makalah pengantar pendidikan islam.pdf (1)

MAKALAH
“Mengembangkan Kepribadian Muslim Dalam Bermasyarakat dan Bernegara”
Dosen Pengampu :
Dr. Muhammad Idris,M.Ag

Disusun oleh :
Nama : Darmanto Subronto
Nim : 16.2.2.005

PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
TAHUN 2017

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya, kepada
kami, sehingga bisa menyelesaikan makalah “Pengantar Pendidikan Islam” yang berjudul
“Mengembangkan kepribadian muslim dalam masyarakat dan bernegara”

Untuk itu saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi,

sekaligus menamba pengetahuan kita tentang “Pengantar Pendidikan Islam”

Dengan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

MANADO 27 SEPTEMBER 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang islam belum tentu berkepribadian muslim. Kepribadian muslim adalah seperti
digambarkan oleh Al-Qur’an tentang tujuan dikirimkan Rasulullah Muhammad SAW.
Kepada umatnya, yaitu menjadi rahmat bagi sekalian alam.

Maka, seseorang yang telah mengaku muslim seharusnya memiliki kepribadian sebagai
sosok yang selalu dapat memberi rahmat dan kebahagiaan kepada siapa dan apapun
dilingkungannya. Taat dalam menjalankan ajaran agama, tawadhu, suka membantu,

memiliki sifat kasih sayang tidak suka menipu, tidak suka mengambil hak orang lain tidak
suka menganggu dan tidak suka menyakiti orang lain.

Persepsi (gambaran) Masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan
banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin
pada orang yang hanya rajin menjalankan islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah
satu aspek saja dan masi banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang
muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah
merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi
pembentukan pribadi muslim.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kepribadian muslim ?
2. Apa yang dimaksud dengan masyarakat ?
3. Bagaimana mengembangkan kepribadian muslim dalam masyarakat ?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian kepribadian muslim
2. Mengetahui maksud dari Masyarakat
3. Memahami cara pengembangan kepribadian muslim dalam masyarakat


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian

Kepribadian dalam bahasa arab disebut as-syakhshiyyah, berasal dari kata syakhshun,
artinya, orang atau seseorang atau pribadi. Kepribadian bisa juga diartikan sebagai
identitas seseorang (haqiqatus syakhsh). Kepribadian atau syakhshiyyah, seseorang
dibentuk oleh cara berfikirnya (aqliyah) dan caranya berbuat untuk memenuhi
kebutuhan kebutuhan atau keinginan keinginan nafsiyah.1

Kepribadian (personality) berasal dari bahasa yunani per dan sonare, yang berarti
topeng. Tetapi juga berasal dari kata personare yang berarti pemain sandiwara, yaitu
pemain yang memakai topeng tersebut.
Menurut May, kepribadian sesuatu yang menjadikan seseorang berlaku efektif atau
sesuatu yang dapat memberi pengaruh atas perbuatan-perbuatan selainnya. Dalam
bahasa psikologi dikatakan sebagai stimulus sosial yang utama yang terdapat pada diri
seseorang.
Sedangkan Dashiell mendefinisikan sebagaimana yang dikutip oleh Crow and Crow

bahwa kepribadian adalah keseluruhan gambaran tingka laku yang terorganisir,

1 Syekh Taqiyuddin An Nabhani, As Syakhshiyyah Al Islamiyyah, jilid l , h. 5

terutama sebagaimana yang dapat dihayati oleh orang-orang sekitarnya, dalam bentuk
cara hidup yang tetap.
Kemudian Allpor mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam
diri individu yang terdiri atas berbagai sistem psikopisik yang bekerja sebagai penentu
tunggal dalam menyesuaikan diri pada lingkungannya.2
Khonstamm menyatakan, kepribadian sebagai keyakinan, orang berkepribadian
menurutnya adalah orang yang memiliki keyakinan terhadap tuhan. Di sini
tampaaknya, Khonstamm mengaitkan kepribadian dengan faktor keberagaman
seseorang. Mereka yang memiliki kepribadian adalah mereka yang pada dirinya hidup
keyakinan terhadap tuhan. Dengan demikian dalam pandangan tokoh pendidik ini,
kepribadian erat kaitannya dengan keyakinan.
Hartmann mengatakan bahwa keprıbadıan adalah susunan yang terıntegrasıkan
darı cırı cırı umum seorang ındıvıdu sebagaımana dınyatakan dalam corak khas yang
tegas yang dıperhatıkannya darı orang laın3
Sementara ıtu john hocke telah mengemukakan teorı tabula rasa atau papan lılın
ıalah yang sıap untuk dıgambarı berbeda dengan ıslam yang menempatkan fıtrah

sebagaı potensı dasar kejıwaan4
Dalam islam, istilah kepribadian (personality) lebih dikenal dengan AlSyakhshiyah. Syakhshiyah berasal dari kata syakhsh yang berarti pribadi kata ini
kemudian diberi ya nisbah sehingga menjadi kata benda buatan (nasdar shima’ly).
Syakhshiyah yang berarti kepribadian.5

2 Prof. Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta, Kalam Mulia 2002) cet. 1 h.122
3 Dr Muhammad Utsman Najalı jıwa dalam pandangan para fılsafat muslım Bandung 2002 h 16
4 Drs H Ahmad Fauzı psıkologı umum h 116
5 Prof. Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta, Kalam Mulia 2002) cet. 1 h.123

Secara terminologi kepribadian Islam memiliki arti yaıtu serangkaian perilaku
normatif manusia, baik ıtu sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang
normanya diturunkan dari ajaran islam dan bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah.
Kepribadiaan menurut kebanyakan orang adalah pengaruh yang ditimbulkan
seseorang atas diri orang lain, atau sebagai kesan utama yang ditinggalkan seseorang
pada orang lain. Misalnya, mereka mengatakan tantangan seseorang sebagai berpribadi
agresif atau berpribadi pendamai. Sementara para psikolog memandang kepribadian
sebagai struktur dan prosese-proses kejiwaan tetap yang mengatur pengalaman
pengalaman seseorang dan membentuk tindakan-tindakan dan respon terhadap
lingkungannya dengan cara yang berbeda dengan orang lain.6

Dinamika kepribadian islam, kepribadian dalam psikologi Islam adalah “integrasi
sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tinkahlaku”. Meskipun
definisi ini amat sederhana, namun memiliki konsep yang mendalam. Definisi ini juga
sebagai bandingan dengan definisi yang dikemukakan oleh Freud dan Jung dari psikol.7
Untuk dapat memahami kepribadian manusia secara teliti dan benar, maka sebagai
faktor yang membentuk kepribadian untuk dikaji. Dalam mengkaji faktor-faktor yang
membentuk kepribadian, para psikolog modern menkaji kepribdian berkait dengan
faktor faktor biologis sosial, dan budaya. Mereka mengkaji dampak keturunan, struktur
tubuh, dan sifat pembentukan sistem-sistem saraf dan kelenjar. Sementara dalam
mengkaji pengaruh faktor-faktor sosial atas kepribadian, mereka lebih banyak

6 Faizah, & H. Lalu Muchsin Effendi, Psokologi Dakwah, (Jakarta, Kencana 2009) cet.2. h. 57
7 Abdul Mujib, & Jusuf Mudzakar, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2002) cet. 2. h. 58

mengkaji pengalaman-pengalaman pada masa kecil, khussnya dalam keluarga dan cara
kedua orang tua bergaul dengan anak.8
Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk
melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil
bagian dalam membentuk kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian apakah

kepribadian seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap sepenuhnya
ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi dalam pengalaman hidup seseorang
tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar penanamannya untuk membentuk
kepribadian manusia itu.

Sosok seseorang yang memiliki kepribadian sangat tinggi dan tak pernah kering,
digalih adalah pribadi Rasulullah SAW. Ketinggian kepribadian Rasulullah SAW.
Dapat dilihat dari pernyataan Al-Qur’an , pengakuan Rasulullah SAW sendiri, dan
kesaksian sahabat yang mendampinginya. Hal ini Allah isyaratkan dalam firman-nya
surat al-Ahzab ayat 21,

8 Faizah, & H. Lalu Muchsin Effendi, Psokologi Dakwah, (Jakarta, Kencana 2009) cet.2. h. 58

               

 

21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah.9


a. Struktur kepribadian muslim
Menurut Mujib struktur kepribadian presfektif islam adalah fithrah.
Sturktur fithrah memiliki tiga dimensi kepribadian. (1) deminsi pisik yang disebut
dangan fithrah jasmani. (2) dimensi psikis yang disebut dengan fithrah rohani. (3)
dimensi psikologis yang disebut dengan fithrah nafsani.10
Substansı ruh adalah substansı yang merupakan suatu kesempurnaan awal
Al Gazalı menyebutnya lathıfah yang halus dan bersıfat ruhanı ruh sudah ada ketıka
tubuh belum ada dan tetap ada meskı jasadnya telah matı

father Rahman

menyatakan bahwa ruh amanah oleh karena ıtu ıa memılıkı keunıkan dıbandıng
dengan makhlunk yang lain dengan amanah ınılah ıa menjadı khalıfah dı muka
bumı ını11

9 Faizah, & H. Lalu Muchsin Effendi, Psokologi Dakwah, (Jakarta, Kencana 2009) cet.2. h. 69
10 Prof. Dr. H. Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta, Kalam Mulia 2002) cet. 1 h.136
11 Abdul Mujıb Mag Nuansa nuansa psıkologı ıslam h 41h


B. Pengertian masyarakat
Tema “ Masyarakat” merupakan alih bahasa dari society atau community. Society
dapat diartikan sebagai masyarakat umum, sedangkang community dapat diartikan
sebagai masyarakat setempat atau paguyuban.
Community merupakan sup-kelompok yang mempunyai karakteristik seperti
society, tetapi pada skala yang lebih kecil, dan dengan kepentingan yang kurang luas
dan terkoordinasi. Yang tersembunyi dalam konsep community adalah suatu wilayah
teritorial, sebuah derajat yang dapat dipertimbangkan mengenai perkenalan dalam
kontak antar pribadi, dan adanya beberapa basis koerensi khusus yang memisahkannya
dari kelompok yang berdekatan. Community mempunyai pembekalan diri terbatas
dibandingkan society, tetapi dalam batas-batas itu mempunyai asosiasi yang akrab dan
simpati yang lebih dalam mungkin ada beberapa ikatan khusus dalam society seperti
ras, asal-usul bangsa, atau afilasi keagamaan.
Pengertian leksikal diatas mengisyaratkan bahwa community biasanya dimaknai
sebagai kelompok manusia yang mendiami sebuah wilaya tertentu dengan segala ikatan
dan norma di dalamnya. Dengan redaksi berbeda, Orden C. Smucker mencoba
mendekati pendidikan dengan perspektif masyarakat (community approacb education).
ia mendefinisikan community sebagai suatu kumpulan populasi, tinggal pada suatu
wilayah yang berdekatan,terintegrasi melalui pengalaman umum,memiliki sejumlah
institusi pelayanan dasar,menyadari akan kesatuan lokalnya,dan Mampu bertindak

dalam kapasitasnya sebagai suatu korporasi.

Untuk mempermudah pemahaman orang tentang community, Gerhard Emmanuel
Lenski membagi community dalam 2 kategeri yaitu geografi dan kultural.12
Masyarakat islam sesuatu yang logis mesti ada dalam meteodologi islam ini adalah
tersedianya suatu masyarakat islam, semua usaha sungguh – sungguh yang di lakukan
dalam pendidikan itu kemungkinan besar akan sia sia saja masyarakat itu tidak tersedia
atau yang tersedia adalah suatu masyarakat yang pikiran dan tindakannya berlawanan
dengan ide pendiidikan itu.
Benar bahwa suatu masyarakat islam adalah tujuan akhir pendidikan islam,tetapi
masyarakat seperti itu sekaligus merupakan alat untuk mengkokohkan ajaran-ajaran
islam dan membentuk orang-orang yang melaksanakannya dari dini sekali sehingga
mereka dapat terbentuk berdasarkan ajaran-ajaran islam dan menjadi pembawa ajaranajaran itu.
Topang tindih antara tujuan dan alat itu dengan sendirinya merupakan topang tindih
antara orang seorang dan masyarakat dan antara satu generasi dengan generasi lain.
Kapan pun kita tidak akan bisa menegaskan batas yang pasti antara satu generasi dari
generasi berikutnya, begitu pula antara orang seorang dan masyarakat tempat orang itu
hidup, dan juga antara satu alat dengan alat-alat dan tujuan yang ingin di capai oleh
alat-alat itu.13
Dalam menciptakan suatu masyarakat islam kita harus memulainya dari seorang

atau dari kumpulan beberapa orang. Demikian pula Rasullah S.A.W menerima wahyu
dan kenabian,mengisi jiwanya,lalu mulai bergerak untuk berkerja di dunia nyata
demikianlah ciri-ciri khas kerasulan agung itu,yang di depannya terletek akidah yang

12 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (AR-ruzz 2006), cet.1 h. 184
13 Muhammad Quthb & Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, (2008),h. 390

hidup yang penuh gerak yang di berikan oleh Allah di dalamnya kemurnian agama dan
keistimewaan kerasulan itu, serta memberikan pula di dalamnya energi dan tenaga yang
dengan akidah itu sanggup menancapkan akar di tanah keringkorontang yang belum
pernah satu benih pun di sana tumbuh. Kemudian akidah itu menyebar dengan cepat
tidak ada bandingan nya di dalam sejarah, tetapi kemudian tidak mampu menangkis
barisan taktik dan serangan tartar dari serangan tentara salib dan dari dalam banyak
sekali serta tidak mampu memberantas hama-hama yang terus hidup dan siap sedia
meledak lagi.
b. Prinsip dasar islam terhadap masyarakat
Mengakui bahwa masyarakat dalam pengertian yang paling sederhana ialah
kumpulan individu dan kelompok yang di ikat oleh kesatuan negara,kebudayaan dan
agama.
Dalam sumber-sumber islam yang pokok seperti Qur’an surah dan riwayat salafus
saleh mungkin tidak di temui difinisi masyarakat sebagaimana yang terdapat dalam
ilmu sosiologi modern. Tapi kendati pun demikian tidak ada suatu teks pun dari sumber
pokok itu yang melarang pengambilan definisi yang luas ato apa juga yang lain selama
iya tidak bertentangan dengan spirit dasar dan metode-metodenya yang umum. Islam
adalah sistem ilahi di pandang dari perundang-undangnya, ilmiah di pandang dari
pengalaman segi sejarahnya.
Islam membangun masyarakat pribadi individu.pimpinan dalam masyarakat islam
kolektif antara anggotanya dengan iman anggota masyarakat menjadi hamba Allah.
Bersaudara dan menguasai sumber-sumber dari kekayaan alam yang telah di jadikan
untuk mereka. Mereka membina masyarakat atas keinsafan bahwa keinsahfan bahwa

usaha atau kerja menjadi sumber hak dan derajat seseorang. Atau kesadaran bahwa
persaudaraah seiman menjadikan mereka sekutu dalam pekerjaan baik dalam
sumber,penghasilan atau harta,mana semuanya adalah milik Allah.14
Memangnya menjadi tujuan utama islam dan syari’at islam membentuk masyarakat
yang mulia berlandas hukum-hukum yang umum pelaksanaannya tujuan itu boleh di
ringkaskan sebagai menjaga kehormatan dan mertabat insan, adil dalam segala segi
baik dalam undang-undang,sosial dan hubungan antar bangsa, berkerjasama,
mahabbah, kasih sayang dan berperikemanusiaan menjaga kepentingan dan kebajikan
umum dan membanteras kejahatan dari muka bumi ini.
Meyakini bahwa masyarakat islam sikap dan cirinya yang tersendiri :
membedakannya dari masyarakat lain ini menyebabkan masyarakat islam benar-benar
menjadi masyarakat ideal yang menjadi contoh manusia sejagat untuk menikmati
kebahagian, kemakmuran dan memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani.
Masyarakat yang di gariskan dan yang hendak di bina oleh islam bukan merupakan
satu idaman yang khayati ato terlalu ideal hingga tidak mungkin di capai dalam realitas,
tetapi satu gambaran masyarakat yang merangkum idealisme dan realisme. Masyarakat
yang mengimbangi tuntutan dunia dan akhirat , pembinaan fisik, akal dan rohani. Dan
mengimbangi tuntutan pribadi orang ramai. Masyarakat tersebut pernah di jelmankan
di satu jaman dahulu; ketika berkembangnya dakwah islam, dan pada zaman
kegemilangan negara islam. Kesannya telah dirasakan kebahagiaan, kemakmuran,

14 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Bulan Bintang Jakarta) h.164-165

kemuliaan, maruah, keadilan. Berkembang dan terkontrol; membawa kebahagiaan
pada penduduk.

C. Pola dan Cırı cırı Keprıbadıan Muslım
Keprıbadıan merupakan kenıscayaan suatu bagıan dalam Interıor darı dırı kıta yang
perlu untuk dıgalıdan dı temukan agar sampaı kepada keyakınan sıapakah dırı kıta yang
sesungguhnya
Dıantaranya adalah surah Al Baqarah 1-20 rangkaıan ayat ını menggambarkan tıga
model keprıbadıan manusıa yaknı keprıbadıan orang yang berıman keprıbadıan orang
yang kafır serta keprıbadıan orang munafık.15
Berikut ini adalah sifat sifat atau ciri ciri darı tıpe masing masing tipe kepribadian
berdasarkan apa yang dıjelaskan dalam rangkaıan ayat tersebut adapaun yang sesuai
tema pada kali ini focus pada ciri atau sıfat keprıbadıan muslim sesuai Al Quran dan
Sunnah yang merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk oleh
setiap muslim dalam segala aspek kehidupan satu dari sekian aspek kehidupan yang
amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim pribadi musli
yang di kehendakı oleh Al Quran dan sunnah adalah pribadi yang sikap dan ucapan
serta tindakannya terwanai oleh nilai nilai yang yang datang darı Allah SWT ada
sepuluh profil atau cri khas yang harus lekat pada setiap pribadi Muslim. Yaitu

15 Muhammad Utsmani Najati. Psokologı dalam Al-Qur’An h. 381

1. Salimul Aqidah
Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap
musli. Dengan adanya aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan
yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu tidak akan menyimpang
ddari jalan dan ketentuan nya dengan kebersihan dan kemantapan aqidah seorang
muslim akan menyerahkan segala perbutannya kepada Allah SWT.
2. Shahihul Ibadah
Ibadah yang benar atau shahihul Ibadah merupakan salah satu Rasul Saw. Yang
penting dalam suatu haditsnya beliau menyatakan : sholatlah kamu sebagaimana
kamu melihat aku sholat. dari ungkapan ini dapat disimpulkan bahwa setiap
melaksanakan iperibadatan seharusnya kita merujuk pada sunnah nabi Rasulullah
Saw. Dan Al-Qur’an sebagai pedoman.
3. Matinul khuluk
Akhlak yang kokoh merupakan sikap atau perilaku yang harus di miliki oleh setiap
seorang muslim. Baik itu berhubungan dengan Allah maupun sesama manusia.
4. Qowiyyul jismi
Yaitu sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap oran muslim, kekuatan jasmani berarti
seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanan ajaran islam
secara keseluruhan. Seperti shalat, puasa, zakat.
5. Mutsaqaful Fikri
Intelek dalam berfikir merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang terpenting.
Karena itu salah satu sifat Rasulullah Saw. Fatonah atau cerdas.
6. Mujahadatun Linafsihi

Berjuang melawan hawa nafsu merupakan salah satu kepribadian yang harus ada
pada diri seorang muslim. Karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada
yang baik atau buruk. Seperti hadits dari rasulullah Saw.
“ tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya
mengikuti apa yang aku bawa. (H.R. Hakim)
7. Haritsun ‘Ala Waqtihi
Pandai menjaga waktu merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena
waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasulnya.
8. Munazhzhamun fi Syu’unihi
Teratur dalam suatu urusan termasuk kepribadian seorang muslim yang di tekankan
oleh Al-Qur’an dan Sunnah oleh karena itu dalam hukum islam baik yang terkait
dalam masalah ubudiyah atau muamalah harus diselesaikan dengan baik.
9. Qodirun ‘Alal Kasbi
Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri. Yaitu
merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim ini merupakan sesuatu
yang sangat diperlukan pada seorang muslim yang ingin membentuk
kepribadiannya. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakannya baru
bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian. Terutama dari segi
ekonomi.
10. Naafi’un Lighoirihi
Bermanfaat bagi orang lain merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim
manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun ia berada
orang disekitarnya merasakan keberadaanya karena bermanfaat besar. Ini berarti

setiap musli itu harus selalu berfikir. Mempersiapkan dirinya dan berupaya
semaksimal untuk bisa bermanfaat pada hal-hal tertentu.

D. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim Melalui Masyarakat
Dalam suatu masyarakat akan terkumpul (terakomondasi) berbagai macam tujuan
yang lebih besar dan menyeluruh yakni terbinanya hubungan yang harmonis,
persaudaraan sejati, memepertahankan kebenaran, menetapkan dasar keadilan dalam
hak dan tanggung jawab antara sesame manusia tidak mengutamakan sesiapa kecuali
atas dasar taqwa dan shaleh, dan nilai akhlak luhur dan utama yang menjadi asas
pembinaan sosial yang baik menurut Islam (manusia menyeluruh).
Hal ini sesuai dengan tujuan yang diturunkan ajaran Islam yaitu menyusun
hubungan baik antara manusia dengan tuhannya juga mengatur aspek-aspek kehidupan
sosial. Keluarga merupakan unit pertama bagi pembentukan suatu masyarakat pada
tahap institusi.
Hal ini merupakan jembatan meniti bagi generasi yang akan datang. Keluarga
merupakan perserikatan yang mula-mula sekali yang dihayati oleh bayi selepas lahir.
Didalamnya ia berinteraksi dan mengambil asas-asas bahasa, nilai ukuran perilaku,
kebiasaan kecendrungan jiwa social dan dasar-dasar kepribadian. Melihat dari segi
pentingnya keluarga, maka wajiblah ia dirikan atas dasar kebenaran, keadilan, kasih
saying, tolong menolong dan saling menghormati.16

16 Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Bulan Bintang Jakarta1997)
h.166-205

Tanggung jawab masyarakat dalam pendidikan adalah kelanjutan dari pendidikan
keluarga dan bersama-sama pendidikan disekolah. Tanggung jawab pendidikan
dimasyarakat perlu suatu pembinaan dan pembimbing terhadap anak agar tetap terjaga
fitrahnya yaitu tetap dalam kesucian dan terhindar dari berbagai Penyelewengan atau
perantara lain sebagai kelompok-kelompok khusus.
Tetapi dalam masyarakat modern peranan keluarga sebagai penyaluran kebudayaan
tidak mencakupi bagi dan dilengkapkan dengan lembaga-lembaga lain yang mengatur
pendidikan dan pengajaran Dan tanggung jawab masyarakat dalam pendidikan adalah
kelanjutan dari pendidikan keluarga dan bersama-sama pendidikan sekolah.Tanggung
jawab pendidikan dimasyarakat perlu suatu pembinaan dan pembimbingan terhadap
anak agar tetap terjaga fitrahnya yaitu tetap dalam kesucian dan terhindar dari berbagai
penyelewengan atau kehinaan.
Selain itu pembimbingnya juga dituntut untuk menenamkan konsep-konsep
keimanan kedalam hati anak, pada berbagai kesempatan dengan cara mengarahkan
pandangan mereka pada berbagai gejala alam yang menunjukkan kekuasaan,
kebebasan dan keesaan Allah SWT serta membiasakan mereka untuk berprilaku secara
Islam.(Abdurahman An-Nahlawi).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepribadian (personality) berasal dari bahasa yunani per dan sonare, yang berarti topeng.
Tetapi juga berasal dari kata personare yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang
memakai topeng tersebut.
Menurut Mujib struktur kepribadian presfektif islam adalah fithrah. Sturktur fithrah
memiliki tiga dimensi kepribadian. (1) deminsi pisik yang disebut dangan fithrah jasmani.
(2) dimensi psikis yang disebut dengan fithrah rohani. (3) dimensi psikologis yang disebut
dengan fithrah nafsani.
Tema “ Masyarakat” merupakan alih bahasa dari society atau community. Society dapat
diartikan sebagai masyarakat umum, sedangkang community dapat diartikan sebagai
masyarakat setempat atau paguyuban.
Community merupakan sup-kelompok yang mempunyai karakteristik seperti society,
tetapi pada skala yang lebih kecil, dan dengan kepentingan yang kurang luas dan
terkoordinasi. Yang tersembunyi dalam konsep community adalah suatu wilayah teritorial,
sebuah derajat yang dapat dipertimbangkan mengenai perkenalan dalam kontak antar
pribadi, dan adanya beberapa basis koerensi khusus yang memisahkannya dari kelompok
yang berdekatan. Community mempunyai pembekalan diri terbatas dibandingkan society,
tetapi dalam batas-batas itu mempunyai asosiasi yang akrab dan simpati yang lebih dalam
mungkin ada beberapa ikatan khusus dalam society seperti ras, asal-usul bangsa, atau
afilasi keagamaan.

Dalam suatu masyarakat akan terkumpul (terakomondasi) berbagai macam tujuan yang
lebih besar dan menyeluruh yakni terbinanya hubungan yang harmonis, persaudaraan
sejati, memepertahankan kebenaran, menetapkan dasar keadilan dalam hak dan tanggung
jawab antara sesame manusia tidak mengutamakan sesiapa kecuali atas dasar taqwa dan
shaleh, dan nilai akhlak luhur dan utama yang menjadi asas pembinaan sosial yang baik
menurut Islam (manusia menyeluruh).

DAFTAR PUSTAKA
H. Lalu Muchsin Effendi, Faizah, 2009, Psokologi Dakwah, Jakarta, Kencana.
Jusuf Mudzakar, Abdul Mujib, 2002 Nuansa-Nuansa Psikologi Islam,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Muhammad Quthb Salman Harun,2008, Sistem Pendidikan Islam.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany,1997, Falsafah Pendidikan Islam,
Bulan Bintang Jakarta
Prof. Dr. H. Ramayulis, 2002,Psikologi Agama,Jakarta, Kalam Mulia.
Suharto Toto, 2006, Filsafat Pendidikan Islam, AR-ruzz
Syekh Taqiyuddin An Nabhani, As Syakhshiyyah Al Islamiyyah,
Dr Muhammad Utsman Najalı, jıwa dalam pandangan para fılsafat muslım, Bandung
Drs H Ahmad Fauzı, psıkologı umum,
Muhammad Utsmani Najati. Psokologı dalam Al-Qur’An.