BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Metafora Gramatikal Pada Teks Terjemahan Buku Biologi Bilingual

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam
menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa
tulisan. Di dalam berbahasa, metafora digunakan untuk membuat makna yang
dihasilkan dari ujaran seseorang dapat tersampaikan dengan singkat, padat serta
berisi dan yang paling penting adalah dapat dimengerti oleh mitra tutur sehingga
tercipta kesan dan kepiawaian berbahasa seseorang.
Pada penelitian ini, kajian yang diteliti adalah metafora gramatikal. Jenis
metafora ini berbeda dengan metafora leksikal. Metafora gramatikal lebih fokus
ke bidang sintaksis, dimana kajiannya lebih dominan pada tataran struktur tata
bahasa, sedangkan metafora leksikal fokus ke bidang semantik yang kajiannya
dominan pada tataran makna.
Pada metafora gramatikal ditemukan perubahan-perubahan mendasar pada
bentuk struktur gramatikal sebuah klausa atau kelas kata sehingga secara otomatis
dapat merubah suatu fungsi kelas kata menjadi fungsi kelas kata lainnya pada
klausa. Sebagai contohnya dapat dilihat dari 2 klausa dibawah ini:
a. Dinding sel endodermis tumbuh. (grup verba, proses)
b. Pertumbuhan dinding sel endodermis sangat cepat. (grup nomina,

partisipan)
Pada klausa (a) tumbuh berfungsi sebagai grup verba atau proses
sedangkan pada klausa (b) tumbuh terkena proses metafora dan berubah struktur

Universitas Sumatera Utara

katanya menjadi pertumbuhan sehingga fungsinya di dalam klausa juga berubah
menjadi grup nomina atau partisipan. Disini dapat terlihat bahwa metafora terjadi
pada klausa b yaitu pertumbuhan.
Menurut Halliday (2004:592-3), dalam teks terdapat partisipan, proses dan
sirkumstan. Partisipan direalisasikan oleh grup nominal, proses direalisasikan oleh
grup verbal dan sirkumstan oleh grup adverba atau frase preposisi. Pada kondisi
tertentu, terdapat hubungan realisasi antara unit semantik dan unit gramatikal,
yang menciptakan perluasan potensi makna dalam bahasa, fenomena ini
dinamakan metafora gramatikal.
Penelitian metafora gramatikal sering juga bersumber dari buku-buku teks,
tidak terkecuali juga buku teks sains atau ilmiah. Halliday (2004:xxiii)
menyatakan bahwa tidak ada register (konteks situasi) tentang sains, yang banyak
adalah berupa wacana ilmiah yang meliputi sub disiplin dan disiplin yang luas
termasuk di dalamnya artikel khusus (termasuk abstrak), buku-buku teks dan lainlain yang menggunakan ranah teknikal untuk ditujukan kepada pembaca

profesional dan bagi pembaca pemula atau pelajar dalam menyempurnakan ilmu.
Dalam wacana sains/ilmiah ini terdapat metafora yang menjadi fitur bahasa yaitu
cara mengorganisasi tata bahasa sebagai sumber makna.
Berlandaskan pada pandangan Halliday tersebut, peneliti tertarik untuk
mengkaji teks terjemahan buku Biologi bilingual ini karena buku tersebut
termasuk ke dalam wacana sains dan penelitian yang mengkaji metafora
gramatikal dengan objek kajian berupa teks terjemahan sains yang bersumber dari
buku bilingual tingkat SMA belum pernah dilakukan pada buku Biologi. Data
yang dianalisis adalah berupa klausa-klausa yang ditemukan pada teks terjemahan

Universitas Sumatera Utara

buku bilingual. Defenisi teks terjemahan adalah teks yang saling menerjemahkan
dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Secara teoritis, proses penerjemahan
itu sendiri melibatkan dua teks yang berbeda. Pada penelitian ini, teks yang diteliti
adalah teks terjemahan yang T1 berbahasa inggris dan T2 berbahasa Indonesia.
Penelitian ini fokus pada tujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis
metafora gramatikal yang ditemukan dalam buku bilingual sehingga dengan
dilakukannya penelitian pada buku tersebut, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi dalam dunia pendidikan dan membuktikan bahwa bahasa

metafora digunakan didalam buku teks Biologi atau dalam bahasa tulis serta lazim
digunakan dalam bidang akademik dan kajian ilmiah. Pernyataan tersebut
didukung oleh Saragih (2006:223) yang mengatakan bahwa bahasa metafora
digunakan oleh orang dewasa atau dalam bahasa tulis dan lazim digunakan dalam
bidang akademik dan kajian ilmiah.
Disamping fokus dengan tujuan pertama diatas yaitu mengidentifikasi
jenis-jenis metafora gramatikal, penelitan ini juga fokus melihat kualitas
terjemahan sebuah teks dari sisi keakuratan terjemahannya. Berhubung teks yang
diteliti adalah teks terjemahan buku bilingual, maka peneliti juga tertarik untuk
meneliti masalah tersebut. Hal ini dianggap menarik karena pada umumnya
kalimat yang ada pada buku-buku teks sains sering menggunakan kata-kata yang
yang berbahasa ilmiah. Ilmiah disini maksudnya adalah adanya istilah-istilah
khusus pada tiap kata sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Dalam melihat kualitas terjemahan pada penelitian ini, hal yang paling
utama diteliti adalah kemampuan penerjemah dalam memahami makna, isi, atau
pesan yang ada pada T1. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah penerjemah

Universitas Sumatera Utara

mampu menemukan padanan kata yang sesuai antara T1 dan T2, dalam arti

mampu untuk menerjemahkan secara harfiah tanpa menambah atau mengurangi
informasi yang ada pada T1 ke dalam T2 sehingga keakuratan suatu terjemahan
dapat teridentifkasi. Setelah hal tersebut di atas diteliti, maka keakuratan
terjemahan pada sebuah teks dapat diketahui. Hasil dari penelitian tersebut dapat
mengidentifikasi suatu terjemahan yang akurat, kurang akurat dan tidak akurat.
Ada tiga tingkat kualitas terjemahan yaitu keakuratan, keberterimaan dan
keterbacaan. Dari ketiga tingkat di atas, peneliti hanya mengkaji keakuratan saja
Tingkat keberterimaan dan keterbacaan tidak dikaji karena menurut asumsi
peneliti jika suatu buku sudah diterbitkan dan diizinkan untuk dipakai sebagai
kurikulum dalam proses belajar mengajar, maka buku tersebut isinya sudah
berterima dan terbaca oleh pembaca atau para pelajar.
Keilmiahan bahasa sains buku bilingual terkadang cenderung membuat
sains sulit untuk dipahami oleh para siswa, sehingga akibatnya mereka kurang
menyukai pelajaran Sains, terlebih lagi bila materi pelajaran disampaikan dengan
menggunakan bahasa asing seperti Inggris. Di samping mereka kurang memahami
bahasa Inggris, kebanyakkan dari mereka juga tidak memahami istilah-istilah
khusus dari bidang sains tersebut. Hal ini terus berlanjut jika guru bidang studi
belum menjelaskan semua kosa kata kepada para siswa, walaupun buku-buku
tersebut disajikan menggunakan dua teks dengan bahasa yang berbeda, yakni
Indonesia dan Inggris.

Menurut Halliday (1993:69) dalam bukunya Writing Science: Literacy and
Discursive Power yang isinya adalah,”Scientific text are found to be difficult to
read; and this is said to be because they are written in ’scientific language’, a

Universitas Sumatera Utara

‘jargon’ which has the effect of making the learner feel excluded and alienated
from the subject-matter.” Pendapat ini sangat mendukung kondisi di atas.
Masih berdasarkan pendapat Halliday di dalam buku yang disebut di atas,
diketahui bahwa pengalaman ini ternyata tidak hanya berlaku bagi siswa yang
mempelajari sains dalam bahasa Inggris, tetapi juga dalam bahasa lainnya seperti
Indonesia. Kesulitan ini dirasakan bagi semua siswa, baik yang bahasa Inggris
adalah bahasa ibu maupun bahasa kedua bagi mereka.
Hal di atas juga tidak hanya terjadi di kawasan Asia Tenggara saja, seperti
yang terjadi dinegara kita Indonesia yaitu negara yang memiliki bahasa persatuan
dan juga memiliki beragam bahasa daerah dari masing-masing suku. Bahasa
daerah disini berfungsi sebagai bahasa ibu. Keragaman bahasa itulah yang
mengakibatkan kesulitan itu menjadi masalah karena di negara kita bahasa Inggris
itu masih dianggap sebagai bahasa asing (foreign language) dan bukan bahasa
kedua (second language).

Keadaan seperti itu juga terjadi di negara monolingual seperti
Birmingham, Toronto dan Sydney yang bahasa Inggris merupakan bahasa Ibu
mereka, juga tidak ditemukan batasan yang jelas bagi siswa yang berbahasa ibu
Inggris dan yang tidak dalam mempelajari dan memahami bidang studi sains.
Situasi inilah yang membuat guru bidang studi sains harus memikirkan terlebih
dahulu istilah khusus dalam bidang sains sebelum memberitahukan kosa katanya
kepada para siswanya.
Terkait dengan bidang penerjemahan, maka metafora gramatikal erat
kaitannya dengan structural shifting karena ditemukannya pergeseran bentuk pada

Universitas Sumatera Utara

struktur tata bahasa atau gramatikal yang secara langsung merubah fungsi kelas
kata, misalnya dari kata kerja menjadi kata benda.
Berikut ini adalah contoh analisis data dalam melihat keterkaitan antara
metafora gramatikal dan kualitas terjemahannya khususnya keakuratan. Data
diambil dari teks tejemahan buku Biologi bilingual halaman 63 bagian 3 dari sub
bahasan “Susunan Jaringan pada tumbuhan Dikotil.”
Contoh analisis data metafora gramatikal :
Teks Bsu


Teks Bsa

Endodermis cell wall changes

Dinding sel endodermis mengalami
perubahan.



Klausa tersebut dianalisis menggunakan teori LSF seperti contoh berikut:

Contoh data pada klausa lazim:
a. Bentuk klausa lazim
Dinding sel endodermis

berubah

Aktor


Proses material

Contoh data pada klausa metafora gramatikal:
b. Bentuk klausa metafora gramatikal
Dinding sel

mengalami

perubahan

Proses mental

Fenomenon

endodermis
Pengindera

Dari contoh di atas, pada teks T1ditemukan klausa Endodermis cell wall
was changes. Klausa ini diterjemahkan kedalam T2 menjadi Dinding sel


Universitas Sumatera Utara

endodermis berubah. Kata berubah pada T1 termasuk ke dalam bentuk proses
material dan dianggap lazim, tetapi pada T2 ditemukan klausa Dinding sel
endodermis mengalami perubahan. Ternyata, hasil terjemahan yang terdapat
pada T2 mengalami perubahan pada bentuk struktur gramatikal dan fungsinya,
yaitu berubahnya bentuk dari kata berubah menjadi mengalami perubahan.
Adanya perealisasian pengalaman dengan bentuk tidak umum berpotensi
untuk membuat rasa bahasa memberi tanda bahwa seolah-olah ada sesuatu yang
tidak lazim pada struktur tata bahasa suatu teks. Kata was change pada T1
dimetaforakan menjadi mengalami perubahan pada T2, sehingga terjadilah
metafora gramatikal pada klausa dalam T2, kata berubah yang fungsinya sebagai
proses material (grup verba) dikodekan menjadi perubahan yang berfungsi
sebagai fenomenon (grup nomina). Sedangkan kata mengalami adalah grup verba
yang berfungsi sebagai proses mental dan biasa pelakunya adalah manusia. Jadi
dinding sel dikodekan sebagai manusia yang bisa dikenakan proses mengalami.
Klausa tersebut termasuk dalam kategori metafora proses.


Contoh analisis data mengenai kualitas terjemahan dari sisi keakuratannya:


Teks Bsu
Endodermis cell wall changes

Teks Bsa
Dinding sel endodermis mengalami
perubahan

Dari contoh di atas, diketahui bahwa hasil terjemahan pada T2 kurang
akurat karena terjadi penambahan makna atau informasi pada T2. Kata changes
pada T1 menurut arti yang sebenarnya hanyalah bermakna berubah, tetapi pada
T2 kata changes berganti maknanya menjadi mengalami perubahan. Hal ini
merupakan akibat dari proses metafora sehingga terjadi penambahan informasi

Universitas Sumatera Utara

yang tidak sesuai antara T1 dan T2. Proses metafora tersebut juga merubah fungsi
dari kelas kata tersebut. Ketidaksesuaian makna antara T1 dan T2 yang
mengakibatkan terjemahan tersebut tidak akurat.
1.2 Rumusan Masalah

Supaya penelitian ini tetap konsisten terhadap analisis metafora gramatikal
pada teks terjemahan buku Biologi bilingual, maka rumusan masalah yang diteliti
adalah sebagai berikut:
1. Jenis metafora gramatikal apa sajakah yang digunakan dalam teks
terjemahan buku Biologi bilingual tingkat SMA kelas XI?
2. Bagaimanakah keakuratan teks terjemahan buku tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian sangatlah penting memikirkan tentang tujuan
penelitian. Hal ini bertujuan agar si peneliti tidak salah dalam menjawab rumusan
masalah yang telah dibuat. Tujuan penelitian dalam tesis ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengidentifikasi jenis metafora gramatikal pada teks terjemahan
buku Biologi bilingual tingkat SMA kelas XI.
2. Untuk mendeskripsikan keakuratan teks terjemahan buku tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat diharapkan bermanfaat bagi berbagai kalangan seperti
pembaca, akademisi atau para siswa, praktisi atau para penerjemah dan untuk
kelanjutan pengembangan dua disiplin ilmu yaitu penerjemahan dan linguistik
baik secara teori maupun praktis. Manfaat penelitian terdiri dari dua manfaat yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Universitas Sumatera Utara

1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberian manfaat kepada banyak kalangan karena:
a. Hasil dari penelitian ini dapat menyumbangkan ide-ide ataupun
gagasan baru dalam pengembangan kajian analisis wacana (Linguistik)
dan kajian terjemahan, khususnya kajian metafora gramatikal pada
teks terjemahan buku Biologi bilingual.
b. Dapat menjadi dasar teori dalam menggambarkan metafungsi bahasa
dari teks terjemahan khususnya buku bilingual.
1.4.2

Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan manfaat praktis sebagai berikut:
a. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan acuan atau referensi bagi
penerjemah dalam menemukan jenis metafora gramatikal dalam teks
terjemahan buku Biologi bilingual.
b. Penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif kepada praktisi
serta menambah wawasan bagi akademisi/para siswa yang tertarik
terhadap hal yang berkaitan dengan pengkajian jenis metafora
gramatikal teks terjemahan khususnya buku bilingual.
c. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas buat dosen dan
guru tentang analisis metafora khususnya metafora gramatikal yang
bermanfaaat buat bahan ajaran dalam tata bahasa, analisis wacana,
linguistik dan terjemahan.

Universitas Sumatera Utara

1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini fokus pada analisis terjemahan produk. Analisis dilakukan
pada data berupa beberapa klausa terpilih dan dianalisis dengan tujuan untuk
mengidentifikasi jenis-jenis metafora gramatikal dan melihat sisi keakuratan hasil
terjemahan teks terjemahan buku bilingual, sehingga dapat menjawab semua
rumusan masalah.
1.6 Klarifikasi Istilah
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Penggunaan
beberapa istilah tersebut dimaksudkan untuk memperjelas dan memudahkan para
pembaca dalam memahami maksud istilah tersebut. Berikut ini beberapa istilah
beserta penjelasan yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini:
(1) Metafora (metaphor) adalah merupakan pemahaman atau perealisasian
makna dalam satu bidang berdasarkan atau merujuk bidang lain. (Saragih,
2006:190)
(2) Metafora Gramatikal (Grammatical Metaphor) adalah perealisasian tata
bahasa yang lazim digunakan untuk sesuatu pengalaman tertentu
digunakan untuk pengalaman lain. (Saragih, 2006:193)
(3) TLSF adalah Teori Linguistik Sistemik Fungsional.
(4) Menerjemahkan adalah kegiatan menerjemahkan bahasa sumber ke dalam
bahasa penerima, dimulai dari bentuk bahasa pertama menuju bentuk
bahasa kedua dengan menggunakan struktur semantik. (Larson, 1984:3)
(5) Keakuratan (accuracy) adalah kesesuian makna bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran.

Universitas Sumatera Utara

(6) Teks terjemahan adalah teks yang melakukan kegiatan menerjemahkan
dengan melibatkan dua teks yang berbeda bahasa.
(7) Bsu adalah bahasa sumber.
(8) Bsa adalah bahasa sasaran.
(9) T1 adalah Teks sumber
(10) T2 adalah Teks sasaran

Universitas Sumatera Utara