Manusia Sebagai Makhluk Monopluralis dan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kesatuan yang terbentuk dari sabang sampai
merauke, penuh dengan bermacam – macam suku, adat-istiadat, beraneka
ragam bahasa. Semua itu dipersatukan oleh sebuah asas yang kita kenal
dengan Pancasila. Pancasila tidak hanya sebagai simbol atau hanya sekedar
lambang, tetapi pancasila memiliki arti lebih. Negara Indonesia adalah Negara
yang dilandasi pancasila, didasarkan ideologi pancasila yaitu, mendirikan
sebuah negara hanya semata-mata untuk mewujudkan sebuah tatanan
masyarakat yang sejahtera, makmur dan sentosa. Menyatukan semua elemen
yang berbeda beda untuk menuju pada kesepakatan, dan kesepakatan itu yang
di junjung tinggi untuk berlangsungnya sebuah Negara yang damai dan saling
menghargai satu sama lainnya. Bahwa tujuan tersebut adalah “kontrak sosial”
antara Negara dengan rakyatnya, dan Negara sebagai organisasi yang
mengatur, berkewajiban untuk membawa rakyatnya kepada tujuan yang
dimaksud, tanpa menghilangkan hak-hak rakyatnya sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi, karena rakyatlah yang memiliki negara, bukan negara
yang memiliki rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya etika dan
perilaku yang dicerminkan oleh rakyat Indonesia. Etika dan perilaku tersebut
berkaitan erat dengan sifat manusia sebagai makhluk monodualis dan makhluk

monopluralis. Manusia harus menempatkan diri di posisi yang benar demi
melangsungkan kehidupan negara yang menjadi cita-cita sejak awal
terbentuknya negara Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana sikap tokoh sebagai makhluk monodualis dan monopluralis?
1.3 Tujuan
Mengetahui sikap tokoh sebagai makhluk monodualis dan monopluralis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia Sebagai Makhluk Monodualis
Manusia di dalam pergaulan hidupnya selain sebagai mahkluk individu
ditakdirkan pula sebagai makhluk social. Aristoteles seorang filsuf Yunani
mengatakan bahwa manusia itu makhluk yang bernegara atau manusia yang
berpolitik (zoon politicon). Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai
keperluan, kepentingan, atau cita – cita yang berbeda – beda dalam satu hal,
sedangkan cirri manusia sebagai makhluk social antara lain adalah hidup
berkelompok, kemampuan berkomunikasi, kesamaan rasa atau bekerja sama
yang dirangkum dalam nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan, dan
nilai berorganisasi. Persamaan nilai tersebut akan membentuk kelompok yang

lebih besar yaitu kehidupan bernegara. Dengan kata lain, manusia adalah
makhluk “monodualis” artinya manusia mempunyai dua kedudukan yaitu
sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.
1.

Manusia Sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau

perorangan atau sebgai diri pribadi. Sebagai diri pribadi, manusia merupakan
makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna. Kalau kita cermati
benda – benda ciptaan Tuhan mempunyai unsur benda, hidup, naluri, dan akal
budi.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai hak asasi yang melekat
pada dirinya sejak ia lahir, seperti :
a.

Hak hidup

b.


Hak kebebasan

c.

Hak milik

Di samping hak, manusia juga memiliki kewajiban yang harus diemban
dalam hidupnya, yaitu sebagai berikut:
a.

Kewajiban terhadap Tuhan, yaitu menyembah dan beribadah
sesuai dengan agama dan keyakinannya.

b.

Kewajiban pada diri sendiri, seperti menjaga kesehatan, menjaga
keselamatan dan lain – lain.

c.


Kewajiban kepada sesama makhluk Tuhan, khususnya manusia
lain. Misalnya menghormati, tenggang rasa, kerrja sama, dan lain –
lain.

d.

Kewajiban berbangsa dan bernegara. Misalnya membayar pajak,
membela Negara, menjga milik umum, menjungjung tinggi hokum
dan pemerintahan.

2.

Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk

social yang cenderung untuk selau berkelompok membentuk masyarakat.
Adapun yang medorong manusia untuk hidup bermasyarakat antara lain :
a.

Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum


b.

Hasrat untuk membela diri

c.

Hasrat untuk melanjutkan keturunannya

d.

Ikatan pertalian darah

e.

Persaan senasib sepenanggungan

f.

Persamaan agama dan kepercayaan


g.

Persamaan ideologi

h.

Persamaan cita – cita dan budaya serta bahasa

i.

Kesadaran mempunyai tempat tinggal yang sama.

2.2 Manusia Sebagai Makhluk Monopluralis
“Monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia, terdiri rokhani (jiwa)
dan jasmani (raga), sifat kodrat manusia terdiri makhluk individu dan makhluk
sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri
dan makhluk Tuhan. Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk
monopluralis.
Kodrat manusia monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri antara lain:

a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus social
c. kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.

1. Manusia Sebagai Makhluk yang Terdiri Atas Jiwa dan Raga
Sebagai makhluk individu manusia harus memiliki kesadaran diri. realita,
martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain,
khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi.Melalui pendidikan,
manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada
dirinya, serta dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan
menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia itu sendiri
2. Manusia Sebagai Makhluk Individu sekaligus Sosial
Manusia tidak hidup dalam kesendirian, bersosialisasi dengan sesamanya
berhubungan dengan manusia lain. konsekuensi-konsekuensi sosial baik
dalam arti positif maupun negatifpositif dan negatif ini adalah perwujudan
dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang
diakibatkan oleh interaksi antarindividu. nilai-nilai sekaligus watak manusia
bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk saling tolong

menolong, setia kawan dan toleransi serta simpati dan empati terhadap
sesamanya Smenjadikan suatu masyarakat yang baik, harmonis dan rukun
timbullah norma, etika dan kesopan santunan yang dianut oleh masyarakat.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 2 hasrat yaitu:
1.Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia yang lain di sekelilingnya
( Masyarakat).
2.Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekitarnya.
3. Manusia Sebagai Makhluk Pribadi dan Makhluk Tuhan
Tujuan beribadah kepada Tuhan YME diperlukan suatu ilmu
melalui pendidikan manusia dapat mengenal siapa Tuhannyamanusia bisa
berpikir, bertindak, berusaha, dan bisa menentukan mana yang benar dan
tidak benar. Pertama, memakmurkan bumi .Kedua, memelihara bumi dari
upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun

2.3 Contoh Manusia Monodualis dan Monopluralis
A. Biografi

Kyai Haji Ahmad Dahlan
Lahir


1 Agustus 1868 Yogyakarta

Meninggal 23 Februari 1923 Yogyakarta
Dikenal kar Pendiri Muhammadiyah dan
ena
Pahlawan Nasional
Pengganti K.H. Ibrahim
Agama

Islam

Pasangan

Hj. Siti Walidah, Nyai Abdullah,
Nyai Rum
Nyai Aisyah, Nyai Yasin

Anak

Djohanah, Siradj Dahlan, Siti

Busyro, Irfan Dahlan
Siti Aisyah, Siti Zaharah,
Dandanah.

K.H. Ahmad Dahlan merupakan seorang Pahlawan Nasional Indonesia
yang lahir di suatu daerah bernama Kauman yang tepatnya berada di
Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Beliau merupakan putra keempat
dari tujuh bersaudara dengan ayah bernama K.H. Abu Bakar. Ibu beliau
bernama Siti Aminah yang merupakan putri dari H. Ibrahim yang pada masa
itu menjabat sebagai penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. K.H.
Ahmad Dahlan lahir dengan nama kecil Muhammad Darwis. Beliau adalah
generasi ke-12 dari salah seorang walisongo yang terkemuka dalam
mendakwahkan Islam di daerah Gresik yang bernama Maulana Malik Ibrahim.
B. KH. Ahmad Dahlan sebagai sosok Monodualis
Monodualis adalah peran manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Dalam hal ini, KH. Ahmad Dahlan dikategorikan sebagai
sosok Monodualis karena beliau telah mendapatkan haknya sebagai makhluk
individu, yaitu beliau telah mendapatkan hak hidup dalam kurun waktu 60

tahun, meskipun beliau hidup pada masa penjajahan, beliau masih dapat

menikmati hak kebebasan, hak milik. Beliau adalah sosok pribadi yang hak
kebebasan dalam hal menimba ilmu dapat terpenuhi. Beliau memperoleh
pemikiran-pemkiran Islam dari tokoh-tokoh agama terkemuka di Mekah pada
zaman itu. Saat itu beliau menimba ilmu di luar negeri yang nantinya dapat
dibagi kepada seluruh masyarakat di Yogyakarta. Dalam hal manusia sebagai
makhluk individu, KH. Ahmad Dahlan sudah memenuhi kategori ini
Sebagai makhluk sosial, KH. Ahmad Dahlan sangat berperan penting
dalam masyarakat pada zaman itu. Ilmu yang beliau peroleh saat di Mekah
bersama Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah,
beliau bagikan kepada masyarakat sekitar rumahnya hingga beliau mendirikan
organisasi Muhammadiyah. Meskipun sempat mendapat pertentangan dari
pihak

lain

hingga

dirinya

diancam

keselamatannya,

beliau

tetap

mempertahankan keteguhannya untuk menyebarluaskan agama islam.
Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan
mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah
diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga
dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi Jam'iyatul Khair, Budi
Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad
SAW.
Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi
Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi
Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara
berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat
Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan alHadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 November 1912.
Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan
organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.
Source : www.wikipedia.org.id

C. KH. Ahmad Dahlan Sebagai Sosok Monopluralis
Monopluralis artinya kodrat manusia yang terdiri atas jiwa dan raga,
manusia sebagia makhluk individu dan sosial, dan manusia sebagai makhluk
religious(Makhluk Tuhan), serta kodrat manusia yang terdiri atas jiwa dan
raga.
Sebagai makhluk yang terdiri atas komponen jiwa dan raga, KH. Ahmad
Dahlan menyadari potensi diri sendiri. KH. Ahmad Dahlan memiliki potensi
luar biasa di bidang agama. Beliau memiliki referensi ilmu pengetahuan Islam
yang

lebih

dibandingkan

masyarakat

lainnya.

Beliau

senantiasa

mengembangkan ide-ide yang beliau miliki untuk disebarluaskan kepada
masyarakat Indonesia.Beliau memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan
yang dia miliki dengan mengajak masyarakat muslim kembali ke ajaran Islam
yang murni, jauh dari bid’ah dan kesesatan.
Sebagai makhluk individu dan sosial, KH. Ahmad Dahlan memiliki
sensitifitas tinggi terhadap kondisi masyarakat Yogyakarta saat itu. Kondisi
masyarakat yang muslim yang mengamalkan ajaran Islam tidak secara murni,
membuatnya tersadar untuk mengajak masyarakat Yogyakarta kembali ke
ajaran Islam murni berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Beliau juga
mengadakan perkumpulan-perkumpulan setiap minggu dengan masyarakat,
mereka berdiskusi dan mempelajari agama Islam.
Tidak hanya di bidang agama, KH. Ahmad Dahlan juga berjuang dalam
perjuangan mencapai kemerdekaan yang ditandai dengan terpilihnya beliau
sebagai Pahlawan Nasional, beliau menyadarkan umat Islam bahwa
keadaannya sedang terjajah, dan harus melakukan tindakan untuk merebut
kemerdekaan bangsa Indonesia. Melalui organisasi Muhammadiyah, beliau
bersama masyarakat membangun amal usaha sosial dan pendidikan yang
sangat penting bagi rakyat Indonesia. Beliau juga berhasil mengajak diskusi
anak-anak kota yang nakal dan bergabung dalam Fathul Asror Miftahus
Sya’adah. Mereka berdialog dan Tanya jawab tentang kritik terhadap diri
sendiri. Sebagian dari mereka yang telah mendapat pencerahan batin menjadi
aktivis Muhammadiyah dan menyebarluaskan ajaran Islam kepada seluruh
Masyarakat.

KH. Ahmad dahlan tidak hanya sebagai makhluk Individu dan sosial,
beliau juga sosok yang religious. Beliau menjadi seorang kyai yang
menyadarkan masyarakat bahwasanya Tuhan itu Esa, agama Islam yang
murni adalah yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadits. Hal tersebut
merupakan wujud memakmurkan bumi dari segi rohani. Perjuangannya
mendirikan fungsi agama yang dimaksud adalah Islam dengan Tujuan agar
bisa timbul keadaan saling menghormati, dan dalam semangat untuk
menyebarkan agama masingmasing tidak saling menyakiti karena Tuhan
tidak menyukai kekerasan, namun dengan pendekatan-pendekatan religious.
Dalam

kisah

lain,

Kiai

Ahmad

Dahlan

cukup

berhasil

berkomunikasi dengan anak-anak muda kota yang cenderung nakal,
dengan mengajak mereka berdialog secara berkala dalam sebuah lembaga
yang diberi nama FM( Fathul Ansor Miftahus Sya’adah). Melalui dialog,
anak-anak muda tersebut diajak melakukan kritik diri tentang apa yang
mereka lakukan dan apa yang mereka kehendaki. Sebagian mengalami
pencerahan batin dan penyadaran diri, kemudian menjadi aktivitis
Muhammadiyah. Kegiatan dialog dengan anak-anak muda itu, pernah
dicoba dihidupkan kembali oleh cucu Kiai Dahlan, Djazman Al Kindi
akhir tahun 70-an dengan mengajak teman-temannya bertemu di setiap
Kamis malam.
Source: Kiai Ahmad Dahlan : Jejak Pembaruan Sosial Dan
Kemanusian : Kado Satu Abad Muhammadiyah / Abdul Munir
Mulkhan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, sudah jelaslah bahwa KH. Ahmad Dahlan
adalah contoh figure atau sosok yang memiliki sifat Monodualis dan
Monopluralis. Sikap beliau telah mencerminkan ciri-ciri manusia Monodualis
yaitu menempatkan dirinya sebagai makhluk individu dan bersikap peduli
dengan kondisi lingkungan, mengutamakan masyarakat tanpa mementingkan
kepentingan pribadi.
Sebagai makhluk monopluralis, KH. Ahmad Dahlan menunjukkan
sikap yang mencerminkan sifat monopluralis. Beliau berhasil menempatkan
dirinya sebagai manusia yang memiliki kodrat jiwa dan raga yaitu menyadari
potensi diri yang dimiliki dan mengembangkan potensi tersebut. Beliau
menempatkan diri sebagai makhluk Individu dan sosial serta bersikap
religious sebagai wujud realisasi dari unsur sifat monopluralis yang ketiga
yaitu Manusia sebagai makhluk Individu dan makhluk Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Anshoriy, Nasruddin. 2010. Matahari Pembaruan: Rekam Jejak KH Ahmad
Dahlan. Yogyakarta: JB Publisher
Basral, Akmal Nasery.2010. Sang Pencerah. Jakarta: PT Mizan Publika
Mulkhan. 2010. Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusian.
Jakarta: Penerbit Kompas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan (diakses pada Selasa, 16 Desember
2014)
www.muhammadiyah.or.id/content-156-det-kh-ahmad-dahlan.html (diakses pada
Rabu, 17 Desember 2014)

MAKALAH
“Pancasila Education”

KH. AHMAD DAHLAN SEBAGAI MANUSIA
MONODUALIS DAN MONOPLURALIS

Oleh:
Okta Prisma Dyanti

(14030204073)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENDIDIKAN BIOLOGI UNGGULAN
2014