Laporan Budidaya Tanaman Lahan Marginal

LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL

ACARA I
PERLAKUAN PEMBENAH TANAH PADA LAHAN MARGINAL

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah sangat penting peranannya bagi semua kehidupan di bumi. Tanpa tanah,

kehidupan yang kita ketahui tidak mungkin ada karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur
tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas
dan tumbuh karena tanah memainkan peran kritis dalam memelihara atau menjaga
kualitas udara, menyimpan air dan bahan makanan bagi tumbuhan, serta menyaring
bahan pencemar air permukaan. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme dan bagi sebagian besar mahkluk hidup di daratan, tanah menjadi
lahan untuk hidup dan bergerak.
Media tanam berperan penting dalam proses pertumbuhan pada usaha budidaya
pertanian. Hal tersebut didukung oleh lahan yang sesuai dengan masing-masing jenis
tanah. Pengolahan dan pemanfaatan tanah mampu menghasilkan hasil yang optimal,
maka diperlukan pengetahuan lebih lanjut mengenai masing-masing sifat tanah baik
sifat fisika maupun sifat kimia tanah.
Salah satu lahan marjinal di Indonesia adalah lahan pasir pantai. Lahan pasir pantai
mengalami kemarjinalan karena keadaan tanah pasir pantai yang didominasi fraksi pasir
dengan kandungan bahan organik yang sangat rendah menyebabkan ketersediaan unsur
hara bagi tanaman rendah. Sedangkan penambahan unsur hara melalui pemupukan
mudah hilang karena pelindian oleh air hujan atau irigasi. Pada tanah pasir pantai
pembatasan produksi tanaman yang utama adalah laju infiltrasi yang tinggi, daya
simpan air yang rendah, kehilangan unsur hara yang tinggi akibat pelindian dan status


kesuburan tanah yang rendah, sehingga usaha perbaikan kondisi tanah tersebut dapat
membantu meningkatkan produksi.
Pasir pantai merupakan tanah yang sangat miskin hara, karena strukturnya tidak
mampu menahan hara dan air menyebabkan tanah pasir ini memerlukan bantuan pupuk
kandang guna menjadikannya sebagai media tanam yang lebih baik. Pupuk kandang
merupakan bahan organik yang memiliki hara dan mineral yang dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhan yang maksimal. Kangkung darat membutuhkan unsur hara yang
cukup dan berimbang bagi pertumbuhannya.
Pada praktikum perlakuan pembenah pada lahan marginal ini akan dibahas terkait
cara pemberian dan pengaruh pemberian pembenah tanah pada tanah pasir pantai yang
digunakan adalah bokasi. Oleh karenanya pada praktikum ini dapat dipelajari beberapa
pengaruh dari perlakuan pemberian pembenah tanah marjinal.

B. Tujuan
1. Mengetahui cara pemberian pembenah tanah pada lahan marginal.
2. Mengetahui pengaruh pemberian pembenah tanah pada tanah pasir pantai terhadap
pertumbuhan tanaman.
3.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah pasir pantai merupakan tanah marjinal yang memiliki produktivitas tanah
rendah sebagai akibat dari struktur tanah lepas, kemampuan memegang air rendah,
infiltrasi dan evaporasi yang tinggi, kesuburan rendah, bahan organik sangat rendah,
temperatur yang tinggi dan angin kencang. Ketersediaan udara yang berlebihan dalam
pori menyebabkan pengeringan dan oksidasi bahan organik berjalan cepat. Penggunaan
pembenah tanah di lahan pasir merupakan salah satu alternatif teknologi peningkatan
produktivitas lahan (Kertonegoro, 2001).
Perbaikan beberapa sifat tanah pasir pantai pada lahan pertanian yang didominasi
oleh partikel pasir pada daerah yang beriklim kering yang digunakan sebagai daerah
pengembangan budidaya pertanian sangat penting dilakukan, yaitu untuk meningkatkan
kamampuan tanah dalam mempertahankan ketersediaan unsur hara dan air bagi
tanaman. Strategi untuk meningkatkan sifat–sifat tanah tersebut yaitu dengan
penambahan bahan organik. Bahan organik merupakan salah satu pembenah tanah yang
telah dirasakan manfaatnya dalam perbaikan sifat-sifat tanah baik sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Secara fisik berguna untuk memperbaiki struktur tanah, menentukan
tingkat perkembangan struktur tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah
(Kertonegoro, 2001).
Kunci perbaikan lahan pasir dilakukan dengan penambahan pembenah tanah. Bahan

pembenah tanah merupakan bahan-bahan sintetis atau alami yang berpotensi untuk
memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah. Tujuan penggunaan bahan pembenah tanah
adalah memperbaiki agregat tanah, meningkatkan kapasitas tanah menahan air,
meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah dan memperbaiki ketersediaan

unsur hara tertentu. Pemanfaatan pembenah tanah harus memprioritaskan pada bahanbahan yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan (Hanudin, 2010).
Pemantauan dampak pemberian pembenah tanah di lahan pasir pantai memerlukan
indikator yang terukur. Indikator penilaian dampak penggunaan pembenah tanah adalah
kualitas tanah. Kualitas tanah adalah kapasitas tanah untuk dapat berfungsi dalam batasbatas ekosistem alami atau terkelola, mempertahankan produktivitas tanaman dan
binatang, memelihara atau meningkatkan kualitas air dan udara dan mendukung
kesehatan manusia dan lingkungan. Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan
pada indikator sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pengukuran indikator kualitas tanah
menghasilkan indeks kualitas tanah.Indeks kualitas tanah dihitung berdasarkan nilai dan
bobot tiap indikator kualitas tanah (Hanudin, 2010).
Bahan organik berfungsi meningkatkan kesuburan fisika, kimia dan kesuburan
biologi. Pemberian bahan organik bermanfaat meningkatkan humus tanah, mengurangi
pencemaran lingkungan, mengurangi pengurasan hara yang terangkut lewat panen,
memperbaiki temperatur dan memperbaiki lingkungan organisme tanah, memperbaiki
struktur tanah dan meningkatkan ketersediaan air. Dekomposisi bahan organik
menghasilkan humus yang memiliki permukaan dan kemampuan absorpsi lebih besar

dari lempung (Karyotis, 2002).
Pupuk kandang selain berfungsi memperbaiki sifat fisik tanah juga sebagai sumber
unsur hara walaupun dalam jumlah kecil. Tanah yang memiliki sifat fisik yang baik
maka tanaman akan subur karena leluasa dalam pengambilan hara. Pupuk kandang
merupakan bahan pembuat bokashi yang disebut bokashi pupuk kandang. Bokashi
adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang) dengan
teknolgi EM-4 yang digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan

meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Effective mikroorganisme (EM-4)
adalah mikroorganisme yang dihasilkan melalui fermentasi yang untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan tanaman. EM-4 mengandung Lactobacillus sp, bakteri sintetik,
actinomycetes dan jamur pengurai selulosa untuk menfermentasikan bahan organik
yang mudah diserap oleh akar tanaman (Murbandono, 2000).
Kondisi tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman adalah ketersediaan
unsur hara yang memadai dan seimbang secara tepat waktu yang dapat diserap oleh
akar tanaman. Produksi tanaman dapat terhambat jika unsur hara yang terkandung di
dalam tanah kurang atau tidak seimbang, terutama pada daerah yang kadar pH nya
terlalu asam ataupun basa. Upaya yang dapat dilakukan untuk membatasi hilangnya
unsur hara dan mengembalikan kesuburan tanah adalah dengan cara mendaur ulang
limbah organik, seperti limbah dari kandang peternakan dan sisa tanaman. Hasil daur

ulang limbah organik tersebut dikembalikan ke lahan baik secara langsung maupun
setelah diolah menjadi pupuk bokashi atau kompos. Pemanfaatan pupuk organik maka
unsur hara dalam tanah dapat diperbaiki atau ditingkatkan dan dapat menekan
kehilangan unsur hara akibat terbawa air hujan atau menguap ke udara (IPTP, 2000).
Pupuk bokashi juga memiliki peranan penting bagi tanah karena dapat
mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia,
fisik dan biologis. Penambahan pupuk bokashi dalam tanah dapat memperbaiki struktur,
tekstur, dan lapisan tanah sehingga akan memperbaiki keadaan airase dan drainase serta
kemampuan daya serap tanah terhadap air dan juga berdampak mengendalikan erosi
tanah. Pupuk bokashi dapat menggantikan unsur hara tanah yang hilang akibat terbawa
oleh aliran air permukaan (IPTP, 2000).

Penambahan pupuk organik ke dalam tanah akan menyebabkan satu atau beberapa
jenis kation dibebaskan dari ikatannya secara absortif menjadi ion bebas yang dapat
diserap oleh akar tanaman. Pemupukan menggunakan bokashi mengakibatkan tanah
yang strukturnya ringan berpasir (berpasir atau remah) menjadi lebih baik, daya ikat air
menjadi lebih tinggi dan tanah yang berat atau tanah liat menjadi lebih optimal dalam
mengikat air. Pupuk bokashi juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)
tanah dan dapat meningkatkan penyerapan unsur hara dari pupuk mineral oleh tanaman
(Murbandono, 1992).

Penggunaan pupuk bokashi dalam jangka pendek dapat memperbaiki sifat fisik
tanah dan meningkatkan aktivitas biologis tanah dengan menyuplai sebagian kebutuhan
tanaman akan unsur hara dan dalam jangka panjang penggunaan pupuk bokashi dapat
mengemablikan kesuburan dan produktivitas tanah. Komponen pupuk bokashi yang
sangat berpengaruh terhadap sifat kimia adalah kandungan humusnya. Humus dalam
pupuk bokashi mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman. Humus yang menjadi
asam humat atau jenis asam lainnya dapat melarutkan zat besi dan aluminium akan
dilepas sehingga fosfat yang terikat zat besi akan lepas dan dapat diserap oleh tanaman.
Selain itu humus merupakan penyangga kation yang dapat mempertahankan unsur hara
sebagai bahan makanan untuk tanaman (Murbandono, 1992).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah tanah pasir, Bokasi (0 gr. 32 gr, 64 gr/ 5 kg pasir),
NPK Mutiara (0 gr, 13 gr, 26 gr/ 5 kg pasir), benih kangkung darat (5 biji/ polibag) dan
air. Alat yang digunakan yaitu polibag, penggaris, timbangan analitik, screen house,
ember dan alat tulis.
B. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan

2. Tanah pasir pantai disiapkan kmudian ditimbang sejumlah yang dibutuhkan sesuai
dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Tanah pasir yang akan dibutuhkan = jarak
tanam x kedalam akar x BV tanah pasir. Penimbangan dilakukan sebanyak yang
dibutuhkan dengan ketentuan setiap unit percobaan terdiri dari 3 polybag.
3. Dosis perlakuan pemberian bahan pembenah tanah ditentukan dengan mengitung
atas dasar kadar C pada harkat yang diinginkan, kadar C hasil analisis tanah dan
kadar C hasil analisis bahan organik yang akan digunakan. Ada tiga taraf dosis yang
dibuat, taraf pertama adalah kontrol.
4. Pembenah tanah diberikan sesuai dengan dosis, lalu dicampur dengan pasir yang
sudah disiapkan hingga merata.
5. Benih ditanam pada masing-masing polybag, sebelum ditanam polybag disiram
sampai kapasitas lapang.
6. Perlakuan dirancang dengan rancangan lingkungan RAKL 4 ulangan.

7. Pemeliharaan dilakukan dengan melkukan penyiraman sejumlah atr yang
dibutuhkan.
8. Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan dan variabel tumbuhan yang
lain (pH, suhu, dll).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
(Terlampir)
B. Pembahasan
Pembenah tanah merupakan bahan alami atau sintetik mineral atau organik untuk
menanggulangi kerusakan atau degradasi tanah. Kegiatan rehabilitasi lahan salah
satunya diarahkan untuk memperbaiki kualitas tanah (sifat fisik, kimia dan biologi
tanah). Pemulihan sifat tanah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan
amlioran (pembenah tanah), salah satunya adalah biochar atau arang. Menurut Jose
(2011) pembenah tanah merupakan amelioran tanah yang mampu memperbaiki
kemampuan jerap dan tukar kation, air, dan hara mikro sehingga mengurangi
kehilangan dalam tanah.
Pembenah tanah yang baik tentunya yang mempunyai kemampuan jerap tinggi yang
bisa diindikasi dari gugus fenol dan karboksilat bahan organik atau muaatan netto
negatif mineral liat. Pembenah tanah merupakan alternatif amelioran terbaik bagi
sustainable kesuburan tanah agar nutrisi tanaman yang ditambahkan menjadi terkontrol
sehingga tidak hilang ke lingkungan, keseimbangan antar kation terjaga, air dapat
disimpan dalam tanah sebagai cadangan (Hanudin, 2010).
Pembenah tanah dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pembenah tanah alami dan
sintesis. Zeolit adalah pembenah tanah alami yang belum banyak dikenal dan digunakan

petani. Pemberian zeolit dalam dosis tinggi (> 1 ton/ha) dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah sehingga hasil tanaman pun lebih baik. Pemberian zeolit yang

diikuti pupuk anorganik dan pupuk organic dapat meningkatkan efisiensi serapan hara
pupuk. Pemberian zeolit dan pupuk organik secara bersama-sama sebagai pembenah
tanah dapat memperbaiki struktur dan stabilitas agregat tanah, meningkatkan KTK
sehingga dapat mencegah pencucian unsur hara dalam tanah sehingga hara dapat
diserap akar tanaman. Pemberian zeolit dan pupuk organik secara proporsional dan
berkelanjutan meningkatkan KTK tanah dan mempertahankan C-organik tanah > 2%.
Pupuk Bokashi merupakan salah satu pupuk organik yang banyak memberikan
manfaat bagi masyarakat. Penggunaan pupuk bokashi diharapkan dapat membantu
menyuburkan tanaman, mengembalikan unsur hara dalam tanah, sehingga kesuburan
tanah tetap tejaga dan ramah lingkungan. Pembuatan bokashi sangat perlu untuk
diterapkan, karena merupakan teknologi baru yang tepat guna, dengan biaya murah
serta mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan limbah ternak dan limbah pertanian
yang ada. Adapun fungsi dari Bokasi yaitu:
1. Meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanam.
2. Kandungan hara dalam pupuk bokashi lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk
kompos.
3. Periode tumbuh pada tanaman lebih cepat.

4. Peningkatan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan seperti mycorhiza,
rhizobium, bakteriapelarut fosfat dll.
5. Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit yang merugikan tanaman.
6. Bila bokashi dimasukan ke dalam tanah, bahan organiknya dapat digunakan sebagai
substrat oleh mikroorganisme, efektif untuk berkembang biak dalam tanah,
sekaligus sebagai tambahan persediaan unsur hara bagi tanaman.

Bahan pembenah tanah alami adalah emulsi aspal, lateks, skim lateks, kapur
pertanian, batuan fosfat alam, blotong, dan zeolit (Dariah, 2007), tanah lempung
(Grumusol dan Latosol) (Kertonegoro, 2000), lumpur sungai dan limbah karbit
(Rajiman, 2010). Tujuan penggunaan bahan pembenah tanah adalah: a) Memperbaiki
agregat tanah, b) Meningkatkan kapasitas tanah menahan air (water holding capacity),
c) Meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK) tanah dan d) Memperbaiki
ketersediaan unsur hara tertentu. Pemanfaatan pembenah tanah harus memprioritaskan
pada bahan-bahan yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan. Pada kesempatan ini,
pembenah tanah yang akan dibicarakan banyak menyangkut bahan alami. Pembenah
tanah secara alami dapat diambil dari lingkungan sekitar lahan atau dari daerah lain.
Pembenah tanah yang biasa digunakan di lahan pasir pantai berupa bahan berlempung
dan atau bahan organik.
Berdasarkan penelitian Endiani, dkk. (2000) dalam Baharudin (2005), diketahui
bahwa pemberian pupuk bokashi selain mampu menurukan berat volume tanah juga
mampu memperbaiki porositas total tanah pada pemberian 10 ton per hektar dari
56,95% menjadi 65,91%. Bahan organik tanah memiliki peran dan fungsi yang sangat
vital di dalam perbaikan sifat-sifat tanah, meliputi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
Bahan organik merupakan sumber energi bagi aktivitas mikrobia tanah dan dapat
memperbaiki berat volume tanah, struktur tanah, aerasi serta daya mengikat air. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wolf and Synder (2003) dalam Sulistyowati (2007), bahwa
porositas dipengaruhi oleh bahan organik tanah. Makin tinggi bahan organik tanah akan
semakin rendah bobot volume tanah dan semakin tinggi total ruang pori tanah.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data P0N0 11,25; P0N1 2; P0N2 9,06; P1N0
14,97; P1N1 11,16; P1N2 4,03; P2N0 26,05; P2N1 13,11; P2N2 0 dengan uji ANOVA
pada tinggi tanaman yang telah dilakukan pada data yang didapat pada pengamatan
acara 1, didapatkan hasil untuk F hitung pada pemberian bokasi 1,669; sedangkan untuk
pemberian NPK 3,221 dan kombinasi keduanya adalah 9,330 oleh karenanya dapat
disimpulkan bahwa hasil perlakuan uji lanjut untuk tinggi tanaman perlakuan bokashi,
tinggi tanaman tidak berbeda nyata dan bobot basah tanaman tidak berbeda nyata.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pemberian pembenah tanah pada lahan marginal pasir pantai yaitu dengan
menggunakan bokasi yang ditambahkan pada tanah pasir pantai.
2. Pengaruh dari perlakuan pembenah tanah antara lain memperbaiki agregat tanah,
meningkatkan kapasitas tanah menahan air dan memperbaiki ketersediaan unsur
hara tertentu. Sedangkan pada praktikum yang kami lakukan menunjukan tidak
berbeda nyata terhadap semua perlakuan yang dilakukan.
B. Saran
Semoga praktikum selanjutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin & Djafar M. 2005. Kajian Penggunaan Bahan Organik Dalam Peningkatan
Produktivitas Lahan Dan Tanaman Di Daerah Beriklim Kering. Soil
Environment Vol 3 No 2: 41-5.
Dariah A. 2007. Bahan Pembenah Tanah : Prospek dan Kendala Pemanfaatannya.
Sinar Tani edisi 16 Mei 2007.Jakarta.
Endiani. 2000. Penentuan Indeks Mutu Tanah pada Ubikayu sebagai Kunci Teknologi
Pemeliharaan Lahan (Land Husbandry). J. Berk. Penel. Hayati Edisi Khusus
7F : 47-54.
Hanudin. 2010. Pengaruh Pembenah Tanah Terhadap Sifat Fisika Dan Hasil Bawang
Merah Pada Lahan Pasir Pantai Bugel. Jurnal Agrin 12 (1): 67-77.
IPTP. 2011. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Joe, 2011. Pemanfaatan Campuran Lempung dan Blotong dalam Memperbaiki Sifat
Tanah Pasir Pantai Selatan Yogyakarta. J. agyUMY.IX (1) : 1-12.
Karyotis. 2002. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian Di Lahan Pasir Pantai Samas
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Pertanian 12 (2) : 140-151.
Kertonegoro, B. D. 2001. Gumuk Pasir Pantai Di D.I. Yogyakarta : Potensi dan
Pemanfaatannya untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional
Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan. Universitas Wangsa Manggala pada tanggal 02 Oktober 2001.
h46-54.
Murbandono. 2000. Penerapan Pertanian Organik
Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. 219h.

:

Pemasyarakatan

dan

Rajiman., 2010. Pemanfaatan Bahan Pembenah Tanah Lokal dalam Upaya Peningkatan
Produksi Benih bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Kulon Progo. Disertasi.
Program Pascasarjana UGM.

Sulistyowati. 2002. Pengaruh Penggunaan Pupuk Bokashi pada Pertumbuhan dan
Produksi Palawija dan Sayuran. www.distperternakpandeglang.go.id.
Wolf dan synder. 2003. Effect of Mixing of Sandy Soil with Clay Vertisol and
Potassium on Yield and Nutrient Uptake by Groundnut. J.Ind.Soc.Soil Sci.
43(4):694-696.

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL

ACARA II
PEMUPUKAN TANAH MARGINAL

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah pasir merupakan tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang
terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan
berkerikil. Keberadaan tanah pasir ini sebenarnya sangat berarti bagi kehidupan kita
sebab tanah ini dapat menjadi phorus, yaitu pori-pori pernafasan tanah. Dengan adanya
tanah pasir ini, peresapan air ke dalam tanah mempunyai kecepatan yang cukup
sehingga tidak terjadi penggenangan air dipermukaan tanah.
Tanah pasir merupakan media tanam yang memiliki kemampuan mengikat airnya
sangat rendah. Tanah pasir merupakan salah satu substrat bagi pertumbuhan tanaman.
Tanaman memerlukan kondisi tanah tertentu untuk menunjang pertumbuhannya yang
optimum. Tanah pasir memang merupakan tanah yang tidak subur karena memiliki
karakteristik berpasir dan tidak membentuk agregat sehingga sulit menahan kelengasan
dan unsur-unsur hara. Kekurangan tanah marginal pasir pantai ini dapat diminimalisir
dengan cara memperbaiki faktor pembatas yang ada. Salah satu cara memperbaiki sifat
fisik tanah pasir pantai adalah dengan pemberian bahan organik.
Kendala utama yang dihadapi dalam pembudidayaan tanaman adalah masalah lahan
pertanian yang sebagian besar didominasi oleh tanah marginal, salah satunya tanah berpasir
yang mempunyai sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak menguntungkan untuk
budidaya tanaman dikarenakan miskin unsur hara dan sulit mengikat atau menahan unsur
hara dan air. Pasir pantai sangat miskin hara, karena strukturnya tidak mampu menahan

hara dan air menyebabkan tanah pasir memerlukan bantuan pupuk kandang guna
menjadikannya sebagai media tanam yang lebih baik. Pupuk kandang merupakan bahan

organik yang memiliki hara dan mineral yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan
yang maksimal. Kangkung darat membutuhkan unsur hara yang cukup dan berimbang
bagi pertumbuhannya.
Tanah pasir pantai memiliki berberapa kendala apabila akan digunakan sebagai
tempat pertanaman antara lain tanahnya yang berupa pasir dan kesuburan tanahnya
yang rendah sehingga dibutuhkan suatu teknologi (manipulasi) lahan agar lahan pantai
dapat dimanfaatkan sebagai tanah pertanian. Pengembangan tanah pertanian di lahan
marjinal untuk lahan pertanian dalam jangka panjang, diharapkan dapat memecahkan
masalah ketahanan pangan. Penerapan teknologi budidaya yang intensif dapat
membuahkan hasil dan mampu berproduksi. Beberapa jenis tanaman dapat ditanam di
tanah pasir pantai, khususnya hortikultura.

b. Tujuan
1. Mengetahui cara pemupukan pada tanah marginal
2. Mengetahui pengaruh pemupukan hara NPK pada tanah pasir pantai terhadap
pertumbuhan tanaman.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Ketersediaan lahan pertanian semakin menurun dengan terjadinya alih fungsi lahan
dari pertanian ke non pertanian. Usaha mengatasi keterbatasan lahan pertanian adalah
menggunakan lahan alternatif yang berupa lahan pasir pantai. Lahan pasir pantai
merupakan tanah yang didominasi oleh fraksi pasir dengan kelas tekstur pasiran. Tanah
pasir memiliki kandungan bahan organik dan kalsium yang sangat rendah, aerasi baik,
mudah diolah, dan daya memegang air rendah (Rajiman, 2008).
Tanah pasir pantai memiliki KPK sangat rendah, bahan organik sangat rendah, Corganik sangat rendah, N dan K rendah, P-tersedia sedang, dan P total sangat tinggi dan
daya hantar listrik sangat rendah (Rajiman, 2008). Lahan pasir merupakan asset yang
diharapkan dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian yang produktif. Lahan pasir
pantai memiliki keunggulan, yaitu: a) luas, b) permukaan datar, c) Bebas banjir, d) sinar
matahari melimpah, e) Air tanah dangkal, f) pH tanah dan air netral dan g) pengolahan
lahan mudah (Kertonegoro, 2001).
Pengelolaan lahan pasir pantai belum dapat berjalan secara optimal. Hal ini
disebabkan lahan pasir pantai memiliki kualitas tanah yang rendah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman. Kualitas tanah yang rendah akibat dari struktur tanah lepaslepas, kemampuan memegang air rendah, infiltrasi dan evaporasi yang tinggi,
kesuburan rendah, bahan organik sangat rendah, suhu tinggi dan angin kencang
bergaram dan infiltrasi tinggi (Budiyanto, 2001).
Tanah pasir bertekstur kasar, dicirikan dengan adanya ruang pori besar diantara
butir-butirnya. Kondisi ini menyebabkan tanah menjadi berstruktur lepas dan gembur.
Tanah yang terdiri atas partikel besar kurang dapat menahan air. Air dalam tanah akan

berinfiltrasi, bergerak kebawah melalui rongga tanah. Akibatnya, tanaman kekurangan
air dan menjadi layu. Kondisi semacam ini apabila berlangsung terus menerus dapat
mematikan tanaman (Dwidjoseputro, 1991).
Mempertimbangkan sifat tanah pasir tersebut, maka salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produktifitas lahan pasir adalah dengan meningkatkan
kemampuan tanah pasir dalam mengikat air. Hal ini dapat dilakukan dengan subtitusi
atau penambahan bahan yang bersifat menahan air. Salah satu alternatifnya adalah
dengan melakukan pemupukan (Darmanti dan Sinulingga, 2010).
Tanah pasir memiliki tekstur porus sehingga dibutuhkan media tambahan supaya
mampu menahan air untuk pertumbuhan tanaman. Tanah pasir banyak ditemui pada
lahan pasir pantai. Tekstur tanah yang baik bagi tanaman adalah tanah yang memiliki
perbandingan antara debu, pasir dan lempung sehingga tanah pasir yang hanya
bertekstur pasiran saja tanpa adanya partikel pengikat lainnya sangat sulit untuk
mengikat hara. Tanah pasir umumnya tidak mengandung hara tanaman. Tanah pasir
pantai yang berada disekitar daerah pantai biasanya memiliki kandungan garam yang
cukup tinggi sehingga memiliki tingkat salinitas tinggi dan menjadi lahan yang
marginal (Buckman dan Brody, 1992).
Meskipun tidak memiliki kandungan unsur hara didalamnya, tanah pasir bisa
dijadikan substrat atau tempat tumbuh bagi tanaman. Menumbuhkan tanaman pada
media pasir biasanya dilakukan dalam budidaya tanaman hortikultura. Budidaya
tanaman hortikultura dilakukan pada media selain tanah, salah satu media yang
digunakan adalah media pasir tersebut. Budidaya tanaman pada media pasir, tanaman
harus diberi unsur hara dan air dalam jangka waktu yang relatif sering supaya
pertumbuhan tanaman tersebut menjadi baik (Buckman dan Brody, 1992).

Tanaman dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara mutlak yaitu NPK bagi
semua jenis tanaman sehingga penggunaan tanah pasir pantai sebagai media tumbuh
tanaman harus disesuaikan keadaannya seperti syarat tumbuh yang dibutuhkan oleh
jenis tanaman yang dibudidayakan. Perlakuan yang biasa dilakukan dalam penggunaan
pasir sebagai media tumbuh diantaranya adalah menetralkan kadar garam pada pasir
dengan cara mencuci pasir selama beberapa kali sampai kadar garamnya nol. Perlakuan
lain yang diberikan adalah penambahan pemupukan dengan menggunakan bokasi
(Buckman dan Brody, 1982).
Semua jenis tanaman pada dasarnya yang bisa ditanam pada tanah pasir asalkan
syarat tumbuh tanaman tersebut terpenuhi. Jenis tanaman yang diusahakan pada tanah
pasir pantai diantaranya cabe, buah naga, kelapa, kedelai, kangkung dll dan yang perlu
diperhatikan dalam budidaya tanaman tanah pasir pantai adalah perlunya perlakuan
khusus serta pemberian tambahan hara secara rutin. Budidaya tanaman yang dilakukan
pada tanah pasir pantai mengakibatkan lahan pasir pantai tidak lagi merupakan lahan
yang marjinal (Buckman dan Brody, 1992).

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah tanah pasir, Bokasi (0 gr. 32 gr, 64 gr/ 5 kg pasir),
NPK Mutiara (0 gr, 13 gr, 26 gr/ 5 kg pasir), benih kangkung darat (5 biji/ polibag) dan
air. Alat yang digunakan yaitu polibag, penggaris, timbangan analitik, screen house,
ember dan alat tulis
B. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Tanah pasir pantai disiapkan kmudian ditimbang 5 kg per polybag sejumlah yang
dibutuhkan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Penimbangan
dilakukan sebanyak yang dibutuhkan dengan ketentuan setiap unit percobaan terdiri
dari 3 polybag.
3. Dosis perlakuan pemberian bokasi dengan P0 sebagai kontrol, P1 sebagai perlakuan
bokasi 32 gram/ kg pasir dan P2 bokasi 64 gram/ kg polybag.
4. Benih ditanam pada masing-masing polybag, sebelum ditanam polybag disiram
sampai kapasitas lapang.
5. Perlakuan dirancang dengan rancangan lingkungan RAK 4 ulangan.
6. Pupuk NPK Mutiara ditambahkan pada 10 hari setelah tanam denganperlakuan
Dosis perlakuan pemberian pupuk ditentukan dengan N0 merupakan kontrol (tanpa
pemupukan), N1 merupakan NPK mutiara 13 gram/ 5 kg pasir, dan N2= NPK
Mutiara 26 gram/ 5 kg pasir.

7. Pemeliharaan dilakukan dengan melkukan penyiraman sejumlah atr yang
dibutuhkan.
8. Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan dan variabel tumbuhan yang
lain (pH, suhu, dll

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
(Terlampir)
B. Pembahasan
Tanah merupakan tempat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman akan
menyerap dan memanfaatkan berbagai unsur hara yang terkandung dalam tanah dan
lingkungannya untuk pertumbuhan dan perkembangannya sendiri agar dapat
berproduksi maksimal dan produk-produknya dapat dimanfaatkan manusia. Pupuk
merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi unsur hara yang digunakan untuk
menggantikan unsur hara yang telah habis karena terserap tanaman ataupun hilang
karena faktor-faktor tertentu. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke da;am tanah.
Tindakan pemupukan diartikan sebagai kegiatan menambahkan unsur hara ke dalam
tanah dan tanaman yang menjadi persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk peningkatan produksi dan mutu tanaman. Menurut Collins (2009) pemupukan
adalah hal yang diperlukan melengkapi unsur alami mineral dalam tanah untuk
mempertahankan pertumbuhan tanaman secara optimum.
Pemupukan secara umum berfungsi untuk mengembalikan unsur hara baik makro
atau mikro untuk memperbaiki struktur tanah. Sehingga dampak positif dari pemupukan
adalah meningkatkan kapasitas kation, menambah kemampuan tanah menahan air dan
meningkatkan kegiatan biologis tanah, dapat menurunkan jeratan keasaman tanah.
Naman, ada dampaknegatif dari pemupukan karena kandungan hara rendah pupuk yang

dibutuhkan cukup banyak hal ini berakibat biaya ekonomi dan perhitungan dosis agak
susah.
Manfaat dari pemupukan secara umum adalah:
1. Meningkatkan

pertumbuhan

tanaman

yang

terhambat

dan

mempercepat

pertumbuhan untuk mengurangi resiko akibat persaingan dengan gulma.
2. Meningkatkan hasil pertambahan pertumbuhan per satuan luas pada akhir daur.
3. Mempersingkat waktu TBM (Tanaman belum menghasilkan) dan memperpanjang
waktu TM (Tanaman Menghasilkan)
4. Meningkatkan kesuburan tanaman sehingga lebih tahan dari berbagai macam
penyakit.
5. Memanipulasi lingkungan di sekitar tanaman sehingga cocok untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang bersangkutan.
Pertumbuhan tanaman selalu membutuhkan unsur hara dalam menghasilkan akar,
batang, daun, bunga, dan buah sebagai menghasilkan produksi buah yang sesuai, dari
segi tersebut unsur hara N, P, dan K sangat di butuhkan dalam jumlah besar dan stabil,
dari tersebut ada dampak kelebihan dan kekurangan unsur hara NPK. Fungsi dari unsur
hara tersebut, yaitu:
1. Unsur hara N adalah sebagai bahan pembangun asamamino/protein/enzim, asam
nucleat, nucleo-pro-tein, dan alkaloid. Defisiensi N akan membatasi pembelahan
dan perbesaran sel. Selain itu fungsi N dalam proses fisiologi dan biokimia
tanaman, yaitu menjaga kapasitas fotosintesis. Kekurangan suplai unsur hara N
berakibat menurunnya laju tumbuh tanaman laju fotosintesis bersih, dan nisbah luas
daun tanaman, sehingga berakibat terhadap peningkatan rasio akar-pupus tanaman.

2. Unsur hara P pada proses fisiologi dan biokimia tanaman, yaitu mengaktifkan
proses metabolisme tanaman, mengatur keseimbangan senyawa pengatur tumbuh
endogen/alami, mengatur partisi dan translokasi fotosintat, dan keseimbangan antara
pati dan sucrose. Kekurangan unsur hara P mengakibatkan aktivitas metabolisme sel
terganggu, yaitu prosesfotosintesis dan keseimbangan antara pati dansukrose.
Kekurangan P berakibat pada terganggunya oksidasi karbohidrat dan menurunkan
resistensi tanaman terhadap kekeringan.
3. Unsur hara K berfungsi sebagai aktivator 46 macam enzim, berperandalam proses
fotosintesis, peningkatan indeks luas daun dan meningkatkan translokasi fotosintat
dari sumber ke penerima Unsur kimia atau organik NPK sangat di butuhkan pada
tanaman, sebagai pemacu tanaman terhadap unsur lain.
Pupuk NPK merupakan unsur hara yang sulit di dapatkan di dalam tanah, unsur tersebut
hanya diperoleh dasar laut maka karena tanaman membutuhkan unsur tersebut, terpaksa
atau tidaknya unsur kimia yang digunakan sebagai pertumbuhan tanaman dalam
penyediaan tanah.
Hara N, P, dan K merupakan hara esensial bagi tanaman. Peningkatan dosis
pemupukan N di dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N)
dan produksi tanaman jagung, tetapi pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan
menyebabkan tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan
menurunnya kualitas produksi (Rauf, 2000). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian bahan organik dan pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan pH
tanah, N-total, P-tersedia dan K-tersedia di dalam tanah, kadar dan serapan hara N, P,
dan K tanaman, dan meningkatkan produksi tanaman (Sutoro et al., 1988). Tersedianya
pupuk majemuk NPK diharapkan dapat membantu para petani untuk menggunakan

pupuk sesuai kebutuhan tanaman karena komposisi N, P dan K dapat diformulasi
berdasarkan uji tanah. Anjuran teknik budidaya jagung ini juga menjadi suatu syarat
dalam setiap pelepasan varietas baru.
Bokashi adalah jenis pupuk organik merupakan bahan organik yang telah
difermentasikan dengan EM4. Bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah (Edison, 2000). Secara biologis dapat mengaktifkan mikroorganisme
tanah yang berperan dalam transformasi unsur sehingga dapat meningkatkan
ketersediaan hara tanaman. Selain itu tanaman padi membutuhkan unsur hara makro
terutama N, P, dan K. Ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah relatif sedikit,
maka dari itu untuk memperoleh produksi yang optimal, penambahan unsur hara
melalui pemupukan mutlak diperlukan (Poulton et al., 1989: Prasad dan Power, 1997;
Fagi dan Las, 2007).
Berdasarkan uji ANOVA pada tinggi tanaman yang telah dilakukan pada data yang
didapat pada pengamatan acara 1, didapatkan hasil untuk F hitung pada pemberian
bokasi 1,669; sedangkan untuk pemberian NPK 3,221 dan kombinasi keduanya adalah
9,330 oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa hasil perlakuan uji lanjut untuk tinggi
tanaman perlakuan bokashi, tinggi tanaman tidak berbeda nyata dan bobot basah
tanaman tidak berbeda nyata.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan
1. Cara pemupukan pada lahan marjinal salah satu caranya adalah dengan
menambahkan pupuk disekitar tanaman kemudian ditutup dengan media tanam.
2. Pengaruh perlakuan pada praktikum yang dilakukan dalam pemberian pupuk pada
tanah pasir pantai pada umumnya menghasilkan kesimpulan bahwa semua
perlakuan yang dilakukan tidak terdapat perbedaan yang nyata.
B. Saran
Semoga praktikum selanjutnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Las, I, Makarim, A.K Toha, A.M, Gani, A & Abdulrachman, S. 2002. Panduan Teknis
Pengelolan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Sawah Irigasi.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Mardawilis. 2004. Pemanfaatan tanaman optimal dan efisiensi penggunaan pupuk
nitrogen pada beberapa varietas jagung (Zea mays). Jurnal Dinamika
Pertanian Universitas Islam Riau. 19(3): 303-314.
Zahrah, S. 2006. Pemeberian Fe3+pada tanah gambut dalam hubungannya dengan
serapan P padi sawah dan efisiensi pemupukan P. Jurnal Dinamika Pertanian
Universitas Islam Riau. 21 (1):1-7. Rover. 2009. Pemberian campuran pupuk
anorganik dan pupuk organik pada tanah Ultisol untuk tanaman padi gogo
(Oryza sativa L.). Tesis Pascasarjana. Pekanbaru: UIR.
Poulton, J.E, Romeo, J.T & Conn, E.E. 1989. Plant Nitrogen Metabolism. Recent
Advances in Phytochemistry. Vol.23. New York: Plenum Press.
Rauf A, Shepard BM, Johnson MW (2000). Leafminers in vegetables, ornamental
plants and weeds in Indonesia: surveys of host crops, species composition and
parasitoids. International Journal of Pest Management 46: 257-266.
Sutoro Y, Soeleman, Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Penyunting Subandi,
M. Syam dan A. Widjono. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.
Scholes, M.C., Swift, O.W., Heal, P.A. Sanchez, JSI., Ingram and R. Dudal, 1994. Soil
Fertility research in response to demand for sustainability. In The biological
managemant of tropical soil fertility (Eds Woomer, Pl. and Swift, MJ.) John
Wiley & Sons. New York.
Stevenson, F.T. (1982) Humus Chemistry. John Wiley and Sons, Newyork.
Sutedjo,M.M.. 1985. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Cipta. Jakarta.
Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur
Hijau di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Putri, Fiadini. 2011. Bertani di Lahan Pasir Pantai. BBPP Lembang.
Kertonegoro, B. D. 2001. Gumuk Pasir Pantai Di D.I. Yogyakarta : Potensi dan
Pemanfaatannya untuk Pertanian Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional
Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Untuk Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan. Universitas Wangsa Manggala pada tanggal 02 Oktober 2001.
h46-54.

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994. Survei Tanah Detail di Sebagian Wilayah
D.I. Yogyakarta (skala 1 : 50.000). Proyek LREP II Part C. Puslittanak. Bogor.
Walter A, W.K. Silk, and U. Schur. 2000. Effect of soil pH on Growth and Cation
Deposition in the Root Tip of Zea mays L. Plant growth Regul 19 (1) : 65-76.
Bulmer, E.C., and D. G. Simpson. 2005. Soil Compaction and Water Content as
Factors Affecting the Growth of Lodgapole Pine Seedling on Sandy Clay
Loam Soil. Can J. Soil Sci. 85 : 667-679.
Anonim., 2002 Aplikasi Unit Percontohan Agribisnis Terpadu di Lahan Pasirpinsi
daerah istimewa Yogyakarta. Pantai. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Propinsi DIY dengan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. 118h.
Yuwono Dipo. 2005. Kompas. Penebar swadaya. Jakarta..

LAMPIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN LAHAN MARGINAL

ACARA III
PENGAPURAN PADA TANAH MARGINAL

Oleh :
Apriliane Briantika Louise
NIM A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan suatu sistem usaha pertanian, karena hampir semua usaha pertanian
berbasis pada sumber daya lahan. Lahan adalah suatu wilayah daratan dengan ciri
mencakup semua watak yang melekat pada atmosfer, tanah, hidrologi dan populasi
tumbuhan dan hewan, baik yang bersifat mantap maupun yang bersifat mendaur serta
kegiatan manusia di atasnya. Jadi, lahan mempunyai ciri alami dan budaya.
Lahan marginal diartikan sebagai lahan yang memiliki mutu rendah karena
memiliki beberapa faktor pembatas jika digunakan untuk suatu keperluan tertentu.
Faktor pembatas tersebut dapat diatasi dengan masukan atau biaya yang harus
dibelanjakan. Tanpa masukan yang berarti budidaya pertanian di lahan marginal tidak
akan memberikan keuntungan. Ketertinggalan pembangunan pertanian di daerah
marginal hampir dijumpai di semua sektor, baik biofisik, kelembagaan usahatani
maupun akses informasi untuk petani miskin yang kurang mendapat perhatian.
Tanah Podsolik Merah Kuning dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon
bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran
permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah PMK
dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini karena
kesuburan tanah PMK sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada
lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin bahan organik dan
hara. Tanah PMK mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh
penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman tanah,
reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah.

Tanah podsolik merah kuning mempunyai potensi keracunan Al dan miskin
kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan
kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar
kation rendah, dan peka terhadap erosi. Tanah ini umumnya belum tertangani dengan
baik. Dalam skala besar, tanah ini telah dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit,
karet dan hutan tanaman industri, tetapi pada skala petani kendala ekonomi merupakan
salah satu penyebab tidak terkelolanya tanah ini dengan baik.
B.Tujuan
1. Mengetahui cara pengapuran pada tanah marginal
2. Mengetahui pengaruh pemberian beberapa jenis kapur pada tanah marginal.

2.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian, baik untuk
tanaman pangan, tanaman perkebunan maupun tanaman hutan. Secara alami, kesuburan
tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh reaksi tanah yang masam,
cadangan hara rendah, basa-basa dapat tukar dan kejenuhan basa rendah, sedangkan
kejenuhan aluminium tinggi sampai sangat tinggi. Krantz (1998) mengemukakan bahwa
penilaian produktivitas suatu lahan bukan hanya berdasarkan kesuburan alami tetapi
juga respons tanah dan tanaman terhadap aplikasi teknologi pengelolaan lahan yang
diterapkan. Teknologi pengelolaan lahan seperti pemupukan untuk memperbaiki
kandungan hara tanah, pengapuran untuk meningkatkan pH tanah dan menurunkan
reaktivitas Al, serta tindakan konservasi tanah sangat disarankan.
Tanah marginal banyak dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan, seperti kelapa
sawit, karet, lada, dan hutan tanaman industri dan hanya sebagian kecil untuk tanaman
pangan. Selain itu lahan marginal lebih dikenal dengan sebutan lahan yang miskin hara
atau unsur hara yang rendah. Pengelolaan agar lahan dapat ditanami dan menghasilkan
produktivitas yang baik maka lahan marginal tersebut perlu pengolahan tanah yang
optimal seperti pengolahan lahan secara sempurna, pemupukan maupun pengapuran.
Menurut Partoyo (2005) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tanah lempung
dan pupuk kandang dapat memperbaiki kualitas tanah.
Podsolik merah kuning termasuk dalam golongan tanah lateritik. Van der Voort
(1950) lebih suka menyebutnya tanah laterik terdegradasi, yang menunjukkan
persepsinya bahwa tanah itu telah mengalami kerusakan berat. Dames (1995) memakai
nama tanah laterik terdegradasi, yang juga mencerminkan suatu pendapat bahwa tanah

tersebut telah mengalami proses pemunduran kesuburan. Ciri-ciri tanah podsolik merah
kuning yaitu:
1. Kandungan bahan organik tanah < 9% (topsoil), umumnya 5 %
2. Kandungan hara N, P, K, & Ca rendah
3. pH antara 4‐5,5 (sangat rendah)
4. Tingkat permeabitilitas (infiltrasi & perkolasi) sedang sampai lambat
5. Sifat kimia kurang baik dan sifat fisika kurang mantap karena stabilitas agregat
rendah
6. Produktivitas tanah rendah sampai sedang dan tingkat erosi tinggi (mudah tererosi).
Menurut Mohr (1990) tanah Podsolik Merah Kuning ialah segolongan tanah yang
telah mempunyai perkembangan profil, berwarna merah hingga kuning dengan horison
B tekstur atau warna, teguh, gumpal bersudut, masam, berselaput liat, berwarna kelabu,
kejenuhan basa rendah dan terdapat plinthite di horison C. Sifat fisiknya jelek, sifat
kimianya kurus, permeabilitas lambat dan sangat peka erosi. Umumnya jenis tanah ini
dijumpai di wilayah tanpa bulan kering. Podsolik Merah-Kuning berasosiasi dengan
latosol dan litosol. Di dataran dengan Hidromorf Kelabu. Tanah podsolik merah-kuning
setara dengan Rode Laterietische kwartsstofgrond, Podzolised Lateritic Soil (Dames,
1995).
Pemberian kapur pada tanah masam dimaksudkan untuk menurunkan atau
meniadakan pengaruh Al terhadap pertumbuhan tanaman, serta meniadakan selaput Al
pada akar tanaman, sehingga tanaman dapat mengambil hara dengan optimum.
Pengapuran dapat meningkatkan ketersediaan hara P dan K dalam tanah. Pemberian
kapur dalam tanah dapat meningkatkan pH tanah, sehingga unsur hara tanah tersedia

optimum. Selain itu pengapuran dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah (Dames,
1995).
Sifat-sifat penting pada tanah PMK berkaitan dengan jumlah fosfor dan mineralmineral resisten dalam bahan induk, komponen-komponen ini umumya terdapat dalam
jumlah yang tidak seimbang, walupun tidak terdapat beberapa pengecualian. Tanah
PMK yang berkembang pada bahan induk memiliki kandungan fosfor yang lebih tinggi.
Translokasi atau pengangkutan liat yang ekstensif berlangsung meninggalkan residu
yang cukup untuk membentuk horizon-horison permukaan bertekstur kasar atau sedang
(Lopulisa, 2004).
Selain bahan organik juga melalui proses dekomposisi dapat menyediakan nutrisi
tanaman. Dekomposisi bahan organik oleh berbagai mikroorganisme tanah berlangsung
lamban akan tetapi terus berlangsung secara beransur-ansur, keadaan ini menyebabkan
terbebasnya fosfor dan elemen-elemen lainnya yang esensial bagi pertumbuhan
tanaman (Munir, 1996).

III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah tanah podsolik merah kuning, kapur dolomit (0 gr, 2
gr, 4 gr/ 5 kg tanah), kapur pertanian (0 gr, 2 gr, 4 gr/ 5 kg tanah), NPK Mutiara (25 gr/
5 kg tanah), benih kangkung darat (5 biji/ polibag) dan air. Alat yang digunakan yaitu
polibag, penggaris, timbangan analitik, screen house, ember dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Polybag diisi tanah PMK 5 Kg, sebanyak 20 polybag
3. 4 polybag sebagai control, 4 polybag sebagai KP 1 dicampur dengan Kapur
pertanian sebanyak 2 gram perpolybag, 4 polybag sebagai KP 2 dicampur dengan
kapur pertanian sebanyak 4 gram perpolybag, 4 polybag sebagai D 1 dicampur
dengan Dolomit sebanyak 2 gram perpolybag, 4 polybag sebagai D 2 dicampur
dengan Dolomit sebanyak 4 gram perpolybag.
4. Semua polybag disiram dengan air secukupnya
5. Semua polybag ditanam dengan 5 butir benih kangkung
6. Semua polybag diamati tinggi tanaman selama 13 kali, tiap 2 hari sekali dicatat
pada logbook dan padda pengamatan terakhir ditimbang sebagai bobot segar
7. Dilakukan analisis dengan DSAASTAT
8.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
(Terlampir)
B. Pembahasan
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena
tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah
perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan
Al dapat dihindarkan (Hardjowigeno, 1992). Pengapuran lahan pertanian umumnya
lebih ditujukan untuk perbaikan kondisi tanah dalam hubungannya dengan pH,
nertralisasi

Al

serta

untuk

mengatasi

kekurangan

kalsium

dalam

tanah

(Notohadiprawiro, 1983). Dari hasil penelitian pengapuran pada tanah Oxisol dari
Bayamon menunjukkan pemberian kapur 0,45 mampu meningkatkan hasil jagung
sebesar 1,535 ton/hektar dibandingkan pada tanah yang tanpa diberi kapur yang
hanya mampu memberikan hasil sebesar 1,210 ton/ hektar( Lathwell, 1979)
Kapur banyak mengandung unsur Ca maupun Mg tetapi pemberian kapur kedalam
tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah
terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P
mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan. Pengapuran adalah
pemberian pemberian kapur untuk meningkatkan pH tanah yang bereaksi masam
menjadi mendekati netral yaitu sekitar pH 6, pH 5-7. Faktor penghambat meningkatnya
produksi tanaman adalah karena adanya masalah keasaman tanah. Tanah asam
memberikan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan tanaman hingga hasil yang

dicapai rendah. Untuk mengatasi keasaman tanah perlu di lakukan usaha pemberian
kapur kedalam tanah.
Menurut Ratnawati (2008), pengapuran adalah salah satu bentuk dari remediasi
selain pengoksidasian dan pembìlasan tanah untuk mengatasi permasalahan utama pada
tambak tanah sulfat masam antara lain: pH rendah, kurang tersedia fosfor (P), kalsium
(Ca), dan magnesium kandungan unsur molibdium (Mo) dan besi (Fe) serìng berlébihan
sehingga dapat meracuni organisme serta kelarutan aluminium (Al) sering tinggi
sehingga merupakan penghambat ketersediaan P. Penambahan pupuk, terutama yang
mengandung P sering tidak bermanfaat pada tanah masam ini bila unsur-unsur toksìk
sepertì AI, Fe, dan Mn tidak diatasi.
Pengapuran berguna untuk memperbaiki keasaman (pH) dasar tambak. Dasar
tambak yang memliki pH rendah dapat menyebabkan rendahnya pH air tambak. Oleh
karena itu, perbaikan pH air tambak harus dimulai dari perbaikan pH tanah dasar
tambak. Selain untuk memperbaiki keasaman dasar tambak, kapur juga berfungsi
sebagai desinfektan dan penyedia unsur hara (fosfor) yang dibutuhkan plankton. Tanah
dasar tambak yang mengandung pirit harus direklamasi terlabih dahulu selama kurang
lebih 4 bulan sebelum diberi kapur sejumlah 2-2,5 ton/ha (Suyanto, 2009).
Kapur yang digunakan di tambak berfungsi untuk meningkatkan kesadahan dan
alkalinitas air membentuk sistem penyangga (buffer) yang kuat, meningkatkan pH,
desinfektan, mempercepat dekomposisi bahan organik, mengendapkan besi, menambah
ketersediaan unsur P dan merangsang pertumbuhan plankton. Menurut Kordi (2010),
manfaat dari pengapuran antara lain:
4. Meningkatkan pH tanah dan air
5. Membakar jasad jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar

6. Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus
7. Memperbaiki kualitas tanah
8. Kapur yang berlebihan dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan plankton
Manfaat pengapuran menurut Murtidjo (1998) diantaranya:
1. Menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga pH meningkat
2. Mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pH air atau tanah yang mencolok
3. Mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara
akan terbebas.
4. Mengendapkan koloid yang melayang layang dalam air tambak.
Tanah podzolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran
terluas di Indonesia. Tanah ini berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim
basah dengan curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan
mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya berkurang. Dengan
pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan
perkebunan.Tanah ini memiliki ciri miskin kandungan unsur hara dan tidak subur
(Murtidjo, 1998).
Persebaran dari tanah podsolik merah kuning yaitu tersebar di dataran-dataran tinggi
Sumatra, Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara. Di
tempat-tempat ini ditemukan persawahan, perladangan, kebun karet, dan kopi. Suhu
dari tanah ini yaitu karena berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah
dengan curah hujan antara 2.500-3.000 mm/tahun yang tergolong tinggi, serta sifatnya
mudah basah, maka dapat disimpulkan tanah ini bersuhu rendah (Murtidjo, 1998).

Podzolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol. Menurut USDA,
ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub tropis.
Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung
pada horizon B dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan
kadar lengas terting