Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif di Ruang Kebidananan di RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI

  2.1.1 Definisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik

yang disekresi oleh kelenjar payudara ibu (mammae), sebagai makanan utama bagi bayi.

  

ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi dan dalam jumlah yang

cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama ( Soetjinigsih,

1997).

  ASI mengandung nutrisi, hormone, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti

alergi serta anti inflamasi sehingga ASI adalah makanan yang mencakupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, social mahupun spiritual (Purwanti, 2004).

  Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 240/Men Kes/ Per/ V/85 tentang Pengganti ASI, ASI adalah makanan bayi yang paling baik dan tepat untuk pertumbuhan

dan perkembangan yang sehat bagi bayi dan oleh karena itu, penggunaannya perlu

dilestarikan.

  2.1.2 Stadium ASI ASI yang pertama keluar disebut dengan fore milk dan selanjutnya disebut dengan hind

. Fore milk merupakan ASI awal yang banyak mengandung air, sedangkan hind milk

milk lebih banyak mengandung karbohidrat dan lemak (Roesli, 2002)

   ASI Stadium I

  ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama

disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4, setelah persalinan

komposisi kolostrum mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan

disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan

pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usu bayi yang baru lahir

segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang mendapat ASI

pada minggu ke-1 sering defekasindan feses berwarna hitam ( Purwanti, 2004).

  Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibody yang siap melindungi bayi

saat kondisinya masih lemah. Kandungan protein dalam kolostrum lebih tinggi

dibandingkan dengan kandungan protein dalam susu matur. Jenis protein globulin

  

membuat konsistensi kolostrum menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama

merasa kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum.

  Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolestrol dan lisotin sehingga bayi

sejak dini sudah terlatih mengolah kolestrol. Kandungan hidrat arang kolostrum lebih

rendah dibandingkan susu matur akibat dari aktivitas bayi pada 3 hari pertama masih

sedikit dan tidak memerlukan banyak kalori. Total kalori kolostrum hanya 58kcal/100mi kolostrum (Roesli, 2002).

   ASI Stadium II

  ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai

hari ke-10. Komposisi protein makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin

tinggi dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Hal ini merupakan pemenuhan

terhadap aktivitas bayi yang mulai aktif kerana bayi sudah beradaptasi dengan

lingkungan. Pada masa ini, pengeluaran ASI mulai stabil, begitu juga dengan kondisi fisik

ibu. Keluhan nyeri pada payudara sudah berkurang. Oleh karena itu, yang perlu

ditingkatkan adalah kandungan protein dan kalsium dalam makanan ibu (Suraatmaja,

1997).

   ASI Stadium III

  ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10 dan

seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan

perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan

dengan makanan lain selain dari ASI (Purwanti, 2004).

2.1.3 Zat Gizi ASI

   Karbohidrat

  Laktosa adalah karbohidrat utamadalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu

sumber energy untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hamper 2 kali lipat

dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi. Namun demikian angka kejadian

diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna ASI. Hal ini disebabkan karena

penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi. Kadar karbohidrat

dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada

ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini, maka kadar

karbohidrat ASI relative stabil (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008).

   Protein

  Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey

dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari whey yang lebih udah diserap

oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung casein yang lebih sulit

dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30%

dibanding susu sapi dengan kandungan lebih tinggi (80%). Beta laktoglobulin yaitu fraksi

dari protein whey yang banyak terdapat pada susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta

laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial menyebabkan alergi.

  ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organic yang tersusun dari 3 jenis yaitu basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu kualitas nukleotida

ASI juga lebih baik disbanding susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam

meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri baik yang di dalam usu, dan meningkatkanpenyerapan besi dan daya tahan tubuh (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008).

   Lemak

  Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi disbanding dengan susu sapi. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa

bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan pada ASI dan

susu sapi. Lemak omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi

banyak ditemukan dalam ASI. Di samping itu, ASI banyak mengandung asam lemak

rantai panjang yang di antaranya asam dokosaheksonik (DHA) dan asam arakhidonat

(ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata.

  ASI mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh yang seimbang disbanding

susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Seperti yang kita ketahui,

konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesihatan

jantung dan pembuluh darah (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008), (Hegar, 2008).

   Karnitin

  Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energy yang

diperlukan untuk mempertahankan metabolism tubuh. ASI mengandung kadar karnitin

yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar

  

karnitin lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi

disbanding dengan bayi yang mendapat susu formula (IDAI Cab. DKI Jakarta, 2008).

   Vitamin

  Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yng berfungsi sebagai faktor

pembekuan. Vitamin D untuk mencegah bayi menderita penyakit tulang. Vitamin C

berfungsi untuk kesihatan mata dan juga untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan

tubuh dan pertumbuhan (Hegar, 2008).

   Mineral

  Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai fungsi

untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan

darah. Kandungan zat besi di dalam ASI lebih mudah diserap yaitu 20-50% dibandingkan

hanya 4-7% pada susu formula. Sehingga bayi yang mendapat ASI mempunyai risiko

lebih kecil untuk menglami kekurangan zat besi disbanding bayi yang mendapat susu

formula. Mineral zinc dibutuhkan oleh tubuh kerana merupakan mineral yang banyak

membantu berbagai proses metabolism di dalam tubuh (Soetjiningsih, 1997).

2.1.4 Fisiologi Menyusui

  

Menurut Soetjinigsih (1997), secara vertikal payudara terletak di antara kosta II dan VI,

secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai ke linea aksilaris medialis. Kelenjar

susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara jaringan subkutan superfisial dan

profundus yang menutupi muskulus pektoralis mayor, sebagian kecil seratus anterior, dan obliqus eksterna.

  Menurut Roesli (2007), payudara terdiri dari bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal payudara terdiri dari sepasang buah dada, puting susu, dan areola mamae.

  Bagian internal terdiri dari mamary alveoli (kelenjar susu), sinus lactiferus (gudang susu) yang terletak di bawah areola mamae, ductus lactiferus (saluran susu), dan jaringan ikat dan lemak sebagai jaringan penunjang dan pelindung.

  Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang

menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pula yaitu refleks

pembentukan ASI atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan

refleks pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex). ASI diproduksi oleh mamary alveoli dan disalurkan melalui ductus lactiferus ke sinus lactiferous(Ariani, 2010).

  Pada saat sinus lactiferus mengalami pengosongan ASI dan saat perangsangan

ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan, maka kelenjar hipofisa

bagian depan akan menghasilkan hormon prolaktin yang akan merangsang mamary

alveoli untuk memproduksi ASI. Selain itu, prolaktin juga menekan fungsi ovarium

sehingga memperlambat fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, dapat

menjarangkan kehamilan (Bobak, 2005).

  Pada saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses

penghisapan, oksitosin juga akan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian belakang.

Proses pengeluaran ASI dari sinus lactiferus terjadi karena kontraksi sel otot polos di

sekitar mamary alveoli yang merupakan kerja dari hormon oksitosin. Oleh karena itu,

oksitosin berperan dalam refleks pengeluaran ASI (let down reflex).

2.1.5 Manfaat ASI

  Manfaat pemberian ASI bagi bayi, yaitu:

  1. ASI sebagai nutrisi, sesuai di Valevski, et al. (2005) terbukti rendahnya kadar tiamin dalam susu formula yang mengakibatkan kejadian defisiensi tiamin pada bayi.

  2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh. Terdapat beberapa penelitian yang mendukung fungsi ASI sebagai peningkat daya tahan tubuh, yaitu:

   Menurut Beaudry (1995), angka kejadian infeksi gastrointestinal 47% lebih rendah pada bayi yang mendapat ASI dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI.

   Menurut Bachrach, et al (2003), sejumlah sumber digunakan untuk meneliti hubungan pemberian ASI dengan risiko anak dirawat inap karena penyakit saluran pernapasan bawah. Penelitian tersebut dilakukan pada bayi sehat yang lahir cukup umur dan punya akses ke fasilitas kesehatan yang memadai. Kesimpulan di negara maju, bayi yang mendapat susu formula mengalami penyakit saluran pernapasan 3 kali lebih parah dan memerlukan rawat inap di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 4 bulan.

   Dengan meningkatnya daya tahan tubuh bayi, tentu saja Angka Kematian Bayi akan berkurang. Menurut DinKes Provinsi Sumatera Utara (2009),

  Ba adan Pusat Statistik Provinsi S Sumatera U Utara meng gestimasi A Angka Ke ematian Bay yi (AKB) p ada tahun 2 2007 sebesa ar 26,90 per r 1.000 kela ahiran hid dup. Angk ka ini men nurun bila dibanding gkan denga an AKB tahun seb belumnya y yang sebesar r 28,2 per 1 1.000 kelahi iran hidup. P Penurunan AKB bel lum mencap pai angka y yang memua askan, sehin ngga perlu d dilakukan u paya- up aya dari pe emerintah u untuk memb bantu penu urunan angk ka tersebut, , agar ku ualitas hidup p masyarak kat Indonesi ia dapat dit tingkatkan dengan sem makin ber rjalannya w waktu. Ang gka Kematia an Bayi me erujuk kepa ada jumlah h bayi yan ng meningg gal pada fa ase antara k kelahiran hi ngga bayi b belum men ncapai um mur 1 tahun per 1.000 k kelahiran hi dup. Gamba aran perkem mbangan ter rakhir me engenai esti imasi AKB dari Badan n Pusat Stat tistik Suma atera Utara dapat dil lihat pada gr rafik 2.1 be erikut ini.

  GRAFIK K 2.1 ES TIMASI AN NGKA KEM MATIAN B BAYI PER 1,000 KELA AHIRAN

  HID DUP DI PR ROVINSI SU UMATERA A UTARA T TAHUN 200 02 – 2007

  Su umber : DinK Kes (2009)

  3. AS SI meningkat tkan kecerda asan.Terdapa at beberapa p enelitian yan ng men ndukung bah hwa ASI dap at meningka atkan kecerda asan, yaitu:

  enurut Horw wood dan F Fergusson (1 1998), tamp ak kecende erungan ken naikan  Me lam ma pemberi ian ASI ses suai dengan n peningkat an IQ, hasi il tes kecerd dasan sta andar, penin ngkatan rank king di seko olah, dan pe eningkatan a angka di se kolah dar ri 1.000 ana ak yang diik kuti sampai usia 18 tah un.

   Mortensen, et al. (2002) melakukan penelitian terhadap 3.253 orang di Denmark didapatkan hubungan antara lama pemberian ASI dan peningkatan IQ. Orang yang disusui kurang dari 1 bulan mempunyai IQ 5 poin lebih rendah dari yang disusui setidaknya 7-9 bulan. Terdapat korelasi antara lamanya pemberian ASI dengan tingkat IQ.

   Dalam penelitian Smith, et al (2003) dilakukan penelitian pada 439 anak usia sekolah dengan berat badan lahir sangat rendah (di bawah 1.500 gram). Bayi yang tidak diberi ASI ternyata mempunyai skor yang lebih rendah dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal, kemampuan visuo spasial, dan visuo motorik dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI.

  4. ASI memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian, emosional, spiritual, maupun sosialisasinya (Roesli, 2007).

  5. Menurunkan resiko obesitas (kegemukan). Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat menurunkan resiko obesitas yaitu:  Shields, Callaghan, Williams, Najman, dan Bor (2006) menyimpulkan bahwa anak yang disusui selama kurang dari 4 bulan mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih tinggi daripada anak yang disusui selama 4 bulan atau lebih.

   Pada penelitian Strawn dan Zuguo (2004) terhadap 177.304 anak yang lahir pada tahun 1988-1992 didapatkan persentase overweight yang tertinggi pada anak yang tidak pernah mendapat ASI.

  6. Menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu:

   Martin (2004) melakukan penelitian porspektif melibatkan 7.276 bayi Inggris selama 7,5 tahun. Pada usia tujuh tahun, bayi yang tidak diberi ASI memiliki tekanan diastolik dan sistolik yang lebih tinggi daripada bayi yang diberi ASI. Terjadi pengurangan tekanan darah sistolik 1% pada masyarakat berhubungan dengan 1,5% pengurangan angka kematian secara keseluruhan. Hal ini merupakan keuntungan yang signifikan pada masa dewasa.  Penelitian Owen, et al. (2008) di Inggris meneliti tingkat kolesterol pada

  1.500 remaja umur 13-16 tahun. Mereka menemukan bahwa pemberian ASI memiliki keuntungan jangka panjang dalam mencegah penyakit kardiovaskuler dengan mengurangi kolesterol total dan kolesterol berkadar lipid rendah.

2.2 ASI Eksklusif

  Pada awal kehidupan, seorang bayi akan menggantungkan hidupnya kepada makanan berupa ASI sampai usia enam bulan. Biasanya tidak terdapat gangguan pertumbuhan dalam usia enam bulan, kecuali jika anak menderita penyakit. ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan selama jangka waktu minimal empat bulan dan akan lebih baik apabila diberikan sampai bayi berusia enam bulan serta bayi tanpa diberi tambahan cairan lain seperti: susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih dan tidak diberi makanan padat lain seperti : pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain (Roesli, 2007).

  ASI eksklusif diberi selama 6 bulan kerana bayi dengan usia 6 bulan ke bawah belum memiliki system pencernaan yang sempurna sehingga belum siap menerima jenis makanan dan minuman lainnya. Enzim semacam pemecah protein, lipase, amylase, pepsin dan sebagainya belum diproduksi secara sempurna di usia 1-6 bulan. Bayi di bawah usia 6 bulan belum memiliki system imun yang sempurna sehingga ia belum bisa memproteksi diri dari kuman yang terdapat dalam makanan dan minuman selain ASI (WHO/UNICEF, 2001).

2.2.1 Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia

  Menurut Dinkes (2009), persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 di Provinsi Sumatera Utara tidak menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan seperti tergambar pada grafik 2.2 dibawah ini.

  GRAFIK K 2.2 PER RSENTASE PEMBERI

  IAN ASI EK KSKLUSIF F DI PROV

  VINSI SUM MATERA UT TARA TAH HUN 2004-2 2008 Sum mber : DinK Kes (2009)

  Ca akupan pers entase bayi yang diber ri ASI ekskl usif dari tah hun 2004 sa ampai dengan 20 007 cenderu ung menuru un secara si ignifikan, n namun pada a tahun 200 8 ada peningkata an yang cu ukup berarti i yaitu sebe esar 10,33% % dibanding gkan tahun 2007. Oleh kare ena itu, dih harapkan pa ada tahun-t tahun berik kutnya dapa at dicapai a angka yang lebih h memuask kan guna m meningkatka an kesejahte eraan hidup p masayarak kat di Indonesia. .

2.3 Ini isiasi Meny yusu Dini

2.3.1 De efinisi

  Menurut R Roesli (200 08), IMD ad dalah bayi mulai men yusu sendir ri segera se etelah lahir. Asal lkan dibiark kan kontak kulit bayi d dengan kuli t ibunya, se etidaknya se etelah satu jam s segera setel lah lahir. C Cara bayi m melakukan IM MD ini din namakan the

  e best crawl atau u merangkak k mencari p payudara.

  Da alam satu j am pertama a setelah m melahirkan, ada perilak ku menakju ubkan antara bay yi dan ibuny ya. Dari has il pengamat tan menunju ukkan bahw wa: an bayi sud dah dapat be erinteraksi d dalam meni it-menit per rtama

   Ibu da setelah h lahir, jika bayi segera a diletakkan n di perut ibu bu.

   Dalam beberapa menit, bayi dapat merangkak ke payudara dan menyusu sendiri (the best crawl).  Kulit ibu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi (thermoregulator, thermal synchrony ).

2.3.2 Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan

  Berikut ini langkah-langkah melakukan IMD secara umum yang dianjurkan :  Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu.

   Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.  Tali pusat dipotong, lalu diikat.  Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.  Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama- sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Menurut penelitian Dr. Neils Bergman dari Afrika Selatan, kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas daripada kulit dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat thermoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.

   Apabila bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

   Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu-bayi tetap tidak terpisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.

2.3.3 Hubungan Keberhasilan Menyusu dengan Inisiasi Menyusu Dini

  Edmond, et al. (2006) menyatakan bahwa keberhasilan menyusui sangat tergantung pada IMD. Penundaan saat permulaan menyusu akan menyebabkan bayi sukar menyusu. Satu jam pertama kelahiran merupakan kunci sukses dalam proses menyusui. Menurut Kramer, et al. (2001), bayi yang melakukan IMD lebih berhasil disusui secara eksklusif dan lebih lama disusui.

  Menurut Roesli (2008), hasil penelitian menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi pertama sekali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya 59% dan 38% yang masih disusui. Bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini tinggal 29% dan 8% yang masih disusui di usia yang sama. Penelitian di Jakarta- Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif.

  WHO/UNICEF telah mempublikasikan tentang sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui dan telah dikembangkan oleh DepKes RI dan BKPPASI (Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI), yaitu:  Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.

   Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan.  Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya. Pada klinik pranatal, kepada para ibu hamil diberikan informasi tentang keuntungan menyusui dan membimbing mereka untuk menyelesaikan masalah laktasi.

   Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan. Petugas memberi bantuan agar ibu dapat saling bersentuhan dengan anaknya untuk memulai pemberian ASI; sedangkan pada ibu dengan bedah sesar yang dibius diberikan waktu setangah jam sampai ibu sadar kembali dan dapat mengawali proses menyusui  Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankannya.

   Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.  Melaksanakan rawat gabung.  Mendukung pemberian ASI kepada bayi tanpa dijadwal karena pemberian ASI sekehendak hati akan melancarkan produksi ASI.  Tidak memberikan dot atau kompeng karena dapat mengakibatkan bayi bingung puting. Oleh karena itu, bila bayi dirawat pisah, maka ASI diberikan dengan pipet, sonde, atau sendok.

   Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui. Setiap RS/Rumah Bersalin/Puskesmas sebaiknya membentuk KP-ASI (Kelompok Pelindung ASI) untuk membantu ibu-ibu yang mengalami masalah laktasi dan meyakinkan mereka tentang manfaat menyusui, terutama pada mereka yang pertama sekali menyusui bayinya.

2.4 Sikap

  Sikap adalah kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2005). Fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau merupakan reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2003).

  Pengetahuan baru yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon

batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005), sikap itu terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu: a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya,

bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

  b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, bagaimana penilaian orang tersebut terhadap suatu objek.

  c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

  Kemudian, Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap terdiri atas berbagai tingkatan, yaitu: a. Menerima(receiving) Menerima diartikan dimana orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

  b. Merespons (responding) Merespons diartikan dimana orang (objek) memberikan tindak balas terhadap stimulus yang diberikan (objek), seperti menjawab bila ditanya.

  c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga. Misalnya, seseorang ibu mengajak ibu lainnya untuk pergi ke posyandu.

  d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dengan menanyakan bagaimana

pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

2.5 Pengetahuan

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Domain kognitif mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan seseorang harus melampui semua tahap tersebut. (Notoatmodjo, 2007).

  Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

  Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :  Pengalaman yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.  Tingkat pendidikan yang dapat menambah wawasan atau pengetahuan seseorang

   Keyakinan bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang  Fasilitas, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku  Penghasilan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mampu menyediakan atau membeli fasilitas – fasilitas sumber informasi  Sosial budaya dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.