BAB I V

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Anak dilahirkan ke dunia masih dalam keadaan lemah baik fisik maupun
psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian, anak telah memiliki
kemampuan bahwa sejak dalam kandungan dan dalam keadaan suci dan yang
menjadikan yahudi, nasrani dan majusi adalah orang tua.seperti Hadits yang
diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah:
‫عي‬

‫اي‬

‫س‬

‫هصيهعي‬

‫رس‬

:
‫ي جس ت‬


‫ع أبي رير رضي ه ع‬
‫ي صر‬
‫طر ف ب ي‬

Artinya: “ Dari Abu Hurairah Rosulullah SAW Bersabda: Tidak ada anak
kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah
menyahudikannya
atau
menasranikannya
atau
memajusikannya (H.R.Muslim)
Karena keluarga juga merupakan lingkungan terdekat dan pendidikan
pertama kali bagi anak sebelum ia berada dalam suatu lembaga atau sekolah.
Anak akan mengenal sesuatu sehingga mereka tahu juga mulai dari keluarga
dulu, karena apabila dalam sebuah keluarga itu baik maka akan berpengaruh
positif pada jiwa perkembangan anak, begitu juga sebaliknya apabila dalam
sebuah keluarga tersebut tidak baik atau bermasalah maka akan berpengaruh
negatif pada perkembangan jiwa anak.
Pada hakekatnya, para orangtua mempunyai harapan agar anak-anak

mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan
i

mana yang baik dan mana yang buruk, serta tidak mudah terjerumus dalam
perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri. Hal ini akan berjalan
dengan baik ketika peranan orang tua sangat maksimal (Gunarsa, 1995:60).
Maka dari itu peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk
memotivasi pendidikan anak dalam akhlak yang mulia serta menjauhkan mereka
dari segala akhlak yang buruk dan perbuatan yang tidak terpuji. Jika kedua orang
tua memberikan teladan dalam kebaikan, dan selalu memperhatikan akhlak anak.
Maka hal itu akan memberi pengaruh yang sangat besar dalam jiwa anakanak. Karena anak-anak cenderung merindukan kepada kepahlawanan, menyukai
hal-hal yang mulia, menyenangi akhlak yang terpuji, dan membenci akhlak yang
tercela.
Keluarga memiliki peran penting dalam upaya mengembangkan pribadi
anak. Perawatan dan perhatian orang tua yang penuh dengan kasih sayang dan
penanaman nilai akhlak dalam kehidupan sehari-hari, baik agama maupun sosial
budaya yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan
anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat
memenuhi


kebutuhan

insani

(manusiawi),

terutama

kebutuhan

bagi

pengembangan kepribadian dan pengembangan ras manusia. Melalui perlakuan
dan perawatan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan fisikbiologis, maupun kebutuhan sosio-psikologisnya. Apabila anak dapat memenuhi

i

kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka dia cenderung berkembang menjadi
seorang pribadi yang sehat (Yusuf, 2007: 27).

Suasana keluarga juga sangat penting bagi perkembangan kepribadian
anak. Seorang yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan
agamis, yaitu suasana yang memberikan curahan kasih sayang, perhatian, dan
bimbingan dalam bidang agama, maka perkembangan kepribadian anak tersebut
cenderung positif, sehat, sedangkan anak yang dikembangkan dalam lingkungan
keluarga yang broken home , kurang harmonis, orang tua bersikap keras, atau
tidak

dapat

memperhatikan

nilai-nilai

agama,

maka

perkembangan


kepribadiannya cenderung mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya
(Yusuf, 2007: 27-28).
Dengan adanya tugas-tugas yang berat untuk mendidik anak, orang tua
harus bekerja sama yang baik dengan pasangannya agar perkembangan anak
menjadi baik. Ketika ada sebuah kelurga yang terpaksa harus mendidik anaknya
dengan satu orang tua yaitu hanya seorang ayah saja atau ibu saja maka akan
terjadi hal yang berbeda pada pendidikan akhlak anak, apalagi pada keluarga
yang ditinggal orang tuanya bekerja merantau dan pulangnya sampai beberapa
tahun kemudian yang tidak mungkin ikut mendidik anak secara langsung setiap
harinya, hal ini membuat anak merasa tidak mempunyai keluarga yang utuh atau
normal. Anak juga akan merasa minder karena anak merasa tidak sama atau
berbeda dengan teman-temannya yang mempunyai orang tua utuh dan bisa

i

bertemu setiap hari. Dan hasilnya juga akan berbeda dengan anak yang
mempunyai perhatian dan asuhan langsung dari kedua orang tuanya yang utuh.
Perkembangan nilai akhlak anak tergantung bagaimana orang tua
mengasuh dan mendidik anak. Saat ini, karena sudah merupakan tuntutan banyak
ibu dan ayah yang bekerja, bahkan sampai keduanya berpisah negara hanya

untuk memenuhi nafkah keluarga yaitu sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia).
Bagi sebagian orang, TKI menjadi sebuah alternatif untuk mencari penghasilan .
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka rela untuk bekerja merantau
keluar Negara antara lain karena kebutuhan ekonomi, sulitnya lapangan
pekerjaan, dengan adanya fenomena tersebut banyak anak yang mendapatkan
pendidikan hanya dari seorang ayah atau seorang ibu saja. Bahkan jika keduanya
bekerja menjadi TKI maka anak diasuh oleh kakek dan nenek mereka atau
keluarga mereka yang lain. Namun keadaan yang terjadi bukanlah suatu akhir
yang buruk, tetapi bagaimana kita bisa menyikapi secara positif dari segala
keadaan. Akan tetapi untuk ibu yang bekerja menjadi TKI, belum tentu akan
berakibat buruk kepada anak, tetapi bagaimana orang tua mengasuh dan
mendidik anaknyalah yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan
dari anak., meskipun ayah atau ibu berpisah, tetapi jika hubungan dalam
keluarga bisa saling mengisi, terutama ibu atau ayah bisa berperan ganda untuk
anak, maka kemampuan anak masih dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tahapan perkembangannya.

i

Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam

dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat ini dapat lahir berupa perbuatan
baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang
tercela sesuai dengan pembinaannya (Asmaran, 1992: 1), akhlak atau perilaku
yang ada dalam suatu masyarakat merupakan suatu unsur pokok yang
membentuk baik buruknnya masyarakat tersebut, akan tetapi dalam penanaman
nilai akhlak juga tidak akan optimal jika tidak menggunakan metode penanaman
karena akhlak juga tidak mudah akan terbentuk begitu saja. Harus menggunakan
tekhnik dan cara-cara yang jitu agar penanaman nilai akhlak itu dapat terwujud
dengan baik.
Dalam kaitannya dengan akhlak anak dilingkungannya masyarakat,
lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak,
karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapatkan didikan dan
bimbingan juga dapat dikatakan sebagaian besar kehidupan anak adalah didalam
lingkungan keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak
adalah dalam keluarga/orang tua. Tugas orang tua bagi pendidikan anaknnya
adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
beragama, karena sifat dan tabiat anak sebagaian besar diambil dari kedua orang
tua.
Penulis disini akan membahas tentang sebuah keluarga yang kehilangan
peran dari salah satu orang tua bisa dari ayah maupun ibu. Keluarga yang

kehilangan salah satu peran ini kemudian akan memaksa salah satu pihak untuk
i

bisa berperan ganda menggantikan salah satu peran yang hilang. Misalnya
seorang istri yang ditinggal suaminya merantau / bekerja menjadi TKI dan
meninggalkan satu anak membuat seorang istri tersebut mendidik anak itu
sendirian tanpa suami disampingnya. Begitu juga sebaliknya, misalnya istri yang
pergi meninggalkan suaminya untuk bekerja menjadi TKI dan meninggalkan
anak membuat si ayah tersebut mendidik anak itu sendiri serta harus berperan
ganda untuk menggantikan istrinya sebagai seorang ibu bagi si anak. Meskipun
sebenarnya sangat sulit untuk dijalaninya.
Dalam keluarga TKI memiliki serangkaian kendala yang tidak sama
dengan keluarga yang utuh. Hal ini kita kembalikan pada fungsi keluarga yaitu
memaksimalkan peran orang tua dalam pembentukan dan penanaman akhlak
anak. Karena anak sesungguhnya dilahirkan dalam keadaan yang fitroh dan
membawa potensi masing-masing, tugas orang tua adalah memberikan kebaikan
pada anak sehingga anak juga akan terbentuk menjadi anak yang baik.
Peran orang tua dalam pembinaan anak pada akhlak dan agama sangat
penting, karena pembinaan kehidupan moral dan agama itu lebih banyak terjadi
melalui pendidikan formal, dan pengajaran nilai agama dan akhlak yang terjadi

merupakan pengendalian pada anak. Pengaruh dalam pendidikan kehidupan
manusia itu adalah nilai-nilai yang masuk ke dalam pembinaan pribadi akan
terjadi semakin kuat tertanamnya dalam diri anak maka akan mempengaruhi
pengendalian tingkah laku dan pembentukan sikap (Daradjat, 1970: 135)

i

Masa keemasan anak terdapat pada tahun-tahun pertama, yang pada
umumnya anak menghabiskan bersama dengan orang tua maka dapat langsung
ditanamkan nilai akhlak anak sebelum anak itu menjadi sempurna dan optimal.
Kebiasaan yang baik maupun positif yang telah tertanan kuat pada jiwa
anak tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Pengalaman akhlak pada
masa kanak-kanak akan tergores kuat pada hati seseorang seperti ukiran diatas
batu. Jiwa yang polos apabila diisi dengan penanaman akhlak, maka yang
diterimanya itu akan melekat kuat. Anak akan melakukan apa yang telah
diterimanya disinilah letak pentingnya orang tua dalam membina anak.
Akhlak dalam kehidupan sekarang juga sangat dibutuhkan sekali, karena
manusia diciptakan juga mempunyai naluri akhlak untuk hidup dimasyarakat.
Karena itu merupakan sebuah alat yang harus ditanamkan dalam kehidupan
sehari-hari. Manusia yang hidupnya tanpa akhlak merupakan manusia yang

dianggap tidak bernorma dan bisa hidup seenaknya saja dalam kehidupannya,
dan apabila kalau ini memang ada suatu kelompok atau organisasi yang kurang
baik akan menjadikan penyakit dan nembuat kecemasan bagi para orang tua
yang menpunyai anak masih dalam masa pendidikan dan belum memiliki jati
dirinya. Anak akan mudah terpengaruh dan gampang meningikutinya tanpa
memikirkan itu baik bagi dirinya dan keluarganya atau tidak, karena yang ia
pikirkan hanya kesenangannya ia saja.
Kenakalan remaja sering terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu
pisahnya orang tua karena tidak intensnya orang tua membuat anak tidak normal
i

seperti anak-anak yang lain. Kondisi semacam ini bisa membuat anak tersebut
kurang percaya pada orang tua dan selalu mencari jalan keluar sendiri untuk
setiap permasalahan yang ia hadapi, misalnya dengan cara minum-minuman
keras Karena sudah tidak menemukan jalan lagi, ini terjadi disebabkan proses
perkembangan akhlak pada anak dalam keluarga yang ditinggal orang tuanya.
Perilaku menyimpang yang dilaukan oleh anak disebabkan karena kurangnya
perhatian dari orang tua atau salah satu orang tua yang tidak ikut mendidik
anaknya secara langsung, anak akan merasa kehilangan figur dari sang ayah atau
sang ibu yang seharusnya mereka dapatkan dan menjadi contoh bagi si anak.

Dalam keluarga TKI orang tua dituntut untuk berperan ganda dari orang tua
tunggal menjadi orang tua yang seutuhnya bagi perkembangan akhlak anak.
Tidak sedikit pula dalam keluarga TKI anak dapat menjadi dewasa dan cepat
dalam perkembangannya, karena anak dituntut untuk mengetahui kondisi
keluarganya.
Dalam pembinaan akhlak, terutama bagi remaja, agama sangat penting,
pembinaan itu terjadi melalui kebiasaan dan pengalaman hidup yang ditanamkan
sejak kecil oleh orang tua dengan jalan memberi contoh. Dan pembinaan akhlak
itu tidak mungkin dengan jalan pengertian saja, karena kebiasaan jauh lebih
berpengaruh dari pengertian dan pengetahuan tentang akhlak. (Darajat, 1975: 1516)
Demikian halnya yang terjadi di Desa Pucakwangi Kecamatan
Pageruyung Kabupaten Kendal yang sebagian masyarakatnya merupakan TKI
i

diberbagai Negara. Berangkat dari masalah tersebut diatas, maka penulis ingin
melakukan penelitian tentang hal tersebut yang hasilnya akan dituangkan dalam
skripsi yang berjudul:
“METODE PENANAMAN NILAI AKHLAK ANAK PADA KELUARGA
TKI

DI

DESA

PUCAKWANGI

KECAMATAN

PAGERUYUNG

KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011”
B. FOKUS PENELITIAN
Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat
mengambil suatu pokok masalah yang penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana isi materi penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di Desa
Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011?
2. Bagaimana metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di Desa
Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011?
3. Apa kendala dan bagaiman pemecahannya dalam penanaman akhlak anak
pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal Tahun 2011?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dengan melihat fokus masalah diatas yang menjadi tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk mengetahui isi materi penanaman akhlak anak pada keluarga TKI di
Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011.

i

2. Untuk mengetahui metode penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI di
Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal Tahun 2011.
3. Untuk menetahui kendala dan bagaimana pemecahannya dalam penanaman
akhlak anak pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung
Kabupaten Kendal Tahun 2011.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun kegunaaan dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuhan bagi para pembaca atau
masyarakat Desa Pucakwangi pada khususnya agar dalam menanamkan
akhlak pada anak tidak dikesampingkan.
2. Bagi penulis sendiri, sebagai aplikasi dari sebagian ilmu-ilmu yang telah
penulis terima dan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan
dan bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua
tunggal sementara agar dapat meningkatkan perhatian dalam penanaman
akhlak anak.
E. PENEGASAN ISTILAH
Fokus dalam penelitian ini adalah, penanaman nilai akhlak anak pada
keluarga TKI. Sebelum membahas lebih dalam maka akan diberikan penjelasan
dan batasan pada istilah-istilah dalam judul penelitian tersebut:
1. Metode penanaman nilai akhlak anak

i

a. Metode penanaman adalah suatu kerangka konseptual penerapan
pendekatan, metode, dan langkah-langkah tekniknya dalam bentuk
disain sebagai acuan kegiatan penanaman.
b. Nilai Akhlak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nilai adalah sifat-sifat
(hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Menurut
Daroeso (1986: 26) Nilai adalah ukuran atau pedoman perbuatan
manusia.
Kata akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluqun yang
menurut bahasa adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat
(IAIN Walisongo, 1999: 109).
Jadi nilai akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir
yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat ini dapat
lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan
buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya
(Asmaran, 1992: 1).
Jadi metode penanaman nilai akhlak adalah kerangka yang merupakan
sebagai acuan kegiatan penanaman nilai akhlak anak, sehingga dapat bersikap
baik dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada penelitian kali ini difokuskan pada cara menanamkan nilai akhlak,
metode penanaman nilai akhlak, kendala dan pemecahannya yang dihadapi
dalam keluarga TKI.
i

Perkembangan anak menurut Zakiah Daradjat dapat diklarifikasikan
menjadi berikut:
a. Usia Kanak-kanak

0-6

b. Usia anak-anak

6-12

c. Usia remaja pertama

13-16

d. Usia remaja terakhir

17-21

Anak yang dimaksud peneliti disini adalah anak pada usia 6-12 tahun
atau yang disebut dengan anak masa sekolah, karena ketika anak masuk ke
sekolah dasar, dalam jiwanya ia telah membawa bekal rasa agama yang terdapat
dalam kepribadian dari orang tuanya dan dari gurunya semasa di taman kanakkanak dulu (Daradjat, 1959: 111)
Pada usia anak-anak 6-12 tahun,pendidikan yang diterima anak
merupakan otoritas orang lain. Anak belum bisa mencegah atau menyaring
pendidikan yang mereka terima secara formal maupun non formal. Pada masa ini
jika tidak dimanfaatkan oleh orang tuannya dengan menanamkan nilai akhlak
pada diri anak maka anak akan kehilangan masa keemasan mereka. Hal ini akan
berimbas pada akhlak mereka kedepannya nanti.
2. Kelurga TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan
perkawinan. Di dalam hidup bersama pasangan suami istri secara sah karena
perkawinan. Mereka hidup bersama sehidup semati, ringan sama dijinjing,

i

berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita
untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin.
Pada dasarnya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam”satu atap”.
Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami istri dan
salling interaksi dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunitas
baru yang disebut keluarga. Karenanya kelurganyapun dapat diberi batasan
sebagai sebuah group yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan wanita,
perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan
membesarkan anak-anak. (Djamrah, 2004: 16-17)
TKI atau tenaga kerja Indonesia adalah sebutan bagi warga negara
Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Singapura, Korea,
Arab Saudi, Jepang, dll) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu
dengan

menerima

upah.

Namun

demikian,

istilah

TKI

seringkali

dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali disebut
Tenaga Kerja Wanita (TKW).
menurut Rancangan Undang-undang Tenaga Kerja Luar Negeri (Versi
Badan Legislatif) adalah setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan
pasca bekerja di luar Negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain. (Tim PSGK, 2007:11)
Menurut Mughni(2004) adalah setiap orang yang akan, sedang, dan
pasca bekerja di luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima
upah dan imbalan dalam bentuk lain (Tim PSGK, 2007:11-12)
i

Jadi yang dimaksud Keluarga TKI adalah sebuah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu, anak dan bisa juga ketambahan oleh nenek atau kakek atau
saudara yang lain yang mana dalam keluarga itu salah satu dari ayah atau ibu
yang bekerja ke Negara lain atau menjadi TKI(Tenaga Kerja Indonesia) untuk
mencari nafkah demi keluarga mereka sehingga anak hanya memperoleh
kasih sayang dan perhatian dari orang tua tunggal saja, bisa dari si ayah atau si
ibu.
Dalam penelitian ini, maka yang dimaksud penulis tentang METODE
PENANAMAN NILAI AKHLAK ANAK PADA KELUARGA TKI ( TENAGA
KERJA

INDONESIA)

DI

DESA

PUCAKWANGI

KECAMATAN

PAGERUYUNG KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 adalah suatu
penelitian ilmiah tentang metode penanaman nilai akhlak anak. Dimana keluarga
yang diteliti mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1). Seseorang yang sudah
menikah kemudian ditinggal salah satu pasangannya karena bekerja diluar
negara. Yang berada di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal 2011.(2). Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun, dan penelitiannya di
Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2011.
F. METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara ilmiah yang dapat digunakan untuk
melakukan kegiatan dan usaha untuk melakukan kegiatan dan usaha untuk
menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran suatu pengetahuan
yang dilakukan dengan menggunakan metode transversal atau metode
i

krosseksional yaitu untuk meneliti subyek penelitian dari tingkatan usia yang
berbeda dalam waktu yang sama (Harditono, 2002: 3).
Pengambilan metode ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode
penanaman nilai akhlak anak ketika dalam keluarga hanya ada satu
orangtua/orangtua tunggal. Karena tidak mudah untuk mendidik akhlak anak
hanya dengan peran salah satu dari orangtua tunggal sementara.
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi karena
metode tersebut digunakan untuk menjelaskan posisi dan peranan subyeksubyek yang terlibat dalam proses penanaman nilai akhlak, a). orang tua
tunggal sementara ( TKI) sebagai pendidik b). anak sebagai peserta didik.
Penelitian ini digunakan untuk mendiskripsikan metode penanaman
nilai akhlak yang digunakan dalam keluarga TKI. Penelitian ini dimaksud
dengan field research yang artinya penelitian langsung ke obyek yang diteliti
untuk

mendapatkan

data

yang

berhubungan

dengan

permasalahan-

permasalahan yang dibahas yaitu ditinggalnya anak sehingga dalam asuhan
orangn tua tunggal sementara.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik kualitatif yaitu penelitian yang
menjelaskan realitas yang ada dilapangan kemudian menganalisisnya dengan
cara memaparkan atau mendiskripsikan dengan kata-kata atau kalimat.
2. Kehadiran peneliti

i

Dalam penelitan ini, kehadiran peneliti sangatlah penting sekali,
peneliti bertindak sebagai instrument langsung sekaligus pengumpul data.
Peneliti dalam penelitian ini bertindak secara langsung ke lapangan sehingga
mendapatkan data yang riil didalam keluarga tersebut sehingga bisa
mendapatkan data yang akurat.
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian Metode Penanaman Nilai Akhlak anak Pada
Keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal. Untuk lokasi penelitian peneliti memilih keluarga yang memiliki
beberpa cirri-ciri, yakni: (1). Seseorang yang sudah menikah kemudian
ditinggal salah satu pasangannya karena bekerja diluar negara. Yang berada di
Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011.(2).
Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun.
4. Sumber data
Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi data dari
beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik dan memperoleh
sumber informasi riil dari proses data observasi dan wawancara yang peneliti
lakukan secara langsung yang kemudian dianalisis. Dengan kata lain sumber
data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber Data Primer

i

Yaitu sumber data yang berkaitan langsung berkaitan dengan obyek
riset (Arikunto, 1989:10). Data primer dalam penelitian ini adalah datadata di lapangan yang dapat menyempurnakan penelitian ini.
2. Sumber Data Sekunder
Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber-sumber data
primer. Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang
berkaitan dengan pendidikan atau penanaman akhlak.
5. Prosedur pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan beberapa metode diantaranya:
a. Observasi
Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian
ini adalah observasi Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis
fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1992: 132).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data secara
lanngsung tentang Metode Penanaman Nilai Akhlak anak Pada Keluarga
TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di Desa Pucakwangi Kecamatan
Pageruyung Kabupaten Kendal 2011.
Penulis melakukan pengamatan secara langsung pada Keluarga TKI
(Tenaga Kerja Indonesia) yang mempunyai anak yang kemudian
mewawancarai obyek penelitian. Mengenai obyek yang hendak diteliti
adalah Orang tua tunggal yang mendidik anaknya dan bagaimana kondisi
i

akhlak anak yang hanya mendapatkan peran dari satah satu orang tuanya
dengan sebab pasangannya bekerja menjadi TKI.
b. Wawancara atau interview
Yaitu mendapatkan informasi dengan cara Tanya jawab sepihak
yang dilakukan penulis. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah:
(1). Seseorang yang sudah menikah kemudian ditinggal salah satu
pasangannya karena bekerja diluar negeri. Yang berada di Desa
Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal 2011. (2).
Memiliki anak yang berumur 6-12 tahun. Dan penelitiannya berada di
Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal tahun 2011.
c. Analisis data
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis Induktif, yaitu
mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun
teori. Metode ini digunakan untuk menganalisis realitas yang ada dalam
sebuah keluarga yang khususnya mengenai metode penanaman nilai
akhlak anak pada keluarga TKI.

d. Pengecekan Keabsahan Temuan
Agar diperoleh data yang akurat peneliti terjun langsung untuk
observasi dan wawancara, selain itu juga mengecek hasil wawancara dan
observasi dengan dicocokkan melalaui tingkah laku langsung subyek
i

penelitian, sehingga penulis benar-benar mendapat data yang langsung
dari keluarga tersebut. Kemudian data tersebut tentu akan penulis
simpulkan yang akan penulis cocokkan dengan perilaku anak tersebut.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai
berikut:
BAB I, Pendahuluan yang berisi tentang Latar belakang masalah, Fokus
penelitian, Tujuan penelitian, Manfaat hasil penelitian, Penegasan istilah,
Metode penelitian, Sistematika penulisan.
BAB II, Kajian teoritik tentang Metode Penanaman nilai akhlak anak
pada keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten
Kendal 2011
BAB III, membahas tentang gambaran umum, diskripsi Penanaman Nilai
Khlak Anak Pada Keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung
Kabupaten Kendal 2011
BAB IV, Analisis tentang metode Penanaman nilai akhlak anak pada
keluarga TKI di Desa Pucakwangi Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal
2011
BAB V, penulis membuat penutup yang berisi kesimpulan dan saransaran sebagai bahan masukan dalam dunia pendidikan akhlak.

i

BAB II
KAJIAN TEORITIK

A.

Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak
1. Pengertian Metode Penanaman Nilai Akhlak Anak
Dalam ajaran islam,

anak

merupakan

amanah

yang harus

dipertanggungjawabkan. Dalam lingkup keluarga, orang tua lah yang
sepenuhnya memiliki tugas untuk memberi pendidikan terhadap anaknya,
pembentukan karakter, perkembangan, dan kesempurnaan anak untuk
menjadi diri yang matang. Salah satunya yaitu pembentukan akhlak, karena
dalam kehidupan sehari-hari orang juga tidak akan terlepas dari akhlak yang
merupakan sebagai alat dalam kehidupan. Akhlak sangat penting bagi
manusia karena akhlak merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh
manusia itu sendiri dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan
dalam kehidupan bernegara.
Penanaman dan pembinaan pendidikan agama pada diri anak menurut
peran aktif keluarganya yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Adalah
kesalahan yang sangat fatal bila menyerahkan penanaman dan pembinaan
pendidikan agama anak pada lingkungan masyarakat maupun sekolah saja.
Hal ini disebabkan tanggung jawab pendidikan agama yang paling awal bagi
anak terletak di pundak orang tuanya.
i

Secara umum, dunia sudah mengetahui pendidikan sedini mungkin
sangat penting bagi anak. Karena dalam islam juga sangat dikenal dengan
ajarannya yaitu belajar sepanjang hayat. sebagaimana sabda Rasulullah saw :

( ‫س‬

‫بﺤ ري‬

‫ي) ر‬

‫ي ي‬

‫ع‬

‫أﻁ‬

Artinya “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahad”.(HR.Bukhori dan
Muslim)

Berbicara masalah nilai akhlak, sebenarnya nilai itu sendiri adalah
melihat sesuatu dari segi kegunaan atau manfaatnya dalam kehidupan yang
menyangkut masalah yang bersifat jasmaniyah dan rokhaniyah. Nilai yang
bersifat rokhaniyah itu meliputi rasa keindahan, kebenaran, etika (akhlak),
dan agama.(IKIP, 2003:158)
Untuk menanamkan nilai akhlak anak juga diperlukan metode
tertentu agar mencapai tujuan, apalagi bagi mereka yang mendidik anak
sendirian tanpa pasangan disisinya karena bekerja menjadi TKI, yang
dimaksud dengan metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Orang tua juga harus sekreatif mungkin dalam menjalankan metode
itu agar tujuan itu bisa didapat.
Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk
manusia dengan makhluk lainnya, sebab seandaninya manusia tanpa akhlak
maka akan hilang derajat kemanusiaannya.

i

Dalam islam akhlak sangat penting bagi manusia, bahkan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Karena
akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia
dengan mahluk lainnya, sebab seandainya manusia tanpa akhlak, maka akan
hilang derajat kemanusiaannya.
Kebiasaan yang baik maupun positif yang telah tertanam kuat pada
jiwa anak tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Penanaman
akhlak pada masa anak-anak akan teringat kuat pada hati seseorang seperti
ukiran di atas batu. Jiwa yang polos apabila di isi dengan penanaman akhlak,
maka yang diterimanya itu akan melekat kuat. Anak akan melakukan apa
yang telah diterimanya dari pembiasaan orang tua yang telah diajarkan
selama masa anak-anak, disinilah letak pentingnya orang tua dalam membina
akhlak anak.
Dalam pembahasan penanaman akhlak ini supaya tidak meluas maka
peneliti fokuskan pada penanaman akhlak pada keluarga TKI. Pada keluarga
TKI tentu orang tua tunggal sementara ini sangat dituntut untuk lebih ekstra
dalam mendidik anak seorang diri yang idealnya dilakukan oleh dua orang
tua. Sebelum membahas lebih jauh harus dijelaskan pengertian penanaman
akhlak itu sendiri.
Penanaman adalah merupakan bentuk ajaran orang tua yang diberikan
oleh anknya untuk menjadi pribadi yang baik sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat dan Negara.
i

Akhlak mempunyai berbagai macam arti, dari berbagai sumber dapat
diperoleh arti akhlak yaitu:
a. Menurut IAIN Walisongo (1999: 109) Kata akhlak berasal dari bahasa
arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa adalah budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat.
b. Menurut Asmaran (1992: 1) akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Sifat ini dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia,
atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.
c. Menurut Imam Al-Ghozali

‫غيرح ج‬

‫يسر‬

‫تص ر أفع بس‬

‫سي ر س‬

‫ي في‬

‫ع رع‬
‫ف‬
‫أيف ر ر ي‬

Artinya : Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa menimbulkan
perbuatan-perbuatan denga n gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
d. Menurut Ibrahim Anis

‫غيرح ج أ ي ف ر ر ي‬

‫يرأ شر‬

‫تص رع أع‬, ‫ﺲ ر س‬

Artinya : Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

e. Menurut Karim Zaidan

‫يﺤس‬

‫يز‬

‫ست ر في ﺲ في ض ء‬
‫ي ص‬
‫ج ع‬
‫ث ي ع ي أ يﺤج ع‬
,‫ع في ضر أ س أ ي ح‬

Artinya : Akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam
jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat
menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian
i

memilih melakukan atau meninggalkannya”. (Yunahar, 2007:12)
Dari berbagai macam pendapat diatas mengenai akhlak dapat ditarik
kesimpulan bahwa akhlak atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam
diri manusia sejak lahir , sehingga dia akan muncul secara sepontan tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu.
Akhlak disini lebih difokuskan sikap anak usia 6-12 tahun dimana
pada usia ini anak telah menerima pendidikan akhlak dari formal maupun
non formal, penanaman akhlak dalam usia ini berdasarkan otoritas orang lain
karena anak hanya akan menangkap nilai-nilai akhlak dari orang yang dekat
dengan anak baik itu orang tuanya, teman. Guru, serta lingkungan sekitar.
Jadi penanaman nilai akhlak adalah pembiasaan orang tua yang telah
di berikan kepada anak-anaknnya agar terbentuk pribadi yang baik dan sesuai
dengan norma-norma dan ajaran agama.
Pembentukan kepribadian anak sangat erat kaitannya dengan
penanaman akhlak yang ditanamkan melalui pendidikan agama. Secara
umum, pakar-pakar kejiwaan berpendapat bahwa kepribadian merupakan
suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan prilaku
seseorang. Keperibadian terbentuk melalui semua pengamalan dan nilai-nilai
yang diserap dalam pertumbuhannya, terutama pada tahun-tahun pertama
umurnya. Apabila nilai-nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan
kepribadian seseorang, tingkah laku orang tersebut akan diarahkan dan

i

dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Di sinilah letak urgensi pembinaan
pendidikan agama terhadap anak di dalam keluarga, khususnya pada masamasa perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut. Oleh sebab itu
keterlibatan orang tua dalam penanaman pendidikan anak di keluarga sangat
diperlukan.
Akhlak merupakan tugas penting untuk kedua orang tua yaitu ibu dan
bapak tetapi akan nampak berbeda pada cara, isi, dan peran penanaman nilai
akhlak pada anak jika dalam keluarga hanya ada satu figur orang tua tunggal
sementara atau pada keluarga TKI(Tenaga Kerja Indonesia).
2. Metode penanaman nilai akhlak
Dalam penanaman nilai akhlak pada anak harus menggunakan
metode-metode khusus. Apalagi bagi mereka orang tua tunggal yang harus
berperan ganda untuk mendidik anaknya karena ditinggal oleh pasangannya
bekerja menjadi TKI. Beberapa Metode yang digunakan untuk penanaman
akhlak menurut Abdurrahman an Nahlawi yaitu:
a. Metode Hiwar (Percakapan)
Metode Hiwar (Percakapan) adalah percakapan silih berganti
antara dua pihak atau melalui Tanya jawab mengenai suatu topik
mengarah kepada suatu tujuan.(IAIN Walisongo, 2004:

123).

Demikianlah kedua pihak saling bertukar pendapat tentang suatu perkara
tertentu.

i

Contohnya, ayah/ibu melakukan percakapan dalam ruang dan
waktu yang sama, kemudian ayah/ibu yang menjadi orang tua tunggal
sementara mengajak anaknnya untuk duduk bersama dalam satu ruang dan
waktu. Orang tua dan anak melakukan percakapan baik ada suatu
permasalahan atau tidak yang kemudian baik ayah/ibu dan anak akan
mendapatkan suatu maksud dari percakapan yang telah berjalan itu.
b. Metode Kisah
Metode Kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti
dengan bentuk penyampaian lain selain bahasa.(IAIN Walisongo, 2004:
123). Disamping itu kisah edukatif itu melahirkan kehangatan perasaan
dan vitalitas serta aktivitas didalam jiwa, yang selanjutnya memotivasi
manusia untuk mengubah prilakunya dan memperbaharui tekadnya sesuai
dengan tuntunan.
Penanaman melalui kisah-kisah tersebut dapat mengiringi anak
pada kehangatan perasaan, kehidupan, dan kedinamisan jiwa yang
mendorong manusia untuk mengubah prilaku dan memperbaharui
tekadnya selaras dengan tuntutan, pengarahan, penyimpulan, dan pelajaran
yang dapat diambil dari kisah tersebut.(An-nahlawi,1995: 239)
Dampak
mengaktifkan

pendidikan

melalui

pengisahan

adalah

dapat

dan membangkitkan kesadaran pembaca tanpa cermin

kesantaian dan keterlambatan sehingga dengan kisah, setiap pembaca akan
senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah
i

tersebut sehingga pembaca terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah
tersebut.
Contohnya, anak diberi cerita-cerita yang bisa dijadikan mereka
teladan dalam kehidupan sehari-hari. Bisa mengenai kisah para Nabi dan
para Rosul atau kisah-kisah para pahlawan yang di anggap mereka sebagai
sosok yang tangguh.
c. Metode Amtsal (Perumpamaan)
Perumpamaan-perumpamaan

yang terdapat dalam al-qur’an

mempunyai beberapa makna antara lain :
1) Merupakan sesuatu sifat manusia dengan perumpamaan yang lain.
2) Mengungkapkan sesuatu keadaan dengan keadaan yang lain yang
memiliki kesamaan untuk menandakan peristiwa.
3) Menjelaskan kemustahilan adanya kesurupaan antara dua perkara yang
oleh kaum musryrikin dipandang serupa.( IAIN Walisongo, 2004:
123-124).
Perumpamaan-perumpamaan tersebut memiliki tujuan psikologisedukatif yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan ketinggian maksud
selain kemukjizatan balaghah dan dampak metode pengajian. Tujuan
psikologis-edukatif yang dimaksud adalah pertama, memudahkan
pemahaman suatu konsep. Untuk memahami makna spiritual suatu
perkara, manusia itu cenderung menyukai penyerapan persoalan-persoalan
abstrak pada perkara-perkara yang kongkrit. Kedua, mempengaruhi emosi
i

yang

sejalan

dengan

konsep

yang

diumpamakan

dan

untuk

mengembangkan aneka perasaan ketuhanan. Ketiga, membina akal untuk
terbiasa berfikir secara valid dan analogis. Keempat, mampu menciptakan
motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia. Mental
akan menggerakkan dan mendorong hati untuk berbuat kebaikan dan
menjauhi berbagai kemungkaran.
d. Metode Teladan
Pada dasarnya manusia cenderung memerlukan sosok teladan dan
anutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan
sekaligus menjadi perumpamaan dinamis.
Di antara tipe-tipe peneladanan yang terpenting adalah:
1) Pengaruh langsung yang tidak disengaja (sepontan)
Pengaruh

yang tersirat

dari sebuah keteladanan akan

menentukan sejauh mana seseorang memiliki sifat yang mampu
mendorong orang lain untuk meniru dirinya, baik dalam keunggulan
ilmu pengetahuan, kepemimpinan, atau ketulusan. Dalam kondisi yang
demikian, pengaruh keteladanan itu terjadi secara spontan dan tidak
disengaja. Ini berarti bahwa setiap orang yang ingin dijadikan panutan
oleh orang lain harus senantiasa mengontrol perilakunya. Semakin dia
waspada dan tulus, semakin bertambahlah kekaguman orang
kepadanya.
2) Pengaruh yang sengaja
i

Kadang

kata

peneladanan

diupayakan

secara

sengaja.

Misalnya, seorang pendidik menyampaikan model bacaan yang diikuti
oleh anak. Seorang imam membaguskan sholatnya untuk mengajarkan
sholat yang sempurna. (An-nahlawi, 1995: 266-267)
Orang tua hendaknya menjadi contoh yang baik dalam segala
aspek kehidupan bagi si anak. (Daradjat, 1970: 42) karena pada
dasarnya manusia sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan
anutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran dan
sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara
mengamalkan syariat Allah, dan itu akan terjadi pada anak yang akan
meniru kebiasaan dari orang tuanya.
e. Metode Pembiasaan diri dan Pengalaman
Metode pembiasaan diri dan pengalaman ini dapat membentuk
akhlak anak dan rohani serta pembinaan sosial seseoranng tidak cukup
nyata dan pembiasaan diri sejak usia dini. Untuk biasa hidup teratur,
disiplin, tolong menolong sesame manusia dalam kehidupan sosial
memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari. (IAIN Walisongo, 2004:
125)
f. Metode Pengambilan pengajaran dan peringatan
Betapapun

usaha

pendidikan

dilakukan

jika

anak

tidak

mengetahui akibat positif atau negatif maka pendidikan kurang
bermakna. Anak jika mengerjakan kebaikan maka akan merasa senang
i

dan anak yang melakukan kejelekan pasti akan merasa sedih, kecewa dan
putus asa.( IAIN Walisongo, 2004: 125)
g. Metode targhib dan tarhib
Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk
menunda kemaslahatan, kelezatan, dan kenikmatan. Namun penundaan
itu bersifat pasti , baik dan murni, serta dilakukan melalui amal saleh atau
pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan (pekerjaan buruk).
Tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang
disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan
yang telah dilarang Allah. Selain itu juga karena menyepelekan
pelaksanaa kewajiban yang telah diperintahkan Allah. Tarhib pun dapat
diartikan sebagai ancaman dari Allah untuk menakut-nakuti hambahamba-Nya melalui penonjolan kesalahan atau penonjolan salah satu sifat
keagungan dan kekuatan ilahiah agar mereka teringatkan untuk tidak
melakukan kesalahan dan kemaksiatan. (An-nahlawi, 1995: 296)
Metode targhib dan tarhib adalah metode yang dapat membuat
senang dan takut. Dengan metode ini kebaikan dan keburukan yang
disampaikan kepada seseorang dapat mempengaruhi dirinya agar
terdorong untuk berbuat baik.
Sedangkan menurut muhammad Quthb metodenya ditambah
sebagai berikut:
h. Metode nasihat
i

Metode nasihat adalah memberikan masukan kepada anak mana
yang baik dan mana yang buruk. Jika anak membuat kesalahan orang tua
akan memberikan peringatan agar anak tidak salah menentukan sikap.
i. Metode hukuman
Metode hukuman adalah pemberian hukuman pada anak apabila
anak melakukan kesalahan dengan tujuan anak tidak melakukan
kesalahan lagi (IAIN Walisongo, 2004:126).
Dalam penelitian ini memang sangat disorotkan kepada
penanaman nilai akhlak anak pada keluarga TKI(Tenaga Kerja
Indonesia) walaupun hanya orang tua tunggal yang mendidik anakanaknya karena di tinggal oleh pasangannya menjadi TKI(Tenaga Kerja
Indonesia) seorang ayah/ibu harus bekerja ekstra untuk menjadi panutan
dan memberi teladan bagi anaknya. Sehingga anak akan menyerap
prilaku akhlak orang tuannya baik melalui prilaku dan tingkah laku
sehari-hari ketika bersama anaknya. Beberapa metode diatas dapat
membantu para orang tua tunggal sementara untuk menanamkan akhlak
sehari-hari pada anaknya. Karena metode yang sesuai pada anak akan
lebih membantu penanaman pada anak yang akan terimplementasi dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Conten materi penanaman nilai akhlak
Dalam penanaman akhlak anak perlu di tanamkan mengenai halhal sebagai berikut:
i

a. Berbuat baik
Orang tua juga harus mengusahakan dan memberikan
pengertian kepada anak dalam berperilakunya. Ini semua dilakukan
agar anak tidak terjerumus dan ikut-ikutan dalam perbuatan yang
negatif. Sesuai firman-Nya QS. Luqman (31) : 17.











    
  
Artinya: “Hai anakku! Dirikanlah sembahyang, suruhlah orang
berbuat baik dan larang berbuat salah dan sabarlah
menghadapi peristiwa yang terjadi terhadap engkau.
Sesungguhnya hal yang demikian memerlukan kesungguhan
hati.” (Lukman 17)
Menyuruh berbuat baik dan melarang mengerjakan perbuatan
jahat, apabila dilihat sepintas lalu, tampaknya suatu pekerjaan yang
ringan, sedang pada hakikatnya bukan demikian. (Facrudin, 1985: 163)
Maka dari itu untuk mendapatkan anak menjadi anak yang
berprilaku baik tidak semudah yang kita bayangkan, akan tetapi harus
bekerja ekstra agar tidak salah dalam mendidiknya.
b. Jujur (shidiq)
Jujur artinya sesuainnya sesuatu dengan kenyataan yang
sesungguhnya, dan ini tidak saja berupa perkataan tetapi juga
perbuatan.

i

Sabda beliau:
‫رج يص‬

‫يز‬

‫ري يـي ج‬

‫عي ب ص ف ص ي يأي ر‬
‫تي ي تب ع ه ص ي‬
‫يتﺤر ص‬
Artinya:”Wajib kepadamu berlaku benar, karena sesungguhnya
kebenaran itu membawa kepada kebaikan membawa kesurga.
Seseorang tidak henti-hentinya berkata dan berlaku benar
dan mengusahakan sungguh-sungnguh akan kebenaran,
sehingga dicatat ia disisi Allah sebagai seorang siddiq(orang
yang selalu benar) (Riwayat Bukhori)

Kejujuran adalah sendi yang terpenting bagi berdiri tegaknya
masyarakat. Tanpa kebenaran akan hancurlah masyarakat, sebab hanya
dengan kebenaran maka dapat tercipta adanya saling pengertian satu
sama lain dalam masyarakat, dan tanpa adanya saling pengertian tidak
mungkin terjadi tolong menolong, sedang bahasa itu diciptakan juga
untuk kepentingan saling pengertian ini, yang tanpa itu tidak mungkin
terjadi kehidupan masyarakat.(Humaidi, 1991: 149-150)
Tanpa kejujuran kita sebagai manusia tidak dapat maju
selangkahpun karena kita belum berani menjadi diri kita sendiri. Tidak
jujur berarti tidak seia sekata dan itu berarti bahwa kita belum sanggup
untuk mengambil sikap yang lurus. Kejujuran merupakan nilai akhlak
yang utama. Bersikap baik terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran
adalah kemunafikan dan sering beracun.
Bersikap jujur terhadap orang lain berarti dua yaitu
1) Sikap terbuka

i

Terbuka disini bukan dimaksud bahwa segala pertanyaan
orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau bahwa
orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan fikiran
kita. Kita berhak atas batin kita. Melainkan yang dimaksud ialah
bahwa kita selalu muncul sebagai diri kita sendiri. Kita tidak
menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya. Dalam segala sikap
dan tindakan kita memang hendaknya tanggap terhadap kebutuhan,
kepentingan, dan hak orang-orang yang berhadapan dengan kita.
Kita tidak bersikap egois belaka. Kita seperlunya bersedia
mengorbankan suatu kepentingan kita demi orang lain.
Contohnya, ketika anak mempunyai mainan yang baru
kemudian anak itu mau berbagi mainannya itu dengan teman yang
lainnya karena dia benar-benar ingin membagi kebahagiaannya itu
bersama-sama. Bukan karena pasang kedok dan kalau perlu kita
menolak permintaan orang lain dengan tenang.
2) Sikap wajar (fair)
Bersikap

wajar

(fair)

yang

dimaksud

adalah

dia

memperlakukannya menurut standar-standar yang diharapkannya
dipergunakan orang lain terhadap dirinya. Dia menghormati hak
orang lain, dia selalu akan memenuhi janji yang diberikan, juga
terhadap orang yang tidak dalam posisi untuk menuntutnya, dia
tidak akan pernah bertindak bertentangan dengan suara hati atau
i

keyakinannya. Keselarasa yang berdasarkan kepalsuan, ketidak
adilan dan kebohongan akan disobeknya.
Contohnya, anak selalu menepati janjinya ketika dia
memang sudah berjanji sama orang lain, meskipun tidak ada
tuntutan dari orang lain. Dia memang benar-benar mengikuti apa
kata hatinya.
Orang yang tidak jujur senantiasa berada dalam pelarian.
Dia lari dari orang lain yang ditakuti sebagai ancaman, dan dia lari
dari dirinya sendiri karena tidak berani mengahadapi kenyataan
yang sebenarnya. Hanya rasa bersalahlah yang bakal menyelimuti
setiap harinya. Maka kejujuran membutuhkan keberaniyan.
Keberanian untuk berhenti melarikan diri dan menjadi diri sendiri.
(Suseno, 1987: 142-143)
Bersikiap jujur merupakan suatu keberanian yang sangat
penting, karena itu merupakan tameng kekuatan kita. Kita tidak akan
pernah dihantui rasa bersalah tetapi justru sebaliknya kita akan selalu
merasa aman.
c. Ikhlas
Ikhlas adalah murni atau bersih, tidak ada campuran. Bersih
suatu pekerjaan dari campuran motip-motip yang selain Allah , seperti
ingin di puji orang, ingin mendapatkan nama, dan lain sebagainya.

i

Jadi sesuatu pekerjaan dapat dikatakan ikhlas, kalau pekerjaan
itu dilakukan semata-mata karena Allah saja, menghadap ridho-Nya
dan pahala-Nya.
Ada orang yang membantu fakir miskin karena Allah sematamata, dan ada pula orang yang membantu fakir miskin juga tetapi
semata-mata karena ingin dipuji dan di katakana sebagaidermawan.
Lahir dari amal kedua orang itu sama saja tidak ada perbedaan apaapa, yaitu sama-sama memberikan bantuan kepada fakir miskin, tetapi
nilai amal orang yang pertama lebih tinggi dari pada orang yang
kedua.
Sabda Rasulullah SAW :
‫ف ص بتغي ب ج‬
‫ع أا ك‬
‫اي ي ه‬
Artinya:” Allah tidak menerima amal. Kecuali amal yang dikerjakan
dengan ikhlas karena dia semata-mata dan dimaksudkan
untuk mencari keridhaa-Nya. (H.R Ibnu Majah).
(Humaidi, 1991: 151-152)
Contohnya, ketika ada temannya yang kurang mampu dan ia
kemudian menolong dengan memberikan sedikit dari uang sakunya itu
karena ia memang benar-benar karena niat ia membantu dan jauh dari
niat ia yang semata-mata karena ingin dipuji oleh teman yang lain.
d. Qana’ah
Qana’ah adalah menerima dengan rela apa yang ada atau
merasa cukup dengan apa yang di miliki.

i

Qana’ah

dalam

pengertiannya

yang

luas

sebenarnya

mengandung 5 perkara yaitu:
1) Menerima dengan rela apa yang ada.
2) Memohon kepada tuhan tambahan yang pantas, disertai dengan
usaha atau ikhtiar.
3) Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan.
4) Bertawakal kepada Tuhan.
5)

Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
Kita tidak lupa daratan kalau sedang beruntung, dan jauh pula

dari sifat-sifat tamak dan rakus terhadap duniawi. Sebaliknya kita juga
tidak begitu kacau balau, susah dan gelisah kalau sedang merugi,
apalagi sampai menjadi gila, dan kemudian bunuh diri karena putus
asa. (Humaidi, 1991: 153-154)
Contoh, Anak diberi nasihat oleh bapak/ibunya mengenai
pekerjaan ayah/ibu yang menjadi TKI sehingga dia bisa menerima
keadaan keluarganya itu.
Menurut Suseno masih ada lagi yang harus ditanamkan pada
diri anak tersebut yaitu
e. Kesediaan untuk bertanggung jawab
Yang dimaksud dengan kesediaan bertanggung jawab disini
adalah :

i

1)

Kesediaan untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan
sebaik mungkin. Bertanggung jawab berarti suatu sikap terhadap
tugas yang membebani kita. Kita merasa tertarik untuk
menyelesaikannya,

demi

tugas

itu

sendiri.

Kita

akan

melaksanakan dengan sebaik mungkin, meskipun dituntut
pengorbanan atau kurang menguntungkan atau ditentang oleh
orang lain. Tugas itu bukan merupakan masalah di mana kita
berusaha untuk menyelamatkan diri tanpa menimbulkan kesan
yang buruk, melainkan tugas itu kita rasakan sebagai sesuatu yang
mulia.
2)

Kesediaan sikap bertanggung jawab mengatasi segala etika
peraturan. Etika peraturan hanya mempertanyakan apakah sesuatu
itu boleh atau tidak. Sedangkan sikap bertanggung jawab merasa
terikat pada hal yang dinilai perlu. Seperti para siswa yang
istirahat pada jam sekolah, karena memang saat itu jam untuk
istirahat.

3)

Kesediaan sikap bertanggung jawab artinya bersedia untuk
bertanggung jawab secara prinsipal tidak terbata. Dia tidak
membatasi perhatiannya pada apa yang menjadi urusan dan
kewajibannya, melainkan merasa bertanggung jawab di mana saja
ia di perlukan.

i

4)

Kesediaan sikap bertanggung jawab adalah kesediaan untuk
diminta, dan untuk memberikan pertanggung jawaban atas
tindakan-tindakannya, atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Contohnya, ketika ada PR (Pekerjaan Rumah) si anak
mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik dan selalu
dikerjakan. Tidak minta bantuan dari orang lain yang di suruh
mengerjakannya karena dalam diri anak itu sudah bebar-benar
tertanam rasa tanggung jawab.

f. Kerendahan hati
Yang dimaksud dengan kerendahan hati disini adalah kita
merendahkan diri, melainkan kita melihat diri kita seadanya. Kekuatan
batin untuk melihat diri kita sesuai dengan kenyataannya. Dengan
rendah hati kita betul-betul bersedia untuk memperhatikan dan
menanggapi setiap pendapat orang lain, bahkan untuk seperlunya
mengubah pendapat kita sendiri. (S