Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota L) pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio)

  Biologi Ikan Koi (Cyprinus carpio)

  Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Ikan koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi. Pemuliaan yang dilakukan bertahun- tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian ikan koi.

  Nishikigoi adalah nama Jepang untuk ikan koi (Alex, 2009).

  Ikan koi termasuk keluarga Cyprinidae, masih sekerabat dengan ikan mas

  (Cyprinus carpio) dan ikan maskoki (Cyprinus auratus). Hal ini bisa dibuktikan

  dari sosoknya yang memang mirip, yaitu pipih. Hanya saja, penampilan koi lebih cantik karena ditunjang oleh beragam warna yang sangat menawan. Warna tubuhnya sendiri sangat variatif mulai dari hitam, putih, merah, kuning, silver hingga keemasan (Redaksi Penebar Swadaya, 2008).

  Ikan koi dapat dilihat pada Gambar 2.

  Gambar 2. Ikan Koi Koi berasal dari ikan karper hitam, sehingga secara sistematik koi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Superklas : Gnasthostomata Kelas : Osteichthyes Superordo : Teleostei Ordo : Ostariophysi Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio (Yusuf, 2002).

  Sejak dihasilkannya varietas pertama berwarna merah dan biru cerah, hingga kini telah tercipta puluhan varietas ikan koi yang cantik dan memikat.

  Jenis yang paling banyak dikenal antara lain kohaku, showa sanke, taisho sanke,

  asagi, beko, shusui, ogon, tancho dan kinginrin. Ikan koi paling tepat dipajang di

  kolam taman sehingga dapat dinikmati keelokan seluruh tubuhnya. Jika dalam akuarium, hanya tubuh bagian samping saja yang dapat dinikmati, padahal kecantikan ikan koi justru pada bagian atas tubuhnya (Daelami, 2000).

  Morfologi koi tidak jauh berbeda dengan jenis-jenis ikan yang lain yaitu terdiri atas bagian kepala, badan dan bagian mulut. Bagian badan memiliki pigmen atau warna seperti Xantofora (kuning), Melanofora (hitam), gunofora (putih kemilauan) dan Eritrofora (merah). Bagian kepala mirip dengan ikan mas koki, tetapi dilengkapi dengan satu sungut, sedangkan bagian mulut koi tidak terlalu lebar dan bagian rahang tidak memiliki gigi. Gigi yang digunakan untuk mengunyah makanan terletak pada bagian tenggorokan. Penentuan jenis kelamin ikan koi pada saat ini dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan metode jaringan secara morfologi dan metode histologis (Yusuf, 2002).

  Ikan koi hidup di perairan air tawar di daerah beriklim sedang. Koi dapat

  o

  hidup pada suhu air 8-30 C sehingga bisa dipelihara di daerah dataran tinggi atau rendah (150-600 m dpl). Namun demikian, idealnya koi hidup di perairan dengan

  o

  suhu 25-30

  C. Koi termasuk ikan yang tidak tahan goncangan perubahan suhu

  o

  yang drastis. Penurunan 5 C dalam tempo singkat dapat menyebabkan ikan

  o

  stress, bahkan berujung pada kematian. Pada suhu rendah 7

  C, koi akan bergerak dengan lambat dan cenderung berada di dasar air. Meskipun termasuk hewan air tawar, tetapi koi masih bisa bertahan di perairan payau dengan kadar garam 20-30 ppm (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Ukuran kualitas air pada budidaya ikan koi dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Ukuran Ideal Kualitas Air Bagi Ikan Koi No Parameter Ukuran

  1. Klorin < 0,05 ppm 2.

  Oksigen Terlarut > 5 ppm 3. Amonia < 0,1 ppm 4. Nitrit < 0,2 ppm

  5. Nitrat < 50 ppm 6. pH 6,5-9 7.

  Alkalinitas 50-170 ppm

  8. Kekerasan 75-150 ppm 9.

  Salinitas 0,1-0,3%

  10. Fosfat Munculnya alga

  11. Tembaga < 0,1 ppm Sumber : Redaksi Penebar Swadaya, 2008

  Ikan koi banyak sekali jenisnya, tergantung warna dan coraknya selain itu juga terdiri dari berbagai kualitas. Untuk ikan koi yang mempunyai penampilan yang sempurna masuk dalam kualitas A, berikutnya kualitas B, C dan yang paling rendah masuk kelas kropyokan. Harganya juga tergantung kualitas, ikan koi yang masuk kualitas A biasanya sangat mahal bahkan mencapai puluhan juta (Effendy, 1993). Tingkatan kualitas ikan koi dapat dilihat dalam Tabel 2.

  Tabel 2. Tingkatan Kualitas Ikan Koi No. Tingkatan

  Keterangan Kualitas 1.

  A Pola warna sangat tajam, kontras, bentuk tubuh bagus 2.

  B Pola warna tajam dan kontras, bentuk tubuh bagus 3. C Pola warna kurang tajam dan kurang kontras

  4. Kropyokan Pola warna jelek Sumber : Effendy, 1993

  Berbagai warna yang dimiliki ikan koi masih belum dapat dipecahkan secara genetis, namun diduga karena adanya pewarisan warna pada ikan koi yang terlalu kompleks. Salah satu cara untuk mendapatkan kualitas yang baik antara lain dengan mengupayakan kondisi optimal lingkungan hidupnya, dengan pemberian makanan yang tepat (waktu, jumlah, dan jenis) sehingga diharapkan dapat menghasilkan fenotipe warna yang lebih bagus (Fitriyati, dkk., 2006).

  Makanan dan Kebiasaan Makan

  Untuk kelangsungan hidup ikan hias yang dipelihara, kehadiran pakan sangat dibutuhkan. Pakan dapat mendongkrak mutu ikan hias menjadi ekonomis karena dengan pakan yang baik, ikan juga akan berkembang dengan baik dan tentunya juga bisa membuat penampilan ikan menjadi prima/menarik. Namun, pengadaan pakan menjadi bagian yang paling memakan biaya. Untuk itu, jumlah penggunaan pakan harus diperhitungkan dengan secara matang agar tidak berlebihan ataupun tidak kekurangan (Lesmana, 2009). Keseimbangan pakan salah satunya dilihat dari kandungan nutrisinya yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin. Protein sangat berguna untuk membentuk jaringan tubuh. Lemak merupakan sumber energi utama dan membentuk membran. Karbohidrat merupakan sumber energi siap pakai yang harus segera dimanfaatkan. Mineral membantu proses metabolisme tubuh, termasuk ikut berperan dalam pembentukan struktur tulang, osmoregulasi, membangun saraf dan membantu peredaran darah. Vitamin merupakan unsur esensial untuk metabolisme dan pertumbuhan secara normal (Redaksi Penebar Swadaya, 2008).

  Pakan yang baik adalah yang memiliki komposisi zat gizi yang lengkap. Zat makanan terpenting yang diperlukan ikan untuk pertumbuhan adalah zat protein. Pertumbuhan ikan akan dapat dipercepat dengan pemberian pakan yang mengandung protein tinggi (30

  • – 40 %) karena protein merupakan bagian terbesar dari daging ikan. Zat protein digunakan hewan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan tubuh, penambahan protein tubuh dan pengganti jaringan yang rusak (Cahyono, 2000).

  Agar ikan hias tetap sehat, nutrisi dalam pakannya harus cukup dan lengkap. Bila pakan utamanya berupa pakan buatan, sesekali bisa diberi pakan hidup. Bila ikan yang dipelihara merupakan jenis karnivora, usahakan pakan hidup yang diberikan bervariasi. Hal ini untuk menghindari ikan kekurangan gizi karena tiap jenis pakan memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda. Selain itu, agar ikan tidak mengalami kebosanan (Lesmana, 2009).

  Pelet tersedia dalam berbagai ukuran untuk menyesuaikan dengan ukuran mulut ikan. Pakan ikan koi buatan mengandung berbagai macam bahan mentah yang dicampur untuk menghasilkan makanan yang seimbang. Pelet harus mengandung kualitas dan kuantitas yang tepat dalam berbagai kandungan gizi yakni protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Twigg, 2013).

  Selain itu, tips memberi makan ikan koi adalah lebih baik memberi makan dalam jumlah sedikit tetapi dalam yang sedikit. Karena ikan koi jika perutnya sudah penuh, makanan akan langsung dikeluarkan frekuensi yang sering dibandingkan memberi makanan dalam jumlah banyak dalam frekuensi sebagai kotoran. Karena itu yang perlu dipertimbangkan agar jangan sampai overfeeding (Alex, 2009).

  Ikan tidak dapat membuat sendiri pigmen warna oleh karenanya harus disuplai dari makanan yang dimakan. Karena itu, jika ikan diberi makan yang tidak mengandung pigmen warna yang dibutuhkan, maka ikan tersebut akan kehilangan warnanya (Khairyah, dkk., 2010).

  Bila ikan memiliki bakat warna yang bagus, pemberian pakan yang tepat mampu memaksimalkan warna. Pakan ikan koi idealnya memenuhi unsur yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, melancarkan pencernaan, mencerahkan warna dan memacu pertumbuhan (Wisnu, 2012).

  Pakan buatan bagi ikan hias memiliki banyak jenis dan merek dagang. Salah satu diantaranya adalah Takari. Takari merupakan resep istimewa yang mengandung nilai nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat bagi ikan.

  Komposisi Takari meliputi tepung ikan, tepung udang, tepung kedelai, vitamin, mineral, pencerah warna, anti oksidan dan lainnya. Adapun kandungan nutrisi

  Takari ialah protein 30%, Lemak 3%, Serat 4%, Abu 12%, Kadar Air 12%,

  Vitamin A, D3, E, B1, B6, B12, Niacin, Biotin, Panthotenic, Choline dan lainnya (PT.Central Proteinaprima Tbk, 2014).

  10-13 2-3 kali seminggu atau jika ikan koi lapar Karbohidrat tinggi, rendah protein.

  Sumber : (Alex, 2009).

  22-26 3-4 kali dalam sehari Pelet dengan protein tinggi (35%- 40%), color enhancers. Tambahkan plankton, sayuran dan buah-buahan.

  35% protein pelet, tambahkan buah dan sayuran dan plankton sebagai variasi

  18-22 Satu atau dua kali sehari

  Sekali dalam satu hari Kadar dan jumlah protein ditingkatkan menjadi (35%), sayuran dan buah.

  Protein rendah (25%) pakan pelet, karbohidrat tinggi, sayuran dan buah. 15-18

  15 4-5 kali seminggu atau jika ikan koi lapar

  C lebih dari satu bulan mungkin memerlukan maka tambahan protein rendah dan karbohidrat tinggi. Untuk ikan mas koi yang hidup di daerah yang bermusim dingin.

  Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pemeliharaan ikan adalah penyediaan makanan secara cukup dan kontinu, terutama makanan yang dapat diberikan untuk berbagai tingkatan umur serta ukuran ikan (Effendy, 1993). Frekuensi pemberian pakan dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Frekuensi Pemberian Pakan dan Tipe Pakan Ikan Koi

  o

  Suhu pada 10

  < 10 Jangan memberi makan ikan koi

  Pemberian Pakan Tipe Pakan

  C) Frekuensi

  o

  Temperatur Air (

  Sebagai hewan omnivora, ikan koi memakan segala seperti manusia. Di dalam air ikan koi mampu mengenali pakannya dan bahkan mengaduk-aduk dasar kolam atau pematang kolam untuk mencari makanan. Karena koi mempunyai organ penciuman yang sangat tajam berupa dua pasang sungut yang terletak dipinggir mulut (Susanto, 2002).

  Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi tentunya akan berpengaruh pada kebutuhan jumlah maupun kualitas pakan. Faktor berpengaruh tersebut antara lain tingkah laku dan ukuran ikan. Ikan yang aktif memerlukan energi lebih banyak dibanding ikan yang tidak aktif. Sementara ikan yang lebih kecil dan muda membutuhkan energi yang lebih banyak dibanding yang besar karena kecepatan metabolismenya lebih tinggi. Semakin tua dan semakin besar ikan kebutuhan energinya semakin berkurang (Lesmana, 2009).

  Dosis makanan yang diberikan pada ikan jangan terlalu berlebihan agar tidak menciptakan kondisi buruk di dalam air, terutama jika memberikan makanan buatan. Dosis makanan yang umum diberikan dalam satu hari berkisar antara 3-5% dari berat total ikan yang dipelihara. Makanan ini tidak diberikan sekaligus, tetapi diberikan secara bertahap. Jumlah makanan yang diberikan pada setiap waktu makanan tergantung dari frekuensi pemberian. Artinya, jika frekuensi pemberian makanan dilakukan empat kali sehari, maka jumlah yang diberikan pada setiap waktu makan adalah ¼ dari dosis yang telah ditentukan.

  Untuk menghindari pemberian makanan secara berlebihan, makan pemberian makanan harus dihentikan apabila 25% dari jumlah ikan yang dipelihara telah meninggalkan tempat makannya (Liviawaty dan Aprianto, 1990).

  Warna pada Ikan

  Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara memberi pakan yang mengandung pigmen warna. Warna pada ikan disebabkan adanya sel kromatofor yang terdapat pada kulit bagian dermis. Sel ini diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar, yaitu eritrifora yang menghasilkan warna merah dan oranye, xanthofora yang menghasilkan warna kuning, melanofora yang menghasilkan warna hitam, leukofora yang menghasilkan warna putih dan iridofora yang dapat memantulkan refleksi cahaya (Sholichin, dkk., 2012).

  Zat warna menurut asalnya terdiri dari zat warna alami dan zat warna sintetik. Zat warna alami (pigmen) adalah zat warna yang secara alami terdapat dalam tanaman maupun hewan. Zat warna alami dapat dikelompokkan sebagai warna hijau, kuning dan merah (Winarti, dkk., 2008).

  Pewarnaan pada ikan pada dasarnya berhubungan dengan pigmen pada kulit. Ada dua macam sel khusus yang memberikan warna terhadap ikan, kromatofor dan iridosit. Kromatofor terletak pada dermis kulit yaitu sisi luar dan diantara sisik serta mengandung butiran pigmen sebagai sumber warna sebenarnya. Kromatofor ini dapat bergerak dalam sitoplasma atau menumpuk pada permukaan kulit. Iridosit dapat disebut sebagai sel cermin, karena mengandung materi pemantul yang memantulkan warna dari luar tubuh ikan (Yahyadi, dkk., 2004).

  Berbagai warna-warni indah pada ikan pada dasarnya dihasilkan oleh sel- sel pigmen (chromatophore) yang terletak pada kulit ikan. Mekanisme pergerakan butiran pigmen pada ikan dikendalikan oleh hormon-hormon tertentu sebagai akibat reaksi terhadap kondisi lingkungan ikan yang bersangkutan. Oleh karena itu, ikan bisa tampak berbeda pada kondisi lingkungan berbeda. Warna atau pola warna dasar ikan sepenuhnya ditentukan oleh faktor genetik ikan yang bersangkutan. Tampilan warna ikan selain ditentukan oleh jumlah dan konsentrasi sel-sel warna, juga ditentukan oleh kedalaman letak sel tersebut dalam lapisan kulit (Khairyah, dkk., 2010).

  Bahan aktif tertentu yang ditambahkan pada makanan dapat membuat warna ikan koi lebih cemerlang. Ikan koi yang dipelihara atau diternakkan pada kolam lumpur yang banyak mengandung ganggang menunjukkan warna dan kualitas kulit yang baik. Ganggang mengandung zat khusus yang disebut karoten, yang mampu membantu membuat warna lebih cemerlang dan banyak makanan ikan koi mengandung ganggang seperti spirulina untuk memperkuat warna ikan (Twigg, 2013).

  Komponen utama pembentuk warna merah dan kuning pada ikan hias adalah senyawa karotenoid. Hewan akuatik tidak dapat mensisntesis karotenoid dalam tubuhnya dan oleh karena itu harus mendapatkan pigmen ini dari pakan (Maulid, 2011).

  Wortel (Daucus carota L)

  Wortel adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya berwarna jingga atau putih dengan tekstur serupa kayu. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. (Amiruddin, 2013).

  Tanaman wortel mempunyai struktur batang yang pendek, serta akar yang berakar tunggang dapat berubah bentuk menjadi bulat dan disebut dengan umbi.

  Umbi wortel ini tampak berwarna kuning kemerah-merahan, yang berarti mengandung tinggi senyawa karoten dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Susunan tubuh tanaman wortel terdiri atas daun dan tangkainya, batang dan akar. Secara keseluruhan wortel merupakan tanaman setahun, tumbuh tegak hingga 30 – 100 cm atau lebih (Keliat, 2008).

  Dalam sistem tumbuh-tumbuhan (taksonomi), tanaman wortel diklasifikasikan sebagai, berikut : Devisio : Spermatophyta Sub devisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledon Ordo : Umbelliferales Family : Umbelliferae Genus : Daucus Species : Daucus carota L. (Pohan, 2008)

  Warna oranye tua pada wortel menandakan kandungan beta karoten yang tinggi. Makin jingga warna wortel, makin tinggi kadar beta karotennya. Kadar beta karoten yang terkandung dalam wortel lebih banyak dibanding kangkung, caisim dan bayam. Secara kimia, karoten adalah terpena, disintesis secara biokimia dari delapan satuan isoprena. (Khairyah, dkk., 2010). Tepung wortel dapat dilihat pada Gambar 3.

  Gambar 3. Tepung Wortel

  Kandungan Betakaroten pada Wortel

Karotenoid adalah sumber utama dalam roses pigmentasi pada ikan hias

  atau ikan daerah tropis, untuk berbagai macam spesies ikan berwarna kuning, merah dan warna lainnya. Karatenoid juga merupakan nutrien yang sangat penting bagi kesehatan, pertumbuhan, metabolisme dan reproduksi ikan. Sumber karatenoid untuk ikan banyak ditemukan dari tanaman maupun produk hewani (Sukarman dan Chumaidi, 2012).

Kandungan β-karoten pada umbi wortel mentah adalah sebesar 8285 μg/100g. β-karoten memberikan warna oranye cerah pada umbi wortel, β-

  karoten dimetabolisme oleh tubuh menjadi vitamin A jika ada garam empedu di saluran pencernaan (Pohan, 2008 ).

  Kemampuan pigmentasi dari suatu bahan tidak hanya ditentukan oleh tingginya kandungan karatenoid tetapi juga jenis karatenoid yang tergantung didalamnya. Jenis karotenoid yang bisa digunakan dalam pakan ikan maupun udang adalah betakaroten, zeaxanthin, isozeazanthin, chantaxanthin (Sukarman dan Chumaidi, 2012).

  Wortel mengandung senyawa karotenoid dalam jumlah besar, berkisar antara 6000

  • – 54800 pg/100 g. Karotenoid adalah pigmen berwarna kuning, oranye dan oranye kemerahan yang terlarut dalam lipida meliputi kelompok hidrokarbon yang disebut karoten dan derivat oksigenasinya xantofil. Dengan kandungan karotenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pangan alami (Ikawati, 2005).

  Kandungan gizi dan betakaroten wortel untuk tiap 100 gram dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Kandungan Gizi dalam Wortel Jenis zat gizi Jumlah

  Air 87,7 g

  Energi 43 kkal

  Lemak 0,19 g

  Karbohidrat 10,14 g

  Serat 3 g

  Kalium 323 mg

  Fosfor 44 mg

  Natrium 35 mg

  Kalsium 27 mg

  Magnesium 15 mg

  Vitamin C 9,3 mg

  Vitamin A 28000 IU

  Vitamin B6 0,14 mg

  Niasin 0,92 mg

  Asam folat 14 mg

  β-karoten 8285 μg

Dokumen yang terkait

No Ikan Gulama Kasai Bintang Timur Kg Hargakg Biaya (Rp) Kg Hargakg Biaya (Rp) kg Hargakg Biaya (Rp)

0 0 5

Implementasi Algoritma Edge Detection Operator Sobel pada Proses Perbaikan Kualitas Citra Teks

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Implementasi Algoritma Edge Detection Operator Sobel pada Proses Perbaikan Kualitas Citra Teks

0 0 16

Pengaruh Komposisi dan Ukuran Makro Serbuk Kulit Kerang Darah (Anadora Granosa) Terhadap Komposit Epoksi-PS/Serbuk Kulit Kerang Darah (SKKD)

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komposisi dan Ukuran Makro Serbuk Kulit Kerang Darah (Anadora Granosa) Terhadap Komposit Epoksi-PS/Serbuk Kulit Kerang Darah (SKKD)

0 0 22

Pengaruh Komposisi dan Ukuran Makro Serbuk Kulit Kerang Darah (Anadora Granosa) Terhadap Komposit Epoksi-PS/Serbuk Kulit Kerang Darah (SKKD)

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Pembebanan Pengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam

0 0 15

BAB 1 PENDAHULUAN - Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Pembebanan Pengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam

0 2 6

Pengaruh Waktu Vulkanisasi dan Pembebanan Pengisi Tepung Kulit Singkong Termodifikasi Penyerasi Alkanolamida pada Pembuatan Produk Film Lateks Karet Alam

0 0 22

Tabel Rekomendasi Rentang Peningkatan Berat Badan Total Untuk Wanita Hamil berdasarkan IMT IMT Total Penambahan BB (kg) Penambahan BB TM 1 (kg) TM 2 (kg) TM 3 (kg) Rendah (<19,8) 12,5 – 18,0 2,3bln 0,49mggu 0,40mggu

0 22 26