempuan dan

laki laki dapat bekerja sama dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan kata lain, bahwa
wanita perlu mendapat kesempatan untuk menunjukan kemampuannya dalam mengisi
pembangunan sesuai dengan yang dicita citakan bersama.
Perempuan berhak diberikan peluang dalam menghasilkan karya yang berharga
bagi perkembangan Negara. Konteks masa sekarang tidak dapat disamakan lagi dengan
keadaan pada zaman dahulu. Zaman yang menempatkan perempuan sebagai simbol
kesialan, sebagai orang yang harus menetap dirumah saja, mengurus dapur, kasur dan
sumur. Sekarang, tak jarang perempuan pada berbagai aspek lebih unggul dari pada
anak laki-laki. Pada masa sekarang, perempuan tidak bisa dianggap sebelah mata.
Perempuan menjadi pemimpin baik dalam perkerjaan atau perpolitikan bukanlah hal
yang harus ditentang.
Dalam berpolitik, kepintaran saja belum cukup sebagai dasar dalam politik praktis,
diperlukan juga keahlian dalam berbicara (negosiasi) dan kewibawaan dalam
memimpin (skill of leader). Jika hal ini telah dikuasai oleh perempuan, mengapa hak
mereka harus ditahan jika nantinya kemampuan mereka dapat membawa kondisi
Negara ini lebih baik. Perempuan memang diperbolehkan dalam ranah perpolitikan
yang dimana di Indonesia telah memberikan kuota 30% untuk wanita sebagai salah satu
upaya pemberian kesempatan. Tapi, yang harus digarisbawahi kembali adalah

perempuan boleh menjadi pemimpin dalam ranah politik tapi tidak untuk rumah

tangga.