PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber amarincans Bl.) DAN PENETAPAN KADAR ZERUMBON-NYA Profil Kromatogram Ekstrak Etanol Lempuyang Emprit (Zingiber amarincans Bl.) Dan Penetapan Kadar Zerumbon-Nya Dengan Metode Kromatografi Cair Ki

PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG EMPRIT
(Zingiber amarincans Bl.) DAN PENETAPAN KADAR ZERUMBON-NYA
DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

AKHMAD MUHLASIN
K100090143

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2013

2

PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG EMPRIT
(Zingiber amarincans Bl.) DAN PENETAPAN KADAR ZERUMBON-NYA
DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

ASSESMENT OF Zingiber amaricans Bl. METABOLITE PROFILE
AND ZERUMBONE CONTENT BY HPLC
Akhmad Muhlasin, Rosita Melannisa, dan Andi Suhendi
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasura Surakarta 57102

ABSTRAK
Rimpang lempuyang emprit secara tradisional digunakan sebagai obat
herbal. Kualitas obat herbal dipengaruhi oleh komposisi kandungan kimia dari
suatu tanaman. Profil kromatogram dan penetapan kadar kandungan zat aktif
dapat digunakan sebagai kontrol kualitas ekstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah
menentukan profil kromatogram ekstak etanol lempuyang emprit dan penetapan
kadar zerumbon yang merupakan metabolit aktif dari rimpang lempuyang emprit.
Sampel diperoleh dari dua tempat yaitu rimpang lempuyang emprit dari Pasar
Gede Surakarta dan Merapi Farma Yogyakarta. Analisis menggunakan KCKT 3D
dengan fase diam C18 dan sistem eluisi secara gradient menggunakan fase gerak
campuran asetonitril:metanol:kalium dehidrogen fosfat 0,01 M. Hasil
menunjukkan profil kromatogram ekstrak lempuyang emprit dari Merapi Farma
Yogyakarta memberikan 17 peak dan Pasar Gede Surakarta memberikan 18 peak.
Kadar zerumbon ekstrak lempuyang emprit dari Merapi Farma Yogyakarta dan

ekstrak lempuyang emprit dari Pasar Gede Surakarta adalah 30,95% ±0,39 dan
28,05% ±0,98.
Kata kunci: lempuyang emprit, KCKT, profil kromatografi, zerumbon
ABSTRACT
Rhizome zingiber amaricans Bl. is traditionally used as an herbal remedy.
The quality of herbal medicines is influenced by the composition of the chemical
constituents of the plant. Chromatogram profiles and assay of active substances
can be used as a quality control extracts. The purpose of this study was to
determine the profile of the chromatogram ethanol extact zingiber amaricans Bl.
and zerumbon assay which is the active metabolite of rhizomes zingiber
amaricans Bl. Samples obtained from two places,was rhizome zingiber amaricans
Bl. from Pasar Gede of Surakarta and Merapi Farma Yogyakarta. HPLC analysis
using 3D with C18 stationary phase and a mobile phase mixture of acetonitrile:
methanol: potassium phosphate 0:01 dehidrogen M. Gradient elution system,
1

elution time 15 minute, detection at λ 290 nm. The results showed the extract
chromatogram profiles of zingiber amaricans Bl. from Merapi Farma Yogyakarta
shows 17 peak and Pasar Gede of Surakarta show 18 peak. Content of Zerumbon
extract zingiber amaricans Bl in the Merapi Farma Yogyakarta and Pasar Gede

Surakarta was 30.95% ± 0.39 and 28.05% ± 0.98.
Keywords: lempuyang emprit, HPLC, profile cromathogarm, Zerumbone
PENDAHULUAN
Obat herbal telah digunakan sejak zaman kuno untuk pengobatan berbagai
penyakit. Meskipun telah terjadi kemajuan dalam dunia kedokteran modern dalam
beberapa dekade terakhir ini, obat herbal masih memiliki peran penting dalam
dunia kesehatan saat ini (Clixto, 2000). Keamanan dan kemanjuran obat-obat
herbal menjadi perhatian utama bagi otoritas kesehatan nasional dan masyarakat
umum (WHO, 2004). Kontrol kualitas merupakan tahap yang penting dalam suatu
produksi untuk menghasilkan produk herbal yang berkualitas (Groot dan Roest,
2006). Kontrol kualitas obat herbal bertujuan untuk memastikan konsistensi,
keamanan dan kemanjuran dari produk herbal tersebut. Pemilihan senyawa kimia
penanda (chemical marker) sangat penting untuk kontrol kualitas obat herbal,
termasuk otentikasi spesies asli, waktu panen bahan baku yang berkualitas tinggi,
penanganan pasca panen, penilaian intermediet dan produk jadi serta deteksi
bahan berbahaya dan beracun. Kontrol kualitas bisa dilakukan dengan
mengidentifikasi senyawa penanda pada produk herbal. Senyawa kimia penanda
yang ideal harus menjadi komponen terapi dari produk herbal tersebut (Li, et al.
,2008).
Zingiberaceae merupakan salah satu tanaman dengan jumlah keluarga

terbesar dari kerajaan tanaman dengan sekitar 50 genus dan lebih dari 1000
spesies dan salah satu herba terpenting (Sukari et al., 2008). Penelitian hubungan
kekerabatan zingiber yang dilakukan oleh Marsusi (2001), menunjukkan spesies
yang memiliki kekerabatan paling tinggi adalah lempuyang emprit, lempuyang
wangi, dan lempuyang gajah sehingga sulit untuk membedakan ketiga lempuyang
tersebut. Ketiga lempuyang ini memiliki khasiat yang berbeda-beda, lempuyang
wangi digunakan sebagai pelangsing sedangkan lempuyang gajah dan lempuyang

2

emprit memiliki khasiat sebagai penambah nafsu makan. Kenyataannya dalam
masyarakat banyak terjadi kesalahan dalam menentukan ketiga lempuyang
tersebut. Jika terjadi kekeliruan dalam membuat ramuan obat pelangsing
seharusnya menggunakan lempuyang wangi tetapi keliru lempuyang emprit atau
lempuyang gajah, maka konsumen tidak akan langsing melainkan sebaliknya
(menjadi gemuk) (Katno, 2008). Profil kromatografi dapat digunakan untuk
otentikasi dan identifikasi obat-obat herbal dilakukan secara akurat karena dapat
memperlihatkan kesamaan dan perbedaan antar berbagai sampel (Nikam et al.,
2012).
Kromatografi sidik jari dari obat herbal adalah pola kromatogarafi yang

menunjukkan beberapa komponen kimia yang aktif secara farmakologi dan
senyawa karakteristik dari suatu ekstrak (Nikam et al., 2012). Selain itu senyawa
sidik jari merupakan pola unik yang dapat menunjukkan kehadiran penanda kimia
(chemical marker) dalam beberapa sampel tanaman obat (Li et al., 2008).
Zerumbon merupakan senyawa utama dari lempuyang emprit (Riyanto, 2007;
Sukari et al., 2008 ). Zerumbon adalah siskuiterpen monosiklik, yang mempunyai
potensi sebagai anti inflamasi yang efeknya mirip dengan piroksikam yang
merupakan obat golongan anti inflamasi non steroid (Somchit et al., 2012).
Zerumbon juga dilaporkan memiliki kemampuan mencegah sinar ultraviolet B
yang memicu pembentukan katarak (Chen et al., 2011), berpotensi sebagai agen
kemotrapi yang dapat mengobati kanker serviks dan ovarium hal ini dikarenakan
zerumbon dapat menghambat pertumbuhan sel kanker tersebut (Abdelwahab et
al., 2012). Selain itu zerumbon dapat juga digunakan sebagai agen
imunomodulator (Keong et al. , 2010), dan dapat digunakan juga untuk mengobati
leukimia (Huang et al., 2005) serta dapat menghambat virus AIDS (Dai et al.,
1997). Metode yang sudah digunakan untuk menganalisis zerumbon diantaranya
adalah kromatografi lapis tipis kinerja tinggi. Selain itu penelitian Elamin et al
(2010), yang memvalidasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk
analisis zerumbon dalam plasma hasilnya adalah metode ini valid untuk penetapan
zerumbon.


3

Metode KCKT dengan deteksi photodiode array (PDA), menawarkan
profil kualitatif alternatif dan banyak digunakan untuk otentikasi dari simplisia
atau ekstrak tanaman obat (Springfield et al., 2004). Selain itu KCKT merupakan
metode yang populer untuk analisis obat herbal karena metode ini mudah
dipelajari dan tidak terbatas oleh volatilisasi atau stabilitas senyawa dari sampel.
Secara umum kromatografi cair kinerja tinggi digunakan untuk menganalisis
hampir semua senyawa dalam obat-obat herbal (Liang et al., 2004).
Penelitian

ini

dilakukan

untuk

memberikan


gambaran

(profil

kromatogram) mengenai metabolit lempuyang emprit (Zingiber amaricans Bl).
Profil kromatogram ini berhubungan dengan kualitas metabolit sekunder dari
ekstrak etanol lempuyang emprit yang dianalisis menggunakan kromatografi cair
kinerja tinggi. Penetapan kadar zerumbon yang menjadi metabolit berkhasiat
secara biologis dalam ekstrak etanol lempuyang emprit menggunakan
kromatografi cair kinerja tinggi. Hasil penelitian ini dalam jangka panjang
diharapkan dapat menjadi landasan ilmiah dan kajian pemanfaatan bahan ekstrak
lempuyang emprit untuk obat herbal atau fitofarmaka yang berguna.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat: Alat-alat gelas, evaporator (Heiddolph), water bath (Memert),
blender, neraca analitik (AND), lempeng KLT GF254 (merck), HPLC-Waters
Pump Alliance 2695 Detektor PDA 2998, kolom C18 (kromasil 100-5C18),
panjang 25 cm, diameter 4,6 mm.
Bahan: rimpang lempuyang emprit yang diperoleh dari Merapi Farma

Yogyakarta dalam bentuk rimpang kering dan Pasar Gede Surakarta dalam bentuk
rimpang basah.
Bahan kimia: standart zerumbon (sigma), etanol 96% teknis, etanol
absolute p.a, asetonitril for liquid chromatography, metanol for chromatography
preparative, 0,01 M kalium dihidrogen fosfat (Merck), dan aquabidest
(Ikapharmindo).

4

Jalannya Penelitian
Determinasi Tanaman
Rimpang lempuyang emprit yang diperoleh dari Pasar Gede Surakarta dan
rimpang yang diperoleh dari Merapi Farma Yogyakarta dideterminasikan di
laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pembuatan Ekstrak Etanol Rimpang Lempuyang Emprit
Ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit dibuat dengan cara maserasi
menggunakan etanol 96% (1:10). Serbuk kering rimpang lempuyang gajah
sebanyak 500 g direndam dengan etanol 96% sebanyak 5000 mL. Serbuk
direndam sambil sekali-kali diaduk dan didiamkan selama 24 jam. Maserat
dipisahkan dan proses diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.

Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan vacuum rotary evaporator.
Hasil penguapan, diuapkan kembali menggunakan water bath untuk memperoleh
ekstrak yang kental. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat.
Analisis Profil Metabolit Dengan KLT
Sebanyak 100 mg ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit dari 2 daerah
masing-masing dilarutkan dalam 1 mL etanol Pa. Larutan sampel tersebut
ditotolkan sebanyak 0,5 µL pada lempeng KLT. Lempeng KLT dielusi pada
bejana yang telah jenuh dengan fase gerak heksana: etil asetat (8:2) dengan jarak
pengembangan 5 cm. Bercak diamati pada UV254nm dan UV366nm. Deteksi
komponen spesifik golongan minyak atsiri menggunakan anisaldehid-H2SO4;
golongan polifenol menggunakan FeCl3; golongan alkaloid menggunakan
dragendrof; dan golongan flavonoid menggunakan sitroborat. Deteksi komponen
spesifik setiap golongan setelah dilakukan penyemprotan dimasukkan dalam oven
selama 10 menit pada suhu 100°C.
Analisis Profil Metabolit Dengan KCKT
Sebanyak 100 mg ekstrak lempuyang emprit dilarutkan dalam 10 mL
etanol, kemudian disaring menggunakan filter dengan ukuran pori membran
0,22 µm. Sebanyak 10 µL sampel diinjeksikan dalam fase terbalik KCKT dengan
fase diam silica C18 dan fase gerak campuran asetonitril:metanol: 0,01 M kalium
dihidrogen fosfat. Optimasi fase gerak menggunakan beberapa sistem fase gerak.


5

Tabel 1. Komposisi sistem fase gerak yang digunakan untuk optimasi
Sistem
A
B

C

D

E

Menit
-

Asetonitril
25


Metanol
50

KH2PO40,01M
20

0
2
6
8
10
15
20
0
2
4
8
10
13
15
16
18
19
20
22
25
0
2
4
8
10
13
15
18
19
20
22
25
0
2
6
8
10

20
15
15
20
25
25
25
30
15
15
40
40
20
25
25
15
25
25
35
25
30
15
15
40
40
20
25
15
25
25
25
25
30
30
40
50
65

20
15
15
20
25
45
55
30
15
15
10
20
20
45
35
15
25
25
35
55
30
15
15
10
20
20
45
15
25
25
45
55
30
30
35
40
35

60
70
70
60
50
30
20
40
70
70
50
40
60
30
40
70
50
50
30
20
40
70
70
50
40
60
30
70
50
50
30
20
40
40
25
10
5

Penetapan Kadar Zerumbon Dengan KCKT
Sebanyak 10,0 mg zerumbon dilarutkan dalam 5,0 mL etanol, sehinggga
didapat kadar 0,25%. Dibuat seri kadar zerumbon sebesar 0,0025%; 0,005%;
0,01%; 0,02%; 0,04%; 0,08 %; dan 0,16%. Lempuyang emprit yang
berasal dari dua daerah ditimbang sebanyak 100,0 mg dilarutkan dalam
10,0 mL etanol kemudian seri kadar dan sampel disaring menggunakan filter
dengan ukuran pori membran 0,22 µm. Sebanyak 10,0 µL standar dan
sampel diinjeksikan dalam fase terbalik KCKT dengan fase diam silika C18 dan
fase gerak campuran asetonitril:metanol: 0,01 M kalium dihidrogen fosfat. Elusi
6

gradien menggunakan sistem E dengan waktu elusi selama 15 menit dan deteksi
pada pada λ 254 nm. penetapan kadar untuk masing-masing sampel dari tiap
daerah direplikasi sebanyak 3 kali.
Analisis Data
Data yang diperoleh pada analisis dengan KCKT berupa profil kromatogram,
banyaknya puncak, peak purity, kadar relatif, bentuk puncak dan luas area
masing-masing peak. Peak menunjukkan jenis metabolit dan intensitas peak yang
menunjukkan kadar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Tanaman
Lempuyang emprit yang diperoleh dari Pasar Gede Surakarta dan Merapi
Farma Yogyakarta di determinasi dengan mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan
kunci determinasi yang terdapat dalam buku karangan Backer dan Van den Brink
(1965). Hasil determinasi tanaman lempuyang emprit sebagai berikut : 1b-2b-3b4b-12b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-24b-25b-26b-27b-28b-29b-30b 31a32a-33b-35a-36d-37b-38b-39b-41b-42b-44b-54b-46e-50b-51b-53b-54b-56b-57b58b-49d-72b-73b-74a-75b-76b-333b-334b-335a-336a-337b-338a-339b-340a-207.
Zingiberaceae- 1a-2b-6a-Zingiber-1a-2a-3a-4a-5b-Zingiber amaricans Bl.
Kedua simplisia yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai urutan
kunci determinasi yang sama sehingga tanaman yang diteliti merupakan tanaman
lempuyang emprit.
Pembuatan Ekstrak Etanol Lempuyang Emprit
Randemen yang diperoleh dari rimpang yang berasal dari Merapi Farma
Yogyakarta adalah sebesar 11,567% sedangkan lempuyang emprit yang berasal
dari Pasar Gede Surakarta 11,702% (Tabel 2). Hasil randemen masing-masing
ekstrak berbeda hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tipe tanaman,
bagian tanaman, dan kandungan air. Hasil randemen yang diperoleh dari masingmasing daerah tidak ada perbedaan yang signifikan. Ekstrak yang diperoleh
dilakukan uji organoleptis untuk mengetahui sifat fisik dari ekstrak dengan panca

7

indera meliputi bau, rasa, dan warna dan hasilnya seperti yang tertera dalam tabel
2.
Tabel 2. Rendemen dan uji organoleptis ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah
No
1
2
3
4

Keterangan
Rendemen (%)
Warna
Bau
Rasa

Merapi Farma
11,567
Coklat
Khas, aromatik
Pahit

Pasar Gede
11,702
Coklat kehitaman
Khas, aromatik
Pahit

Analisis Metabolit Menggunakan KLT
Uji KLT ini merupakan tahap awal untuk mengidentifikasi kandungan
senyawa dalam rimpang lempuyang emprit. Profil KLT setelah disemprot dengan
reagen semprot dapat digunakan untuk identifikasi golongan senyawa metabolit
sekunder. Senyawa yang diuji adalah flavonoid, alkaloid, polifenol, dan minyak
atsiri. Profil ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit dari kedua daerah memiliki
kemiripan. Identifikasi senyawa flavonoid memberikan hasil yang positif ditandai
dengan adanya bercak biru kekuningan setelah disemprot menggunakan sitroborat
pada kedua sampel. Identifikasi polifenol dan alkaloid menggunakan reagen
semprot FeCl3 dan dragendrof memberikan hasil yang negatif ditandai dengan
tidak adanya bercak bewarana biru dan kuning pada kedua sampel. Identifikasi
senyawa minyak atsiri menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan adanya
bercak berwarna ungu pada kedua sampel setelah disemprot menggunakan
anisaldehid-H2SO4. Ekstrak etanol lempuyang emprit yang berasal dari Merapi
Farma Yogyakarta dan Pasar Gede Surakarta diidentifikasi mengandung
zerumbon karena pada keduanya terdapat bercak yang Rf yang sama dengan
standar zerumbon.
Analisis metabolit sekunder dengan KLT hanya memberikan informasi
mengenai metabolit sekunder dan hasil analisis belum dapat menunjukkan
perbedaan profil metabolit sekunder ekstrak dari kedua daerah. Analisis
penentuan kromatogram ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit selanjutnya
dilakukan menggunakan KCKT karena metode KCKT lebih sensitif, selektif dan
resolusi tinggi.

8

Analisis Metabolit Rimpang Lempuyang Emprit Menggunakan KCKT
Optimasi menggunakan sistem A dengan komposisi fase gerak asetonitril:
metanol: 0,01 M kalium dihidrogen ortofosfat (25:50:20) dengan sistem isokratik
belum didapatkan pemisahan yang bagus. Hasil optimasi sistem A menunjukkan
banyak senyawa yang bersifat polar karena sistem kromatografi yang digunakan
adalah fase terbalik dimana fase diamnya bersifat non polar dan fase geraknya
bersifat polar sehingga senyawa yang bersifat polar akan terelusi terlebih dahulu.
Elusi gradien dilakukan untuk mendapatkan pemisahan yang baik dan waktu
analisis yang cepat. Optimasi gradien dilakukan dengan meningkatkan kekuatan
elusi secara bertahap yaitu dengan meningkatkan persentase asetonitril dan
metanol. Sistem E merupakan pemisahan yang optimum karena memiliki resolusi
yang baik mendapatkan jumlah peakyang banyak dibandingkan optimasi yang lain
dan waktu elusi yang singkat. Komposisi fase gerak yang diperoleh dari optimasi
yaitu campuran fase gerak antara asetonitril: metanol: kalium dehidrogen
phosphat 0,01M dengan elusi gradien dimulai dari menit ke-0 perbandingan
(30:30:40), menit ke-2 (30:30:40), menit ke-6 (40:35:25), menit ke-8 (50:40:10),
menit ke-10 (65:35:5) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit, Rt 20 menit, dan
volume injeksi 10 µL.
Sistem deteksi menggunakan detektor PDA 3D mempunyai keuntungan
yaitu deteksi tidak hanya pada satu panjang gelombang tetapi dapat dilakukan
dalam rentang panjang gelombang yang ditentukan. Hasil Analisis profil
kromatografi ekstrak lempuyang emprit yang berasal dari Merapi Farma
Yogyakarta dan Pasar Gede Surakarta (Gambar 1) masing-masing lempuyang
menghasilkan 17 peak dan 18 peak. Peak karateristik yang selalu muncul dari
kedua ekstrak pada waktu retensi ± 2,1; 2,9; 3,2; 3,8; 4,2; 5,9; 6,2; 9,4; 9,8; 11,5;
11,8; 12,5; 14,8; dan 15,7 menit. Kedua ekstrak memiliki persen area yang
berbeda-beda dimasing-masing peak. Senyawa yang terdapat dimasing-masing
ekstrak etanol lempuyang emprit berdasarkan prosentase area dibedakan menjadi
dua yaitu senywa mayor dan senywa minor. Senyawa mayor memiliki % area
sebesar > 10% sedangkan senyawa minor memiliki % area sebesar < 10%.
Ekstrak etanol lempuyang emprit yang berasal dari dua daerah memiliki empat
senyawa mayor yaitu pada waktu retensi ± 3,2; 4,2; 6,2,;dan 12,5 menit.

9

Gambar 1. Perbandingan profil kromatografi ekstrak etanol lempuyang emprit dari Merapi Farma
Yogyakarta (garis merah) dengan ekstrak etanol lempuyang emprit dar Pasar Gede
Surakarta (garis hijau) yang dideteksi pada λ 290 nm.

Gambar 2. Kromatogram Standar zerumbon pada λ 290 nm Rt= 12,518 menit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya senyawa yang bersifat polar
dan non polar dari kedua ekstrak. Senyawa yang terelusi terlebih dahulu adalah
senyawa yang bersifat polar karena pada KCKT sistem terbalik fase diam bersifat
lebih non polar dibandingkan dengan fase gerak (Sarker, 2006), sehingga interaksi
senyawa polar dengan fase diam lemah. Flavonoid gugus kromofornya
mempunyai serapan yang spesifik pada λmax 265 dan 354 (Ruslay et al., 2007),
sehingga peak-peak awal ekstrak lempuyang emprit dari Merapi Farma
Yogyakarta dan Pasar Gede Surakarta dimungkinkan merupakan senyawa
golongan flavonoid. Peak dengan Rt 12,528 dan 12,488 menit dari ekstrak
rimpang lempuyang emprit dari Pasar Gede dan dari Merapi Farma Yogyakarta
merupakan zerumbon senyawa golongan sesquiterpen (Sakinah et al., 2007)
karena Rt dari kedua peak tersebut sama dengan Rt standar zerumbon (Gambar 2).

10

Sukari et al (2008) melaporkan bahwa kandungan utama dari ekstrak
heksan rimpang lempuyang emprit adalah zerumbon (40,7%) dan kandungan
lainya adalah benzil heptanoat (23,5%), monoterpen (8,2%), dan monotrepen
teroksigenasi (10,6%). Hasil penelitian ini zerumbon termasuk senyawa mayor
dengan persen area sebesar 12, 85 %.
Penetapan Kadar Zerumbon Menggunkan KCKT
Standardisasi melibatkan pemastian kadar senyawa aktif farmakologis
melalaui analisis kuantitatif metabolit sekunder yang akan menjamin keseragaman
khasiat (Saifudin, 2011). Zerumbon merupakan senyawa aktif farmakologis dari
rimpang lempuyang emprit, sehingga dapat dijadikan parameter kontrol kualitas
produk herbal.
Penetapan kadar ini dilakukan menggunakan campuran fase gerak antara
asetonitril: metanol: kalium dehidrogen phosphat 0,01M dengan elusi secara
gradien menggunakan sistem E dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit, waktu elusi
selama 15 menit, dan volume injeksi 10 µL panjang gelombang yang digunakan
adalah 254 nm yang merupakan panjang gelombang maksimal dari zerumbon
(Elamin et al., 2010).
Kurva baku yang diperoleh adalah Y= 190365864,93X + 226573,44,
dengan r = 0,99. Berdasarkan perhitungan statistik diperoleh nilai LOD adalah
13,74 ppm, nilai ini menunjukkan kadar minimal yang dapat dideteksi oleh
detektor. Sedangkan nilai LOQ diperoleh sebesar 45,82 ppm, nilai ini menunjukan
kadar minimal yang dapat dikuantifikasi.
Hasil perhitungan kadar zerumbon ekstrak lempuyang emprit dari Merapi
Farma Yogyakarta diperoleh kadar rata-rata sebesar 31,07±0,95 % b/b, sedangkan
ekstrak lempuyang emprit dari Pasar Gede Surakarta kadar rata-rata sebesar
28,15±0,33 % b/b.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan kadar zerumbon dari
kedua daerah. Bhuiyan (2009) menyebutkan bahwa kondisi geografi dan ekologi
yang berbeda mempengaruhi komposisi dan presentasi dari kandungan suatu
ekstrak tanaman. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan kadar suatu
tanaman adalah umur dari tanaman yang digunakan, Chen (2008) menyebutkan
kandungan zerumbone tertinggi terdapat pada rimpang dengan periode
11

pertumbuhan 5 bulan. Rimpang lempuyang emprit yang berasal dari Merapi
Farma Yogyakarta diketahui umur tanaman saat dipanen yaitu 12 bulan.
Sedangkan Rimpang lempuyang emprit yang berasal dari Pasar Gede Surakarta
tidak diketahui umur tanaman saat dipanen.
Kandungan senyawa dalam simplisia akan mempengaruhi keamanan dan
kemanjuran suatu obat herbal (Liang et al., 2004). Sukari et al (2008) melakukan
penelitian

ekstrak

heksan

rimpang

lempuyang

emprit

yang

dianalisis

menggunakan GC-MS hasilnya diperoleh kadar zerumbon sebesar 40,7% b/b.
Hasil penelitian tersebut jika dibandingkan dengan ekstrak etanol yang dianalisis
pada penelitian ini terdapat perbedaan kadar zerumbon yang cukup jauh, hal ini
disebabkan zerumbon bersifat relatif non polar sehingga zerumbon tersari lebih
banyak pada heksan yang sifatnya lebih nonpolar dibandingkan dengan etanol.
Pelarut heksan bersifat lebih toksik dibandingkan dengan metanol sehingga tidak
digunakan dalam pembuatan produk herbal, oleh sebab itu penelitian ini
menggunakan etanol karena pelarut ini merupakan pelarut yang umum digunakan
pada produk herbal
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Profil kromatografi ekstrak etanol rimpang lempuyang emprit yang berasal
dari Merapi Farma Yogyakarta memberikan 17 puncak dengan kadar zerumbon
sebesar 30,95% ±0,39% b/b dan dari Pasar Gede Surakarta memberikan 18
puncak dengan kadar zerumbon sebesar 28,05% ±0,98% b/b.

Saran
Berdasarkan penelitian disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui korelasi antara keberdaan metabolit sekunder dan aktivitas
farmakologi ekstrak lempuyang emprit.

12

DAFTAR ACUAN
Abdelwahab, S. I. , Abdul A. B, Zain, Z. N. and Abdul, A. H, 2012, Zerumbone
inhibits interleukin-6 and induces apoptosis and cell cycle arrest in ovarian
and cervical cancer cells, International Immunopharmacology. 12 (4) : 594602
Bhuiyan, N, I., Chowdury, J, U., & Begum, J., 2009, Chemical Investigation of
the Leaf and Rhizome Essential Oil of Zingiber zerumbet (L.) Smith from
Bangladesh. Bangladesh J Pharmacol, 4, 9-12.
Clixto, J.B., 2000, Efficacy, safety, quality control, marketing and regulatory
guidelines for herbal medicines (phytotherapeutic agents). Braz J Med Bio
Res, 33: 179-189.
Chen, H., Zuo, Y., Deng, Y., 2001, Separation and Determination of Flavonoids
and Other Phenolic Compounds in Cranberry Juice by High-Performance
Liquid Chromatography, Journal of Chromatography, 913 (2001) 387–395.
Chien, T, Y., Chen, L, G., Lee, C, J., Lee, F, Y., & Wang, C, C., 2008, Antiinflammatory constituents of Zingiber zerumbet, Food Chemistry, 110, 584–
589.
Dai, J. R. , Cardellina, J. H. , Mc Mahon, J. B. And Boyd, M. R, 1997,
Zerumbone, an HIV-Inhibitory and Cytotoxic Sesquiterpene of Zingiber
aromaticum and Z. zerumbet, Nat. Prod. Lett. 10 : 115-118.
Elamin M, E., Abdul, A. B., Al-Zubairi. A. S., Aspollah, M. , Sukari and
Abdullah, R., 2010, validated High Performance Liquid Chromatographic
(HPLC) Method for Analysis of Zerumbone in Plasma, African Journal of
Biotechnology. 9 (8); 1260-1265).
Huang, G. C., Chien, T. Y. Chen, L. G. And Wang, C. C. , 2005, Antitumor
effects of zerumbone from Zingiber zerumbet in P-388D1 cells in vitro and
in vivo, Plant Med. 71(3), 219-224.
Katno, 2008, Tingkat Manfaat, Keamanan, dan Efektivitas Tanaman Obat dan
Obat Tradisional, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT), Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jawa Tengah.
Keong YS, 2010, Alitheen, N. B. ,Mustafa, S. , Abdul Aziz, S., Adul Rahman, M.,
And Ali, A. M, Immunomodulatory Effects of Zerumbone Isolated from
Roots of Zingiber zerumbet, Pak J Pharm Sci. 23(1) : 75-82.

13

Li, S., Han, Q., Qiao, C., Song, J., Cheng, C. L. and Xu, H., 2008, Chemical
markers for the quality control of herbal medicines (review), Licensee
BioMed Central Ltd, Vol. 3 Chapt. 7.
Liang, Yi-Zeng., Xie,P and Chan, K., 2004, Review : Quality control of herbal
medicines, J. of Chromatography B, 812: 53-70.
Marsusi, Ahmad Dwi Setyawan, dan Shanti Listyawati, 2001, Studi
Kemotaksonomi pada Genus Zingiber, Biodiversita, 1 (2) : 92-97.
Nikam, P. H., Kareparambam, J. , Jadhav, A. , Kadam, V. , 2012, Feuture Trensd
In Standardization Of Herbal Drug, Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 02 (06) : 34-44.
Riyanto, S., 2007, Identification Of Isolated Compounds From Zingiber
amaricans BL. Rhizome, Indo. J. Chem., 7 (1) : 93 – 96.
Ruslay, S., Abas, F., Shaari, K., Zainal, Z., Maulidiani, Sirat, H., Israf, D, A., &
Lajis, N, A., 2007, Characterization of the components present in active
fractions of health gingers (Curcuma xanthorrhiza and Zingiber zerumbet)
by HPLC-DAD-ESIMS, Food Chemistry, 104, 1183-1191.
Saifudin, A., Viesa, R. dan Teruna, H Y., 2011, Standarisasi Obat Alam, Graha
ilmu,Yogyakarta.
Sakinah, S., Handayani, TS., and Hawariah, L. P. , 2007, Zerumbone Induced
Apoptosis in Liver Cancer Cells via Modulation of Bax/Bcl-2 ratio, Cancer
Cell International: 7-4.
Sarker, 2006, Natural Product Isolation, Second edition, Humana press, Totowa,
New Jersey, hal 214.
Somchit, M. N. , Zerumbone Isolated from Zingiber zerumbet Inhibits Inflamation
an Pain in Rats, Juornal of Medicinal Plants Research, 6 (2): 117-180.
Springfield, E.P., Eagles, P. K. F and. Scott, G., 2004, Quality assessment of
South African herbalmedicines by means of HPLC fingerprinting. Journal
of Ethnopharmacology. Volume 101, Issues 1–3 
 
Sukari, M.A., Mohd Sharif, A. L. C. , Yap, S. W., Tang, B. K. , Noeh, M. ,
Rahman, G. C. L. , Ee, Y. H. , Taufiq, Yap and Yusuf, U. K. , 2008,
Chemical Constituents Variatiosns of Essential Oils from
Rhizomes of
Four Zingiberaceae Specie, The Malaysian Journal of Analytical Sciences,
12 (3): 638-644.

14

Tiwari, P. , Kumar, B. , Kaur, M., Kaur, G. , and Kaur, H. , 2011, Phytochemical
screening and extraction : A Riviews, IPS, Vol 1, Isu 1.
WHO, 2004. WHO guidelines for safety monitoring of herbal medicines in
pharmacovigilance. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

15

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN LEMPUYANG WANGI (Zingiber aromaticum Val.) DAN FRAKSI-FRAKSINYA Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum Val.) Dan Fraksi-Fraksinya Dengan Metode Dpph Serta Penetapan Kadar

0 3 10

AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber amaricans Bl.) DAN Aktivitas Penangkapan Radikal Ekstrak Etanol Daun Lempuyang Emprit (Zingiber Amaricans Bl.) Dan Fraksi-Fraksinya Dengan Metode DPPH Serta Penetapan Kadar Feno

0 1 13

PENDAHULUAN Aktivitas Penangkapan Radikal Ekstrak Etanol Daun Lempuyang Emprit (Zingiber Amaricans Bl.) Dan Fraksi-Fraksinya Dengan Metode DPPH Serta Penetapan Kadar Fenolik Totalnya.

1 9 10

DAFTAR PUSTAKA Aktivitas Penangkapan Radikal Ekstrak Etanol Daun Lempuyang Emprit (Zingiber Amaricans Bl.) Dan Fraksi-Fraksinya Dengan Metode DPPH Serta Penetapan Kadar Fenolik Totalnya.

0 6 4

AKTIVITAS PENANGKAPAN RADIKAL EKSTRAK ETANOL DAUN LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber amaricans Bl.) DAN FRAKSI-FRAKSINYA DENGAN METODE DPPH SERTA PENETAPAN Aktivitas Penangkapan Radikal Ekstrak Etanol Daun Lempuyang Emprit (Zingiber Amaricans Bl.) Dan Fraksi-Fra

0 3 10

PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber amarincans Bl.) DAN PENETAPAN KADAR ZERUMBON-NYA Profil Kromatogram Ekstrak Etanol Lempuyang Emprit (Zingiber amarincans Bl.) Dan Penetapan Kadar Zerumbon-Nya Dengan Metode Kromatografi Cair Ki

0 1 12

PENDAHULUAN Profil Kromatogram Ekstrak Etanol Lempuyang Emprit (Zingiber amarincans Bl.) Dan Penetapan Kadar Zerumbon-Nya Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

0 2 8

DAFTAR PUSTAKA Profil Kromatogram Ekstrak Etanol Lempuyang Emprit (Zingiber amarincans Bl.) Dan Penetapan Kadar Zerumbon-Nya Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

0 0 4

AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet L.) DAN RIMPANG AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet L.) DAN RIMPANG LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber littorale Val.) TERHADAP SEL KANKER P

0 1 16

PENDAHULUAN AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet L.) DAN RIMPANG LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber littorale Val.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D.

3 9 20