KONSEP MASA KINI TENTANG FUNGSI SEKOLAH

1

Pengembangan Kurikulum

KONSEP MASA KINI TENTANG FUNGSI SEKOLAH

I.

PENDAHULUAN
Proses pendidikan yang diselenggarakan di lembaga sekolah diantaranya
mempunyai fungsi yang diharapkan dapat menyiapkan peserta didik agar
mampu membangun kehidupan dan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan
yang akan dihadapi di masa mendatang. Proses pendidikan mempunyai dua ciri
utama yaitu irreversible dan anticipative. Proses irreversible ( tidak dapat
diulang ), artinya segala karakter yang dibangun selama proses

( termasuk

kesalahan-kesalahan ( defects ) dalam proses ), akan melekat dalam produk dan
tidak dapat ditarik kembali. Berbeda dengan proses reversible, seperti
pembuatan produk tertentu yang tangible di sebuah industry mobil misalnya.

Kecacatan ( defect ) bagian tertentu dari mobil yang telah dihasilkan, masih
dimungkinkan dilakukan panarikan produk mobil tersebut dari peredarannya di
pasar. Akan tetapi kecacatan produk pendidikan ( lulusannya ), tidak mungkin
ditarik kembali ke kampus untuk dilakukan “pembetulan”. Oleh karena itu,
perencanaan dan pengembangan

sistem pendidikan ( termasuk didalamnya

pengembangan kurikulum ) harus dilakukan dengan ekstra hati-hati dengan
kajian yang mendalam.
Ciri yang kedua adalah anticipative, artinya pengembangan potensi peserta
didik harus diarahkan agar dia mampu menjawab persoalan kedepan.
Pendidikan merupakan ikhtiar untuk mengekplorasi talenta ( bakat ) dan
potensi yang dimiliki peserta didik, sekaligus dapat diibaratkan bahwa pendidikan
itu sebagai “alat reproduksi” sosial. Pendekatan yang dilakukan, content
kurikulum yang disajikan dan lingkungan, budaya ( atmosfer ) pendidikan sangat
mempengaruhi kualitas lulusannya. Kekurangtepatan penentuan pendekatan
dan konten serta atmosfernya akan menghasilkan generasi, produk, lulusan
yang bukan hanya memiliki social defect ( cacat social ) tapi juga technical
defect


( cacat ketrampilan ).

Dalam sistem pendidikan, kurikulum merupakan cerminan kehendak tentang
gambaran lulusan yang dicitakan, sekaligus sebagai gambaran tentang proses
dan sumberdaya ( resources ) yang dimiliki.

2

Pengembangan Kurikulum

Sebuah keputusan mengubah kurikulum memiliki makna yang sangat
penting untuk menghantarkan peserta didik ke depan. Itu sebabnya kurikulum
memang perlu dilakukan evaluasi secara pereodik dan dilakukan adjustment
agar kurikulum tersebut comply dengan tuntutan jaman (Mohammad Nuh, 2010).
Pengembangan kurikulum pada hakekatnya sangat komplek, karena faktor
yang terlibat didalamnya. Salah satu faktor tersebut diantaranya adalah asasasas yang mendasari setiap kurikulum dan komponen yang saling terkait erat
dan karena itu dapat dikatakan mempunyai suatu struktur. Komponen-komponen
kurikulum yang lazim dan selalu dipertimbangkan dalam pengembangan
kurikulum, diantaranya : Tujuan, Bahan pelajaran, Pengorganisasian /proses

belajar mengajar dan penilaian.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka pemaknaan konsep masa kini
tentang fungsi sekolah harus mendasar pada suatu kenyataan yang berkembang
di masyarakat tentang cara pandang masyarakat itu sendri terhadap konsepkonsep pendidikan. Dimana konsep-konsep pendidikan yang berkembang
diantaranya

;

Pertama,

Pendidikan

tramsmiitter warisan budaya. Kedua,

dipandang

sebagai

preserver


dan

Pendidikan dipandang sebagai alat

tranformasi budaya. Ketiga, Pendidikan dipandang sebagai alat pengembangan
individu. Dari ketiga konsep pendidikan yang berkembang diatas mempunyai
implikasi-implikasi tertentu yang akan berpengaruh terhadap Argumentasi
mengenai kepentingan dari suatu orientasi sosial dan pusat orientasi anak-anak
yang telah cukup tajam membelah/membagi pergerakan pendidikan progresif
dalam dua kelompok , satu penguatan akan kecenderungan psikologi pada
pengembangan individu dan kecenderungan yang lain pada rekonstruksi sosial.
II. SUBSTANSI
Konsep masyarakat tentang fungsi Sekolah Umum ditentukan dari
penampakan yang nyata dari kurikulum yang dijalankan. Oleh karena itu, di
dalam budaya yang komplek dengan sitem nilai-nilai pluralisme, sulit untuk
menanamkan fungsi central yang menyatu. Di dalam masyarakat demokratis
rumus-rumus ini jauh lebih komplek dengan lapisan-lapisan masyarakat yang
berbeda di dalam proses penentuan konsep pendidikan secara menyeluruh dan
sekolah umum untuk bagaimana seharusnya dan pelaksanaannya. Bahkan ini


3

Pengembangan Kurikulum

lebih sulit untuk menentukan fungsi central sekolah di dalam masyarakat
demokratis dibanding masyarakat yang otoriter dimana sekelompok kecil yang
kuat memutuskan keduanya apakah yang harus dilakukan.
Masyarakat sekarang ini tidaklah selalu setuju tentang fungsi central dari
sekolah . Seseorang bahkan dapat berkata “ Perdebatan yang luar biasa tentang
sekolah dan fungsinya”. Pengaruh dari perdebatan tentang banyak hal yang
dihadapi masyarakat sekarang diantaranya ; Keseimbangan antara kebebasan
dan pengaturan juga antara kesempatan dan kebiasaan, walaupun kalangan
atas yang berkuasa dan intelek, seharusnya ikut serta dalam pembentukkan
kebijakan umum, dan yang lainnya. Secara umum disetujui bahwa kerangka
utama adalah “krisis dalam dunia pendidikan”

terbentuk dan sulit untuk

menggabungkan dua fenomena : Pengaruh transformasi dari iptek di dalam
masyarakat dan keadaan darurat menyusunnya kelompok totalitarianisme

sebagai sebuah pengembangan kekuatan penjajah. Di dalam pembuatan ujian
secara ringan dari fungsi sekolah umum adalah hubungan yang sangat kuat.,
tetapi sangat sulit, karena kecenderungan isunya sangat membingungkan dan
sudut pandang kurang bermakna dibanding tujuan.
Apapun sudut pandang tentang fungsi dari sekolah umum, sedikit tampak
kesepakatan tentang pentingnya aturan di dalam pendidikan. Masyarakat
Amerika selalu berharap

terhadap pendidikan. Didalam pernyataan Walter

Lippmann, telah dinyatakan bahwa ada kepercayaan yang besar di dalam
pendidikan “Sebagai kekuatan nasional yang dapat memberikan prinsip didalam
kehidupan”. Di dalam sejarah Orang Amerika telah mempunyai asumsi bahwa
pendidikan mempunyai kekuatan untuk mengurangi kemiskinan dan beban,
untuk mencegah kenakalan remaja dan kriminal, dan untuk peningkatan
kecakapan

secara

individu,


kecerdasan

menggunakan

hak

pilih,

dan

kemakmuran untuk stabilitas pemerintah. Sungguh, bahkan pendidikan kali ini,
jika bukan sekolah umum, dinyatakan sebagain suatu antidote melawan
pengaruh setan didalam pikiran manusia dan untuk pencapaian hal-hal yang
baik. Mereka menyerang kepercayaan tentang sekolah dari masyarakat Amerika
bahwa masalah sekolah mempengaruhi tidak hanya individu tetapi juga
masyarakat. Beberapa kritik, contohnya, tampaknya di dalam alasan yang kuat
musuh-musuh masakini adalah hasil dari pendidikan mereka, dimana kelemahan
posisi mereka adalah karena kesalahan pendidikan.


4

Pengembangan Kurikulum

Harapan yang sangat tinggi dan kepercayaan yang naïf dalam pendidikan
merupakan kutukan dan sekaligus berkah. Tidak diragukan mereka telah
memberikan pendidikan sebagai sebuah kekuatan tertentu yang berisi ideology
social. Mereka juga membuatnya lebih banyak pembelajaran untuk melewati
hysteria dan perubahan perasaan masyarakat. Dibanding mereka yang telah
mempunyai pendirian yang maju. Setiap orang menganut tren perkembangan
kurikulum di AS akan melakukan gerakan ZigZag dengan tidak kontinyu dan
kurang percaya dengan pemikiran yang teoritis.
Pembicaran secara umum,argumentasi dasar tentang pendidikan secara
umum bergerak dari kesepakatan yang terdapat literatur dan filosofy tradisional
dari dunia barat sebagai intepretasi kaum terdidik dan para pujangga sebelum
perang dunia ke I.
A. PENDIDIKAN SEBAGAI PRESERVER DAN TRANSMITTER DARI SUATU
WARISAN BUDAYA
Adanya suatu kelompok yang berteori menekankan pentingnya
perlindungan terhadap fungsi pendidikan; yaitu melindungi warisan budaya.

Hal ini sehaluan dengan laporan Harvard university atas pendidikan umum
sebagai contoh penguatan pentingnya melindungi tradisi yang lama sudah
mengakar pada masyarakat. Laporan ini berargumen bahwa pendidikan dapat
membangun kesatuan dalam perhatiannya terhadap warisan budaya.
Dalam pernyataan yang lain, sejak masyarakat modern mempunyai
arah dalam percepatan mempengaruhi sampai mengganti kepercayaan atau
kebudayaan kuno dengan pemikiran modern, tetap saja warisan budaya
merupakan salah satu jalan untuk menyatukan dan membangun budaya
humanis

yang

telah

berlangsung

sejak

tradisi


klasik

sampai

pada

pembentukan norma-norma hidup dalam kemasyarakatan, dimana tugas
pendidikan yaitu membentuk siswa untuk dapat menerima kondisi ideal dalam
kehidupan yang akan dijalaninya. Perlindungan atau konservasi dari fungsi
pendidikan masih diarahkan untuk penguatan aksen atas sebuah kelompok
teori psikologi klasik sebagai sebuah pemikiran humanisme dalam budaya
dan humanisme dalam pendidikan.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai
“motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan

5

Pengembangan Kurikulum

haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan

yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya
maupun bagi bangsa pada umumnya.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas manusia pada
suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara
tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan
yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
Hubungannya manusia dengan pendidikan yang membidani wujudnya
konsep-konsep pendidikan, harus dilihat pada tataran bahwa memang secara
kodrati manusia lebih unggul dengan makhluk lain, hanya saja perbedaan
manusia dengan makhluk lainnya terletak dimana manusia mempunyai akal
budi yang merupakan kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami.
Budi sendiri berasal dari bahasa sanskerta Budh artinya akal,tabiat, perangai,
dan akhlak. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana; Budi menyebabkan manusia
dapat mengembangkan suatu hubungan bermakna pada alam sekitarnya
dengan jalan memberikan penilaian objektif terhadap objek dan kejadian.
Manusia dengan akal budinya mampu memperbaruhi dan mengembangkan
sesuatu untuk kepentingan hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup,
termasuk dalam mengembangkan pendidikan dan fungsinya sebagai
preserver dan transmitter sebuah warisan budaya.
B. PENDIDIKAN SEBAGAI ALAT TRANSFORMASI BUDAYA
Beberapa pandangan

dikatakan oleh banyak pendidik dan analysis

sosial dalam rangka untuk memperbaiki pendidikan,

dikatakan bahwa

pendidikan dapat dilaksanakan sebagai aturan kreatif dalam memodifikasi
bahkan pembentukan kembali budaya , pendidikan dan kebijakan publik.
Hubungan ketiganya sangat dekat, bahkan dapat dikatakan bahwa kemajuan
yang satu, sangatlah kecil kemungkinanya tanpa kemajuan yang lain. Mereka
menyatakan bahwa pendidikan harus selaras dengan kebutuhan budaya
masa kini dan bahkan membentuk masa depan.
Dalam suatu pengembangan ide dikatakan bahwa pendidikan adalah
proses sosial,utamanya

dan alat rekonstruksi sosial yang paling efektif,

( Dewey dan pengikutnya ). Thesis utama dari kelompok ini adalah bahwa

6

Pengembangan Kurikulum

sekolah sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, dimana
pendidikan mempunyai fungsi kreatif
pembentukan

individu

untuk memerankan diri dalam

maupun budaya. Dewey

secara konsisten

menunjukkan fungsi sekolah dalam dua fungsi; yaitu fungsi psikologikal dan
social . Seperti awal th. 1897 dia menulis :
Saya

percaya bahwa : semua hasil pendidikan adalah

partisipasi

individu dalam kesadaran sosial yang dilakukan. Proses ini merupakan proses
pembentukan secara terus menerus, dari kekuatan individu, pengarahan
kesadaran, membentuk kebiasan, melatih ide-idenya, meningkatkan perasaan
dan emosinya, Pendidikan secara teknik dan paling formal di dunia tidak akan
dapat terpisahkan dari proses secara umum. Proses pendidikan mempunyai
dua sisi yaitu : sisi psikologis dan sisi sosial. Keduanya tidaklah satu lebih
penting dari lainnya atau saling meninggalkannya. Pengetahuan tentang
keadaan sosial merupakan hal penting dalam pelaksanaan pembentukan
peradaban. Harapannya untuk menguatkan anak-anak dalam membekali
kehidupannya

dan

sekolah

adalah

lembaga

utama

untuk

hal

itu.

(Dewey,1929,pp.3-6).
C. PENDIDIKAN UNTUK PENGEMBANGAN INDIVIDU
Suatu cabang dari filsafat John Dewey memicu sebuah penguatan atas
perkembangan individu pada suatu fungsi utama dari pendidikan. Sesuatu
yang besar dari pendidikan progresif telah dikuatkan peran kreatif dari
pendidikan di masyarakat berupa penguatan perkembangan dari kreatifitas
individual. Point ini memberikan pandangan bahwa telah diterapkan atas
usaha pendidikan yang berpusat pada perkembangan dari semua kekuatan
individu,

khususnya

pada

imajinasi

kreatif,

kebebasan,

kemandirian,

penemuan diri yang otentik, serta kekuatan fisik dan emosional. Dengan kata
lain , Pengembangan itu mencakup atas keseluruhan potensi anak. Dalam
pandangan yang berbeda telah malahirkan suatu konsepsi dari sekolah yang
berpusat pada anak, yaitu dengan memperhatikan ekpresi kreatif sendiri,
individualitas, aktifitas, kebebasan dari kebalikan “ Tanpa diri “, yang
berkembang dari dalam. Pada bagian konsepsi ini , telah dicobakan pada
suatu percobaan dengan mengembangkan kurikulum untuk bersama sebagai

7

Pengembangan Kurikulum

suatu keinginan dan ketertarikan pada anak-anak. Prinsip utama dari suatu
konsep pendidikan yang berpusat pada anak yaitu melindungi untuk
keseluruhan anak , khususnya pada kreatifitas dan spontanitas dari dalam
dirinya. Suatu ide yang telah menggerakkan anak kedalam pendidikan yang
berpusat pada anak; yaitu adanya aktifitas yang mengikuti kebebasan untuk
mengembangkan suatu kepribadian unik ( Rugg and shumaker, 1928, dengan
harapan ekpresi klasikal dari pandangan ini ).
Sebuah konsepsi yang lebih moderat dari pengembangan individu
termasuk didalamnya perhatian pada keinginan individu dan peluang yang
paling mungkin

dari padanya untuk mewujudkan diri dalam sebuah

keintelektualan, sama baiknya dengan perasaan emosional; yang mana
pengakuan atas pengembangan ini diperlukan untuk menyatukan kelompok
sosial, disiplin intelektual dan kebebasan dalam sebuah tanggapan yang
berimbang. Suatu program yang telah umum dalam pandangan moderat ini
memiliki vitalitas yang hebat untuk beberapa keputusan dan pengaturan
dalam

banyak

studi

tentang

kepentingan

individu,

juga

bentuk

pengembangan yang sama baiknya atas beberapa percobaan dalam
pendidikan praktis, lebih diatas masa belajar 8 tahun ( Adventures in
American education series, 1942-43 )
Interprestasi dari pengembangan individu ini berpeluang atas adanya
pengaruh terhadap program-program sekolah dan kebijakan-kebijakan yang
jauh

diluar konsep-konsep yang ada dari fungsi sosial dan pendidikan. Data

atas pengembangan ini mempunyai besaran berpengaruh pada penempatan
tingkatan pada subyek yang ada. Suatu penguatan atas kepentingan peran
dari

pengembangan

emosional,

mempunyai

keutamaan

untuk

memperkenalkan petunjuk-petunjuk praktis, yang sama baiknya atas bangun
yang lebih tajam. Dari kondisi pembelajaran seperti atas, sikap permisif
diperlukan untuk

pertumbuhan suatu inovasi. Pada pemahaman atas

intelektual, pengembangan emosi terus menerus telah diimplementasikan atas
pengenalan studi tentang pengembangan personal yang masuk dalam
kurikulum. Dalam suatu konsep perbedaan individu, terus menerus ada
pengelompokan berdasarkan kematangan emosional dan sosial serta dalam
kemampuan dan prestasi.

8

Pengembangan Kurikulum

Suatu penguatan yang agak berbeda dari yang lain atas pendidikan;
seperti keutamaan sebuah instrument dari pengembangan individu semuanya
ada setiap hari, dan pada kegiatan yang dapat dilihat dalam bekerja dari
beberapa kelompok yang memulai pikiran mereka atas sebuah analisis
tentang pengaruh masalah-masalah sosial dan keperluan akan pembelajaran.
Pada tahun 1950 ketika konferensi White House, untuk contoh ; telah dimulai
sebuah analisis dari data faktual mengenai penghormatan dalam struktur
keluarga, pada trend populasi, dan dalam teknologi, serta maslah-masalah
sosial telah tercipta atas perubahan ini. Dalam laporan terakhir presiden, ada
kesimpulan telah diambil dengan sebuah statement tentang perkembangan
individu : Suatu pesan telah diambil atas orang-orang Amerika disekolahsekolah adalah besar dalam kesatuan. Dalam pertambahan prestasi
intelektual, membantu perkembangan moralitas , kabahagiaan, dan beberapa
unjuk kemampuan. Pada masalah bakat antara lain
keluar dan membangun pengembangan

untuk mencari jalan

individu secara total. Kelemahan

yang lain adalah bentuk persepsi tentang belajar dan pasti dimungkinkan ada
koreksi positif. ( Committee for the white House Conferensi , 1956, p.g )
Hari

ini

perkembangan
( konsentrasi )

,

bagaimanapun

individu

adalah

keadaannya,
persamaan

suatu

dalam

konsep
sebuah

tentang
perhatian

dengan sumber sosial dari kekuatan individual, atas

perbedaan latar belakang dan kapasitas; yang mana sumber sosial atau
lingungan sosial adalah persamaaan yang mengagungkan, dengan masalahmasalah persamaan kesempatan untuk pengembangan semua remaja atas
pemanfaatan sekolah sebagai agen perubahan. Satu tema dari konsep ini
adalah tentang pendidikan, antara lain; bahwa pendidikan merupakan sebuah
sarana mobilitas untuk persamaan sosial yang ada dalam demokrasi; yaitu
pada penggunaan hirarkhi dalam struktur ekonomi , sosial dan peluang
intelektual. Satu fungsi dari sekolah, yaitu : untuk mengisi jurang perbedaaan
dan mengoreksi kekurangan dalam masalah sosial, dimana hal ini disebabkan
dari adanya pembatasan

peluang-peluang atas struktur sosial. Hal ini

merupakan tugas dari sekolah untuk menyeleksi

kemampuan yang mungkin

dapat mematikan semangat pada suatu pembatasan yang telah dijatuhkan
atas dasar latar belakang sosial.

9

Pengembangan Kurikulum

Menurut konsep ini sekolah mesti tidak hanya mengenalkan siswa
dengan kemampuan dan kebutuhan kekuatan untuk bertahan atau untuk
merealisasikan diri dalam kultur kami; hal ini juga harus memperhatikan
perlakuan atas sebuah penyatuan ( integrasi )

kekuatan dalam bentuk

kepercayaan dan sikap untuk membuat sejalan dengan tujuan jalan demokrasi
untuk kehidupan. Pada bagian ini dibutuhan aksi atas sebuah penyatuan dari
berbagai keragaman dan pertentangan nilai serta sikap yang melahirkan
penolakan dalam sebuah lapisan sosial. Dimana fungsi-fungsi sekolah yaitu;
untuk konservasi kekuatan atas masyarakat demokratis dan sebagai sebuah
innovasi kekuatan atas bantuan individu untuk menemukan kembali
demokrasi dalam lingkup kecil yang menentang demokrasi.
D. IMPLIKASI KONSEP-KONSEP PENDIDIKAN DALAM KURIKULUM
Argumentasi mengenai kepentingan relative dari suatu orientasi sosial
dan pusat orientasi anak-anak telah cukup acrimonious ( tajam ) yang
membelah/ membagi pergerakan pendidikan progresif dalam dua camps, satu
penguatan slant ( kecendrungan ) psikologi pada pengembangan individu dan
the slant yang lain pada rekonstruksi sosial. Pembagian ini telah membantu
perpetuate ( menghidupkan terus-menerus ) beberapa lawan argumenargumen yang mana mempunyai padanan pendidikan ever since ( sejak ) itu,
sama seperti “individual berhadapan dengan kepentingan-kepentingan sosial”,
dan “suatu sekolah yang berpusat pada anak berhadapan sekolah yang
berpusat

pada

masyarakat”.

Suatu

yang

agak

realistik

elaborations

( perluasan-perluasan ) dari suatu yang berlawanan ini dan hitam putihnya
kontradisi mereka telah engendered (menimbulkan) suatu yang provided grist
for the mill ( memberikan keberuntungan bagi pihak lawannya ) dari arus
kritikan-kritikan terhadap kemajuan pendidikan.
Waktu yang akan memperlihatkan argumen-argumen ini dalam
kebesaran semantik. Sebagai contoh, satu dari literatur yang paling

dan

vehement ( dengan penuh semangat ) atas kejuaraan dari sekolah yang
berpusat pada anak, Harold Rougg, juga telah menulis voluminously
( kebesaran ) atas suatu analisis masyarakat Amerika dan telah ditekankan
keberlanjutan sebuah keinginan untuk belajar pada masyarakat yang sama

10

Pengembangan Kurikulum

haluan dalam suatu pencapaian pendidikan.

Suatu fakta bahwa istilah

sekolah yang berpusat pada anak selalu dalam sebuah ukuran dan regulasi
yang jelas demikian

juga

pada sebuah sekolah yang berpusat pada

masyarakat, sama-sama telah terbebaskan dari kritikan-kritikan terkini pada
sebuah kemajuan pergerakan.
III. ANALISIS
Fungsi Sekolah secara umum ditentukan dari penampakan yang nyata
terhadap kurikulum yang diaplikasian. Oleh karena itu, dalam budaya yang
komplek dengan sitem nilai-nilai pluralisme, sulit untuk menanamkan fungsi
central yang menyatu. Di dalam masyarakat yang demokratis rumus-rumus ini
jauh lebih komplek dengan lapisan-lapisan masyarakat yang berbeda di dalam
proses penentuan konsep pendidikan secara menyeluruh.
Proses pendidikan yang diselenggarakan di lembaga sekolah diantaranya
mempunyai fungsi yang diharapkan dapat menyiapkan peserta didik agar
mampu membangun kehidupan dan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan
yang akan dihadapi di masa mendatang. Proses pendidikan mempunyai dua ciri
utama yaitu irreversible dan anticipative.
Pendidikan merupakan ikhtiar untuk mengekplorasi talenta ( bakat ) dan
potensi yang dimiliki peserta didik, sekaligus dapat diibaratkan bahwa pendidikan
itu sebagai alat reproduksi sosial. Maka dari itu dalam sistem pendidikan,
kurikulum merupakan cerminan kehendak tentang gambaran lulusan yang
dicitakan, sekaligus sebagai gambaran tentang proses dan sumberdaya (
resources ) yang dimiliki.
Pengembangan kurikulum pada hakekatnya sangat komplek karena faktor
yang terlibat didalamnya. Salah satu faktor tersebut diantaranya adalah asasasas yang mendasari setiap kurikulum dan komponen yang saling terkait erat
dan karena itu dapat dikatakan mempunyai suatu struktur, dimana komponenkomponen

kurikulum

pengembangan

yang

kurikulum,

lazim

dan

diantaranya

selalu
:

dipertimbangkan

Tujuan,

Bahan

dalam

pelajaran,

Pengorganisasian /proses belajar mengajar dan penilaian.
Kesalingterkaitan komponen-komponen itu dapat kita gambarkan dalam
bagan sebagai berikut :

11

Pengembangan Kurikulum

TUJUAN

BAHAN PELAJARAN

PENILAIAN

PROSES BELAJAR MENGAJAR

( Nasution, 1991 )
Tanda panah dua arah melambangkan interrelasi antar komponen kurikulum.
Kita lihat tiap komponen apapun ada hubungannya dengan semua komponen
lainnya. Apa yang tampak gampang pada bagan sebenarnya tidak mudah dalam
pelaksanaan perencanaan dan pengembangan kurikulum, apalagi dalam
mencapai tujuan-tujuan yang bersifat umum, terutama dalam bidang afektif.
Untuk tujuan spesifik berupa pengetahuan ( fakta atau informasi tertentu )
penerapan komponen-komponen kurikulum itu relatif mudah, akan tetapi bila
informasi dipertanyakan

kedudukannya dalam rangka pencapaian tujuan

pendidikan nasional maka persoalannya menjadi lebih pelik. Setiap komponen
memang mengandung masalah-masalah komplek, yang akan bertambah
komplek lagi bila dikaitkan secara fungsional dengan komponen-komponen
lainnya.
Tiap bahan pelajaran dengan tujuan tersendiri sering memerlukan proses
belajar-mengajar yang khas pula. Menggunakan hanya satu metode untuk
segala macam bahan dapat dimisalkan dengan mengunakan satu macam obat
untuk segala macam penyakit. Hal ini juga masalah evaluasi atau penilaian
merupakan masalah yang tak selalu mudah dipecahkan. Untuk bahan dan tujuan
tertentu relatif mudah ditentukan alat penilaiannya, khususnya mengenai bahan

12

Pengembangan Kurikulum

berupa fakta dan informasi. Bila berkenaan dengan tujuan-tujuan yang lebih
tinggi berupa pemahaman,

aplikasi atau juga untuk berfikir kritis dan kreatif

penilaiannya menjadi pelik. Pada kesempatan tertentu digunakan alat yang tidak
relevan karena tidak mengenai tujuan esensial, sering dipaksa oleh keadaan.
( Nasution, 1991 ).
Mencermati beberapa hal diatas, diseyogyakan mengenai pemaknaan
konsep masa kini tentang fungsi sekolah harus mencermati kontek yang
berkembang di masyarakat tentang cara pandang masyarakat itu sendri
terhadap konsep-konsep pendidikan.

PRESERVER DAN TRANSMITTER WARISAN BUDAYA

ONSEP MASA KINI TENTANG FUNGSI SEKOLAH
ALAT TRANSFORMASI
BUDAYA
IMPLIKASI-IMPLIKASI
YANG DITIMB
PENDIDIKAN

ALAT PENGEMBANGAN INDIVIDU

Peta Konsep Berpikir
Diantara
diantaranya

beberapa
;

Pertama,

konsep-konsep
Pendidikan

pendidikan

dipandang

yang

sebagai

berkembang

preserver

dan

tramsmiitter warisan budaya. Maksud dari konsep ini menekankan pentingnya
perlindungan terhadap fungsi pendidikan; yaitu melindungi warisan budaya. Hal
ini sehaluan dengan salah satu laporan dari Harvard university atas pendidikan
umum sebagai contoh penguatan pentingnya melindungi tradisi yang lama sudah
mengakar pada masyarakat. Laporan ini berargumen bahwa pendidikan dapat
membangun kesatuan dalam perhatiannya terhadap warisan budaya.
Kedua,

Pendidikan dipandang sebagai alat tranformasi budaya. Hal ini

dimaksudkan bahwa pendidikan dapat

dilaksanakan

dengan aturan kreatif

13

Pengembangan Kurikulum

dalam

memodifikasi bahkan pembentukan kembali budaya, pendidikan dan

kebijakan publik. Hubungan ketiganya sangat dekat, bahkan dapat dikatakan
bahwa kemajuan yang satu sangatlah kecil kemungkinannya tanpa kemajuan
yang lain. Mereka menyatakan bahwa pendidikan harus selaras dengan
kebutuhan budaya masa kini dan bahkan membentuk masa depan.
Ketiga, Pendidikan dipandang sebagai alat pengembangan individu. Konsep
ini didedikasikan sebagai sesuatu yang besar memberikan pengaruh pada
performa pengembangan dan penguatan individu yang menjadi titik focus
keinginan masyarakat berupa penguatan perkembangan dari

kreatifitas

individual. Point ini memberikan pandangan bahwa telah diterapkan atas usaha
pendidikan yang berpusat pada perkembangan dari semua kekuatan individu,
khususnya pada imajinasi kreatif, kebebasan, kemandirian, penemuan diri yang
otentik, serta kekuatan fisik dan emosional.
Ketiga konsep pendidikan yang berkembang diatas mempunyai implikasiimplikasi tertentu yang akan berpengaruh terhadap argumentasi mengenai
kepentingan dari suatu orientasi sosial dan pusat orientasi anak-anak yang telah
cukup tajam yang membelah pandangan mengenai suatu pergerakan pendidian
progresif dalam dua dimensi orientasi , satu berorientasi pada penguatan akan
kecendrungan psikologi untuk pengembangan individu dan yang lain berorientasi
pada kecenderungan
bahwa

kedua

rekonstruksi sosial. Namun yang pasti ada suatu fakta

orientasi

pada

pengatannya

masing-masing

tetap

harus

memperhatikan regulasi yang jelas dan tidak kalah penting harus selalu
memperhatikan kontek yang berkembang dalam masyarakat , bagaimana arah
yang dikehendakinya serta memperhatikan bagaimana mencari formulasi yang
harus selalu dikembangkan untuk satu tujuan yang utama dan sama bagaimana
meningkatkan kwalitas suatu peradaban humanis yang populis dan peradaban
humanis yang eduatif.
IV. PENUTUP
Demikianlah beberapa view ( pandangan ) akan sebuah pemaknaan yang
besar dan berarti mengenai pendidian, hubungannya dengan fungsi sekolah
dalam konsep yang berkembang pada kondisi sekarang ini. Konsep-konsep
yang berkembang itu bukanlah tanpa implikasi yang tidak bermana, tetapi

14

Pengembangan Kurikulum

ternyata berimplikasi sangat besar sampai pada tingkat influensi ( mempengaruhi
) dan split view orientation ( membelah orientasi pandangan ) akan penguatan
dimensi yang cenderung psikologis pada pengembangan individu, dengan yang
berorientasi pada kecenderungan rekonstruksi sosial. Semoga ini menjadi salah
satu sumbangsih wacana dalam diri kita memandang dunia pendidikan dengan
fungsi-fungsi sekolah pada masa kini dan masa yang akan datang.

15

Pengembangan Kurikulum

DAFTAR PUSTAKA

Forrst W parkay,

Curriculum Leadership ( Reading and Developing Quality

Educational Programs ), Pearson Education, Inc, 2010.
Hilda Taba, Curriculum Development ( Theory and Practice ), Sanfransisco State
College, Harcourt, Brace & World, INC, 1962.
James A. Bean, Curriculum planning and Development, Allyn and Bacon, Inc, Boston
London Sydney Toronto, 1944.
Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Sejarah
Perkembangan Kurikulum SMP, 2010
Murray Print, Curriculum Development and design, Allen & Unwin Pty Ltd 9 Atchison
Street, St Leonards, NSW 2065 Australia, 1993.
Nasution, Pengembangan Kurikulum , Citra Adtya Bakti, Bandung , 1991.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan (
SNP )
Taylor, Philip H., and Tye, Kenneth A., Curriculum, School, and Society. An
Introduction to Curriculum Studies, NFER Publisihing Co., Ltd., London, 1975
UU RI No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.