PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2011 – 2014) Wika Septian Prasetyo , Subchan , Sri Harjanto
PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
DENGAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL
MODERASI (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Tahun 2011- – 2014) ** ** * Wika Septian Prasetyo , Subchan , & Sri Harjanto
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memperoleh bukti empiris pengaruh manajemen laba terhadap Kinerja
Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi. Manajemen laba
diukur dengan proksi Discreationary Accrual menggunakan Modified Jones Model, Kinerja
Perusahaan diukur dengan proksi Return on Assets (ROA), dan Good Corporate Governance yang
diukur dengan menggunakan tiga variabel (dewan komisaris independen yang diproksi dengan
proporsi dewan komisaris independen, komite audit yang diproksi dengan jumlah komite audit, dan
kualitas audit yang diproksi dengan ukuran KAP). Populasi penelitian ini adalah 141 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011- –2014. Data penelitian diperoleh dari laporan keuangan
dan laporan tahunan perusahaan manufaktur periode tahun 2011-2014. Berdasarkan metode purposive
sampling, sampel yang diperoleh 33 perusahaan dengan jumlah observasi data sebanyak 132 data
yang berasal dari total perusahaan yang menjadi sampel dikali kurun waktu 2011-2014. Hipotesis
penelitian ini diuji menggunakan moderated regression Analysis. Hasil analisis menunjukkan bahwa
manajemen laba berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan dan komisaris independen
memoderasi negatif pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan, sedangkan komite audit
dan kualitas audit tidak memoderasi negatif pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan.
Kata kunci : manajemen laba, kinerja perusahaan, Good Corporate Governance, Discreationary
accruals, return on assets, dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas audit.
ABSTRACT
This study aimed to get empirical evidence about the effect of earnings management on the
Performance of Companies with good corporate governance as moderating variables. Earnings
management is measured by a proxy Discreationary Accrual Modified Jones Model, Corporate
Performance is measured by a proxy Return on Assets (ROA), and good corporate governance as
measured using three variables (independent commisioner structure measured by proxy the
proportion of independent board, an audit committee measured by proxy the number of audit
committee, and audit quality measured by proxy for firm size of Public Accountant). The population in
this study are 141 companies listed in the Indonesia Stock Exchange during 2011-2014. Data were
obtained from the financial statements and annual reports of manufacturing companies during 2011-
2014. Based on purposive sampling method, samples obtained a total of 33 companies with a total
number of observations data about 132 data derived from the total companies into the sample
multiplied during 2011-2014. The hypothesis in this study were tested using moderated regression
Analysis. The results show that earnings management negatively affect the performance of the
company and independent commissioners moderate the negative effects of earnings management on
the performance of the company, while the audit committee and audit quality does not moderate the
negative effects of earnings management on the performance of the company.
Keywords : earnings management, corporate performance, good corporate governance,
Discreationary accruals, return on assets, independent commisioner oard, audit committee and audit
quality.- * Mahasiswa Pascasarjana STIE Dharmaputra Semarang ** Dosen STIE Dharmaputra Semarang
Latar Belakang Masalah
Salah satu informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Laba juga kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu. Laba pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan (Boediono, 2005).
Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba lebih baik. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earnings management (Halim dkk, 2005).
Earnings management merupakan
tindakan manajemen yang berupa campur tangan dalam proses penyusunan laporan keuangan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraannya secara personel maupun untuk meningkatkan nilai perusahaan (Widyaningdyah,2001). Fenomena ini menunjukkan terjadinya skandal keuangan merupakan kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pengguna laporan. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis dapat memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan menjadi diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan (Boediono,2005).
Teori agensi memberikan pandangan bahwa masalah earnings management dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good corporate governance (Herawaty,2007). Good corporate
governance merupakan konsep yang
diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan (Nasution dan Setiawan,2007).
Oleh karena itu, Dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan (good
corporate governance) yang baik,
perusahaan perlu melakukan pembentukan dewan komisaris independen dan komite audit. Dewan komisaris merupakan inti dari
corporate governance yang ditugaskan
untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Komite audit ini merupakan usaha perbaikan terhadap cara pengelolaan perusahaan terutama cara pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena komite audit akan menjadi penghubung antara manajemen perusahaan dengan dewan komisaris maupun pihak eksternal lainnya (Palestin,2006).
Rumusan Masalah Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi 1) Apakah Manajemen Laba berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan? atau tidak terkonsentrasinya kepemilikan,
Komisaris Independen manipulasi laba, serta pengungkapan 2) Apakah
Laba terhadap Kinerja Perusahaan? Menurut Fitryani (2012), kinerja perusahaan dapat diukur juga dengan 3) Apakah Komite audit memoderasi pengaruh Manajemen Laba terhadap menggunakan return on assets (ROA).
Kinerja Perusahaan? ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 4) Apakah Kualitas audit memoderasi pengaruh Manajemen Laba terhadap
Kinerja Perusahaan? Dimana:
Tujuan Penelitian EAT : laba bersih setelah pajak
1. Memperoleh bukti empiris pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Manajemen Laba Perusahaan. Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki informasi tentang
2. Memperoleh bukti empiris pengaruh moderasi Komisaris Independen perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu terhadap hubungan antara Manajemen daripada pemilik sehingga terjadi asimetri Laba dengan Kinerja Perusahaan. informasi yang memungkinkan manajemen melakukan praktek akuntansi dengan
3. Memperoleh bukti empiris pengaruh moderasi Komite audit terhadap orientasi pada laba untuk mencapai suatu hubungan antara Manajemen Laba kinerja tertentu (Herawati,2007). Pilihan dengan Kinerja Perusahaan. metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan
4. Memperoleh bukti empiris pengaruh moderasi Kualitas audit terhadap tertentu dikenal dengan sebutan manajemen hubungan antara Manajemen Laba laba atau earnings management (Halim dengan Kinerja Perusahaan. dkk, 2005).
TINJAUAN PUSTAKA Pola Manajemen Laba
Kinerja Perusahaan Pola manajemen laba menurut Scott
Pengukuran kinerja membantu (2003; 383) dapat dilakukan dengan cara: manajer untuk melacak implementasi a. Taking a Bath strategi bisnis dengan membandingkan b. Income Minimization hasil aktual dengan tujuan strategis yang c. Income Maximization ditetapkan. Pengukuran kinerja dapat d. Income Smoothing bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Pengukuran kinerja jangka pendek Teknik
- –Teknik Manajemen Laba berkenaan dengan jangka waktu kurang peluang untuk
1. Memanfaatkan lebih satu tahun, sedangkan pengukuran membuat estimasi akuntansi. Cara jangka panjang mencakup kemampuan manajemen mempengaruhi laba untuk inovasi dan pengadaptasian melalui judgement (perkiraan) perubahan selama periode diatas satu tahun. terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, Contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contohnya yaitu rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.
Corporate Governance
Menurut David Crowther dan Shahla Seifi dalam bukunya Corporate
Governance and Internasional Business
(2011) menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan dapat dianggap sebagai lingkungan kepercayaan, etika, nilai moral dan kepercayaan diri - secara sinergis, usaha semua komponen penyusun yaitu pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat umum, profesional, profesional, penyedia layanan, dan sektor korporasi. Salah satu konsekuensi dari keprihatinan terhadap tindakan organisasi, dan konsekuensi dari tindakan tersebut, telah menjadi perhatian yang meningkat dengan tata kelola perusahaan.
Komisaris Independen
Dewan komisaris bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan
stakeholder perusahaan sebaik memonitor
2. Mengubah metode akuntansi.
efektifitas pelaksanaan good corporate governance (Nasution dan Setiawan, 2007). Pengukuran struktur dewan komisaris independen dilakukan dengan cara menghitung proporsi antara total dewan komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris (Veronica dan Utama, 2005).
Komite Audit
Komite audit bertugas sebagai penengah dua pihak untuk menimbang dan sebagai penghubung pandangan yang berbeda antara manjamen dan auditor untuk mencapai keseimbangan akhir, sehingga laporan lebih akurat (Suaryana, 2005). Pengukuran terhadap variabel komite audit dengan memperhitungkan jumlah anggota komite audit perusahaan sampel. Data mengenai jumlah komite audit diperoleh dari laporan keuangan pada bagian catatan atas laporan keuangan maupun laporan tahunan perusahaan (Veronica dan Utama, 2005).
Kualitas Audit
Menurut Palestin (2006), Manajemen perusahaan sebagai agen memerlukan jasa audit pihak ketiga yang memiliki reputasi terhadap kredibilitasnya yang tinggi agar tingkat kepercayaan pihak eksternal perusahaan (salah satunya principal) terhadap pertanggungjawabannya semakin tinggi, begitu pula sebaliknya pihak eksternal perusahaan memerlukan jasa audit pihak ketiga untuk meyakinkan dirinya bahwa laporan yang disajikan manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan .
Menurut Palestin (2006), Kualitas audit diukur dengan variabel dummy Big 4 atau tidak termasuk KAP Non Big 4, dimana jika auditor termasuk KAP Big 4 maka memiliki nilai 1 dan jika auditor tidak termasuk KAP Non Big 4 maka memiliki nilai 0.
HIPOTESIS Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Perusahaan
Manajemen Laba dapat mempengaruhi kinerja Perusahaan sesuai dengan hasil penelitian Fitriyani (2012), menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan . Hal ini didukung oleh penelitian Gunny (2005) yang menemukan bukti empiris bahwa aktivitas manajemen laba riil berdampak negatif pada kinerja operasional masa depan.
Penelitian Afriyenti (2009) menguji pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa manajemen laba mempengaruhi kinerja perusahaan. Afriyenti (2009) menggunakan cash flow
return on asset (CFROA) sebagai ukuran
dari kinerja perusahaan, sementara penelitian ini menggunakan return on asset (ROA). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis pertama yang dapat dibentuk adalah: H
1 : Manajemen Laba berpengaruh negatif terhadap Kinerja Perusahaan.
Pengaruh Komisaris Independen terhadap hubungan antara Manajemen Laba dengan Kinerja Perusahaan
Menurut Sukaesih (2014) bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak dapat memoderasi pengaruh manajeman laba terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Namun menurut Hamongan dan Mas’ud (2006) bahwa komisaris independen laba. Dengan kewenangan yang dimiliki oleh dewan komisaris independen dalam pengawasan aktivitas operasional perusahaan sehingga peluang manajemen melakukan perekayasaan laba yang lebih tinggi demi kepentingan pribadi akan menjadi sempit yang kemudian akan berimplikasi terhadap tingkat laba yang lebih rendah sehingga diharapkan komisaris independen dapat memoderasi negatif pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kedua yang dapat dibentuk adalah: H
2
: Komisaris Independen memoderasi negatif pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Perusahaan.
Pengaruh Komite Audit terhadap hubungan antara Manajemen Laba dengan Kinerja Perusahaan
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Komite audit mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan. Komite audit juga yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat
opportunistic manajemen yang melakukan
manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal (Hamongan dan Mas’ud, 2006). Manajemen laba berpengaruh positif dengan praktek corporate governance “komite audit” (Sukaesih, 2014). Komite Audit memiliki tugas membantu komisaris dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal yang akan mempersempit ruang gerak manajemen dalam melakukan perekayasaan laba yang lebih tinggi yang berimplikasi terhadap tingkat laba yang menjadi lebih rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis ketiga yang dapat dibentuk adalah: H
3
(Midiastuty, 2003), dengan tahapan sebagai berikut: a. Mengukur
plant and equipment) perusahaan
Dimana : TACt : total accruals perusahaan i pada periode t At-1 : total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1 REVt : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t RECt : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t PPEt : aktiva tetap (gross property
TACt/ At- 1 = α1(1/ At-1) + α2(ΔREVt / At-1) + α3(PPEt / At-)+ e
b. Menghitung nilai accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square):
Total Accrual (TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash flow from operating)
menggunakan model Jones yang dimodifikasi.
total accrual dengan
discretionary dan nondiscretionary
: Komite Audit memoderasi negatif pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Perusahaan.
penelitian Dechow,dkk (1996) dalam Halim,dkk (2005), Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen
management yang diukur dengan proxy discretionary accruals (DA). Penggunaan discretionary accruals sebagai proxy earnings management selain mengacu pada
Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah earnings
METODE PENELITIAN Variabel Independen
: Kualitas Audit memoderasi negatif pengaruh Manajemen Laba terhadap
4
Kualitas audit yang tinggi dapat dilihat dari ukuran besarnya KAP. KAP yang lebih besar lebih memiliki sumber daya yang besar untuk meningkatkan kualitas audit. KAP yang besar juga dianggap lebih memiliki keahlian dan insentif sehingga dapat mempengaruhi ddan membatasi tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Herawaty (2008) menjelaskan bahwa audit yang dilakukan KAP Big 4 akan dapat mengurangi aktifitas manajemen laba serta kualitas audit dapat memoderasi antara manajemen laba dan nilai perusahaan sedangkan Fitryani (2012) menjelaskan bahwa kualitas audit tidak dapat memoderasi pengaruh manajemen laba baik akrual maupun riil terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis keempat yang dapat dibentuk adalah: H
Pengaruh Kualitas Audit terhadap hubungan antara Manajemen Laba dengan Kinerja Perusahaan
tahun t
Kualitas audit diukur dengan variabel
NDAt = α1(1/ At-1) + α2((ΔREVt - ΔRECt) / At-1) + α3(PPEt / At-1) + e
NDAt : nondiscretionary accruals pada tahun t α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total
accruals
d. Menghitung discretionary accruals
DAit = (TACt / At-1) – NDAt
Dimana : DAit : discretionary accruals perusahaan i pada periode t
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan keuangan diukur dengan data yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan return on assets (ROA) (Fitryani, 2012). ROA didapatkan dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan total aset.
Populasi dalam penelitian ini meliputi semua perusahaan manufaktur yang sahamnya terdaftar di BEI sebanyak 141 perusahaan. Sedangkan untuk penentuan sampelnya didasarkan pada metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut sehingga perusahaan yang menjadi sample sebanyak 33 perusahaan dengan keseluruhan data sebanyak 132 data selama kurun waktu 2011
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
KAP Big 4 atau tidak termasuk KAP Non Big 4, dimana jika auditor termasuk KAP Big 4 maka memiliki nilai 1 dan jika auditor tidak termasuk KAP Non Big 4 maka memiliki nilai 0.
dummy dengan ketentuan auditor termasuk
c. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:
Data mengenai jumlah komite audit diperoleh dari laporan keuangan pada bagian catatan atas laporan keuangan maupun laporan tahunan perusahaan.
Kualitas Audit
- –2014
Komite Audit
Pengukuran struktur dewan komisaris independen dilakukan dengan cara menghitung proporsi antara total dewan komisaris independen dengan total anggota dewan komisaris.
Variabel Pemoderasi Dewan Komisaris Independen
Dimana : ROA : return on assets EAT : Laba bersih setelah pajak
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2011- 2014. Data sekunder tersebut diperoleh dari Situs Resmi BEI
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumenter, Informasi mengenai data akuntansi, return on assets (ROA), dan kualitas audit (KAP Big 4 dan KAP Non Big 4) diperoleh dari softcopy laporan keuangan dalam kurun waktu 2011-2014.
Pengukuran terhadap variabel komite audit dengan memperhitungkan jumlah anggota komite audit perusahaan sampel. Sedangkan informasi mengenai dewan ANALISIS DAN PEMBAHASAN komisaris independen dan komite audit
Uji Normalitas Data
didapat dari softcopy laporan tahunan Pengujian normalitas dalam perusahaan dalam kurun waktu 2011-2014. penelitian ini dilakukan menggunakan alat
Alat analisis data residu atas persamaan model regresi yang
digunakan dalam penelitian. Hasil uji
1. Analisis Statistik Deskriptif normalitas dapat dilihat dalam tabel berikut
2. Uji Asumsi Klasik ini.
3. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil Uji Normalitas dengan Kolomogrov - Smirnov Z
Indikator asymp.sig Alpha Keterangan Asymp. Sig. (2- 0,628 >0,05 Data berdistribusi tailed) normal
Sumber: Data sekunder diolah SPSS, 2015 Hasil uji normalitas seperti tersaji di
Uji Multikolinieritas
atas menunjukkan bahwa data penelitian Pengujian ini dilakukan dengan telah teredistribusi normal yang dibuktikan menggunakan tolerance value dan dengan asymp sig. sebesar 0,628 > 0,05. variance inflation factor (VIF). Hasil uji Oleh karena data penelitian telah multikolinieritas dapat dilihat pada tabel terdistribusi normal, maka data dapat berikut ini. digunakan dalam pengujian dengan model regresi berganda.
Hasil Uji Multikolinieritas Variabel independent Tolerance
VIF
Discretionary Accruals 0,101 9,921
Interaksi ( DA*KI) 0,252 3,973 Interaksi ( DA*KMA) 0,102 9,820 Interaksi ( DA*KA) 0,877 1,140
Sumber : Data diolah diolah SPSS, 2015 Tabel di atas menunjukkan bahwa
Uji Heteroskedastisitas
nilai tolerance untuk semua variabel dalam Dalam penelitian ini, uji yang tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,1 digunakan untuk mendeteksi adanya dan nilai value inflating factor (VIF) untuk heterokedastisitas dalam model regresi semua variabel dalam tiap-tiap model adalah scaterplot. Hasil uji regresi lebih kecil dari 10. Hasil pengujian heterokedastisitas dapat dilihat pada ini mengindikasikan bahwa dalam model- gambar berikut ini. model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak ada masalah multikolinieritas.
Gambar Hasil Uji Durbin Watson Scatterplot uji heteroskedastisitas Sumber: Data diolah by SPSS, 2014
(Lampiran 3) Bardasarkan tabel diketahui nilai DW kemudian akan dibandingkan dengan DW Tabel. Dengan signifikansi 5%, jumlah sampel 132, dan jumlah variabel independen adalah 4, maka du < d < 4-du maka di diperoleh DW hitung 1.7664 < 2,111 < 2,2336 yang menunjukkan tidak Berdasarkan gambar di atas menunjukkan terjadi autokolerasi. titik-titik menyebar dibawah dan ditas nilai nol. Sehingga dapat dinyatakan bahwa Hasil Pengujian Hipotesis dalam model ini tidak ada masalah Pada bagian ini akan dikemukakan heterskedastisitas. tentang hasil analisis data dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Model ini dimaksudkan untuk
Uji Autokolerasi
menganalisis Discretionary Accruals DW
(Manajemen Laba Akrual) terhadap 2,111 terhadap Return on Assets (Kinerja)
Uji autokorelasi menggunakan melalui Komisaris Independen, Komite model Durbin-Watson
Audit, Kualitas Audit sebagai variabel moderating, Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil regresi sebagai berikut:
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Model Beta Std. Error T hitung Sig. (constanta) 0,133 0,018 7,535 0,000
Discretionary Accruals -1,418 0,332 -4,266 0,000
Interaksi ( DA*KI)
- 0,832 0,420 -1,983 0,050 Interaksi ( DA*KMA)
0,437 0,085 5,158 0,000 Interaksi ( DA*KA)
0,471 0,099 4,771 0,000 Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS, 2015
Dari hasil estimasi didapat model
a. Nilai konstanta dari model diperoleh persamaan dalam penelitian ini sebagai nilai sebear 0,133. Hal ini menunjukkan berikut: jika variabel independen mempunyai
ROA = 0,133 - 1,418 DA - 0,832 (DA*KI) nilai konstan, maka nilai kontan return + 0,437 (DA*KMA) + 0,471 (DA*KA) + on asset sebesar 0,133. variabel Discretionary
ε b. Koefisein
Model tersebut dapat Accruals diperoleh sebesar -1,418 diintepretasikan sebagai berikut: dengan arah koefisien negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan
Discretionary Accruals akan menurunkan return on asset.
Uji signifikansi-F dilakukan guna menentukan good of fit test atau uji kelayakan model regresi untuk digunakan dalam melakukan analisis hipotesis dalam penelitian. Berikut disajikan hasil uji signifikansi-F pada tabel di bawah ini.
adj R² mendekati 0, maka variasi dari
1. Apabila adj R² mendekati 1, ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Sebaliknya jika nilai
Nilai adj R² berkisar antara 0 sampai
dengan menggunakan dua atau lebih variabel independen koefisien determinasiditunjukkan oleh nilai adjusted R square (adj R²). Penelitian ini menggunakan nilai adj R².
square (R²) dan untuk model regresi
Untuk model regresi dengan satu variabel independen koefisien determninasi ditunjukkan oleh nilai R
Uji Koefisien Determinasi (R²)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa probability value dari model regresi yang digunakan dalam penelitian 0,000 < 0,05. Hasil ini mengindikasikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan sebagai model regresi pengujian hipotesis. Sehingga secara simultan Discretionary Accruals Interaksi (DA*KI), Interaksi (DA*KMA) dan Interaksi (DA*KA) berpengaruh terhadap return on asset.
Regression 0,101 15,240 0,000 Model Fit Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2015
Hasil Uji Signifikan-F Model Mean Square F Signifikansi Keterangan
Uji Signifikan-F (Uji F)
c. Koefisein interaksi antara variabel
return on asset.
audit diperoleh sebesar 0,471 dengan arah koefisien positif. Hal ini intraksi Discretionary Accruals dan kualitas audit akan meningkatkan
Discretionary Accruals dan kualitas
e. Koefisein interaksi antara variabel
audit diperoleh sebesar 0,437 dengan arah koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan intraksi Discretionary Accruals dan komiter audit akan meningkatkan return on asset.
Discretionary Accruals dan komite
d. Koefisein interaksi antara variabel
return on asset.
dengan arah koefisien negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan intraksi Discretionary Accruals dan komisaris independen akan menurunkan
Discretionary Accruals dan komisaris
variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berikut ini disajikan hasil uji koefisien regresi untuk kelima model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
-0,832 0,420 -1,983 0,050
0,025 Signifikan Interaksi ( DA*KMA) 0,437 0,085 5,158 0,000 0,000 Signifikan Interaksi ( DA*KA) 0,471 0,099 4,771 0,000 0,000 Signifikan
Discretionary Accruals secara parsial
Accruals dan komisaris independen
Independen memoderasi negatif pengaruh manajemen laba terhadap Kinerja Perusahaan. interakasi antara Discretionary
b. Hipotesis 2 : Komisaris
perusahaan. Interpretasi pada hasil hipotesis ini diterima, yaitu manajemen laba berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.
Accruals juga akan meningkatkan return on asset atau kinerja
perusahaan sebesar 1,418. Sebaliknya penurunan nilai Discretionary
Accruals sebesar 1, akan menurunkan return on asset atau kinerja
dengan nilai -1,418. Artinya setiap peningkatan nilai Discretionary
Discretionary Accruals adalah negatif
Adapun tanda koefisien untuk variabel
Discretionary Accruals 0,000 < 0,05.
berpengaruh terhadap return on asset atau kinerja perusahaan pada tingkat signifikansi 0,05, dengan nilai sig.
: Manajemen Laba berpengaruh negatif terhadap Kinerja Perusahaan.
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model R R square Adjusted R Square
Hasil pengujian statistik t pada tabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2015
Error Discretionary Accruals -1,418 0,332 -4,266 0,000 0,000 Signifikan Interaksi ( DA*KI)
Keterangan Beta Std.
Sig. One tail
Sig.
Variabel Unstandardized Coefficients t hitung
Uji signifikansi-t dimaksudkan untuk pengujian pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian sebagaimana dinyatakan dalam hipotesis penelitian ini.. Adapun hasil uji signifikansi-t dalam penelitian ini sebagaiman pada tabel di bawah ini. Hasil Uji Koefisien t (Uji-t)
Uji Koefisien Regresi (Uji-t)
(DA*KMA) dan Interaksi (DA*KA) mampu menjelaskan variabilitas variabel dependen return on asset sebesar 33,9%. Sementara itu, sisanya sebesar 66,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
Accruals, Interaksi (DA*KI), Interaksi
Sumber: Data diolah dengan SPSS, 2015 Hasil pengujian mengindikasikan bahwa nilai Adjusted R² sebesar 0,339 yang menunjukkan bahwa 33,9%. Hasil ini mengindikasikan bahwa variabel independen dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel Discretionary
Std. Error of the Estimate 1 0,602 0,363 0,339 0,08129
a. Hipotesis 1
secara parsial berpengaruh terhadap
juga akan menaikan return on asset atau kinerja perusahaan. Interpretasi pada hasil hipotesis ini diterima yaitu Komisaris Independen memoderasi negatif pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan.
Discretionary Accruals dan kualitas
return on asset atau kinerja
audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap return on asset atau kinerja perusahaan pada tingkat signifikansi 0,05, dengan nilai sig. 0,000 < 0,05. Adapun tanda koefisien untuk variabel interakasi antara Discretionary
Accruals dan kualitas audit adalah
positif dengan nilai 0,471. Artinya setiap peningkatan nilai interakasi antara Discretionary Accruals dan kualtias audit sebesar 1, akan menaikkan return on asset atau kinerja perusahaan sebesar 0,471. Sebaliknya penurunan nilai interakasi antara Discretionary Accruals dan kualitas audit juga akan menurunkan
: Komite Audit memoderasi negatif pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan. interaksi antara Discretionary
Accruals dan komisaris independen
perusahaan. Interpretasi pada hasil hipotesis ini ditolak, yaitu Komite audit tidak dapat memoderasi negatif pengaruh manajemen laba dengan d. Hipotesis 4
0,832, Sebaliknya penurunan nilai interakasi antara Discretionary
asset atau kinerja perusahaan sebesar
sebesar 1, akan menurunkan return on
Accruals dan komisaris independen
Artinya setiap peningkatan nilai interakasi antara Discretionary
Accruals dan komisaris independen adalah negatif dengan nilai -0,832.
perusahaan pada tingkat signifikansi 0,05, dengan nilai sig. 0,025 < 0,05. interakasi antara Discretionary
: Kualitas Audit memoderasi negatif pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan. interaksi antara
c. Hipotesis 3
return on asset atau kinerja
akan menaikkan return on asset atau kinerja perusahaan sebesar 0,437. Sebaliknya penurunan nilai interakasi antara Discretionary Accruals dan komite audit juga akan menurunkan
Accruals dan komite audit sebesar 1,
on asset atau kinerja perusahaan pada
parsial berpengaruh terhadap return
Accruals dan komite audit secara
return on asset atau kinerja
perusahaan. Interpretasi pada hasil hipotesis ini ditolak, yaitu kualitas audit tidak memoderasi negatif pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan.
Pembahasan hasil penelitian Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Perusahaan
Manajemen laba dalam penelitian ini mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan (H1 diterima). Secara empiris hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2005), yang menunjukkan bahwa aktivitas manajemen laba rill berdampak negatif pada kinerja operasinal masa depan. Begitu juga dengan penelitian yang
tingkat signifikansi 0,05, dengan nilai sig. 0,000 < 0,05. Adapun tanda koefisien untuk variabel interakasi antara Discretionary Accruals dan komite audit adalah positif dengan nilai 0,437. Artinya setiap peningkatan nilai interakasi antara Discretionary dilakukan oleh Afriyenti (2009) yang menunjukkan bahwa manajemen laba mempengaruhi kinerja perusahaan. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Fitriyani (2012), yang menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Sehingga dengan demikian semakin tinggi manajemen laba dalam perusahaan maka akan menurunkan kinerja perusahaan.
Komisaris Independen memoderasi Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Perusahaan.
Komisaris independen dalam penelitian ini dapat memoderasi pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan (H2 diterima). Secara teoritis hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Vafeas (2000) dalam Hamongan dan Mas’ud (2006) menyatakan bahwa peranan dewan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Lebih lanjut Hamongan dan Mas’ud, (2006), juga mengatakan bahwa Dewan komisaris independen sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Hasil dari penelitian ini bisa membuktikan hal tersebut sehingga adanya komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Adanya pengaruh ini bisa jadi dikarenakan peluang pihak manajemen dalam melakukan perekayasaan laba menjadi lebih sempit dengan adanya dewan komisaris independen yang berfungsi sebagai puncak sistem pengelolaan internal perusahaan..
Komite Audit memoderasi Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Perusahaan.
Komite audit dalam penelitian ini laba terhadap kinerja perusahaan, namun karena arahnya positif (H3 ditolak). Hasil ini secara teoritis sejalan dengan pendapat Hamongan d an Mas’ud (2006), yang mengatakan bahwa Komite audit mempunyai tanggung jawab utama untuk membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya terutama dengan masalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan. Komite audit juga yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat
opportunistic manajemen yang melakukan
manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal sehingga dengan demikian ruang gerak manajemen dalam melakukan perekayasaan laba semakin sempit dan laba yang disajikan mendekati tingkat kewajaran.
Kualitas Audit memoderasi Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Perusahaan.
Kualitas audit dalam penelitian ini dapat memoderasi pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan, namun karena arahnya positif (H4 ditolak). Hasil ini secara teoritis sejalan dengan pendapat Herawaty (2008) menunjukkan bahwa audit yang dilakukan KAP Big 4 akan dapat mengurangi aktifitas manajemen laba serta kualitas audit dapat memoderasi antara manajemen laba dan nilai perusahaan. Hal tersebut terjadi karena KAP yang besar juga dianggap lebih memiliki keahlian dan insentif sehingga tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Namun berdasarkan hasil penelitian ini interaksi kualitas audit dan manajemen laba dapat mempengaruhi naik turunnya kinerja perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Discretionary Accruals secara parsial berpengaruh terhadap return on asset atau kinerja perusahaan pada tingkat signifikansi 0,05, dengan nilai sig.
Discretionary Accruals 0,0000<0,05,
sehingga H1 diterima yaitu manajemen laba berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.
2. Interakasi antara Discretionary
Accruals dan komisaris independen
secara parsial berpengaruh terhadap
return on asset atau kinerja
perusahaan pada tingkat signifikansi 0,05, dengan nilai sig. 0,025 < 0,05, sehingga H2 diterima yaitu Komisaris Independen memoderasi negatif pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Perusahaan.
untuk melihat dampak tindakan manajemen laba terhadap kinerja perusahaan.
Profit Margin atau Harga Saham
3. Disarankan untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variable dependen lainnya yaitu Net
2. Disarankan untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan periode tahun penelitian yang terbaru dan jumlah sampel perusahaan dapat lebih banyak untuk dapat menggambarkan perilaku tindakan manajemen laba perusahaan manufaktur terbaru; dan
1. Disarankan untuk peneliti selanjutnya diharapkan mencari sumber data lain selain www.idx.co.id atau Indonesian Capital Market Directory (ICMD) agar data yang diperoleh lebih lengkap;
Saran
tingkat signifikansi 0,05, dengan nilai sig. 0,000 < 0,05, sehingga H4 ditolak yaitu kualitas audit tidak memoderasi negatif pengaruh Manajemen Laba
DAFTAR PUSTAKA
on asset atau kinerja perusahaan pada
Accruals dan kualitas audit secara
4. Interakasi antara Discretionary
tingkat signifikansi 0,05, dengan nilai sig. 0,000 < 0,05, sehingga H3 ditolak yaitu Komite Audit tidak memoderasi negatif pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Perusahaan.
on asset atau kinerja perusahaan pada
parsial berpengaruh terhadap return
Accruals dan komite audit secara
3. Interakasi antara Discretionary
Afriyenti, Mayar. 2009. Pengaruh Acrual
Earning Management dan Real Earning Management terhadap
Kinerja Perusahaan dengan Struktur Kepemilikian sebagai variabel moderasi: Studi Empiris di BEI.
Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta. Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate
Accounting Edisi 8. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Boediono, Gideon. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan
parsial berpengaruh terhadap return
Herawati, Vinola. 2007. “Peran Praktek
Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”. Hal.1 .
Indraswari, Ratih. 2010. “Pengaruh Status Internasional, Diversifikasi Operasi dan Legal Origin terhadap Manajemen Laba (Studi Perusahaan Asia yang terdaftar di NYSE)“.
Simposium Nasional Akuntansi 13.
Purwokerto tanggal 15-16 September. Jensen, Michael C dan William H.
Mecklikng. 1976. “Theory of the firm : Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics. Vol. 3. No. 4 hal. 305
- – 360.
Luhgiatno. 2008. “Mencegah Tindakan Manajemen Laba dengan Mekanisme Corp
orate Governance” . Fokus Ekonomi. Vol. 3. No.2.
Ma’ruf, Muhammad. 2006. “Analisis Faktor
- –Faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan go
public
di Bursa Efek Jakarta”.Skripsi S1. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Tidak dipublikasikan.