Perancangan Galeri Sepatu Dalam KOnsep Dinamis.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Sepatu merupakan suatu alat pakai yang fungsi utamanya adalah untuk melindungi kaki dari cuaca dan debu, serta mendukung setiap aktifitas yang dilakukan oleh manusia. Saat ini sepatu sudah menjadi salah satu kebutuhan primer, dan sepatu juga dipercaya menambah kepercayaan diri si pemakainya dan dapat menunjukkan status sosial seseorang. Sebenarnya ini bukanlah hal yang baru, pada jaman dahulu pernah ditemukan sepatu yang memiliki ukiran yang sangat indah di Mesir yang merupakan sepatu milik Raja. Rupanya pandangan akan prestisius itu juga sudah terjadi pada saat ini.

Orang-orang yang menginginkan prestisius akan barang mewah tidak jarang menjadikan sepatu sebagai sebuah aset yang berharga. Namun adanya keterbatasan produk yang ditawarkan menjadikan orang berbondong-bondong untuk pergi keluar negeri. Maka dengan adanya realita yang seperti inilah dibuatlah sebuah galeri sepatu yang menawarkan suatu wisata belanja di negeri sendiri dengan produk-produk sepatu prestisius dan bermerek dari desainer-desainer sepatu terkemuka di dunia untuk memuaskan kolektor sepatu dan pencinta sepatu. Perancangan galeri ini dibuat dengan konsep dinamis. Dinamis terinspirasi dari sepatu yang selalu bergerak mengikuti langkah kaki, adanya pergerakan, dan sepatu yang baik adalah sepatu yang sesuai dengan ergonomi kaki si pemakai.


(2)

ii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Gagasan ... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Pembahasan ... 4

1.5 Metode Pengumpulan Data ... 4

1.5.1 Penelitian Lapangan ... 4

1.5.2 Penelitian Pustaka ... 5

1.6 Sistematika Penulisan ... 5

BAB II SEPATU ... 6

2.1 Sepatu ... 6

2.2 Museum ... 9

2.2.1 Penataan Ruang Dalam Museum ... 10

2.2.1.1 Pola Ruang ... 10

2.2.1.2 Pola Peletakan Alat Pamer ... 12

2.2.2 Studi Ergonomi ruang Museum ... 13

2.2.2.1 Daerah Visual Pandangan Mata ... 13

2.2.2.2 Jarak Pengamat ... 14

2.2.2.3 Jarak antar Objek ... 17

2.3 Galeri ... 18

2.4 Fasilitas Retail ... 20

2.4.1 Pencahayaan pada Retail ... 21


(3)

iii Universitas Kristen Maranatha

2.5 Studi Ergonomi Ruang Bar/ Lounge ... 25

2.5.1 Area Makan ... 25

2.5.2 Area Bar ... 27

2.5.2 Area Pantry ... 28

2.6 Pengertian Dinamis ... 30

BAB III GALERI SEPATU ... 31

3.1 Deskripsi Obyek Studi ... 31

3.2 Konsep Desain ... 44

3.2.1 Konsep Umum ... 45

3.2.2 Konsep Fasilitas ... 45

3.2.3 Konsep Sirkulasi ... 32

3.2.4 Penghawaan ... 46

3.2.5 Konsep Furnitur ... 46

3.2.6 Konsep Warna ... 47

3.2.7 Konsep Material ... 47

3.3 Ide Implementasi Konsep pada Objek Studi ... 36

3.4 Analisa Tapak ... 48

3.4.1 Lokasi ... 48

3.4.2 Neighborhood Context ... 49

3.4.3 Circulation ... 52

3.4.4 Sensory ... 52

3.4.5 Climate ... 53

3.4.6 Man-made features ... 53

3.4.7 Size And Zoning ... 54

3.4.8 Human and Culture ... 56

3.5 Analisa Fungsional ... 57

3.6 Bubble Diagram ... 58

3.7 Programming ... 60

3.8 Zoning dan Blocking ... 61

3.8.1 Zoning ... 61


(4)

iv Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PERANCANGAN GALERI SEPATU ... 63

4.1 Penataa Layout Ruang ... 63

4.2 Penerapan Interior ... 66

BAB V SIMPULAN ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... x


(5)

v Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1.1.1 Tipe Open Plan... 10

Gambar 2.2.1.1.2 Tipe Core ... 11

Gambar 2.2.1.1.3 Tipe Linear ... 11

Gambar 2.2.1.1.4 Tipe Loop... 11

Gambar 2.2.1.1.5 Tipe Komplek... 12

Gambar 2.2.1.1.6 Tipe Labirin ... 12

Gambar 2.2.2.1.1 Daerah Visual dalam Bidang Horisontal... 13

Gambar 2.2.2.1.2 Daerah Visual dalam Bidang Vertikal ... 14

Gambar 2.2.2.2.1 Jarak Pengamat dengan Objek Kecil ... 15

Gambar 2.2.2.2.2 Jarak Pengamat dengan Objek Sedang ... 16

Gambar 2.2.2.2.3 Jarak Pengamat dengan Objek Besar ... 16

Gambar 2.4.2.1 Dimensi Sepatu ... 23

Gambar 2.4.2.2 Jarak Pandang Display ... 24

Gambar 2.4.2.3 Jarak Pandang Kabinet Display ... 24

Gambar 2.4.2.4 Jarak Area Pengepasan Sepatu... 25

Gambar 2.5.1.1 Area Makan ... 25

Gambar 2.5.1.2 Zona Sirkulasi Area Makan... 26

Gambar 2.5.1.3 Zona Sirkulasi Area Makan type Banket ... 27

Gambar 2.5.2.1 Area Bar ... 27

Gambar 2.5.2.2 Area Bar dan Kabinet ... 28

Gambar 2.5.3.1 Area Pantry ... 28

Gambar 2.5.3.2 Area Pantry 2 ... 29


(6)

vi Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.1.1 Bangunan Dallas ... 32

Gambar 3.1.2 Bangunan Dallas Tampak Depan ... 32

Gambar 3.1.3 Denah Basement ... 33

Gambar 3.1.4 Denah Lantai Dasar ... 34

Gambar 3.1.5 Denah Lantai 1 ... 35

Gambar 3.1.6 Denah Lantai 2 ... 36

Gambar 3.1.7 Denah Lantai 3 ... 37

Gambar 3.1.8 Denah Lantai 4 ... 38

Gambar 3.1.9 Denah Atap ... 39

Gambar 3.1.10 Potongan A-A’ ... 40

Gambar 3.1.11 Potongan B-B’ ... 41

Gambar 3.1.12 Potongan C-C’ ... 42

Gambar 3.1.13 Potongan D-D’ ... 43

Gambar 3.2.3.1 Jalur Sirkulasi Utama ... 46

Gambar 3.4.1.1 Lokasi ... 48

Gambar 3.4.2.1 Neighborhood ... 49

Gambar 3.4.2.2 Sisi Kanan Bangunan, Plaza Parahyangan ... 50

Gambar 3.4.2.3 Sisi Kiri Bangunan, pertokoan ... 50

Gambar 3.4.2.4 Sisi Seberang Bangunan, Milano ... 51

Gambar 3.4.2.5 Sisi Seberang Bangunan, Mesjid Raya ... 51

Gambar 3.4.3.1 Circulation ... 52

Gambar 3.4.4.1 View and Noise ... 52

Gambar 3.4.5.1 Arah Matahari ... 53

Gambar 3.4.6.1 Buatan Manusia ... 53

Gambar 3.4.7.1 Denah Basement ... 54

Gambar 3.4.7.2 Zoning Lt 1 ... 55


(7)

vii Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.4.8.1 Masyarakat Sekitar ... 56

Gambar 3.8.1.1 Zoning Lantai Dasar ... 61

Gambar 3.8.1.2 Zoning Lantai 1 ... 61

Gambar 3.8.2.1 Blocking Lantai Dasar ... 62

Gambar 3.8.2.2 Blocking Lantai 1 ... 62

Gambar 4.1.1 Denah Lantai Dasar ... 64

Gambar 4.1.2 Sirkulasi Pengunjung Lantai Dasar ... 64

Gambar 4.1.3 Denah Lantai Satu ... 65

Gambar 4.1.4 Denah Museum ... 66

Gambar 4.2.1 Treatmen Lantai Dasar ... 67

Gambar 4.2.2 Pola Lantai Dasar ... 68

Gambar 4.2.3 Potongan Area Galeri ... 68

Gambar 4.2.4 Potongan Area Galeri 2 ... 69

Gambar 4.2.5 Denah Ceiling Area Galeri ... 69

Gambar 4.2.6 Denah Area Display ... 70

Gambar 4.2.7 Furniture Galeri ... 71

Gambar 4.2.8 Perspektif Galeri ... 72

Gambar 4.2.9 Area museum ... 73

Gambar 4.2.10 area Museum 2 ... 73

Gambar 4.2.11 Perspektif Museum ... 74

Gambar 4.2.12 Letak Area Activity ... 75

Gambar 4.2.13 Furniture Museum ... 76

Gambar 4.2.14 Denah Ceiling Museum ... 77

Gambar 4.2.15 Potongan Lounge ... 77

Gambar 4.2.16 Detail Dinding Lounge ... 78

Gambar 4.2.17 Perspektif Lounge ... 79

Gambar 4.2.18 Layout Shoe Service ... 80


(8)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.1 Tabel Persamaan Galeri dan Museum ... 19 Tabel 2.3.2 Tabel Perbedaan Galeri dan Museum ... 20


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dunia fashion sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Setiap harinya kita tidak lepas dari kebutuhan sandang baik sebagai kebutuhan pokok maupun kebutuhan sebagai penunjang penampilan. Karena itu, secara tidak langsung kita selalu berhubungan dengan dunia fashion.

Sepatu juga adalah salah satu aspek pendukung yang tidak kalah pentingnya dari penampilan dan fashion. Sepatu dapat menunjang keindahan pakaian yang dikenakan. Selain untuk melindungi kaki, sepatu juga membuat penampilan kita menjadi lebih rapi. Saat ini sepatu sudah menjadi salah satu kebutuhan primer. Sepatu juga menambah kepercayaan diri


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha pemakainya hingga menunjukkan status sosial seseorang. Dari sepatu yang dikenakan, dapat mencitrakan image dari si pemakainya.

Sepatu memang menjadi incaran bagi kaum adam dan hawa. Bagi kaum wanita sendiri, menggunakan sepatu bertumit tinggi yang cantik dan menjadikan kaki menjadi tampak jenjang dan ramping merupakan salah satu penambah kepercayaan diri mereka. Namun pemakaian sepatu tumit tinggi ini tentu dengan berbagai macam resiko kesehatan yang mungkin dialami, seperti resiko radang pada ibu jari, kerusakan telapak kaki, pemendekan otot betis, dan meningkatkan resiko jari yang melengkung. Menurut ahli medis Mike O'Neill dari Society of Chiropodists and Podiatrists mengatakan, jika terinjak hak sepatu yang tajam itu 16 kali lebih sakit daripada terinjak gajah jantan dewasa.

Sepatu mulai ditemukan di berbagai belahan dunia yang bentuk dan fungsinya disesuaikan dengan keadaan di daerah sekitarnya. Para ahli sejarah memperkirakan sepatu pertama kali dibuat pada zaman es atau lima juta tahun lalu dan dibuat dari kulit binatang. Selain itu, para ahli juga menemukan sepatu primitif dalam jumlah besar pernah ditemukan di pedalaman Missouri, Amerika Serikat dan diperkirakan berasal dari 8000 Sebelum Masehi (SM). Sepatu lainnya juga pernah ditemukan di pegunungan Perancis dan berasal dari 3300 SM. Perkembangan sepatu juga terjadi di Venezia dengan sepatu Chopine-nya yang tingginya bisa mencapai 50cm. Sepatu ini berkembang di awal abad 16 dan sangat popular di kalangan wanita Venezia. Sepatu hak rata yang rata ini memiliki fungsi praktis dan simbolis.

Perkembangan sepatu di Indonesia juga tidak kalah menariknya. Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengatakan ekspor industri alas kaki nasional pada tahun 2007 menembus USD 1,8 miliar. Pertumbuhan ini diproyeksi naik dua kali lipat dibanding tahun 2006 yang hanya mencapai 2,5%. Dengan pertumbuhan industri sepatu, sebenarnya membantu perekonomian rakyat karena dibutuhkan tenaga kerja lebih dari 250.000 orang di industri ini. Namun pekerja sepatu harus terlatih dengan mengikuti pusat pelatihan seperti Pusat Pelayanan Industri Persepatuan Indonesia. Maka terjadi kekurangan tenaga kerja terlatih, karena seni sepatu ada di jahitannya.

Salah satu kota yang terkenal sebagai kota berindustri sepatu di Indonesia adalah kota Bandung ibu kota provinsi Jawa Barat. Karena terletak di dataran tinggi, Bandung dikenal sebagai tempat yang berhawa sejuk. Kota Bandung selain dikenal sebagai kota Konferensi Asia Afrika yang menghasilkan Dasa Sila Bandung juga merupakan kota pendidikan dan kota para seniman karena banyak seniman yang lahir, berkarya atau menetap di Bandung.


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha Kota berjulukan Parisj van Java ini memang terkenal dengan fashionnya. Karena itu pula di kota ini menjamur factory outlet dan distribution outlet yang menawarkan kualitas bagus dengan harga terjangkau. Selain distro atau FO, ada juga toko yang menjual barang bekas. Bandung memang merupakan salah satu kiblat mode di Indonesia. Bisa dikatakan Bandung adalah salah satu kota yang perekonomiannya sebagian besar berasal dari pariwisata.

Pada saat ini sepatu sudah bukan menjadi salah satu kebutuhan tambahan saja, bagi beberapa orang sepatu sudah menjadi kebutuhan utama atau bahkan sebagai aset yang berharga. Sepatu pada saat ini bisa digunakan untuk menampilkan image atau citra seseorang. Orang yang menginginkan prestisius akan mencari sesuatu yang lebih berkelas dan mahal. Atas dasar pemikiran bahwa ada orang-orang yang menginginkan prestisius itu namun adanya ketersediaan yang terbatas di negeri sendiri, maka penulis menyajikan sesuatu wisata belanja yang berbeda dengan produk bermerk. Selain itu galeri sepatu ini juga untuk memuaskan para penggemar sepatu dan para kolektor sepatu.

1.2Gagasan

Dengan menyadari realita ada orang-orang yang menginginkan prestisius dengan image branded namun adanya ketersediaan yang terbatas di negeri sendiri, maka penulis merancang sebuah galeri sepatu di daerah Bandung yang menyediakan berbagai fasilitas mulai dari area komersil yang menjual desain-desain sepatu dari desainer sepatu yang terkemuka, lokal maupun mancanegara, museum kecil tentang sepatu, tempat servis sepatu, hingga footspa yang membantu mengatasi masalah pada kaki. Pada galeri ini juga akan disediakan fasilitas tambahan yaitu lounge sebagai tempat beristirahat bagi pengunjung.

Galeri ini akan menampilkan produk-produk sepatu yang memiliki kelas yang prestisius karena produk sepatu ini di desain oleh desainer-desainer sepatu kenamaan dunia. Galeri ini juga menyediakan fasilitas museum tentang asal mula sepatu dan sejarah sepatu hingga berkembang menjadi sepatu yang dikenakan sampai saat ini.

Target user yang diinginkan pria dan wanita dari kalangan menengah ke atas dengan presentase produk sepatu wanita lebih banyak dari sepatu pria. Pada galeri ini sepatu yang didisplay adalah sepatu jenis formal untuk usia dewasa. Konsep yang akan desainer ambil adalah konsep dinamis. Pemilihan konsep ini karena diambil dari sifat sepatu sendiri. Sepatu identik dengan gerak, dan gerak langkah kaki selalu mempunyai irama dan dinamika.


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha Selain itu juga alasan memakai konsep ini karena sepatu fungsi utamanya adalah mempermudah orang untuk melakukan gerakan, entah itu olahraga, menari, dan beraktifitas. Hal inilah yang menguatkan penulis untuk mengambil konsep dinamis, karena sepatu identik dengan pergerakan langkah kaki yang dinamis.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan gagasan yang telah diuraikan, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mendesain sebuah galeri sepatu yang memiliki konsep dinamis?

2. Bagaimana menciptakan galeri sepatu yang disamping memiliki nilai komersial namun juga memberikan nilai edukasi bagi pengunjung?

3. Bagaimana menciptakan galeri sepatu yang memiliki sirkulasi yang baik yang sesuai dengan konsep dinamis?

1.4Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana mendesain sebuah galeri sepatu yang memiliki konsep dinamis.

2. Mengetahui bagaimana membuat sebuah galeri sepatu yang disamping memiliki nilai komersial namun juga memberikan nilai edukasi bagi pengunjung.

3. Mengetahui tentang bagaimana menciptakan galeri sepatu yang memiliki sirkulasi yang baik yang sesuai dengan konsep dinamis.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan ini, penulis mengumpulkan data melalui metode-metode

sebagai berikut:

1.5.1 Penelitian Lapangan

Untuk memperoleh data primer, penulis melakukan survei dengan terjun langsung ke lokasi. Kemudian penulis mendapatkan jawaban dalam bentuk site


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha

analisys, dan permasalahan dalam lokasi yang berpengaruh pada desain beserta

pemecahannya.

1.5.2 Penelitian Pustaka

Data sekunder diperlukan dalam penulisan laporan ini untuk melengkapi data-data primer. Penulis menggunakan berbagai data-data yang berasal dari situs internet, majalah, dan laporan-laporan lain untuk menyempurnakan isi makalah ini.

1.6Sistematika Penulisan

Dalam Bab I yaitu bab Pendahuluan, penulis memaparkan latar belakang, gagasan, rumusan masalah, tujuan pembahasan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

Dalam Bab II yaitu bab Studi Literatur, yang menyajikan studi literatur tentang sepatu, museum, penataan ruang dalam museum, studi ergonomi ruang museum, galeri, fasilitas retail, pencahayaan pada retail, studi ergonomi retail sepatu, studi ergonomi ruang

lounge/bar, dan pengertian dinamis.

Dalam Bab III yaitu bab Deskripsi Obyek Studi membahas tetang site, site analisys, konsep interior, bubble diagram, dan zoning blocking.

Dalam Bab IV yaitu bab Visualisasi Karya Desain Interior membahas tentang penataan layout dan penerapan interior.

Dalam Bab V yaitu bab Simpulan, membahas tentang simpulan yang penulis peroleh dan jawaban yang ditemukan atas pertanyaan rumusan masalah.


(14)

81 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN

Galeri sepatu dengan konsep dinamis adalah galeri sepatu yang memiliki arah pergerakan yang tidak monoton, tetapi adalah arah sirkulasi yang bebas, tidak terkotak-kotak. Pada kasus galeri ini arah dinamis diaplikasikan pada layout dan bentukan furniture yang tidak bersudut tajam.

Dalam perancangan tentang sirkulasi, konsep dinamis ini nampak dari tidak dipaksakannya orang melalui satu area ke area lain. Sirkulasi juga harus tetap memberikan bentukan-bentukan yang membuat orang penasaran ingin masuk ke dalamnya dan merasakan sebuah dinamika dalam perancangan desainnya.


(15)

82

Universitas Kristen Maranatha Masyarakat kita umumnya lebih menyukai sebuah hiburan atau wisata yang menyenangkan, jarang orang mau datang ke museum pada hari libur. Mereka lebih senang untuk pergi ke mall, shopping, daripada pergi ke museum. Dengan adanya galeri sepatu ini dapat menyeimbangkan nilai komersil dan juga nilai edukasi, dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Tantangan tersulit yang dihadapi dalam mendesain galeri ini adalah bagaimana menyatukan dua fungsi yang berbeda dalam suatu bangunan, yaitu fungsi edukasi dan fungsi komersil. Namun ternyata kawasan komersil dan kawasan edukasi dapat bergabung dengan menyelipkan nilai-nilai pembelajaran sekecil apapun untuk dapat dikonsumsi oleh orang banyak dan menjadi sesuatu yang menarik dan berbeda dari tempat-tempat wisata belanja lainnya yang didukung dengan konsep dinamis yang tanpa sadar mengarahkan dan menarik minat pengunjung untuk melangkahkan kakinya masuk ke area edukasi maupun komersil.


(16)

83 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

http://anekatipsmenarik.blogspot.com/2008/12/batasi-memakai-high-heels.html, diakses 16

Agustus 2009

http://community.kompas.com/read/artikel/2092, diakses 16 Agustus 2009

http://duniaperempuan.com/trend-sepatu.html, diakses 16 Agustus 2009

http://eksplorasi-dunia.blogspot.com/2009/07/sejarah-sepatu.html, diakses 23 April 2010

www.highheelshoemuseum.com, diakses 23 April 2010

http://imassofyan.miltiply.com/journal/item/136, diakses 23 April 2010

http://kidz.vivanews.com/news/read/45234-sejarah_sepatu, diakses 23 April 2010

http://lifestyle.okezone.com/index.php/Readstory/2008/06/13/29/118352/sepatu-high-heels-untuk-kaki, diakses16 Agustus 2009

http://modelayu.com/memilih-sepatu-atau-high-heels.htm, diakses 16 Agustus 2009

http://mycc.forumotion.com/off-topic-the-mycc-lounge-f7/sejarah-fashion-t287.htm, diakses

17 Januari 2010

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php, diakses 20 Mei 2010

http://www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/mari-memakai-sepatu-high-heels.html, diakses 16


(17)

84

Universitas Kristen Maranatha http://www.kompas.com/read/xml/2009/03/05/15244582/bahaya.mengenakan.high.heels, diakses 16 Agustus 2009

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=68897f19b106926ed889fe3f7e3d

01c9&jenis=c51ce410c124a10e0db5e4b97fc2af39&PHPSESSID=cb596351bd092d0d535b-4b9a0ab143bf, diakses 17 Januari 2010

Karlen, Mark, James Benya. 2007. Dasar-dasar Desain Pencahayaan. Erlangga. Jakarta.

Museum Andart Galleries. 1991

Neufert, Ernst. 1980. Architect’s Data, Second English Edition. Granada Publishing. New York.

Panero, Julius. 1979. DimensiManusiadanRuangInterior, terjemahan, Erlangga. Jakarta.

Piotrowski, ASID, IIDA, Christine & Elizabeth A Rogers, IIDA. 2007. Desaining Commercial Interiors Second Edition. John Wiley & Sons, Inc. Kanada.


(1)

Selain itu juga alasan memakai konsep ini karena sepatu fungsi utamanya adalah mempermudah orang untuk melakukan gerakan, entah itu olahraga, menari, dan beraktifitas. Hal inilah yang menguatkan penulis untuk mengambil konsep dinamis, karena sepatu identik dengan pergerakan langkah kaki yang dinamis.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan gagasan yang telah diuraikan, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mendesain sebuah galeri sepatu yang memiliki konsep dinamis?

2. Bagaimana menciptakan galeri sepatu yang disamping memiliki nilai komersial namun juga memberikan nilai edukasi bagi pengunjung?

3. Bagaimana menciptakan galeri sepatu yang memiliki sirkulasi yang baik yang sesuai dengan konsep dinamis?

1.4Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana mendesain sebuah galeri sepatu yang memiliki konsep dinamis.

2. Mengetahui bagaimana membuat sebuah galeri sepatu yang disamping memiliki nilai komersial namun juga memberikan nilai edukasi bagi pengunjung.

3. Mengetahui tentang bagaimana menciptakan galeri sepatu yang memiliki sirkulasi yang baik yang sesuai dengan konsep dinamis.

1.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan ini, penulis mengumpulkan data melalui metode-metode sebagai berikut:

1.5.1 Penelitian Lapangan

Untuk memperoleh data primer, penulis melakukan survei dengan terjun langsung ke lokasi. Kemudian penulis mendapatkan jawaban dalam bentuk site


(2)

5

Universitas Kristen Maranatha

analisys, dan permasalahan dalam lokasi yang berpengaruh pada desain beserta

pemecahannya.

1.5.2 Penelitian Pustaka

Data sekunder diperlukan dalam penulisan laporan ini untuk melengkapi data-data primer. Penulis menggunakan berbagai data-data yang berasal dari situs internet, majalah, dan laporan-laporan lain untuk menyempurnakan isi makalah ini.

1.6Sistematika Penulisan

Dalam Bab I yaitu bab Pendahuluan, penulis memaparkan latar belakang, gagasan, rumusan masalah, tujuan pembahasan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

Dalam Bab II yaitu bab Studi Literatur, yang menyajikan studi literatur tentang sepatu, museum, penataan ruang dalam museum, studi ergonomi ruang museum, galeri, fasilitas retail, pencahayaan pada retail, studi ergonomi retail sepatu, studi ergonomi ruang

lounge/bar, dan pengertian dinamis.

Dalam Bab III yaitu bab Deskripsi Obyek Studi membahas tetang site, site analisys, konsep interior, bubble diagram, dan zoning blocking.

Dalam Bab IV yaitu bab Visualisasi Karya Desain Interior membahas tentang penataan layout dan penerapan interior.

Dalam Bab V yaitu bab Simpulan, membahas tentang simpulan yang penulis peroleh dan jawaban yang ditemukan atas pertanyaan rumusan masalah.


(3)

BAB V

SIMPULAN

Galeri sepatu dengan konsep dinamis adalah galeri sepatu yang memiliki arah pergerakan yang tidak monoton, tetapi adalah arah sirkulasi yang bebas, tidak terkotak-kotak. Pada kasus galeri ini arah dinamis diaplikasikan pada layout dan bentukan furniture yang tidak bersudut tajam.

Dalam perancangan tentang sirkulasi, konsep dinamis ini nampak dari tidak dipaksakannya orang melalui satu area ke area lain. Sirkulasi juga harus tetap memberikan bentukan-bentukan yang membuat orang penasaran ingin masuk ke dalamnya dan merasakan sebuah dinamika dalam perancangan desainnya.


(4)

82

Universitas Kristen Maranatha Masyarakat kita umumnya lebih menyukai sebuah hiburan atau wisata yang menyenangkan, jarang orang mau datang ke museum pada hari libur. Mereka lebih senang untuk pergi ke mall, shopping, daripada pergi ke museum. Dengan adanya galeri sepatu ini dapat menyeimbangkan nilai komersil dan juga nilai edukasi, dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Tantangan tersulit yang dihadapi dalam mendesain galeri ini adalah bagaimana menyatukan dua fungsi yang berbeda dalam suatu bangunan, yaitu fungsi edukasi dan fungsi komersil. Namun ternyata kawasan komersil dan kawasan edukasi dapat bergabung dengan menyelipkan nilai-nilai pembelajaran sekecil apapun untuk dapat dikonsumsi oleh orang banyak dan menjadi sesuatu yang menarik dan berbeda dari tempat-tempat wisata belanja lainnya yang didukung dengan konsep dinamis yang tanpa sadar mengarahkan dan menarik minat pengunjung untuk melangkahkan kakinya masuk ke area edukasi maupun komersil.


(5)

83 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

http://anekatipsmenarik.blogspot.com/2008/12/batasi-memakai-high-heels.html, diakses 16

Agustus 2009

http://community.kompas.com/read/artikel/2092, diakses 16 Agustus 2009

http://duniaperempuan.com/trend-sepatu.html, diakses 16 Agustus 2009

http://eksplorasi-dunia.blogspot.com/2009/07/sejarah-sepatu.html, diakses 23 April 2010

www.highheelshoemuseum.com, diakses 23 April 2010

http://imassofyan.miltiply.com/journal/item/136, diakses 23 April 2010

http://kidz.vivanews.com/news/read/45234-sejarah_sepatu, diakses 23 April 2010

http://lifestyle.okezone.com/index.php/Readstory/2008/06/13/29/118352/sepatu-high-heels-untuk-kaki, diakses16 Agustus 2009

http://modelayu.com/memilih-sepatu-atau-high-heels.htm, diakses 16 Agustus 2009

http://mycc.forumotion.com/off-topic-the-mycc-lounge-f7/sejarah-fashion-t287.htm, diakses

17 Januari 2010

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php, diakses 20 Mei 2010

http://www.benih.net/lifestyle/gaya-hidup/mari-memakai-sepatu-high-heels.html, diakses 16


(6)

84

Universitas Kristen Maranatha http://www.kompas.com/read/xml/2009/03/05/15244582/bahaya.mengenakan.high.heels, diakses 16 Agustus 2009

http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=68897f19b106926ed889fe3f7e3d

01c9&jenis=c51ce410c124a10e0db5e4b97fc2af39&PHPSESSID=cb596351bd092d0d535b-4b9a0ab143bf, diakses 17 Januari 2010

Karlen, Mark, James Benya. 2007. Dasar-dasar Desain Pencahayaan. Erlangga. Jakarta.

Museum Andart Galleries. 1991

Neufert, Ernst. 1980. Architect’s Data, Second English Edition. Granada Publishing. New York.

Panero, Julius. 1979. DimensiManusiadanRuangInterior, terjemahan, Erlangga. Jakarta.

Piotrowski, ASID, IIDA, Christine & Elizabeth A Rogers, IIDA. 2007. Desaining Commercial Interiors Second Edition. John Wiley & Sons, Inc. Kanada.