BAB II Tinjauan Pustaka - Perilaku Ibu Primipara dalam Pemberian ASI Kolostrum di RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Pengertian

  Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

  Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons (Notoatmodjo, 2007)

  Perilaku menurut Soekidjo Notoatmodjo adalah totalitas dari penghayatan dan aktivitas yang mempengaruhi perhatian, pengamatan, pikiran dan daya ingat dan fantasi seseorang. Meskipun perilaku adalah totalitas respon, namun semua respons juga sangat tergantung pada karekteristik seseorang. Perilaku menurut Braca adalah reaksi manusia akibat kegiatan kognitif, afektif, dan psikomotor yang saling berkaitan.

  Jika salah satu aspek mengalami hambatan, maka aspek perilaku juga terganggu. Perilaku menurut Bimo Walgito adalah interelasi stimulus eksternal dengan stimulus internal yang memberikan respons eksternal. Stimulus internal adalah stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan psikologis. Adapun stimulus eksternal segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri atau dari lingkungan (Heri, 2009)

  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka secara umum disimpulkan bahwa perilaku adalah penghayatan dan reaksi seseorang terhadap stimulus internal dan eksternal yang diproses melalui kognitif, afektif dan motorik.

  2.1.2 Domain Perilaku Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon tersebut tergantung pada karakteristik atau faktor- faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda terdiri dari dua faktor, yaitu internal dan eksternal.

  Faktor internal merupakan karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis klamin, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.

  Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007)

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi perilaku

  Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu: 1.

  Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Notoatmojo, 2007).

  Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a.

  Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

  Oleh sebab itu “tahu” adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.

  b.

  Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

  c.

  Aplikasi ( application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).

  d.

  Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  e.

  Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

  f.

  Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

  Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2. Sikap

  Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb, salah seorang ahli psikologi Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut: a.

  Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

  b.

  Menanggapi (responding)

  Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

  c.

  Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

  d.

  Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoadmodjo, 2005) 3. Tindakan atau Praktik

  Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.

  a.

  Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktik tingkat pertama.

  b.

  Respon terpimpin (guided response)

  Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

  c.

  Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

  d.

  Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu udah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

  Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam dirinya tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1.

  Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus Interest (merasa tertarik) terhadap atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul

  3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi 4. Trial ialah dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus

  5. Adoption ialah dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 2003)

2.2 ASI

2.2.3 Pengertian ASI

  ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi (Ambarwati & Wulandari, 2009). ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi karena didalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena didalamnya mengandung antibody dan lebih dari 100 jenis zat gizi yaitu AA, DHA, taurin dan spingomyelin. ASI menurut stadium laktasi terdiri dari kolostrum, ASI transisi/ peralihan, ASI matur (Yuliarti, 2010).

2.3 KOLOSTRUM

2.3.3 Pengertian

  Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium (masa nifas) yang disekresi dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi berlainan dengan ASI yang matur pada kolostrum protein yang utama adalah globulin (gamma globulin). Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu matur. Total energy lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 Kal /100 ml kolostrum. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Volume berkisar 150- 300 ml/24 jam (Soetjiningsih, 1997).

  2.3.2 Manfaat Kolostrum 1.

  Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan membersihkan saluran pencernaan bayi yang akan datang.

  2. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi berlainan dengan ASI yang matur, pada kolostrum protein yang utama adalah globulin (gamma globulin) 3. Lebih banyak mengandung antibody dibandingkan dengan ASI yang matur, sehingga dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai usia

  6 bulan 4. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI 5.

  Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan dengan ASI matur

  6. Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibody pada bayi (Saleha, 2009)

7. Mengandung zat kekebalan terutama immunoglobulin A (Ig A) untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi seperti diare.

  8. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi, tergantung hisapan bayi pada hari- hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi ( Yuliarti, 2010)

  2.3.3 Komposisi Kolostrum Komposisi kolostrum pada 5 menit pertama yaitu 60 % total volume

  ASI, 60 % protein ASI, 60 % karbohidrat ASI, 40% total lemak ASI, 50% total energy ASI. Pada 5 menit kedua yaitu 25% total volume ASI, 25% protein ASI, 25% karbohidrat ASI, 33% total lemak ASI, 25% total energy ASI (Soetjiningsi, 1997)

  2.3.4 Pembentukan ASI kolostrum Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon-hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik, gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid, hormon pertumbuhan. Pada bulan ke-3 kehamilan, prolaktin adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan. Pada trimester kedua kehamilan, latogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum (Soetjiningsih, 1997)

2.4 Ibu Primipara

  Ibu primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan satu kali, satu janin atau lebih yang telah mencapai viabilitas (Leveno, 2009).

  Sedangkan menurut Manuaba (1998) ibu primipara adalah seorang wanita yang melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali. Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Sedangkan multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik mampu hidup.

  Pada primipara masa bersalin terjadi lebih lama daripada multipara. Fase-fase dan tahap persalinan berjalan dengan waktu yang sedikit lebih cepat untuk multipara. Hal tersebut karena adanya pengalaman ibu multipara pada persalinan sebelumnya. Seorang multipara biasanya memperlihatkan kemajuan leher rahim 1,5 cm per jam dan seorang primipara 1,2 cm per jam begitu sudah memasuki persalinan aktif (Connie, 1995). ASI keluar pada hari kedua atau ketiga setelah persalinan pada multipara, Primipara mulai memasok ASI sedikit lebih lama, yaitu pada hari ketiga dan keempat. Setelah beberapa hari dan minggu, payudara cendrung mengalami penyesuaian produksi untuk memenuhi kebutuhan bayi (Gupte, 2004)

  Kenaikan jumlah parietas dapat menyebabkan sedikit perubahan produksi ASI yaitu pada anak pertama jumlah ASI + 580ml / 24 jam, pada anak kedua jumlah ASI + 654ml/24 jam, pada anak ketiga jumlah ASI + 602ml/24 jam, sedangkan pada anak keempat jumlah ASI + 600ml/24jam (Soetjiningsih, 1997)