Kebijakan dan Manajemen Bencana Alam di Indonesia Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si, APU
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Kebijakan dan
Manajemen Bencana
Alam di Indonesia
Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si. APU
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Kampus UI, 7 Desember 2016
1
Pindahnya Kerajaan Mataram Hindu (abad 12-16)
Pindah:
- Menghindari bencana
- Memanfaatkan potensi
perdagangan antar
negara
“Perkembangan
kerajaan-kerajaan di
Jawa Timur tersebut
akhirnya mengalami
puncak kejayaannya
pada masa
Majapahit”
Peta Perpindahan Kekuasaan Mataram
THREAT
OPPORTUNNITY
(Purwanto, 2010)
Letusan Gunung Tambora Mengguncang Dunia
“Bencana Tambora ini menelan korban
terbanyak sepanjang sejarah peradaban
manusia modern. 71.000 jiwa tewas
langsung akibat erupsi.
Peristiwa tersebut mengakibatkan gagal
panen dan kelaparan terbesar di benua
Eropa dan Kanada pada tahun 1816”
“Kesulitan penyediaan pakan bagi kuda
mendorong inventor Jerman, Karl
Drais mengembangkan angkutan
darat tanpa kuda dan lahirlah
velocipede, cikal bakal sepeda
(New Scientist, 29 Januari 2005)
Seismo-Tektonik Indonesia
Eurasian Plate
Pacific Plate
Earthquake data: Engdahl 1964 - 2005
India-Australian Plate
Wilayah Indonesia rawan terhadap gempabumi, baik dari jalur subduksi
maupun sesar yang ada di daratan. Penataan ruang pada daerah rawan
gempa sangat berperan penting. Sebab bukan gempa yang menyebabkan
korban, tapi kualitas bangunan yang menyebabkan korban jiwa.
Bagaimana kita akan membangun negara dengan
wilayah yang rawan gempa seperti ini?
Lokasi gempa di Indonesia tahun 1973-2014
153 kabupaten/kota berada di zona bahaya tinggi; 60,9 juta jiwa
232 kabupaten/kota berada di zona bahaya sedang; 142,1 juta jiwa
Wilayah Indonesia Rawan Tsunami
(Bagaimana Mewujudkan Negara Maritim yang Rawan Tsunami?)
Antara 1629 sampai 2014 terdapat 173 kejadian tsunami besar dan kecil
ANCAMAN BENCANA BANJIR
BAHAYA TINGGI
BAHAYA SEDANG
BAHAYA RENDAH
Sumber: Kementerian PU Pera
•
315 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari banjir di
Indonesia
• Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi banjir 63,7 Juta
jiwa.
7
ANCAMAN BENCANA LONGSOR
BAHAYA TINGGI
BAHAYA SEDANG
BAHAYA RENDAH
•
Sumber: Badan Geologi
274 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari longsor di
Indonesia
• Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi longsor 40,9 Juta jiwa.
8
Pola Hotspot Karhutla di Sumatera dan Kalimantan
Tahun 2006 - 2015
Sumatera
2 bulan
Kalimantan
5 bulan
4 bulan
• 99,9% penyebab karhutla
adalah kesengajaan dan
kecerobohan.
• Karhutla selalu berulang.
Kerugian tahun 2015
adalah Rp 221 trilyun,
2,61 juta hektar hutla
terbakar, emisi CO2 ke
atmosfer dan jutaan jiwa
masyarakat menderita.
• Penegakan hukum dan
tata kelola pengelolaan
hutan dan lahan harus
diutamakan.
Jutaan Penduduk Terpapar dari Bencana
No Jenis Bahaya
Jiwa Terpapar
Kab/Ko (Juta Jiwa)
ta
1
Gempabumi
386
148,4
2
Tsunami
233
3,8
3
Erupsi
gunungapi
75
1,2
4
Banjir
315
63,7
5
Longsor
274
40,9
6
Gelombang
tinggi &
abrasi
11,1
Sumber: Penduduk Terpapar Bencana Alam (BNPB, UNFPA, BPS; 2015)
Sesuai UU 34/ 2004 tentang TNI, bahwa tugas pokok TNI adalah “Menegakkan
kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara, yang dilakukan dengan OMP dan OMSP”.
Tren Bencana Global
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
4499
Kejadian Bencana Dunia: Bencana meningkat dan 76%
adalah bencana hidrometerorologi (banjir, longsor, siklon
tropis, kekeringan).
Dampak: Sebagian besar terjadi di negara-negara miskin
dan sedang berkembang.
Trend: Bencana akan makin meningkat karena: 1)
Meningkatnya jumlah penduduk, 2) Urbanisasi, 3)
Degradasi lingkungan, 4) Kemiskinan, dan
5) Pengaruh perubahan iklim global.
Total
3526
Hidromet
616
1000
Biologi
500
357
Geologi
0
1900-1909
1910-19
1920-29
1930-39
Hydro-met
1940-49
1950-59
Geological
1960-69
1970-79
Biological
1980-89
1990-99
Total
Peningkatan kejadian bencana alam selama tiga dasawarsa
terakhir mencapai hampir 350%.
(Dalam laporan CRED , 2009)
2000-09
Trend Bencana Indonesia 2002-2016
•
•
•
Data sampai dengan 31/8/2016
Data Bencana Selama Tahun 2016
•
•
Adanya anomali
cuaca dan kemarau
basah menyebabkan
bencana
hidrometeorologi
meningkat selama
tahun 2016.
Jumlah kejadian
bencana adalah 1.985
kali.
Dampaknya 374
meninggal, 383 orang
luka, 2,52 juta jiwa
menderita/mengungsi,
dan ribuan rumah
rusak.
Longsor menjadi
bencana yang paling
banyak menimbulkan
korban jiwa.
*
Diprediksi banjir dan
longsor akan makin
meningkat hingga
Maret 2017.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BENCANA
KOMBINASI ANTARA ALAM DAN ANTROPOGENIK
1. Dampak Perubahan Iklim Global temperatur meningkat
& pola hujan berubah bencana hidrometeorologi meningkat,
penyebaran penyakit, gagal panen dll
2. Kependudukan kerentanan, urbanisasi.
3. Lemahnya Penegakan Hukum 99% penyebab karlahut
dan bencana asap adalah dibakar. Peraturan & kewenangan
dimiliki tetapi lemah implementasinya.
4. Degradasi lingkungan & Tata Ruang
5. Lemahnya Leadership
13
Dampak Bencana di Indonesia Tahun 2014
Rata-rata setahun kerugian dan kerusakan akibat bencana di Indonesia
(di luar bencana besar) sekitar Rp 30 trilyun.
1. Kerugian dan kerusakan banjir Jakarta Rp 5 triliun.
2. Kerusakan banjir dan longsor di 16 kab/kota di Jawa Tengah
Rp 2,01 triliun.
3. Kerugian dan kerusakan banjir bandang di Sulut Rp 1,4 triliun.
4. Kerugian dan kerusakan banjir di Pantura Jawa (dari BantenJabar-Jateng dan Jatim) Rp 6 triliun. Dampak banjir di Pantura
menyebabkan inflasi pada Januari 2014 menjadi 1,07%
(sebelumnya 1,03%).
5. Kebakaran hutan dan lahan Februari-April 2014 sekitar Rp 20
trilyun.
Dampak Karhutla 2015
•
•
•
•
•
•
24 orang meninggal dunia.
Lebih dari 600.000 jiwa menderita ISPA.
2,61 juta hektar hutan dan lahan terbakar.
Lebih dari 60 juta jiwa terpapar asap.
Kerugian ekonomi Rp 221 trilyun (di luar sektor kesehatan dan pendidikan)
Kerugian plasma nutfah, emisi karbon dan lainnya.
Mengapa kita perlu manajemen
bencana?
16
Tsunami Aceh 2004 sebagai
Wake Up Call
Bencana menjadi
masalah global
Internasional
Sendai Framework for DRR 2015
– 2030 disepakati 168 negara
sebagai pedoman DRR dunia
Sendai Framework DRR 20152030
Indonesia
Tsunami Aceh 2004 menjadi
Kebangkitan Nasional Jilid II
timbul kesadaran nasional arti
pentingnya penanggulangan
bencana lahirlah UU No. 24
Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
dan produk lainnya
Penyelenggaraan PB (PP No. 21 Tahun 2008)
Penyelenggaraan PB adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko menimbulkan bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat dan rehabilitasi
Situasi Tidak
Ada
Bencana
Prabencana
Situasi Terdapat
Potensi Bencana
Penyeleng
garaan
Perencanaan
Pencegahan
Pengurangan Risiko
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian
Penaatan Tata Ruang
Mitigasi
Peringatan Dini
Kesiapsiagaan
Kajian Cepat
Status Keadaan Darurat
Penyelamatan & Evakuasi
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Perlindungan
Pemulihan
Saat Tanggap
Darurat
Rehabilitasi
Pascabencana
Rekonstruksi
Prasarana dan Sarana
Sosial
Ekonomi
Kesehatan
Kamtib
Lingkungan
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Pemerintah
3 pilar/komponen pelaku PB :
Pemerintah/pemerintah daerah
Masyarakat Sipil
Lembaga Usaha/sektor swasta
Masyarakat
Sipil
Lembaga
Usaha
Psl 5
: Pemerintah/pemda menjadi penanggungjawab PB
Psl 26 & 27 : Hak & Kewajiban Masyarakat dalam PB
Psl 28 & 29 : Peran Lembaga Usaha/sektor swasta dalam PB
(Corporate Social Responsibility).
19
Konsep Dasar Risiko & Bencana
Ancaman
(Hazard)
Ancaman
Gempa Bumi &
tsunami
Angin puting beliung
Abrasi
Tanah longsor
Banjir / genangan
Kekeringan
Kerentanan
(V) /
Kapasitas (C)
Kerentanan :
Pengetahuan
Infrastruktur
Tata guna lahan
EWS
Tidak ada
rencana
R=f{HxV/C}
Risiko
(R)
Kapasitas :
Memiliki
peraturan kuat
Memiliki
lembaga
Memiliki rencana
Dana memadai
Pemahaman yg
baik tentang
risiko
EWS
Bencana
Kepanikan
Korban Jiwa
Kerusakan
Kerugian / ekonomi
Luka & trauma
Gangguan
pelayanan
Fenomena alam menjadi bahaya, jika
mengancam manusia dan harta benda
Bahaya akan berubah menjadi bencana,
jika bertemu dgn kerentanan &
ketidakmampuan masyarakat
KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA
Pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan
penanggulangan bencana di tingkat Nasional (Pasal 10 UU No. 24
Thn 2007)
Pemerintah Daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan
penanggulangan bencana di tk Provinsi/Kabupaten/Kota (Pasal 18
UU No. 24 Thn 2007)
Saat ini sudah terbentuk:
• 34 BPBD Provinsi 100%
• 436 BPBD Kabupaten/Kota dari 496 kab/kota
Masyarakat selalu minta bantuan BNPB &BPBD. Saat banjir, longsor, erupsi gunung,
kecelakaan transportasi, bunuh diri, kebakaran, orang hilang, pohon roboh, orang
kejebur sumur, digigit ular, kekurangan air, kehilangan ternak, kucing tidak bisa turun
dari pohon, dll. Saat ini kita hampir mirip seperti 911 di Amerika.
22
Sistem Komando pada Proses Penanganan Darurat ke Pasca-Bencana
Situasi tidak
terdapat
potensi bencana
Saat Tanggap Darurat
Situasi terdapat
potensi bencana
•Rehabilitasi
•Rekonstruksi
Incident Command System
BENCANA
Periode
Panik
Periode
Darurat
Terkendali
Kaji
Cepat
PRABENCANA
Koord & Pelaksana
Periode
Darurat
Lanjutan
Transisi/
Pemulihan Darurat
(Early Recovery)
SAAT KEJADIAN
BENCANA
Komando
Periode
Rehabilitasi &
Rekonstruksi
PASCABENCANA
Koord & Pelaksana
Sistem Nasional Penanggulangan Bencana
:
UU, PP, Perpres, Perka, Perda, Pergub, Perbup, Perwa, Qanun
:
RENAS PB 2010-2014, RAN PRB 2010-2012, RPB, RAD,
Rencana mitigasi, rencana kontijensi, rencana operasi,
rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi
KELEMBAGAAN
:
Formal (BNPB, BPBD) & non formal (platform nasional,
platform lokal (forum PRB), platform tematik (forum
Merapi, Citarum, Galunggung dll)
PENDANAAN
:
APBN, APBD, dana kontijensi, dana siap pakai, dana sosial
berpola hibah, dana bersumber dari masyarakat
PENGEMBANGAN
KAPASITAS
:
Pendidikan dan latihan, riset dan iptek kebencanaan,
penerapan teknologi penanggulangan bencana
PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN
BENCANA
:
Pengurangan risiko bencana, tanggap darurat dan rehabilitasirekonstruksi
LEGISLASI
PERENCANAAN
BNPB mengembangkan produk-produk inovasi layanan publik
LAYANAN INFORMASI
www.bnpb.go.id
HF 11.4735 MHz, VHF 171.300 MHz
Aplikasi, DIBI, Geospasial BNPB, InaWARE dan Pantauan Bencana BNPB telah
dipaparkan di depan Presiden RI pada 8-8-2014 di InaDRTG Sentul. Presiden
e gataka , Ver e celle t ! Ever thi g i that s ste
Pengurangan Risiko Bencana sebagai Investasi
Pembangunan
• Di Amerika dan Eropa, setiap 1 US$ digunakan untuk PRB maka
dapat mengurangi kerugian akibat bencana sebesar 7-40 US$.
• Di Bantul DIY, pembangunan cek dam (bendung mini) senilai Rp
80 juta dan Rp 17 juta (inkind) memberikan manfaat: tidak
pernah kekeringan, bebas banjir, sumur tidak kering, pertanian
dapat 2-3 kali tanam, dan lingkungan menjadi lebih hijau.
Pembangunan Embung
Retakan pada mahkota longsor yang akan
dipasangi alat deteksi extensometer di
Kecamatan Kalibening.
Webbing Jute: Perlindungan tebing
Relokasi Erupsi G.Merapi
Huntap Pager Jurang, Kec. Cangkringan, Sleman, DIY
•
•
•
•
•
Renovasi rumah yang diilakukan oleh pemiliknya sendiri
Relokasi 3.134 KK (2.682 KK di DIY dan 452 KK di Jateng korban erupsi G.Merapi dan lahar hujan.
Masyarakat memperoleh bantuan stimulus pembangunan rumah tipe 36 senilai Rp 30 juta/unit dan tanah 150 m2/KK, dimana
100 m2 untuk rumah dan 50 m2 untuk fasum-fasos. Konstruksi bangunan tahan gempa.
Pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat dengan model Rekompak (Rehabilitasi Rekonstruksi Masyarakat berbasis
Komunitas.
Masyarakat diberikan sertifikat tanah hak milik oleh BPN namun tidak boleh dijualbelikan. Ketentuan ini tertulis dalam sertifikat
tanah.
Tanah asal tetap menjadi hak milik masyarakat untuk pertanian dan tidak boleh membangun rumah atau tidak boleh ditempati.
Relokasi Longsor di
Kab. Banjarnegara
• Diperuntukkan bagi 27 KK
korban longsor dari Desa
Jemblung, Kec. Karangkobar,
Kab. Banjarnegara.
• Pembangunan hunian tetap
27 unit di Desa Ambal, Kec.
Karangkobar, Kab.
Banjarnegara 90% sudah
selesai.
• Harga rumah senilai Rp 87
juta/unit. Sumber dana dari
BNPB, Pemda dan bantuan
masyarakat.
Indonesia Juara Dunia dalam PRB
Tantangan Kita Bersama
Secara umum sebagian masyarakat Indonesia
dan Pemda masih belum siap menghadapi
bencana besar. Berdasarkan 3 penelitian/kajian
mengenai tingkat kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi bencana ternyata hasilnya
menunjukkan bahwa pengetahuan kebencanaan
meningkat. Tetapi pengetahuan ini belum
menjadi sikap, perilaku dan budaya yang
mengkaitkan kehidupannya dengan mitigasi
bencana.
Tantangan Mitigasi : Memadukan Struktur dan Kultur
Isu kritis dalam Mitigasi Bencana (misal TEWS):
a. Komponen budaya menempati porsi terbesar dalam skema TEWS yang
efektif (UNISDR);
b. Saat ini komponen BUDAYA belum tercapai sepenuhnya dibandingkan
dengan komponen STRUKTUR (InaTEWS);
c. Perlu pembagian tanggung jawab antara Pemerintah dan Pemda dalam
struktur dan komponen Budaya (Ina-TEWS);
35
Penempatan pesawat dan helicopter disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Helicopter juga digunakan
untuk patroli, pengiriman pasukan pemadam dan penegakan hukum, dan sebagainya.
Citra satelit tahun 1988 s/d 2016 di Kota Bandung. Sebelumnya penutup lahan bervegetasi
(warna hijau pada citra) berangsur-angsur menyusut hingga saat ini berubah menjadi lahan
beton (warna kemerahan pada citra).
Faktor Penyebab Bencana : LEMAHNYA PENATAAN RUANG
Permukiman dibangun di tebing dan lereng perbukitan yang rawan longsor. Apakah
mereka tidak tahu rawan longsor? Mengapa mereka tetap tinggal disitu?
Katanya buang sampah sembarangan menimbulkan banjir. Kenapa di sungai masih banyak sampah?
Larangan saja tidak cukup
Banyak alat-alat sistem peringatan dini bencana yang tidak berfungsi
karena hilang dicuri, kerusakan teknis, dan tidak ada pemeliharaan
Saat kejadian
10 tahun kemudian
Aceh setelah 10 tahun tsunami
Saat kejadian
10 tahun kemudian
Saat kejadian
10 tahun kemudian
Mengapa permukiman dibangun
dibangun kembali di daerah rawan
tsunami di lokasi semula?
Tantangan bagi Perguruan Tinggi
Pembangunan Kapasitas
Pusat Studi Bencana di Perguruan Tinggi
Saling Bersinergi, kolaborasi dan Tidak Tumpang Tindih
Program S2 Kebencanaan Kerjasama BNPB-PT:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
UGM Gunungapi dan Geospasial
ITB Gempabumi dan tektonik aktif
Unsyiah Tsunami
Unand Teknik sipil
Unhan Pertahanan nasional
Unsrat Kelautan
8.
9.
UNJ Pendidikan Kebencanaan
dll
7. UI Adaptasi Perubahan Iklim???
“UI
dapat mengembangkan prodi S2/S3 Manajemen Bencana dengan dengan tematik
adaptasi perubahan iklim”
End to End dalam Penanggulangan Bencana
•
•
End to end dalam PB adalah dari manusia ke manusia.
Sistem peringatan dini bencana harus menyeluruh. Satu
sistem terdiri dari kumpulan sub sistem yaitu alat,
sosialisasi, edukasi, kearifan lokal, partisipasi masyarakat,
matapencaharian masyarakat, politik lokal, kebijakan
publik, dan sebagainya. Jadi semua sub sistem tersebut
harus dikaji menyeluruh.
• Bagaimana warning dari alat hingga diterima oleh
masyarakat, kemudian masyarakat mengikuti perintah
warning tersebut adalah satu sistem peringatan dini
bencana.
• Hal ini seringkali kurang dipahami sehingga saat terjadi
bencana saling menyalahkan satu sama lain hanya karena
merasa sudah memasang alat peringatan dini, tetapi tidak
dalam satu sistem yang menyeluruh.
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Graha BNPB - Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120
021-21281200
021-21281200
contact@bnpb.go.id
www.bnpb.go.id
Infobencana BNPB
@BNPB_Indonesia
BNPB Indonesia
BNPB_Indonesia
0812-95590090
0812-1237575
Kebijakan dan
Manajemen Bencana
Alam di Indonesia
Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si. APU
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB
Kampus UI, 7 Desember 2016
1
Pindahnya Kerajaan Mataram Hindu (abad 12-16)
Pindah:
- Menghindari bencana
- Memanfaatkan potensi
perdagangan antar
negara
“Perkembangan
kerajaan-kerajaan di
Jawa Timur tersebut
akhirnya mengalami
puncak kejayaannya
pada masa
Majapahit”
Peta Perpindahan Kekuasaan Mataram
THREAT
OPPORTUNNITY
(Purwanto, 2010)
Letusan Gunung Tambora Mengguncang Dunia
“Bencana Tambora ini menelan korban
terbanyak sepanjang sejarah peradaban
manusia modern. 71.000 jiwa tewas
langsung akibat erupsi.
Peristiwa tersebut mengakibatkan gagal
panen dan kelaparan terbesar di benua
Eropa dan Kanada pada tahun 1816”
“Kesulitan penyediaan pakan bagi kuda
mendorong inventor Jerman, Karl
Drais mengembangkan angkutan
darat tanpa kuda dan lahirlah
velocipede, cikal bakal sepeda
(New Scientist, 29 Januari 2005)
Seismo-Tektonik Indonesia
Eurasian Plate
Pacific Plate
Earthquake data: Engdahl 1964 - 2005
India-Australian Plate
Wilayah Indonesia rawan terhadap gempabumi, baik dari jalur subduksi
maupun sesar yang ada di daratan. Penataan ruang pada daerah rawan
gempa sangat berperan penting. Sebab bukan gempa yang menyebabkan
korban, tapi kualitas bangunan yang menyebabkan korban jiwa.
Bagaimana kita akan membangun negara dengan
wilayah yang rawan gempa seperti ini?
Lokasi gempa di Indonesia tahun 1973-2014
153 kabupaten/kota berada di zona bahaya tinggi; 60,9 juta jiwa
232 kabupaten/kota berada di zona bahaya sedang; 142,1 juta jiwa
Wilayah Indonesia Rawan Tsunami
(Bagaimana Mewujudkan Negara Maritim yang Rawan Tsunami?)
Antara 1629 sampai 2014 terdapat 173 kejadian tsunami besar dan kecil
ANCAMAN BENCANA BANJIR
BAHAYA TINGGI
BAHAYA SEDANG
BAHAYA RENDAH
Sumber: Kementerian PU Pera
•
315 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari banjir di
Indonesia
• Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi banjir 63,7 Juta
jiwa.
7
ANCAMAN BENCANA LONGSOR
BAHAYA TINGGI
BAHAYA SEDANG
BAHAYA RENDAH
•
Sumber: Badan Geologi
274 kabupaten/kota berada di daerah bahaya sedang-tinggi dari longsor di
Indonesia
• Jumlah penduduk terpapar dari bahaya sedang-tinggi longsor 40,9 Juta jiwa.
8
Pola Hotspot Karhutla di Sumatera dan Kalimantan
Tahun 2006 - 2015
Sumatera
2 bulan
Kalimantan
5 bulan
4 bulan
• 99,9% penyebab karhutla
adalah kesengajaan dan
kecerobohan.
• Karhutla selalu berulang.
Kerugian tahun 2015
adalah Rp 221 trilyun,
2,61 juta hektar hutla
terbakar, emisi CO2 ke
atmosfer dan jutaan jiwa
masyarakat menderita.
• Penegakan hukum dan
tata kelola pengelolaan
hutan dan lahan harus
diutamakan.
Jutaan Penduduk Terpapar dari Bencana
No Jenis Bahaya
Jiwa Terpapar
Kab/Ko (Juta Jiwa)
ta
1
Gempabumi
386
148,4
2
Tsunami
233
3,8
3
Erupsi
gunungapi
75
1,2
4
Banjir
315
63,7
5
Longsor
274
40,9
6
Gelombang
tinggi &
abrasi
11,1
Sumber: Penduduk Terpapar Bencana Alam (BNPB, UNFPA, BPS; 2015)
Sesuai UU 34/ 2004 tentang TNI, bahwa tugas pokok TNI adalah “Menegakkan
kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara, yang dilakukan dengan OMP dan OMSP”.
Tren Bencana Global
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
4499
Kejadian Bencana Dunia: Bencana meningkat dan 76%
adalah bencana hidrometerorologi (banjir, longsor, siklon
tropis, kekeringan).
Dampak: Sebagian besar terjadi di negara-negara miskin
dan sedang berkembang.
Trend: Bencana akan makin meningkat karena: 1)
Meningkatnya jumlah penduduk, 2) Urbanisasi, 3)
Degradasi lingkungan, 4) Kemiskinan, dan
5) Pengaruh perubahan iklim global.
Total
3526
Hidromet
616
1000
Biologi
500
357
Geologi
0
1900-1909
1910-19
1920-29
1930-39
Hydro-met
1940-49
1950-59
Geological
1960-69
1970-79
Biological
1980-89
1990-99
Total
Peningkatan kejadian bencana alam selama tiga dasawarsa
terakhir mencapai hampir 350%.
(Dalam laporan CRED , 2009)
2000-09
Trend Bencana Indonesia 2002-2016
•
•
•
Data sampai dengan 31/8/2016
Data Bencana Selama Tahun 2016
•
•
Adanya anomali
cuaca dan kemarau
basah menyebabkan
bencana
hidrometeorologi
meningkat selama
tahun 2016.
Jumlah kejadian
bencana adalah 1.985
kali.
Dampaknya 374
meninggal, 383 orang
luka, 2,52 juta jiwa
menderita/mengungsi,
dan ribuan rumah
rusak.
Longsor menjadi
bencana yang paling
banyak menimbulkan
korban jiwa.
*
Diprediksi banjir dan
longsor akan makin
meningkat hingga
Maret 2017.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BENCANA
KOMBINASI ANTARA ALAM DAN ANTROPOGENIK
1. Dampak Perubahan Iklim Global temperatur meningkat
& pola hujan berubah bencana hidrometeorologi meningkat,
penyebaran penyakit, gagal panen dll
2. Kependudukan kerentanan, urbanisasi.
3. Lemahnya Penegakan Hukum 99% penyebab karlahut
dan bencana asap adalah dibakar. Peraturan & kewenangan
dimiliki tetapi lemah implementasinya.
4. Degradasi lingkungan & Tata Ruang
5. Lemahnya Leadership
13
Dampak Bencana di Indonesia Tahun 2014
Rata-rata setahun kerugian dan kerusakan akibat bencana di Indonesia
(di luar bencana besar) sekitar Rp 30 trilyun.
1. Kerugian dan kerusakan banjir Jakarta Rp 5 triliun.
2. Kerusakan banjir dan longsor di 16 kab/kota di Jawa Tengah
Rp 2,01 triliun.
3. Kerugian dan kerusakan banjir bandang di Sulut Rp 1,4 triliun.
4. Kerugian dan kerusakan banjir di Pantura Jawa (dari BantenJabar-Jateng dan Jatim) Rp 6 triliun. Dampak banjir di Pantura
menyebabkan inflasi pada Januari 2014 menjadi 1,07%
(sebelumnya 1,03%).
5. Kebakaran hutan dan lahan Februari-April 2014 sekitar Rp 20
trilyun.
Dampak Karhutla 2015
•
•
•
•
•
•
24 orang meninggal dunia.
Lebih dari 600.000 jiwa menderita ISPA.
2,61 juta hektar hutan dan lahan terbakar.
Lebih dari 60 juta jiwa terpapar asap.
Kerugian ekonomi Rp 221 trilyun (di luar sektor kesehatan dan pendidikan)
Kerugian plasma nutfah, emisi karbon dan lainnya.
Mengapa kita perlu manajemen
bencana?
16
Tsunami Aceh 2004 sebagai
Wake Up Call
Bencana menjadi
masalah global
Internasional
Sendai Framework for DRR 2015
– 2030 disepakati 168 negara
sebagai pedoman DRR dunia
Sendai Framework DRR 20152030
Indonesia
Tsunami Aceh 2004 menjadi
Kebangkitan Nasional Jilid II
timbul kesadaran nasional arti
pentingnya penanggulangan
bencana lahirlah UU No. 24
Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
dan produk lainnya
Penyelenggaraan PB (PP No. 21 Tahun 2008)
Penyelenggaraan PB adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko menimbulkan bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat dan rehabilitasi
Situasi Tidak
Ada
Bencana
Prabencana
Situasi Terdapat
Potensi Bencana
Penyeleng
garaan
Perencanaan
Pencegahan
Pengurangan Risiko
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian
Penaatan Tata Ruang
Mitigasi
Peringatan Dini
Kesiapsiagaan
Kajian Cepat
Status Keadaan Darurat
Penyelamatan & Evakuasi
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Perlindungan
Pemulihan
Saat Tanggap
Darurat
Rehabilitasi
Pascabencana
Rekonstruksi
Prasarana dan Sarana
Sosial
Ekonomi
Kesehatan
Kamtib
Lingkungan
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Pemerintah
3 pilar/komponen pelaku PB :
Pemerintah/pemerintah daerah
Masyarakat Sipil
Lembaga Usaha/sektor swasta
Masyarakat
Sipil
Lembaga
Usaha
Psl 5
: Pemerintah/pemda menjadi penanggungjawab PB
Psl 26 & 27 : Hak & Kewajiban Masyarakat dalam PB
Psl 28 & 29 : Peran Lembaga Usaha/sektor swasta dalam PB
(Corporate Social Responsibility).
19
Konsep Dasar Risiko & Bencana
Ancaman
(Hazard)
Ancaman
Gempa Bumi &
tsunami
Angin puting beliung
Abrasi
Tanah longsor
Banjir / genangan
Kekeringan
Kerentanan
(V) /
Kapasitas (C)
Kerentanan :
Pengetahuan
Infrastruktur
Tata guna lahan
EWS
Tidak ada
rencana
R=f{HxV/C}
Risiko
(R)
Kapasitas :
Memiliki
peraturan kuat
Memiliki
lembaga
Memiliki rencana
Dana memadai
Pemahaman yg
baik tentang
risiko
EWS
Bencana
Kepanikan
Korban Jiwa
Kerusakan
Kerugian / ekonomi
Luka & trauma
Gangguan
pelayanan
Fenomena alam menjadi bahaya, jika
mengancam manusia dan harta benda
Bahaya akan berubah menjadi bencana,
jika bertemu dgn kerentanan &
ketidakmampuan masyarakat
KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA
Pemerintah membentuk Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan
penanggulangan bencana di tingkat Nasional (Pasal 10 UU No. 24
Thn 2007)
Pemerintah Daerah membentuk Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan
penanggulangan bencana di tk Provinsi/Kabupaten/Kota (Pasal 18
UU No. 24 Thn 2007)
Saat ini sudah terbentuk:
• 34 BPBD Provinsi 100%
• 436 BPBD Kabupaten/Kota dari 496 kab/kota
Masyarakat selalu minta bantuan BNPB &BPBD. Saat banjir, longsor, erupsi gunung,
kecelakaan transportasi, bunuh diri, kebakaran, orang hilang, pohon roboh, orang
kejebur sumur, digigit ular, kekurangan air, kehilangan ternak, kucing tidak bisa turun
dari pohon, dll. Saat ini kita hampir mirip seperti 911 di Amerika.
22
Sistem Komando pada Proses Penanganan Darurat ke Pasca-Bencana
Situasi tidak
terdapat
potensi bencana
Saat Tanggap Darurat
Situasi terdapat
potensi bencana
•Rehabilitasi
•Rekonstruksi
Incident Command System
BENCANA
Periode
Panik
Periode
Darurat
Terkendali
Kaji
Cepat
PRABENCANA
Koord & Pelaksana
Periode
Darurat
Lanjutan
Transisi/
Pemulihan Darurat
(Early Recovery)
SAAT KEJADIAN
BENCANA
Komando
Periode
Rehabilitasi &
Rekonstruksi
PASCABENCANA
Koord & Pelaksana
Sistem Nasional Penanggulangan Bencana
:
UU, PP, Perpres, Perka, Perda, Pergub, Perbup, Perwa, Qanun
:
RENAS PB 2010-2014, RAN PRB 2010-2012, RPB, RAD,
Rencana mitigasi, rencana kontijensi, rencana operasi,
rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi
KELEMBAGAAN
:
Formal (BNPB, BPBD) & non formal (platform nasional,
platform lokal (forum PRB), platform tematik (forum
Merapi, Citarum, Galunggung dll)
PENDANAAN
:
APBN, APBD, dana kontijensi, dana siap pakai, dana sosial
berpola hibah, dana bersumber dari masyarakat
PENGEMBANGAN
KAPASITAS
:
Pendidikan dan latihan, riset dan iptek kebencanaan,
penerapan teknologi penanggulangan bencana
PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN
BENCANA
:
Pengurangan risiko bencana, tanggap darurat dan rehabilitasirekonstruksi
LEGISLASI
PERENCANAAN
BNPB mengembangkan produk-produk inovasi layanan publik
LAYANAN INFORMASI
www.bnpb.go.id
HF 11.4735 MHz, VHF 171.300 MHz
Aplikasi, DIBI, Geospasial BNPB, InaWARE dan Pantauan Bencana BNPB telah
dipaparkan di depan Presiden RI pada 8-8-2014 di InaDRTG Sentul. Presiden
e gataka , Ver e celle t ! Ever thi g i that s ste
Pengurangan Risiko Bencana sebagai Investasi
Pembangunan
• Di Amerika dan Eropa, setiap 1 US$ digunakan untuk PRB maka
dapat mengurangi kerugian akibat bencana sebesar 7-40 US$.
• Di Bantul DIY, pembangunan cek dam (bendung mini) senilai Rp
80 juta dan Rp 17 juta (inkind) memberikan manfaat: tidak
pernah kekeringan, bebas banjir, sumur tidak kering, pertanian
dapat 2-3 kali tanam, dan lingkungan menjadi lebih hijau.
Pembangunan Embung
Retakan pada mahkota longsor yang akan
dipasangi alat deteksi extensometer di
Kecamatan Kalibening.
Webbing Jute: Perlindungan tebing
Relokasi Erupsi G.Merapi
Huntap Pager Jurang, Kec. Cangkringan, Sleman, DIY
•
•
•
•
•
Renovasi rumah yang diilakukan oleh pemiliknya sendiri
Relokasi 3.134 KK (2.682 KK di DIY dan 452 KK di Jateng korban erupsi G.Merapi dan lahar hujan.
Masyarakat memperoleh bantuan stimulus pembangunan rumah tipe 36 senilai Rp 30 juta/unit dan tanah 150 m2/KK, dimana
100 m2 untuk rumah dan 50 m2 untuk fasum-fasos. Konstruksi bangunan tahan gempa.
Pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat dengan model Rekompak (Rehabilitasi Rekonstruksi Masyarakat berbasis
Komunitas.
Masyarakat diberikan sertifikat tanah hak milik oleh BPN namun tidak boleh dijualbelikan. Ketentuan ini tertulis dalam sertifikat
tanah.
Tanah asal tetap menjadi hak milik masyarakat untuk pertanian dan tidak boleh membangun rumah atau tidak boleh ditempati.
Relokasi Longsor di
Kab. Banjarnegara
• Diperuntukkan bagi 27 KK
korban longsor dari Desa
Jemblung, Kec. Karangkobar,
Kab. Banjarnegara.
• Pembangunan hunian tetap
27 unit di Desa Ambal, Kec.
Karangkobar, Kab.
Banjarnegara 90% sudah
selesai.
• Harga rumah senilai Rp 87
juta/unit. Sumber dana dari
BNPB, Pemda dan bantuan
masyarakat.
Indonesia Juara Dunia dalam PRB
Tantangan Kita Bersama
Secara umum sebagian masyarakat Indonesia
dan Pemda masih belum siap menghadapi
bencana besar. Berdasarkan 3 penelitian/kajian
mengenai tingkat kesiapsiagaan masyarakat
menghadapi bencana ternyata hasilnya
menunjukkan bahwa pengetahuan kebencanaan
meningkat. Tetapi pengetahuan ini belum
menjadi sikap, perilaku dan budaya yang
mengkaitkan kehidupannya dengan mitigasi
bencana.
Tantangan Mitigasi : Memadukan Struktur dan Kultur
Isu kritis dalam Mitigasi Bencana (misal TEWS):
a. Komponen budaya menempati porsi terbesar dalam skema TEWS yang
efektif (UNISDR);
b. Saat ini komponen BUDAYA belum tercapai sepenuhnya dibandingkan
dengan komponen STRUKTUR (InaTEWS);
c. Perlu pembagian tanggung jawab antara Pemerintah dan Pemda dalam
struktur dan komponen Budaya (Ina-TEWS);
35
Penempatan pesawat dan helicopter disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Helicopter juga digunakan
untuk patroli, pengiriman pasukan pemadam dan penegakan hukum, dan sebagainya.
Citra satelit tahun 1988 s/d 2016 di Kota Bandung. Sebelumnya penutup lahan bervegetasi
(warna hijau pada citra) berangsur-angsur menyusut hingga saat ini berubah menjadi lahan
beton (warna kemerahan pada citra).
Faktor Penyebab Bencana : LEMAHNYA PENATAAN RUANG
Permukiman dibangun di tebing dan lereng perbukitan yang rawan longsor. Apakah
mereka tidak tahu rawan longsor? Mengapa mereka tetap tinggal disitu?
Katanya buang sampah sembarangan menimbulkan banjir. Kenapa di sungai masih banyak sampah?
Larangan saja tidak cukup
Banyak alat-alat sistem peringatan dini bencana yang tidak berfungsi
karena hilang dicuri, kerusakan teknis, dan tidak ada pemeliharaan
Saat kejadian
10 tahun kemudian
Aceh setelah 10 tahun tsunami
Saat kejadian
10 tahun kemudian
Saat kejadian
10 tahun kemudian
Mengapa permukiman dibangun
dibangun kembali di daerah rawan
tsunami di lokasi semula?
Tantangan bagi Perguruan Tinggi
Pembangunan Kapasitas
Pusat Studi Bencana di Perguruan Tinggi
Saling Bersinergi, kolaborasi dan Tidak Tumpang Tindih
Program S2 Kebencanaan Kerjasama BNPB-PT:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
UGM Gunungapi dan Geospasial
ITB Gempabumi dan tektonik aktif
Unsyiah Tsunami
Unand Teknik sipil
Unhan Pertahanan nasional
Unsrat Kelautan
8.
9.
UNJ Pendidikan Kebencanaan
dll
7. UI Adaptasi Perubahan Iklim???
“UI
dapat mengembangkan prodi S2/S3 Manajemen Bencana dengan dengan tematik
adaptasi perubahan iklim”
End to End dalam Penanggulangan Bencana
•
•
End to end dalam PB adalah dari manusia ke manusia.
Sistem peringatan dini bencana harus menyeluruh. Satu
sistem terdiri dari kumpulan sub sistem yaitu alat,
sosialisasi, edukasi, kearifan lokal, partisipasi masyarakat,
matapencaharian masyarakat, politik lokal, kebijakan
publik, dan sebagainya. Jadi semua sub sistem tersebut
harus dikaji menyeluruh.
• Bagaimana warning dari alat hingga diterima oleh
masyarakat, kemudian masyarakat mengikuti perintah
warning tersebut adalah satu sistem peringatan dini
bencana.
• Hal ini seringkali kurang dipahami sehingga saat terjadi
bencana saling menyalahkan satu sama lain hanya karena
merasa sudah memasang alat peringatan dini, tetapi tidak
dalam satu sistem yang menyeluruh.
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA
Graha BNPB - Jl. Pramuka Kav. 38 Jakarta Timur 13120
021-21281200
021-21281200
contact@bnpb.go.id
www.bnpb.go.id
Infobencana BNPB
@BNPB_Indonesia
BNPB Indonesia
BNPB_Indonesia
0812-95590090
0812-1237575