Pengaruh Perdagangan Bebas Terhadap geop

Dampak Perdagangan Bebas terhadap Geopolitik Indonesia
Oleh: Sabar

Teknologi Pendidikan FIP-Unesa

Geopolitik menurut Encyclopedia Americana adalah ilmu yang mempelajari
fenomena politik dari aspek geografi. Sedangkan menurut Encyclopedia Brittanica,
geopolitik diartikan sebagai ilmu bumi politik terapan (Applied Political Geography). Perlu
diketahui bahwa, Geopolitik tumbuh dikarenakan munculnya beberapa ideologi dari ajaran
Ratzel dan Kjellen serta ajaran Karl Haushofer. Ajaran geopolitik tersebut muncul pada akhir
abad 19 dan mempunyai kaitan dengan peristiwa besar dunia yakni PD 1 dan PD 2.
Penekanan ajaran Ratzel dan Kjellen pada intinya mengatakan bahwa pertumbuhan negara
mirip dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang hidup yang mencukupi agar
dapat tumbuh dengan subur. Implikasi teori Ratzel tersebut tersebut dilanjutkan oleh Kjellen
yang pada akhirnya menjadi dasar justification bagi Jerman untuk melakukan ekspansi.
Ajaran Karl Haushofer merupakan kelanjutan dari ajaran Ratzel dan Kjellen. Dia
memunculkan teori yang lebih kongkrit untuk mengembangkan teori geopolitik sebelumnya,
yakni: Lebensraum (ruang hidup), Autarki (cita-cita untuk memenuhi kebutuhan sendiri),
Pan-Region (perserikatan wilayah), kekuatan darat kekuatan laut, dan daerah perbatasan.
Ajaran ini menjadi embrio/cikal bakal NAZI untuk melakukan ekspansi besar-besaran
sehingga meletuslah PD 2 yang menjadi salah satu peristiwa bersejarah dalam peradaban

manusia.
Sebagai suatu wawasan, Geopolitik dibagi menjadi 4, yakni: wawasan benua,
wawasan bahari, wawasan dirgantara, dan wawasan kombinasi (Lemhannas 1991:24-25).
Kita tahu bahwa Negara Indonesia merupakan negara maritim, yang mempunyai wilayah
kekuasaan yang sebaagain besar adalah wilayah lautan/bahari. Selaras dengan wawasan
geopolitik bahari tersebut, Alfred Tayler Mahan menyebutkan ada enam faktor yang
mempengaruhi perkembangan suatu negara sebagai kekuatan laut yakni: letak geografi,
wujud bumi, luas wilayah, penduduk, watak nasional dan sifat pemerintahan. Sir Walter
Raleigh juga mengatakan bahwa, “siapa yang menguasai lautan akan menguasai perdagangan
dan siapa yang menguasai perdagangan berarti akan menguasai dunia” (Lemhannas, 1991:
25).

1

Sebagai negara maritim, Indonesia perlu memperhatikan 6 faktor yang telah
dikemukakan oleh Mahan tersebut, karena kekuatan laut merupakan aset yang sangat vital
bagi pertumbuhan, kemakmuran dan keamanan nasional. Kalau mau kita membuka mata atas
kekayaan SDA Indonesia tentunya mempunyai potensi yang sangat besar, bahkan potensi
tersebut membuat negara-negara lain berusaha untuk melakukan “kerja sama” dalam
mengelola hasil bumi yang ada. Kalau kita bicara wawasan geopolitik, tentunya kita akan

kembali kepada ajaran geopolotik yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan demikian,
ajaran geopolitik seharusnya dapat dipahami Indonesia untuk mewujudkan langkah-langkah
strategis dalam menjaga eksistensi kedaulatan negara untuk mewujudkan kemakmuran secara
nasional.
Segudang masalah yang dihadapi Indonesia dalam menjaga kedaulatan negeri ini
perlu disikapi dengan serius oleh seluruh elemen masyarakat. Kedaulatan bukan hanya
sebatas pengakuan saja, akan tetapi juga kedaulatan wilayah, kedaulatan pemerintahan,
kedaulatan SDA dan bahkan kedaulatan watak nasional perlu untuk ditumbuhkembangkan.
Jangan sampai Indonesia yang memiliki posisi strategis menjadi target strategis yang
“empuk” bagi negara-negara lain untuk mengacak-acak kedaulatan NKRI. Masyarakat harus
bangun dari euforia kemerdekaan bangsa ini, dimana saat ini perang dunia masih berlanjut
dengan segala konspirasi ideologi untuk mencapai kepentingan dan tujuan tertentu. Perlu
lebih dalam lagi bagi kita untuk melihat berbagai macam ancaman yang muncul, meski itu
dibungkus dengan mengatasnamakan ideologi tertentu.
Dengan arus globalisasi berjalan dengan progresif, nampaknya membuka lebar jalan
bagi setiap negara untuk mencoba menacapkan ideologi dan kepentingannya. Seolah-olah
sejarah dunia yang telah terjadi sebelumnya hanya sebagai sebuah cermin semu, hanya
sebagai pelengkap pengetahuan sosial semata. Pernahkan kita berpikir mengenai ideologiideologi besar dunia yang dulu menjadi ajang prestigious negara-negara besar di dunia
bangkit kembali dalam era ini? Tentunya bukan lagi dalam bentuk peperangan dan unjuk
alutsista, tapi lebih halus dalam bentuk sebuah kerja sama untuk sebanyak mungkin

merangkul negara lain menjadi sebuah komunitas tertentu.
Salah satu wacana yang santer berkembang saat ini adalah perdagangan bebas
antarnegara baik regional ataupun internasional, seperti AEC (Asean Economic Community)
dan APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation). Sebagai sebuah negara yang berdaulat
tentunya bentuk-bentuk kerja sama dengan negara lain merupakan salah satu langkah

2

kongkrit untuk menujukkan eksistensi sebuah negara dimata dunia. Namun, perlu diingat
bahwa bentuk-bentuk kerja sama yang dilakuka perlu untuk dikaji matang-matang dan selalu
mengedepankan aspek kedaulatan negara dan kemakmuran masyarakat. Tidak dapat
dipungkiri bahwasanya ada dampak yang akan ditimbulkan dalam proses komunikasi
antarnegara, yang tentunya akan mempengaruhi pola-pola kehidupan masyarakat secara luas.
Sebuah bentuk kerja sama merupakan cara negara untuk mencapai tujuan yang
hendak dicapai, baik kerja sama politik, sosial, budaya, ekonomi, dan pertahanan-keamanan.
Perlu bagi kita untuk melihat sisi positif dan negatif dari segala bentuk kerja sama yang
dilakukan, langkah ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana sisi positif yang
didapatkan dengan dampak negatif yang akan muncul. Dengan membandingkan aspek positif
dan negatif yang ada tentunya akan didapati apakah secara umum bentuk kerja sama dapat
disepakati atau tidak. Kalaupun disepakati, negara juga perlu untuk mengcouter dampak

negatif yang akan timbul, sehingga pola kehidupan masyarakat tidak semakin destruktif
namun semakin konstruktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Perdagangan Bebas 2015
Munculnya AEC (Asean Economic Community) dan APEC (Asia-Pacific Economic
Cooperation) menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Perlu kesiapan yang baik dari
masyarakat untuk menerima dan menghadapi segala bentuk pola kerja sama terssebut. Jangan
sampai sebuah bentuk kerja sama seperti dipaksakan hanya untuk menjaga prestige semata,
karena muara/ujungnya akan dirasakan oleh masyarakat. Gubernur DKI Jakarta dalam
sambutan Pertemuan Gubernur se-ASEAN di Jakarta, Rabu (18/9/2013) mengungkapkan
bahwa 80% masyarakat Indonesia mengaku tak pernah mendengar program AEC atau
Masyarakat Ekonomi ASEAN (bisnis.liputan6.com). Data tersebut menunjukkan masih
rendahnya pemahaman masyarakat mengenai AEC, sehingga ini menjadi peran negara untuk
memberikan edukasi kepada masyarakat dengan melibatkan berbagai elemen yang kompeten
di dalamnya.
Jumlah penduduk Indonesia memang jauh lebih banyak dibandingkan negara tetangga
di kawasan ASEAN. Brunei Darussalam saat ini tercatat hanya memiliki penduduk 407 ribu
jiwa, Laos mencapai 6,6 juta jiwa, Kamboja mencapai 14 juta jiwa, Singapura 5,4 juta jiwa,
Myanmar 62 juta jiwa, Malaysia 30 juta jiwa, Filipina 98 juta jiwa, Thailand 67 juta jiwa dan
Vietnam sebanyak 89 juta jiwa (bisnis.liputan6.com). dengan melihat data tersebut, Indonesia
merupakan pangsa pasar yang “empuk” dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan


3

ASEAN. Muncul dugaan bahwa pihak yang akan mengalami kerugian yang cukup besar
adalah Indonesia, karena yang akan menjadi konsumen terbesar adalah Indonesia ditambah
dengan pertarungan produktivitas industri yang cukup berat.
Berdasarkan beberapa survei terhadap 2.200 responden yang tinggal di sejumlah
negara ASEAN, sebanyak 76 persen kurang memahami tentang ASEAN sekaligus perannya
(megapolitan.kompas.com). Berdasarkan data tersebut memunculkan dugaan bahwa
masyarakat Indonesia akan mengalami kesulitan dalam menjalani perdagangan bebas pada
2015 mendatang. Dengan pemahaman yang masih minim terhadap ASEAN, bukan tidak
mungkin pemahaman terhadap AEC juga semakin rendah. Dengan demikian perlu persiapan
yang ekstra untuk diberikan kepada masyarakat jika program AEC tetap dijalankan di
kawasan ASEAN. Selain itu, support

terhadap dunia industri dan UMKM perlu untuk

ditingkatkan dengan tujuan agar produk dalam negeri juga mampu untuk bersaing.
Salah satu hal lain yang perlu dikembangkan adalah menjadikan salah satu atau
beberapa jalur transportasi di Indoneia menjadi hub (pusat koneksi ke berbagai pelabuhan

dunia) baik darat, laut maupun udara. Ini sangat memungkinkan karena letak geografis
Indonesia yang sangat strategis yang menjadi penghubung antara Barat dan Timur serta
antara Utara dan Selatan. Salah satu tempat yang layak seperti Pulau Batam, Kepulauan Riau.
Ini sangat mungkin jika dilihat letak geografis Pulau Batam yang sejajar dengan Singapura
yang sampai sekarang merupakan hub berskala intenasional. Dengan posisi strategis yang
dimiliki oleh Indonesia seharusnya menjadi keuntungan besar untuk mengatur dan
mengendalikan arus perdagangan bebas yang ada untuk menjaga stabilitas nasional.
Wacana Geopolitik yang muncul
Indonesia perlu “pasang badan” dan waspada terhadap segala kemungkinan yang
muncul dalam segala bentuk kerja sama yang ada. Meskipun AEC berjalan pada kawasan
ASEAN saja, namun tetap perlu untuk dilihat bagaimana peran dan strategi negara-negara
ASEAN dalam “percaturan” dunia. Karena setiap negara mempunyai tujuan dan haluan
tersendiri dalam membangun dan memajukan negaranya. Hal ini tidak terlepas dari ideologi
yang dianut oleh setiap negara dalam menjalankan roda pemerintahannya baik di dalam
ataupun ke luar.
Kalau kita flashback lagi pada ajaran geopolitik Karl Haushofer, tentunya kita dapat
melihat berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul dengan adanya perdagangan
bebas pada 2015 mendatang. Lebensraum, merupakan hak suatu bangsa atas ruang hidup

4


untuk menjamin kesejahteraan dan keamanannya. Adalah sebuah hal yang pasti bahwasannya
masyarakat (organisme) suatu negara adalah akan tunduk pada hukum biologi. Artinya adalah
masyarakat suatu negara sedapat mungkin harus memenuhi kebutuhan hidupnya agar layak.
Kita tahu bahwa, standar kelayakan setiap masyarakat suatu negara bisa berbeda-beda
dikarenakan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dengan demikian perlu adanya usaha
pemenuhan setiap kebutuhan yang ada dengan berbagai cara agar bisa hidup sesuai standar
kelayakan yang ditetapkan baik dengan cara yang etis atau tidak.
Geopolitik versi Jerman mengatakan bahwa hanya negara besar yang dianggap
tumbuh dan negara kecil dianggap sudah ditakdirkan akan mati terserap oleh negara besar
(Lemhannas, 1991:23). Pertanyaan yang seharusnya muncul adalah apa yang akan dan bisa
terserap? Kerjasama dalam bidang perdagangan bebas 2015 mendatang membuka peluang
yang lebar bagi negara-negara lain untuk menancapkan kekuasaannya dalam bidang
ekonomi. Kekhawatiran terhadap ekspansi negara-negara lain yang dibungkus dalam bentuk
kerjasama apapun nampaknya perlu diwaspadai akan kemungkinan terburuk yang bisa saja
muncul baik secara eksplisit maupun implisit.
Konsep Autarki

merupakan cita-cita suatu negara untuk memenuhi kebutuhan


sendiri, sehingga setiap kesatuan politik harus menghasilkan apa yang diperlukannya. Konsep
Geopolitik versi Jerman bahkan menyatakan bahwa suatu negara berhak mendapatkan
sumber alam dari negara tetangga yang kecil bila membutuhkannya. Sejalan dengan konsep
Lebensraum, Autarki akan memberikan peluang suatu negara untuk melakukan ekspansi
terhadap negara lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga konsep Autarki yang rasional
dimungkinkan berubah menjadi langkah yang pragmatis.
Konsep Pan-Region merupakan langkah nyata negara-negara besar akhir abad 19
dalam mewujudkan konsep Lebensraaum dan Autarki. Pembagian wilayah perserikatan yang
muncul adalah Pan-Amerika, Pan-Asia, Pan-Region, dan Uni Soviet (Lemhannas, 1991:23).
Indonesia berdasarkan perserikatan tersebut berada pada posisi Pan-Asia dengan nama
perserikatan “Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”. Saat ini perserikatan
wilayah yang terjadi bukan hanya dalam satu Pan saja, bisa dikatakan bahwa pengkotakkotakan negara berdasarkan perserikatan wilayah sudah tidak berlaku untuk saat ini. Namun
buka berarti ajaran Lebensraaum dan Autarki ditinggalkan dengan bubarnya konsep PanRegion, justru akan semakin kuat dengan arus globalisasi yang ada saat ini.

5

AEC bida dikatakan bentuk perserikatan wilayah, dimana kerja sama perdagangan
bebas yang muncul berada di kawasan ASEAN. Yang menjadi persoalan adalah siapa yang
menjadi “negara besar” dan siapa yang menjadi “negara kecil” dalam pola perdagangan bebas
2015 mendatang. Konsep “negara besar” dan “negara kecil” dalam konteks ini dimaknai

sebagai negara yang memiliki peran dan prestasi tertinggi dalam perdagangan bebas, bukan
dilihat dari sisi geografis semata. Bisa saja Indonesia sebagai negara dengan wilayah
geografis dan kekayaan SDA yang cukup besar menjadi ladang bagi negara lain untuk
berkembang.
Konsep Geopolitik yang keempat adalah melihat kekuatan darat lawan kekuatan laut
dengan upaya mempelajari dan mengevaluasi daerah yang dianggap sangat strategis. Dengan
munculnya AEC perlu dicermati bahwa posisi silang indonesia dalam perdagangan sejak
zaman kerajaan-sekarang merupakan jalur perlintasan yang ramai untuk dilalui dan bahkan
menjadi persinggahan para pedagang. Pertanyaan yang muncul adalah apakah Indonesia
sudah mempelajari dan mengevaluasi daerah strategis yang dimiliki atau justru negara lain
yang melakukan hal tersebut dengan berbagai kepentigan?
Muncullanya AEC membawa dampak pembangunan infrastruktur yang memadai
sebagai jalur perdagangan yang dilakukan. Dengan kelebihan posisi Indonesia tentunya
menjadikan double effect sekaligus bagi Indonesia, apakah Indonesia mendapatkan
keunntungan atau negara lain lebih diuntungkan. Arus distribusi yang baik dalam sebuah
perdagangan menjadikan perputaran roda ekonomi semakin melaju kencang, dan bukan tidak
mungkin mengubah pola masyarakat, salah satu hal yang dikhawatirkan adalah
ketergantungan terhadap produk negara tertentu. Artinya adalah, negara tersebut
dimungkinkan memiliki Bargaining Power yang cukup kuat untuk mendapatkan porsi
pengaturan yang lebih besar dalam AEC. Bahkan kemungkinan yang dikhawatirkan adalah

monopoli yang merugikan masyarakat Indonesia dalam perdagangan bebas 2015 mendatang.
Konsep Geopolitik ajaran Karl Haushofer yang terakhir adalah mengenai daerah
perbatasan. Dalam konsep ini, negara tetangga yang lemah merupakan makanan yang empuk
bagi negara yang kuat, terutama apabila negara lemah mempunyai sumber alam yang kaya
atau merupakan daerah yang strategis (Lemhannas, 1991:24). Indonesia mempunyai sumber
daya alam serta posisi strategis sekaligus dalam kawasan ASEAN bahkan Asia Pasifik.
Muncullnya AEC memungkinkan negara-negara lain untuk “memakan” SDA yang dimiliki
Indonesia. Dengan dalih kerja sama untuk melakukan “eksplorasi” kekayaan SDA untuk

6

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, setiap negara berlomba-lomba untuk menggandeng
Indonesia. Sehingga yang muncul adalah kerja sama untuk ekploitasi besar-besaran yang
membawa kerugian dan dampak buruk bari kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Simpulan
1. Perlunya untuk kembali mempelajari sejarah Geopolitik pada masa lalu untuk
mendeskripsikan berbagai kemungkinan buruk terhadap bentuk-bentuk hubungan
Indonesia dengaan negara-negara lain baik di secara bilateral, regional, atau bahkan
multilateral.
2. Dengan arus globalisasi pada abad ini, perdagangan bebas merupakan sebuah

implikasi yang mau tidak mau akan dihadapi oleh setiap negara. Untuk itu perlu bagi
setiap masyarakat untuk mempelajari dan memahami segala pengetahuan serta
gejala/fenomena yang muncul mengenai perdagangan bebas yang akan dihadapi.
3. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dalam negara perlu untuk selalu
mengedepankan aspek perkembangan dan kemakmuran masyarakat dalam melakukan
setiap kebijakan yang diambil. Untuk itu peran serta elemen pemerintah yang
berkompeten perlu untuk diberdayakan untuk melakukan analisis SWOT dalam
berbagai bentuk kerja sama, khususnya AEC pada 2015 mendatang.
4. Pola-pola kehidupan bermasyarakat sedikit banyak akan mengalami perubahan
sejalan dengan proses hubungan dan komunikasi pada perdagangan bebas 2015
mendatang. Untuk itu diperlukan untuk langkah strategis untuk mempertahankan
watak nasional sebagai Bangsa Indonesia.

Daftar Pustaka:
Kuwado, Fabian Januarius. Jokowi Bicara Pasar Bebas ASEAN 2015. Diakses
melalui:
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/09/18/1333576/Jokowi.Bicara.Pasar.Bebas.ASEA
N.2015. (diakses pada 24 Oktober 2013 pukul 19.00)
Lemhannas.1991. Kewiraan untuk Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rimadi, Lukman. 80% Penduduk RI Tak Tahu Ada Perdagangan Bebas ASEAN.
Diakses
melalui:
http://bisnis.liputan6.com/read/696065/80-penduduk-ri-tak-tahu-adaperdagangan-bebas-asean. (diakses pada 24 Oktober 2013 pukul 19.35)
Siregar, Dian Ihsan. Perdagangan Bebas ASEAN Bisa Rugikan RI. Diakses melalui:
http://bisnis.liputan6.com/read/697638/perdagangan-bebas-asean-bisa-rugikan-ri.
(diakses
pada 24 Oktober 2013 pukul 19.20)

7

Dosen Pengampu

Tanggal

Paraf

Drs. Heru Siswanto, M.Si.

8