BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Bangkitan Perjalanan di Kecamatan Lubuk Pakam Dengan Metode Klasifikasi Silang

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Perencanaan Kota

  

Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

  beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Ciri pokok dari sebuah perencanaan adalah serangkaian tindakan yang sistematis atau berurutan yang bertujuan untuk memberikan jawaban akan permasalahan di masa yang akan datang. Dikarenakan ciri dari perencanaan merupakan serangkaian tindakan yang sistematis maka berikut ini merupakan tahapan tahapan yang dilakukan dalam perencanaan yaitu :

  1. Identifikasi pada persoalan perencanaan

  2. Perumusan tujuan umum dan sasaran khusus hingga target-target yang kuantitatif;

  3. Proyeksi keadaan di masa akan datang;

  4. Pencarian dan penilaian berbagai alternative;

  5. Menyusun rencana yang akan dipilih Kota merupakan kawasan permukiman yang secara fisik ditunjuk oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri (Wikipedia, 2013). Seiring bertambahnya waktu, kota akan mengalami pertumbuhan dan juga perkembangan. Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan dan fungsi yang lebih luas lagi antara lain sebagai berikut :

  • Sebagai pusat perdagangan (centre of trade and commerce).
  • Sebagai pusat pemerintahan
  • Sebagai pusat kebudayaan

  Perkembangan kota di sini dinyatakan dalam kuantitas yaitu seperti bertambahnya jumlah penduduk. Dengan semakin besarnya jumlah penduduk yang menghuni suatu kota maka diperlukan perencanaan tata ruang kota . definisi dari perencanaan tata ruang kota adalah merupakan untuk mengatur penyebara (Wikipedia, 2013) . Perencanaan kota harus memperhatikan beberapa aspek yang terjadi di kota itu sendiri, beberapa di antaranya adalah : 1.

  Perkembangan dan permasalahan yang terjadi di kota, 2. Usaha untuk melakukan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di tiap wilayah

  3. Keperluan akan daya dukung dari lahan sehingga dapat menampung pertumbuhan di lingkungan, menetapkan beberapa kawasan kota yang strategis 4. Pembatasan wilayah kota dengan kota lainnya. Dewasa ini, kota dengan perkembangan jumlah penduduk yang begitu signifikan memberikan dampak langsung pada perencanaan transportasi, sehingga diperlukan adanya hubungan yang berkesinambungan antara perencanaan kota dan perencanaan transportasi. Perencanaan transportasi harus difokuskan kepada alat alat transportasi yang telah digunakan pada saat ini dan sarana dan prasaran jalan. Perlu adanya dilakukan riset kembali untuk mengkaji metode lama yang sudah digunakan selama ini sehingga dapat menampung banyaknya pengguna transportasi itu sendiri.

  Menurut (Ofyar Z Tamin, 1997) Transportasi diselenggarakan dengan tujuan: a.

  Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar,tertib dan teratur.

  b.

  Memadukan transportasi lainnya dalam suatu kesatuan sistem transportasi nasional.

  c.

  Menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang pemerataan perturnbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong, penggetak dan penunjang pembangunan nasional. Perencanaan transportasi memberikan jawaban kepada para ahli dan orang orang yang berkepentingan dalam perencanaan transportasi untuk memberikan kebijakan transportasi berikut ini merupakan empat tahapan dalam perencanaan transportasi.( Ofyar Z

  Tamin , 1997) yaitu sebagai berikut :

  Bangkitan perjalanan dapat diartikan sebagai banyaknya jumlah perjalanan / pergerakan lalu-lintas yang dibangkitkan oleh suatu zona (kawasan) naik sebagai asal maupun tujuan atau jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh aktifitas pada akhir perjalanan di zona non pemukiman (perdagangan, pertokoan, pendidikan dsb.) .( Ofyar Z Tamin, 1997).

  Menurut Morlock (1998) , banyaknya perjalanan pada tahun rencana nanti , sangat ditentukan oleh karakteristik tata guna lahan/ petak-petak lahan serta karakteristik sosioekonomi tiap-tiap kawasan tersebut yang terdapat dalam ruang lingkup wilayah kajian tertentu, seperti area kota, regional/provinsi atau nasional.

  Secara sederhana jumlah perjalanan dari tata guna lahan dapat dibentuk dalam model fungsional berikut : Qtrip = f (TGL) ……………………………………………… (Pers. 1.1)

  Di mana : Qtrip : jumlah perjalanan yang timbul dari suatu tata guna lahan per satuan waktu f : fungsi matematik

  TGL : karakteristik dan sosioekonomi tata guna lahan dalam wilayah yang dikaji Bangkitan perjalanan

  j i

  Zona asal (Trip Production) zona tujuan (Trip Attraction)

  Gambar II.1 Bangkitan perjalanan zona asal dan zona tujuan perjalanan, yaitu : 1.

  Trip production merupakan banyaknya perjalanan yang dihasilkan oleh zona asal , dengan lain pengertian merupakan perjalanan arus lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi tata guna lahan 2. Trip attraction merupakan banyaknya perjalanan yang tertarik ke zona tujuan, dengan lain pengertian merupakan perjalanan arus lalu lintas yang menuju atau dating ke suatu lokasi atau tata guna lahan. Bangkitan Perjalanan berbasis rumah (home based trip generation) pertama kali digunakan dan dikembangkan The Puget Sound Regional Transportation Study pada tahun

  1964 (Miro, 2005) , berikut ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pergerakan :

  1. Peningkatan pendapatan Dengan semakin tingginya pendapatan seseorang, maka akan semakin meningkat juga kebutuhannya, dan untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka akan melakukan perjalanan.

2. Kepemilikan kendaraan

  Kepemilikan kendaraan bermotor setiap rumah tangga dapat mempengaruhi jumlah perjalanan yang dilakukan setiap anggota keluarga. Bila setiap anggota keluarga memiliki kendaraan bermotor, maka jumlah perjalanan yang dilakukan dari rumah tangga tersebut semakin meningkat.

  Struktur rumah tangga Struktur rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang aktif atau dengan kata lain memiliki kegiatan perjalanan berupa pendidikan maupun pekerjaan cemderung untuk melakukan perjalanan, dengan semakin banyaknya anggota keluarga maka jumlah perjalanan dalam rumah tangga tersebut juga semakin banyak.

  4. Jarak pemukiman terhadap pusat kegiatan Menurut penelitian yang telah dilakukan terdahulu, pemukiman yang terletak di tengah kota ataupun wilayah strategis yang dimana menjadi pusat kegiatan ekonomi , sosial dan politik, melakukan perjalanan lebih banyak bila dibandingkan dengan pemukiman yang terletak di daerah pinggiran kota.

  Beberapa faktor seperti kemacetan, jarak tempuh dan waktu yang diperlukan menjadi alasan bagi penduduk wilayah pinggiran untuk lebih sedikit melakukan perjalanan.

  5. Kepadatan daerah pemukiman Daerah pemukiman dengan jumlah penduduk yang padat, tentunya akan memiliki jumlah perjalanan yang semakin banyak.

  6. Aksesibilitas Apabila daerah pemukiman memiliki akses yang mudah untuk melakukan perjalanan menuju daerah pusat kegiatan, maka akan semakin besar pula perjalanan yang dilakukan. Salah satu contoh akses yang memberikan kemudahan sehingga memudahkan warganya untuk melakukan kegiatan.

II.2.2 Distribusi perjalanan (Trip Distribution)

  Distribusi perjalanan merupakan jumlah atau banyaknya perjalanan/yang bermula dari suatu zona asal yang menyebar ke banyak zona tujuan atau sebaliknya jumlah perjalanan/yang dating mengumpul ke suatu zona tujuan yang tadinya berasal dari sejumlah zona asal.

  Tij

  

I J

Gambar II.2 Zona asal dan zona tujuan

  I adalah zona asal dimana perjalanan bermula J adalah zona tujuan dimana perjalanan menuju ke zona tersebut Tij adalah perjalanan yang dilakukan

II.2.3 Pemilihan moda (Modal Split)

  Tahapan ketiga dalam perencanaan transportasi ini adalah tahapan pemilihan moda transportasi, yang dimana tahapan ini merupakan pengembangan dari tahap sebelumnya yaitu distribusi perjalanan dan bangkitan perjalanan. Dalam tahapan ini , adalah menentukan model dari perilaku orang banyak terutama para pengguna jasa transportasi dalam memilih layanan transportasi yang akan digunakan untuk melakukan perjalanan, tentunya dalam pemilihan tersebut banyak sekali aspek pertimbangan dari masing masing pengguna.

  • Jarak geografis yang ditempuh
  • Jaringan dan aksesibilitas dari moda transportasi
  • Fasilitas yang menunjang bagi para pengguna transportasi
  • Kecepatan tempuh dari moda transportasi
  • Biaya transportasi, pertimbangan akan biaya transportasi di dapat dari nilai ekonomis yang bila menggunakan layanannya.
  • Kapasitas yang dapat mengangkut para pengguna transportasi, `

  Faktor yang mempengaruhi pemilihan moda dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu sebagai berikut :

1. Ciri-ciri dari pengguna jalan itu sendiri dengan faktor sebagai berikut : a.

  Kepemilikan surat izin mengemudi (SIM) : beberapa kalangan di masyarakat dengan pendidikan yang rendah lebih memilih untuk tidak mengendarai kendaraan pribadinya dikarenakan harus memiliki surat izin mengemudi.

  b.

  Kepemilikan kendaraan pribadi : masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas , akan lebih memilih untuk memakai kendaraan pribadi dibanding dengan memakai alat transportasi umum, dikarenakan dengan alasan kenyamanan.

  c.

  Struktur rumah tangga d. Pendapatan : tentu saja bila pendapatan semakin besar, maka peluang untuk menggunakan kendaraan pribadi menjadi semakin besar pula Ciri-ciri pergerakan dengan faktor sebagai berikut : a.

  Tujuan pergerakan b.

  Waktu terjadinya pergerakan c. Jarak perjalanan 3.

  Ciri-ciri dari fasilitas moda transportasi dengan faktor sebagai berikut : a.

  Waktu perjalanan : bila waktu perjalanan yang ditempuh suatu moda transportasi semakin kecil, maka akan menjadi pertimbangan bagi pengguna moda transportasi untuk lebih memilih moda tersebut.

  b.

  Biaya transportasi : biaya transportasi yang semakin ekonomis , akan dipilih bagi pengguna moda transportasi c.

  Ketersediaan ruang dan tarif parkir : bila ketersediaan ruang parkir semakin minim dan tarif parkir mahal, maka para pengguna moda transportasi lebih memilih untuk tidak menggunakan kendaraan pribadinya, dan berlaku sebaliknya bila ketersediaan ruang parkir luas dan tarif parkir yang murah akan menarik pengguna moda untuk bertransportasi menggunakan kendaraan pribadi.

  4. Ciri-ciri kota : jarak antara pusat kota dengan wilayah pemukiman penduduk adalah pertimbangan terakhir bagi pengguna moda transportasi untuk memutuskan moda transportasi apa yang memberikan efisiensi, biaya ekonomis, dan waktu tempuh nya cepat, karena apabila semakin jauh jarak pusat kota dengan wilayah pemukiman, maka para pengguna (user) akan memilih moda transportasi yang memiliki waktu tempuh kecil. dengan aspek tinjauan pelaku perjalanan yang menggunakan dua moda atau lebih :

  • Tahapan pertama, pengidentifikasian beberapa variabel yang diasumsikan berpengaruh secara berarti terhadap perilaku perjalanan dalam menjatuhkan pilihan alternative alat angkutan yang dipakai untuk bepergian
  • Memodelkan nilai kepuasan si pelaku perjalanan untuk beberapa pilihan alternative alat angkutan yang dipakai melalui model analisis regresi linear buat mendapatkan angka kepuasan menggunakan masing masing moda angkutan
  • Memodelkan peulang masing masing alternatif pilihan moda angkutan yang akan dipakai melalui beberapa model pilihan moda angkutan seperti “binary model” di antaranya logit biner, probit, multinomial logit atau gunarson dengan cara mengeksponenkan nilai kepuasan masing masing moda angkutan yang sudah kita dapatkan di tahapan kedua
  • Yang terakhir barulah didapati angkata proporsi (dalam %) peluang atau pangsa pasar masing masing moda angkutan untuk dipilih dari sejumlah calong pengguna moda tertentu sebagai perkiraan serta angka mutlaknya
Pada tahapan ke – 4 bertujuan untuk memodelkan perilaku pelaku perjalanan dalam memilih rute yang menurutnya rute terbaik. Rute yang dikatakan terbaik , dimana rute tersebut memiliki waktu tempuh yang cepat, bernilai ekonomis.

  II.3 Permodelan Bangkitan Perjalanan

  Definisi dari permodelan adalah aktivitas meringkas dan menyederhanakan kondisi realistis (nyata) (Fidel miro,2004), sedangkan model memiliki definisi alat bantu yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita secara terukur (Tamin

  

,1997 ). Model bangkitan perjalanan pada umumnya memperkirakan jumlah perjalanan sesuai

  dengan maksudnya berdasarkan karakteristik-karakteristik penggunaan tata guna lahan dan sosioekonomi pada setiap zona.

  II.3.1 Model Analisa Klasifikasi Silang

  Model yang pertama kali dikembangkan Puget Sound study ini merupakan metode yang berdasarkan pada keterkaitan antara terjadinya pergerakan dengan atribut rumah tangga. Asumsi dasar dari analisis ini adalah tiap bangkitan pergerakan dapat dikatakan stabil dalam waktu tertentu untuk stratifikasi rumah tangga tertentu. Keuntungan dari analisis klasifikasi silang adalah tidak adanya ketergantungan kepada sistem zona wilayah ,asumsi dasarnya adalah bangkitan pergerakan dikatakan stabil dalam ukuran waktu untuk setiap rumah tangga (Tamin,1997) mengestimasi jumlah perjalanan berdasarkan rumah tangga yang akan dinyatakan sebagai sebuah fungsi. The Puget Sound Regional Transportation Study (1964) yang pertama kali menggunakan metode ini yang mengidentifikasi 3 variabel utama , yaitu 1.

  Ukuran rumah tangga 2. Jumlah kepemilikan kendaraan 3. Pendapatan rumah tangga

  Metode ini digunakan untuk mendapatkan angka perkiraan bangkitan perjalanan (lalu lintas) pada kawasan permukiman.. Metode ini berasumsi bahwa jumlah perjalanan rata-rata yang dihasilkan dari setiap rumah tangga dinyatakan stabil. Metode ini harus melalui 4 tahapan yaitu sebagai berikut (Black, 1981) : Berikut ini adalah tahapan pengolahan data dengan metode klasifikasi silang a. tahap pertama : penentuan faktor ataupun variabel yang mempengaruhi jumlah perjalanan setiap rumah tangga. Variabel yang dipakai yaitu jumlah anggota keluarga, jumlah pendapatan, jumlah kepemilikan kendaraan, jumlah anggota keluarga bekerja, jumlah anggota keluarga bersekolah.

  b. tahap kedua : setelah mendapatkan data dari masing masing variabel, maka kita mengalokasikan pelaku perjalanan yang mempunyai sifat homogen dengan pelaku perjalanan lainnya kedalam satu kelompok. Ini dibutuhkan dalam penentuan model bangkitan pergerakan dari masing masing kelompok, sehingga nantinya dapat diketahui tingkat bangkitan dari masing masing kelompok. tahap ketiga : penentuan rata-rata perjalanan tiap rumah tangga dengan cara membagikan jumlah perjalanan pada masing – masing zona (kelompok) dengan jumlah total rumah tangga yang terdapat dalam zona tersebut d. tahap akhir : pada tahap ini menentukan jumlah perjalan masing masing zona dengan cara mengalikan jumlah perjalanan rata-rata dengan jumlah rumah tangga pada satu zona (kelompok). keseluruhan jumlah perjalanan dari masing masing zona dijumlahkan maka didapat jumlah perjalanan yang dihasilkan pada wilayah penduduk per hari pada tahun rencana. Untuk tahapan akhir ini menentukan jumlah perjalanan yang dihasilkan di wilayah penelitian per hari pada tahun rencana :

  Qpi = Tci . Hci ……………………………………… (Pers. 1.2) ∑

  =1

  Dimana : Qpi = perkiraan jumlah perjalan yang dihasilkan wilayah tempat penelitian Tci = rata rata tingkat perjalanan tiap rumah tangga dalam tiap zona Hci = Perkiraan jumlah anggota di wilayah tempat penelitian (F.Miro,2004 )

  Setelah pengolahan data dengan menggunakan metode klasfikasi silang, selanjutnya menentukan model bangkitan pergerakan dengan menggunakan analisis regresi berganda.

  Pengerjaan analisis ini akan dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 17 dan Microsoft excel.

  Metode ini pada dasarnya memiliki beberapa keuntungan yaitu

  1. Pengelompokan klasifikasi silang tidak tergantung pada system zona di daerah kajian

  2. Tidak ada asumsi awal yang harus diambil mengenai bentuk hubungan 3. Hubungan tersebut berbeda-beda untuk setiap kategori.

  Sedang kelemahan dari analisis kategori ini adalah

  1. Tidak ada pengujian statistik untuk menguji keabsahan model 2. Tidak ada cara yang efektif dalam memilih variable.

II.3.2 Model Analisa Regresi Linear

  Metode Analisa Regresi Linear adalah alat analisis statistik yang menganalisis faktor- faktor penentu yang menimbulkan suatu kejadian atau kondisi tertentu yang diamati, sekaligus menguji sejauh manakah kekuatan faktor-faktor penentu yang dimaksud berhubungan dengan kondisi yang ditimbulkan / diciptakannnya . faktor penentu ataupun dapat disebut variabel di dalam analisa regresi linear dibagi menjadi 2 bagian yaitu variabel bebas dan variabel tidak bebas, yang di mana variabel bebas adalah sebagai berikut :

1. Jumlah keluarga 2.

  Jumlah keluarga yang masih mengenyam pendidikan 3. Jumlah keluarga yang bekerja 4. Pendapatan 5. Kepemilikan kendaraan ( mobil atau motor) 6. Jumlah pergerakan yang dilakukan dalam sehari menggunakan analisis regresi linear berganda : 1. tahapan pertama adalah memilih variabel bebas yang mempunyai nilai korelasi tertinggi dengan variabel tidak bebas. Apabila terdapat korelasi antara variabel bebas dengan sesamanya, maka akan diseleksi nilai korelasi yang terbesar yang akan mewakili salah satu variabel bebas.

  2. Tahapan selanjutnnya adalah memasukan variabel bebas dan tidak bebas ke dalam persamaan : Y = a + b1 x1 + b2 x2 + … + bn xn + e Lalu tentukan kombinasi mana yang terbaik yang dapat menghasilkan nilai determinan terbesar.

  3. Hitung parameter dari persamaan regresi yang dibentuk dari beberapa variabel bebas : a. Nilai R2

  b. Tanda (+/-) bagi setiap variabel

  c. Hubungan yang kuat untuk bagi setiap variabel (nilai korelasi)

  d. Uji-t

  e. Uji-F

  f. Uji Validasi

  g. Uji linearitas

  h. Sensitivitas Model

  1. Analisis regresi linear sederhana Analisis ini hanya menghubungkan variabel tidak bebas dengan 1 (satu) buah variabel bebas yang mempengaruhi naik turunnya variabel tak bebas yang diamati dngean asumsi studi, variabel-variabel lainnya tidak mempengaruhi perubahan pada variabel terikat atau tidak kita masukkan ke dalam model.

  Bentuk persamaan dari analisis regresi linear sederhana adalah sebagai berikut : Y = a + bx + e ……………………………………………… (Pers. 1.3)

  Di mana : Y = Variabel tidak bebas yang diramalkan besarnya, atau dengan kata lain jumlah perjalanan yang dilakukan X = Variabel bebas yang berpengaruh pada jumlah perjalanan a = Parameter konstanta yang memiliki arti bila x sama dengan 0 (nol) maka Y=a b = Parameter koefisien yang akan meramalkan jumlah perjalanan e = Nilai kesalahan yang mewakili seluruh faktor yang dianggap tidak mempengaruhi

  2. Analisis regresi linear berganda Pada analisis regresi linear berganda menghubungkan 1 (satu) variabel tidak bebas dengan 2 (dua) atau lebih variabel-variabel bebas yang dianggap mempengaruhi variabel tidak bebas.

  Y = a + b1 x1 + b2 x2 + … + bn xn + e……………………(Pers. 1.4) Di mana : Y = variabel tidak bebas yang akan diramalkan nilainya atau dengan kata lain berupa jumlah perjalanan dari titik asal ke tujuan yang diperkirakan. x1, …. xn = variabel-variabel bebas yang dimasukkan kedalam model persamaan yang mungkin berpengaruh kepada nilai jumlah perjalanan. a = konstanta yang memiliki artian apabila seluruh variabel bebas tidak menunjukkan perubahan atau bernilai sama dengan nol maka jumlah perjalanan akan diperkiran bernilai sama dengan a b1b2,….,bn = koefisien yang nilainya akan digunakan untuk meramalkan jumlah perjalanan, atau dapat disebut koefisien kemiringan garis regresi

Dokumen yang terkait

Bangkitan Perjalanan di Kecamatan Lubuk Pakam Dengan Metode Klasifikasi Silang

16 116 94

Analisa Bangkitan Perjalanan Pada Kecamatan Deli Tua

22 176 104

BAB II PROFIL INSTANSI 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam - Mekanisme Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Lubuk Pakam

0 0 14

BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam - Perhitungan Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan di KPP Pratama Lubuk Pakam

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perencanaan Transportasi Terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi yang telah berkembang - Bangkitan Perjalanan pada Perumahan Nasional (PERUMNAS) Helvetia

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Perbankan dan Perkreditan - Peranan Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) Terhadap Pendapatan Petani Padi di Lubuk Pakam (Studi Kasus : PT BRI (Persero) Tbk Lubuk Pakam)

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Kehidupan Anak Penyusun Batu Bata di Jalan Pelak Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perencanaan Flyover Menggunakan Profil Box Girder Dengan Metode Analisis Numeris

0 0 44

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Nifas a. Pengertian - Pelaksanaan Bounding Attachment Pada Ibu Nifas Di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2014

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA D. Definisi Komitmen - Pengaruh Kepemimpinan atasan dan Motivasi Kerja terhadap Komitmen affective Pegawai pada Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

0 0 23