HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KERJASAMA TIM DALAM CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KERCERDASAN EMOSIONAL DENGAN

KERJASAMA TIM DALAM CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh:

RIKKA AGUSLIANI 0900555

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

HUBUNGAN ANTARA KERCERDASAN EMOSIONAL DENGAN

KERJASAMA TIM DALAM CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

Oleh : Rikka Agusliani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Olahraga Dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

© Rikka Agusliani2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari, 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

NAMA : RIKKA AGUSLIANI NIM : 0900555

JUDUL : HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

TERHADAP KERJASAMA TIM DALAM CABANG OLAHRAGA BOLAVOLI

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I

Dr. Komarudin, M.Pd. NIP. 197204031999031003

Pembimbing II

Bambang Erawan, M.Pd. NIP.196907282001121001

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Ketua,

Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd. NIP. 196202311989031001


(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KERJASAMA TIM DALAM CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

Rikka Agusliani* 2014

Penelitian ini dilatar belakangi pentingnya kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli, terutama untuk penyampaian materi latihan dan dalam pertandingan. Pencapaian tujuan latihan dan keberhasilan dalam suatu pertandingan tidak hanya disebabkan oleh faktor fisik saja, tetapi faktor psikologis pun mempengaruhinya. Semakin tinggi kecerdasan emosional seorang atlet semakin cepat melakukan kerjasama tim untuk mencapai tujuan latihan dan dalam pertandingan. Permasalahan yang diajukan adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli? Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli. Metode yang digunakan adalah metode deskriftif. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan angket, yaiu angket tertutup dengan menggunakan sampel berjumlah 15 orang. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat digambarkan bahwa kecerdasan emosional erat hubungannya dengan kerjasama sebuah tim. Selain itu juga dapat mengukur kolektifitas penampilan tim terutama dalam menumbuhkan kekompakan atau kebersamaan dalam sebuah tim. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK...

KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...DAFTAR BAGAN... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Batasan Penelitian... F. Struktur Organiasi... BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRN,

HIPOTESISIS PENELITIAN

A. Hakikat Kecerdasan Emosional... 1. Pengertian Emosi... 2. Pengertian Kecerdasan Emosional... 3. Komponen Kecerdasan Emosi... 4. Faktor Faktor Kecerdasan Emosi... B. Hakikat Kerjasama Tim... C. Cabang Olahraga Bola Voli... D. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kerjasama Tim... E. Kerangka Pemikiran... F. Hipotesis Penelitian...

i ii iii vi viii

ix x

1 7 7 7 8 9

10 10 11 12 15 18 21 23 27 30


(6)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian... B. Populasi dan Sampel Penelitian...

1. Populasi... 2. Sampel... C. Desain Penelitian... D. Alat Pengumpulan Data... E. Uji Coba Angket... F. Pelaksanaan Pengumpulan Data... G. Prosedur Pengelolaan Analisis Data... BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data... B. Hasil Pengolahan dan Analisis Data... C. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi... D. Diskusi Penemuan...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

31 32 32 32 33 34 38 45 45

49 50 52 53

57 57


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 4.1.

4.2. 4.3. 4.4.

4.5.

4.6.

Kisi-kisi Angket Kerjasama Tim... Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban... Hasil Pengujian Validitas dari Kecerdasan Emosional... Hasil Pengujian Validitas dari Kerjasama Tim... Pedoman Penafsiran... Data Hasil Penghitungan dari Penyebaran Angket Kecerdasan Emosional (x) dan Angket Kerjasama Tim (y)... Hasil Uji Normalitas Lillifors... Hasil Uji Homogenitas... Besarnya Hubungan dari Variabel Angket Kecerdasan Emosional (x) dan Variabel Angket Kerjasama Tim (y)... Hasil Uji Signifikansi Koefisien Korelasi dari Hasil Penyebaran Angket Kecerdasan Emosional dengan Angket Kerjasama Tim... Hasil Penghitungan Determinasi dari Variabel X (Angket

Kecerdasan Emosional) dengan Y (Angket Kerjasama Tim)...

36 37 41 43 46

50 51 51

52

52


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

3.1. 3.2.

Desain Penelitian... Langkah-Langkah Penelitian...

33 34


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Angket Kecerdasan Emosional... Angket Kerjasama Tim... Data Angket untuk Pengujian Validitas dari Variabel Kecerdasan Emosional... Uji Validitas Butir Soal dari Variabel Kecerdasan

Emosional... Data Angket untuk Pengujian Validitas dari Variabel Kerjasama Tim... Uji Validitas Butir Soal dari Variabel Kerjasama Tim... Data Hasil Penyebaran Angket Sesungguhnya dari Variabel Kecerdasa Emosional... Data Hasil Penyebaran Angket Sesungguhnya dari Variabel Kerjasama Tim... Hasil Pengujian Validitas dari Kecerdasan Emosional dan Angket Kerjasama Tim... Data Hasil Penyebaran Angket Kecerdasan Emosional dan Kerjasama Tim... Uji Normalitas Lillifors dari Angket Kecerdasan Emosional... Uji Normalitas Lillifors dari Angket Kerjasama Tim... Uji Homogenitas dari Data Angket Kecerdasan Emosional (x) dan Angket Kerjasama Tim... Penghitungan Koefisien Korelasi Angket Kecerdasan Emosional denga Kerjasama Tim... Uji Koefisien Korelasi dari Hasil Penyebaran Angket Kecerdasan Emosional dengan Kerjasama Tim... Determinan... Daftar Tabel Product Moment...

61 64 67 69 71 73 75 76 77 79 81 83 84 85 86 87 88


(10)

18 19 20 21 22

Nilai Kritis untuk Uji Lillifors... Luas dibawah Lengkungan Normal Standar Dari 0 ke z... Nilai Persentil untuk Distribusi f... Nilai Persentil untuk Distribusi t... Dokumentasi Penelitian...

89 90 91 92 93


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bola voli adalah bagian dari cabang olahraga permainan. Dalam perkembangannya olahraga bola voli adalah olahraga kompetitif, artinya tujuan akhir dari permainan ini meraih kemenangan. Bola voli merupakan salah satu cabang olahraga permainan beregu, yang terdiri dari enam pemain dari tiap regunya. Setiap regu berada pada petak lapangan permainan masing-masing

dengan dibatasi oleh net. Sebagaimana yang dijelaskan Ma’mun dan Subroto (2001: 39) bahwa: “Bola voli dilakukan oleh dua regu, setiap regu berisikan 6

pemain. Dengan ukuran lapangan, panjang 18 meter dan lebar 9 meter. Tinggi net (jaring) putra (2,43 meter) dan putri (2,24 meter).” Dalam permainan bola voli cara memainkan bolanya yakni, dengan menggunakan satu atau kedua tangan, kepala, kaki serta anggota tubuh yang lain melalui atas net secara teratur dengan usaha agar bola tidak jatuh di lapangan permainan sendiri dan berusaha menjatuhkan bola di dalam daerah permainan lawan. Seperti yang dijelaskan Irsyada (1999: 13-14) sebagai berikut:

Bola voli adalah olahraga beregu. Setiap regu berada pada petak lapangan permainan masing-masing dengan dibatasi oleh net. Bola dimainkan dengan satu atau dua tangan hilir mudik atau bolak-balik melalui atas net secara teratur sampai bola menyentuh lantai (mati) di petak lawan dan mempertahankan agar bola tidak mati di petak permainan sendiri.

Setiap pemain bola voli dituntut memiliki kombinasi kemampuan fisik dan keterampilan teknik yang berkualitas, seperti yang dijelaskan Kosasih (1993: 109)

bahwa: “Bola voli merupakan permainan beregu, tetapi meskipun demikian

kemampuan perorangan yang tinggi akan memudahkan menggalang kerjasama.” Dari pendapat tersebut, maka tujuan dari olahraga bola voli yaitu menjatuhkan bola di dalam daerah permainan lawan untuk mendapatkan point atau angka kemenangan dalam permainan.

Permainan bola voli di Indonesia cukup digemari oleh berbagai kalangan masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa baik laki-laki maupun


(12)

2

perempuan yang dapat dilakukan oleh masyarakat perkotaan maupun pedesaaan. Untuk mewujudkan prestasi permainan bola voli tidaklah mudah, karena dipengaruhi oleh dua faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen yang berhubungan dengan keadaan diri atlet, yang meliputi kemampuan fisik, kemampuan teknik, taktik dan psikis. Sedangkan faktor eksogen berhubungan dengan keadaan diluar diri atlet seperti situasi dan kondisi pada saat pertandingan.

Berkaitan dengan permainan bola voli secara psikologis, bahwa olahraga bola voli dapat dijadikan wahana menyalurkan dan memperoleh keinginan-keinginan dalam hati seperti rasa senang, minat, hobby dan pembuktian kemampuan diri atau prestasi. Secara fisiologis, olahraga bola voli dapat dijadikan wahana pemberdayaan kemampuan fungsi fisiologis seperti meningkatkan kesehatan, kebugaran dan meningkatkan kualitas komponen kondisi fisik seperti; kerja jantung dan paru-paru, kelincahan, kecepatan dan kekuatan. Sedangkan secara sosial, olahraga bola voli dapat digunakan sebagai media sosialisasi melalui interaksi dan komunikasi dengan orang lain atau lingkungan sekitar.

Bermain bola voli setiap individu dituntut untuk memiliki kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental. Dilihat dari karakter permainan bola voli yang dinamis dan menuntut kerjasama, maka untuk dapat bermain bola voli dengan baik dibutuhkan dukungan fisik dan teknik yang baik disertai penerapan taktik atau strategi permainan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. Selain itu, menuntut adanya kemampuan mental dari dalam dirinya untuk melakukan kerjasama yang ditampilkan dalam tim di dalam lapangan dan memiliki motivasi berperestasi yang tinggi untuk mencapai kemenangan dalam setiap pertandingan.

Kemampuan intelektual atau berfikir seseorang secara alamiah akan berkembang dengan sendirinya sesuai proses pertumbuhan, perkembangan, kematangan dan pengalaman serta faktor belajar atau latihan. Kemampuan berfikir merupakan gambaran dari salah satu kecakapan dalam melakukan bermacam-macam keterampilan dasar dan aktivitas fisik secara keseluruhan. Faktor penyebab perbedaan hasil belajar atau latihan adalah tingkat kemampuan menjalankan kecerdasan emosional (emosional intelegensi).


(13)

3

Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa dalam proses latihan bola voli, yakni sebagian pemain cenderung kurang aktif melakukan gerak, atlet kurang fokus terhadap materi yang dipelajarinya, kurangnya pemahaman tentang strategi yang diberikan dan berdampak pada formasi yang tidak dapat diterapkan saat bermain, kurangnya pemahaman tentang teknik dasar dari pemain, dan kapasitas kemampuan untuk menjalankan instruksi kurang dapat dimengerti. Dengan demikian, kesiapan pembina dan pelatih untuk mengenal karakteristik pemain dalam latihan merupakan modal utama penyampaian materi program latihan dan menjadi indikator suksesnya dalam proses latihan. Hal inilah yang menyebabkan pergerakan pemain saat bermain tidak luas (mobile) seperti; pergerakan antara posisi tidak terjalin dengan harmonis, oleh karena pemain kuarang menguasai pemahaman bermain bola voli.

Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang bersifat internal (ada pada diri seseorang) yang menekankan proses berpikir sebagai dasar yang menentukan semua tingkah laku. Steiner (1997: 71) menjelaskan bahwa:

“Emosional intelegensi adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.” Kecerdasan emosional dapat mempengaruhi pikiran, perkataan, maupun perilaku, termasuk dalam melakukan aktivitas. Penjelasan tentang pengertian kecerdasan emosional menurut Salovery dan John Mayer yang dikutip Shapiro (1997: 8) menjelaskan bahwa:

Kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemam-puan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk mengembangkan pikiran dan tindakan. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat digambarkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir dalam mempelajari suatu materi yang dilakukan dalam proses latihan. Dengan demikian, dalam proses latihan permainan bola voli kemampuan seseorang secara menyeluruh (fisik, teknik, taktik dan mental) tidak akan meningkatkan, apabila tidak didukung oleh kecerdasan emosional. Oleh karena, kecerdasan emosional


(14)

4

merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi dalam pencapaian hasil latihan. Selain itu juga kecerdasan emosional mempunyai peranan yang penting dalam proses latihan ataupun pertandingan, terutama ketika pemain dituntut untuk meningkatkan kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, dalam hal ini kemampuan memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.

Kehidupan di dalam masyarakat seseorang harus mempunyai kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain sangat penting, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dengan adanya kerjasama semua pekerjaan akan terasa lebih ringan dibandingkan jika dikerjakan sendiri. Kerjasama merupakan salah satu cara untuk cepat mencapai sebuah tujuan yang diinginkan oleh manusia, hampir dalam semua aspek kehidupan. Ada banyak dinamika kelompok yang terjadi di dalam sebuah tim olahraga. Salah satunya adalah tentang pentingnya bagi sebuah tim untuk memliki kerjasama/kekompakan yang baik untuk mencapai prestasi maksimal.

Kerjasama dalam sebuah tim yaitu cara berinteraksi atau berkomunikasi sesama pemain dapat memberikan dampak pada penampilan tim. Hall (1960: 202)

menjelaskan bahwa: ”Paling cocok untuk mencapai sukses adalah mereka mampu

menemukan kekuatan mereka dalam kerjasama mampu membangun tim berdasarkan saling menolong, dan tanggung jawab untuk rekan sesama.” Dengan kata lain, salah satu faktor yang paling penting untuk meningkatkan penampilan tim dalam mencapai berprestasi adalah melalui kerjasama tim.

Kemampuan kerjasama yang baik sangat dibutuhkan dalam hubungan interpersonal sehingga tujuan bersama dapat dicapai secara efektif. Dengan adanya kerjasama sebuah tujuan tertentu bisa dicapai dengan lebih mudah dan cepat. Kerjasama tim merupakan semua tentang kebersamaan individu untuk membentuk keseluruhan atau satu kesatuan yang bersifat kooperatif. Mengenai hal ini, dalam situs http://www.geocities.com dijelaskan bahwa: “Kerjasama secara umumnya ialah orang-orang yang bersatu dalam sesuatu pekerjaan yang terdiri daripada dua orang atau lebih untuk tujuan tertentu, untuk menghasilkan pengeluaran dan mengagihkannya.” Dari penjelasan tersebut, maka kemampuan


(15)

5

kerjasama adalah hal yang sangat penting dimiliki seseorang, dalam hal ini khususnya oleh seorang atlet atau pemain bola voli, karena setiap pemain memiliki peran yang penting dalam penampilan suatu tim yang di dalamnya sudah pasti memerlukan kerjasama guna meningkatkan penampilan tim.

Berdasarkan fakta dan pengamatan di lapangan bahwa dalam proses latihan dan hasil pertandingan bola voli, kecerdasan emosional yang ditunjukkan para atlet bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung relatif beragam. Seperti; atlet atau pemain kurang berusaha bekerjasama dengan pemain lain dalam bermain bola voli secara berkelompok atau tim. Atlet kurang dapat menghargai orang lain dan menghormati terhadap pelatih maupun pemain lain. Ada pemain yang egois. Ada atlet yang mudah berinteraksi dan berkomunikasi dengan atlet lain dan pelatih, ada pula yang tertutup. Ada pemain yang rajin mengikuti latihan dan ada pula pemain yang jarang berlatih. Selain itu, indikasi lain ada pemain yang memiliki kedisiplinan yang baik ada pula siswa lalai mematuhi tata tertib dalam mengikuti proses latihan, sehingga pemain sulit untuk dipadukan karena karakteristik yang berbeda-beda. Mengacu pada kondisi tersebut dan dikaitkan dengan tujuan latihan yaitu membentuk manusia yang berkualitas dan terampil dalam bidangnya, maka nampak ada sesuatu yang perlu diperhatikan dan ditanggapi oleh para pelatih bola voli berkenaan dengan kecerdasan emosional yang dihubungkan untuk membentuk kerjasama tim yang solid.

Umumnya kondisi fisik, teknik, dan taktik pemain bola voli dalam setiap pertandingan cenderung seimbang atau dalam kondisi yang sama, tetapi berbeda dalam kondisi mentalnya. Pada beberapa pertandingan bola voli menunjukkan bahwa kemenangan suatu tim salah satunya ditentukan oleh kondisi mental para pemainnya yang stabil, dalam hal ini kecerdasan emosionalnya. Dengan kata lain, mengindikasikan bahwa kecerdasan emosional yang baik dapat meningkatkan kerjasama tim, dengan demikian kondisi mental yang baik mutlak diperlukan agar prestasi dapat ditingkatkan.

Berkaitan dengan kecerdasan emosional dan kerjasama tim para atlet di klub Bahana Bina Pakuan Bandung, Peneliti pun melakukan wawancara dengan Bapak Sugandi sebagai Pembina/Pelatih bola voli klub Bahana Bina Pakuan


(16)

6

Bandung pada hari Sabtu, tanggal 18 Januari 2014 pukul 09.30 WIB bertempat di GOR Saparua Bandung. Adapun hasil wawancaranya sebagai berikut:

Berbicara tentang kecerdasan emosional atlet di klub Bahana Bina Pakuan Bandung, menurut Bapak tingkat kecerdasan emosional atlet bola voli di klub Bahana Bina Pakuan Bandung? Beliau mengatakan bahwa: “Pada hakikatnya kecerdasan emosional para atlet di klub Bahana Bina Pakuan Bandung relatif beragam, namun seiring dengan kegiatan latihan, kecerdasan emosional para atlet cenderung meningkat. Dalam hal ini para atlet mampu mengenali perasaannnya sendiri dan perasaan orang lain, oleh karena pada saat proses latihan para atlet secara tidak langsung berhubungan dengan orang lain (atlet lain maupun pelatih) dan para atlet dituntut beradaptasi dengan lingkungannya”. Kemudian bagaimana kerjasama tim yang dilakukan para atlet di klub Bahana Bina Pakuan Bandung saat latihan maupun pertandingan? Beliau menjelaskan bahwa: ”Pada awalnya kerjasama para atlet belum terbentuk, karena pada saat atlet mulai mengikuti latihan cenderung masih memilki sifat yang egois, para atlet belum dapat berinteraksi dengan leluasa dikarenakan belum mengenal satu sama lainnya, dan belum mampu beradaptasi dengan lingkungan saat latihan maupun pertandingan berlangsung. Sejalan dengan waktu para atlet mampu bekerjasama dengan atlet lain secara kooperatif dan atlet merasa menjadi bagian dari tim, selain itu para atlet dapat berkomunikasi dengan atlet lainnya maupun pelatih secara terbuka mengenai kemajuan tim, dan atlet sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan saat latihan dilaksanakan. Sehingga, pada akhirnya kerjasama tim dapat terbentuk ketika para atlet mengikuti latihan maupun pertandingan”.

Salah satu dampak dari interaksi yang cukup penting mempengaruhi munculnya kerjasama yaitu kemampuan mengatur emosi untuk menjalin interaksi yang efektif dengan orang lain atau lingkungan. Kerjasama merupakan hal yang paling penting dalam permainan bola voli, karena tanpa kerjasama yang baik maka strategi apapun tidak akan berhasil dan tepat guna dalam mencapai tujuan permainan. Dengan demikian, kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dalam mengikuti proses latihan atau pertandingan. Dalam hal ini, kecerdasan emosional dapat menunjukkan cepat


(17)

7

tidaknya atau mudah tidaknya seseorang menguasai untuk mengenali emosi diri sendiri dan mengenali emosi orang lain. Dengan kata lain, semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang, maka semakin mudah dan cepat orang tersebut dapat bekerjasama dengan orang lain. Goleman (1998: 58) menjelaskan bahwa:

Kecerdasan emosi (emotional intelligence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan bahwa kecerdasan emosional erat hubungannya dengan kerjasama sebuah tim. Selain itu juga dapat dijadikan acuan untuk mengukur kolektifitas penampilan tim terutama dalam menumbuhkan kekompakan atau kebersamaan dalam sebuah tim. Dengan demikian, kecerdasan emosional mempunyai kedudukan dalam suatu kerangka pelatihan pada suatu cabang olahraga menjadi penting karena dapat meningkatkan penampilan tim atau kerjasama tim. Mengacu pada latar belakang masalah di

atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kerjasama Tim dalam Cabang Olahraga Bola Voli”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli?

C. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya. Bertitik tolak pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli.

D. Manfaat Penelitian

Apabila penelitian ini terbukti pada tarap signifikan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:


(18)

8

1. Manfaat teoritis

a. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi keilmuan yang berarti bagi pembina atau pelatih terhadap pengembangan pelatihan pada umumnya dan khususnya mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli. b. Dapat dijadikan pedoman bagi para atlet untuk dapat mempersiapkan diri,

khususnya cabang olahraga prestasi agar mengembangkan kemampuan dalam mencapai prestasi.

c. Membuat peluang kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih signifikan dan lebih mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia terutaa para pembina, pelatih dan guru olahraga dalam mempertimbangkan dan menerapkan program latihan mental, khususnya dalam meningkatkan kecerdasan emosional pemain dan kerjasama tim dalam permainan bola voli.

b. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk organisasi keolahragaan khususnya dalam olahraga permainan, dalam upaya pembinaan serta peningkatan secara psikologi para atlet.

E. Batasan Penelitian

Agar penelitian ini teratur dan terarah maka peneliti memberikan batasan dalam penelitian ini, yakni:

1. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli.

2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional.

3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli.

4. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah para atlet bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung, sebanyak 60 orang.


(19)

9

F. Struktur Organisasi

Agar penelitian terancang dengan baik, maka perlu adanya penyusunan secara terstruktur. Oleh karena itu penulis memaparkannnya sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Struktur Organisasi.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis

Bab ini merupakan uraian landasan teori mengenai Hakikat Kecerdasan Emosional, Hakikat Kerjasama Tim, Cabang Olahraga Bola Voli, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini merupakan uraian tentang Metode Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Alat Pengumpulan Data, Uji Coba Angket, Pelaksanaan Pengumpulan Data, Prosedur Pengelolaan dan Analisis Data BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan mengenai Hasil Pengolahan dan Analisis Data, dan Diskusi Temuan.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Bab terakhir ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, meliputi Kesimpulan dan Saran.


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pemecahan dan penyelesaian suatu masalah penelitian diperlukan suatu metode. Metode adalah cara untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan suatu masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Jadi, keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak akan lepas dari metode yang digunakan dalam penelitian tersebut. Oleh karena, masalah yang akan diteliti dan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan metode penelitian.

Metode penelitian yang penulis gunakan metode penelitian deskriptif, karena penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli. Mengenai metode deskriptif dijelaskan oleh Ibrahim dan Sudjana (2004: 64) bahwa:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Pendapat tersebut memberikan makna bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi. Lebih jelas lagi tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Surakhmad (1998: 140) sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik). Berdasarkan kutipan di atas maka, metode deskriptif digunakan atas dasar pertimbangan bahwa, sifat penelitian ini ialah suatu proses penelitian yang menggungkapkan, mengambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Langkah penelitian


(21)

32

ini tidak terbatas pada proses pengumpulan data, akan tetapi meliputi interpretasi dari data yang diperoleh agar masalah ini dapat diungkap dan dijawab, sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Dalam hal ini, Arikunto (2002: 102) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.” Sedangkan Sudjana (1989: 6) menjelaskan bahwa:

Totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Atas dasar pendapat para ahli di atas, dapat digambarkan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah totalitas sumber data secara keseluruhan subjek penelitian, oleh karena itu perlu ditetapkan secara akurat, sebab data yang terkumpul akan diolah dan dianalisa kemudian kesimpulannya digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Populasi dalam penelitian ini adalah para atlet bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung, berjumlah 60 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi. Arikunto (2002: 104) menjelaskan bahwa: “Sampel adalah sebagian atau mewakili sebagian populasi yang diteliti.” Sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga mewakili populasinya, Ibrahim dan Sudjana (2004: 85) menjelaskan bahwa: “Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.” Untuk penentuan jumlah sampel, tidak ada patokan yang standar untuk dijadikan acuan dalam menentukan sampel penelitian, akan tetapi untuk memilih sampel harus diketahui dahulu dari sifat populasinya. Hal ini sesuai yang dikemukakan Nasution (2004: 134) bahwa: “Tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipergunakan atau suatu penelitian di populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud


(22)

33

sampel besar dan kecil.” Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi dengan cara purposive sampling. Lutan, Berliana, dan Sunaryadi (2007: 99) menjelaskan bahwa: “Penggunaan purposive sampling dilakukan dalam mempertimbangkan untuk menentukan sampel yang dipercaya berdasarkan atas informasi terdahulu, dan akan memberikan data yang diperlukan.”

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 orang dari para atlet bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung. Dalam penelitian ini, ciri-ciri sampel yang digunakan sebagai berikut:

1. Sampel tersebut memiliki prestasi di cabang olahraga bola voli.

2. Sampel tersebut rajin berlatih di klub bola voli Bahana Bina Pakuan Bandung. 3. Sampel tersebut terdiri dari para pemain junior kelompok usia 17 – 20 tahun

yang tergabung di klub bola voli Bahana Bina Pakuan Bandung. C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Desain penelitian diperlukan untuk dijadikan pegangan dalam pelaksanaan penelitian, agar penelitian yang dilakukan arahnya jelas dan terencana. Suatu penelitian deskriptif pengambilan data yang digunakan harus dipilih berdasarkan variabel-variabel yang tergantung dalam penelitian. Pada penelitian ini, langkah-langkah yang disusun sebagai berikut: a) Menetapkan populasi dan sampel penelitian, b) Pengambilan dan pengumpulan data melalui penyebaran angket dan tes, c) Analisis data, dan d) Menetapkan kesimpulan.

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, penulis sajikan dalam bentuk Bagan 3.1.

Bagan 3.1 Desain Penelitian (Sumber: Sukardi, 2008: 167) Keterangan:

X : Kecerdasan Emosional Y : Kerjasama Tim

Y X


(23)

34

Berdasarkan desain penelitian yang digunakan, maka langkah-langkah dalam penelitian ini dapat kita lihat dalam Bagan 3.2.

Bagan 3.2

Langkah-langkah Penelitian D. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian berupa angket atau kuesioner dan tes pengukuran sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini digunakan angket sebagai alat pengumpul datanya. Sehubungan dengan angket atau kuesioner dijelaskan Arikunto (2002: 124) sebagai berikut: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.”

Angket dalam penelitian ini saya adopsi dari bebagai pihak yang merupakan gambaran mengenai hubunganantara kecerdasan emosionaldengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Karena angket ini bersifat tertutup artinya angket ini

Populasi

Sampel

Kecerdasan Emosional Kerjasama Tim

Pengolahan dan Analisis Data

Kesimpulan Metode Penelitian


(24)

35

disusun dengan pernyataan terbatas, tegas, kongkrit dan lengkap sehingga, responden hanya memilih alternatif jawaban yang tersedia.

Memudahkan penyusunan butir-butir pertanyaan atau pernyataan angket serta alternatif jawaban yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban yang dikemukakan oleh responden didasarkan pada pendapatnya sendiri atau suatu hal yang dialaminya. pengidentifikasian perubahan perilaku dan pribadi seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan dan pernyataan dari setiap butir soal yang akan disajikan, hendaknya terlebih dahulu harus diketahui secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel) dari alat pengumpulan datanya, karena kecermatan penilaian dalam mempertimbangkan dan mengambil keputusan serta diagnosa tergantung kepada tingkat ketepatan, kepercayaan, keobyektifan dan kereprestantifan informasi yang didukung oleh data yang diperoleh di lapangan. Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada angket mengenai kecerdasan emosional dan kerjasama tim.

1. Penyusunan Angket

Angket kecerdasan emosional yang saya gunakan pada penelitian ini saya adopsi dari Lane, et al (2009), sedangkan angket kerjasama tim dari Siti Mariam Skripsi (2013). Untuk lebih jelas dan memudahkan penyusunan spesifikasi data tersebut, maka dituangkan dalam bentuk kisi-kisi. Kisi-kisi tentang kerjasama tim dalam penelitian ini mengacu pada pendapat para ahli, yaitu sebagai berikut: a) Pamudji (1985: 12-13) menjelaskan bahwa: “Kerjasama pada hakekatnya

mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi secara dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama.”

b) Wibowo (2004: 23) menjelaskan bahwa:

Setiap orang akan memilih tim terbaik. Setiap orang tahu bagaimana mengatur tugas di antara anggota-anggotanya. Prioritas utama sebuah tim apapun adalah belajar berfungsi seefektif dan semulus-mulusnya sehingga secara individu dan bersama-sama, anggota tim itu dapat meraih sasaran yang tepat.

Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, maka dapat digambarkan bahwa kerjasama merupakan keinginan untuk bekerjasama tim dari setiap anggota secara


(25)

36

kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok/tim. Artinya kerjasama dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu pencapaian tujuan bersama. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan acuan dalam pembuatan pernyataan mengenai kerjasaama tim diadobsi berdasarkan pendapat para ahli di atas, antara lain; bekerja lebih produktif, efektif dan efisien, pencapaian tujuan, terciptanya hubungan yang harmonis, meningkatakan kesetiakawanan, dan meningkatkan semangat kelompok.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Tentang Kerjasama Tim

Variabel Komponen Indikator No Soal

+ -

Kerjasama Tim 1. Bekerja lebih produktif

2. Efektif dan efisien

3. Pencapaian tujuan

4. Terciptanya hubungan yang harmonis 5. Meningkatakan kesetiakawanan 6. Meningkatkan semangat kelompok 1. Fisik 2. Psikis

3. Tidak mudah menyerah 1. Berusaha

2. Hasil 3. Mamapu 1. Berusaha 2. Tidak cemas

3. Kesamaan/keserasian 1. Saling menghargai

2. Tidak adanya pertikaian/konflik 3. Saling memahami

1. Saling pengertian 2. Saling membutuhkan 3. Saling mempercayai 1. Kekompakan tim 2. Memahami kelompok 3. Saling mendukung

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 Indikator-indikator yang telah dirumuskan ke dalam bentuk kisi-kisi tersebut di atas selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pernyataan atau soal dalam angket. Butir-butir pertanyaan atau soal tersebut dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang tersedia yang telah saya sesuaikan dengan cabang olahraga bola voli. Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala sikap yakni skala Likert. Ibrahim dan Sudjana (2004: 107) menjelaskan sebagai berikut:


(26)

37

Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu pernyataan yang diajukan ada dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai subyek sangat setuju, setuju, tidak punya pilihan, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Berdasarkan uraian tentang alternatif jawaban dalam angket, penulis menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut : Kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 2 dan Sangat Tidak Setuju = 1. Kategori untuk setiap butir pernyataan negatif, yaitu Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 4 dan Sangat Tidak Setuju = 5. Kategori penyekoran tampak dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan-pernyataan agar responden dapat menjawab salah satu alternatif jawaban tersebut, maka pernyataan-pernyataan itu disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakhmad (1998: 184) sebagai berikut:

1. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya 2. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh

responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif 3. Sifat pernyataan harus netral dan obyektif

4. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain

5. Keseluruhan pernyataan dalam angket harus sanggup mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang kita hadapi


(27)

38

Uraian tersebut, maka dalam menyusun pernyataan dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas dan tegas. Pernyataan-pernyataan angket penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

E. Uji Coba Angket

Angket yang telah disusun harus diuji cobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan-pernyataan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini. Uji coba angket ini dilaksanakan pada tanggal 13 – 14 Januari 2014. Angket tersebut diujicobakan kepada para atlet bola voli Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) FPOK UPI Bandung, sebanyak 20 orang. Sebelum para sampel mengisi angket, penulis memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisiannya.

Adapun langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen sebagai berikut:

1. Menentukan Validitas Instrumen

Penentuan validitas instrumen dilakukan langkah-langkah dalam mengolah data untuk menentukan validitas instrumen tersebut adalah:

a. Data yang diperoleh dari hasil uji coba dikumpulkan dan dipisahkan antara skor tertinggi dan terendah

b. Menentukan 50% responden yang memperoleh skor tinggi dan 50% yang memperoleh skor rendah.

c. Kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor tinggi disebut kelompok atas. Sedangkan kelompok yang terdiri dari responden yang memperoleh skor rendah disebut kelompok bawah.

d. Mencari nilai rata-rata (X) setiap butir dengan rumus dari Sudjana (1989: 62):

Keterangan:

X : Nilai rata-rata yang dicari Xi : Jumlah skor

n : Jumlah responden

Xi

X = n


(28)

39

e. Mencari simpangan baku (S) setiap butir pernyataan dari Sudjana (1989: 94) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : Simpangan baku yang dicari

(X – X)2 : Jumlah hasil penguadratan nilai skor dikurangi rata-rata n – 1 : Jumlah sampel dikurangi satu

f. Mencari variansi gabungan (S2) untuk setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dari Sudjana (1989: 232) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

S2 : Varians gabungan

S1 : Simpangan baku kelompok satu

S2 : Simpangan baku kelompok dua

n : Sampel

g. Mencari nilai thitung untuk setiap butir pernyataan dari Sudjana (1989: 233)

dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : Simpangan baku n : Jumlah Sampel

X1 : Rata-rata Kelompok atas

X2 : Rata-rata Kelompok bawah

Penentuan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan pendekatan signifikansi, yaitu jika thitung lebih besar dari ttabel(0.95) dengan α = 0.05 dan derajat

kebebasan (dk = 20 – 2 = 18) = 1.73, maka dinyatakan pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, tetapi jika sebaliknya, jika thitung lebih

kecil dari ttabel maka pernyataan tersebut tidak signifikan, dengan kata lain

(X– X)2 S =

n - 1

(n1-1) Si2 + (n2 -1) S22

S2 =


(29)

40

pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat pengumpul data. Hasil pengujian validitas dari penyebaran angket mengenai kecerdasan emosional, diperoleh butir soal dalam angket yang valid sebanyak 30 soal dari 33 soal dan hasil pengujian validitas dari penyebaran angket mengenai kerjasama tim, diperoleh butir soal dalam angket yang valid sebanyak 30 soal dari 36 soal. 2. Menentukan Reliabilitas Instrumen

Penentuan reliabilitas instrumen, penulis melakukan pendekatan sebagai berikut:

a. Membagi butir pernyataan menjadi dua bagian pernyataan yang bernomor ganjil dan bernomor genap

b. Skor dari butir pernyataan yang bernomor ganjil dikelompokkan menjadi variabel X dan skor dari butir-butir pernyataan yang bernomor genap dijadikan variabel Y.

c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor genap dengan butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product. Moment sebagai berikut:

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi yang dicari

XY: Jumlah perkalian skor x dan skor y

X : Jumlah skor x

Y : Jumlah skor y

n : Jumlah banyaknya soal

d. Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus

Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

rii : Koefisien yang dicari

2. r : Dua kali koefisien korelasi 1 + r : Satu tambah koefisien korelasi

n XY – (X) (Y) rxy =

(n (X2) – (X)2 ) (n (Y2) – (Y)2 )

2. r xy rii =


(30)

41

e. Menguji signifikansi korelasi, yaitu dengan rumus yang dikembangkan oleh Sudjana (1989: 365) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

t : Nilai t-hitung yang dicari r : Koefisien seluruh tes

n – 2 : Jumlah soal/pernyataan dikurangi dua

Hasil penghitungan reliabilitas dari kecerdasan emosional dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Hasil Penghitungan Reliabilitas dari Kecerdasan Emosional

No X Y X 2 Y2 X.Y

1 27 17 729 289 459

2 30 20 900 400 600

3 34 30 1156 900 1020

4 34 34 1156 1156 1156

5 31 32 961 1024 992

6 34 27 1156 729 918

7 35 33 1225 1089 1155

8 32 34 1024 1156 1088

9 25 24 625 576 600

10 19 19 361 361 361

11 15 19 225 361 285

12 19 21 361 441 399

13 23 24 529 576 552

14 30 34 900 1156 1020

15 20 24 400 576 480

16 37 33 1369 1089 1221

17 22 19 484 361 418

18 27 22 729 484 594

19 34 30 1156 900 1020

20 28 30 784 900 840

556 526 16230 14524 15178

Setelah mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan butir-butir pernyataan yang bernomor genap dengan menggunakan rumus korelasi Person Product Moment sebagai berikut:

n XY – (X) (Y) rxy =

(n (X2) – (X)2 ) (n (Y2) – (Y)2 ) 20(15178) – (556)(526) rxy =

r  n - 2 t =


(31)

42

11104

= = 0.76

14610.44

Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus

Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

= rii = 0.86

Menguji signifikansi korelasi, yaitu dengan rumus sebagai berikut:

) 76 . 0 ( 1

2 20 76 . 0

2

  

0.65 3.22

 = 4.96

Hasil penghitungan korelasi Pearson Product Moment dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown, kemudian untuk menentukan nilai thitung, nilai

rseluruh item tes yang dihasilkan dimasukkan ke dalam rumus yang dikembangkan

oleh Sudjana. Dari hasil penghitungan tersebut diperoleh rhitung = 0.76 dan rhitung

gabungan = 0.86 sedangkan pada rtabel product moment diketahui bahwa dengan n

= 20 (dk = n – 2 = 18) harga r 0.95 = 0.468. Dengan demikian maka rhitung lebih

besar dari rtabel. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini dapat

dipercaya atau reliabel. Hasil dari uji signifikansi korelasi menunjukkan thitung =

4.96, sedangkan ttabel pada taraf nyata 0.05 dan (dk = 18, α = 0.975) = 2.10.

r  n - 2 t =

 1 – r 2 11104 =

213465056

2(0.76) rii =

1 + 0.76 2. r xy rii =


(32)

43

Dengan demikian thitung lebih besar dari ttabel, ini menunjukkan bahwa instrumen

dari variabel kecerdasan emosional mempunyai reliabilitas yang signifikan.

Hasil penghitungan reliabilitas dari kerjasama tim dalam dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Penghitungan Reliabilitas dari Kerjasama Tim

No X Y X 2 Y2 X.Y

1 46 44 2116 1936 2024

2 50 42 2500 1764 2100

3 57 53 3249 2809 3021

4 57 57 3249 3249 3249

5 59 58 3481 3364 3422

6 50 44 2500 1936 2200

7 58 52 3364 2704 3016

8 61 56 3721 3136 3416

9 62 51 3844 2601 3162

10 51 40 2601 1600 2040

11 51 48 2601 2304 2448

12 65 65 4225 4225 4225

13 44 46 1936 2116 2024

14 45 45 2025 2025 2025

15 42 38 1764 1444 1596

16 62 57 3844 3249 3534

17 60 55 3600 3025 3300

18 55 53 3025 2809 2915

19 49 45 2401 2025 2205

20 42 47 1764 2209 1974

1066 996 57810 50530 53896

Setelah mengkorelasikan antara skor butir-butir pernyataan yang bernomor ganjil dengan butir-butir pernyataan yang bernomor genap dengan menggunakan rumus korelasi Person Product Moment sebagai berikut:

n XY – (X) (Y) rxy =

(n (X2) – (X)2 ) (n (Y2) – (Y)2 ) 20(53896) – (1066)(996) rxy =

(20(57810) – (1136356)) (20(50530) – (992016)) 16184

=

(19844) (18584) 16184


(33)

44

16184

= = 0.84

19203.67

Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

= rii = 0.91

Menguji signifikansi korelasi, yaitu dengan rumus sebagai berikut:

) 84 . 0 ( 1 2 20 84 . 0 2    54 . 0 3.58

 = 6.64

Hasil penghitungan korelasi Pearson Product Moment dimasukkan ke dalam rumus Spearman Brown, kemudian untuk menentukan nilai thitung, nilai

rseluruh item tes yang dihasilkan dimasukkan ke dalam rumus yang dikembangkan

oleh Sudjana. Dari hasil penghitungan tersebut diperoleh rhitung = 0.84 dan rhitung

gabungan = 0.91 sedangkan pada rtabel product moment diketahui bahwa dengan n

= 20 (dk: n – 2 = 18) harga r 0.95 = 0.468. Dengan demikian, maka rhitung lebih

besar dari rtabel. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian ini dapat

dipercaya atau reliabel. Hasil dari uji signifikansi korelasi menunjukkan thitung =

6.64, sedangkan ttabel pada taraf nyata 0.05 dan (dk = 18, α = 0.975) = 2.10.

Dengan demikian thitung lebih besar dari ttabel, ini menunjukkan bahwa instrumen

dari variabel kerjasama tim mempunyai reliabilitas yang signifikan. r  n - 2

t =

 1 – r 2 2(0.84) rii =

1 + 0.84 2. r xy rii =


(34)

45

F. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Instrumen yang telah dinyatakan valid dan reliabel dalam arti instrumen itu dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini oleh penulis diperbanyak untuk disebarkan kepada sampel penelitian yang merupakan sumber data dalam penelitian ini. Angket tersebut disebarkan kepada para atlet bola voli klub Bahana Bina Pakuan Bandung pada tanggal 18 – 19 Januari 2014, butir soal dalam angket yang valid dan reliabel ini sebanyak 30 soal dari 33 soal pada variabel kecerdasan emosional dan sebanyak 30 soal dari 36 soal pada variabel kerjasama tim.

G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil tes penyebaran angket merupakan data asli. Data-data yang telah diperoleh dapat diolah dan dianalisis untuk menghasilkan suatu hubungan yang berarti melalui data-data tersebut. Adapun rumus-rumus statistika yang digunakan untuk mengolah data hasil tes dikutip dari buku “Metode Statistika” (1989) yang disusun oleh Sudjana. Adapun langkah-langkah pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh hasil pengolahan data, sehingga dapat menggambarkan masalah yang diungkap mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli, maka penulis menggunakan teknik penghitungan data dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P : Jumlah atau besarnya persentase yang dicari ΣX1 : Jumlah skor berdasarkan alternatif jawaban

ΣXn : Jumlah total skor

Setelah hasil pengolahan data diperoleh maka, langkah selanjutnya adalah menganalis dan menafsirkan sesuai dengan hasil penelitian. Adapun tingkat keabsahan sebagai penunjang dalam pengolahan data ini ditentukan berdasarkan jumlah persentase terbanyak atau yang tertinggi dari setiap

X1

P = x 100%


(35)

46

komponen penelitian. Untuk memudahkan dalam memberikan penafsiran data, Mathews (1963) yang dikutip oleh Nurhasan (1999:21) menjelaskan tentang acuan standar penilaian suatu tes. Pedoman penafsiran tentang acuan standar penilaian suatu tes dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Pedoman Penafsiran

No Tingkat Katagori

1 2 3 4 5

90% – 100% 80% – 89%

70% – 79% 60% – 69% 0% – 59%

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

2. Menghitung nilai rata-rata dari setiap variabel digunakan rumus:

n X X  i

Keterangan:

X = Rala-rata yang dicari/mean Σ = Jumlah dari Xi

Xi = Skor mentah

n = Jumlah sampel

3. Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data atau variabel dengan menggunakan rumus: 1 ) ( 2     n X X S i Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari Xi = Skor mentah

X = Rata-rata dari skor mentah n = Jumlah sampel

4. Menguji normalitas data dari setiap data, untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah


(36)

47

dengan uji statistika non parametrik yang dikenal dengan “Uji Lilliefors.” Untuk menguji hipotesis nol ditempuh dengan prosedur sebagai berikut: 3.1. Pengamatan Xi, X2... Xndijadikan bilangan baku.Z1,

Z2, ,... Zndengan menggunakan rumus :

S X X ZI

(X dan Z masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku) 3.2 Untuk setiap bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi)=P(Z<Zi)

3.3 Menghitung Proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1.

Jika proporsi ini dinyatakan dengan rumus: Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn  Zi

S (Zi) =

n 3.4. Hitung selisih F(Z1) - S(Zi)

3.5. Ambil harga yang paling besar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga terbesar itu α untuk menerima dan menolak hipotesis nol maka Lo dibandingkan dengan nilai kritis L yang diambil dari uji Liliefors dengan taraf nyata 0.05 kriterianya adalah ditolak hipotesis nol bila populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dari L tabel, dalam hal lain hipotesis diterima. 4. Menghitung uji homogenitas terlebih dahulu harus mengetahui hasil uji

normalitas data distribusi normal. Dalam uji homogenitas ini menggunakan uji dua varians (Nurhasan 2002: 49). Dari uji tersebut dapat diketahui apakah varians variabel tersebut homogen atau tidak. Langkah-langkah uji homogenitas dalam penelitian ini adalah:

4.1. Pasangan hipotesis yang akan di uji: Ho:  =  H1:  

4.2. Mencari nilai dua varians dengan rumus:

Variansi Variansi

F

kecil besar

4.3. Tentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya yaitu: Tolak hipotesis (Ho) jika Fhitung› Ftabel dalam hal lain Ho diterima.


(37)

48

4.4. Dengan bantuan tabel F untuk uji homogenitas, maka tentukanlah nilai F-nya, dengan = 0,05.

4.5. Buat Kesimpulan

5. Menghitung koefisien, perhitungan ini dilakukan untuk mencari hubungan kedua variabel. Dengan rumus Product Moment Sudjana (1989: 354) yaitu:

rxy=

 

  } ) ( }{ ) ( { ) )( ( . 2 2 2 2 y y n x x n y x y x n Keterangan:

rxy = Korelasi yang dicari

n = Jumlah Sampel

X = Jumlah X

Y = Jumlah Y

XY = Jumlah X kali Y

X2 = Jumlah X2

Y2 =Jumlah Y2

6. Menghitung signifikansi koefisien tunggal dengan menggunakan pendekatan uji-t dengan rumus:

r n r t    1 2 Keterangan:

t = thitung yang dicari

r = Koefisien yang dicari i = Jumlah sampel

Pengujian statistik uji-t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat koefisien korelasi dari masing-masing variabel. Dengan kriteria pengujian hipotesis diterima jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α). Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t

pada tingkat kepercayaan atau taraf signifikansi α = 0.05 dengan harga t = 0.975 dan derajat kebebasan (dk) = n – 2.

7. Menghitung tingkat determinasi atau dukungan dengan rumus: D = r2 x 100%

Keterangan:

D = Determinasi r = Koefisien 100% = Konstanta tetap


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli.

B. Saran-saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih atau pembina cabang olahraga bola voli, hendaknya memahami faktor psikologi (mental) atlet dalam meningkatkan prestasi yang sesuai dengan tuntunan kebutuhan cabang olahraganya. Faktor psikologi kecerdasan emosional dapat memberikan hubungan dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli. Selain memperhatikan faktor psikologi (mental), para pelatih atau pembina olahraga bola voli tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti fisik, teknik, dan taktik dalam membina dan melatih atlet-atlet bola voli agar dapat mencapai prestasi yang maksimal.

2. Bagi para pemain bola voli pada khusunya dan para pemain/atlet cabang olahraga prestasi pada umumnya perlu mengembangkan kemampuan endogen yang berupa sistem persyarafan, fungsi fisiologis, kecerdasan emosional dan kondisi fisik yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam cabang olahraganya dan berlatih secara sistematis, terarah dan terencana dengan didiukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

3. Bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor psikologis mengenai korelasi atau keterhubungan terhadap pretasi ataupun kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli, penulis menganjurkan untuk mencoba faktor psikologis lainnya yang dapat meningkatkan prestasi cabang olahraga bola voli.


(39)

58

4. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kajian yang lebih mendalam.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli.

B. Saran-saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih atau pembina cabang olahraga bola voli, hendaknya memahami faktor psikologi (mental) atlet dalam meningkatkan prestasi yang sesuai dengan tuntunan kebutuhan cabang olahraganya. Faktor psikologi kecerdasan emosional dapat memberikan hubungan dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli. Selain memperhatikan faktor psikologi (mental), para pelatih atau pembina olahraga bola voli tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti fisik, teknik, dan taktik dalam membina dan melatih atlet-atlet bola voli agar dapat mencapai prestasi yang maksimal.

2. Bagi para pemain bola voli pada khusunya dan para pemain/atlet cabang olahraga prestasi pada umumnya perlu mengembangkan kemampuan endogen yang berupa sistem persyarafan, fungsi fisiologis, kecerdasan emosional dan kondisi fisik yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam cabang olahraganya dan berlatih secara sistematis, terarah dan terencana dengan didiukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

3. Bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor psikologis mengenai korelasi atau keterhubungan terhadap pretasi ataupun kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli, penulis menganjurkan untuk mencoba faktor psikologis lainnya yang dapat meningkatkan prestasi cabang olahraga bola voli.


(41)

58

4. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kajian yang lebih mendalam.


(1)

dengan uji statistika non parametrik yang dikenal dengan “Uji Lilliefors.” Untuk menguji hipotesis nol ditempuh dengan prosedur sebagai berikut: 3.1. Pengamatan Xi, X2... Xndijadikan bilangan baku.Z1,

Z2, ,... Zndengan menggunakan rumus :

S X X ZI

(X dan Z masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku) 3.2 Untuk setiap bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi)=P(Z<Zi)

3.3 Menghitung Proporsi Z1, Z2, ... Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1.

Jika proporsi ini dinyatakan dengan rumus: Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn  Zi

S (Zi) =

n 3.4. Hitung selisih F(Z1) - S(Zi)

3.5. Ambil harga yang paling besar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga terbesar itu α untuk menerima dan menolak hipotesis nol maka Lo dibandingkan dengan nilai kritis L yang diambil dari uji Liliefors dengan taraf nyata 0.05 kriterianya adalah ditolak hipotesis nol bila populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari perhitungan lebih besar dari L tabel, dalam hal lain hipotesis diterima. 4. Menghitung uji homogenitas terlebih dahulu harus mengetahui hasil uji

normalitas data distribusi normal. Dalam uji homogenitas ini menggunakan uji dua varians (Nurhasan 2002: 49). Dari uji tersebut dapat diketahui apakah varians variabel tersebut homogen atau tidak. Langkah-langkah uji homogenitas dalam penelitian ini adalah:

4.1. Pasangan hipotesis yang akan di uji: Ho:  =  H1:  

4.2. Mencari nilai dua varians dengan rumus:

Variansi Variansi F

kecil besar

4.3. Tentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya yaitu: Tolak hipotesis (Ho) jika Fhitung› Ftabel dalam hal lain Ho diterima.


(2)

Rikka Agusliani, 2014

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kerjasama Tim Dalam Cabang Olahraga Bola Voli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48

4.4. Dengan bantuan tabel F untuk uji homogenitas, maka tentukanlah nilai F-nya, dengan = 0,05.

4.5. Buat Kesimpulan

5. Menghitung koefisien, perhitungan ini dilakukan untuk mencari hubungan kedua variabel. Dengan rumus Product Moment Sudjana (1989: 354) yaitu:

rxy=

 

  } ) ( }{ ) ( { ) )( ( . 2 2 2 2 y y n x x n y x y x n Keterangan:

rxy = Korelasi yang dicari

n = Jumlah Sampel X = Jumlah X Y = Jumlah Y XY = Jumlah X kali Y X2

= Jumlah X2 Y2

=Jumlah Y2

6. Menghitung signifikansi koefisien tunggal dengan menggunakan pendekatan uji-t dengan rumus:

r n r t    1 2 Keterangan:

t = thitung yang dicari

r = Koefisien yang dicari i = Jumlah sampel

Pengujian statistik uji-t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat koefisien korelasi dari masing-masing variabel. Dengan kriteria pengujian hipotesis diterima jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α). Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t

pada tingkat kepercayaan atau taraf signifikansi α = 0.05 dengan harga t = 0.975 dan derajat kebebasan (dk) = n – 2.

7. Menghitung tingkat determinasi atau dukungan dengan rumus: D = r2 x 100%

Keterangan:

D = Determinasi r = Koefisien 100% = Konstanta tetap


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli.

B. Saran-saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih atau pembina cabang olahraga bola voli, hendaknya memahami faktor psikologi (mental) atlet dalam meningkatkan prestasi yang sesuai dengan tuntunan kebutuhan cabang olahraganya. Faktor psikologi kecerdasan emosional dapat memberikan hubungan dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli. Selain memperhatikan faktor psikologi (mental), para pelatih atau pembina olahraga bola voli tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti fisik, teknik, dan taktik dalam membina dan melatih atlet-atlet bola voli agar dapat mencapai prestasi yang maksimal.

2. Bagi para pemain bola voli pada khusunya dan para pemain/atlet cabang olahraga prestasi pada umumnya perlu mengembangkan kemampuan endogen yang berupa sistem persyarafan, fungsi fisiologis, kecerdasan emosional dan kondisi fisik yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam cabang olahraganya dan berlatih secara sistematis, terarah dan terencana dengan didiukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

3. Bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor psikologis mengenai korelasi atau keterhubungan terhadap pretasi ataupun kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli, penulis menganjurkan untuk mencoba faktor psikologis lainnya yang dapat meningkatkan prestasi cabang olahraga bola voli.


(4)

Rikka Agusliani, 2014

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kerjasama Tim Dalam Cabang Olahraga Bola Voli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

4. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kajian yang lebih mendalam.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli.

B. Saran-saran

Berdasarkan pada hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih atau pembina cabang olahraga bola voli, hendaknya memahami faktor psikologi (mental) atlet dalam meningkatkan prestasi yang sesuai dengan tuntunan kebutuhan cabang olahraganya. Faktor psikologi kecerdasan emosional dapat memberikan hubungan dengan kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli. Selain memperhatikan faktor psikologi (mental), para pelatih atau pembina olahraga bola voli tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti fisik, teknik, dan taktik dalam membina dan melatih atlet-atlet bola voli agar dapat mencapai prestasi yang maksimal.

2. Bagi para pemain bola voli pada khusunya dan para pemain/atlet cabang olahraga prestasi pada umumnya perlu mengembangkan kemampuan endogen yang berupa sistem persyarafan, fungsi fisiologis, kecerdasan emosional dan kondisi fisik yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam cabang olahraganya dan berlatih secara sistematis, terarah dan terencana dengan didiukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.

3. Bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor psikologis mengenai korelasi atau keterhubungan terhadap pretasi ataupun kerjasama tim dalam cabang olahraga bola voli, penulis menganjurkan untuk mencoba faktor psikologis lainnya yang dapat meningkatkan prestasi cabang olahraga bola voli.


(6)

Rikka Agusliani, 2014

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kerjasama Tim Dalam Cabang Olahraga Bola Voli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

4. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan kajian yang lebih mendalam.