View of Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi, Respirasi Dan Suhu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi
Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengkajian yang meliputi karakteristik, nadi, respirasi dan suhu, yang dirancang sendiri oleh peneliti baik untuk posisi prone maupun supine.
Pada tahap ini peneliti melakukan pengambilan data pada 2 kelompok intervensi prone dan supine , secara simultan dalam artian jika pada waktu bersamaan mendapatkan BBLR yang sesuai dengan kriteria penelitian pada kelompok posisi prone dan supine , maka peneliti melakukan pengukuran dan perlakuan secara bergantian, agar masing-masing responden terpantau dengan baik.
Pada kelompok intervensi posisi prone melakukan pengukuran nadi, respirasi, suhu, memberikan posisi prone selama 20 menit (pemantauan ketat selama perlakuan), kemudian melakukan pengukuran secara berurutan nadi, respirasi dilanjutkan pengukuran suhu, memberikan posisi supine.
Pada kelompok posisi supine
Melakukan pengukuran nadi, respirasi, suhu, memberikan posisi supine selama 20 menit (pemantauan ketat selama intevensi), kemudian melakukan pengukuran nadi, respirasi, suhu, memberikan posisi miring kanan dan semua data didokumentasikan pada instrument.
1. Analisa Deskriptif
Dalam analisis deskriptif ini terdiri dari analisis deskriptif terhadap karakteristik responden dilakukan dengan distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan analisis deskriptif untuk Dalam analisis deskriptif ini terdiri dari analisis deskriptif terhadap karakteristik responden dilakukan dengan distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan analisis deskriptif untuk
2. Analisa Inferens
Dalam penelitian ini analisis inferens untuk menguji hipotesis pengaruh intervensi terhadap Berat Bayi Lahir Rendah dilakukan dengan menggunakan uji T 2 sampel independen sedangkan untuk menguji hipotesis perbedaan pengaruh antar intervensi menggunakan uji t 2 sampel berpasangan.
Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov- Smirnov dan didapatkan data mengikuti distribusi yang normal. Untuk menguji perbedaan pengaruh dua kelompok intervensi maka digunakan uji t 2 sampel independen.
Hasil Penelitian
1. Analisis Data Karakteristik Responden
Hasil analisis data karakteristik responden Berdasarkan Usia, Berat Badan Lahir dan Panjang Badan Lahir baik yang dikenai perlakuan posisi prone dan supine didasarkan pada nilai mean, median, simpangan baku, nilai minimal dan nilai maksimal dapat terlihat pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1
Distribusi Responden berdasarkan Usia, Berat Badan Lahir dan Panjang Badan Lahir
Usia (jam)
BBL (gram)
PB (cm)
Supine
42.38 42.00 2.63 38-47
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi prone nilai rerata usia
30.88 jam, median 30.00 jam, simpangan baku 4.14 dan nilai maksimal-minimal adalah 26-38 30.88 jam, median 30.00 jam, simpangan baku 4.14 dan nilai maksimal-minimal adalah 26-38
Pada tabel 4.1 ini juga dapat terlihat rerata berat bayi lahir pada kelompok intervensi prone 2.015 gram, midian 2.000 gram, simpangan baku 0.25 dan nilai maksimal-minimal 1650- 2400 gram, sedangkan pada kelompok intervensi supine nilai rerata 1.998 gram, median 2.050 gram, simpangan baku 0.33 dan nilai maksimal - minimal adalah 1500-2425 gram.
Demikian juga terlihat pada tabel 4.1 bahwa rerata panjang badan responden pada kelopok intervensi prone 44.00 cm, median 44.00 cm, simpangan baku 1.69 dan nilai maksimal- minimal adalah 38-47 cm, sedangkan pada kelompok inervensi supine dengan nilai rerata 42.38 cm, median 42.00 cm, simpangan baku 2.63 dan nilai maksimal-minimal 38-47 cm.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin baik yang dikenai perlakuan posisi prone dan supine didasarkan pada distribusi frekuensi dan persentase, selengkapnya dijelaskan pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelami N = 34
Terlihat pada tabel 4.2 bahwa dari kedua kelompok intervensi, responden sebagian besar dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 64.7% kelompok intervensi prone dan 52.9% pada kelompok intervensi supine.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Gestasi baik yang dikenai perlakuan posisi prone dan perlakuan posisi supine didasarkan pada distribusi frekuensi dan persentase.
Hasil selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Gestasi N = 34
Prone 33-34
Supine 33-34
Pada tabel 4.3 dapat terlihat bahwa masa gestasi pada kedua kelompok intervensi sebagian besar dengan masa gestasi 34-35 minggu sebesar 47.1% pada kelompok intervensi prone dan 41.2% pada kelompok intervensi supine.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Persalinan baik yang dikenai perlakuan posisi prone dan posisi supine didasarkan pada distribusi frekuensi dan persentase diuraikan pada tabel 4.4 berikut
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Persalinan N = 34
Sectio Caesar
Sectio Caesar
Pada tabel 4.4 diketahui bahwa dari 17 responden baik pada kelompok posisi prone dan posisi supine keduanya sebagian besar dengan jenis persalinan spontan. Jika dibandingkan antara kelompok posisi prone dan kelompok posisi supine masih lebih banyak kelompok posisi prone untuk jenis persalinan spontan yaitu dengan 94.1% dan supine 76.5 %.
d. Hasil uji normalitas data nadi, respirasi dan suhu sebelum dan sesudah intervensi prone dan supine sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan dapat dijelaskan pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Nadi, Respirasi dan Suhu Sebelum dan Sesudah Intervensi Prone dan Supine
N = 34
Hasil Uji
Sebelum Respirasi
Sesudah Respirasi
Nolmal
Sebelum Respirasi
Sesudah Respirasi
Berdasarkan Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa hasil uji normalitas data nadi, respirasi dan suhu sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok intervensi menghasilkan nilai p-value semuanya >0.005, hal ini menunjukkan bahwa semua data baik sebelum dan sesudah intervensi mengikuti distribusi normal.
e. Gambaran nadi, respirasi dan suhu sebelum dilakukan intervensi pada kedua kelompok intervensi prone dan kelompok intervensi supine sebelum dilakukan intervensi, selengkapnya hasil analisis terdapat pada tabel 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Nadi, Respirasi dan Suhu Responden Sebelum Dilakukan Intervensi
N = 34 Kelompok
Variabel
Min-Mak Intervensi
Berdasarkan Tabel 4.6 menjelaskan bahwa pada posisi prone memiliki nadi minimal 143 kali/menit dan maksimal 167 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing- Berdasarkan Tabel 4.6 menjelaskan bahwa pada posisi prone memiliki nadi minimal 143 kali/menit dan maksimal 167 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-
Berdasarkan Tabel 4.6 juga memperlihatkan bahwa untuk posisi prone memiliki respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 68 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 53.59 kali/menit, 52.00 kali/menit dan 9.51, sedangkan pada posisi supine memiliki respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 60 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 48.94 kali/menit, 47.00 kali/menit dan 5.89.
Pada Tabel 4.6 juga memperlihatkan bahwa untuk posisi prone memiliki suhu minimal 36.3ºC dan maksimal 37.6ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 37.05ºC, 37.1ºC dan 0.31, sedangkan pada intervensi supine memiliki suhu minimal 36.8 ºC dan maksimal 38.8ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 37.06ºC, 36.9ºC dan 0.46.
f. Gambaran Nadi, Respirasi dan Suhu Setelah Dilakukan Intervensi pada BBLR dapat dilihat pada Table 4.7 berikut ini :
Tabel 4.7 Distribusi Nadi, Respirasi dan Suhu Responden Setelah Dilakukan Intervensi N = 34
Berdasarkan Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa posisi prone nadi minimal 140 kali/menit dan maksimal 160 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 149.71 kali/menit, 148.00 kali/menit dan 7.51, sedangkan posisi supine memiliki nadi minimal 143 Berdasarkan Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa posisi prone nadi minimal 140 kali/menit dan maksimal 160 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 149.71 kali/menit, 148.00 kali/menit dan 7.51, sedangkan posisi supine memiliki nadi minimal 143
Berdasarkan Tabel 4.7 juga memperlihatkan pada posisi prone memiliki respirasi rate minimal 38 kali/menit dan maksimal 66 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 50.24 kali/menit, 51.00 kali/menit dan 8.93, sedangkan pada posisi supine memiliki respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 60 kali/menit dengan rerata dan simpangan baku masing-masing 50.24 kali/menit, 49.00 kali/menit dan 7.28.
Pada Tabel 4.7 juga memperlihatkan bahwa posisi prone memiliki suhu minimal 36.3ºC dan maksimal 37.5ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 37.02ºC, 37.10ºC dan 0.30, sedangkan pada kelompok posisi supine memiliki suhu minimal 36.8ºC dan maksimal 37.3ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 36.9ºC, 36.90ºC dan 0.122.
g. Perbedaan Efek Posisi Prone dan Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi dan Suhu Responden
Sebelum dijelaskan hasil analisa perbedaan efek posisi prone dan supine terhadap nadi, respirasi dan suhu BBLR, maka akan dijelaskan terlebih dahulu pengaruh efek dari kedua intervensi sebagaimana dijelaskan pada tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8 Perbedaan Efek Sebelum dan Sesudah Posisi Prone dan Efek Sebelum dan Sesudah Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi dan Suhu Responden N = 34
Inter- Varia-bel
p- Value Korelasi vensi
0.883 Supine Respirasi
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji hipotesis Efek Posisi Prone Terhadap Nadi p-value 0.001. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) secara signifikan ditolak yang memiliki makna Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji hipotesis Efek Posisi Prone Terhadap Nadi p-value 0.001. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) secara signifikan ditolak yang memiliki makna
Pada Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji hipotesis Pengaruh Posisi Prone Terhadap Respirasi Rate menghasilkan p-value 0.001. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) secara signifikan ditolak yang memiliki makna terdapat efek posisi prone terhadap respirasi rate, dengan nilai indeks korelasi 0.944 menunjukkan terdapat efek yang sangat kuat posisi prone terhadap respirasi rate.
Berdasarkan Tabel 4.8 juga menunjukkan hasil uji hipotesis Efek Posisi Prone Terhadap Suhu menghasilkan p-value 0.056. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) diterima yang memiliki makna tidak terdapat efek posisi prone terhadap suhu. Demikian juga Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji hipotesis Efek Posisi Supine Terhadap Nadi menghasilkan p-value 0.058. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) diterima yang memiliki makna tidak terdapat efek posisi supine terhadap nadi. Pada Tabel 4.8 juga menunjukkan hasil uji hipotesis pengaruh posisi supine terhadap respirasi rate menghasilkan p-value 0.085. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) diterima yang memiliki makna tidak terdapat efek posisi supine terhadap respirasi rate. Tabel 4.8 juga menunjukkan hasil uji hipotesis efek posisi supine terhadap suhu menghasilkan p- value 1.000. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) diterima yang memiliki makna tidak terdapat efek posisi supine terhadap suhu. Adapun hasil analisis perbedaan selisih efek posisi prone dan supine terhadap nadi, respirasi dan suhu BBLR akan dijelaskan pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Perbedaan Selisih Efek Posisi Prone dan Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi dan Suhu Responden N = 34
Prone
Supine
Leven t
Hitung value bel
Varia- Test
Se-
Sesu-
Sebe- Sesu-
3.484 0.001 Respi- rasi 53.59
Suhu
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil Uji Levene menghasilkan p-value 0.611 yang memiliki makna bahwa kedua data posisi prone dan supine memiliki varians yang sama (terjadi homogenitas varians). Berdasarkan nilai p-value 0.001 pada uji t independen memperlihatkan
bahwa hipotesis nol (H 0 ) ditolak yang menunjukkan terdapat perbedaan efek antara posisi prone dengan posisi supine terhadap Nadi. Tabel 4.9 juga menunjukkan bahwa hasil Uji Levene menghasilkan p-value 0.976 yang memiliki makna bahwa kedua data posisi prone dan supine memiliki varians yang sama (terjadi homogenitas varians). Berdasarkan nilai p-value 0.056 pada uji t independen memperlihatkan
bahwa hipotesis nol (H 0 ) diterima yang berarti menunjukkan tidak terdapat perbedaan efek antara posisi prone dengan posisi supine terhadap Respirasi Rate. Pada Tabel 4.9 menunjukkan juga bahwa berdasarkan hasil Uji Levene menghasilkan p- value 0.102 yang memiliki makna bahwa kedua data posisi prone dan supine memiliki varians yang sama (terjadi homogenitas varians). Berdasarkan nilai p-value 0.206 pada uji t independen
memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) diterima yang berarti menunjukkan tidak terdapat perbedaan efek antara posisi prone dengan posisi supine terhadap Suhu.
Interprestasi dan Diskusi
1. Karakteristik Responden
a. Usia, berat bayi lahir dan panjang lahir
Rerata usia responden pada kelompok intervensi prone yaitu 30.88 jam dan 30.47 jam pada kelompok intervensi supine. Rentang usia pada kelompok prone antara 26 hingga 38 jam dan pada kelompok supine antara 24 hingga 44 jam. Bobak (2006) menyatakan usia bayi lebih dari 24 jam sudah melewati masa reaktifitas tahap dua, sehingga secara fisiologis bayi sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan luar rahim.
Rerata berat bayi lahir 2.015 gram pada kelompok intervensi prone dan 1.998 gram pada kelompok intervensi supine. Hal ini sesuai dengan pendapat Krisnadi, Effendi dan Pribadi (2009) bahwa BBLR adalah berat bayi lahir antara 1.500-2500 gram.
Pada penelitian ini rerata panjang badan responden adalah 44.00 cm pada kelompok intervensi prone dan 42.38 cm pada kelompok intervensi supine. Panjang badan ini sesuai yang dikemukakan Bobak (2006) bahwa panjang badan bayi prematur dari kepala sampai ujung tumit kurang dari 45 cm. Panjang badan merupakan salah satu indicator pertumbuhan janin/bayi dalam rahim, semakin baik pertumbuhan janin tentu saja panjang badan akan sebanding dengan berat badan. Pada penelitian ini peneliti menetapkan kriteria inklusi BBLR dengan premature murni, sehingga panjang badan responden rerata tidak jauh berbeda dengan literatur.
b. Jenis kelamin
Proporsi laki-laki dari kedua kelompok intervensi lebih besar dibandingkan dengan perempuan dalam penelitian ini, pada kelompok intervensi prone jenis kelamin laki-laki 64.7% dan pada kelompok intervensi supine 52.9%. Hal ini dimungkinkan terjadi karena penelitian tidak berdasarkan randomisasi jenis kelamin, sehingga memungkinkan jenis kelamin tertentu bisa lebih banyak/sedikit atau sama bisa terjadi. Peneliti belum menemukan literature bahwa jenis kelamin mempengaruhi terjadinya BBLR.
c. Masa Gestasi
Masa gestasi pada kedua kelompok intervensi sebagian besar dengan masa gestasi 34-35 minggu sebesar 47.1% pada kelompok intervensi prone dan 41.2% pada kelompok intervensi supine , tetapi jika dibandingkan pada kedua kelompok didapatkan kelompok intervensi prone lebih banyak pada masa gestasi 34-35 minggu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Heimann (2009) pada masa gestasi rerata 28 minggu dengan masa gestasi responden antara 24-32 minggu. Hasil penelitian sesuai dengan Bobak (2006) persalinan prematur adalah pesalinan pada usia kehamilan 20-37 minggu. Mengamati usia gestasi pada kedua penelitian tersebut masih dalam batas usia gestasi bayi prematur.
d. Jenis Persalinan Pada penelitian ini diketahui bahwa dari 17 responden baik pada kelompok posisi prone dan kelompok posisi supine keduanya lebih banyak dengan jenis persalinan spontan. Jika dibandingkan antara kelompok posisi prone dan kelompok posisi supine masih lebih banyak kelompok posisi prone untuk jenis persalinan spontan yaitu dengan 94.1% dan kelompok inervensi supine 76,5%.
Hal ini sesuai dengan (Bobak, 2006) bahwa bayi dengan berat badan lebih kecil akan lahir dengan persalinan spontan. Sebagian kecil responden dengan jenis persalinan seksio caesar hal tersebut didukung oleh Short, Gray dan Dodge (2010) bahwa persalinan seksio caesar diperlukan sekalipun pada bayi kecil apabila terjadi kelainan obstetric.
1. Gambaran Nadi, Respirasi dan Suhu Sebelum Dilakukan Intervensi
Pada penelitian ini hasil pengukuran nadi untuk posisi prone memiliki nadi minimal 143 dan maksimal 167 dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 154.59, 151.00 dan 8.80. Sedangkan pada kelompok posisi supine memiliki nadi minimal 143 dan maksimal 160 dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 150.71, 150.00 dan 5.25. Hasil ini sesuai dengan Bobak (2006) bahwa denyut nadi bayi baru lahir tanpa memperhitungkan masa gestasi, berkisar antara 140-180 kali/menit. Pada responden kelompok posisi prone memiliki respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 68 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 53.59 kali/menit, 52.00 kali/menit dan 9.51, sedangkan untuk posisi supine memiliki respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 60 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 48.94 kali/menit, 47.00 kali/menit dan 5.89. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suek (2012) memiliki rerata frekuensi pernapasan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi prone masing-masing adalah 34.16 kali/menit dan 32.35 kali/menit (SD: 6.36; 95% CI: 30.64-37.69). Kedua penelitian ini rerata respisai ratenya dalam batas fisiologi.
Nilai maksimal-minimal, Rerata, median dan simpangan baku untuk suhu tubuh BBLR sebelum dilakukan intervensi pada kelompok posisi prone masing-masing 36.3-37.6ºC, 37.05ºC, 37.10ºC dan 0.31, sedangkan pada kelompok intervensi supine nilai maksimal-minimal, rerata, median dan simpangan baku masing-masing 36.8-37.3ºC, 37,06ºC, 36.90ºC dan 0.46.
Suhu tubuh inti atau biasa disebut suhu aksilar pada bayi termasuk BBLR bervariasi sesuai dengan periode reaktivitas, namun biasanya berkisar 36,5˚C sampai dengan 37,5˚C (Bobak, 2006). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayuningsih (2011) yang mempunyai rerata suhu bayi premature pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi prone adalah 36,76ºC dan 36,53ºC.
Hal ini terjadi kesamaan dimungkinkan karena sampelnya sama-sama bayi prematur dan dirawat dengan inkubator. Suhu ruang inkubator selalu diatur antara 36ºC sampai dengan 36,5ºC, hal ini cara efektif untuk mempertahankan suhu yang diinginkan pada bayi Blake dan Murray (1998, dalam Wong, 2009:291).
2. Gambaran Nadi, Respirasi dan Suhu Setelah Dilakukan Intervensi
Setelah dilakukan intervensi pada kelompok prone memiliki nadi minimal 140 kali/menit dan maksimal 160 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing- masing 149.71 kali/menit, 148.00 kali/menit dan 7.51, sedangkan pada kelompok posisi supine memiliki nadi minimal 143 kali/menit dan maksimal 165 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 152.12 kali/menit, 151.00 kali/menit dan 6.99.
Pada kelompok posisi prone memiliki respirasi rate minimal 38 kali/ menit dan maksimal
66 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 50.24 kali/menit,
51.00 kali/menit dan 8.93, sedangkan pada posisi supine didapatkan respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 60 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing- masing 50.24 kali/menit, 49.00 kali/menit dan 7.28.
Setelah dilakukan intervensi posisi prone mendapatkan hasil suhu minimal 36.3ºC dan maksimal 37.5ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 37.02ºC, 37.10ºC dan 0.30, sedangkan untuk posisi supine memiliki suhu minimal 36.8 dan maksimal 37.3ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 36.94ºC, 36.90ºC dan 0.122.
Dari ketiga variable tersebut setelah dilakukan intervensi memiliki hasil dalam batas normal, sesuai dengan Bobak (2006) bahwa pola respirasi dangkal dan tidak teratur berkisar antara 30 sampai 60 tarikan napas per menit pada neonatus merupakan hal fisiologi, demikian juga disebutkan bahwa suhu tubuh inti atau biasa disebut suhu aksilar pada bayi termasuk BBLR berva riasi sesuai dengan periode reaktivitas, namun biasanya berkisar 36,5˚C sampai dengan 37,5˚C dan nilai normal frekuensi nadi pada neonatus adalah 120-160 kali/menit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bayuningsih (2011) rereta nadi 146.87 kali/menit pada kelompok control, 137.93 kali /menit pada kelompok intevensi dan rerata suhu 36.67ºC pada kelompok control serta 36.55 pada kelompok intervensi. Hasil penelitian keduanya sama dimungkinkan karena fisiologisnya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan.
3. Efek Posisi Prone dan Supine terhadap Nadi, Respirasi dan Suhu Setelah Dilakukan Intervensi
Setelah dilakukan intervensi pada dua kelompok, uji hipotesis Efek Posisi Prone Terhadap Nadi menghasilkan p-value 0.001. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) secara signifikan ditolak yang memiliki makna terdapat efek posisi prone terhadap nadi, dengan nilai indeks korelasi 0.947 menunjukkan terdapat efek yang sangat kuat posisi prone terhadap nadi. Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Maynard, Bignall dan Kitchen (2000) penelitiannya pada bayi prematur tanpa menggunakan ventilator, dengan memberikan posisi prone selama 20 menit, hasil penelitiannya didapatkan rerata frekuensi nadi dengan perlakukan prone lebih kecil dibandingkan dengan sebelum diberikan posisi prone dengan nilai p value 0,0008 diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi nadi pada posisi prone. Hasil penelitian ini sama karena sampel dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu tanpa menggunakan ventilator dan yang peneliti lakukan pada BBLR dengan masa gestasi antara 28-29 sampai dengan 35-36 minggu juga tanpa ventilator.
Uji hipotesis Pengaruh Posisi Prone Terhadap Respirasi Rate menghasilkan p-value 0.001. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) secara signifikan ditolak yang memiliki makna terdapat efek posisi prone terhadap respirasi rate, dengan nilai indeks korelasi 0.944 menunjukkan terdapat efek yang sangat kuat posisi prone terhadap respirasi rate. Hasil penelitian ini didukung (Pelosi, Brazzi dan Gattinoni, 2002). yang menyatakan bahwa, meletakkan bayi pada posisi prone, gravitasi dapat menarik lidah ke anterior sehingga jalan nafas lebih baik, dengan demikian udara dapat masuk keparu-paru, alveoli dan keseluruh jaringan tubuh. Posisi yang terbaik untuk bayi adalah posisi fleksi posisi fleksi tersebut hanya didapatkan pada posisi prone. Hasil ini sejalan dengan penelitian Kusumaningrum (2009) dengan perlakuan posisi prone pada bayi neonatal di Ruang NICU, dengan hasil terdapat perbedaan yang bermakna antara SaO2 sebelum 92% dan 98% sesudah perlakuan prone dengan p-value 0,0016. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pelosi, Brazzi dan Gattinoni (2002) hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi prone meningkatkan oksigenasi pada 70 sampai 80 % bayi dengan RDS acut awal.
Kedua peneliti ini mengambil sampel pada bayi premature dengan menggunakan ventilator, sehingga sampelnya dengan gangguan pernapasan dan dalam pemantauannya dengan melihat hasil pada monitor, tetapi yang peneliti lakukan dengan menghitung pernapasan secara manual.
Uji hipotesis Efek Posisi Prone Terhadap Suhu menghasilkan p-value 0.056. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) diterima yang memiliki makna tidak terdapat efek posisi prone terhadap suhu. Suhu tubuh bayi dapat dipengruhi oleh beberapa factor antara lain lingkungan, patologi , cairan. Uji hipotesis Efek Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi dan Suhu menghasilkan masing-masing p-value 0.058, 0.085 dan 1.000. Dari ketiga hasil ini
memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) diterima yang memiliki makna tidak terdapat efek posisi supine terhadap nadi, respirasi dan suhu BBLR. Hasil ini tidak sesuai literature yang menyatakan bahwa, “ Posisi supine pada bayi merupakan posisi yang sangat membutuhkan energi berlebih, karena posisi ini akan meningkatkan kehilangan panas dibandingkan dengan posisi prone, hal ini disebabkan karena posisi supine, kaki bayi dalam kondisi ekstensi, sehingga berdampak terhadap peningkatan metabolisme tubuh, akibatnya terjadi peningkatan kehilangan panas (Hegner & Cadwel, 2003). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maynard, Bignall dan Kitchen (2000) penelitiannya pada bayi premature tanpa menggunakan ventilator, dengan memberikan posisi supine pada kelompok kontrol selama 20 menit, hasil penelitiannya didapatkan rerata frekuensi nadi 161.94 kali/menit, hasil ini dinyatakan lebih besar dengan hasil rerata pada posisi prone 157.51 kali per menit, pada hasil penelitiannya juga dinyatakan tidak ada perbedaan yang bermakna antara sesudah dan sebelum dilakukan intervensi pada kelompok kontrol pada nadi.
Usia responden lebih dari 24 jam sehingga sudah melewati masa reaktivitas tahap dua, memungkinkan fungsi fisiologi tubuh sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, dengan demikian nadi, respirasi dan suhu tubuh tidak ada perubahan setelah diberikan posisi supine.
4. Perbedaan Selisih Efek Posisi Prone dan Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi dan Suhu BBLR
Pada nadi menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Uji Levene menghasilkan p-value 0.611 yang memiliki makna bahwa kedua data posisi prone dan supine memiliki varians yang sama (terjadi homogenitas varians). Berdasarkan nilai p-value 0.001 pada uji t independen
memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H 0 ) ditolak yang berarti menunjukkan terdapat perbedaan efek antara posisi prone dengan posisi supine terhadap Nadi. Hasil penelitian ini sejalan dengan Maynard, Bignall dan Kitchen (2000) penelitiannya pada bayi premature tanpa menggunakan ventilator, dengan memberikan posisi prone selama 20 menit, dan hasilnya dibandingkan dengan kelompok kontrol hasil penelitiannya didapatkan rerata frekuensi nadi dengan perlakukan prone lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai p value 0,0008 diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi nadi posisi prone dan posisi supine.
Hasil penelitian ini juga didukung hasil penelitian Louis at all. (2004) yang melakukan penelitian pada sampel 29 bayi dengan rerata berat bayi 1.915 gram ± 939, rerata masa gestasi
36 minggu ± 2, dengan hasil kekuatan denyut nadi posisi supine rerata 32.60 dan min-mak (23.12-59.90) yang secara signifikan lebih tinggi dari pada posisi prone rerata 25.87 dan min- mak (14.94, 35.57) dan menyimpulkan bahwa posisi prone berpengaruh terhadap penurunan kekuatan denyut nadi.
Pada respirasi dan suhu hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Uji Levene menghasilkan p-value masing-masing adalah 0.976 dan 0.102 yang memiliki makna bahwa kedua data posisi prone dan supine memiliki varians yang sama (terjadi homogenitas varians). Berdasarkan nilai p-value 0.056 dan 0.206 pada uji t independen memperlihatkan bahwa
hipotesis nol (H 0 ) diterima yang berarti menunjukkan tidak terdapat perbedaan efek antara posisi prone dengan posisi supine terhadap respirasi rate dan suhu. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suek (2011), dengan sampel 15 bayi diberikan posisi prone dan posisi supine pada 15 bayi kelompok kontrol, menyatakan bahwa tidak ada perbedaan respirasi antara kelompok kontrol dan kelompok inervensi sesudah dilakukan perlakuan dengan nilai p- 0.209.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya kehilangan panas berlebihan pada neonates menurut (Wong, 2009) adalah 1) Area permukaan kulit bayi yang luas memudahkan kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan, meskipun sebagian dapat dikompensasi oleh posisi fleksi, 2) Tipisnya lapisan subkutis bayi merupakan isolasi yang buruk untuk mempertahankan suhu dan 3) Mekanisme bayi untuk menghasilkan panas tidak bisa dengan respon menggigil, tetapi menghasilkan panas dengan nonshivering thermogenesis, yang mencakup peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen.
Simpulan
Terdapat efek yang bermakna dengan nilai p- value < alpa pada nadi dan respirasi, tetapi tidak ada efek yang bermakna pada suhu dengan p-value > alpa pada posisi prone, sedangkan pada posisi supine pada nadi, respirasi dan suhu mempunyai nilai p- value > alpa. Terdapat perbedaan efek posisi prone dan supine pada nadi dengan p- value < alpa, tetapi tidak ada perbedaan efek pada respirasi dan suhu dengan p- value > alpa.
Saran
Bagi Layanan Bayi Berat Lahir Rendah, Pemberian posisi prone selama 20 menit per 6 jam sekali dapat dijadikan Standar Operasional Prosedur (SOP), khususnya pada BBLR yang tidak mengalami kontraindikasi diberikan posisi prone, karena dilihat manfaatnya dapat menurunkan frekuensi respirasi dan nadi serta meminimalkan energi untuk respirasi sehingga energi tidak terbuang, tetapi dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA Alligood M.R., & Tomey, A.M. (2006). Nursing Theorists and Their Work, 6 Ed, USA: Mosby
Inc. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.
Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., alih bahasa Meiliya, Wahyuningsih, dan Yulianti (2009). Praktik Keperawatan Klinis . EGC, Jakarta.
Bobak, (2006). Maternity Women’s Health Care, St. Louis : Missouri Mosby Inc. Budiman, (2011). Penelitian Kesehatan Buku Pertama, PT Refika Aditama , Bandung.
Burn, N., & Grove, S. K., (2009). Understanding Nursing Research, Philadelphia W.B.Saunders Company.
Candra, B. (2010). Biostatistik Untuk Kedokteran & Kesehatan, EGC, Jakarta. Cooper, L. G. at al. (2007). Impact of a family-centered care initiative on NICU care, staff and
families, Journal of Perinatology, 27, S32 –S37. Dahlan, S.M.,(2008). Langkah- langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan , CV. Sagung Seti, Jakarta. Depkes. RI, (2000). Millenium development goals (MDGs), Departemen Kesehatan Republik Indonesia , Jakarta. Dharma, K. K., (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan, Jakarta : TIM.
Jane W.B., Ruth C. & Bindler, (2003). Pediatric Nursing Caring For Children, Wasihington. Helmann, K. at al. , (2009). Impact of Skin to Skin Care, Prone and Supine Positioning on
Cardiorespiratory Parameters and Thermoregulation in Premature Infants , European Respiratory Jurnal ,20(10),1017-1028.
Hidayat, (2009). Metode Penelitian Dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta. Jarus, T. at al. , (2011). Infant Behavior and Development Effects of prone and supine positions
on sleep state and stress responses in preterm infants , Neonatology Jurnal 34 (2011) 257 –263. Jean, M. et al, (2004). Power Spectral Analysis of Heart Rate in Relation to Sleep position, Jurnal ,Biology of the Neonate; 2004; 86, 2; ProQuest pg. 81
Johnson, R. & Taylor, W., alih bahasa Samba, S. (2001). Praktik Kebidanan, EGC. Jakarta.
Kemenkes RI, (2010). Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak ,Kementrian Kesehatan Republik Indonesia , Jakarta. Krisnadi, S. R., Effendi, J. S. dan Pribadi, A. (2009). Prematuritas, PT Refika Aditama, Bandung. Kusumaningrum, A. (2011). Prone position in acute respiratory distress syndrome , International Jurnal of Pablic Health Research Special Issu, pp (20-24).
---------, (2011). The Effect of Prone Position on Fio2 Level in Premature Baby Who Received Ventilator, Jurnal of Pablic Health Research Special Issu, pp ( 20-24).
Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, (2013). Pedoman Penulisan Dan Petunjuk Pembuatan Tesis, STIKES A.Yani, Cimahi.
MacGregor,J., (2008). Introduction to the anatomy and physiology of children: A guid for student of nursing, child care and health , New York.
May,K.A. & Mahimesh,L.R., (2004). Maternal & neonatal nursing family centered care, JB Lippincot, Co, Pennsylania.
Maynard, V. Bignall, S., & Kitchen,S. (2000). Effec of Positioning on Respiratory Synchrony in Ventilated Pre-term Infant. Physiotherapy Research International, 5(2), 96-110.
Miyata, S. at al., (2012). The Effek of the Prone Potition on the Psysiological Function in Healthy Students . The Open General and Medicine Journal, 2012(5), 9-12.
Muscari, M. E. (2001). Advanced Pediatric Clinical Assessment Skill and Procedures, Lippincott, Philadelphia New York. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Pelosi, P,. Brazzi, L., & Gattinoni, L. (2002). Prone position in acut respiratory distress
syndrom. European Respiratory Jurnal ,20(10),1017-1028. Potter, P. A. & Perry, A. G. alih bahasa Asih dkk, (2009). Buku ajar fundamental keperawatan;
terjemahan. EGC , Jakarta.
Reeder, Martin, Griffin, alih bahasa Afiyanti, Rachmawati, Djuwitaningsih, (2012). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga , Ed.18, EGC, Jakarta. Relvas, M.S., Silver, P.C., & Sagy, M., (2003). Prone Positioning of Pediatric Patients with ARDS Results in Improvement in Oxygenation if Maintained > 12 h daily. CHEST Journal, 124, 269-274.
Sastroasmoro, S, & Ismael, S., (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi 4, Sagung Seto, Jakarta.
Short, Gray, Dodge, alih bahasa Erik Gultom, (2010). Sinopsis Pediatri, Binarupa Aksara, Tangerang.
Suek, D., O. (2012). Pengaruh Pemberian Posisi Pronasi Terhadap Status Hemodinamik Anak Yang Menggunakan Ventilasi Mekanik di Ruang PICU RSAB Harapan Kita Jakarta, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.
Wong, D, L. at al., (2009). Wong’s Essetials of Pediatric Nursing, (6 th edition), Missouri : Mosby Inc.
Ishikawa, T. at al., (2002). Prone Position Increases Collapsibility of the Passive Pharynx in Infants and Small Children . American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine,166 (5), 760- 764.