BAB I PENDAHULUAN - BAB I Pembentukan madzhab Dan pembukuan Hadits

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pentingnya bagi kita untuk mengetahui serta mempelajari sejarah perkembangan hukum
islam adalah salah satu faktor yang melatar belakangi pembuatan makalah ini.
Kita tahu bahwa sebagai umat islam,kita di wajibkan untuk terus belajar memahami ajaran
agama islam,supaya kita tidak menjadi umat yang hanya taklid (mengikuti saja) tanpa tau dasar
atau hukum yang melatar belakanginya,semua itu di lakukan supaya kita tidak tersesat pada
aliran agama islam yang baru yang terkadang bukan mendekatkan kita pada ajaran Rasulullah
tetapi malah sebaliknya.
Dengan belajar sejarah perkembangan sejarah hukum islam yang terbagi menjadi empat
periode tersebut,kita bisa mengetahui berbagai madzhab-madzhab yang berkembang paa zaman
dahulu hingga sekarang serta dasar ataupun cara-cara ijtihad para ulama terdahulu dalam
menentukan suatu hukum.
B. Identifikasi Masalah
Perkembangan hukum islam terbagi menjadi Empat periode yaitu :
1. Hukum islam pada masa Rasulullah
2. Hukum islam pada masa sahabat.
3. Hukum islam pada masa imam mujtahidin atau Dinasti Abbasiyah.
(Periode Kesempurnaan).
4. Hukum islam pada

(Periode Kemunduran)
C. Batasan Masalah
Dari ke Empat periode perkembangan hukum islam tersebut,Penulis hanya akan
menganalisis satu periode perkembangan hukum islam Yaitu Hukum islam pada masa imam
mujtahidin atau Dinasti Abbasiyyah ( Periode Kesempurnaan).

D. Rumusan Masalah
Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini di rumuskan dalam rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi factor yang mendorong berkembangnya hukum islam pada periode
kemunduran ?
2. Apa yang menjadi dasar pemikiran dan perkembangan madzhab hukum islam seperti
madzhab Hanafiah,Malikiyah,Syafi’iah,Hambaliyah dll.?

E. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan ini yaitu,
Mendeskripsikan:
1. Faktor-faktor yang mendorong berkembangnya hukum islam khususnya pada periode
kesempurnaan.
2. Dasar pemikiran dan perkembangan madzhab hukum islam seperti madzhab

Hanafiah,malikiyah,syafi’iah,hanabilah dll.

BAB II
PEMBAHASAN
Pembentukan madzhab Dan pembukuan Hadits
Dinasti Abbasiyyah ( 750 – 1258 )

Setelah kekuasaan Umayyah berakhir ,kendali pemerintahan islam selanjutnya di pegang
oleh Dinasti Abbasiyyah. Berbeda dengan fase sebelumnya yang di tandai dengan perluasan
wilayah,fase ini di tandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang pengaruhnya masih
dapat di buktikan sampai saat ini.
Fase ini,dalam sejarah hukum islam di kenal sebagai fase atau zaman ke-Emasan. Khudlari
byk (t.th: 4-5) menyebutnya sebagai fase fiqih menjadi ilmu yang mandiri; T.M Hasbi ashshiddiqi (1967 : 31-2) Menyebutnya sebagai fase kesempurnaan.
Adapun pokok-pokok bahasan pada bagian ini meliputi faktor-faktor yang mendorong
perkembangan hukum islam, pendirian dan perkembangan madzhab fiqih,pengaruh pembukuan
hadits terhadap perkembangan hukum islam,serta pengaruhpembukuan fiqih dan ushul fiqih
terhadap perkembangan hukum islam.
1.FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM
Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum islam adalah berkembangnya
ilmu pengetahuan di dunia islam,Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan di dunia islam di

sebabkan oleh hal-hal berikut :
a. Banyaknya mawali yang masuk islam.
Di bawah pemerintahan Harun Ar-rasyid,di mulailah penerjemahan buku-buku
yunani ke dalam bahasa arab. Banyak ilmuwan yang di kirim ke kerajaan Eropa untuk
mendapatkan manuskrip (makhtuthat). Pada awalnya upaya penerjemahan di utamakan
pada buku-buku kedokteran,tetapi kemudian di pelajari pula buku-buku ilmu
pengetahuan dan filsafat. Di antara para penerjemah yang terkenal pada zaman itu
adalah:
 Hunain ibn Ishaq (w.873 M)
 Ishaq ibn hunain ibn ishaq (w.910 M)

 Tsabit ibn Qurra (825 – 901)
 Abu Bishr Matta ibn yunus (w.939)
 Qusta ibn Luqa.
b. Berkembangnya pemikiran karena luasnya ilmu pengetahuan.
c. Adanya upaya umat islam untuk melestarikan Al-Qur’an dengan dua cara,yaitu di catat
(di kumpulkan dalam satu mushaf) dan di hafal

2. DASAR PEMIKIRAN DAN PERKEMBANGAN MADZHAB HUKUM ISLAM.
Thaha jabir fawadl al-ulwani ( 1987 : 87-8 ) menjelaskan bahwa madzhab fiqih islam

yang muncul setelah sahabat dan kibar at-tabi’in berjumlah 13 aliran. Ketiga belas aliran ini
berafiliasi dengan aliran ahlus sunnah. Namun,tidak semua aliran itu dapat di ketahui dasardasar dan metode istinbath hukumnya.
Adapun di antara pendiri tiga belas aliran itu adalah sebagai berikut :
a. Abu sa’id al-Hasan ibn yasar al-bashri ( w.110 )
b. Abu Hanifah al-nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi ( w.150 )
c. Al-Auza’i Abu amr Abd al-Rahman ibn Amr ibn Muhammad ( w.157)
d. Sufyan ibn sa’id ibn masruq al-Tsauri ( w.16 )
e. Al-laits ibn sa’d ( w.175 )
f. Malik ibn Anas Al-bahi ( w.179 )
g. Sufyan ibn ‘Uyainah (w.198 )
h. Muhammad ibn Idris Al-syafi’i (w.204 )
i. Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal ( w.270 )
j. Daud ibn Ali Al-ashbahani al-baghdadi ( w.270 )
k. Ishaq ibn Rahawain ( w.238 )
l. Abu tsaur ibrohim ibn Khalid al-kalabi (w.240 H)
m. (Mun’im sirri . 1995 : 79 -90 )
Aliran hukum islam yang terkenal dan masih ada pengikutnya hingga kini hanya
beberapa,di antaranya Hanafiah,Malikiah,Syafi’iah,dan Hanabilah.
1. Aliran Hanafi
 Nama lengkap beliau adalah Nu’man bin tsabit ibn zuhtho al kufy

 Di lahirkan di kuffah pada tahun 699 M/80 H dan wafat di Baghdad Th 767 M / 150 H

 Beliau di juluki al imam al A’dzom (Imam yang paling agung) Karena
pengetahuannya yang luas dan kecerdasan yang tinggi.
 Beliau mencari ma’isyah dari berdagang kain.
 Imam hanafi termasuk ahlu fiqh Ahlur Ra’yi yaitu sikap yang lebih mendahukukan
pendapat akal dalm berijtihad,Hal itu karena beliau sangat di pengaruhi oleh para
gurunya yang di kenal sebagaipelopor ahlur ra’yi. Antara lain; Ibrahim an nakhai dan
Hammad bin abu sulaiman . Selain itu kondisi sosiologi sekitarnya sangat
mempengaruhi.
 Mazhab fiqihnya di kenal sebagai mazhab paling rasional dan pernah menjadi mazhab
resmi Negara Abbasiyyah dan Utsmani.
 Mazhab ini berkembang di wilayah subkontinental india,Pakistan dan Bangladesh.juga
di turki,cina,Uzbekistan,Tajikistan,dan Kazakhstan,juga di Irak,suriah,dan Mesir.
 Cara Ijtihad Abu Hanifah.
Thaha jabir fawadl al-Ulwani ( 1987 : 91 ) membagi cara ijtihad abu hanifah menjadi
dua,yaitu cara ijtihad yang pokok dan tambahan.
a. Cara ijtihad yang pokok.
“Aku ( Abu Hanifah ) merujuk kepada Al-Qur’an apabila aku mendapatkannya;
Apabila tidak ada dalam Al-Qur’an,aku merujuk kepada sunnah Rasulullah SAW

dan atsar yang shahih yang di riwayatkan oleh orang – orang tsiqoh. Apabila tidak
mendapatkan dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul , Aku merujuk kepada qaul
sahabat , (Apabila sahabat ikhtilaf ), Aku mengambil pendapat sahabat yang mana
saja yang ku kehendaki , Aku tidak akan pindah dari pendapat yang satu ke
pendapat sahabat yang lain. Apabila di dapatkan pendapat Ibrahim,al-sya’bi,dan ibn
al musayyab,serta yang lainnya,Aku berijtihad sebagaimana mereka berijtihad”
( Thaha jabir fayadl al- Ulwani.1987 : 91 )
b. Ijtihad yang merupakan tambahan
 Bahwa dilalah lafad umum ( ‘Am ) adalah qathi’i seperti lafad khash
 Bahwa pendapat sahabat yang tidak sejalan dengan pendapat umum adalah
bersifat khusus.
 Bahwa banyaknya yang meriwayatkan tidak berarti lebih kuat ( rajih )
 Adanya penolakan terhadap mafhum (makna tersirat,syarat dan shifat )
 Bahwa apabila perbuatan rawi menyalahi riwayatnya,yang di jadikan dalil
adalah perbuatannya bukan riwayatnya.
 Mendahulukan qiyas jali atas khabar ahad yang di pertentangkan.
 Menggunakan istihsan dan meninggalkan qiyas apabila di perlukan ( thaha
jabir fayadl Al Ulwani,1987 : 91 -3 )

 Fiqih Abu Hanifah.



Bahwa perempuan boleh menjadi hakim di pengadilan yang tugasnya khusus
menangani masalah perdata , bukan perkara pidana . Alasannya,Karena
perempuan tidak di bolehkan menjadi saksi pidana ;ia hanya di benarkan
menjadi saksi perkara perdata . Karena itu,menurutnya perempuan hanya boleh
jadi hakim yang menagani perkara perdata . Dengan demikian,metode ijtijad
yang di gunakan adalah qiyas dengan menjadikan kesaksian sebagai al ashl dan
menjadikan hakim perempuan sebagai far. ( Abi Muhammad Mahmud ibn
Ahmad al ‘Aini ,vii.1990 : 1 dan ‘Ala al Din ibn khalil al-tharabalisi alHanafi,1973 : 25 )



Abu Hanifah dan ulama khuffah berpendapat bahwa salat gerhana ( gerhana
matahari dan bulan ) di lakukan 2 raka’at sebagaimana salat Id; tidak di
lakukan 2 kali ruku’ dalam 1 raka’at ( Muhammmad Abu al-Fath alBayanuni ,1983 : 50)

 Kitab fiqih Abu Hanifah
Muhammad Abu zahrah ( t.th : 185 ) menjelaskan bahwa Abu Hanifah tidak
menulis kitab secara langsung kecuali beberapa “Risalah” kecil yang di nisbahkan

kepadanya,Seperti risalah yang di beri nama Al-fiqh Al-akbar dan al-‘Alim wa alMuta’alim. Kitab-kitab yang di karang oleh Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya
yaitu zhahir al- riwayah dan ada 6 buah :
1. Al-Mabsuth/Al-Ashl
2. Al-Jami’ al-Kabir
3. Al-jami’ al-shaghir
4. Al-siyar al-kabir
5. Al-siyar al-shaghir
6. Al-ziyadat
2. Aliran Mliki
 Nama lengkap beliau adalah Malik bin Annas bin Abi Amir al asbahi
 Beliau berasal dari keturunan Arab yaman dan lahir di madinnah pada tahun 712 M
dan Wafat pada tahun 796 M.
 Guru-guru beliau di kenal dengan fuqoha’ sab’ah.Yaitu : Sa’id bin musayyab,Urwah
bin zubair,Qasim bin Muhammad bin Abi bakar as-shiddiq,kharijah bin zaid bin
tsabit,Abu bakar bin Abdur rahman , Sulaiman bin yasar , dan Ubaidillah bin Abdullah
 Beliau adalah penyusun kitab hadits yang pertama yaitu al-muwatha’,yang artinya
sederhana ,beliau di kenal dengan mazhab yang mengambil praktik penduduk

madinnah sebagai rejukan kedua dalam pengambilan hukum setelah Al-Qur’an dan
sunnah. Beliau juga memperkenalkan konsep istislah yaitu metode ijtihad yang di

dasari atas al maslahah dan mursalah yaitu suatu yang di anggap maslahat oleh akal
sehat . Tetapi tidak ada dalil yang mendukung ataua melarangnya.
 Mazhab Maliki pernah menjadi mazhab utama di mekkah,Madinah,Irak,Mesir,Aljazair,Tunisia,Andalusia,Maroko dan Sudan.
 Cara ijtihad Imam Malik


Mengambil dari Al-Qur’an



Menggunakan zahir Al-Qur’an yaitu lafadz yang umum.



Menggunakan Dalil Al-Qur’an yaitu mafhum al muwafakoh



Menggunakan Mafhum Al-Qur’an yaitu mafhum al mukhalafah




Menggunakan Tanbih Al-Qur’an yaitu memperhatikan illat.

Dan lima langkahdi atas tersebut di sebut sebagai ushul khamsah .
Langkah-langkah berikutnya adalah :
1) Ijmak
2) Qiyas
3) Amal penduduk madinah
4) Istihsan
5) Sadd al-dzara’i.
6) Al-Mashalih al-mursalah
7) Qaul al- shahabi
8) Mura’at al-khilaf
9) Al-istishab
10) Syarman qoblana
Sementara itu ,Abi ishaq Ibrahim ibn musa al-lakhmi al-gharanathi al-syathibi
(lll,t.th : 2),Salah satu penerus aliran maliki,menjelaskan bahwa dalil hukum bagi
malikiah adalah :
1. Al-Qur’an

2. Al-Sunnah
3. Al-Ijma’
4. Al-Qiyas.

Dibawah ini akan di jelaskan mengenai pendapat imam malik yang alasannya di
dasarkan pada ijmak dan amal ulama’ madinah.
1. Kesucian Mustahadlah
Menurut imam malik perempuan yang mengalami istihadlah ( keluar darah
dari kelamin selain darah haid dan darah nifas ) di wajibkan satu kali mandi;
kesuciannya setelah itu cukup dengan berwudlu,Hujjah yang ia gunakan adalah
amal ulama’ madinah. Dalam kitab Al-muwatha’ imam malik meriwayatkan dari
hisyam ibn urwah dari bapaknya : “Tidak ada kewajiban bagi mustahadlah
kecuali mandi satu kali; setelah itu ia berwudlu setiap kali shalat (Mushthafa Daib
al Bu’a,1993 : 443 – 4 )
2. Berjima’ dengan perempuan mustahadlah
Laki-laki di haramkkan berjima’ dengan istrinya yang sedang haid dan nifas
Imam Abu Hanifah ,Malik,dan Syafi’I sepakat bahwa laki-;laki boleh berjima’
dengan istrinya yang sedang istihadlah. Hujjah Imam Malik adalah Amal Ulama’
Madinah. Dalam Al-Muwatha’ ia berkata : “Apabila darah istihadlah telah
kering , suaminya boleh berjima’ dengannya”. Imam al-zarqani menjelaskan
bahwa hal itu merupakan ijmak ulama’ madinah. ( Mushthafa Daib Al-bu’a,
1993 : 445-6 )
3. Pengaruh zina terhadap perkawinan
Apabila seseorang berzina dengan seorang perempuan,Apakah anaknya
haram kawin dengan perempuan yang telah di zinahinya atau tidak ?. Menurut
Imam Malik, Zina tidak dapat menentukan kekerabatan. Karena itu anaknya di
bolehkan menikah dengan perempuan yang pernah berzin dengan ayahnya.
Menurut Imam Malik, Haramnya kawin dengan ibu mertua (Q.s Annisa’,4:23 ) adalah haram karena perkawinan; Setiap pernikahan merujuk kepada
persetubuhan yang di halalkan. Sedangkan zina tidak termasuk persetubuhan yang
di halalkan sehinggga tidak dapat menenntukan kekerabatan. Setelah
berargumentasi dengan argument di atas,Ia berkata” Itulah yang aku dengar dan di
amalkan di madinah.”(Mushthafa Daib al-Bu’a. 1993: 521-2 )
Di samping memiliki cara ijtihad tersendiri, Ia juga memiliki pendapat yang
mandiri. Berikut ini di antara pendapat Beliau :
1. Imam Malik berpendapat bahwa jumlah mahar minimal adalah 3 dirham atau
seperempat Dinar. Alasannya sebagai berikut,Nishab harta curian ( sehingga
pencurinya dapat di kenai sanksi potong tangan ) adalah tiga dirham atau
seperempat Dinar (Muhammad zakaria Al-kandahlawi,ix.1989 : 312; Lihat
pula Ibnu Rusyd, II.t.th : 41 ). Dalam kasus di atas dapat di lihat bahwa imam

malik menggunakan qiyas sebagai metodenya,jumlah mahar adalah far
(cabang ) dan nishab harta curian adalah ashl ( pokok ) , Tetapi beliau tidak
menyebutkan illatnya.
 Kitab yang menjadi Rujukan aliran malikiyah adalah sebagai berikut :
1. Al-Muwatha’ Karya Imam Malik
2. Al-mudawwanah al-kubra.
3. Bidayah al-mujtahid wa Nihayat al-muqtashid
4. Fath al-rahim ‘Alafiah al-Imam malik bi al-adillah.
5. Al-I’tisham.
6. Mukhtashar khalil ‘ala matan al- risalah li ibn abi zaid al-Qirawani.
7. Ahkam al-Ahkam ‘Ala tuhfat al-ahkam fi al- syar’iyyah.
Adapun kitab-kitab ushul al-fiqh aliran malikiyah adalah sebagai berikut :
1. Syarh tanqih al-fushul fi ikhtishar al-mashul fi al-ushul.
2. Al-muwafaqat fi ushul al-ahkam.
3. Ushul al-futiya.
4. Al-Furuq
5. Al-Qawa’id
6. Ialah al-masalik al-Qawa’id al-imam malik.
7. Al-Is’af bi al-thalab mukhtashar syarh al-minhaj al- muntakhab.
2. Aliran Syafi’i


Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin idris asy-syafi’i.



Dilahirkan di Gaza tahun 767 M / 150 H.Dan wafat di fustat Mesir tahun 820 M/204 H



Ia berasal dari kaum bangsawan Quraisy dan nashabnya bertemu dengan nabi
Muhammad SAW pada kakeknya Abdul Manaf.Ayahnya meninggal ketika ia berusia
2 tahun , lalu ia di bawa ibunya ke makkah. Beliau hafal Al-Qur.’an di Usia 7 tahun
dan Hafal Al-Muwatha’ di Usia 10 tahun.



Di kenal sebagai mazhab yang memadukan kecenderungan ahlur ra’yi dan
kecenderungan literal ( ahlul Hadits ).



Di bidang fiqih beliau orang yang pertama membukukan pendapat fiqihnya dengan
sistematis (terkodefikasi ) pembahasannya dalam buku yang di beri nama Al-umm.Di
bidang ushul fiqih beliau adalah orang yang pertama menyusun buku ushul fiqih
sebagai pondasi bagi setiap mujtahid dalam berijtihad di dalam buku yang di beri
nama Ar-risalah .



Urutan fatwa beliau adalah Al-Qur’an dan Hadits,ijmak sahabat,qiyas dan maslahat
mursalat.



Cara ijtihad Imam Asy-syafi’i
Kamil Musa ( 1989 : 254 ) mengatakan bahwa Imam Asy-syafi’I berkata :
“Ilmu itu bertingkat-tingkat,tingkat pertama adalah Al-Qur’an dan Sunnah; kedua
adalah ijmak terhadap sesuatu yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah;
Ketiga adalah qaul sebagian sahabat tanpa ada yang menyalahinya ; Keempat adalah
pendapat sahabat Nabi SAW yang antara yang satu dengan yang lainnyaberbeda-beda
( ikhtilaf )dan kelima adalah Al-qiyas,. Manna’al-qaththan (1989 : 235 )dalam kitab
Al-tasyri’wa al-fiqh fi al-islam : Tarikh (an) wa manhaj (an),mengatakan bahwa
kalimat di atas di kutip dari kitab Al-Umm. Ahmad Amin ( ii.t.th ; 223 )dalam kitab
dluha al-islam, menjelaskan langkah-langkah ijtihad al-syafi’I,menurut Imam syafi’i
rujukan pokok adalah Al-Qur’an dan Sunnah, ukumnya di tentukan dengan cara
qiyas,Sunnah di gunakan apabila sanadnya shahih. Ijmak lebih di utamakan atas
khabar mufrad,makna yang di ambil dari hadits adalah makna zahir,Apabila suatu
lafadz ihtimal ( mengandung makna lain ) ,maka makna zahir lebih di utamakan;
Hadits muqathi’ di tolak kecuali jalur ibn al-musayyab al-ashl tidak boleh di qiyaskan
kepada al-ashl , kata “mengapa” dan “bagaimana” tidak boleh di [ertanyakan kepada
Al-Qur’an dan Sunnah, Keduanya di pertanyakan hanya kepada al-furu’,Qiyas dapat
menjadi hujjah apabila pengqiyasannya benar.
Dengan demikian,dalil hukum bagi al-syafi’i adalah Al-Qur’an, sunnah, dan
Ijmak. Sedangkan tehnik ijtihad yang di gunakan adalah al-qiyas dan al-takhyir
apabila menghadapi ikhtilaf pendahulunya.

 Qaul Qadim dan Qaul Jadid.
Ahmad Amin (ii t,th : 231 ) menjelaskan bahwa ulama’ membagi pendapat allsyafi’I menjadi dua; yaitu :
1. Qaul Qadim : pendapat al- syafi’I yang di kemukakan dan di tulis di Irak.
2. Qaul Jadid : pendapat al-syafi’I yang di kemukakan dan di tulis di Mesir.
Sebab terbentuknya qaul qadim dan qaul jaded adalah karena imam syafi’I
mendengar dan menemukan hadits dan fiqih yang di riwayatkan ulama Mesir yang
tergolong ahl al-Hadits ( Sya’ban Muhammad Isma’il ,1985 : 38 )

No
1.

TOPIK
Tertib dalam wudlu

QaulQadim
Orang yang wudlunya

Qaul Jadid
Orang yang wudlunya

tidak tertib karena lupa

tidak tertib meskipun

2.

adalah sah

karena lupa adalah tidak

Berturut-turut dalam

Berturut-turut dalam

sah
Berturut-turut dalam

wudlu

membasuh anggota

membasuh anggota badan

badan yang wajib di

yang wajib di basuh dalam

basuh dalam berwudlu

berwudlu adalah sunat

3.

Menyentuh Dubur

adalah wajib
Menyentuh dubur tidak

bukan wajib
Menyentuh dubur

4.

Tangan yang wajib di

membatalkan wudlu
Tangan yang wajib di

membatalkan wudlu
Tangan yang wajib di

usap dalam

usap hanyalah du telapak

usap adalah dua telapak

tayammum
Tayammum dengan

tangan
Seseorang di bolehkan

tangan serta dua sikunya
Seseorang tidak di

pasir

tayammum dengan pasir

bolehkan tayammum

5.

dengan pasir.

Selain Qaul qadim dan Qaul jaded,Imam syafi’i juga memiliki pendapat yang sebagian
besar tercermin dalm kitab Al-Umm,Di antaranya sebagai berikut.:
1. Imamah
Menurut Al-Syafi’i, masalah imamah termasuk masalah agama ( amr
diniy ) ; Oleh karena itu,Menurutnya mendirikan imamah merupakan kewajiban
agama ( bukan sekedar kewajiban aqli ).Pemimpin umat islam mesti beragama
islam dan orang-orang non muslim terlindungi. (Muhammad Abu Zahrah,t.th : 271
)
Selanjutnya,Ia berpendapat bahwa pemimpin mesti dari kalangan Quraisy.
Alasannya,karena ada sebuah riwayat yang terkenal di kalangan sunni yang di
jadikan kunci penyelesaian perdebatan politik.di saqifah bani sa’ddah untuk
menentukan pengganti Nabi SAW sebagai pemimpin Negara dan agama. Hadits
itu di riwayatkan oleh bukhori dalam kitab shohih al-bukhori dan muslim dalam
shohih muslim. (Bukhori, vii.t.th : 105 dan Muslim II.t.th : 120 ). Dalam
menanggapi situasi politik sebelum zamannya,Al-syafi’i berpendapat bahwa ‘Ali
bin abi thalib adalah haqq,dan mu’awiyyah ibn Abi sufyan adalah Haqq,tetapi
keduanya melakukan kekeliruan bbaghaya,begitu juga khawarij, (Muhammad Abu
zahrah,t.th : 272 ).
Dalam pandangan Imam Al-syafi’i ,pemimpin yyang berkualitas adalh
pemimpin yang memiliki criteria berilkut :
1. Berakal

2. Dewasa
3. Merdeka
4. Beragama Islam
5. Laki-laki
6. Dapat melakukan Ijtihad
7. Memiliki kemampuan mengatur (Manajerial, al-tadbir )
8. Gagah Berani
9. Melakukan perbaikan agama.
10. Dari kalangan Quraisy ( Muhammad ibn idris al-syafi’i t.th : 34 )
 Rujukan Syafi’iah
Rujukan utama syafi’I adalah kitab al-umm dan kedua adalah kitab Risalah .Dan
berikut ini di antara kitab-kitab kaidah fiqih aliran syafi’iah:
1. Qawa’id Al-ahkam fi mashalih al-Anam
2. Al-asybah wa Al-Nazha’ir karya ibnu wakil ( w.716 )
3. Al-asybah wa Al-Nazha’ir karya Taj Al-din al-subkhi (w.771 )
4. Al-asybah wa Al-Nazha’ir karya Ibn Al-mulaqqin (w.804)
5. Al-asybah wa Al-Nazha’ir karya Jalal al-din al-suyuthi (w.911)
4.Aliran Hanbali
 Nama lengkap beliau adalah abu abdillah ahmad bin hanbal bin hilal bin as’ad adzdzuhali.
 Dilahirkan di Salam,Baghdad Tahun 164 H dan Wafat 214 H
 Kemunculan mazhab ini merupakan reaksi terhadap sikap yang berlebihan dari
beberapa aliran seperti syi’ah,khawarij,mu’tazilah,Qadariyyah dan Murji’ah. Kaum
mu’tazilah mmisalnya menganggap bahwa Al-Qura’an bukan kalamullah tetapi
makhluk Allah.
 Cara Ijtihad Ahmad ibn Hanbal:
1. Al-Nushush dari Al-Qur’an dan sunnah.
2. Apabila tidak di dapatkan dalam Al-Qur’an dan sunnah ia menukil ftwa
sahabat ,memilih pendapat sahabat yang di sepakati sahabat lainnya.
3. Apabila fatwa sahabat berbeda-beda,ia memilih salah satu pendapat yang lebh dekat
kepada al-Qur’an dan sunnah.
4. Ahmad ibn Hanbal menggunakan Hadits mursal dan dlaif apabila tidak ada
atsar,qaul sahabat, atau ijmak yang menyalahinya,.

5. Apabila hadits mursal dan hadits dla’if sebagaimana di isyaratkan di atas tidak di
dak di dapatkan , ia menganalogikan ( menggunakan qiyas ) dalam
pandangannya,qiyas adalah dalil yang di pakai dalam keadaan terpaksa.
6. Langkah terakhir adalah menggunakan sad al-dzara’i(melakukan tindakan prefentif
terhadap hal-hal yang negative )
 Fiqih Ahmad bin Hanbal
Dalam bidang muamalah terutama tentang khiyar Al-majlis. Imam Ahmad
berpendapat bahwa jual beli belum di anggap lazim meskipun telah terjadi ijab dan
qabul (akad), Apabila penjual dan pembeli masih satu ruangan yang di tempat itu akad
di lakukan,Apabila keduanya atau salah satunya tidak di tempat itu lagi (sudah berpisah)
,maka akad sudah lazim,Alasannya adalah Hadits riwayat Malik dari Nafi’dan abdallah
ibn ‘Umar r.a. yang menyatakan bahwa nabi muhammmad SAW Bersabda :

‫والمتبيعان كل واحد منهما بالخيار مالم يتفرقا بابدانهما‬
“Setiap penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar (pilih) selama keduanya belum
berpisah (Mushthafa daib Al-Bu’a, 1993 : 491-2 )
 Karya-karya beliau antara lain musnad Ahmad yang menghimpun 40.000 Hadits. Karya
beliau yang lain adalah Tafsir Al-Qur’an dan kitab al-nasikh wa al-mansukh. Sedangkan
kitab-kitab yang menjadi rujukan fikih Hanabilah dan beriisi tentang gagasan Ahmad
ibn Hanbal adalah sebagai bberikut :
1. Mukhtashar al-khurai
2. Al-mughni syarh ala mukhtashar al-khurai
3. Majmu’ fatawa ibn taimiah
4. Ghayat al muntaha fi al jambain al lana wa al muntaha
5. Al-jami’ al-kabir.

5.Aliran Zhahiri
 Mazhab ini di sebut zhahiriah karena di nisbahkan kepada gelar pendirinya,yaitu Daud
ibn ‘Ali al-ashbahani (202 -270 )
 Nama lengkap beliau adalah Abu sulaiman daud ibn ‘ali ibn Khalaf al-ashbahani albaghdadi
 Di lahirkan di Baghdad pada tahun 202 H dan meninggal di Baghdad pada tahun 270 H.
 Beliau belajar fiqih kepada sahabat dan murid imam al-syafi’i yang tinggal di Baghdad.
 Cara ijtihad Daud al zhahiri.

Seperti telah di sebutkan imam daud al-zhahiri menolak alqiyas dan mengajukan
al dalil sebagai cara memahami nash. Dalam mempertegas cara ijtihadnya . imam daud
alzhahiri berkata “Sumber hukum pokok adalah Al-Qur’an, sunnah, dan Ijmak”
(Muhammad ibn al hasan al hujwi al tsa’alabi al fasi,1997 ).Menurut (Muhammad abu
zahrah ,t.th: 376).Bagi Imam Daud Al zhahiri ,makna yang di gunakan dari al-Qur’an
dan sunnah adalah makna dlahir atau makna tersurat ,ia tidak menggunakan makna
tersirat ,apalagi mencari illat sebagaimana di lakukan oleh ulama yang mengakui al
qiyas sebagai cara ijtihad seperti muhammmad ibn idris al-syafi’I , menurut Imam daud
alzhahiri syari’at tidak boleh di intervensi Oleh akal.
Imam Daud al zhahiri menentang al qiyas.Dalam memenolak alqiyas,ia
berpendapat bahwa yang pertama melakukan qiyas adalah iblis (Muhammad ibn al
hasan al- hujwi al-Tsa’alabi al-fasi : 1977). Meakipun demikian ia tidak menentang al
qiyas secara keseluruhan. Menurut hasil penelitian ibn al- subkhi ,qiyqs yang di tolak
oleh Imam Daud alzhahiri adalah qiyas khafi,sedangkan qiyas jali di terimanya.
 Fiqih Imam Daud al-Zhahiri,Contoh
1. Menikah dengan perempuan yang di pinang oleh laki-laki lain.
Dalam hadits di katakana bahwa nabi Muhammad saw melarang umat islam
meminang perempuan yang berada dalam pinangan orang lain ,sebagaimana
seseorang tidak boleh membeli benda yang sudah di beli ole orang lain.,Karena
umat islam dengan yang lainnya adalah saudara.
Ullama berbeda pendapat dalam memahami cegahan yang terdapat dalam
hadits tersebut.Menurut Imam al-khuthubi ,cegahan yang terdapat dalam hadits
tersebut adalah li ta’dib(bertujuan mendidik ),bukan li tahrim ( mengharamkan).
Dalam pandangan jumhur ulama,menikah dengan perempuan yang sedang berada
dalam pinangan laki-laki adalah sah ,meskipun hukum peminangannya adalah
haram..Sedangkan menurut Imam Daud al-zhahiri,pernikahan tersebut di anggap
fasakh,baik sudah melakukan persetubuhan maupun belum,. ( Muhammad ibn
Isma’il al-kahlani,t.th III : 113 – 4 )

2.PELESTARIAN MAZHAB DAN AKHIR ZAMAN KEEMASAN.
Sebagaimana di katakan ,meskipun mazhab fiqih berkembang begitu banyak tetapi yang
berkembang hingga sekarang hamya sebagian kecil. Thaha jabir fayadl al-Ulwani (1987 : 87 8 ) menjelaskan bahwa mazhab fiqih islam yang muncul setelah sahabat dan khibar al-tabi’in
berjumlah 13 aliran.
Dari sekian banyak aliran aliran fikqih yang ada pada zaman dahulu ada yang bisa
tumbuh dan berkembang hingga saat ini dan ada yang tidak. Aliran-aliran fiqih yang tumbuh
dan berkembang hingga sekarang di mungkinkan karena adanya dukungan penguasa ,seperti
mazhab hanafi mulai berkembang ketika abu yusuf,murid abu Hanifah di angkat menjadi

qadli (hakim) dalam pemerintahan tiga khalifah abbasiyyah,yaitu khalifah al-Mahdi,kahalifah
al-Hadi, dan Harun ar-rasyid. Al- kharaj adalah kitab yang di susun atas permintaan khalifah
Harun al-rasyid.
Mazhab Malik berkembang atas dukungan al-Manshur di khilafah timur dan yahya ibn
yahya ketika di angkat menjadi qodli oleh para penguasa Andalusia. Di afrika,Muiz badis
mewajibkan seluruh penduduk mengikuti mazhab maliki.
Mazhab syafi’i betkembang di mesir setelah shalahuddin al-ayyubi merebut negeri itu.
Mazhab Hanbali menjadi kuat setelah al-mutawakkil di angkat menjadi khalifah
abbasiyyah. Ketika itu,al-mutawakkil tidak akan mengangkat seorang qodli kecuali atas
persetujuan Ahmad ibn Hanbal.
Suaiaman all-asyqar (1991- 161) mengatakan bahwa dinasti bani abbas berjasa dalam
melestarikan mazhab hanafi dengan mengangkat abu yusuf sebagai hakm agung. (Qodly alqudlat), Dinasti fatimiah berjasa dalam melestarikan mazhab isma’iliah,Dinasti umayyah di
Andalusianberjasa dalam melestarikan mazhab Maliki,Dinasti ayubiyyah di mesir berjasa
dalam melestarikan mazhab syafi’i dan Dinasti su’udiyyah di Saudi arabiyah berjasa dalam
melestarikan mazhab hanbali.
Akhir zaman keemasan fiqih adalah ketidak munculan mujtahid mutlak yang dapat
membangun cara dan mekanisme berpikir hingga tidak ada lagi mujtahid pendiri mazhab.
Akhir zaman keemasan itu adalah ketika ijtihad di tutup sehingga ulamatidak lagi berijtihad
kecuali berijtihad dengan mengikatkan diri pada aliran fikih tertentu.
Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa pendapat tentang ijtihad telah tertutup,Muncul
pada Abad IV H. Menurut Muhammad ‘ali al sayyis (1970 : 107 ) dalamkitab nasy’at al-fiqh
al-ijtihadi wa athwarun.setelah ibnu jarir al-thabari (w.310H).Tidak terdapat lagi mujtahid
mutlak.

BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyyah hukum mulai berkembang dengan pesat.
Adapun factor yang mendorong perkembangan hukum islam adalah berkembangnya ilmu

pengetahuan di dunia islam. Yang di sebabkan oleh banyaknya mawali yang masuk
islam ,berkembangnya pemikiran karena luasnya ilmu pengetahuan serta adanya upaya umat
islam untuk melestarikan Al-Qur’an.

B.SARAN
Sebagai generasi muda islam ,sudah sepatutnya kita belajar dan memahami ilmu-ilmu agama
maupun ilmu pengetahuan,melalui sejarah para Anbiya’,ulama,Tabi’,tabi’-tabi’in. Ataupun
dari peninggalan kitab-kitab ulama’ terdahulu. Supaya kita mampu menjadi generasi muda
is;lam yang berwawasan luas dan mempunyai dasar dalam menentukan sebuah hukum islam
supaya kita tidak tersesat karena mengikuti ajaran Agama yang salah.