PEMAKNAAN KARIKATUR OPINI DI KORAN KOMPAS EDISI 13 JULI 2011 (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan karikatur Pada Rubrik Opini Versi “Sopir Bus Menelantarkan Penumpang” di koran kompas edisi 13 juli 2011).

PEMAKNAAN KARIKATUR OPINI DI KORAN KOMPAS
EDISI 13 J ULI 2011
(Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan kar ikatur Pada
Rubr ik Opini Ver si “Sopir Bus Menelantar kan Penumpang” di
kor an kompas edisi 13 juli 2011)

SKRIPSI

Oleh :

DWI WIBOWO UTOMO
NPM. 0743010214

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan berkat, Nikmat, serta
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul
PEMAKNAAN KARIKATUR DI KORAN KOMPAS EDISI 13
J ULI 2011 (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan kar ikatur di
rubr ik opini “Sopir Bus Menelantar kan Penumpang” di koran kompas
edisi 13 juli 2011)
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Dra.Diana Amalia M.Si sebagai
dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan
Proposal ini dan pada kesempatan ini juga penulis juga akan menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak – pihak yan telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan laporan ini baik moral
maupun tenaga antara lain :
1. Ibu Dra.Hj.Suparwati, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Seluruh dosen FISIP khusunya Dosen Ilmu Komunikasi, yang telah bersedia
untuk mengajarkan semua hal – hal yang berharga dan tak ternilai.
4. Untuk Orang Tua Ku, Mas Wawan, adikku Mega dan seluruh binatang
kesayanganku yang telah memberiku inspirasi, kekuatan dan kasih sayang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

5. Untuk teman-teman kampus terimakasih atas support dan segala yang kalian
berikan.
6. untuk Rea-Reo, yex flava,Batok’s, Pleki, Brewik, Mama, Diaz, Bangau,
Along, Gopel, Pencenk, Vermin, Hendry, Ryo Alcavalent terima kasih atas
kenangan indah kalian .
Penulis sepenuhnya menyadari, banyak sekali terdapat kekurangan dalam
penyusunan Proposal ini, untuk itu segala bentuk saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Proposal ini adalah sebuah wujud terima kasih dan persembahan penulis

untuk seluruh pembaca, sebagai bentuk kecintaan dan penghargaan penulis
terhadap ilmu pengetahuan, juga dengan harapan besar semoga Proposal ini dapat
memberikan pengetahuan dan manfaat bagi semua yang membutuhkan. Terima
kasih.

Surabaya, 27 juni 2011

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

ABSTRAKSI
DWI WIBOWO UTOMO.PEMAKNAAN KARIKATUR OPINI
DI
KORAN KOMPAS EDISI 13 J ULI 2011 (Studi Analisis Semiotik Tentang
pemaknaan kar ikatur Pada Rubr ik Opini Versi “Sopir Bus Menelantarkan
Penumpang” di koran kompas edisi 13 juli 2011)

Penelitian ini mengarahkan perhatian pada makna yang tersirat di dalam
pesan yang disampaikan dalam karikatur Pada Rubrik Opini Versi “Sopir Bus
Menelantarkan Penumpang” di koran kompas edisi 13 juli 2011. Peneliti
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan analisis makna semiotika
terhadap karikatur tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori
segitiga makna milik Charles Sanders Pierce yang membahas tentang fenomena
makna yang muncul dari sebuah tanda ketika tanda tersebut digunakan individu
pada waktu berkomunikasi. Pada teori milik C.S. Pierce muncul tiga kategori
yang menjadi objek penelitian, tiga kategori tersebut adalah ikon, indeks, dan
simbol..
Sumber atau teori yang terdapat ada penelitian ini antara lain : teori
segitiga makna Charles Sanders Pierce, Kritik sosial, tanda non verbal, kartun
editorial, karikatur sebagai proses komunikasi. Sumber atau teori tersebut
digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pembahasan penelitian.
dalam karikatur “Sopir Bus Menelantarkan Penumpang” terdapat gambar
sebuah bus yang tidak terawat dengan begitu banyak tambalan di bagian rodanya,
walaupun telah ditambal tetapi kondisi roda tersebut tetap kempes tanpa angin
dimana ini merupakan tanda si pemilik Bus tidak pernah merawat Bus itu, bukan
hanya itu saja Bus itu juga penuh dengan lubang dimana-mana Walaupun kondisi
fisik Bus itu sangat mengkhawatirkan tetapi Bus tersebut tetap dipenuhi

penumpang dan barang-barang bahkan para penumpang tersebut sebagaian
sampai antri diluar Bus. Biarpun sudah begitu banyak penumpang yang antri dan
menunggu untuk diantar Bus tersebut, tetapi kursi tempat sopir bus itu masih tetap
kosong ini membuat para penumpang bertanya-tanya dan mengeluh, pertanyaan
dan keluhan penumpang diperlihatkan kartunis dengan tulisan tulisan yang
berbunyi “Kok nggak bergerak? Pak sopirnya kemana sih? Lagi disibukkan SMS
dan BBM” dan “Mau sampai kapan begini ya? Jangan-jangan sampai 2014”.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di bab sebelumnya, maka
dapatlah ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa Karikatur “Sopir Bus
Menelantarkan Penumpang”Di Rubrik Opini Koran Kompas edisi 13 juli 2011
merupakan suatu kritikan tentang konflik politik yang terjadi di tubuh
pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Kata kunci :
Pemaknaan, Karikatur, Kompas, Sopir

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI


HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................

i

KATA PENGANTAR .................................................................................

iii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

iv

ABSTRAKSI...................................................... ............................................

xi

BAB I

PENDAHULUAN .....................................................................


1

1.1

Latar Belakang Masalah ...................................................

1

1.2

Rumusan Masalah ...........................................................

9

1.3

Tujuan Penelitian ............................................................

9


1.4

Manfaat Penelitian ..........................................................

9

1.4.1. Manfaat Teoritis .........................................................

10

1.4.2. Manfaat Praktis .........................................................

10

KAJ IAN PUSTAKA .................................................................

11

2.1


Landasan Teori ................................................................

11

2.1.1. Karikatur ...............................................................

11

2.1.2. Surat Kabar Sebagai Media Massa .........................

15

2.1.2.1 Karikatur dalam media cetak................ .......

16

2.1.3. Kepemimpinan ......................................................

19


BAB II

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III

2.1.4. Negara ...................................................................

23

2.1.5. Lambang Negara Indonesia ....................................

25

2.1.6. Penduduk ..............................................................


26

2.1.7. Teori Antrian ..........................................................

27

2.1.8. Semiotika ...............................................................

29

2.1.8. Semiotika Charles Sanders Pierce ...........................

32

2.1.10. Kerangka Berfikir .................................................

34

METODE PENELITIAN .........................................................

36

3.1

Metode Penelitian ...........................................................

36

3.2

Kerangka Konseptual .......................................................

37

3.2.1. Corpus ..................................................................

37

3.2.2. Defenisi Opreasional .............................................

38

3.2.2.1. Karikatur...................................................

38

3.3

Unit Analisis ...................................................................

38

3.4

Jenis Sumber Data............................................................

40

3.4.1. Sumber Data Primer ...............................................

40

3.4.2. Sumber Data Sekunder ...........................................

40

3.5

Teknik Pengumpulan Data ..............................................

40

3.5

Teknik Analisis Data .......................................................

40

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................

42

4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................

40

4.1.1 Gambaran Umum Surat Kabar Harian Kompas .......

40

4.1.2 Sejarah Surat Kabar Harian Kompas........................

41

4.2

Penyajian Data .................................................................

45

4.3

Analisis data ....................................................................

48

4.3.1 Ikon Karikatur .........................................................

51

4.3.2 Indeks Karikatur ......................................................

65

4.3.3 Simbol Karikatur .....................................................

69

Interpretasi Makna Keseluruhan Karikatur .......................

71

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................

74

5.1

Kesimpulan ......................................................................

74

5.2

Saran................................................................................

75

4.4

BAB V

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan diri
dari kaitannya dengan media massa; demikian juga sebaliknya, media massa tidak
bisa melepaskan diri dari dunia dengan segala isi dan peristiwanya. Hal ini
disebabkan karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sehingga menjadi
saling bergantung dan saling membutuhkan. Segala isi dan peristiwa yang ada di
dunia menjadi sumber informasi bagi media massa. Selanjutnya, media massa
mempunyai tugas dan kewajiban menjadi sarana dan prasarana komunikasi untuk
mengakomodasi segala jenis isi dunia dan peristiwa-peristiwa di dunia ini melalui
pemberitaan atau publikasinya dalam aneka wujud (berita, artikel, laporan
penelitian, dan lain sebagainya) dari yang kurang menarik sampai yang sangat
menarik, dari yang tidak menyenangkan sampai yang sangat menyenangkan tanpa
ada batasan kurun waktu. William L. Rivers dan kawan-kawannya (Rivers
2003:ix) mengatakan bahwa pada dasarnya, kondisi di dunia nyata mempengaruhi
media massa, dan ternyata keberadaan media massa juga dapat mempengaruhi
kondisi nyata dunia. Dengan kata lain, dunia mempunyai peranan dan kekuatan
untuk mempengaruhi media massa; dan sebaliknya, media massa juga mempunyai
1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2
peranan dan kekuatan yang begitu besar terhadap dan bagi dunia ini, terlebih
dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dengan segala aspek yang
melingkupinya. Oleh karenanya, dalam komunikasi melalui media massa, media
massa dan manusia mempunyai hubungan saling ketergantungan dan saling
membutuhkan karena masing-masing saling mempunyai kepentingan, masingmasing saling memerlukan. Media massa membutuhkan berita dan informasi
untuk publikasinya baik untuk kepentingan media itu sendiri maupun untuk
kepentingan orang atau institusi lainnya; di lain pihak, manusia membutuhkan
adanya

pemberitaan,

publikasi

untuk

kepentingan-kepentingan

tertentu

(Efendy.2000;92) .

Masyarakat haus akan informasi, sehingga media massa sangat dibutuhkan
oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media massa cetak, dan media massa
elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku.
Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan
lain - lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar justru mampu
memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan
analisa yang mendalam dibanding media lainnya. (Cangara, 2005:128). Fungsi
media sebagai kontrol sosial dan persuasif secara sadar atau tidak dapat
mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir yang disajikan media.
Kebutuhan khalayak akan berita yang paling penting adalah nilai "kebaruan", nilai
ini pada media cetak terletak pada surat kabar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai
sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman” (Ardianto &
Erdinaya, 2005, p.99). Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah
melewati perjalanan panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan
Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde
baru. Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi
menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan
rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan,
dan persuasif), fungsi yang paling menonjol adalah informasi” (Ardianto &
Erdinaya, 2005, p.104). Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi
yang beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun
internasional, terdapat juga rubrik opini, lifestyle dan sebagainya. Namun secara
sederhana isi surat kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan
(advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu fenomena
masyarakat (seperti pada tabloid yang hanya membahas fenomena tentang
olahraga) namun semua fenomena atau peristiwa dalam realitas dilaporkan
(Efendy.2000;92).
Melihat ketertarikan khalayak akan informasi terbaru maka media
menyajikan informasi berupa visualiasi karikatur. Informasi yang ringan dan
humoris namun tetap kritis dan faktual membuat khalayak terhibur dan tertarik
dengan informasi tersebut (Efendy.2000;92). Karikatur disajikan sebagai suatu
bentuk kritik sosial yang memiliki kadar humor, estetika serta pesan kritik yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4
tepat sasaran. GM Sudarta memberikan arti kata karikatur sebagai deformasi
berlebih

atas

wajah

seseorang,

biasanya

orang

terkenal,

dengan

“mempercantiknya” melalui penggambaran ciri khas lahiriahnya untuk tujuan
mengejek. (Sobur, 2003:138). Sedangkan menurut T. Susanto (1996:39), gambar
kartun atau karikatur merupakan alat yang paling mudah dan cocok untuk
menggambarkan suatu realitas yang terjadi dalam masyarakat. Maka tidaklah
heran apabila dalam media cetak dapat kita jumpai karikatur dengan halaman
khusus untuk mengutarakan suatu opini. Pesan yang disampaikan dalam karikatur
mempunyai ungkapan yang kritis terhadap berbagai permasalahan, baik itu yang
tersamar maupun yang tersembunyi. Dari sini, dapat kita ketahui bahwa karikatur
dapat dikatakan sebagai sarana kritik sosial. dengan tampilan karikatur.
Keberadaan karikatur pada surat kabar bukan berarti hanya melengkapi surat
kabar dan memberikan hiburan selain berita-berita utama yang disajikan. Tetapi
juga dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan kepada masyarakat.
Dalam penyajiannya di media cetak gambar karikatur adalah karya
pribadi, produk suatu keahlian seorang kartunis baik dari segi pengetahuan,
intelektual, teknik melukis, psikologis, maupun bagaimana dia memilih tema atau
isu yang tepat. Mereka dikategorikan sebagai wartawan karena karya mereka
faktual sesuai dengan permasalahan yang sedang muncul dalam realitas. Para
wartawan dan karikaturis membentuk berita berdasarkan interpretasi mereka
terhadap realitas yang menjadi bahan pemberitaan. Pemaknaan diantara para
pekerja media itu akan berbeda karena nilai — nilai, sudut pandang, pengalaman
dan rujukan yang dimiliki para pekerja tersebut (jurnalis) berbeda dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5
wartawan atau jurnalis dari media yang berbeda. Perbedaan tersebut juga
dipengaruhi ideologi, kebijakan serta segmentasi masing — masing media.
Dengan demikian hasil reportase mereka berbeda meskipun objek beritanya sama
(Eriyanto.2005;25-26).
Surat kabar menyediakan kolom khusus yang disebut Kolom opini, disini
menjadi tempat baik tim redaksi maupun khalayak umum untuk berkomentar
terhadap suatu fenomena tertentu. Pemikiran atau komentar tersebut disampaikan
secara logis, dan faktual serta subjektif berdasarkan sudut pandang penulisnya.
Demikian halnya yang terjadi pada rubrik kartun opini dalam harian Kompas.
Teks yang dihasilkan dalam kartun opini dipengaruhi konteks situasi dan social
budaya yang terjadi di masyarakat. Cerita yang diperankan oleh tokoh-tokoh
rekaan yang diciptakan penulis mempunyai pengacuan di dunia nyata, seperti
pejabat, pengemis, pemulung, pengamen, penjahat, dan sebagainya. Hal ini tentu
saja disesuaikan dengan tema yang diangkat dan konteks cerita. Berdasarkan
uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai Karikatur di
rubrik opini dalam harian Kompas.
Dalam Koran Kompas edisi rabu 13 juli 2011 tepatnya di kolom Opini
halaman 6 terdapat sebuah karikatur yang memperlihatkan sekumpulan
penumpang yang berdesakan untuk antri masuk kedalam bus yang di bagian
depanya terdapat lambang Negara Indonesia yaitu burung garuda. Bus tersebut
tidak bersopir terlihat dari kursi sopir yang kosong, diatas bus di perlihatkan
tulisan “kok nggak bergerak? Pak sopirnya kemana sih? lagi disibukan SMS dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6
BBM”. Sedangkan di atas deretan penumpang yang mau antri masuk bis
terpampang tulisan “ Mau sampai kapan begini ya? Jangan-jangan sampai 2014”.
Tanggapan kartunis ini berkaitan dengan kasus mantan bendahara umum
Demokrat M Nazarudin yang menjadi tersangka korupsi proyek wisma atlet SEA
Games di Palembang, sumatera selatan, dan “konflik” di tubuh Demokrat.
Dimana dua permasalahan ini telah menyita perhatian terutama presiden
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina partai
Demokrat
Di saat banyak permasalahan yang timbul seperti swasembada beras yang
berubah menjadi impor beras, sarana transportasi yang terganggu seperti jalan
jalan yang rusak, krisis bahan bakar , Rancangan Aksi Nasional Pemberantasan
Korupsi 2004-2009, kriminilasi KPK, rekening gendut perwira polri sampai yang
terbaru perlindungan TKI yang buruk semuanya tenggelam begitu saja dan
terkesan diabaikan. Presiden sibuk mengurusi SMS dan BBM yang dikirim
Nazarudin dan membuat semua progress bangsa Indonesia terasa seakan jalan di
tempat padahal rakyat lebih butuh perhatian dari pada hanya sekedar mengurusi
masalah SMS dan BBM

Dua media Australia secara gamblang menyebutkan sejumlah politikus
Indonesia yang (diduga) melakukan penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, kegiatan
sogok-menyogok,

hingga

praktik

intimidasi.

Presiden

Susilo

Bambang

Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono bahkan menjadi bagian dari nama yang
mereka sebut. Daniel Sparringa, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7
Politik, menilai, penghinaan yang dilakukan dua media Australia itu tidak mudah
dimaafkan. Kerusakan akibat berita tidak bertanggung jawab dan tanpa rasa
hormat itu telanjur terjadi (Kompas, 14/3). Namun, Yudhoyono dalam rapat
kabinet terbatas meminta, kegaduhan akibat berita dua media Australia itu tidak
perlu diteruskan. Menurut dia, masih banyak hal penting yang harus dikerjakan
(Kompas, 15/3). Namun, sikap agak berbeda diperlihatkan Yudhoyono saat
menghadapi sejumlah pesan melalui Blackberry Messenger (BBM) yang disebutsebut dikirimkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin. Dengan terperinci, Yudhoyono menyebut isi BBM itu tidak benar,
seperti tentang wacana Kongres Luar Biasa Partai Demokrat dan ancaman
penggulingan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Yudhoyono bahkan mengkritik media yang memberitakan BBM tersebut.
Padahal, isi Wikileaks yang dikutip Sydney Morning Herald dan The Age pada
dasarnya tidak jauh berbeda dengan isi BBM yang disebut berasal dari
Nazaruddin. Keduanya sama-sama belum dapat dibuktikan kebenarannya

materi

BBM

Nazaruddin

merupakan

sesuatu

yang

selama

ini

dipersepsikan sejumlah masyarakat tentang partai politik, misalnya tentang
praktik korupsinya. Kedua dokumen itu juga telah menjadi bagian dari informasi
masyarakat. Percaya-tidaknya terhadap isi dokumen Wikileaks atau BBM
Nazaruddin itu akhirnya amat ditentukan oleh latar belakang pengetahuan,
pengalaman, dan kepentingan mereka yang membacanya. Sikap Yudhoyono dan
kader Partai Demokrat pada umumnya, yang seperti mati-matian menolak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8
kebenaran isi BBM Nazaruddin, justru dapat menambah rasa ingin tahu
masyarakat terhadap isi pesan Nazaruddin berikut kebenarannya. Di era teknologi
komunikasi yang sudah maju ini, mencari isi BBM Nazaruddin bukan hal sulit
meski sejumlah media mainstream sudah mengurangi pemberitaan tentangnya.
Dari sini dudah dapat dilihat bahwa presiden telah melupakan urusan yang lebih
penting yaitu bangsa Indonesia tetapi beliau malah berkonsentrasi pada masalah
BBM dan SMS yang dikirim oleh M. Nazarudin.

Penelitian berusaha mengungkap pemaknaan karikatur “Sopir Bus
Menelantarkar Penumpang” pada Rubrik opini Koran Kompas edisi Rabu, 13 juli
2011 melalui pendekatan teori semiotika diharapkan karikatur mampu
diklasifikasikan berdasarkan tanda, kode, dan makna yang terkandung di
dalamnya. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji
tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha
mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.
Dengan pemilihan model semiotika Pierce yang digunakan di dalam penelitian,
karena sebagaimana pengertiannya tentang tanda – tanda dan berbagai hal yang
berhubungan dengan iklan, cara berfungsi, hubungannya dengan tanda – tanda
lain, pengiriman dan penerimaan pesan, serta cara mengkomunikasikannya. Pierce
membagi

tanda

berdasarkan

objeknya

menjadi

tiga

yaitu

icon(ikon),

index(indeks), symbol (simbol). Icon adalah hubungan antara tanda dan objek
atau acuan yang bersifat kemiripan. Index adalah tanda yang menunjukan
hubungan alamiah antara tanda dan pertanda yang bersifat kausal atau hubungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9
timbal balik. Symbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara
penanda dengan pertanda dan bersifat arbiter atau hubungan berdasarkan konvensi
(perjanjian) masyarakat (sobur,2004 : 115).

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin meneliti
Pemaknaan Karikatur “Sopir Bus Menelantarkan Penumpang” Di Rubrik Opini
Kompas Edisi 13 Juli 2011.

1.3.Tujuan Peneliti

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam skripsi ini adalah untuk
mengetahui makna Karikatur “Sopir Bus Menelantarkan Penumpang” Di Rubrik
Opini Kompas Edisi 13 Juli 2011.

1.4.Manfaat Penelitian
Peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, antara lain:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10
1. Secara Teoritis

Menambah, dan memperluas wawasan serta pengetahuan penulis tentang
makna yang terkandung dalam Karikatur “Sopir Bus Menelantarkan
Penumpang” Di Rubrik Opini Kompas Edisi 13 Juli 2011. dengan
menggunakan metode semiotika.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi bagi
mahasiswa komunikasi yang membutuhkan referensi tentang semiotika.
Khususnya tentang karikatur berdasarkan pemahaman teori segitiga
makna..

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teor i

2.1.1. Karikatur
karikatur adalah bagian dari kartun, namun memiliki muatan pesan yang
bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang (tokoh) atau suatu masalah.
Walaupun dibumbui dengan humor, karikatur merupakan kartun satir yang kadang
dapat menyindir seseorang dan membuat seseorang tersenyum kecut saat
membacanya. Kartun merupakan gambar lucu atau dilucukan yang bertujuan agar
pemirsanya terhibur, tersenyum, atau tertawa geli. Sementara karikatur, adalah
bagian kartun yang diberi muatan pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap
seseorang atau suatu masalah. Karikatur cenderung diisi dengan humor. Namun,
tetap merupakan sebuah kartun satir yang kadang bukannya menghibur, tapi dapat
membuat seseorang tersenyum kecut setelah melihatnya (Sobur, 2003:138).
Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara jenaka
tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Bahkan, seringkali gambar
terkesan lucu, sehingga membuat para pembaca tersenyum dan tertawa karena
mengandung unsur humor. Pejabat pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi
objek karikatur pun tidak tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang
karena dirinya diangkat kepermukaan oleh kartunis. (Sobur, 2003:140). Selain itu,
menurut Sutarno pimpinan redaksi harian Suara Pembaruan, karikatur maupun
11

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12
kartun merupakan salah satu bentuk karya jurnalistik non-verbal yang cukup efektif
dan mengena baik dalam penyampaian pesan maupun kritik sosial (Pramoedjo,
1996:9).
Karikatur dalam bahasa latin disebut carricare memiliki arti sebagai gambar
wajah yang didistorsikan, diplesetkan, atau dilebih-lebihkan secara karakteristik
tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Bahkan dalam museum The House
of Humor and Satire di Gabrovo, Bulgaria, atau di The House of Humor di
Montreal, Kanada, wajah-wajah karikatural tokoh dunia dalam bentuk patung atau
gambar dwimatra (dua dimensi) dipajang dengan anggun dan artistik (Pramoedjo,
2008).
Dalam Encyclopedie Internasional karikatur didefinisikan sebagai sebuah
’satire’ dalam bentuk gambar atau patung. Thomas Nast, kartunis di pertengahan
abad ke-18 merupakan salah satu kartunis politik yang paling berpengaruh di
Amerika. Nast berhasil menjatuhkan jaringan Boss Tweed dan mesin politik
koruptor di New York Tammany Hall dengan karikaturnya. Kreasi Nast yang
paling terkenal hingga sekarang adalah Santa Claus. Sementara dalam
Encyclopedie Britaninica, karikatur adalah penggambaran seseorang, suatu tipe,
atau kegiatan dalam keadaan terdistorsi (penyajian dibuat berlebihan dari gambargambar binatang, burung, sayur, dan lainnya yang menggantikan bagian-bagian
benda hidup atau yang ada persamaannya).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13
Menurut Kornreich dan Schimmel, bentuk gambar sangat membuka peluang
seseorang untuk lebih berani mengekspresikan dirinya terhadap emosi ataupun
agitasi yang ditekan (dalam Setiawan, 2002:xviii). Oleh sebab itu, berkomunikasi
melalui media gambar, membuat seseorang tidak akan merasa terancam karena
takut mengaitkan hal-hal yang dianggap tabu, bahkan sebaliknya, berkomunikasi
dalam bentuk gambar visual memiliki kekuatan sendiri dalam penggambaran suatu
hal. Dengan kata lain, gambar karikatur merupakan produk suatu keahlian seorang
karikaturis, baik dari segi pengetahuan, referensi atau bacaan, maupun bagaimana
cara memilih topic atau isu dalam lingkungan sosial politik yang sedang dihadapi.
Karena itu, media Pers Indonesia menampilkan karikatur sebagai ungkapan kritis
terhadap berbagai masalah yang berkembang secara tersamar dan tersembunyi.
Untuk itu, pembaca diajak berpikir, merenungkan, dan memahami pesan-pesan
yang terdapat dalam gambar karikatur (Augustin Sibarani, 2001:27).
Adapun sifat-sifat karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam (Sibarani,
2001), yaitu: karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan karikatur politik.
Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang (biasanya tokoh yang dikenal)
dengan mengekspose ciri-cirinya dalam bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa
objek lain atau situasi di sekelilingnya secara karikatural. Karikatur sosial
mengemukakan dan menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang
menyinggung rasa keadilan sosial. Sedangkan karikatur politik menggambarkan
tentang situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor
dengan menampilkan para tokoh politik (Sibarani, 2001).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Pelukisan karikatur sendiri memiliki dua ciri, yaitu adanya satire dan
distorsi. Satire dalam hal ini diartikan sebagai ironi, tragedi-komedi, atau parodi.
Sehingga, di dalamnya dapat mengandung sesuatu yang janggal, absurd , yang
dapat menertawakan, namun bisa juga memprihatinkan atau menyedihkan
(Komunitas Ruang Baca – Tempo, Rimbun Natamarga, 2010). Dalam buku Ilmu
Komunikasi. Teori dan Praktek karya Onong Uchjana Effendy, karikatur dalam
media manjalankan salah satu fungsi pers, yaitu fungsi menghibur (to entertain ).
Priyanto

(dalam

Kompas,

2007:

12)

menjelaskan

bahwa

pada

zamansebelum Orde Lama atau masa parlemen, setiap pekartun membawa
kepentingankelompok tertentu. Lewat karya kartun, kelompok yang bertikai secara
terbukasaling serang. Karya kartun menjadi hidup dan kreatif. Memasuki masa
OrdeLama, karya kartun didominasi kelompok kiri atau komunis. Kartun tidak
lagidinamis. Kondisi semakin parah begitu memasuki masa Orde Baru, kartun
lebihmenjadi wakil suara rakyat. Karena posisi penguasa lebih kuat, kartun
beruparetorika

yang

halus

dan

pekartun

tidak

berani

terang-terangan

mengkritikpemerintah yang berkuasa. Karikatur menjadi Salah satu rubrik hiburan
dalam harian Kompas berupa dialog-dialog oleh tokoh-tokoh yang diperankan oleh
tokoh imajinatif atau tokoh bergambar. Tokoh-tokoh tersebut menuturkan dialogdialog sehingga terciptalah suatu wacana yang utuh. Akan tetapi, penulis rubrik
tidak menyampaikan dialog-dialog tersebut dalam urutan yang runtut sehingga
pembaca harus membacaberulang-ulang agar dapat memahaminya sebagai wacana

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15
yang padu. Uniknya,rubrik hiburan yang berupa kartun opini ini hanya ada dalam
harian Kompas.Cerita yang diperankan oleh tokoh-tokoh rekaan yang diciptakan
olehpenulis tersebut mempunyai pengacuan di dunia nyata, seperti penjual,
pembeli,pemulung, dan sebagainya. Hal itu tentu saja disesuaikan dengan tema
yangdiangkat

dan konteks

cerita.

Begitu

juga

dialog

yang

dibawakan

merupakanbentuk ungkapan yang berisi kritik atau sekadar komentar tentang
keadaan yangsedang terjadi di masyarakat.

2.1.2 Surat Kabar Sebagai Media Massa
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan
jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar dimulai
sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg di Jerman” (Ardianto &
Erdinaya, 2005, p.99). Perkembangan surat kabar di Indonesia sendiri juga telah
melewati perjalanan panjang selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda,
penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru.
Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi
menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat
Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan, dan
persuasif), fungsi yang paling menonjol adalah informasi” (Ardianto & Erdinaya,
2005, p.104).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16
Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang beragam.
Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun internasional, terdapat
media cetak terkini bila dibandingkan media cetak lainnya karena nilai
kebaruannya. Adanya isi surat kabar

yang variatif, dari berita— berita

internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi surat kabar dapat dibagi tiga
yaitu, berita (news), opini (value), iklan (advertising). Berita dalam surat kabar
tidak terfokus pada salah satu fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang
hanya membahas fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau
peristiwa dalam realitas dilaporkan (Efendy.2000;92). Dalam pelaporan berita yang
dibuat para pekerja media (wartawan dan karikaturis), terdapat perbedaan antara
media satu dengan media yang lainnya.
2.1.2.1 Karikatur Dalam Media Cetak
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh surat kabar dan majalah
untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel yang berbobot.
Bentuknya bisa berupa cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka
teki silang, pokok, karikatur, dan lain-lain (Effendy, 2007, p.150). Namun,
walaupun termasuk hiburan, karena berada dalam media massa, maka hiburan
tersebut tidak lepas konteksnya dari isu yang diangkat media tersebut. Bahkan,
dalam salah satu fungsi komunikasi massa menurut Joseph R. Dominick, yaitu
interpretasi, dapat dilakukan dalam bentuk kartun lucu yang bersifat sindiran
(karikatur). Melukiskan gambaran seorang tokoh dengan melebih-lebihkannya di
bagian-bagian fisik tertentu lebih dari kenyataannya. Dalam dunia jurnalistik, cara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17
menyindir seperti itu sudah dianggap biasa. (Effendy, 2007, p.30). Dengan ciri-ciri
khusus yang ditampilkan oleh karikatur, dapat membantu seseorang untuk langsung
menangkap mengenai siapa tokoh yang dimaksud. Keberadaan sebuah karikatur
dalam media massa tidak terlepas dari sifat keaktualan, karena di dalamnya selalu
mengikuti wacana publik yang berkembang pada saat itu. Wacana yang diangkat
dalam karikatur merupakan sebuah konstruksi realitas tertentu yang disampaikan
melalui bentuk visual(Effendy, 2007, p.31).
Untuk dapat memahami suatu realitas yang diberikan media, setiap manusia
dapat menggunakan sesuatu dalam pikirannya yang oleh Alfred Schutz dinamakan
sebagai stock of knowledge (Schutz dalam Noviani, 2002:49). Stock of knowledge
atau cadangan pengetahuan ini didapatkan dari proses sosialisasi seseorang dalam
memahami suatu realitas yang terjadi dalam masyarakat.

2.1.3. Bus sebagai alat transportasi
Bus adalah kendaraan besar beroda, digunakan untuk membawa penumpang
dalam jumlah banyak. Istilah bus ini berasal dari bahasa Latin, omnibus, yang
berarti "(kendaraan yang berhenti) di semua (perhentian)" (www.wikipedia.com).
Meskipun akrab dengan atau mungkin setiap hari menggunakan bus sebagai
alat transportasi, tidak semua orang tahu bagaimana sejarah kendaraan besar ini.
Bus berasal dari istilah Omnibus yang berarti kendaraan untuk semua. Omni, dalam
bahasa Latin, artinya untuk semua. Cikal bakal bus muncul ketika kendaraan
bermotor menggantikan kuda sebagai alat transportasi pada sekitar 1905. Saat itu,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18
omnibus bermotor disebut autobus. Hingga saat ini, Prancis dan Inggris masih
menggunakan istilah tersebut. Omnibus pertama dioperasikan di AS. Dimulai
dengan pelintasan Jalan Broadway di kota New York pada 1827. Seseorang
bernama Abraham Brower, merupakan pemilik pertama bisnis tersebut. Kemajuan
paling penting pada omnibus adalah mobil jalanan. Mobil jalanan pertama ditarik
kuda. Yang membedakan adalah keberadaan rel baja yang diletakkan di tengah
jalan. Roda-roda mobil jalanan juga terbuat dari baja, yang dibuat sedemikian rupa
agar tidak merusak rel. Mobil jalanan pertama beroperasi di Jalan Browery, New
York. Dimiliki John Manson dan dibuat oleh seorang keturunan Irlandia bernama
John Stephenson. Ada beberapa indikasi lain yang menunjukan bahwa bus pertama
telah ada ada sejak 1662. Meski kendaraan sesungguhnya yang ditarik kuda belum
diluncurkan sampai tahun 1820-an. Pada awalnya, bus merupakana kendaraan yang
ditarik kuda, kemudian dimulai dari tahun 1830-an bus bertenaga uap mulai ada.
Seiring perkembangan zaman, bus bertenaga mesin konvensional adalah penemuan
bus troli elektronik yang berfungsi dengan di bawah seperangkat kabel yang ada di
beberapa tempat dengan jumlah banyak. Bus bertenaga mesin pertama muncul
bersamaan dengan perkembangan mobil. Setelah bus bertenaga mesin pertama pada
tahun 1895, berbagai macam model dikembangkan pada tahun 1900-an, sampai
akhirnya tersebar luas bentuk bus yang utuh mulai dari tahun 1950-an. Bus menjadi
populer pada awal abad 21 karena Perang Dunia I. Ketika itu, kebanyakan sarana
rel dialokasikan untuk kebutuhan perang dan banyaknya mobil pribadi, sehingga
diperlukan alat transportasi lain yang dapat mengangkut banyak penumpang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19
Sejarah bus di Indonesia sendiri belum diketahui secara pasti. Saat ini, BusMania
Community (BMC) tengah merencanakan kerja sama dengan Museum Transportasi
untuk

mengumpulkan

keping-keping

sejarah

bus

Indonesia.

Termasuk

mengumpulkan miniatur-miniatur bus koleksi pribadi anggota BMC. Menurut
dugaan Joko Puspitomurti, Ketua BMC, bus mulai masuk di Indonesia sekitar
1936. Sedangkan soal miniatur-miniatur bus, kota Malang, Jawa Timur, merupakan
produsen terbesar di Indonesia. Saat ini, bus di Indonesia dibagi ke dalam berbagai
kategori, berdasarkan ukuran, kelas, jenis, dan jarak. Ada tiga jenis bus berdasarkan
ukuran, bus besar, bus sedang, dan bus kecil. Sedangkan berdasarkan kelas ada
kelas ekonomi, bisnis rs, bisnis ac, executive, dan super executive. Pembagian
berdasarkan kelas ini ditentukan oleh fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh bus.
Klasifikasi berdasarkan jarak tempuh dibedakan menjadi lima. Pertama, berjarak
tempuh terjauh adalah bus lintas batas negara. Belum lama ini, Indonesia baru
meluncurkan bus lintas batas negara yang menghubungkan Indonesia, Malaysia,
dan Brunei Darussalam. Rute bus tersebut adalah Pontianak (Indonesia), Kuching
(Malaysia), dan Miri (Brunei Darussalam). Ada pula bus antarkota antarprovinsi
(AKAP). Bus AKAP adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui
antardaerah kabupaten/kota yang melalui lebih dari satu daerah provinsi dengan
menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. Lain lagi dengan bus
antarkota dalam provinsi yang mengangkut dari satu kota ke kota lain yang melalui
antardaerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi. Selain itu, masih ada juga
bus kota, seperti metromini, patas, dan sebagainya, serta bus perdesaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Bus sebagai salah satu sarana transportasi massal yang menjadi primadona
di banyak negara, tentunya bus harus mempunyai lebih dari sekedar dapat
menampungbanyak

penumpang

dan

menyediakan

kenyamanan

bagi

penumpangnya saja,tetapi juga harus dapat memberikan keamanan bagi
penumpang. Apabila melihatdari data kecelakaan sebenarnya bus telah berhasil
menjadi alat transportasiteraman diantara alat transportasi lainnya. Berdasarkan
data dari AustralianTransportation Safety Bureau tahun (1997), transportasi dengan
menggunakanbus merupakan jenis transportasi yang paling aman dibandingkan
dengan jenistransportasi lainnya yaitu hanya sekitar 0.6% saja dibandingkan
dengan jenistransportasi lain.Predikat teraman diantara transportasi darat lainnya
memang sudahseharusnya dimiliki oleh bus. Apabila dilihat dari ukurannya, sudah
terlihat bahwa bus memang lebih kuat dan kokoh dibanding transportasi lain.
Ditambah lagibanyaknya alat pengamanan yang dimiliki bus, mulai dari karpet,
handrail,tangga, dan masih banyak lagi membuat bus menjadi alat transportasi
teramandiantara yang lainnya. Namun demikian, meski menjadi yang teraman, bus
jugamemiliki

risiko

yang

dapat

menyebabkan

kecelakaan.

Bahkan

kemungkinankonsekuensi yang akan diterima apabila terjadi kecelakaan yang
berhubungandengan bus sangat besar. Setidaknya lebih dari 20 penumpang
memiliki risikountuk mengalami kematian dan cedera. Risiko kematian dan cedera
juga terjadipada pengemudi kendaraan lain dan pejalan kaki apabila terjadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21
kecelakaan.Belum lagi ditambah dengan kerugian materiil dan non materiil lainnya
yang akanditerima.
Berdasarkan

data

di

Amerika

terhadap

kecelakaan

yang

terjadi

padatransportasi bus, didapatkan sekitar 150 orang meninggal akibat kecelakaan
terkaitdengan bus. Lebih rinci lagi dinyatakan bahwa terdapat 12% yang
mengalamikecelakaan merupakan penumpang yang berada di dalam bus dengan
rincian 8%murid sekolah, 2% penumpang dewasa, dan 2% pengemudi. Sedangkan
sisanyamerupakan pengguna

kendaraan lain,

seperti pengguna

kendaraan

bermotor(55%), sepeda (3%), dan pejalan kaki (30%). Pejalan kaki yang dimaksud
dalam

2.1.4 Kepemimpinan
M. Alfan Alfian dalam buku Menjadi Pemimpin Politik merumuskan
beberapa pengertian tentang kepemimpinan politik sehingga dapat dipahami dalam
tiga perspektif yaitu (1) kepemimpinan sebagai pola perilaku, yaitu terkait dengan
kemampuan mempengaruhi orang.; (2) kepemimpinan sebagai kualitas personal,
yaitu berkaitan dengan kharisma; (3) kepemimpinan sebagai nilai politik, yaitu
berkaitan dengan kemampuan menggerakkan orang lain dengan otoritas moral atau
pandangan ideologis. Sementara dalam buku dari Soekarno sampai SBY karya
Prof. Dr. Tjipta Lesmana, M.A. menuliskan bahwa melalui komunikasi pemimpin
membangun kepercayaan (trust) dari pengikutnya, dan kepercayaan (trust) itu
merupakan modal utama seorang pemimpin. Pemimpin yang mampu melahirkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22
kepercayaan, besar kemungkinan mampu menggalang kerjasama, bahkan dengan
unsur-unsur masyarakat yang selama ini bersikap sinis terhadap kepemimpinannya
sekalipun. (Garddner, 1990 dalam Lesmana,2009). Karena itu kaitan antara
komunikasi dan kepemimpinan dapat dikatakan sebagai berikut : Communication
→ Trust → Effective Leadership
Politisi sendiri merupakan orang yang terpanggil untuk berpolitik, dan
politiknya demi kesejahteraan rakyat. Menjadi politisi harus didasari dengan
keterpanggilan untuk memperbaiki negara dan bangsa ke arah yang lebih baik.
Politisi adalah seorang pengabdi. Karena itulah, kualifikasi kepemimpinan berbeda
dengan kepemimpinan bisnis, profesional, atau birokrasi
Tiap pemimpin sudah pasti memiliki gaya atau tipe memimpinnya sendiri.
Tidak ada yang benar-benar sama satu dengan yang lain namun bisa juga ada
beberapa aspek yang sama yang ternyata dimiliki oleh beberapa pemimpin, dalam
hal ini Presiden. Gaya atau tipe kepemimpinan sendiri merupakan pilihan
pendekatan yang dipakai pemimpin untuk memimpin dalam arti mempengaruhi dan
menggerakkan yang dipimpin untuk bekerja secara efektif guna mencapai tujuan
organisasi. Dalam teori kepemimpinan telah hadir berbagai kajian tentang gaya
kepemimpinan dengan asumsi dan penjelasan masing-masing. (Alfian, 2009, p.
202).
Dalam buku Menjadi Pemimpin Politik karya M. Alfan Alfian, ada 6 pasang
gaya kepemimpinan yang ada dalam hal politik, yaitu solidarity maker dan
administrator, otoriter dan demokratis, paternalistik dan egaliter, formal dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23
informal, transformal dan transaksional, serta proaktif dan reaktif. Masing masing
pasang gaya kepemimpinan mengangkat aspek tersendiri. Solidarity maker dan
administrator. Seorang solidarity maker bertugas untuk membangkitkan semangat
rakya t, sementara administrator berkonsentrasi untuk mengurus negara dari sudut
administrasi dan birokrasi. Sejarah mencatat, Soekarno termasuk dalam solidarity
maker, sementara Hatta adalah tipe administrator. Kedua tipe ini saling melengkapi.
Gaya administrator sangat cocok dalam hal mengelola administrasi negara dan
pemerintahan.

Khususnya

untuk

suatu

kepemimpinan

birokrasi,

karena

administrator adalah seorang yang teliti, rasional, dan teknis dalam menjalankan
fungsi manajerial. Sementara solidarity maker diperlukan untuk menghimpun
dukungan dan solidaritas, karena seorang pemimpin tentunya tetap memerlukan
adanya dukungan. Di situlah seorang solidarity maker yang mengedepankan
kepekaan emosi, dan memupuk charisma melalui pencitraan. Tentu saja tujuannya
adalah untuk menggalang solidaritas dan sukungan dengan memperkuat konstituen
dan mempengaruhi sikap swing voters untuk memutuskan dukungannya. Otoriter
dan demokratis. Kedua tipe ini berkaitan dengan cara pengambilan keputusan serta
cara pemimpin memposisikan diri dan mengembangkan pengaruhnya. Gaya otoriter
mengandung sejumlah karakter negatif, dengan cara menindas, mempengaruhi
pengikut dengan memaksa, meniadakan inisiatif yang lain, dan ’memaksa’ semua
orang bekerja tanpa kompromi Sementara tipe demokratis dianggap sebagai
kepemimpinan

yang

ideal

karena

banyak

mengandung

unsur

Konsekuensinya adalah people centered, atau berotientasi pada manusia

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

positif.

24
Paternalistik dan egaliter. Paternalistik adalah sifat yang muncul dari
paternalisme, yaitu suatu paham yang mengagungkan hierarkhi keluarga. Seperti
dalam keluarga orangtua harus dihormati dan ditaati oleh anak-anaknya dan
orangtua memiliki tanggung jawab untuk membesarkan dan melindungi anakanaknya. Seperti dalam masyarakat Jawa atau Timur, paternalisme sangat kuat
melekat. Dapat dilihat dari cara penggunaan bahasa yang bertingkat, sesuai dengan
usia derajat, dan kepangkatan atau kebangsawanan seseorang. Seperti ’kromo
inggil’ (level tinggi), ’kromo madyo’ (level menengah), dan ’ngoko’ (level
terendah). Kepada raja, pejabat, atau yang dituakan, tentu rakyat biasa atau awam
tidak boleh bercakap-cakap dengan menggunakan ngoko. Bila ia sampai
melanggar, ia dianggap tidak sopan dan tidak ngajeni atau melanggar tatanan
budaya dan kebahasaan yang ada. Dalam kepemimpinan, seorang paternalis akan
bersikap layaknya ayah yang menaungi seluruh komponen bangsa sebagai anakanaknya. Mirip dengan konsep negara integralistik yang pernah diajukan oleh Dr.
Soepomo, atau kolektivisme menurut pandangan Hatta dan Soekarno.
Sementara egaliter berarti sederajat. Berasal dari bahasa perancis egal yang
berarti equal atau sama sederajat. Merupakan sebuah gaya memimpin politik yang
menyatakan bahwa semua manusia harus diperlakukan sama dan memiliki hak-hak
yang sama dalam hal politik, ekonomi, sosial, sipil. Jadi seorang pemimpin yang
egaliter tidak terlalu jaim (jaga image) dan tidak akan takut pamornya akan turun.
Pemimpin semacam ini merakyat dan bisa berkomunikasi dengan apa adanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25
Formal dan informal. Berkaitan dengan resmi dan tidak. Formalitas
dimaksudkan untuk memberi kesan tidak main-main., bukan gadungan, dan
terhormat. Formalitas juga merupakan operasionalisasi dari simbol yang dianggap
resmi, terkait dengan kebanggan dan kedisiplinan. Dalam hal kenegaraan, formal
berarti harus selaras dengan protokoler. Transformasional dan transaksional.
Pemimpin yang transformasional mengubah dan memotivasi pengikut dengan cara
membuat pengikut sadar pentingnya sebuah hasil, membujuk mereka untuk
mendahulukan kepentingan tim, mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi.
Sementara pemimpin transaksional melibatkan proses pertukaran yang dapat
menghasilkan kepatuhan pengikut terhadap permintaan pemimpin, tetapi tidak
mungkin menghasilkan antusiasme dan komitmen pada sasaran tugas. Terkadang,
kepemimpinan transaksional terkesan lebih realistis. Karena dalam transaksional,
dapat dianalogikan, pemimpin memberikan ’be

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR VERSI “KOMODO” ( Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Versi “Komodo” Dalam Majalah Tempo Edisi 13 November 2011).

2 10 79

PEMAKNAAN KARIKATUR MAJALAH TEMPO (Studi Semiotik Terhadap Pemaknaan Karikatur pada cover majalah Tempo edisi 11-17 Juli 2011).

2 2 80

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA RUBRIK OPINI DI KORAN KOMPAS (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan karikatur Pada Rubrik Opini Versi “Tong Sampah dengan statement” Bubarkan KPK dan Maafkan Koruptor Edisi 3 Agustus 20.

0 1 86

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI JAWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Opini Di Jawa Pos Edisi 29 September 2011).

0 2 75

”PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI PADA HARIAN KOMPAS”(Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Dalam Rubrik Opini Pada Harian Kompas Edisi 4 November 2009)”.

0 6 78

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI JAWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Opini Di Jawa Pos Edisi 29 September 2011)

1 1 20

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA RUBRIK OPINI DI KORAN KOMPAS (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan karikatur Pada Rubrik Opini Versi “Tong Sampah dengan statement” Bubarkan KPK dan Maafkan Koruptor Edisi 3 Agustus 20

1 1 23

PEMAKNAAN KARIKATUR OPINI DI KORAN KOMPAS EDISI 13 JULI 2011 (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan karikatur Pada Rubrik Opini Versi “Sopir Bus Menelantarkan Penumpang” di koran kompas edisi 13 juli 2011)

1 1 17

PEMAKNAAN KARIKATUR VERSI “KOMODO” ( Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Versi “Komodo” Dalam Majalah Tempo Edisi 13 November 2011)

0 0 21

PEMAKNAAN KARIKATUR VERSI “KOMODO” ( Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Versi “Komodo” Dalam Majalah Tempo Edisi 13 November 2011)

0 0 58