Simpangan Bersinyal dan Tak Bersinyal

TUGAS KOMPREHENSIF
CARA PERHITUNGAN SIMPANGAN
BERSINYAL DAN TAK BERSINYAL

Oleh :
Kiki Lolita Sari
1115011054

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yanag Maha Esa, karena berkat berkah dan rahmatnya
makalah “ Perhitungan Simpangan Bersinyal dan Tak Bersinyal ” ini dapat
diselesaikan. Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas komprehensif yang
diberikan oleh Pak Dwi Herianto. Selain itu makalah ini dibuat agar penulis
khusunya dan pembaca dapat lebih memahami tentang perhitungan simpangan
bersinyal dan tak bersinyal.

Akhir kata saya ucapkan terimakasih pada selurih pihak yang turut andil dalam
penyelesaian tugas ini. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Jalan

raya

merupakan

salah

satu

sarana

infrastruktur penunjang untuk tempat lalu lalang

kendaraan
dengan

baik

kendaraan

kendaraan

merupakan

sarana

berpengaruh

dalam

bermotor

berat,

sangat
segala

sampai

sehingga

jalan

penting

yang

aspek

kehidupan

Seringkali terjadi banayak permasalahan lalu lintas
disekitar kita,
kendaraan


jalan banyak berlubang , arus

yang

terlalu

banyak

sehingga

menimbulkan kemacetan karena tidak adanaya
alat lalu lintas pengatur yang memadai. Untuk
mengatasi kemacetan dan keamburadulan lalu
lintas yang terjadi maka perlu adanya suatu
sistem penentuan fase dan pengaruh lalu lintas
yang

baik


dan

sangat

berpengaruh

pada

kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi

kendaraan yang melewati jalan tersebut. Sistem
penetuan fase dan pengaruh lalu lintas biasanya
lebih ditekankan pada lokasi persimpangan jalan
atau

terjadinya

pertemuan-pertemuan

jalan.


Karena pada daerah tersebut lah akan timbul
konflik-konflik kemacetan lalu lintas.

2. Tujuan Penulisan
Untuk memahami perhitungan antara simpangan
bersinyal dan tak bersinyal

BAB II
PEMBAHASAN

1. Parameter lalu lintas
Parameter lalu lintas adalah suatu ukuran yang
digunakan untuk menajadi tolak ukur kegiatan lalu
lintas dalam sistem transportasi.
Parameter lalu linta sdapat digolongkan menjadi :
a. Parameter makroskopis
b. Parameter mikroskopis
Secara makroskopis arus lalu lintas dibagi menjadi
empat macam

a. Arus
Arus adalah jumlah kendaraan yang melintas
suatu titik pada suatu ruas jalan dalam waktu
tertentu dengan memebedakan arah dan lajur.
Satuan

arus

adalah

kendaraan

/waktu

atau

smp/waktu.

Arus


lalu

lintas

terbentuk

dari

pergerakan individu pengendara dan kendaraan
yang

melakukan

interaksi

antara

yang

satu


dengan yang lainnya pada suatu ruas jalan dan
lingkungannya.

Karena

kemampuan

individu

pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka
perilaku kendaraan arus lalu lintas tidak dapat
diseragamkan lebih lannjut, arus lalu lintas akan
mengalami perbedaan karakteristik akibat dari
perilaku pengemudi atau kebiasaan pengemudi.
Arus

mempunyai

satuan


kendaraan

diabagu

waktu atau smp dibagi oleh waktu. Terkadang kita
sulit

membedakan

antara

arus

berikut adalah perbedaanya :
Arus (flow)l :
- Memebedakan jalur
- Diukur pada waktu yang pendek
- Membedakan arah
Volume

- Tidak memebedakan lajur

dan

volume,

- Diukur pada waktu yang panjanag (lama)
- Tidak membedakan arah

b. Volume
Volume adalah jumlah kendaraan yang melewatu
suatu titik atau pada suatu ruas jalan dalam waktu
yang lama (minimal 24 jam) tanpa membedakan
arah dan lajur. Segmen jalan selama selang waktu
tertenyu

yang

dapat

diekspresikan

dalam

tahunan, harian (LHR), jaman atau sub jam.
Volume lalu lintas yang diekspresikan di bawah
satu jam (sub-jam) seperti 15 menitan dikenal
dengan istilah rate of flow atau nilai arus. Untuk
mendapatkan nilai arus suatu segmen jalan yang
terdiri dari banyak tipe kendaraan maka semua
tipe-tipe kendaraan tersebut harus dikonversi ke
dalam satuan mobil penumpang (smp). Konversi
kendaraan ke dalam satuan smpm diperlukan
angka

faktir

ekivelen

untuk

berbagai

jenis

kendaraan. Faktor ekivalen mobil penumpang.

c. Kerapatan
Adalah jumlah kendaraan yang menepati suatu
panjang jalan atau lajur dalam kendaraan per km
atau kendaraan per km per lajur. Nilai kerapatan
dihitung berdasarkan nilai kecepatan dan arus,
karena sulit di ukur di lapangan.
d. Kepadatan
Adalah mungkin yang terpenting diatara ketiga
parameter aliran lalu lintas tersebut, karena
terkait

dengan

dibangkitkan

permintaan

dari

berbagai

lalu

lintas

tata

guna

yang
lahan,

bangkitan sejumlah kendaraan yang terdapat
pada suatu segmen teretentu dari jalan raya.
Kepadatan juga merupakan ukuran yang penting untuk
mengetahui kualitas arus lalu lintas, dimana hal tersebut
mengukurprkiraan

kendaraan,

factor



factor

yang

mempengaruhi kebebasan maneuver dan kenyamanan
psikologis dari pengendara.

2. Kapasitas dan tingkat pelayanan
a. Kapasitas jalan

Menurut Clark H. Oglesby (1990), Kapasitas suatu ruas
jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang memiliki
kemungkinan yang cukup untu melewatu ruas jalan
tersebut (dalam satu ataupun kedua arah) dalam periode
waktu tertentu.
Menurut MKJI, 1997 Kapasitas adalah jumlah maksimum
kendaraan atau orang yang dapat melintasi suatu titik
pada

lajur

jalan pada

periode

waktu

tertentu atau

merupakan arus maksimum yang dapat dilewatkan pada
suatu arus jalan.

Macam-macam kapasitas jalan
a. Kapasitas dasar
Kapasitas dasae adalah jumlah kendaraan atau orang
maksimum yang dapat melintasi suatu penampang
jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan
lalulintas

yang

ideal.

Digunakan

sebagai

dasar

perhitungan untuk kapasitas rencana. Kapasitas dasar
merupakan kapasitas terbesar dibangun pada kondisi
arus yang ideal.
Arus dikataakan pada kondisi yang ideal jika kondisi di
jalan :
a. Uninterupted flow

b. Kendaraan

yang

lewat

sejenis

(kendaraan

penumpang)
c. Lebar lajur minimum 3,5 m
d. Kebebasan samping 1,8 m
e. Mempunyai

desai

alinyemen

horizontal

dan

alinyemen vertikal yang bagus (datar, v= 120
km/jam)
f. Untuk lalu lintas 2 arah 2 lajur dimungkinkan
gerakan menyiap dengan jarak pandang 500 m

b. Kapasitas rencana (Design Capacity)l
Kapasitas rencana adalah jumlah kendaraan atau orang
maksimum yang dapat melintas suatu penampang jalan
tertentu selama satu jam pada kondisi jalan dan lalu
lintas

yang

sedang

berlaku

tanpa

mengakibatkan

kemacetan, kelambatan dan bahaya yang masih dalam
batas-batas yang diinginkan.

Kapasitas lengan persimpangan lalu lintas dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu :
1. Nilai arus jenuh.
2. Waktu hijau efektif
3. Waktu siklus.

3. Metode Akceklik

Menurut Akcelik, setiap antrian yang terpisah (separate
queue) yang sedang menuju persimpangan, lalu diklasifkasi
berdasarkan arah, penggunaan lajur dan penyediaan hak
berjalan
suatu

melintasi

pergerakan

persimpangan,
(movement).

dikategorikan

Dan

sebagai

pengalokasian

hak

berjalan bagi pergerakan individual ditentukan berdasarkan
pengaturan fase sinyal. Pergerakan dari masing-masing
pendekat didasarkan atas hak berjalan tersendiri (pengaturan
fase) dan alokasi lajur dengan karakteristik penggunaannya.
Ini berarti bahwa setiap pergerakan memiliki karakteristik
pengaturan sinyal tersendiri, berikut lajur menunggu maupun
keluar untuk meninggalkan persimpangan.

4. Simpangan

Perhitungan Simpangan Bersinyal
Contoh ruas jalan 4 lengan 2 lajur utama dan 2
lajur minor

U

Kondisi Lapangan
Untuk kondisi lapangan ini menurut MKJI dibedakan
menjadi :
COM : Komersial (toko, restoran, kantor)
RES : Pemukiman (lahan tempat tinggal)

RA : Akses terbatas (jalan masuk langsung yg
terbatas atau tidak
terbatas)
Sedangkan jenis jalan terebut adalah komersial (COM)

Soal diatas berikut penjelasan kondisi lapangannya
ditabelkan :
Diketahui : WLTOR = 2m
Pendek
at
U
S
T
B

Pen WA W
Masuk
8
6
8
6
8
6
8
6

WLTOR
2
2
2
2

W
Keluar
8
8
8
8

Untuk nilai WA didapatkan dengan penjumlahan lebar 1
lajur adalah 5m+3m = 8 m
Untuk nilai WLTOR diketahui berdasarkan asumsi yaitu
2m
Untuk nilai W keluar nilaianya sama dengan W masuk

Arus lalu lintas
Untuk nilai arus lalu lintas diasumsikan atau bisa juga
dilakukan kegiatan survei, yang selanjutnya harus
dikonversikan ke nilai satuan mobil penumpang (smp).
Dengan memperhatikan masing-masing fase, sehingga

pendekat tersebut dapat dikategorikan terlawan atau
terlindung.
Untuk jenis kendaraan dibagi menjadi :
a. LV (Kendaraan Ringan) : mobil penumpang, oplet,
mikrobis, pick-up, dan truck kecil.
b. HV (Kendaraan berat : bus, truck 2 as, truck 3 as
dan truck kombinasi sesuai sistem klasifasi bina
marga
c. MC (Sepedah motor) : kendaraan motor dengan 2
roda atau 3 roda.
d. UM (kendaraan tak bermotor) : meliputi semua
kendaraan

yang

tidak

menggunakan

motor

sebagai enggeraknya mmisalnya sepedah, becak
dll.
Dan dipisahkan per arah gerak kendaraan itu sendiri
a. L : Left (belok kiri)
b. ST : Straight (lurus)
c. R : Right (belok kanan)

Berikut

arus

lalu

lintas

yang

akan

ditabelkan

dikelompokkan berdasarkan jenis kendaraan dan arah
gerak kendaraan :
Untuk faktor emp nya dibedakan menjadi dua :
1. Terlindung
Jika arus belok kanan dari suatu pendekat yang
ditinjau dan/atau dari arah berlawanan terjadi
dalam fase yang sama ddengan arus berangkat
lurus dan belok kiri dari pendekat tersebut
2. Terlawan
Jika tidak ada arus belok kanan dari pendekatpendekat tersebut, atau jika arus belok kanan
diberangkatakan ketika lalu lintas lurus dari arah
berlawanan dedang menghadapi merah.
a. Arah utara
LV
Terlindung : emp = 1
L/LTOR: 53 Kemudian dikalikan emp menjadii = 53x1
= 53
ST : 248
248

= 248x1

=

R
53

: 53

= 53x1

Total LV smp terlindung
smp/jam

=

=

354

Terlawan
Terlawan : emp = 1
L/LTOR: 53 Kemudian dikalikan emp menjadii = 53x1
= 53
ST : 248
248

= 248x1

R
53

= 53x1

: 53

Total LV smp terlawan
smp/jam

=
=

=

354

HV
Terlindung : emp = 1,3
L/LTOR: 3 Kemudian dikalikan emp menjadii
= 3,9

= 3x1,3

ST : 16
20,8

= 16x 1,3

R
: 3
3,9

= 3x1,3

Total LV smp terlindung
smp/jam
Terlawan
Terlawan : emp = 1,3

=

=
=
28,6

L/LTOR: 3 Kemudian dikalikan emp menjadii = 3x1,3
= 3,9
ST : 16
20,8

= 16x1,3

R
: 3
3,9

= 3x1,3

Total LV smp terlawan
smp/jam

=

=
=
28,6

MC
Terlindung : emp = 0,2
L/LTOR: 39 Kemudian dikalikan emp menjadii
39x0,2 = 7,8
ST : 183
36,6
R
: 39
7,8
Total LV smp terlindung
smp/jam

=

= 183x0,,2 =
= 39x0,2

=

=

52,2

Terlawan
Terlawan : emp = 1,3
L/LTOR: 39
Kemudian dikalikan emp menjadii =
39x0,4
= 15,6
ST : 183
73,2
R
: 39
15,6
Total LV smp terlawan
smp/jam

= 183x0,4 =
= 39x0,4

=

=

104,4

Kendaraan total setelah smp/jam
Total = LV+MV+MC
Terlindung
L/LTOR

: 53+3,9+7,8 = 64,7 smp/jam

ST

:248+20,8+36,6 = 305,4 smp/jam

R

: 53+3,9+7,8 = 64,7 smp/jam

Total = 434,8 smp/jam

Terlawan
L/LTOR

: 53+3,9+15,6 = 72,5 smp/jam

ST

:248+20,8+73,2 = 342 smp/jam

R

: 53+3,9+715,6 = 72,5 smp/jam

Total = 487 smp/jam
Untuk perhitungan lanjutan pendekat selatan, timur dan
barat akan ditabelkan pada tabel 1. Lampiran
Untuk jumlah kendaarn tak bermotor berikut diketahui :
Utara

: 4

Selatan

: 2

Timur

: 4

Barat

: 2

Menghitung arus berbelok dan kendaraan tak
bermotor

Dari hasil perhitungan jumlah lalu lintas diatas maka
dapat diketahui jumlah belok kiri ataupun kanan pada
setiap pendekat. Rasio belok merupakn perbandingan
jumlah kendaraan belok terhadap jumlah total yang
keluar dari pendekat tersebut.
Berikut proses perhitungannya
Untuk pendekat utara
Perhitungan pLT (pendekat rasio belok kiri)
L/LTOR

= L/total = 64,7/434.8

= 0,1488

Perhitungan pRT (pendekat rasio belok kanan)
pRT

: R/total

= 64,7/434,8

= 0,1488

Perhitungan pUM = (pendekat rasio kendaraan tidak
bermotor)
pUM

= UM/Total

= 4/434,8

= 0,0092

Untuk perhitunganpendekat selatan, timur dan barat
selanjutnya ditabelkan pada tabel 2 lampiran.

Menghitung waktu hijau dan waktu hilang

Untuk perhitungan waktu hiajau dan waktu hilang mengacu pada
MKJI hal 2-43 dan 2-44, bahwa titik konflik kritis pada masingmasing fase, adalah titik yang menghasilkan waktu merah
semua (all red) terbesar. Waktu merah semua dirumuskan :
Merah semua = [

( L EV + lEV )

VEV

LAV
- VAV ] max

Keterangan :
LEV, LAV

: Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing
untuk kendaraan yang berangkat dan yang datang
(m)

IEV

: Panjang kendaraan yang berangkat

VEV,VAV

: Kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang
berangkat dan yang datang (m/det)

Dimana untuk nilai VEV dan VAV digunakan 10 m/dt (kendaraan
bermotor)

dan

panjanag

kendaraan

yang

berangkat

Iev

diasumsikan 5 m (LV dan HV). Sehingga berikut perhitungannya :
Untuk pendekat utara-timur
Diketahui : VEV
IEV

= 10 m/dt

LEV = 19,5 m

=5m

Jadi perhitunggan all red (semua merah)

LAV =9,5 m

[((19,5+5)/10)-(9,5/10)] = 1,5 detik

Untuk pendekat selatan-barat
Diketahui : VEV
IEV

= 10 m/dt

LEV = 19,5 m

=5m

LAV =9,5 m

Jadi perhitunggan all red (semua merah)
[((19,5+5)/10)-(9,5/10)] = 1,5 detik

Untuk pendekat timur-selatan
Diketahui : VEV
IEV

= 10 m/dt

LEV = 19,5 m

=5m

LAV =9,5 m

Jadi perhitunggan all red (semua merah)
[((19,5+5)/10)-(9,5/10)] = 1,5 detik

Untuk pendekat barat-utara
Diketahui : VEV
IEV

= 10 m/dt

LEV = 19,5 m

=5m

Jadi perhitunggan all red (semua merah)
[((19,5+5)/10)-(9,5/10)] = 1,5 detik

LAV =9,5 m

Untuk penentuan waktu merah semua
Fase 1- Fase 2
Fase 2- Fase 3

: 2 detik
: 2 detik

Fase 3- Fase 4

: 0 detik

Fase 4- Fase 1

: 0 detik

Untuk waktu kuning pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia
biasanya adalah 3 detik.
Sehingga waku hilang total (LTI)
= Merah semua total + waktu kuning = 10 detik

Menghitung arus jenuh
S = S0 x Fcs x Fsf x Fg x Fp x Frt/Flt
Keterangan :
So

: Arus jenuh dasar

Fcs

: Faktor penyesuain ukuran kota

Fsv

:

Faktor

penyesuaian

hambatan samping dan

untuk

tipe

lingkungan

jalan,

kendaraan tak bermotor
Fg

: Faktor penyesuaian untuk kelandaian

Fp

: Faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir dan lajur belok

kiri yang
Pendek
Frt

: Faktor penyesuaian untuk belok kanan

Flt

: Faktor penyesuaian untuk belok kiri

Dan sebelum mencari nilai arus jenuh terlebih dahulu kita
mencari nilai arus jenuh dasar atau S0.= 600 x We
Keterangan : We : Lebar efektif
Lebar efektif ini didapatkan dari nilai
We

= (WA-WLTOR) = (8-2) = 6 m

Makan untuk nilai tiap-tiap pendekat didapatkan
Pensekat Utara

S0

= 600 x 6 = 3600

Nilai arus jenuh dasar untuk pendekat selatan, timur dan barat
sama karena nilai lebar efektif (We) nya sama.
Untuk nilai Fcs (Faktor penyesuai ukuran kota)
Nilai ini didapatkan dari tabel berikut :
Penduduk Kota

Faktor penyesuaian ukuran kota

(Juta Jiwa)
>3,0
1,0-3,0
0,5-1,0
0,1-0,5
1 juta
penduduk, makan untuk nilai Fcs adalah 1,0 (yaitu nilai Fcs
antara 1-3 juta penduduk)

Untuk nilai Fsf (Faktor penyesuaian untuk tipe lingkungan
jalan, hambatan samping dan kendaraan bermotor.
Untuk nilai ini karena adanya pengaruh jenis lingkungan jalan
tersebut, tingkat hambatan samping, dan juga rasio kendaraan
tak bermotor . Untuk memeprmudah asumsi, jika nilai hambatan
sampping tidak diketahuin maka kita anggap nilai hambatan
sampingnya tinggi agar supaya tidak menilaia kapasitas terlalu
besar. Karena tipe jalan ini adalah komersial (COM) maka berikut
tabel Fsf untuk lingkungan komersial.

Lingkung
an

Hambat
an
sampin
g

Komersi
al (COM)

Tinggi

Sedang

Rasio kendaraan tak bermotor
Tipe
fase
Terlawa
n
Terlindu
ng
Terlawa

0,0
0

0,0
5

0,1
0

0,1
5

0,2

0,9
3
0,9
3
0,9

0,8
8
0,9
1
0,8

0,8
4
0,8
8
0,8

0,7
9
0,8
7
0,8

0,7
4
0,8
5
0,7

>0,
25
0,70
0,81
0,71

Rendah

n
Terlindu
ng
Terlawa
n
Terlindu
ng

4
0,9
3
0,9
5
0,9
5

9
0,9
2
0,9
0
0.9
3

5
0,8
6
0,8
9
0,9
0

0
0,8
8
0,8
1
0,8
9

5
0,8
6
0,7
6
0,8
7

0,82
0,72
0,83

Sumber : MKJI 1997
Untuk hasil perhitungan rasio kendaraan tak bermotor yang telah
dihitung diatas nilainya didapatkan 0,0092 maka nilai rasio yang
dipilih adalah pada kolom 0,00 dan untuk kedua tipe terlawan
dan terlindung didapatkan nilai Fsf = 0,93.

Untuk nilai faktor penyesuaian untuk kelandaian (FG)
Untuk hasil nilai faktor penyesuaian kelandaian dihunakan Grafk
C-4:1 pada MKJI halaman 2-54. Namun, untuk soal ini tidak ada
kelandaian yang berarti, sehingga nilai yang digunakan untuk F G
adalah 1,0.

Untuk nilai faktor penyesuaian untuk pengaru parkir dan
lajur belok kanayang pendek (FRT)

Faktor penyesuaian FRT didapatkan dari gambar C-4:3
halaman 2-55 di MKJI

sebagai fungsi jarak dari garis henti

samapi kendaraan yang diparkir pertama dan lebar pendekat

(WA).Untuk hasil perhitungan nilai pRT (Faktor rasio belok kanan)
didapatkan 0,01488 ≈0,015≈0,02 maka nilai Fp didapatkan 1,00

Untuk nilai faktor penyesuaian untuk pengaru parkir dan
lajur belok kanayang pendek (FLT)

Faktor penyesuaian FLT didapatkan dari gambar C-4:4
halaman 2-56 di MKJI

sebagai fungsi jarak dari garis henti

samapi kendaraan yang diparkir pertama dan lebar pendekat
(WA).Untuk hasil perhitungan nilai pRT (Faktor rasio belok kanan)
didapatkan 0,01488 ≈0,015≈0,02 maka nilai Fp didapatkan 1,00.
Maka nilai arus jenuh dihitung untuk masing-masing
pendekat :
Utara

: S = 3600 x 1,0 x 0,93 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 = 3348

smp/jam hijau
Selatan

: S = 3600 x 1,0 x 0,93 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 =3348

smp/jam hijau
Timur

: S = 3600 x 1,0 x 0,93 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 =3348

smp/jam hijau
Barat

: S = 3600 x 1,0 x 0,93 x 1,0 x 1,0 x 1,0 x 1,0 =3348

smp/jam hijau

Perhitungan rasio arus FR
Untuk nilai rasio arus digunakan persamaan :
FR

= Q/S

Keterangan :

Q
S

: Arus lalu lintas (smp/jam)

: Arus jenuh lalu lintas (smp/jam)

Dan untuk nilai Q (arus lalu lintas) masing-masing pendekat :
Utara

: 436 smp/jam

Selatan

:379 smp/jam

Timur

:669 smp/jam

Barat

:550 smp/jam

Maka dapat dhitung nilai FR untuk masing pendekat :
Utara

: 436/3384 = 0,1288

Selatan

:379/3384 = 0,1120

Timur

:669/3384 = 0,1977

Barat

:550/3384 = 0,1625

Selanjutnya dihitung FRcrit U = 0,1288. S = 0,1120 , T = 0,1977,
B = 0,1625
Menghitung rasio arus simpang (IFR)
Untuk nilai IFR sebagai jumlah dari nilai-nilai FR yang merupakan
nilai terkritis atau terbesar. Lalu jumlahkan semua FRcrit yang
ada.

IFR = ΣFRcrit = 0,1288 + 0,1120 + 0,1977 + 0,1625 = 0,6003
Menghitung waktu siklus sebelum penyesuaian (cus)
Persamaanya adalah :
cus = (1,5xLTI+5)/(1-IFR)
Keterangan :
cus

: waktu siklus sebelum penyesuaian sinyal (det)

LTI

: waktu hilang tital persiklus (det)

IFR

: rasio arus simpang

Maka dapat dihitung, untuk nilai LTI didapatkan nilai 10 detik dari
perhitungan sebelumnya. Untuk nilai IFR didapat 0,6003.
Maka nilai cus = (1,5x10+5)/(1-0,6003) = 50,0375 detik
Maka nerdasarkan syarat waktu siklus yang disyaratkan MKJI
seperti dibawah ini
Tipe pengaturan
Pengaturan dua-fase
Pengaturan tiga-fase
Pengaturan empat-fase

Waktu siklus yang layak
(det)
40-80
50-100
80-130

Berdasarkan tipe soal ini yang merupakan jalan dua-fase yang
hasil perhitungan cycle time (c) adalah 50,0375 detik memenuhi
syarat tersebut diatas yaitu nilainya anatar 40-80 detik.
Dihitung nilai PR (nilai rasio fase) persamaannya : PR = FRcrit/IFR

Untuk nilai FRcrit dipakai nilai FR terbesar maka didapatkan :
Utara

: 0,1288

Timur : 0,1977

Maka didapat nila PR nya sbb :
Utara = 0,1288/0,6003 = 0,2146

Timur = 0,1977/0,6003

= 0,3293
Menghitung Waktu hijau
g = (cus-LTI) x PR
Keterangan :
g

:tampilan waktu hijau pada fase i (detik)

cus : waktu siklus sebelum penyesuaian (detik)
LTI :waktu hilang total persiklus
PR :rasio fase FRcrit / ΣFRcrit
Maka dapat dihitung untuk masing-masing pendekat :
Utara

: g = (50,0375-10) x 0,2146 = 8,5920 det ≈ 9 det

Selatan

: g = (50,0375-10) x 0,2146 = 8,5920 det ≈ 9 det

Timur

: g = (50,0375-10) x 0,3293 = 13,1843 det ≈

13 det
Barat

: g = (50,0375-10) x 0,3293 = 13,1843 det ≈ 13 det

Total waktu hijau = 9+9+13+13= 44 detik
Menghitung waktu siklus yang disesuaikan (c) = Σg + LTI = 44 +
10 = 54 detik
Menghitung rasio hijau (GR) untuk masing-masing pendekat:
Utara

: GR = g/c = 9/50,0375 = 0,1799

Selatan

: GR = g/c = 9/50,0375 = 0,1799

Timur

: GR = g/c = 13/50,0375 = 0,2598

Barat

: GR = g/c = 13/50,0375 = 0,2598
Menghitung nilai kapasitas (C)

C = S x g/c
Keterangan :
S = arus jenuh (smp/jam)
g = waktu hijau (det)
C = waktu siklus (det)
Maka didapatkan hasil kapasitas untuk masing-masing
pendekat :
Utara
Selatan

: C = 3348 x 9/54 = 558 smp/jam
: C = 3348 x 9/54 = 558 smp/jam

Timur

: C = 3348 x 13/54 = 806 smp/jam

Barat

: C = 3348 x 13/54 = 806 smp/jam

Menghitung derajat kejenuhan (DS)
Persamaan DS = Q/C
Dan untuk nilai Q (arus lalu lintas) masing-masing pendekat :
Utara

: 436 smp/jam

Selatan

:379 smp/jam

Timur

:669 smp/jam

Barat

:550 smp/jam

Maka didapatkan nilai derajat kejenuhan untuk masing-masing
pendekat :
Utara = DS = 436/558 = 0,7814

Selatan = DS =

379/558 = 0,6792
Timur = DS = 669/806 = 0,83

Barat = DS =

550/806 = 0,6824
Menghitung jumlah antrian (NQ)
NQ1 untuk masing-masing pendekat :
NQ1 = 0,25 x C x [(DS-1)+ (DS−1)+ 8 x ( DS−0,5) ]
C



Maka didapatkan :
Utara = NQ1 = 0

Selatan = NQ1 = 0

Timur = NQ1 = 0

Barat = NQ1 = 0

NQ2 untuk masing-masing pendekat :
1−GR
Q
NQ2 = c x 1−GRxDS x 3600
Maka didapatkan :
Utara = NQ2 =5,7828

Selatan = NQ2 =

4,9215
Timur = NQ2 = 8,7750

Barat = NQ2 = 6,8770

Total untuk NQ = NQ1+NQ2
Utara = NQ =0 + 5,7828 = 5,7828

Selatan = NQ = 0 +

4,9215 = 4,9215
Timur = NQ = 0 + 8,7750 = 8,7750

Barat = NQ =0 +

6,8770 = 6,8770
Untuk nilai NQ max didapatkan dari pembacaan gambar E-2:2
halaman 2-66 MKJI, untuk nilai POL (terjadinya pembebanan lebih
%) anatar 5-10%.
Maka didapatkan nilai NQmax tiap pendekat :
Utara

: NQmax = 6,5

Selatan : NQmax

=6
Timur : NQmax = 9

Barat : NQmax = 7,5

Menghitung panjang antrian (QL)
Menghitung panjang antrian (QL) dengan cara mengalikan
Nqmax dengan luas rata-rata yang dipergunakan per smp (20m²)
kemudian membagi dengan lebar masuknya (Wmasuk).

QL =

NQmax x 20
Wmasuk

Maka
QL-utara
QL-timur

: 21,6667

QL-selatan : 20

: 30

QL-barat

:25

Menghitung angka henti (NS)
Menghitung angka henti (NS) masing-masing pendekat yang
didifnisikan

sebagai

jumlah

rata-rata

berhenti

per

smp

(termasuk yang berhentu berulang dalam antrian) dengan
menggunakan rumus dibawah.
NQ
NS = 0,9 x Qxc x 3600

NS-utara

: 0,8588

NS-selatan : 0,8408

NS-timur

: 0,8493

NS-barat

: 0,8096

Menghitung nilai jumlah kendaraan terhenti (NSV)
Nsv = Q x NS
Nsv-utara

: 374 smp/jam

Nsv-selatan : 319 smp/jam

Nsv-timur

: 568 smp/jam

Nsv-barat

: 445 smp/jam

Menghitung tundaan (D)
Tundaan dibagi menjadi :
a. Tundaan lalu lintas (DT)
Menghitung tundaan lalu lintas tiap pendekat akibat
pengaruh timbal balik dengan gerakan-gerakan lainnya
pada simpang sebagai berikut (berdasarkan Aceklik,1988)

NQ 1
C

Persamaannya : DT = c x A +

Menghitung nilai A terlebih dahulu :
Persamaannya : A =

0,5 x (1−GR)
(1−GRxDS)

A-utara

: 0,4771

A-selatan

: 0,4671

A-timur

: 0,4718

A-barat

: 0,4499

Maka dapat dihitung nilai tundaan lalu lintas per pendekat:
DT-utara

: 23,8729det/smp

DT-selatan :

23,3725

: 23,6077 det/smp

DT-barat

22,5199

det/smp
DT-timur

:

det/smp
b. Tundaan geometri (DG)
Persamaannya : DG =(1-Psv) x PT x 6 + (PSV x 4)
DG-utara

: 3,5613 det/smp DG-selatan : 3,5033 det/smp

DG-timur

: 3,5317 det/smp DG-barat

: 3,4084 det/smp

c. Menghitung tundaan rata-rata
Persamaannya D = DT + DG
D-utara

: 27,4342 det/smp

D-selatan

:

26,8758

: 27,1394 det/smp

D-barat

:

25,9283

det/smp
D-timur
det/smp
d. Menghitung tudaan total
Persamaannya : D x Q
-utara

: 11961 smp.det -selatan

-timur

: 18156 smp.det -barat

smp.det

: 10186 smp.det
:

14261

BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa :

1. Untuk menghitung simpangan bersinyal perlu
diperhatikan faktor geometrik jalan yang di
kerjakan analisisnya.
2. Simpangan bersinyal dilakukan analisa
a. Arus lalu lintas (Q)
b. Nilai dasar (S0)
c. Arus jenuh lalu lintas (S)
d. Waktu hijau (g)
e. Kapasitas
f. Derajat kejenuhan(DS)
g. Jumlah kendaraan antri (NQ)
h. Panjang antrian (QL)
i. Tundaan (D)

DAFTAR PUSTKA

. Manual Kapasitas Jalan 1997. “Simpang Bersinyal dan Simpang Tak
bersinyal.
Indriany, Sylvia. Rekayasa Transportasi. “Simpangan Berinyal MKJI ‘97”.

LAMPIRAN

Arus lalu lintas bermotor (
Kode
Pende
kat

Arah

Kendaraan ringan (LV)
Emp terlndung = 1,0
Emp terlawan 1,0
Smp/jam
Kend/
jam

1

u

Kendaraan berat (HV)
Emp terlindung = 1,3
Emp terlawan = 1,3

2

LT/
LTOR
ST
RT
TOTAL

3

Terlind
ung
4

Terla
wan
5

53

53

248
53
354

Smp/jam
Kend/
jam
6

Terlind
ung
7

Terla
wan
8

53

3

3,9

3,9

248
53

248
53

16
3

20,8
3,9

20,8
3,9

354

354

22

28,6

28,6

Perhitungan arus lalu lintas penedekat utara

Perhitungan arus lalu lintas penedekat selatan

Arus lalu lintas bermotor (
Kode
Pende
kat

Arah

Kendaraan ringan (LV)
Emp terlndung = 1,0
Emp terlawan 1,0
Smp/jam
Kend/
jam

1

2

LT/
LTOR
ST
RT

S

Kendaraan berat (HV)
Emp terlindung = 1,3
Emp terlawan = 1,3

TOTAL

Smp/jam

3

Terlind
ung
4

Terla
wan
5

46

46

215
46
307

Kend/
jam
6

Terlind
ung
7

Terla
wan
8

46

3

3,9

3,9

215
46

215
46

14
3

18,2
3,9

18,2
3,9

307

307

22

26

26

Perhitungan arus lalu lintas penedekat timur

Kode
Pende
kat

Arah

Arus lalu lintas bermotor (
Kendaraan ringan (LV)
Emp terlndung = 1,0
Emp terlawan 1,0
Kend/
jam

Smp/jam

Kendaraan berat (HV)
Emp terlindung = 1,3
Emp terlawan = 1,3
Kend/
jam

Smp/jam

1

2

LT/
LTOR
ST
RT

T

TOTAL

3

Terlind
ung
4

Terla
wan
5

6

Terlind
ung
7

Terla
wan
8

82

82

82

5

6,5

6,5

380
82

380
82

380
82

24
5

31,2
6,5

31,2
6,5

544

544

544

22

44,2

44,2

Perhitungan arus lalu lintas penedekat barat

Arus lalu lintas bermotor (
Kode
Pende
kat

Arah

Kendaraan ringan (LV)
Emp terlndung = 1,0
Emp terlawan 1,0
Smp/jam
Kend/
jam

1

T

Kendaraan berat (HV)
Emp terlindung = 1,3
Emp terlawan = 1,3

2

LT/
LTOR
ST
RT
TOTAL

3

Terlind
ung
4

Terla
wan
5

67

67

314
67
448

Smp/jam
Kend/
jam
6

Terlind
ung
7

Terla
wan
8

67

4

5,2

5,2

314
67

314
67

20
4

26
5,2

26
5,2

488

448

448

36,4

44,2

Total kendaraan bermotor (MV)

Terlindung
Pendekat

Arah

LV

HV

U

L/LTOR
ST
L
TOTAL
L/LTOR
ST
L
TOTAL
L/LTOR
ST
L
TOTAL
L/LTOR
ST
L
TOTAL

53
248
53
354
46
215
307
307
82
380
82
544
67
314
67
448

3,9
20,8
3,9
28,6
3,9
18,2
3,9
26
6,5
31,2
6,5
44,2
5,2
26
5,2
36,4

Arah
L/LTOR
ST
L
TOTAL
L/LTOR
ST
L
TOTAL
L/LTOR
ST
L
TOTAL
L/LTOR
ST
L

LV
53
248
53
354
46
215
46
307
82
380
82
544
67
314
67

HV
3,9
20,8
3,9
28,6
3,9
18,2
3,9
26
6,5
31,2
6,5
44,2
5,2
26
6,5

S

T

B

Terlawan
Pendekat
U

S

T

B

TOTAL

448

37,7

Perhitungan rasio belok dan kendaraan tak
bermotor

Pendekat

Plt
=72,5/

U

(72,5+342+72,5) =
0,1489
=

S

0,1489
=
) = 0,1498
=112,5/

(112,5+523,6+112,5)= (112,5+523,6+112
0,1503
92,2/

B

(72,5+342+72,5)

63,5/(63,5+296,8+63,5 63,5/(63,5+296,8+
) = 0,1498
=112,5/

T

pRT
=72,5/

(92,2+432,8+92,2) =
0,1494

0,1503
92,2/

(92,2+432,8+92,2
0,1494