EFIKASI DIRI PENDERITA KUSTA DI POLI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT KUSTA SUMBER GLAGAH

  

EFIKASI DIRI PENDERITA KUSTA DI POLI RAWAT JALAN RUMAH

SAKIT KUSTA SUMBER GLAGAH

Yogi Riyanto

1212010049

  

Subject : Efikasi Diri, Penderita, Kusta

Description

  Adaptasi terhadap kejadian di atas termasuk mengintegrasikan perubahan tubuh ke dalam konsep fisik diri, yaitu citra tubuh. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan dan keyakinan penderita kusta dalam mencapai penyembuhan yang diinginkan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efikasi diri penderita kusta di RS Kusta Sumber Glagah Kecamatan Pacet Mojokerto.

  Desain penelitian ini adalah deskriptif. Variabel penelitian ini yaitu efikasi diri penderita kusta. Populasi penelitian yaitu seluruh penderita kusta di poli rawat jalan RS Sumberglagah Mojokerto sebanyak 7 pasien. Sampel diambil dengan teknik accidental sampling sebanyak 7 responden. Data dikumpulkan dengan instrument generally self efficacy turkis scale.

  Hasil penelitian menunjukkan efikasi diri penderita kusta di Poli Rawat Jalan RS Kusta Sumbergalagah Mojokerto diperoleh data sebagian besar responden mempunyai efikasi diri yang tinggi sebanyak 4 responden (57,2%).

  Penderita kusta sudah menyadari tentang keadaan penyakit mereka sehingga mereka berusaha untuk tetap berpandangan optimis dalam menghadapi setiap permasalahan kehidupan mereka.

  Sehingga responden hendaknya dapat menigkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penyakit kusata sehingga responden dapat lebih memahami tentang penyakit tersebut dan dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka menjadi lebih baik.

  

ABSTRACT

Adaptation to certain events can include integrating body changes into a physical

self-concept, and body image. Chronic illness can affect the ability and

confidence of leprosy sufferers in achieving the desired healing. The purpose of

this research was to determine the leprosy sufferers self efficacy at Leprosy

Hospital Sumber Glagah, Pacet Mojokerto.

  This research design is a descriptive study. The variable of this study is

leprosy sufferers’ self efficacy. The results suggest that regarding leprosy

sufferers self efficacy at Leprosy Hospital Sumber Glagah, Pacet Mojokerto, most

respondents have high self-efficacy i.e 4 respondents (57.2%).

  The leprosy sufferers were already aware of the state of their disease that

they are trying to remain optimistic in the face of any sighted problems in their

  Respondents should be able to boost the knowledge and insight about

leprosy so that the respondent can understand more about the defect and can

increase their self confidence.

  Keywords: Self-efficacy, Leprosy CONTRIBUTOR :

  I : Dwi Harini P., S.Kep.Ns., M.Kep

  II : Umul Fatkhiyah, S.Kep, Ns

  Date : 02 September 2015 Type Material : Laporan Penelitian Right : Open Document

  

SUMMARY

Latar Belakang

  Kusta merupakan masalah kesehatan msyarakat karena kecacatan yang dialami penderita. Cacat kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan, kaki. Sayangnya orang – orang yang cacat akibat kusta “dicap” seumur hidup sebagai “penderita kusta” walaupun sudah sembuh dari penyakit (Rukmana, 2012). Penyakit kusta bukan hanya penyakit yang menyerang fisik seseorang tetapi merupakan masalah bagi kejiwaan, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya dan sebagian besar penderita kusta mengalami perubahan gambaran diri setelah mengalami kecacatan sehingga mekanisme koping yang digunakan penderita kusta bisa saja menjadi maladaptif. Adaptasi terhadap kejadian di atas termasuk mengintegrasikan perubahan tubuh ke dalam konsep fisik diri, yaitu citra tubuh. Penyakit kronis dapat mempengaruhi kemampuan dan keyakinan penderita kusta dalam mencapai penyembuhan yang diinginkan (Perry & Potter, 2005).

  Tahun 2011,Indonesia melaporkan 20.023 kasus baru kusta. Berdasarkan angka tersebut, jumlah kasus dengan kecacatan tingkat 2, yaitu cacat yang kelihatan, berjumlah 2.025 orang (10,11%). Jumlah penderita kusta pada Tahun 2012 dilaporkan ada 18.994 kasus kusta baru di Indonesia dan 2.131 penderita (11,2 %) diantaranya ditemukan sudah pada cacat tingkat 2, yaitu cacat yang kelihatan. Sedangkan 2.191 penderita (11,5%) adalah anak-anak. Panelitian Khabib (2008) menyatakan bahwa dampak penyakit kusta sangatlah kompleks, salah khususnya adalah konsep diri. Terbukti bahwa dari 159 sampel yang digunakan sebagai responden di Pukesmas Kesling sebanyak 143 orang (89,9%) mengalami kecacatan berat, memiliki konsep diri yang negatif, dan sebanyak 16 orang (10,1%) sisanya yang mengalami kecacatan ringan, memiliki konsep diri yang positif (Khabib, 2008). Catatan rekam medik Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto menunjukkan jumlah penderita kusta tahun 2012 ditemukan 309 kasus baru dan 495 kasus lama, serta pada tahun 2013 didapatkan data bahwa terdapat 375 kasus baru dan 597 dengan kasus lamaBerdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Kusta Sumber Glagah Mojokerto diperoleh data jumlah rata-rata pasien rawat inap pada bulan Januari – Maret 2015 sebanyak 25 pasien kusta dan yang menderita luka plantar sebanyak 8 penderita. Salah satu bentuk kecacatan yang diderita penderita kusta antara lain pemberian luka plantar.

  Tingkat kecacatan berhubungan dengan gambaran diri (body image) karena pada tingkat kecacatan adanya bayangan menimbulkan rasa jijik, ngeri dan rasa takut yang berlebihan terhadap mereka yang melihatnya yang menyebabkan penderita kusta tidak dapat menerima bahwa dia menderita kusta, akibatnya akan ada perubahan yang mendasar pada kepribadianya dan tingkah laku penderita kusta dengan sedapat mungkin menyembunyikan keadaannya sebagai penderita kusta sehingga adanya gambaran diri yang negatif membuat penderita merasa kurang pecaya diri dalam menjalani proses penyembuhan mereka (Lusianingish, 2012).

  METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah deskirptif dengan pendekatan study kasus.

  Variabel penelitian ini yaitu efikasi diri penderita kusta. Populasi penelitian yaitu seluruh penderita kusta di poli rawat jalan RS Sumberglagah Mojokerto sebanyak 7 pasien yang dimabil dengan teknik accidental sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RS Sumberglagah Mojokerto dan Waktu Penelitian: Pengumpulan data pada penelitian dilakukan pada tanggal 10 Juli 2015.

  Pengumpulan data adalah merupakan suatu cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Hidayat, 2009). Dalam penelitian ini data dikumpulkan dalam bentuk data primer. Instrumen penelitian yang digunakan adalah generally self efficacy turkis scale. Kemudian peneliti melakukan prosed

  

editing, coding, scoring dan tabulating sehingga hasil atau data yang diperoleh

dapat lebih akurat.

  Penelitian ini dilakukan di Poli Rawat Jalan RS Kusta Sumbergalagah Mojokerto dengan diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden mempunyai efikasi diri yang tinggi sebanyak 4 responden (57,2%) dan sebagian kecil mempunyai efikasi diri rendah sebanyak 3 responden (42,8%). Hal ini terjadi karena penderita kusta sudah menyadari tentang keadaan penyakit mereka sehingga mereka berusaha untuk tetap berpandangan optimis dalam menghadapi setiap permasalahan kehidupan mereka.

  Hasil penelitian ini ditunjang pula dengan hasil penelitian Wati (2013) dengan judul Keyakinan Diri Penderita Kusta Dalam Upaya Mencari Kesembuhan Di Puskesmas Poka Kota Ambon menunjukkan data Keyakinan diri (Self

  

Efficacy) penderita kusta dalam upaya mencari kesembuhan di wilayah kerja

  Puskesmas Poka Rumah Tiga Kecamatan Teluk Dalam Kota Ambon yaitu dengan berobat ke dukun dan ke puskesmas, ada juga sebagian pasien yang menggunakan obat tradisonal dalam proses penyembuhan, disamping itu dukungan dari keluarga juga sangat menentukan keinginan penderita untuk berobat.

  Efikasi-diri adalah keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan meme- cahkan masalah secara efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen memecahkan masalah dan tidak akan menyerah ketika menyadari strategi yang sedang digunakan tidak berhasil (Reivich & Shatté, 2002). Menurut Bandura (2007) Efikasi diri tinggi menunjukkan hasil tingkah laku yang sukses dalam melaksanakan tugas dan sesuai dengan kemampuan, berusaha kerasa untuk mengubah lingkungan menjadi responsive, melakukan protes aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan, sedangkan efikasi diri rendah menunjukkan perilaku depresi melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit, menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memahami tentang kondisi penyakit yang sedang mereka hadapi dimana mereka sudah menderita penyakit ini dalam jangka waktu yang lama, sehingga mereka sudah mengetahui dan memahami apa yang mereka alami baik secara fisik maupun secara psikis, dan mereka tetap mempunyai pandangan optimis bahwa mereka bisa sembuh dan dapat melakukan aktivitas layaknya orang yang tidak sakit dan mereka membuktikan kemampuan sesuai dengan bakat yang dimiliki. Sedangkan pada penderita kusta yang mempunyai efikasi diri rendah terjadi karena mereka masih belum menerima dan beradaptasi dengan keadaan mereka, meskipun terdapat penderita yang sudah lama menderita kusta, tetapi mereka masih belum menerima keadaan yang dialami, sehingga mereka merasa putus asa, pasrah dan tidak yakin dalam melakukan kegiatan mereka. Efikasi diri yang rendah dapat menyebabkan gangguan dalam proses penyembuhan penyakit karena penderita mempunyai pandangan yang negatif tentang diri dan penyakitnya.

  Banyak dari responden menurut parameter inisiatif yang kadang-kadang mempunyai pemikiran untuk dapat mengembangkan diri mereka karena penyakit yang diderita saat ini akan tetapi terkadang juga mereka merasa rendah diri ketika harus bertemu orang lain, akan tetapi karena responden tetap mau menunjukkan usaha mereka untuk tetap dapat bertemu dan menjalani aktivitas secara optimis dan mereka berharap akan berhasil dalam meraih keinginan dan harapan mereka. Kemauan yang tinggi dari responden ditunjukkan dengan banyaknya responden yang menjawab selalu dan sering pada pertanyaan tentang parameter effort. Sedangkan pada responden yang tidak mampu menunjukkan usaha yang baik, terjadi karena mereka merasa rendah diri dan tidak yakin dengan kondisinya saat ini, sehingga mereka hanya menerima segala sesuatu secara pesimis dan pasrah dengan keadaan, tanpa berusaha untuk dapat mengembangkan diri mereka hal ini ditunjukkan dengan adanya responden yang menjawab setuju dalam parameter persistence.

  Usia responden pada penelitian ini menunjukkan hampir setengahnya usia responden adalah 70 tahun sebanyak 2 responden (28,5%). Hal ini menunjukkan usia responden yang menderita kusta sudah memasuki usia lansia sehingga . mereka mempunyai pengalaman yang cukup dalam menjalani kehidupan

  Menurut Greenberg dan Baron dalam Hambawany (2007) menyatakan faktor yang mempengaruhi efikasi diri Pengalaman langsung, sebagai hasil dari tugas yang sama dimasa lalu). Pengalaman tidak langsung, sebagai hasil observasi pengalaman orang lain dalam melakukan tugas yang sama (pada waktu individu mengerjakan sesuatu dan bagaimana individu tersebut menerjemahkan pengalamannya tersebut dalam mengerjakan suatu tugas.

  Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa usia responden termasuk usia lansia dimana dengan usia tersebut responden sudah mempunyai pengalaman dan pemahaman bahwasannya pengalaman yang mereka miliki sudah cukup banyak sehingga mereka mampu menerima dan menghadapi kenyataan hidup yang mereka jalani dan responden dapat beradaptasi dengan baik atas permasalahan yang terjadi terebut dan mereka dapat menunjukkan kepercayaan diri atau efikasi diri yang lebih positif.

  Pendidikan responden menunjukkan data sebagian besar responden mempunyai latar belakang pendidikan menengah (SMA ) sebanyak 4 responden (57,2%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden sudah cukup mampu dalam menerima dengan baik informasi tentang keadaan yang dialami sehingga responden dapat lebih yakin dalam melaksanakan aktivitas mereka.

  Menurut Yayan (2013) menyatakan bahwa individu yang pernah memperoleh suatu prestasi akan terdorong meningkatkan keyakinan dan penilaian terhadap efikasi dirinya. Pengalaman keberhasilan individu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan.

  Latar belakang pendidikan sebagain besar responden adlaah pendidikan menengah (SMA) dimana pada latar belakang pendidikan ini responde sudah mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang cukup luas, disamping itu responden juga sudah mempunyai bekal prestasi yang baik dari latar belakang pendidikan tersebut, sehingga mereka dapat beradaptasi dengan baik dan dapat menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi dalam menghadapi keadaan yang terjadi dalam kehidupan mereka terutama berkaitan dengan penyakit kusta. Penderita kusta dengan pendidikan yang rendah akan sulit dalam menerima informasi dari petugas kesehatan atau sumber informasi lain karena memerlukan pemahaman yang lebih, sehingga mempengaruhi pola pikir dan perilaku penderita kusta tentang efikasi dirinya.

  Pekerjaan responden menunjukkan data sebagian besar responden tidak bekerja sebanyak 5 responden (71,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja sehingga mereka mempunyai lingkup pergaulan yang kurang luas tetapi mereka mempunyai kesempatan yang cukup untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan diri dengan mengikuti penyuluhan atau membaca sebuah buku tentang kusta.

  Melalui model ini efikasi diri individu dapat meningkat, terutama jika ia merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya efikasi diri individu ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan efikasi diri ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai oleh model (Yayan, 2013) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden banyak yang tidak bekerja sehingga mereka kurang mempunyai pergaulan yang luas, akan tetapi mereka mempunyai kesempatan untuk dapat meningkatkan pengetahuan atau pemahaman mereka tentang penyakit kusta dengan cara membaca buku atau mengikuti penyuluhan yang diadakan tenaga kesehatan sehingga dengan pengetahuan yang cukup mereka dapat memahami kondisi yang terjadi saat ini dan responden dapat meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki.

  Simpulan

  Sebagian besar penderita kusta di Poli Rawat Jalan RS Kusta Sumbergalagah Mojokerto responden mempunyai efikasi diri yang tinggi.

  Rekomendasi

  Bagi responden hendaknya dapat menigkatkan pengetahuan dan wawasan tentang penyakit kusata sehingga responden dapat lebih memahami tentang penyakti tersebut dan dapat menignkatkan keypercayaan diri mereka menjadi lebih baikn.

  Alamat Corespondensi : Desa Batukerbuy Kec. Pasean Kab. Pamekasan Email : yogitoger@gmail.com Telepon : 087754044440 .