Analisis Yuridis Penanganan Dugaan Penyimpangan Kredit Perbankan Oleh Otoritas Jasa Keuangan

BAB II PENGATURAN PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA BERDASARKAN UU PERBANKAN A. Pengertian Kredit Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahsa Latin, yaitu credere,

  yang berarti kepercayan. misalkan, seorang nasabah debitur yang memperoleh kredit dari bank adalah tentu seseorang yang mendapat kepercayaan dari bank.

  Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi dasar pemberian kredit oleh bank

  33 kepada nasabah debitur adalah kepercayaan.

  Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank

  34

  atau badan lain. Amir Rajab Batubara menjelaskan bahwa kredit adalah suatu pemberian prestasi yang balas prestasinya (kontra prestasi) akan terjadi pada suatu

  35 waktu dihari yang akan datang.

  Molenaar (dalam buku

  “kredeot”Tjeenk Willink Zwolle h 5 1878) yang

  dikutip Mariam Darus Badrulzaman dalam buku Aneka Hukum Bisnis menggemukakan bahwa kredit adalah meminjamkan benda pada peminjam dengan kepercayaan, bahwa benda itu akan dikembalikan dikemudian hari kepada

  33 34 Hermansyah, Op.Cit., hlm.55.

  W.JS Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia Modern ( Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 45. 35 Ismail, Op.Cit., hlm.55 pihak yang meminjamkan. Kemudian defenisi tersebut dikembangkan bahwa jenis

  36

  kredit mencakup: 1.

  Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk uang.

  2. Kredit berupa uang yang kemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang.

  3. Kredit dalam bentuk barang yang dikemudian hari dikembalikan dalam bentuk uang.

  4. Kredit dalam bentuk barang yang di kemudian hari dikembalikan dalam bentuk barang.

  Secara sederhana kredit merupakan penyaluran dana dari pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut didasarkan pada kepercayaan yang

  37

  diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Dalam UU Perbankan Pasal 1 butir 11 menyatakan bahwa: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga ”. Kredit dalam Bahasa belanda disebut vertrouwen, dalam bahasa inggris

  38

  disebut trust or believe, faith. Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan dikatakan kredit/pinjaman adalah pendayagunaan uang dalam waktu tertentu oleh orang atau lainnya yang diperkenankan/diizinkan yang akan dikembalikan 36 37 Sutarno, Op.Cit., hlm.95. 38 Ismail, Op.Cit., hlm.93.

  

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT memakai uang tambahan atau bunga sebagai pengembalian atas pemakaian uang tersebut. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan perjanjian pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain. Pihak peminjam berkewajiban melunasi setelah dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian.

  

Black Law Dictionary memberi pengertian bahwa kredit adalah :

  “The

  

ability of businessman to borrow money or obtain goods on time in consequence

of the favourable opinion.Opinion held by the particular lender, as to his solvency

  39 and reliability ”.

  Kredit dalam arti bisnis mengandung unsur meminjam, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan loan. Kata

  “loan” itu sendiri berarti sesuatu yang

  40

  dipinjamkan khususnya sejumlah uang. Sedangkan implementasinya dalam dunia bisnis kata

  “loan” itu adalah sesuatu yang diberikan atau dipinjamkan atau

  yang diberikan kepada seseorang untuk dipakainya selama suatu jangka waktu tertentu, tanpa kompensasi atau biaya/ongkos. Akan tetapi saat ini, “loan” itu biasanya diartikan sebagai sesuatu yang berharga, seperti uang yang dipinjamkan

  41 selama jangka waktu tertentu.

  Pengertian kredit dalam aspek hukum adalah menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima

  39 H.Moehamad Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm.11. 40 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-undang Tahun 1998 (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hlm.6. 41 kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan

  42 kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu dibelakang hari.

  43 Sudarsono dalam kamus hukum menyebutkan istilah kredit yaitu : 1.

  Cara menjual barang dengan pembayaran tidak secara tunai, cara menjual barang dengan cara pembayaran ditangguhkan atau diangsur.

  2. Pinjaman oleh seseorang atau badan hukum sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.

  Berdasarkan pengertian kredit tersebut maka elemen-elemen kredit

  44

  adalah : 1.

  Kredit mempunyai arti khusus yaitu meminjamkan uang.

  2. Penyedia/pemberian uang arti khusus terjadi di dunia perbankan.

  3. Berdasarkan perjanjian pinjam meminjam sebagai acuan dari perjanjian kredit.

  4. Adanya prestasi dari pihak peminjam untuk mengembalikan utang disertai dengan jumlah bunga atau imbalan.

  45 Pengertian kredit diatas mengandung unsur-unsur dalam kredit yaitu: 1.

  Ada pihak yang bersedia dan mempunyai kelebihan uang/dana/barang/jasa tersebut sesuai syarat-syarat yang ditentukan pihak ini disebut dengan “kreditur”.

  2. Ada pihak yang membutuhkan dana dan mengajukan permohonan untuk memperoleh uang/dana/jasa tersebut dengan syarat-syarat yang diinginkannya.

  42 43 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank (Jakarta: Alumni, 1978), hlm.21. 44 Sudarsono, Kamus Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.232.

  Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan ( Bandung : Penerbit Mandar Maju, 2000), hlm.90 45 Pihak ini disebut “debitur” atau penerima kredit. Pemberi kredit dalam keadaan atau posisi yang lebih kuat sehingga lebih memperhatikan unsur-unsur.

  Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas

  46

  kredit adalah sebagai berikut: 1.

  Kreditur Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit atau pinjaman kepada pihak lain yang akan mendapat pinjaman. Pihak tersebut bisa perorangan atau individu ataupun badan usaha. Bank yang memberikan kredit kepada pihak peminjam merupakan kreditur.

  2. Debitur Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang mendapat pinjaman dari pihak lain.

  3. Kepercayaan.

  Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit

  47

  berani dikucurkan. Oleh karena itu, sebelum kredit dikucurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang nasabah, baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap 46 47 Ismail,Op.Cit., hlm.94 Zainal Asikin, Pokok-Pokok Hukum Perbankan di Indonesia (Jakarta: PT Rajawali permohonan kredit bank yakni kredit yang akan diberikan itu dapat dikembalikan sesuai dengan persyaratan yang disepakati bersama.

  4. Kesepakatan.

  Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

  5. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu. Jangka waktu

  48

  ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (dibawah satu tahun), jangka menengah (diantara satu sampai tiga tahun), dan jangka panjang (diatas tiga tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat

  49 diperpanjang oleh si penerima kredit sesuai dengan kebutuhan.

  6. Perjanjian Perjanjian merupakan suatu kontrak atau kesepakatan yang dilakukan

  50 antara bank atau kreditur dengan pihak peminjam yang disebut dengan debitur.

  7. Risiko 48 49 H Malayu Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm.90. 50 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), hlm.114.

  Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit bank. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah maupun risiko yang tidak disengaja oleh nasabah, misalnya karena kejadian tertentu seperti bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.

  8. Balas Jasa Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga bank. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan nasabah akan biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya

  51

  ditentukan dengan bagi hasil. Setiap pemberian kredit selalu disertai dengan imbalan jasa berupa uang atau yang wajib dibayar oleh calon debitur, dan ini

  52 merupakan keuntungan yang diterima oleh bank.

  9. Agunan Setiap kredit yang akan diberikan harus selalu disertai dengan barang yang berfungsi sebagai jaminan bahwa kredit yang akan diterima calon debitur pasti akan dilunasi oleh debitur, dan ini akan meningkatkan kepercayaan kepada pihak 51 52 Kasmir, Op.Cit., hlm.115.

  Abdul Kadir Muhammad, Rilda Murniati, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2000), hlm.59.

  53

  bank. Seperti dijelaskan diatas, bahwa dalam perjanjian kredit mengandung unsur risiko yang tidak dapat dihindarkan oleh pihak bank. Menurut Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian, bahwa yang dimaksud dengan resiko adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak. Berkaitan dengan pemberian kredit oleh bank kepada debitur tentu pula mengandung risiko usaha bagi bank. Risiko disini adalah risiko dari kemungkinan ketidakmampuan dari debitur untuk membayar angsuran atau melunasi kreditnya karena sesuatu hal tertentu yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, semakin lama jangka waktu yang diberikan untuk pelunasan kredit,

  

54

maka makin besar juga risiko bagi bank.

  Hermansyah menjelaskan didalam bukunya yang berjudul Hukum Perbankan Nasional Indonesia menyatakan bahwa setiap perjanjian tentu mengandung adanya prestasi dan kontraprestasi. Oleh karena itu, dalam perjanjian kredit sejak saat adanya kesepakatan atau persetujuan dari kedua belah pihak (bank dan nasabah debitur) telah menimbulkan hubungan hukum atau menimbulkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sesuai kesepakatan yang telah mereka sepakati. Bank sebagai kreditur berkewajiban untuk memberikan kredit sesuai dengan jumlah yang disetujui, dan atas prestasinya tersebut bank berhak untuk memperoleh pelunasan kredit dan bunga dari debitur

  55 sebagai kontraprestasinya.

  Bank dalam memberikan fasilitas kredit tentu ada fungsi dan manfaat yang diberikan dalam kredit tersebut. Pada dasarnya fungsi kredit ialah merupakan 53 54 Sutarno, Op.Cit., hlm.135. 55 Hermansyah, Op.Cit., hlm.57. pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya untuk

  56

  meningkatkan usahanya. Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah merupakan individu, pengusaha, lembaga dan badan usaha yang membutuhkan dana. Kredit berfungsi membantu masyarakat dalam memnuhi kebutuhannya melalui penyaluran dana yang diberikan oleh bank.

  57 Fungsi kredit secara terperinci adalah sebagai berikut: 1.

  Kredit dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa kredit dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka kredit akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan jasa.

  2. Kredit merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idlefund. Didalam kehidupan ekonomi, ada beberapa pihak yang kekurangan dana. Kredit merupakan salah satu cara untuk mengatasi gap tersebut. Satu pihak yang kelebihan dana dan tidak dapat memanfaatkan dana tersebut sehingga dananya menjadi idle, sementara ada salah satu pihak lain yang mempunyai usaha akan tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk mengembangkan usahanya, sehingga memerlukan dana. Dana yang berasal dari golongan orang yang kelebihan dana, apabila dipinjamkan kepada pihak yang kekurangan dana, maka akan efektif, karena dana tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan dana.

  3. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru sebagai contoh adalah kredit rekening koran yang diberikan oleh bank kepada usahawan. Pada 56 57 Kasmir, Op.Cit., hlm.96.

  dasarnya pada saat bank telah melakukan perjanjian kredit rekening koran, pada saat itu debitur sudah memiliki hak untuk menarik dana tersebut secara tunai dari rekening gironya. Kredit ini bisa dianggap adanya alat pembayaran yang baru.

  4. Kredit sebagai alat pengendali harga. Pemberian kredit yang ekspansif akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan peredaran uang tersebut akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya, pembatas kredit, akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan keterbatasan uang yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada penurunan harga.

5. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada.

  Apabila bank memberikan kredit produktif, yaitu kredit modal kerja atau investasi, maka pemberian kredit tersebut akan memiliki dampak pada kenaikan mikroekonomi. Hal ini disebabkan karena pihak pengusaha akan memproduksi barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi, meningkatkan volume perdagangan dan lain-lain. Semua itu akan mempunyai dampak pada kenaikan potensi ekonomi.

  Adapun fungsi pemberian kredit secara luas disebutkan oleh Hermansyah,

  58

  antara lain: 1.

  Untuk meningkatkan daya guna uang. Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya 58 kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

  2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

  3. Untuk meningkatkan daya guna barang. Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. Sebagai contoh seorang pengusaha memperoleh kucuran dana dari salah satu bank untuk mengolah limbah plastik yang sudah tidak dipakai menjadi barang-barang rumah tangga. Biaya pengolahan barang tersebut diperoleh dari bank. Dengan demikian, fungsi kredit dapat meningkatkan daya guna barang dari barang yang tidak berguna

  59 menjadi barang yang berguna.

  4. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha. Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya sangat sedikit. Dengan memperoleh kredit nasabah

  60 bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya.

  5. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi 59 Jopie Jusuf, Kiat Jitu memperoleh Kredit (Jakarta: PT Alex Media Kelompok Gramedia, 2004), hlm.56. 60 pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat memperoleh pendapatan seperti gaji bagi karyawan yang bekerja dipabrik dan membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya bagi masyarakat yang tinggal disekitar lokasi pabrik.

  6. Untuk meningkatkan hubungan internasional. Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan sipenerima kredit dengan sipemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.

B. Jenis-Jenis Kredit

  Beragamnya jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan

  61

  dana. Dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum kredit dibedakan

  62

  menjadi beberapa jenis antara lain: 1.

  Kredit dilihat dari tujuan penggunaan a.

  Kredit investasi Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur untuk pengadaan barang-barang modal (aktiva tetap) yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun. Secara umum, kredit investasi ini ditujukan untuk pendirian perusahaan baru atau proyek baru, maupun proyek pengembangan, modernisasi mesin, dan peralatan, pembelian kendaraan yang digunakan untuk kelancaran usaha, dan perluasan perusahaan. Kredit investasi ini 61 62 M.Bahsan, Op.Cit., hlm.37.

  nominalnya besar, maka pada umumnya jangka waktunya lebih dari satu tahun, jangka menengah dan panjang.

  b.

  Kredit modal kerja Kredit ini merupakan kredit yang digunakan untuk memnuhi kebutuhan modal kerja yang bisaanya habis dalam satu siklus usaha. Kredit modal kerja ini, bisaanya diberikan dalam jangka pendek yaitu lamanya satu tahun. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, biaya upah, untuk menutup piutang dagang, pembelian barang dagangan dan kebutuhan dana lain yang sifatnya hanya digunakan selama satu tahun.

  c.

  Kredit konsumtif Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk membeli barang dan jasa untuk keperluan pribadi dan tidak untuk digunakan untuk keperluan usaha.

2. Kredit dilihat dari Jangka Waktunya a.

  Kredit jangka pendek Kredit jangka pendek merupakan kredit yang diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun. Kredit tersebut biasanya diberikan oleh bank untuk membiayai modal kerja perusahaan yang mempunyai siklus usaha dalam satu tahun.

  b.

  Kredit jangka menengah Kredit ini diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun sampai tiga tahun. Kredit ini dapat diberikan untuk ketiga jenis kredit yaitu kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumtif. Kredit modal kerja yang pada umumnya jangka waktunya satu tahun, akan tetapi apabila nilai kreditnya besar maka bisa diberikan sampai dengan tiga tahun.

  c.

  Kredit jangka panjang Kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. Kredit ini diberikan untuk kredit investasi, misalnya untuk pembelian gedung, pembangunan proyek, pengadaan mesin dan peralatan lain-lain yang nominalnya besar serta kredit

  63 konsumtif yang nilainya besar, misalnya KPR.

3. Kredit dilihat dari cara penarikannya a.

  Kredit sekaligus Kredit sekaligus bisa disebut dengan aflopend credit yaitu kredit yang dicairkan sekaligus sesuai dengan plafon kredit yang disetujui, kredit tersebut dapat dicairkan secara tunai maupun non tunai yaitu melalui pemindahbukuan.

  b.

  Kredit bertahap Kredit yang pencairannya tidak sekaligus, akan tetapi dilakukan secara bertahap 2,3,4 kali pencairan dalam masa kredit. Pencairannya disesuaikan dengan dana yang dibutuhkan oleh debitur. Kredit ini cocok untuk investasi pembangunan, sehingga bank akan mencairkannya sesuai dengan pembayaran proyek.

  c.

  Kredit rekening koran Kredit ini merupakan kredit yang penyediaan dananya dilakukan melalui pemindahbukuan. Bank akan memindahkan kredit tersebut kedalam rekening giro

  63 nasabah, sedangkan penarikannya dilakukan dengan menggunakan sarana berupa cek, bilyet giro atau surat pemindabukuan lainnya.

  Kredit ini dapat ditarik setiap saat dan juga dapat mengembalikan kredit ini setiap saat serta dapat dilakukan berulang-ulang, sehingga disebut kredit rekening koran. Dalam kredit rekening koran, biasanya bank memberikan fasilitas

  

overdraft (cerukan) kepada nasabah tertentu. Debitur diberi fasilitas untuk dapat

  menarik dana melalui rekening gironya yang melebihi saldo rekening giro yang tersedia. Kredit rekening koran ini akan menguntungkan bagi bank, maupun debitur. Keuntungan bagi debitur adalah debitur hanya membayar bunga sebesar presentase tertentu dikalikan dengan kredit yang telah ditarik, sehingga beban

  64 bunga nasabah menjadi lebih kecil dan efisien.

4. Kredit dilihat dari sektor usaha a.

  Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

  b.

  Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang ternak kambing atau ternak sapi.

  c.

  Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.

  64 d.

  Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayainya bisaanya dalm jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

  e.

  Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

  f.

  Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, dokter, atau pengacara.

  g.

  Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka panjang.

  65 h.

  Dan sektor-sektor lainnya.

5. Kredit dilihat dari jumlahnya a.

  Kredit UMKM. Kredit UMKM merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan usaha sangat kecil. Misalnya kredit yang diberikan bank kepada pengusaha tempe, dan peracangan.

  b.

  Kredit UKM. Kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan batasan antara Rp.50.000.000,00 dan tidak melebihi Rp.350.000.000,00 UKM sudah memiliki modal yang cukup serta administrasi yang lebih naik disbanding dengan UMKM, sehingga bank juga dapat memenuhi permohonan kreditnya.

  65

6. Kredit dilihat dari segi jaminan a.

  Kredit dengan jaminan. Kredit dengan jaminan merupakan jenis kredit yang didukung dengan jaminan (agunan). Kredit dengan jaminan ini dapat digolongkan menjadi jaminan perorangan, benda berwujud dan benda tidak berwujud.

  b.

  Kredit tanpa jaminan. Kredit yang diberikan kepada debitur tanpa didukung adanya jaminan. Kredit tersebut diberikan atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh bank kepada debitur. Kredit tanpa jaminan ini risikonya tinggi karena tidak ada pengaman yang dimiliki oleh bank apabila debitur wanprestasi.Bank dapat memberikan kredit tersebut kepada debitur yang dapat diyakini bahwa debitur tersebut dapat membayar pinjamannya dengan lancar. Bank akan menderita apabila debitur tidak dapat membayar pinjamannya. Bank tidak memiliki sumber pelunasan kedua karena bank tidak memiliki jaminan yang dapat dijual.

C. Perjanjian Kredit Bank

  Ada bermacam-macam mengenai perjanjian baik yang telah diatur secara khusus dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang disebut perjanjian khusus atau perjanjian bernama maupun perjanjian bernama diluar

66 KUHPerdata. Perjanjian bernama yang diatur dalam KUHPerdata adalah antara

  lain perjanjian jual beli, tukar menukar, sewa menyewa, persekutuan, penitipan barang ,hibah dan lain-lain, namun dalam perkembangannya ada perjanjian 66 bernama diluar KUHPerdata yang berlaku didalam kehidupan masyarakat, antara lain perjanjian sewa beli atau leasing, perjanjian kredit, perjanjian distributor dan lain-lain.

  Subekti menyatakan bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini timbullah hubungan hukum antara dua pihak yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan atau kalimat-kalimat yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau dibuat dalam tulisan oleh para pihak yang

  67 membuat perjanjian.

  Untuk membuat suatu perjanjian harus memenuhi syarat-syarat supaya perjanjian diakui dan mengikat para pihak yang membuatnya. Pasal 1320 KUHPerdata menentukan bahwa syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2.

  Cakap untuk membuat suatu perjanjian 3. Mengenai hal atau objek tertentu 4. Suatu sebab (causa) yg hal

  Syarat pertama dan kedua disebut syarat objektif karena menyangkut orang atau pihak-pihak yang membuat perjanjian. Orang-orang atau pihak-pihak ini sebagai subjek yang membuat suatu perjanjian. Sedangkan syarat ketiga dan 67 keempat diebut syarat objektif karena menyangkut mengenai objek yang diperjanjikan oleh orang-orang atau subjek yang membuat perjanjian. Beberapa sarjana hukum berpendapat bahwa perjanjian kredit dikuasai oleh ketentuan- ketentuan KUHPerdata Bab XIII Buku III karena perjanjian kredit mirip dengan perjanjian pinjam meminjam uang menurut KUHPerdata pasal 1754 yang berbunyi ”Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan

  68

  mengem balikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula ”.

  Perjanjian kredit bank adalah perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil. Arti riil ialah bahwa terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang

  69

  oleh bank kepada nasabah atau debitur. Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah accecoir nya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Perjanjian kredit merupakan ikatan atau bukti tertulis antara bank dengan debitur sehingga harus disusun dan dibuat sedemikian rupa agar setiap orang mudah untuk mengetahui bahwa perjanjian yang dibuat itu merupakan perjanjian kredit. Perjanjian kredit termasuk salah satu jenis atau bentuk akta yang dibuat sebagai alat bukti.

  70 Bentuk perjanjian kredit dalam praktiknya ada dua, yaitu: 1.

  Perjanjian kredit yang dibuat dibawah tangan dinamakan akta dibawah tangan artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk menyiapkan formulir 68 69 Ibid. , hlm.96. 70 Hermansyah, Op.Cit., hlm.67. perjanjian dalam bentuk standard (standaardform) yang isi, syarat-syarat dan ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Bentuk perjanjian kredit yang dibuat sendiri oleh Bank tersebut termasuk jenis akta dibawah tangan.

  Dalam rangka penandatanganan perjanjian kredit, formulir perjanjian kredit yang isinya sudah disiapkan bank kemudian disodorkan kepada setiap calon- calon debitur untuk diketahui dan dipahami mengenai syarat-syarat dan ketentuan pemberian kredit tersebut. Syarat-syarat dan ketentuan dalam formulir perjanjian kredit tidak pernah diperbincangkan atau dirundingkan atau dinegoisasikan dengan calon debitur. Calon debitur mau tidak mau dengan terpaksa atau sukarela harus menerima semua persyaratan yang tercantum dalam formulir perjanjian kredit. Seandainya calon debitur melakukan protes atau tidak setuju terhadap pasal-pasal tertentu yang tercantum dalam formulir perjanjian kredit maka kreditur tidak akan menerima protes tersebut karena isi perjanjian memang sudah disiapkan dalam bentuk cetakan oleh lembaga bank itu sehingga bagi petugas bank pun tidak bisa menanggapi usulan calon

  71 debitur.

  2. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris yang dinamakan akta otentik atau akta notariil. Yang menyiapkan dan membuat perjanjian ini adalah seorang notaris namun dalam praktek semua syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan dalam praktek kemudian diberikan kepada Notaris untuk dirumuskan dalam akta notariil. Memang notaris dalam membuat perjanjian 71 hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam bentuk akta notariil atau akta otentik. Perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta notariil atau akta otentuk bisaanya untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka waktu menengah atau panjang, seperti kredit investasi, kredit modal kerja, kredit sindikasi (kredit yang diberikan lebih dari satu

  72 kreditur atau lebih dari suatu bank).

  Perjanjian kredit yang telah ditandatangani para pihak, baik yang berbentuk akta dibawah tangan (dibuat para pihak sendiri) atau dalam bentuk akta otentik (dibuat oleh dan dihadapan Notaris), mempunyai fungsi-fungsi sebagi

  73

  berikut: 1.

  Perjanjian kredit sebagai alat bukti bagi kreditur dan debitur yang membuktikan adanya hak dan kewajiban timbal balik antara Bank sebagai kreditur dan debitur. Hak debitur adalah menerima pinjaman dan menggunakan sesuai tujuannya dan kewajiban debitur mengembalikan hutang tersebut baik pokok dan bunga sesuai waktu yang ditentukan. Hak kreditur untuk mendapat pembayaran bunga dan Kewajiban kreditur adalah meminjamkan sejumlah uang kepada debitur, dan kreditur berhak menerima pembayaran kembali pokok dan bunga.

  2. Perjanjian kredit dapat digunakan sebagai alat atau sarana pemantauan atau pengawasan kredit yang sudah diberikan, karena perjanjian kredit berisi syarat dan ketentuan dalam pemberian kredit dan pengembalian kredit. Untuk

  72 ., hlm.101 73 Ibid

  H.P Panggabean, Op.Cit., hlm.58 mencairkan kredit dan penggunaan kredit dapat dipantau dari ketentuan perjanjian kredit.

  3. Perjanjian kredit merupakan perjanjian pokok yang menjadi dasar dari perjanjian ikutannya yaitu perjanjian pengikatan jaminan. Pemberian kredit pada umumnya dijamin dengan benda-benda bergerak atau benda tidak bergerak milik debitur atau pihak ketiga yang harus dilakukan pengikatan jaminan.

  4. Perjanjian kredit hanya sebagai alat bukti bisa yang membuktikan adanya hutang debitur artinya perjanjian kredit tidak mempunyai kekuatan eksekutorial atau tidak memberikan kekuasaan langsung kepada bank atau kreditur untuk mengeksekusi barang jaminan apabila debitur tidak mampu melunasi hutangnya.

D. Tata Cara Pemberian Kredit

  Pemberian kredit bank tidak boleh mengabulkan permintaan kredit nasabah yang ingin meminjam uang secara cuma-cuma, pihak dari bank harus melakukan prosedur dalam pemberian kredit. Prosedur pemberian kredit maksudnya adalah tahap-tahap yang harus dilalui sebelum sesuatu kredit diputuskan untuk dikucurkan. Tujuannya adalah untuk mempermudah bank dalam

  74 menilai kelayakan suatu permohonan kredit.

  74

  Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank

  75

  harus memberikan dan, melakukan penilaian yang seksama antara lain: 1.

  Character Merupakan sifat dan watak seseorang yang akan diberikan kredit. Dilhat dari latar belakang pekerjaan maupun sifat pribadinya. Hal inilah yang akan dijadikan ukuran tentang kemauan debitur untuk membayar.

  2. Capacity Merupakan analisis untuk mengetahui kemapuan debitur dalam membayar kredit dilihat dari mengelola bisnisnya.

  3. Capital Merupakan analisis sumber mana saja modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berupa modal sendiri dan berapa modal pinjam.

  4. Condition of economy Merupakan analisis yang dinilai dari kondisi ekonomi social dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk yang akan datang.

  5. Collateral Merupakan nilai jaminan yang diberikan calon debitur baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan dan diteliti keabsahan dan kesempurnaannya serta secara yuridis tidak bermasalah.

  75

  Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit diatas, pada dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur berpedoman kepada dua

  76

  prinsip, yaitu: 1.

  Prinsip kepercayaan Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur selalu didasarkan pada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitur sesuai dengan peruntukkannya, dan terutama sekali bank percaya nasabah debitur yang bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan

2. Prinsip kehati-hatian

  Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit kepada nasabah debitur harus selalu berpedemonan dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara laun diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan.

  Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antarbank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari bagaimana cara-cara bank tersebut menilai serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing bank. Persyaratan bagi debitur dan tata cara dalam pemberian 76

  hlm.146 kredit atau pembiayaan sebagaimana diatur dalam Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.14/26/DKBU tanggal 19 Desember 2012 Perihal Standar Kebijakan Perkreditan adalah sebagai berikut: 1.

  Pengajuan berkas Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal hendaknya berisi: a.

  Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan,jenis bidang usaha,identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya.

  b.

  Maksud dan tujuan c. Besarnya kredit dan jangka waktu d.

  Cara pemohon mengemalikan kredit, maksudnya dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya, apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.

  e.

  Jaminan kredit merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit, baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu dan sebagainya.

2. Melampirkan dokumen-dokumen yang meliputi fotokopi: a.

  Akte notaris; dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk PT atau yayasan b.

  TDP (tanda daftar perusahaan), merupakan randa daftar perusahaan yang dikeluarkan oleh Departemen perindustrian dan Perdagangan dan biasanya berlaku lima tahun, jika habis dapat diperpanjang kembali.

  c.

  NPWP ( nomor pokok wajib pajak) d.

  Neraca diri dari pimpinan perusahaan e. Bukti diri dari pimpinan perusahaan f. Fotokopi sertifikat jaminan g.

  Penyelidikan berkas pinjaman Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai pernyataaan dengan benar, termasuk menyelidiki keabsahan berkas. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup, maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka permohonan kredit dapat dibatalkan.

  h.

  On the spot Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. i.

  Wawancara merupakan kegiatan perbankan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. j.

  Keputusan kredit dalam hal ini adalah untuk menentukan apakah kredit akan dibeikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan diumumkan administrasinya. k.

  Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. l.

  Realisasi kredit Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan akad kredit dan surat- surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. m.

  Penyaluran dana Adalah pencairan dana atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kreditr dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu:

  1) Sekaligus atau 2) Secara bertahap

  Permohonan kredit beserta lampiran-lampirannya tersebut merupakan sumber informasi untuk melakukan analisis. Maksud analisis dan/atau perubahan- perubahannya adalah untuk menganalisa semua faktor yang berkaitan dengan permohonan kredit dan untuk menilai sejauh mana hal tersebut beralasan/layak dibiayai, memiliki keabsahan hukum dan sesuai dengan praktek perbankan yang

  77

  sehat. Analisis kredit dikelompokkan menjadi dua, yakni:

77 M.Bahsan, Op.Cit., hlm.82

  1. Analisis kualitatif Merupakan analisa terhadap kondisi-kondisi non angka yang tidak tercermin dalam laporan keuangan, meliputi analisis terhadap manajemen, teknis, pemasaran, hukum jaminan dan sosial ekonomi.

  2. Analisis kuantitatif Merupakan analisa terhadap kondisi keuangan ebitur yang bertujuan agar mendapat gambaran secara kuantitatif mengenai kondisi keuangan debitur dimasa lalu, saat ini dam peroyeknya dimana yang akan datang.

  Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 ayat (1) dan(2) UU

78 Perbankan, yaitu :

  Ayat (1): “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan ”.

  Ayat (2) “Bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia ”.

  78

  Penerapan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit yang dilakukan bank adalah dalam proses penilaian dan keputusan kredit. Setiap pemberian kredit yang diajukan oleh calon debitur harus segera diproses melalui penilaian dan selanjutnya diberikan keputusannya oleh bank. Penilaian diwujudkan dalam pembuatan analisis kredit. Semua pemberian kredit harus disertai dengan analisis kredit yang memenuhi ketentuan peraturan intern masing-masing bank. Analisis kredit memuat tentang penilaian berbagai aspek yang berkaitan dengan calon debitur, yaitu aspek-aspek hukum, teknis produksi, pemasaran, keuangan, manajemen dan organisasi, serta rasio ekonomi. Analisis kredit dilakukan oleh bank berdasarkan pedoman dan prosedur tertulis yang ditetapkan sebagai peraturan intern bank.

E. Penggolongan Kolektibilitas Kredit Bank

  Istilah penggolongan kredit adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan penggolongan kredit berdasarkan kolektibilitas yang

  79

  menggambarkan kualitas kredit tersebut. Didalam dunia perbankan kredit merupakan unsur utama dalam memperoleh keuntungan. Artinya besar laba suatu bank sangat lah dipengaruhi dari jumlah kredit yang disalurkan dalam suatu

  80

  periode. Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka makin besar pula perolehan laba dari bidang ini.

  Kredit yang disalurkan oleh bank kepada debitur tidak semua dapat berjalan lancar dan dikembalikan sesuai dengan ketentuan atau perjanjian yang 79 80 Leden Marpaung, Op.Cit., hlm.98.

  telah dibuat sebelumnya. Kredit yang tidak dapat dibayarkan oleh si debitur termasuk juga dalam kategori kredit bermasalah. Kredit bermasalah adalah kondisi dimana debitur mengingkari janjinya membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran.

  Kredit bermasalah awalnya bukan hanya terjadi akibat dari si nasabah atau debitur saja, tetapi tindakan dari bank yang kurang menganalisa dalam melakukan pemberian kredit dapat menjadi unsur utama dalam terjadinya kredit bermasalah. Untuk itu diperlukan kepada seluruh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya agar lebih menerapkan prinsip-prinsip yang terdapat didalam ketentuan dalam melaksanakan pemberian kredit.

  Sekarang ini hampir semua bank masih mengandalkan penghasilan utamanya dari jumlah penyaluran kreditnya (spread based). Banyak cara yang dapat dilakukan agar kualitas kredit meningkat atau kredit yang disalurkan tidak menimbulkan masalah.

  Untuk menghindari kredit yang disalurkan bermasalah, maka dalam melepas kreditnya pihak perbankan perlu memperhatikan ada dua unsur penting

  81

  yaitu: 1.

  Tingkat perolehan laba (return) Artinya jumlah laba yang akan diperoleh atas penyaluran kredit dalam suatu periode. Jumlah perolehan laba tersebut harus memenuhi ketentuan yang

  81 128 berlaku apabila ingin dinilai baik kesehatannya. Perbankan harus menerapkan target yang akan dicapai.

2. Tingkat risiko

  Artinya tingkat risiko yang akan dihadapi terhadap kemungkinan melesetnya perolehan laba bank dari kredit yang disalurkan. Risiko kredit perlu diperhatikan mengingat berbagai kondisi yang dapat mempengaruinya, baik ekonomi, hukum, politik atau lainnya penuh dengan ketidakpastian.

  Untuk menentukan berkualitas tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut

  82

  ketentuan berikut ini: 1.

  Lancar Suatu pinjaman digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria dibawah ini: a.

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Perbankan di Kota Medan

0 1 11

Analisis Permintaan Impor Bawang Merah di Indonesia

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham - Analisis Pengaruh Rasio Leverage Dan Size Terhadap Return Saham Perusahaan Makanan Dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia

1 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Rasio Leverage Dan Size Terhadap Return Saham Perusahaan Makanan Dan Minuman Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1 Kecamatan Gunung Maligas - Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Studi Deskriptif Mengenai Pengelolaan Sampah di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. - Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata (Studi Deskriptif Mengenai Pengelolaan Sampah di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

0 0 38

PENANGANAN KEBERSIHAN DI DAERAH TUJUAN WISATA (Study Deskriptif tentang Penanganan Kebersihan di Daerah Tujuan Wisata Pemandian Karang Anyar Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun )

0 0 16

BAB II PROFIL INSTANSI - Strategi Optimalisasi Pendapatan Dinas Pasar Dan Pengaruhnya Terhadap Keuangan Daerah

0 0 10

BAB II PROFIL PERUSAHAAN - Analisis Perbandingan Anggaran Dan Realisasi Dana Dekonsentrasi Pada Dinas Pertambangan Dan Energi Provinsi Sumatera Utara

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Kekerasan Terhadap Aparat Kepolisian Yang Menyebabkan Kematian(Studi Putusan Nomor : 370/Pid.B/2013/Pn.Sim)

0 0 29