CRITICAL REVIEW ANALISIS FAKTOR FAKTOR Y

DATA JURNAL

Judul Jurnal

: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Usaha
Pedagang Kaki Lima di Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng

Penulis jurnal

: I Wayan Sastrawan (Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia)

Tahun Terbit, Vol

: Tahun 2015, Vol : 5 No : 1

Jumlah Halaman

: 10 lembar


CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

1

DAFTAR ISI

DATA JURNAL ................................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
Review Jurnal.............................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 7
2.1 Konsep dasar Teori PKL.................................................................................................... 7
2.2 Konsep dasar Teori Lokasi ............................................................................................... 7
BAB III ANALISA........................................................................................................................... 11
3.1 Alasan Pemilihan Lokasi ................................................................................................. 11
3.2 Faktor-faktor Lokasi.......................................................................................................... 11
3.3 Implikasi Teori terhadap Lokasi yang dipilih ............................................................. 13
BAB IV PENUTUPAN ................................................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 15
4.2 Lesson Learned ................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 19

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

2

BAB I PENDAHULUAN

Review Jurnal
Suatu kota dengan berbagai aktivitas dan infrastruktur yang lebih memadai
dibandingkan dengan di desa menjadikan salah satu magnet tersendiri bagi masyarakat
desa untuk berbondong-bondong melakukan urbanisasi ke kota. Mereka berfikir bahwa
kehidupan di kota jauh lebih menjanjikan, namun pada kenyataannya justru berbanding
terbalik. Dari tahun ke tahun, kota terus mengalami peningkatan jumlah penduduk tanpa
dibarengi dengan perkembangan jumlah lapangan pekerjaan khususnya di sector
formal. Akibatnya para pendatang hanya mampu bekerja di sector informal sesuai
keahlian dan pendidikan yang dimiliki. Dengan keterbatasan lapangan pekerjaan di
sector formal, PKL menjadi alternative pilihan yang sangat mudah, karena ciri-ciri dari
sector informal sendiri adalah mudah dimasuki, fleksibel dalam waktu dan tempat,
bergantung pada sumber daya local dan skala usaha yang cukup kecil. Sehingga semua

orang mampu mendirikan usaha tersebut mengingat modal yang dikeluarkan juga
sedikit.
Seperti yang terjadi di Kota Singaraja Bali, bagian dari wilayah administrasi
Kabupaten Buleleng dengan pola permukiman yang telah mengarah pada perkotaan
serta tingkat heterogenitas yang dimiliki cukup tinggi. Di wilayah ini telah berkembang
Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai bentuk upaya masyarakat dalam meningkatkan
perekonomian di sector informal. Salah satunya berada di wilayah Pantai Penimbangan
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Selain untuk meningkatkan perekonomian,
keberadaan PKL ini juga berperan dalam upaya mengurangi jumlah penggangguran di
wilayah tersebut. PKL yang berada di Pantai Penimbangan menyediakan berbagai jenis
makanan dan minuman. Dari tahun ke tahun jumlah usaha PKL yang beroperasi di
kawasan pantai tersebut semakin bertambah. Data dari Dinas Koperasi Perdagangan
dan Perindustrian Kabupaten Buleleng menyebutkan bahwa jumlah PKL di Pantai
Penimbangan pada tahun 2012 sebanyak 35 PKL dan di tahun 2013 sebanyak 43 PKL.
Dalam kurun waktu satu tahun peningkatan jumlah PKL yang beroperasi yaitu sebanyak
8 PKL, jadi dapat dipastikan bahwa akan terjadi peningkatan jumlah PKL di setiap
tahunnya karena Pantai Penimbangan sendiri sebagai objek wisata kemungkinan untuk
sepi pengunjung sangat kecil.
Pemilihan lokasi PKL di kawasan Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng,
Kabupetan Buleleng tidak dilakukan begitu saja. Melainkan pemilik usaha sudah

mempertimbangkan berbagai hal dan factor-faktor pemilihan lokasi. Dalam jurnal
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Usaha Pedagang Kaki
CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

3

Lima Di Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun 2015”
disebutkan bahwa tujuan penelitian meliputi tiga hal. Tujuan yang dimaksud adalah
untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha
Pedagang Kaki Lima (PKL), factor apa yang paling dominan mempengaruhi pemilihan
lokasi usaha PKL, serta untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh PKL di Pantai
Penimbangan dan solusinya. Untuk metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian verifikasi dengan tiga jenis metode pengumpulan data (dokumentasi,
kuisioner dan wawancara). Kuisioner dibuat dengan skala Likert, menurut Sugiyono
(2012;73) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item
instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negative, yang berupa kata-kata antara lain sangat setuju, setuju, kurang
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Responden penelitian meliputi seluruh jumlah
populasi, yaitu 43 orang pemilik PKL di Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng,

Kabupaten Buleleng. Dari data yang telah diperoleh, dilakukan analisis factor
menggunakan Statistical Program Social Scene (SPSS), yang bertujuan untuk
menganalisis hipotesis konseptual dengan memasukkan semua total nilai dari masingmasing dimensi atau factor terhadap total skor item dari masing-masing dimensi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, disebutkan bahwa factor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan lokasi usaha PKL di Pantai Penimbangan meliputi factor
aksesibilitas, visibilitas, lalu lintas, tempat parkir, ekspansi, lingkungan, persaingan dan
factor peraturan pemerintah. Factor-faktor tersebut didapatkan setelah dilakukan
analisis factor, dimana dalam analisis tersebut juga dilakukan beberapa tahapan :
1. Uji Koefisien Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)
Hasil pengujian KMO menunjukkan angka sebesar 0.882 dengan demikian angka
KMO Measure of Sampling Adequancy lebih besar dari 0.50 yang berarti analisis
factor tepat digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh.
2. Uji Barlett’s Test of Sphericy
Menunjukkan hasil yang signifikan pada 0.000, berarti matriks korelasi memiliki
korelasi yang signifikan dengan sejumlah variable karena nilai signifikansi lebih kecil
dari 0.05.
3. Uji Anti-image Matrices dan Ekstraksi Faktor
Dilakukan untuk mengetahui factor-faktor atau variable yang layak digunakan dalam
analisis factor, dengan cara memperhatikan angka yang diikuti huruf “a” yang artinya
tanda masuk Measure of Sampling Adequancy (MSA). Variable yang layak

digunakan dalam analisis adalah variable yang memiliki nilai MSA > 0.5 dan apabila
terdapat variable yang memiliki MSA < 0.5 maka variable harus dikeluarkan dengan
CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

4

urutan dari yang memiliki nilai MSA paling kecil. Sedangkan ekstraksi factor
bertujuan untuk mengetahui ada berapa factor yang terbentuk. Berikut ini
merupakan tabel factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi yang dilengkapi
dengan nilai eigenvalue dan Varianced Explained :

Tabel 1. Faktor yang menjelaskan pemilihan lokasi usaha
Sumber : Jurnal Vol: 5 No: 1 Tahun: 2015

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa factor yang memiliki eigenvalue > 1 adalah
aksesibilitas dan visibilitas. Maksudnya, kedua factor tersebut mampu menjelaskan
seluruh factor pemilihan usaha yang terbentuk sebesar 80.720%, diperoleh dari
variance explained aksesibilitas sebesar 56.676% dan visibilitas 24.044%.
4. Rotasi Faktor dan Penamaan Faktor
Setelah dilakukan rotasi factor diperoleh data pada tabel berikut ini, untuk pemberian

nama digunakan variable dengan nilai factor loading paling tinggi. Sehingga dapat
ditentukan factor satu terbentuk dari faktor peraturan pemerintah, ekspansi,
lingkungan, tempat parkir dan lalu lintas. Faktor dua terbentuk dari faktor
aksesbilitas, visibilitas, persaingan.

Tabel 2. Rotated Component Matrix
Sumber : Jurnal Vol: 5 No: 1 Tahun: 2015

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

5

Dari ke delapan factor yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha Pedagang
Kaki Lima (PKL) di Pantai Penimbangan, terdapat satu factor yang dominan yaitu
aksesibilitas. Diperoleh dari parameter koefisien varimax, dimana nilai varimax rotation
untuk aksesibilitas sebesar 56.331%.
Sebuah usaha tidak terlepas dari kendala-kendala atau masalah yang
dihadapi, begitu juga dengan usaha PKL yang berada di Pantai Penimbangan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, masalah yang dihadapi yaitu
mengenai kepastian penempatan lokasi karena perijinan yang diperoleh hanya berasal

dari desa yang bisa berubah sewaktu-waktu, masalah retribusi yang harus dibayarkan
ke desa dan pemerintah cukup tinggi yaitu sebasar Rp. 20.000,00 per hari. Kemudian
masalah minimnya modal yang dimiliki oleh pemilik usaha, rata-rata modal yang
dikeluarkan untuk memulai usaha sebesar Rp. 500.000,00. Konsumen yang datang juga
tidak dapat dipastikan jumlahnya, hanya bersifat incidental yang biasanya ramai
pengunjung pada malam minggu. Masalah lainnya adalah kurangnya kesadaran akan
menjaga kebersihan lingkungan yang dimiliki oleh para PKL.
Solusi yang diberikan untuk menghadapi permasalahan diatas adalah dengan
cara PKL yang beroperasi di Pantai Penimbangan harus memiliki bukti kepemilikan
tempat usaha berupa ijin dari desa dan dinas terkait yang tidak bisa diubah-ubah lagi,
penerapan pungutan retribusi tergantung pada besarnya pendapatan PKL, adanya
fasilitas dari lembaga keuangan (bank) bagi PKL dalam memperoleh modal usaha,
sehingga PKL dapat memperluas usahanya dan menambah jumlah stok barang
dagangannya. Kemudian perlunya dilakukan peningkatan pelayanan yang diberikan
oleh PKL kepada konsumen untuk menarik lebih banyak pelanggan. Dan untuk masalah
kebersihan, disediakannya petugas kebersihan oleh dinas terkait.
Dari ulasan pada jurnal, peneliti juga memberikan beberapa saran demi
perbaikan usaha PKL di Pantai Penimbangan diantaranya pemilik usaha PKL harus
lebih mengutamakan factor aksesibilitas dan visibilitas dalam memilih lokasi usahanya,
sedangkan faktor lalu lintas, tempat parkir, ekspansi, lingkungan, persaingan dan

peraturan pemerintah juga tetap perlu dipertimbangan dalam memilih lokasi untuk
memulai suatu usaha. Selain itu PKL juga perlu memperhatikan masalah-masalah yang
ditimbulkan setelah menjalankan usaha PKL serta melakukan upaya-upaya dalam
menghadapi permasalahan tersebut. Dan bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan
penelitian di bidang pemilihan lokasi usaha, diharapakan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dan mendalam terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
lokasi usaha dengan metode penelitian yang sama dan objek yang berbeda agar
keberlakuan temuan ini secara lebih luas. Selain itu, penelitian ini perlu dikembangkan
dengan mengkaji aspek-aspek lain yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha.
CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar Teori PKL


Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesi Nomor 41 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penataan dan Pemberdayaan PKL

Teori yang berkaitan dengan definisi dari PKL (Pedagang Kaki Lima) tercantum dalam
pasal 1 Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesi Nomor 41 Tahun 2012
Tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan PKL adalah sebagai berikut :
1. Pedagang kaki lima, yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku usaha yang
melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak
maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas
umum, lahan dan bangunan milik pemerintah dan atau swasta yang bersifat
sementara atau tidak menetap.
2. Penataan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui
penetapan lokasi binaan untuk melakukan penetapan, pemindahan, penertiban
dan penghapusan lokasi PKL dengan memperhatikan kepentingan umum, sosial,
estetika, kesehatan, ekonomi, keamanan, ketertiban, kebersihan lingkungan dan
sesuai dengan peraturan perundangundangan.
3. Pemberdayaan PKL adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan
iklim usaha dan pengembangan usaha terhadap PKL sehingga mampu tumbuh
dan berkembang baik kualitas maupun kuantitas usahanya.
4. Lokasi PKL adalah tempat untuk menjalankan usaha PKL yang berada di lahan
dan atau bangunan milik pemerintah daerah atau swasta.
5. Lokasi binaan adalah lokasi yang telah ditetapkan peruntukannya bagi PKL yang

diatur oleh pemerintah daerah, baik bersifat permanen maupun sementara.
6. Tanda Daftar Usaha, yang selanjutnya disebut TDU, adalah surat yang dikeluarkan
oleh pejabat yang ditunjuk sebagai tanda bukti pendaftaran usaha

2.2 Konsep dasar Teori Lokasi


Teori Fandy Tjiptono (2002:92)
Terkait dengan penentuan lokasi sebuah usaha, seorang tokoh yaitu Fandy Tjiptono
(2002:92) menyebutkan bahwa pemilihan tempat atau lokasi Usaha memerlukan
pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor :
1. Aksesibilitas, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah di jangkau sarana
transportasi umum

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

7

2. Visibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari jarak
pandang normal
3. Lalu lintas (traffic), menyangkut dua pertimbangan utama :
a. Banyaknya orang yang lalu-lalang bisa memberikan peluang besar terhadap
terjadinya buying, yaitu keputusan pembelian yang sering terjadi spontan,
tanpa perencanaan, dan atau tanpa melalui usaha-usaha khusus
b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa juga jadi hambatan
4. Tempat parkir yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan roda dua
maupun roda empat
5. Ekspansi, yaitu tersedianya tempat yang cukup luas apabila ada perluasan di
kemudian hari
6. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung produk yang ditawarkan
7. Persaingan, yaitu lokasi pesaing. Sebagai contoh, dalam menentukan lokasi, perlu
dipertimbangkan apakah dijalan/daerah yang sama terdapat banyak penjual yang
sejenis
8. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang PKL berjualan di suatu
lokasi.


Dasar-dasar dan analisis lokasi kegiatan perdagangan (Retail)
Dalam teori retail disebutkan bahwa keberhasilan sebuah tapak dipengaruhi oleh tiga
factor yang meliputi pengelolaan, tapak dan lokasi. Sudah terdapat beberapa upaya
untuk mengetahui kepentingan relative masing-masing faktor utama tersebut, tetapi
masing-masing faktor tersebut penting dan dapat menenggelamkan bisnis jika tidak
secara hati-hati dikontrol.
a. Faktor pengelolaan biasanya terdiri dari elemen-elemen yang bisa dikontrol dari
dalam bangunan. Seperti managemen toko, layanan pelanggan, barang,
kebersihan, penampilan, dekorasi, dan penataan semua elemen tersebut penting
untuk elemen pengelolaan.
b. Faktor tapak merupakan elemen yang berhubungan dengan kondisi fisik penataan
bangunan dan property disekitarnya. Elemen seperti tempat parkir, penandaan,
lebar ruang pejalan kaki, taman, aksesibilitas, keluar/masuk, tipe pemusatan, dan
hal-hal lainnya seperti bangunan yang berdiri sendiri atau bangunan penghubung
yang semuanya penting untuk tapak.
c. Faktor lokasi, yang berkontribusi terhadap pemilihan lokasi yaitu demografi,
permintaan konsumen, kepadataan lalu lintas, generator lalu lintas (pusat
perbelanjaan, Rumah Sakit, bandara stadion), populasi harian, kompetisi, bisnis
pelengkap, dan gaya hidup. Tekait dengan faktor lokasi, terdapat dua
CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

8

pertimbangan penting yang harus diputuskan oleh sebuah pengecer (retailer),
yaitu:
1. Memilih target pasar
2. Menentukan format retail yang bagaimana yang paling efektif untuk
menjangkau pasar.

Gambar 1. Format Retail
Sumber : Diktat Mata Kuliah Analisa Lokasi dan Keruangan

Seorang retailer dapat menjangkau konsumen potensial melalui dua konsep
yaitu store based dan non store based. Pengecer toko (store based retailers)
mengoperasikan sebuah toko dengan lokasi yang sudah tetap sehingga
membutuhkan konsumen untuk bergerak ke toko untuk melihat dan memilih
barang atau layanan yang diinginkan. Bentuk-bentuk store based diantaranya
yaitu pusat bisnis, mall, free standing, dan non tradisional. Sedangkan pengecer
non-toko (non-store based retailers) menangkap konsumen yang ada di rumah, di
tempat kerja, atau tempat selain toko dimana konsumen mudah untuk melakukan
pembelian. Bentuk-bentuk non store based yaitu penjualan via internet, penjualan
langsung ke rumah-rumah, penjualan non formal di sepanjang jalan, dan penjualan
melalui mesin-mesin barang.
Beberapa tipe retail berdasarkan konsep toko (store based):
1. Central Business District (CBD) biasanya terdiri dari area perbelanjaan yang
direncanakan sekitar titik geografis di mana semua sistem transportasi umum
berkumpul; biasanya dipusat kota dan di mana sejarah kota itu berasal.
2. Secondary Business District (SBD) adalah area perbelanjaan yang lebih kecil dari
CBD dan berkisar setidaknya satu departemen atau toko di berbagai persimpangan
jalan besar.

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

9

3. Neighborhood Business District (NBD) merupakan daerah yang berkembang
memotong untuk memenuhi kebutuhan belanja dan kenyamanan berorientasi
lingkungan, umumnya mengandung beberapa toko kecil (dengan pengecer besar
menjadi supermarket atau toko), dan yang terletak di arteri utama dari daerah
perumahan.
4. Pusat Perbelanjaan (mall) adalah sebuah distrik perbelanjaan yang dimiliki atau
dikelola secara terpusat yang direncanakan, memiliki sewa seimbang (toko saling
melengkapi dalam penawaran barang), dan dikelilingi oleh fasilitas parkir.
5. Toko Jangkar adalah toko di pusat perbelanjaan yang paling dominan dan
diharapkan untuk menarik pelanggan ke pusat perbelanjaan.
6. Free-Standing Retailer umumnya menempatkannya pada arteri lalu-lintas utama
dan tidak memiliki pengecer yang berdekatan untuk berbagi lalu-lintas.
Variabel Pemlihan Lokasi
Sebuah study mengungkapkan bahwa faktanya retailer memiliki kriteria tertentu
yang mereka gunakan untuk mencari lokasi baru untuk membangun sebuah toko.
Seorang professor dari Departeman Geografi di University Colorado-Denver,
mengemukakan bahwa terdapat empat karakteristik utama dalam memilih lokasi retail
yaitu:
1. Volume lalu lintas yang padat
Kepadatan dan kemacetan lalu-lintas bisa pula menjadi hambatan, misalnya
terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, dan ambulance.
2. Frontage yang lebar dan akses yang aman untuk keluar masuk menuju tapak
3. Ukuran tapak untuk ekspansi

Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tersedianya tempat yang cukup luas
untuk perluasan usaha dikemudian hari.
4. Threshold populasi
Penentuan lokasi pusat belanja juga memperhitungkan threshold atau batas
ambang, yaitu tingkat permintaan/jumlah penjualan minimum yang dibutuhkan
untuk mendukung keberadaaan kegiatan perdagangan tertentu. Salah satu
indicator yang digunakan dalam perhitungan threshold adalah variabel jumlah
penduduk yang merupakan substitusi dari data jumlah penjualan yang didapat
secara empiris.

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

10

BAB III ANALISA

3.1 Alasan Pemilihan Lokasi
Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat Kota Singaraja sudah tersebar hampir di seluruh wilayah. Salah satu lokasi
yang menjadi sasaran PKL adalah Pantai Panimbangan Kecamatan Buleleng, Kabupaten
Buleleng. Pantai Panimbangan sendiri merupakan objek wisata di Kota Singaraja dengan
jumlah PKL yang terus bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Dinas
Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng, jumlah PKL di Pantai
Penimbangan di tahun 2012 sebanyak 35 PKL, dan di tahun 2013 meningkat menjadi 43
PKL. Dengan jenis barang yang dijual berupa berbagai makanan dan minuman.
Salah satu factor yang dipertimbangkan oleh PKL sebelum membuka usahanya
adalah ketepatan pemilihan lokasi, karena lokasi sangat menentukan keberlangsungan
suatu usaha atau disebut juga strategi bisnis. PKL biasanya berjejer di bahu jalan, namun
dalam studi kasus yang diangkat PKL justru berada di pantai. Alasan utama yang
mendorong pemilik untuk berjualan di sekitar pantai yaitu lokasi yang strategis,
keberadaannya sebagai obyek wisata tentunya menarik banyak wisatawan yang
berkunjung selain itu lokasi mudah diakses oleh semua masyarakat.
3.2 Faktor-faktor Lokasi
Berdasarkan jurnal “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi
Usaha Pedagang Kaki Lima di Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng, Kabupaten
Buleleng”, peneliti menggunakan jenis penelitian verifikasi yaitu penelitian yang bersifat
menguji teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan dengan
tiga metode yaitu dokumentasi, wawancara serta penyebaran kuisioner kepada seluruh
responden PKL yang berada di Pantai Penimbangan. Kemudian data yang telah
didapatkan dianalisis menggunakan analisis factor.
Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan, dalam jurnal disebutkan bahwa teori
yang diuji adalah teori lokasi yang dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (2002:92). Dan hasil
yang didapatkan dari perhitungan analisa factor, khususnya melihat perhitungan KMO
and Bartlett’s dan Anti-images matrices diperoleh variable terkait factor-faktor lokasi
sebagai berikut :
1. Faktor Aksesibilitas
Pada variable ini factor terkaitnya adalah keberadaan PKL di Pantai Penimbangan
dimana lokasi ini merupakan salah satu obyek wisata di Kota Singaraja. Sehingga dapat

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

11

dikatakan bahwa lokasi mudah dijangkau oleh sarana transportasi baik umum maupun
pribadi, karena tidak mungkin jika akses menuju obyek wisata sulit untuk di jangkau.
2. Faktor Visibilitas
Pada variable ini factor terkaitnya adalah kemudahan untuk melihat dengan jelas lokasi
PKL dari jarak pandang normal, maksudnya disini PKL dapat dengan mudah ditemukan.
3. Faktor Lalu Lintas
Pada variable ini factor terkaitnya adalah kelancaran system transportasi, yang
menyangkut dua pertimbangan utama meliputi banyaknya orang yang lalu-lalang bisa
memberikan peluang besar terhadap terjadinya buying yaitu keputusan pembeli yang
sering terjadi spontan, tanpa direncanakan sebelumnya atau tanpa melalui usaha-usaha
khusus. Pertimbangan ke dua adalah dari tingkat kepadatan dan kemacetan lalu lintas
yang terjadi di sekitar lokasi PKL yaitu Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng.
4. Faktor tempat parkir
Pada variable ini factor terkaitnya adalah ketersediaan lahan parkir, sehingga pengunjung
tidak akan kesulitan ketika akan memarkirkan kendaraan mereka baik roda dua maupun
roda empat. Kriteria tempat parkir yang harus disediakan adalah luas agar kapasitas
untuk menampung kendaraan juga cukup, nyaman dan yang paling penting keamanan
yang terjamin.
5. Faktor Ekspansi
Pada variable ini factor terkaitnya adalah tersedianya tempat yang cukup luas apabila
terjadi perluasan atau peningkatan jumlah usaha PKL di kemudian hari.
6. Faktor Lingkungan
Pada variable ini factor terkaitnya adalah daerah sekitar Pantai Penimbangan Kecamatan
Buleleng yang mendukung jenis produk yang ditawarkan oleh pemilik usaha PKL.
7. Factor Persaingan
Pada variable ini factor terkaitnya adalah lokasi pesaing, maksudnya ketika sebuah PKL
menjual produk tertentu perlu dipertimbangkan apakah di daerah yang sama terdapat
banyak penjual yang sejenis.
8. Faktor Peraturan Pemerintah
Pada variable ini factor terkaitnya adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur
keberadaan PKL di kawasan Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng Kabupaten
Buleleng.

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

12

3.3 Implikasi Teori terhadap Lokasi yang dipilih
Dalam

penelitian

yang

dilakukan

mengenani

“Analisis

Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima di Pantai Penimbangan
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng” digunakan teori lokasi yang dikemukakan
Fandy Tjiptono (2002:92), dimana teori tersebut berkaitan dengan teori dasar-dasar dan
analisa lokasi kegiatan perdagangan atau yang biasa disebut teori Retail. Namun dapat
dikatakan bahwa teori yang digunakan dalam jurnal lebih kompleks, factor-faktor penentu
lokasi yang diberikan lebih representative.
Teori Retail menjelaskan bahwa pemilihan lokasi mempertimbangkan factor-faktor
volume lalu lintas yang padat, frontage yang lebar dan keamanan aksesibilitas untuk
keluar masuk, ukuran tapak apabila terjadi perluasan atau ekspansi serta threshold
populasi. Dimana dari keempat factor tersebut, tiga diantaranya juga terdapat dalam teori
yang dipakai dalam studi kasus. Satu-satunya factor yang tidak dipertimbangkan dan
diimplikasikan dari teori Retail pada studi kasus ini adalah factor threshold populasi,
padahal dalam menentukan lokasi PKL di Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng juga
diperlukan adanya variable jumlah penduduk sebagai indikator batas minimal tingkat
permintaan yang dibutuhkan. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar
penjualan yang bisa dicapai dengan sejumlah penduduk yang tersedia di kawasan
tersebut.
Inti dari teori yang digunakan pada studi kasus dan teori Retail sebenarnya memiliki
kesamaan, dapat dibuktikan melalui hasil analisis factor dengan SPSS menggunakan
perhitungan KMO and Bartlett’s test dan Anti-images matrices pada jurnal. Dijelaskan
bahwa factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi PKL di Pantai Penimbangan
adalah aksesibilitas, visibilitas, lalu lintas, tempat parkir, ekspansi, lingkungan,
persaingan dan peraturan pemerintah. Dimana factor yang paling dominan adalah
aksesibilitas atau kemudahan dalam menjangkau lokasi dengan menggunakan alat
transportasi baik umum maupun pribadi. Begitu juga dalam teori Retail dijelaskan bahwa
terdapat factor padatnya volum lalu lintas, ketersediaan frontage serta aksesibilitas yang
aman dan ukuran tapak yang luas untuk mengantisipasi terjadinya ekspansi. Jadi dapat
dianalogikan seperti pada tabel berikut ini :
No.

Teori Fandy Tjiptono

Teori Retail

1.

Aksesibilitas

Frontage luas, akses aman

2.

Visibilitas

-

3.

Lalu lintas

Volume lalu lintas yang padat

4.

Tempat parkir

-

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

13

5.

Ekspansi

6.

Ukuran tapak untuk ekspansi
Threshold populasi

-

7.

Lingkungan

-

8.

Persaingan

-

9.

Peraturan Pemerintah

-

Tabel 3. Teori pada jurnal dan Teori Retail
Sumber : Hasil Analisa, 2016

Dan pada kenyataannya kedua teori ini dapat digunakan atau diimplikasikan pada
suatu studi kasus secara bersamaan, mengapa demikian karena kedua teori ini
mengemukaan factor-faktor penentu lokasi yang beberapa terdapat kesamaan dan
apabila keduanya digunakan maka data yang diperoleh juga akan semakin valid. Dengan
catatan semua variable dalam kedua teori digunakan, sehingga akan terbentuk 9 variabel
mengenai factor pemilihan suatu lokasi PKL. Dilakukannya penggabungan lebih dari satu
teori terhadap pemilihan suatu lokasi usaha ini tidak hanya berlaku dalam studi kasus
pemilihan lokasi PKL namun bisa diterapkan juga dalam studi kasus yang lainnya.

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

14

BAB IV PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Keberadaan usaha PKL (Pedagang Kaki Lima) di Pantai Penimbangan Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng merupakan salah satu bentuk upaya masyarakat dalam
menangani masalah tingginya tingkat pengangguran akibat dari urbanisasi yang terus terjadi.
Upaya ini juga diartikan sebagai peningkatan perekonomian masyarakat di sector informal.
Alasan utama berkembangnya sector informal sebenarnya dipicu oleh tiga faktor, yaitu sector
informal lebih mudah untuk dimasuki karena tidak memerlukan kriteria jenjang pendidikan dan
keahlian khusus, fleksibel atau tidak terikat pada waktu dan tempat, serta bergantung pada
sumber daya local dan skala usaha yang cukup kecil. Sehingga semua orang mampu
mendirikan usaha tersebut mengingat modal yang dikeluarkan juga sedikit.
Produk yang ditawarkan oleh pemilik PKL di Pantai Penimbangan adalah berupa
berbagai berbagai jenis makanan dan minuman. Dimana dari tahun ke tahun jumlah usaha
PKL yang beroperasi di kawasan pantai tersebut semakin bertambah. Data dari Dinas
Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng menyebutkan bahwa jumlah
PKL di Pantai Penimbangan pada tahun 2012 sebanyak 35 PKL dan di tahun 2013 sebanyak
43 PKL. Dalam kurun waktu satu tahun peningkatan jumlah PKL yang beroperasi yaitu
sebanyak 8 PKL, jadi dapat dipastikan bahwa akan terjadi peningkatan jumlah PKL di setiap
tahunnya karena Pantai Penimbangan sendiri sebagai objek wisata kemungkinan untuk sepi
pengunjung sangat kecil.
Dalam penentuan lokasi PKL di Pantai Penimbangan pemilik telah menentukan
beberapa faktor yang berpengaruh. Dan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam
jurnal dijelaskan bahwa untuk mengetahui faktor-faktor tersebut menggunakan jenis penelitian
verifikasi dengan tiga jenis metode pengumpulan data (dokumentasi, kuisioner dan
wawancara). Penelitian verifikasi yaitu penelitian yang bersifat menguji teori-teori yang sudah
ada sebelumnya. Kemudian data yang telah diperoleh, dianalisis dengan analisa factor
menggunakan Statistical Program Social Scene (SPSS), dimana analisis ini digunakan untuk
menganalisis hipotesis konseptual dengan memasukkan semua total nilai dari masing-masing
dimensi atau factor terhadap total skor item dari masing-masing dimensi. Tahapan dalam
analisa faktor yang dilakukan meliputi:
1. Uji Koefisien Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) untuk mengetahui apakah analisis factor tepat
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh.
2. Uji Barlett’s Test of Sphericy untuk menentukan matriks korelasi yang signifikan
dengan sejumlah variable

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

15

3. Uji Anti-image Matrices dan Ekstraksi Faktor, dilakukan untuk mengetahui factor-faktor
atau variable yang layak digunakan dalam analisis factor
4. Rotasi Faktor dan Penamaan Faktor, digunakan untuk memperjelas apakah suatu
faktor berbeda secara signifikan dengan faktor lain, sedangkan penamaan faktor
dilakukan untuk memberikan nama faktor yang sesuai dengan karakteristiknya.
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
lokasi usaha PKL di Pantai Penimbangan meliputi factor aksesibilitas, visibilitas, lalu lintas,
tempat parkir, ekspansi, lingkungan, persaingan dan factor peraturan pemerintah. Dan dari
kedelapan faktor tersebut, faktor yang paling dominan terhadap penentuan lokasi adalah
faktor aksesibilitas dengan nilai varimax rotation sebesar 56.331%. Namun dalam
kenyataannya, usaha PKL juga tidak akan terlepas dari masalah-masalah atau kendala yang
dihadapi. Berdasarkan hasil wawancara kepada seluruh jumlah PKL di Pantai Penimbangan
masalah yang dihadapi adalah mengenai kepastian penempatan lokasi karena perijinan yang
diperolah hanya berasal dari desa yang bisa yang bisa berubah sewaktu-waktu, masalah
retribusi yang harus dibayarkan ke desa dan pemerintah cukup tinggi yaitu sebasar Rp.
20.000,00 per hari. Kemudian masalah minimnya modal yang dimiliki oleh pemilik usaha, ratarata modal yang dikeluarkan untuk memulai usaha sebesar Rp. 500.000,00. Konsumen yang
datang juga tidak dapat dipastikan jumlahnya, hanya bersifat incidental yang biasanya ramai
pengunjung pada malam minggu. Masalah lainnya adalah kurangnya kesadaran akan
menjaga kebersihan lingkungan yang dimiliki oleh para PKL.
Solusi dari masalah-masalah tersebut adalah dengan cara PKL yang beroperasi di
Pantai Penimbangan memiliki bukti kepemilikan tempat usaha berupa ijin dari desa dan dinas
terkait yang tidak bisa diubah-ubah lagi, penerapan pungutan retribusi tergantung pada
besarnya pendapatan PKL, adanya fasilitas dari lembaga keuangan (bank) bagi PKL dalam
memperoleh modal usaha, sehingga PKL memperluas usahanya dan menambah jumlah stok
barang dagangannya. Kemudian perlunya dilakukan peningkatan pelayanan yang diberikan
oleh PKL kepada konsumen untuk menarik lebih banyak pelanggan. Dan untuk masalah
kebersihan, disediakannya petugas kebersihan oleh dinas terkait.
Jadi berdasarkan jurnal yang dikaji, peneliti menyarankan untuk lebih mengutamakan
factor aksesibilitas dan visibilitas dalam memilih lokasi usaha PKL, sedangkan faktor lalu
lintas, tempat parkir, ekspansi, lingkungan, persaingan dan peraturan pemerintah juga tetap
perlu dipertimbangan sebagai faktor pendukung. Serta perlu dilakukannya penelitian lebih
mendalam mengenai faktor-faktor pemilihan lokasi usaha dengan metode yang sama dan
objek penelitian berbeda. Namun, kekurangan dalam penelitian “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima di Pantai Penimbangan
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng” ini salah satunya adalah pada metode penelitian
CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

16

yang digunakan, peneliti menerapkan jenis penelitian verifikasi. Dimana peneliti justru akan
lebih terpaku pada satu teori saja dan kemungkinan besar hasil dari penelitian akan
membenarkan teori yang digunakan. Kemudian mengenai implikasi teori yang dikemukakan
oleh Fandy Tjiptono (2002;92) terhadap studi kasus, akan lebih baik apabila dikombinasikan
dengan teori dasar-dasar dan analisis lokasi kegiatan perdagangan (Retail). Karena terdapat
satu faktor pengaruh penentuan lokasi yang tidak disebutkan dalam teori pada studi kasus.
Fandy Tjiptono (2002;92) menyebutkan bahwa faktor penentu lokasi usaha terdiri dari 8
faktor, yaitu aksesibilitas, visibilitas, lalu lintas, tempat parkir, ekspansi, lingkungan,
persaingan dan factor peraturan pemerintah tanpa menyebutkan faktor threshold populasi.
Threshold populasi merupakan tingkat permintaan/jumlah penjualan minimum yang
dibutuhkan untuk mendukung keberadaaan kegiatan perdagangan tertentu. Sehingga apabila
kedua teori diimplikasikan pada studi kasus tersebut, data yang dihasilkan akan semakin valid.
4.2 Lesson Learned


Salah satu jenis penelitian yang dapat diterapkan dalam sebuah penelitian adalah
metode verifikiikasi, yaitu penelitian yang bersifat menguji teori-teori yang sudah ada
sebelumnya. Ketika suatu penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian
ini, peneliti justru akan lebih terpaku pada satu teori saja dan kemungkinan besar hasil
dari penelitian akan membenarkan teori yang digunakan. Hal tersebut merupakan
salah satu kekurangan metode penelitian dengan penerapan verifikasi seperti yang
telah digunakan pada studi kasus jurnal ini.



Faktor-faktor penentu pemilihan lokasi usaha pedagang kaki lima di Pantai
Penimbangan

Kecamatan

Panembangan,

Kabupaten

Panimbangan

yang

dikemukakan oleh Fandy Tjiptono (2002;92) terdiri dari 8 faktor, yaitu aksesibilitas,
visibilitas, lalu lintas, tempat parkir, ekspansi, lingkungan, persaingan dan factor
peraturan pemerintah. Dimana dari faktor-faktor tersebut dilakukan analisis terlebih
dahulu, dan salah satu metode analisa yang dapat diterapkan adalah metode analisa
faktor. Yaitu teknik mereduksi variabel untuk menyederhanakan variabel penelitian
menjadi kelompok-kelompok variabel yang lebih kecil (faktor), melalui berbagai
tahapan yang meliputi uji Koefisien Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), uji Barlett’s Test of
Sphericy, uji Anti-image Matrices dan Ekstraksi Faktor serta tahap terakhir adalah
Rotasi Faktor dan Penamaan Faktor. Dengan demikian akan diketahui seberapa besar
pengaruh dari masing-masing faktor/variable dalam penentuan pemilihan lokasi.


Untuk memperkuat hasil pengujian yang dilakukan, seorang peneliti akan lebih baik
apabila menggunakan beberapa teori. Sehingga kekurangan pada satu teori bisa
ditutup dengan kelebihan yang ada pada teori lain. Seperti halnya pada studi kasus
yang dipaparkan pada jurnal yang dikaji, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

17

Pemilihan Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima di Pantai Penimbangan Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng”, peneliti hanya menggunakan satu teori dan akan lebih
baik apabila dilakukan penggabungan teori antara teori Fandy Tjiptono (2002;92)
dengan teori Retail. Dimana teori faktor Retail memiliki satu faktor yang tidak dimiliki
oleh teori dalam studi kasus, yaitu factor threshold populasi. Sedangkan teori yang
dikemukakan Fandy Tjiptono (2002;92) memiliki kelebihan berupa dilengkapinya 5
faktor yang tidak dimiliki oleh teori retail. 5 faktor tersebut adalah visibilitas, tempat
parkir, lingkungan, persaingan dan peraturan pemerintah. Penggabungan dua teori
tersebut dapat dilakukan karena faktor-faktor yang dimiliki oleh masing-masing teori
sangat berpengaruh dalam penentuan lokasi sebuah usaha.

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

18

DAFTAR PUSTAKA

http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/timur/bali/singaraja.pdf diakses pada tanggal 26 Februari
2016 pukul 13.54
https://tesisdisertasi.blogspot.co.id/?m=1 diakses pada tanggal 14 Maret 2016 pukul 19.10
Santoso, Eko Budi, dkk. 2012. Diktat Analisa Lokasi dan Keruangan. Surabaya
Sastrawan, I Wayan. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi
Usaha Pedagang Kaki Lima di Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng”. Singaraja : Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas
Pendidikan Ganesha Vol : 5 No : 1

CRITICAL REVIEW JURNAL MATA KULIAH ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN

19