Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Murbei Di Kabupaten Tana Toraja

Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Murbei Di Kabupaten Tana
Toraja
Oleh
A. Marhasan1
Staf Pengajar Pada STIM Nitro Makassar

Abstract
This research aims to know caused of decrease production in
long time by low productivity rate relatively in natural silk
trade by district in Tana Toraja. This research conducted by
agriculture trade survey of mulberry by district in Tana
Toraja. Data obtained is data primer which reach by
interview with farmer sample is 60. Data analyze using
Cobb-Douglass type.
Result of research show that decrease of production in long
time by low productivity rate relatively of natural silk trade
by district in Tana Toraja, caused by not efficiency yet of
production factors using in murbei of agriculture trade,
either technically or economically. To obtaining high
efficiency economic, need to add of production factors using,
so that production and productivity may increasing.


PENDAHULUAN
Usahatani sutera alam sudah dikenal dan berkembang di Sulawesi
Selatan sejak tahun 1950-an. Produksi benang sutera di Sulawesi Selatan
pernah mencapai puncak tertinggi pada tahun 1980-an dengan produksi
sebesar 200 ton (Fajar, 18 September 2003, fajar.co.id). Setelah itu
mengalami penurunan dan hingga tahun 2004 hanya mencapai rata-rata
59 ton per tahun (Balai Sutera Alam, 2004).
Produktivitas tertinggi di Sulawesi Selatan dalam periode 1997 2001 tercapai pada tahun 2000 sebesar 15,8 kg benang sutera/ha/tahun,
sedangkan produktivitas potensial mencapai 108 kg benang
sutera/ha/tahun (Balai Persuteraan Alam di Bili-bili Kabupaten Gowa).
Nampak adanya selisih yang rekatif besar antara realisasi produksi dan
produksi potensial yang mencapai 92,2 kg. Hal ini menunjukkan bahwa
1

Dr. A. Marhasan, S.E., M.Si. Telp. (0411) 459 061 – 459 062, Fax. (0411) 459 063,
e-mail: andimarhasan@yahoo.co.id. Jalan Racing Centre no. 101 Makassar - 90231.

========= PROGRESIF. 173
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.


permasalahan yang dihadapi dalam usaha persuteraan di Sulawesi
Selatan adalah terjadinya penurunan produksi dan produktivitas relatif
rendah yang kemungkinan disebabkan pemanfaatan faktor produksi
yang belum atau tidak efisien
Menghadapi persaingan, baik di tingkat nasional maupun
internasional, daerah produsen benang sutera di Sulawesi Selatan
harus berproduksi dalam keadaan efisiensi
yang tinggi, bukan hanya dari segi fisik dan agroekologi (technical
efiiciency) yang merupakan necessary conditions, tetapi juga
berproduksi dalam keadaan efisiensi harga (price or allocative efficiency)
sebagai sufficient conditions. Daerah produsen benang sutera di
Sulawesi Selatan yang potensial adalah Kabupaten Tana Toraja, di
sampaing daerah lainnya seperti Kabupaten Enrekang, Kabupaten Wajo,
dan Kabupaten Soppeng. Adanya kesesuaian jenis komoditas dengan
kondisi lingkungan di Kabupaten Tana Toraja, sehingga daerah tersebut
dipilih sebagai lokasi penelitian ini. Oleh karena itu, kajian efisiensi
ekonomi, yang meliputi efisiensi teknis dan efisiensi harga pada
usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja, menjadi fokus kajian dalam
studi ini.

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah penggunaan
faktor-faktor produksi berpengaruh terhadap produksi murbei di
Kabupaten Tana Toraja? (2) Seberapa tinggi tingkat efisiensi teknis
usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja? (2) Seberapa tinggi tingkat
efisiensi harga usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja?
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui: (1) Signifikansi
penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi murbei di
Kabupaten Tana Toraja; (2) Tingkat efisiensi teknis usahatani murbei di
Kabupaten Tana Toraja; dan (3) Tingkat efisiensi harga usahatani murbei
di Kabupaten Tana Toraja.
Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut: (1) sebagai pedoman dalam menentukan kombinasi
pemanfaatan faktor produksi yang optimal untuk mencapai tingkat
efisiensi yang tinggi, baik oleh pemerintah dalam memberikan
penyuluhan kepada petani, maupun petani sebagai pengelola usahatani
murbei dan kokon; dan (2) hasil penelitian ini diharapkan dapat
berkontribusi terhadap pengembangan teori, khususnya teori produksi,
sehingga dapat menjadi rujukan dalam penelitian selanjutnya.


174 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

KERANGKA TEORITIS
Konsep Produksi
Analisis produksi berfokus pada penggunaan masukan (input)
yang efisien untuk menciptakan output. Koutsoyiannis (1979) serta
Pappas dan Hirschey (1993) menyatakan bahwa produksi meneliti
karakteristik teknis dan ekonomis yang digunakan untuk menghasilkan
barang dan jasa, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal
menggabungkan input untuk meminimumkan biaya.
Salvatore (2001), Samuelson dan Nordhaus (1992) serta Schileer
(1989) menjelaskan bahwa fungsi produksi menyatakan hubungan antara
jumlah output maksimum yang bisa diproduksi dan input yang
diperlukan guna menghasilkan output tersebut, dengan tingkat
pengetahuan teknik tertentu. Fungsi produksi mengambarkan apa yang
layak secara teknis (technically feasible) bila perusahaan berusaha secara
efisien.
Pindyck dan Rubinfeld (1997) menyatakan bahwa hubungan input
dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik

teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi
berubah, sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output
untuk serangkaian input tertentu.
Produktivitas faktor adalah kunci untuk menetapkan kombinasi,
atau proporsi input (variable proportion) yang optimal yang harus
dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the
law of variable proportion. Produktivitas faktor memberikan dasar untuk
penggunaan sumberdaya yang efisien dalam sebuah sistem produksi.
Pengembangan output di mana terdapat sekurang-kurangnya satu faktor
produksi yang konstan dijelaskan oleh the law of deminishing returns
dari faktor berubah, yang menyatakan bahwa sementara jumlah satu
input variabel meningkat, dengan jumlah semua faktor lainnya
dinyatakan konstan, kenaikan yang dihasilkan dalam output pada
akhirnya akan menurun (Pappas dan Hirschey, 1993 dan Soekartawi,
dkk, 1986).
Terdapat tiga situasi yang mungkin dalam tingkat pengembalian
terhadap skala (Browning dan Browning, 1989). Pertama, jika kenaikan
yang proporsional dalam semua input sama dengan kenaikan yang
proporsional dalam output (εp = 1), atau constant returns to scale.
Kedua, jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan

lebih besar daripada kenaikan dalam input (εp > 1) atau increasing
returns to scale. Ketiga, jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi
kenaikan input (εp < 1) atau decreasing returns to scale.

========= PROGRESIF. 175
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

Tinjauan literatur menunjukkan terdapat berbagai bentuk fungsi
produksi, antara lain: fungsi produksi Cobb-Douglas, Constant Elasticity
of Subtitution, Input-Output, Program Linear, Spillman, Transendental,
Polinomial, dan Fungsi Profit. Studi ini menggunakan fungsi produksi
tipe Cobb-Douglas karena beberapa keunggulan yang dimilikinya.
Konsep Efisiensi
Efisiensi (efficiency) adalah konsep yang sifatnya relatif. Suatu
situasi yang secara ekonomis efisien, mungkin menjadi tidak efisien
ketika dihadapkan pada ukuran-ukuran yang berbeda (Schenk, 1997).
Yotopoulos dan Nugent (1976), menyatakan efisiensi berhubungan
dengan pencapaian output maksimum dari penggunaan sumberdaya
tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar dibanding input yang
digunakan berarti tingkat efisiensi lebih tinggi. Ramly (1993) menyatakan

bahwa tingkat efisiensi yang tinggi tercapai pada saat kondisi optimal
terpenuhi, yaitu apabila tidak ada lagi kemungkinan menghasilkan
jumlah produk yang sama dengan menggunakan input yang lebih
sedikit dan tidak ada kemungkinan menghasilkan produk yang lebih
banyak dengan menggunakan input yang sama.
Farrel (1957) dan Kartasapoetra (1988) mengklasifikasikan konsep
efisiensi ke dalam price or allocative efficiency dan technical efficiency.
Bressler dan King (1970) mengemukakan bahwa efisiensi harga atau
efisiensi alokatif diukur relatif terhadap fungsi produksi sebagai rasio
biaya dengan proporsi input yang digunakan secara aktual. Sedangkan
efisiensi ekonomi diukur dengan indeks efisiensi teknik dan indeks
efisiensi harga.
Doll dan Orazem (1984) menyatakan bahwa pendekatan
sistematik pada perencanaan sektor pertanian umumnya membagi
necessary conditions dan sufficient conditions berdasarkan technical
efficiency dan economic efficiency atau allocative efficiency. Technical
efficiency menyatakan syarat perlu dan economic efficiency menyatakan
syarat cukup.
Soekartawi (1995) menyatakan bahwa suatu penggunaan faktor
produksi dikatakan efisien secara teknis kalau faktor produksi yang

dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi
harga (efisiensi alokatif) kalau nilai dari produk marjinal sama dengan
harga faktor produksi yang bersangkutan, dan dikatakan efisiensi
ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan
sekaligus juga mencapai efisiensi harga.
Dillon dan Hardaker (1986) menjelaskan bahwa bila model fungsi
produksi yang dipakai, maka kondisi efisiensi harga yang sering dipakai
sebagai patokan. Misalkan fungsi produksi tipe Cobb-Douglas
dirumuskan sebagai berikut:
176 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

Y = A X b dan produk marjinal = ∂ Y / ∂ X = b
Kondisi efisiensi teknik menghendaki produk marginal = = ∂ Y / ∂
X = 0 dengan slop negatif, sedangkan kondisi efisiensi harga
menghendaki menghendaki nilai produk marginal (NPMX) sama dengan
harga faktor produksi X, atau dapat dituliskan sebagai berikut:
b . Y . PY

b . Y . PY


---------------- = PX

atau

X

---------------- = 1
X . PX

di mana: b = elastisitas; Y = produksi; PY = harga produk Y; X =
jumlah faktor produksi X, dan PX adalah harga faktor produksi X.
Skema kerangka Pikir
Dalam studi ini yang dimaksud dengan efisiensi penggunaan
sumberdaya meliputi technical efiiciency dan price or allocative
efficiency. Secara sederhana, kerangka pemikiran dalam studi ini
disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut.
USAHATANI
PERSUTERAAN
ALAM


BUDIDAYA
MURBEI

BUDIDAYA
KOKON

Areal
Tanaman
Murbei
Pupuk
Pestisida
Tenaga Kerja

Bibit F1
Pakan
Obat-obatan
Tenaga Kerja
Sarana/Peralatan


Efisiensi
Teknis

Efisiensi
Ekonomi

Harga Input
dan Output

Efisiensi
Harga

========= PROGRESIF. 177
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

Hipotesis
1. Penggunaan faktor-faktor produksi berpengaruh signifikan
terhadap produksi murbei di Kabupaten Tana Toraja.
2. Intensitas penggunaan faktor produksi masih relatif rendah
yang menyebabkan elastisitas produksi lebih besar daripada
satu (increasing return to scale), sehingga pengelolaan
usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja belum mencapai
efisiensi teknis dan petani memiliki peluang untuk
meningkatkan produksi melalui penambahan intensitas
penggunaan faktor produksi.
3. Alokasi penggunaan faktor produksi belum optimal yang
menyebabkan nilai produk marginal lebih besar daripada
satu, sehingga pengelolaan usahatani murbei di Kabupaten
Tana Toraja belum mencapai efisiensi harga atau alokatif dan
petani memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatan
melalui realokasi penggunaan faktor produksi secara optimal.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei terhadap usahatani
murbei Kabupaten tana toraja dengan asumsi daerah tersebut telah
memenuhi syarat-syarat agroekologi dan agronomi, dengan mengambil
sampel 60 petani. Penelitian ini menggunakan data primer yang
dikumpulkan dari bulan Oktober – Desember 2008.
Model Analisis
Estimasi fungsi produksi dalam studi ini menggunakan model
pendugaan fungsi produksi tipe Cobb-Douglas, dengan spesifikasi
sebagai berikut.

di mana:
Y

=



= Jumlah produksi murbei dalam satuan kg/siklus usaha.

X1 = Luas areal tanaman murbei dalam satuan ha/siklus usaha.
X3 = Jumlah pemakaian pupuk urea dalam satuan kg/siklus usaha.
X4 = Jumlah pemakaian TSP dalam satuan kg/siklus usaha.
X5 = Jumlah pemakaian KCL dalam satuan kg/siklus usaha.

178 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

X6 = Jumlah curahan tenaga kerja dalam satuan jam/ha/siklus usaha.
i

= Parameter regresi yang akan ditaksir

u

= Kesalahan penggangu

e

= Bilangan natural.

Nilai koefisien yang harapkan adalah i > 0. Dengan asumsi bahwa ei2
mengikuti distribusi normal dengan rata-rata = 0 dan varians = 2 atau ei  N
(,2), maka pengujian signifikansi pengaruh faktor-faktor produksi

dalam studi ini menggunakan uji-t (Grenee, 1990 dan Gujarati, 1988).

Pengujian tingkat efisiensi teknis dan skala usaha menggunakan
formula Jonhston (Riza, 1984) dengan formulasi sebagai berikut.
Rb – 1
thitung = ----------------------S  C’ (X’X)-1 C
di mana:
Rb

= elastisitas usahatani

S

n
=   ei2 / (n – k)
i=1

C

= matriks ukuran 6 x 1

C’

= matriks ukuran 1 x 6

(X’X) = matriks ukuran 6 x 6
Pengujian tingkat efisiensi harga menggunakan formula Theil (Riza,
1984) dengan formulasi sebagai berikut:
(bi – bi*)’ (X’X) (bi – bi*)
Fhitung = ----------------------------------h S2
di mana:
bi*

= Xi PXi / Y PY

h

= jumlah variabel dalam model

S2

= Standar error model

========= PROGRESIF. 179
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Estimasi Fungsi Produksi Murbei
Hasil estimasi fungsi produksi murbei di Kabupaten Tana Toraja
secara ringkas disajikan pada Tabel 1. Uji asumsi klasik menyimpulkan
terpenuhinya asumsi: non-multikolinearitas, homoskedastisitas, dan
non-otokorelasi. Analisis varians menghasilkan harga Fhitung = 84,99
pada taraf signifikansi 0,000, yang berarti fungsi produksi murbei pada
Tabel 1 sangat signifikan. Persamaan regresi tersebut dapat menjelaskan
89,52% variasi tinggi rendahnya produksi murbei, sedangkan 10,48%
sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak tercakup dalam model.

^

6,2380

Y=

0,2850

X1

0,5173

0,2073

X2

X3

0,0134

X4

0,0061

X5

0,2934

X6

Secara parsial, terlihat koefisien regresi variabel bebas luas areal
(X1), jumlah pohon murbei (X2), pupuk urea (X3), pupuk TSP (X4), dan
jam kerja (X6) memiliki taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5%,
kecuali pupuk KCL (X5) yang memiliki taraf signifikansi lebih besar dari
0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas luas
areal (X1), jumlah pohon murbei (X2), pupuk urea (X3), pupuk TSP (X4),
dan jam kerja (X6) berpengaruh signifikan, sedangkan pupuk KCL (X5)
tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi murbei (Y) di
Kabupaten Tana Toraja.
Tabel 1.

Hasil analisis fungsi produksi murbei di Kabupaten Tana Toraja

Variabel

Koefisien
Regresi

Std. Error

t-Test

Signifikansi

1,8307

1,1370

1,6101

0,1133

0,2850*

0,1140

2,5003

0,0155

Jml Pohon (X2)

0,5173**

0,1258

4,1122

0,0001

Urea

(X3)

0,2073**

0,0707

2,9307

0,0050

TSP

(X4)

0,0134*

0,0056

2,4025

0,0198

KCL

(X5)

0,0061

0,0042

1,4670

0,1483

0,2934**

0,0923

3,1800

0,0025

(Constant)
Areal

(X1)

Jam Kerja (X6)
Adjusted R Squared

= 0,8952

FHitung

= 84,99**

Multiple R

= 0,9518

Signifikansi

= 0,000

Sumber: Hasil analisis data primer, 2008.

180 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

Efisiensi Ekonomi
Analisis tingkat efisiensi teknis dan skala usaha. Suatu penggunaan
faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (technical efficiency) jika
faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi maksimum.
Dengan kata lain, efisiensi teknis tercapai pada saat elastisitas produksi
() sama dengan nol ( = 0). Koefisien regresi (bi) merupakan elastisitas
produksi daun murbei (Y) terhadap perubahan variabel bebas (Xi).
Jumlah koefisien regresi (bi), kecuali intersep, menunjukkan tingkat
pengembalian usaha (Returns to Scale = RTS).
Pengujian skala usaha budidaya murbei dengan menggunakan
formula Jonhston, menghasilkan Returns to Scale (RTS) = 1,322 dengan
nilai thiutng = 2,7062 > t0,05(59) = 1,671. Ini berarti secara signifikan, RTS
usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja berada pada skala usaha
meningkat (increasing returns to scale).
Dalam keadaan increasing returns to scale, produksi total, produksi
marginal dan produksi rata-rata sedang menaik, yang menyiratkan
tingkat pemakaian faktor produksi belum efisien secara teknis dan
tingkat produksi belum maksimum. Dengan demikian, petani murbei di
Kabupaten Tana Toraja memiliki peluang untuk meningkatkan produksi
melalui penambahan pemakaian faktor-faktor produksi.
Analisis Tingkat Efisiensi Harga. Efisiensi harga atau alokatif (price
or allocative efficiency) tercapai jika penggunaan faktor produksi
menghasilkan pendapatan maksimum. Dengan kata lain, efisiensi harga
tercapai jika nilai produksi marginal (NPMX) sama dengan harga faktor
produksi (PX) yang bersangkutan, atau NPMX / PX = 1.
Pengujian tingkat efisiensi harga dengan menggunakan formula
Theil (Riza, 1984) menghasilkan Fhitung = 17,371 > F0,05 (6)(59) = 2,23, yang
berarti petani belum mengelola usahataninya secara efisien; atau belum
mencapai efisiensi harga (efisiensi alokatif), sehingga tingkat keuntungan
yang dicapai belum maksimum. Rasio nilai produk marginal (NPMX)
terhadap harga faktor produksi (PX) atau NPMX / PX dari masing-masing
faktor produksi adalah: areal (X1) = 1,09; jumlah pohon murbei (X2) =
1,30; urea (X3) = 1,88; TSP (X4) = 0,23; KCL (X5) = 0,10, dan jam kerja (X6)
= 1,14. Ini berarti petani perlu penambahan pemakaian faktor produksi
Areal (X1), jumlah pohon murbei (X2), pupuk urea (X3), dan urea (X4);
sedangkan penggunaan faktor produksi pupuk TSP (X5) dan KCL (X6)
sudah berlebih, sehingga penggunaannya perlu dikurangi untuk
meningkatkan keuntungan.
Efisiensi ekonomi tercapai kalau usahatani tersebut mencapai
efisiensi teknis sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Hasil analisis
menyimpulkan bahwa usahatani murbei di Kabupaten Tana Toraja
belum mencapai efisiensi teknis maupun efisiensi harga, sehingga

========= PROGRESIF. 181
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

efisiensi ekonomi juga belum tercapai. Namun demikian, dengan asumsi
bahwa petani berusaha memaksimumkan keuntungan usahataninya,
maka kriteria dalam penggunaan faktor produksi adalah tercapainya
efisiensi harga. Oleh karena itu, petani perlu meningkatkan dan
mengatur proporsi penggunaan faktor produksi sedemikian rupa
sehingga nilai produk marginal dari faktor produksi Xi sama dengan
harga faktor produksi Xi, dalam upaya memaksimumkan
pendapatannya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Rendahnya tingkat produksi dan keuntungan yang dicapai petani
disebabkan pengelolaan usahatani murbei belum efisien, baik secara
teknis maupun efisiensi harga akibat rendahnya pemakaian beberapa
faktor produksi, seperti: lahan, jumlah tanaman murbei, pupuk urea, dan
jam kerja, sedangkan penggunaan pupuk TSP dan KCL sudah tidak
efisien (berlebih).
Untuk mengatasi masalah rendahnya tingkat produksi dan
keuntungan yang dicapai petani, maka disarankan penambahan
penggunaan faktor produksi, sehingga pengelolaan usahatani dapat
mencapai tingkat efisiensi ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, juga
perlu dilakukan realokasi (pengaturan proporsi) penggunaan faktor
produksi secara optimal dalam mencapai tingkat efisien ekonomi yang
lebih tinggi, dalam meningkatkan keuntungan usahatani murbei.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain (1)
ketersediaan data sekunder yang masih terbatas dan sulit untuk
mendapatkannya; (2) masih terbatasnya referensi tentang persuteraan
alam, terutama dalam bentuk hasil penelitian. Oleh karena itu, kepada
para peneliti disarankan untuk mengembangkan penelitian ini, baik
dalam hal kedalaman kajiannya maupun dalam metodenya.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Persuteraan Alam. 2004. Laporan Balai Persuteraan Alam 2004.
Bressler, R.G. dan R.A. King. 1970. Marker, Price and Interregional Trade.
New York: John Wiley & Sons.
Browning, Edgar K. dan Browning, Jacquelene M. 1989. Microeconomic
Theory and Aplications. Third Edition. USA: Scott, Foresman and
Company.
Dillon, J. L. dan J.B. Hardaker. 1981. Farm Manajemen Research for Small
Former Development. FAO. Bull. 41 Roma.

182 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

Farrel, M.J. 1957. The Measurement of Production Efficiency. Journal of The
Royal Statistical Society Vol. 123 (3).
Grenee, William H. 1990. Econometric Analysis. New York: Macmillan
Publishing Company.
Gujarati, D. 1988. Basic Econometrics. International Student Edition.
McGraw-Hill International Book Company, New York.
Kartasapoetra, A.G. 1988. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Bina
Aksara.
Koutsoyiannis, A. 1979. Modern Microeconomics. Hampshire: MacMillan
Education Ltd.
Pappas, James L. dan Hirschey. Mark. 1993. Managerial Ekonomic.
Singapore: The Dryden Press.
Pindyck, Robert S dan Rubinfeld, Daniel L. 1997. Microeconomics. New
Jersey: Prentice Hall.
Riza, S. G. 1984. Efisiensi Ekonomi Peternakan Sapi Perah Rakyat di
Kelurahan Kebun Pedes, Kodya Bogor. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Salvatore, Domonick. 2001. Managerial Economic. New York: Fordham
University.
Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. 1992. Economics.
Singapore: McGraw-Hill, Inc.
Schenk, Robert. 1997. What Is Economic Efficiency?. http://ingrimayne.
saintjoe.edu/econ/ Efficiency/WhatIsEff.html
Schiller, Bradley R. 1989. The Economy Today. New York: Random House.
Soekartawi. 1995. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. Cet.3. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
------------; Soeharjo, A; Dillon, John L; dan Hardaker, J. Brian. 1986. Ilmu
Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Yotopoulos, A. P. dan J. Nugent. 1976. Economics of Development:
Empirical Investigation. Harper R Row Publisher. New York.

========= PROGRESIF. 183
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63