Persiapan lahan tanaman kentang. doc

Kesesuaian lahan untuk tanaman kentang
Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu bidang lahan untuk penggunaan tertentu, yang dapat
dinilai pada kondisi saat ini atau setelah diadakan perbaikan. Lingkungan Tumbuh
Menurut Bambang cahyono, 1996 menyatakan Tanaman kentang akan tumbuh baik dan dapat
memberikan hasil yang tinggi (jumlah ton/ha) apabila ditanam di tempat yang keadaan
lingkungannya sesuai dengan syarat tumbuhnya. Pembudidayaan yang dilakukan tanpa
memperhatikan keadaan ekologi yang sesuai merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kegagalan panen.
Dalam budidaya tanaman kentang, keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuhnya
tanaman adalah keadaan tanah dan keadaan iklim. Keadaan tanah yang perlu mendapat perhatian
adalah letak geografis tanah, keadaan topografi tanah, keadaan sifat fisika-kimia tanah dan biologis
tanah. Sedangkan keadaan iklimnya adalah meliputi keadaan suhu dan kelembaban udara, keadaan
curah hujan, penyinaran cahaya matahari dan angin. Adapun kesesuaian dari masing-masing
keadaan lingkungan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut dibawah ini:
a.

Letak Geografis Tanah/Ketinggian Tempat

Tanaman kentang umumnya dapat tumbuh baik bila ditanam di dataran tinggi (1.500 – 3.000 m
dpl). Namun sebagai pengecualian, tanaman kentang ada yang tumbuh baik pada ketinggian 500 m
dpl. seperti di daerah Maja, dan tumbuh pada ketinggian 800 m dpl, seperti di daerah Temanggung,

Kedu. Keadaan ketinggian tempat juga berhubungan erat dengan keadaan iklim setempat yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti keadaan suhu udara, keadaan curah hujan,
keadaan kelembaban udara, dan keadaan penyinaran cahaya matahari. Semakin tinggi letak
geografis tanah, maka keadaan suhu udara akan semakin turun dengan laju penurunan sebesar 0,5˚C
setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut. Sedangkan intensitas cahaya matahari dan
kelembaban udaranya semakin tinggi. Demikian pula keadaan curah hujan akan semakin tinggi
(Bambang cahyono, 1996).
b.

Keadaan Topografi Tanah

Keadaan topografi tanah atau derajat kemiringannya juga merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap budidaya tanaman kentang, terutama berpengaruh terhadap besarnya biaya eksploitasi atau
biaya pembukaan tanahnya. Biaya yang diperlukan untuk pembukaan tanah pada daerah yang
topografinya miring akan lebih besar dibanding dengan pembukaan tanah ataupun penanaman yang
dilakukan pada daerah yang keadaan topografinya datar. Sebab, pada daerah yang topografinya
miring maka untuk pembudidayaannya harus dibuat teras-teras dan tanggul-tanggul agar tidak
terjadi erosi yang dapat menghanyutkan unsur-unsur hara dan merusak tanaman akibat longsornya
tanah. Maka, pembukaan pada tanah yang miring diperlukan biaya tambahan untuk pembuatan
teras-teras dan tanggul-tanggul tersebut.

Untuk menghemat biaya eksploitasi atau pembukaan tanah, maka sebaiknya dipilih lokasi yang
keadaan topografi tanahnya datar. Dengan demikian tidak perlu membuat teras-teras ataupun
tanggul-tanggul. Akan tetapi apabila keadaannya memaksa harus menggunakan tanah yang miring,
hendaknya harus memperhitungkan derajat kemiringan tanahnya. Untuk pembudidayaan tanaman
ditanah yang miring, derajat kemiringan tanah harus dibawah 30%. Sebab, derajat kemiringan tanah

diatas 30% sudah merupakan faktor penghambat untuk budidaya tanaman sehingga sudah tidak
menguntungkan lagi (Bambang cahyono, 1996).
c.

Keadaan Fisika, Kimia, dan Biologis Tanah

Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada segala jenis tanah, akan tetapi pertumbuhan yang paling
baik dan subur adalah pada tanah vulkanis dengan kandungan pasir sedikit. Pada tanah yang
demikian itu tanaman akan menghasilkan kualitas kentang yang baik. Sedangkan struktur tanah
yang sesuai adalah yang berstruktur gembur, tanah banyak mengandung bahan organik atau humus,
subur, tanah mudah mengikat air (porous), dan memiliki drainase yang baik. Keadaan tanah yang
padat dan tidak porous dapat menghambat pertumbuhan umbi, sehingga umbi yang akan dihasilkan
kecil-kecil. Disamping itu, juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Sifat fisika tanah yang baik akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen,

karena sifat fisika tanah berpengaruh nyata terhadap peredaran oksigen dan ketersediaan oksigen di
dalam tanah yang sangat diperlukan untuk pernafasan akar dan jasad-jasad renik tanah dalam
membantu menguraikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman: sifat
fisika tanah yang baik juga dapat meningkatkan pembuangan air (drainase) sehingga dapat
mencegah penggenangan air. Pada struktur tanah yang gembur dapat memudahkan akar tanaman
menembus tanah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perakaran,
pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan umbi. Dengan sifat fisika tanah yang baik dapat mencegah
erosi, yang berarti dapat mencegah pula hilangnya unsur-unsur hara tanah.
Keadaan kimia tanah atau keasaman yang sesuai untuk pertumbuhannya adalah tanah yang
memiliki derajat keasaman (pH) sekitar 5 – 6,5. Jika tanah yang akan ditanami keasamannya tinggi,
yaitu nilai pHnya rendah maka keasaman tanah perlu diturunkan dengan menaikan nilai pH tanah
melalui pengapuran. Sedangkan apabila nilai pHnya tinggi diatas 6,5 maka perlu diturunkan dengan
memberikan belerang pada tanah. Derajat keasaman tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman, terutama pada tahap awal pertumbuhan dan terhadap perkembangan umbi setelah umbi
terbentuk. Keadaan derajat keasaman juga berpengaruh terhadap ketersediaan zat-zat hara, dan
aktivitas jasad renik tanah dalam penguraian bahan organik. Pada keadaan tanah yang sangat asam
(nilai pH kurang dari 4) atau sangat basa (nilai pH lebih dari 9) sudah merupakan racun bagi
tanaman.
Keadaan biologis tanah atau keberadaan organisme tanah berpengaruh terhadap tingkat kesuburan
tanah karena berfungsi sebagai pengurai bahan-bahan organik tanah menjadi bahan yang tersedia

bagi tanaman. Keberadaan organisme tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan sifat fisika tanah dan
keasaman tanah (Bambang cahyono, 1996).
d.

Keadaan Suhu dan Kelembaban

Keadaan suhu udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman adalah berkisar antara 15˚C – 20˚C
dengan kelembaban udara antara 80% – 90%. Suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dapat menyebabkan pembentukan umbi berkurang sehingga menurunkan produksi, hal ini
disebabkan karena aktivitas metabolisme tanaman menurun. Demikian pula kelembaban udara yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan karena penyakit, terutama yang
disebabkan oleh cendawan (Bambang cahyono, 1996).
e.

Keadaan Curah Hujan

Daerah dengan curah hujan 1.200 – 1500 mm/tahun merupakan daerah yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman kentang. Curah hujan yang terlalu tinggi (banyak hujan) tanaman menjadi
peka terhadap serangan penyakit busuk batang atau akar. Disamping itu, mutu umbi yang dihasilkan
jelek, yakni umbinya kecil-kecil, kulit umbi tipis dan mudah mengelupas. Dengan demikian

produksinya menjadi rendah (Bambang cahyono, 1996).
f.

Faktor Penyinaran Matahari

Penyinaran cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses
fotosintesis. Lamanya penyinaran cahaya matahari berpengaruh terhadap waktu (kapan) umbi
terbentuk dan lamanya proses perkembangan berlangsung. Kisaran lamanya penyinaran cahaya
matahari bervariasi antara 10 – 16 jam per hari, tergantung varietasnya. Namun, faktor cahaya yang
penting berpengaruh terhadap pembentukan umbi adalah intensitas cahaya. Tanaman kentang
memerlukan intensitas cahaya yang besar. Semakin besar intensitas cahaya yang dapat ditangkap
atau diterima akan mempercepat pembentukan umbi dan waktu pembungaan. Intensitas cahaya
matahari yang lemah akibat keadaan cuaca yang buruk atau karena tertutup pepohonan disekitar
tanaman dapat menyebabkan tanaman tumbuh memanjang, kurus, lemah, dan pucat. Akibatnya
proses pembentukan umbi terhambat (Bambang cahyono, 1996).
g.

Keadaan Angin

Angin yang kencang dan berkelanjutan secara langsung dapat merusak tanaman, seperti robohnya

tanaman, patahnya ranting-ranting dan lain-lain. Sedangkan pengaruhnya secara tidak langsung
terhadap pertumbuhan tanaman adalah angin berpengaruh terhadpa kondisi tanah, yakni angin yang
kencang dapat mempercepat penguapan air tanah sehingga menyebabkan tanah cepat mengering
dan mengeras. Keadaan ini dapat mempengaruhi jumlah imbangan antara udara dan air di dalam
tanah tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman. Dengan demikian tanaman akan terganggu
pertumbuhannya dan keadaan tanah yang mengeras dapat menghambat pertumbuhan umbi
(Bambang cahyono, 1996).

Pengolahan tanah
engolahan Lahan
Pengolahan tanah merupakan salah satu kegiatan awal dalam budidaya kentang. Namun demikian
perlu disadari bahwa penyediaan saprodi ( bibit, pupuk, dan/atau bahan lain) perlu disiapkan
terlebih dahulu atau bersamaan menjelang penyiapan lahan selesai.

a.

Cara mengolah

Prinsipnya, cara mengolah tanah untuk penanaman kentang tidak berbeda dengan pengolahan tanah
untuk tanaman pada umumnya. Berikut tahap-tahap pengolahannya.

·
Tanah dibajak (di cangkul) untuk membalik posisi tanah. Tanah bagian bawah dibalik menjadi
ke atas (permukaan tanah), sebaliknya tanah bagian atas (permukaan tanah) menjadi di bawah.
·

Setelah dibajak, tanah dibiarkan beberapa hari agar terkena sinar matahari.

·
Tanah bajakan dicangkul atau digaru agar tanah yang masih berbongkah-bongkah menjadi
remah dan gembur. Lalu tanah ini dibiarkan beberapa hari.
·
Setelah dibiarkan beberapa hari, tanah kembali dibajak dan dicangkuli/digaru. Jadi, tanah
untuk kentang memerlukan dua kali pembajakan dan pencangkulan/penggaruan.
b.

Pembuatan Guludan

Guludan yang dibuat di lahan perbukitan memiliki kemiringan tanah kurang dari 15 %, cara
pembuatan guludannya cukup dengan memotong kemiringan itu.Kalau kemiringannya lebih dari 15
%, lahan harus dibuat secara berteras. Pada lahan datar sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke

arah barat-timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal sedang.
Pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kemiringan tanah untuk mencegah erosi.
Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman) /140 cm (2 jalur tanaman) tinggi 30 cm dan jarak atar
bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang
yang ditanam. Disekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan
lebar 50 cm.
Pertanaman dengan olah tanah minimum (OTM), pertanaman memotong lereng (searah kontur),
penggunaan teras, dan pemakaian mulsa dapat mencegah terjadinya erosi tanah.
Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur agar tanaman
kentang memperoleh sinar matahari secara optimal, sedangkan pada lahan yang berbukit, arah
bedengan dibuat tegak lurus kemiringan tanah (searah kontur) untuk mencegah erosi. Bedengan
dibuat dengan lebar 70 cm (1 jalur tanaman) atau 140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak
antar bedengan sekitar 30 cm (Gambar 11). Di sekeliling petak bedengan dibuat saluran
pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Cara mempersiapkan lahan untuk tanaman kentang sangat bervariasi sesuai dengan
kebiasaan petani dan kondisi daerahnya.

Gambar Bedengan untuk tanaman kentang

Gambar Sketsa dan dimensi bedengan untuk tanaman kentang


Teknik Penanaman
Penanaman ini dilakukan seminggu setelah tahap persiapan lahan. Langkah-langkah penanaman
tersebut sebagai berikut.
·
Lubang tanam disiapkan dengan kedalaman seukuran bibit atau kira-kira 7,5 – 10 cm. Lubang
tanam jangan terlalu dalam karena dapat menurunkan bobot produksi.
·
Setelah itu, bibit ditanam. Bibit yang ditanam harus sudah tumbuh tunasnya sekitar 1 – 2 cm.
Bibit ditanam dengan posisi tunas yang tumbuhnya paling baik menghadap ke atas. Setelah itu
timbun lagi dengan tanah setebal 5 – 6 cm.
Varietas unggul kentang yang dianjurkan adalah Granola, Atlantik, Cipanas atau varietas unggul
lokal lainnya. Bibit kentang yang baik berasal dari umbi berbobot 30-50 gram (ukuran sedang) dan
generasi ke 3-4 yang khusus dibuat untuk bibit. Bibit kentang sebaiknya dipilih dari varietas unggul
yang sehat, tidak cacat dan berumur antara 150-180 hari. Umbi bibit disimpan di gudang dalam rak
atau peti dengan sirkulasi udara yang baik (kelembaban 80-95%) (Gambar 12). Umbi yang akan
disimpan untuk bibit diberi insektisida dan fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit
selama penyimpanan. Setelah umbi bertunas sekitar 1-2 cm, umbi siap ditanam. Kebutuhan bibit
adalah 1,2-1,5 t/ha.


Penanaman kentang dapat dilakukan dengan sistim alur atau garitan (Gambar 13a) atau sistem
bedengan (Gambar 13b) dengan jarak tanam dalam barisan 40 cm dan jarak antar barisan 80 cm.
Penanaman dilakukan dengan meletakkan 1 umbi bibit per lubang, lalu ditutup tipis dengan tanah
kemudian tanah di sekitar umbi ditekan. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hari setelah tanam (HST).

Gambar Sistem alur (a) dan bedengan (b) pada penanaman kentang

Air hujan yang berlebihan pada bidang olah dialirkan ke suatu tempat yang lebih rendah melalui
saluran pembuangan air (SPA) yang dibuat setiap 25 m memotong kontur dan bedengan (Gambar

13 b). Saluran ini memiliki kedalaman 15-20 cm, lebar 25 cm dan pada dasar saluran ditanami
rumput lokal, agar tanah tidak mudah tergerus oleh aliran permukaan.
Penyiraman dan Pengairan
Kentang tidak hanya membutuhkan makanan banyak, tetapi juga membutuhkan air yang banyak
(tetapi tidak menghendaki tanah yang becek). Kebutuhan air pada kentang dengan cara
penyiraman. Penyiraman hanya dilakukan bila tanah kelihatan kering, atau untuk lebih tepatnya
diukur dulu kelembaban tanahnya. Bila kelembabannya kurang dari yang diperlukan maka tanaman
perlu penyiraman. Kelembaban yang dibutuhkan oleh tanaman kentang 80%. Penyiraman tidak
boleh terlampau banyak sebab air berlebih bisa menghentikan pertumbuhan umbi. Jadi,
penyiramannya cukup membuat permukaan tanah basah.

Agar tanah tetap lembab dan untuk mencegah agar umbi kentang tidak pecah karena terlalu
banyaknya air pengairan, maka pengairan atau penyiraman dapat dilakukan dengan selang waktu
satu minggu. Pada saat memberikan air pengairan hendaknya secukupnya saja, artinya tanah cukup
basah saja, tidak sampai terjadi penggenangan. Dengan demikian, maka pertumbuhan tanaman dan
pertumbuhan umbi dapat berjalan baik, sehingga kualitas umbi yang dihasilkan akan baik.
Pengairan dengan selang waktu 7 hari sekali secara rutin menggunakan gembor/embrat sudah
cukup untuk tanaman kentang.