Perancangan Interior Galeri Kujang di Bandung dengan Konsep "Baja Pamor".

(1)

vi

ABSTRACT

Cleaver is an art form that is a tool that reflects the critical acumen and power in life also symbolizes strength and courage to protect the rights and truth . Occurrences Kujang in West Java area as a royal era heirloom that is used to protect from the dangers of ups and downs that occur in the development of any Kujang shifting shape and meaning . Cleaver himself into objects or weapons symbolic value . But the Indonesian people themselves often do not know and understand the characteristics of Kujang , it can be seen from the development of an increasingly degenerate Kujang today . This did not dampen the spirit of the lovers who want to preserve Kujang Kujang as Indonesian culture . The problem that arises is the absence of a container bridge itself Kujang lovers . Community thus be fairly efficient problem solving for the problem.


(2)

ABSTRAK

Kujang adalah suatu bentuk seni yang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan

keberanian untuk melindungi hak dan kebenaran. Kemunculan Kujang di daerah

jawa barat sebagai benda pusaka jaman kerajaan yang di gunakan untuk melindungi dari bahaya Pasang surut yang terjadi pada perkembangan Kujang pun mengalami pergeseran bentuk dan makna. Kujang sendiri menjadi benda ataupun senjata yang bernilai simbolik. Namun sering kali masyarakat indonesia sendiri tidak mengenal dan memahami karakteristik dari Kujang, hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan Kujang yang semakin merosot saat ini. Hal ini tidak menyurutkan semangat para pencinta Kujang yang ingin melestarikan Kujang sebagai budaya Indonesia. Permasalahan yang timbul adalah tidak adanya wadah yang menjembatani para pencinta Kujang itu sendiri. Sehingga Komunitas menjadi pemecahan masalah yang cukup efisien untuk masalah tersebut .


(3)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR DIAGRAM... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Ide/ Gagasan Perancangan ... 3

1.4 Tujuan Perancangan ... 3

1.5 Manfaat Perancangan ... 3

1.6 Batasan Perancangan ... 4

TINJAUAN KUJANG DAN TINJAUAN FASILITAS 2.1 Tinjauan Kujang... 5

2.1.1 Pengertian Kujang ... 5

2.1.2 Sejarah Kujang ... 7

2.1.3 Klasifikasi Kujang ... 9

2.1.3.1 Kujang Menurut Bentuk, Jenis, dan Fungsinya ... 9

2.1.3.2 Struktur Kujang ... 12

2.1.3.3 Kelompok Pemilik Kujang... 16

2.1.3.4 Cara Membawa Kujang ... 17

2.1.3.5 Nilai Budaya ... 18


(4)

2.2 Tinjauan Fasilitas ... 20

2.2.1 Pengertian Galeri ... 20

2.2.1.1 Definisi Galeri ... 20

2.2.1.2 Fungsi dan Klasifikasi Galeri ... 21

2.2.1.3 Persyaratan Perancangan Ruang Galeri ... 21

2.2.2 Tinjauan Dapur Kerja Tempa ... 26

2.2.2.1 Alat Tempa dan Keuntungan Kerja Tempa ... 26

2.2.2.2 Fungsi dan Jenis Dapur Tempa ... 27

2.2.2.3 Macam-Macam Bahan Bakar Dapur Tempa... 28

2.2.2.4 Alat-Alat Perlengkapan Dapur Tempa ... 30

2.2.2.5 Proses Dasar Menempa ... 32

2.2.3 Museum Sonobudoyo ... 35

2.3 Tinjauan Warna ... 37

2.3.1 Klasifikasi Warna Berdasarkan Pembagian Warna ... 37

2.3.2 Klasifikasi Warna Berdasarkan Hubungan Antar Warna ... 38

2.3.3 Klasifikasi Warna Berdasarkan Karakter Warna ... 39

BAB II DESKRIPSI OBJEK STUDI 3.1 Deskripsi Site ... 40

3.2 Deskripsi Proyek ... 41

3.2.1 Analisa Fungsi... 42

3.2.2 Analisa Site ... 42

3.3 Identifikasi User ... 43

3.4 Kebutuhan Ruang, Zoning-Blocking ... 44

3.5 Study Image ... 50

BAB IV PERANCANGAN INTERIOR GALERI KUJANG DI BANDUNG 4.1 Konsep dan Tema ... 52

4.1.1 Konsep Perancangan ... 52

4.1.2 Implementasi Konsep ... 53

4.1.2.1 Konsep Bentuk ... 53


(5)

x

4.1.2.3 Konsep Material ... 54

4.1.2.4 Konsep Sirkulasi ... 54

4.1.2.5 Konsep Penghawaan ... 55

4.1.2.6 Konsep Pencahayaan ... 55

4.2 Penjabaran Desain ... 55

4.3 Penerapan Desain ... 58

4.3.1 Desain Pameran Tetap ... 58

4.3.2 Desain Workshop ... 59

4.3.3 Desain Kantin ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kujang Rekonstruksi Jajang Sudrajat ... 7

Gambar 2.2 Kujang Ciung ... 9

Gambar 2.3 Kujang Jago ... 10

Gambar 2.4 Kujang Kuntul 10 ... 10

Gambar 2.5 Kujang Bangkong 10 ... 10

Gambar 2.6 Kujang Naga ... 10

Gambar 2.7 Kujang Badak... 11

Gambar 2.8 Kujang Wayang... 11

Gambar 2.9 Kudi ... 11

Gambar 2.10 Fungsi Kujang ... 12

Gambar 2.11 Bagian-bagian Kujang ... 13

Gambar 2.12 Lingkaran Warna ... 37

Gambar 2.13 Warna Primer ... 37

Gambar 2.14 Warna Sekunder ... 38

Gambar 2.15 Warna Tersier ... 38

Gambar 3.1 Site Plan ... 40

Gambar 3.2 Zoning ... 49

Gambar 3.3 Bloking ... 49

Gambar 3.4 Museum Galeri Lukis dan Patung ... 50

Gambar 3.5 Interior Museum of Art ... 50

Gambar 3.6 Display Design of Museum 1 ... 50

Gambar 3.7 Display Design of Museum 2 ... 51

Gambar 3.8 Exhibition Design Galeri ... 51

Gambar 3.9 Entrance of Galeri ... 51

Gambar 4.1 Pamor ... 53

Gambar 4.2 Layout General Lt.1 ... 55

Gambar 4.3 Layout General Lt.2 ... 56

Gambar 4.4 Potongan General A –A’ ... 57

Gambar 4.5 Potongan General B –B’ ... 57

Gambar 4.6 Layout Pameran Tetap ... 58


(7)

xii

Gambar 4.8 Perspektif Pameran Tetap ... 59

Gambar 4.9 Layout Workshop ... 59

Gambar 4.10 Potongan Workshop ... 60

Gambar 4.11 Perspektif Workshop... 60

Gambar 4.12 Layout Kantin ... 61

Gambar 4.13 Potongan Kantin ... 61


(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Struktur Organisasi ... 41 Diagram 4.2 Sirkulasi ... 54


(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Temperatur dan Warna Pemanasan ... 33

Tabel 3.1 Jadwal Pameran dan Kegiatan Galeri ... 42

Tabel 3.2 Kebutuhan Ruang ... 42

Tabel 3.3 Analisis Site... 43 Tabel 3.4 Besaran Ruang


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kujang adalah salah satu senjata tradisional masyarakat Jawa Barat. Menurut perkiraan wujud baru Kujang muncul antara abad ke-9 sampai abad ke-12. Kujang sebagai salah satu artefak kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Sunda yang dalam waktu dekat keberadaannya akan diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia (Sumber : RMNews).

Berdasarkan dokumen-dokumen purbakala, Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Seiring dengan berkembangnya yang terjadi pada masyarakat Sunda, Kujang mengalami perkembangan pada bentuk, fungsi, dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian menjadi sebuah benda yang memiliki karakter dan cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral. Menurut perkiraan wujud baru Kujang muncul antara abad ke-9 sampai abad ke-12.

Pada masanya Kujang adalah pelengkap kehidupan masyarakat. Bagi sebagian masyarakat Jawa Barat, Kujang masih dianggap sebagai salah satu sejata andalan yang memiliki kekuatan gaib.


(11)

2 Kujang sering kali menjadi senjata tradisional yang harus dikeramatkan dan harus dirawat dengan baik. Namun pada perkembangannya, Kujang cenderung digunakan sebagai cindera mata yang bernilai seni tinggi. Saat ini Kujang dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar, yakni sebagai pelengkap aksesoris busana adat Jawa Barat.

Pelestarian Kujang di Indonesia dilakukan dengan beberapa upaya yang pelestarian dilakukan oleh seniman, budayawan, kolektor, maupun komunitas Kujang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pameran dan diharapkan dapat mengubah cara pandang masyarakat terhadap Kujang yang dikenal sebagai benda yang memiliki unsur mistik menjadi sebuah benda yang mempunyai nilai seni budaya. Bermacam cara dan upaya yang dilakukan oleh berbagai golongan masyarakat Indonesia untuk melestarikan Kujang, namun hingga saat ini belum ada wadah untuk mengumpulkan para perajin, kolektor, dan peminat Kujang dalam satu tempat. Wadah tersebut difungsikan sebagai tempat yang dapat menampung kegiatan seperti forum diskusi, pameran karya, pendidikan, jasa, dan kegiatan lain yang dapat memperkenalkan Kujang. Dengan adanya wadah tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat serta dapat melestarikan dan memperkenalkan Kujang kepada masyarakat Indonesia khususnya di kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, berikut dapat diidentifikasi beberapa masalah:

1. Bagaimana merancang interior suatu pusat workshop dan galeri Kujang Jawa Barat yang bersifat komersial dan edukatif?

2. Bagaimana merancang interior suatu pusat workshop dan galeri Kujang Jawa Barat yang dapat memberikan pengalaman tentang pembutan senjata tradisional bagi user/pengunjung dengan penerapan konsep Baja Pamor dan tema Misteri dalam interiornya.


(12)

1.3 Ide/ Gagasan Perancangan

Menyikapi permasalahan pelestarian Kujang di Jawa Barat yang kian marak, Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia dan memiliki potensi untuk berkembang sebagai kota budaya. Hal tersebut ditunjukan dengan kemunculan beberapa komunitas yang bergerak di bidang seni budaya. Selain itu Bandung dirasa dapat menarik perhatian masyarakat luas karena kota Bandung ramai dikunjungi oleh wisatawan dalam dan luar negeri.

Oleh sebab itu pada perancangan Galeri Kujang Jawa Barat dilengkapi dengan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan para perajin, kolektor, dan peminat Kujang. Dengan memberikan pengetahuan mengenai asal usul Kujang di Indonesia beserta dengan perkembangannya, dimaksudkan agar dapat menimbulkan minat masyarakat. Tersedianya ruang pamer permanen dan temporer, workshop, serta fasilitas lain yang dapat menunjang pelestarian dan perkembangan Kujang di Indonesia.

1.4 Tujuan Perancangan

Dari permasalahan yang ada, diharapkan pemecahan yang sesuai: 1. Merancang interior suatu pusat workshop dan Kujang Jawa Barat yang bersifat komersil dan edukatif.

2. Merancang interior suatu pusat workshop dan galeri Kujang Jawa Barat yang dapat memberikan pengalaman tentang pembuatan senjata tradisional bagi user/pengunjung dengan penerapan konsep Baja Pamor dan tema Misteri dalam interiornya.

1.5 Manfaat Perancangan

Manfaat yang dapat diperoleh dari perancangan ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan, seni, dan budaya Jawa Barat, khususnya Kujang.


(13)

4 3. Dapat digunakan sebagai sebuah tempat bagi perkumpulan pecinta Kujang.

1.6 Batasan Perancangan

Dalam perancangan ini diperlukan batasan perancangan agar pembahasan tidak menyimpang. Maka batasan perancangan yang digunakan dalam penulisan ini adalah:

1. Workshop yang dirancang terbuka untuk umum.

2. Penempatan Kujang pada galeri disusun berdasarkan kelasnya. 3. Terdapat fasilitas penunjang seperti R. Serbaguna, R. Souvenir, dan kantor.


(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Keinginan manusia untuk melestarikan suatu karya nusantara sudah sangat berkurang pesat saat ini. Dengan adanya galeri Kujang ini diharapkan masyarakat dapat mulai menambah wawasan dan pengetahuan tentang Kujang yang pada dasarnya sendiri adalah senjata tradisional khususnya daerah jawa barat. Perancangan interior dibuat sesuai kebutuhan pengunjung dan memberikan suatu tempat yang mewadahi segala aktivitas yang menyangkut kecintaan terhadap Kujang didalamnya seperti galeri Kujang , workshop, dan kantin. Fasilitas itu di rancang dengan penggunaan konsep dan tema yang berkaitan dengan galeri Kujang itu sendiri. Pada perancangan interior ini dibuat dengan konsep Baja Pamor yaitu agar pengunjung lebih mudah memahami jenis jenis dari kujang dan model model dari Kujang dan memberikan ketertarikan dan kenyamanan pengunjung di galeri ini. interior yang dibuat dapat memberikan pengertian bagi pengunjung agar mudah untuk memahami Kujang.


(15)

64 5.2 Saran

Suasana desain yang dihasilkan merupakan suasana modern/ hi-tect karena penggunaan material seperti kaca, alumunium, stainless stell, warna interior yang digunakan didominasi oleh warna hitam dan putih yang memberikan kesan misteri bagi Kujang itu sendiri. Warna yang melambangkan Keindahan dan kesohoran budaya Sunda tersebut pada pameran Kujang serta warna-warna lain seperti abu-abu. Penggunaan hidden lamp,serta spot light merupakan bagian dari desain untuk menciptakan suasana konsep Baja Pamor yang menghasilkan suasan mistis menggunakan LED.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Love, G.,1983, Teoridan Praktek Kerja Logam, Edisi Ketiga, Terjemahan: Harun A.R., Erlangga Jakarta.

Soejoto, D. cs.,1953, Tehnologi Mekanik-A, Diusahakan dari Naskah H. Felix, Stam Kluwer, Djakarta.

Thomas, G.H., 1977, Metalwork Technology, Metric Edition, John Murray Publisher, London.

2007, Salam Sahabat Nusantara: Jawa Barat yang Memesona, Penerbit, Doenia Aksara.

Danasasmita, Saleh; Ayatrohaedi; Ondang Kadarsadan Tien Wartmi, 1987, Sewaka Darma Shanghyang Siksa kandang Karesian Amanat Galunggung: Transkrip dan terjemahan.

Bandung: bagian proyek penelitian dan pengkajian kebudayaan Sunda.

Hamzuri, 1984, Keris. Jakarta: Djambatan.

Mobirman, 1970. Keris and other weapon of Indonesia. Jakarta: Yayasan Pelitawisata.

Hurgronje, C. Snouck, 1904, “Lets over Koedjang en Badi” dalam TBG. Batavia: Albrecht & Co.

Nandang, 2004. Seajata Tradisional Jawa Barat.

Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung.

Edi S Ekadjati (ed), 2000. Ensiklopedi Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.

http://kujangpamorsiliwangi.wordpress.com

Nara sumber : Aris Kurniawan, kolektor Kujang Bandung: Pameran kujang MONJU 8-12 september 2013.

Nara sumber: Teddy Kardin, toko pisau Indonesia Bandung: Jl. Hegarmanah No. 46, Bandung 40141.


(17)

(18)

RIWAYAT PENULIS

Nama Lengkap : Benny Gunawan Tempat/Tgl. Lahir : Lahat, 03 Januari 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Status : Belum Menikah Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Suka Mekar 2 No.4, Bandung No. Telp/ Hp : 08170023035

Pendidikan Formal :

1. 1994 – 2000, SD Tarsisius 1, Jakarta 2. 2000 – 2004, SLTP Tarsisius 1, Jakarta 3. 2004 – 2007, SMA Tarsisius 1, Jakarta

4. 2007 –, Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Jurusan Desain Interior

Pengalaman Organisasi: 1. TKMDII X, sebagai Panitia

2. 2010,2011 LDK Universitas Kristen Maranatha Fakultas Seni Rupa dan Desain, sebagai panitia

3.MANUSA 2010 Universitas Kristen Maranatha Fakultas Seni Rupa dan Desain, sebagai Ketua


(1)

3. Dapat digunakan sebagai sebuah tempat bagi perkumpulan pecinta Kujang.

1.6 Batasan Perancangan

Dalam perancangan ini diperlukan batasan perancangan agar pembahasan tidak menyimpang. Maka batasan perancangan yang digunakan dalam penulisan ini adalah:

1. Workshop yang dirancang terbuka untuk umum.

2. Penempatan Kujang pada galeri disusun berdasarkan kelasnya. 3. Terdapat fasilitas penunjang seperti R. Serbaguna, R. Souvenir, dan kantor.


(2)

63

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Keinginan manusia untuk melestarikan suatu karya nusantara sudah sangat berkurang pesat saat ini. Dengan adanya galeri Kujang ini diharapkan masyarakat dapat mulai menambah wawasan dan pengetahuan tentang Kujang yang pada dasarnya sendiri adalah senjata tradisional khususnya daerah jawa barat. Perancangan interior dibuat sesuai kebutuhan pengunjung dan memberikan suatu tempat yang mewadahi segala aktivitas yang menyangkut kecintaan terhadap Kujang didalamnya seperti galeri Kujang , workshop, dan kantin. Fasilitas itu di rancang dengan penggunaan konsep dan tema yang berkaitan dengan galeri Kujang itu sendiri. Pada perancangan interior ini dibuat dengan konsep Baja Pamor yaitu agar pengunjung lebih mudah memahami jenis jenis dari kujang dan model model dari Kujang dan memberikan ketertarikan dan kenyamanan pengunjung di galeri ini. interior yang dibuat dapat memberikan pengertian bagi pengunjung agar mudah untuk memahami Kujang.


(3)

5.2 Saran

Suasana desain yang dihasilkan merupakan suasana modern/ hi-tect karena penggunaan material seperti kaca, alumunium, stainless stell, warna interior yang digunakan didominasi oleh warna hitam dan putih yang memberikan kesan misteri bagi Kujang itu sendiri. Warna yang melambangkan Keindahan dan kesohoran budaya Sunda tersebut pada pameran Kujang serta warna-warna lain seperti abu-abu. Penggunaan hidden lamp,serta spot light merupakan bagian dari desain untuk menciptakan suasana konsep Baja Pamor yang menghasilkan suasan mistis menggunakan LED.


(4)

65

DAFTAR PUSTAKA

Love, G.,1983, Teoridan Praktek Kerja Logam, Edisi Ketiga, Terjemahan: Harun A.R., Erlangga Jakarta.

Soejoto, D. cs.,1953, Tehnologi Mekanik-A, Diusahakan dari Naskah H. Felix, Stam Kluwer, Djakarta.

Thomas, G.H., 1977, Metalwork Technology, Metric Edition, John Murray Publisher, London.

2007, Salam Sahabat Nusantara: Jawa Barat yang Memesona, Penerbit, Doenia Aksara.

Danasasmita, Saleh; Ayatrohaedi; Ondang Kadarsadan Tien Wartmi, 1987, Sewaka Darma Shanghyang Siksa kandang Karesian Amanat Galunggung: Transkrip dan terjemahan.

Bandung: bagian proyek penelitian dan pengkajian kebudayaan Sunda. Hamzuri, 1984, Keris.

Jakarta: Djambatan.

Mobirman, 1970. Keris and other weapon of Indonesia. Jakarta: Yayasan Pelitawisata.

Hurgronje, C. Snouck, 1904, “Lets over Koedjang en Badi” dalam TBG. Batavia: Albrecht & Co.

Nandang, 2004. Seajata Tradisional Jawa Barat.

Bandung: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. Edi S Ekadjati (ed), 2000. Ensiklopedi Sunda.

Jakarta: Pustaka Jaya.

http://kujangpamorsiliwangi.wordpress.com

Nara sumber : Aris Kurniawan, kolektor Kujang Bandung: Pameran kujang MONJU 8-12 september 2013.

Nara sumber: Teddy Kardin, toko pisau Indonesia Bandung: Jl. Hegarmanah No. 46, Bandung 40141.


(5)

(6)

67

RIWAYAT PENULIS

Nama Lengkap : Benny Gunawan Tempat/Tgl. Lahir : Lahat, 03 Januari 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Status : Belum Menikah Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Suka Mekar 2 No.4, Bandung No. Telp/ Hp : 08170023035

Pendidikan Formal :

1. 1994 – 2000, SD Tarsisius 1, Jakarta 2. 2000 – 2004, SLTP Tarsisius 1, Jakarta 3. 2004 – 2007, SMA Tarsisius 1, Jakarta

4. 2007 –, Universitas Kristen Maranatha, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Jurusan Desain Interior

Pengalaman Organisasi: 1. TKMDII X, sebagai Panitia

2. 2010,2011 LDK Universitas Kristen Maranatha Fakultas Seni Rupa dan Desain, sebagai panitia

3.MANUSA 2010 Universitas Kristen Maranatha Fakultas Seni Rupa dan Desain, sebagai Ketua