PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI JAWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Opini Di Jawa Pos Edisi 29 September 2011).

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI
J AWA POS
(Studi Semiotik Pemaknaan Kar ikatur Pada Rubr ik Opini Di
J awa Pos Edisi 29 September 2011)

SKRIPSI

Oleh :

MOCH. RIZAL RAMADHAN
NPM. 0743010008

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Rasulullah
Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi penelitian ini dengan judul “PEMAKNAAN
KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI J AWA POS” (Studi Analisis S emiotik
Tentang Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Opini Di J awa Pos Edisi 29 September 2011).
Proposal penelitian ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
program Ujian Skripsi Penelitian setiap mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Bersama dengan terselesaikannya penyusunan proposal penelitian ini, penulis telah
berusaha dan menganalisa sesuai dengan kemampuan penulis, dan kesemuanya tidak lepas dari
bimbingan serta saran-saran dari Bapak Ir. Didiek Tranggono M.si selaku Dosen Pembimbing
serta berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1.

Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi. selaku Dekan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.


2.

Bapak J uwito, S.sos, Msi. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Kedua Orangtua (Suwarno dan Feni Verawati) dan Adik-adik ku (Rizka,Afit dan Yosrey),
atas doa dan motivasinya.

4.

Mama ku Tercinta (Almarhumah Kristiningsih) yang ada jauh di sana semoga amal dan
ibadah nya di terima oleh Allah SWT

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


5.

Dwi Prastiwi atas doa, ketulusan dan bantuannya Selama penulis mngerjakan tugas skripsi
ini

6.

Saudara sepupu ku Yunita Setya Putri dan Imaniar atas dukungan nya selama ini

7.

Sahabat – Sahabat dalam Wong Strong Community (Shandy Mahendra, Fandi Ahmad,
Novi Ika, Dimas Hari, Rizki Amin), dan tak lupa juga Allen Septiano beserta meyenk, atas
dukungan, bantuan dan kesetiakawanannya.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik

dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga proposal penelitian ini
dapat bermanfaat bagi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Surabaya, 06 Oktober 2011

Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJ UAN………………………………………………………..........i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
ABSTRAKSI.........................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….. .1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………......1
1.2 Perumusan Masalah………………………………………………………….. 12
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………. 13
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………… 13
BAB II KAJ IAN PUSTAKA……………………………………………………….......... 14

2.1 Landasan Teori……………………………………………………………….. 14
2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Massa ……………………………………. 15
2.1.2 Kartun dan Karikatur ..…………………………………………………. 17
2.1.3 Karikatur Dalam Media Massa ………………………………………… 20
2.1.4 Kritik Sosial .....................................................................……………… 22
2.1.5 KPK .........................………………………………………………….. 26
2.1.6 Badan Anggaran DPR ................………………………………............ 28
2.1.7 Semiotika................................................………………………………. 30
2.1.8 Konsep Makna...........................................................................................33
viiv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.9 Semiotik Charles Sanders Pierce...............................................................36
2.2 Kerangka Berfikir ............................................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………..41
3.1 Metode Penelitian…………………………………………………………… 41
3.2 Definisi Konseptual ........……………………………………………………. 42
3.2.1 Corpus .................................................................................................. 42
3.2.1.1 Karikatur ............................................................................... 43

3.2.1.2 Semiotika .............................................................................. 43
3.3 Unit Analisis ..……………………………………………………………….. 43
3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………..… 45
3.5 Teknik Analisis Data……………….......……………………………………. 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................46
4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian Data...................................................46
4.1.1 Gambaran Umum Harian Jawa Pos....................................................46
4.2 Penyajian Data..................................................................................................48
4.3 Analisis Data.....................................................................................................51
4.3.1 Ikon Pada gambar Karikatur “Perseteruan Antara Badan Anggaran
Dan KPK” di Rubrik Opini Jawa Pos edisi 29 september 2011.........54
4.3.2 Indeks Pada Gambar Karikatur “Perseteruan Antara Badan Anggaran
Dan KPK” di Rubrik Opini di Jawa Pos edisi 29 September 2011....56
4.3.3 Simbol Pada Gambar Karikatur “Perseteruan Antara Badan Anggaran
Dan KPK” di Rubrik Opini di Jawa Pos edisi 29 September 2011....57
4.4 Interpretasi Makna Keseluruhan Gambar Karikatur “Perseteruan Antara
vii
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Badan Anggaran DPR dan KPK” Di Rubrik Opini Jawa Pos edisi
29 September 2011............................................................................................58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................64
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................64
5.2 Saran.................................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................67
LAMPIRAN........................................................................................................................69

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
MOCH. RIZAL RAMADHAN. PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM
RUBRIK OPINI DI J AWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur
Pada Rubr ik Opini Di J awa Pos edisi 29 September 2011)
Penelitian ini mengarahkan perhatian pada makna yang tersirat di dalam
pesan yang disampaikan dalam karikatur Pada Rubrik Opini di Jawa Pos edisi 29
September 2011. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

analisis makna semiotika terhadap karikatur tersebut. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teori segitiga makna milik Charles Sanders Pierce yang
membahas tentang fenomena makna yang muncul dari sebuah tanda ketika tanda
tersebut digunakan individu pada waktu berkomunikasi. Pada teori milik C.S.
Pierce muncul tiga kategori yang menjadi objek penelitian, tiga kategori tersebut
adalah ikon, indeks, dan simbol..
Sumber atau teori yang terdapat ada penelitian ini antara lain : teori
segitiga makna Charles Sanders Pierce, Kritik sosial, Komunikasi Politik, kartun
editorial, karikatur sebagai proses komunikasi. Sumber atau teori tersebut
digunakan sebagai dasar atau acuan dalam pembahasan penelitian.
dalam karikatur “Perseteruan Antara Badan Anggaran DPR dan KPK”
sebuah sofa bertuliskan Badan Anggaran DPR yang sedang diduduki oleh lakilaki yang memakai pakaian rapi hitam dan peci hitam dengan santai dan kepala
nya menghadap ke atas serta tedapat lambang segitiga di belakang sofa hitam
tersebut yang merupakan tanda hati – hati dalam memeriksa. Pada karikatur
tersebut juga terdapat dua laki-laki yang berdampingan salah satu nya memakai
pakaian rapi dan memakai kaca mata yang bertuliskan KPK sedangkan yang satu
nya memakai pakaian rapi dan memakai topi mengacungkan ibu jari nya ke
belakang mengarah ke sofa hitam yang bertuliskan Badan Anggaran DPR yang
diduduki oleh seorang yang memakai pakaian hitam rapi dan memakai peci hitam
kemudian laki-laki tersebut mengatakan kepada laki di sebelah nya yang memakai

pakaian rapi dan memakai kaca mata bertuliskan KPK “Kayaknya Yang Pantas
Memeriksa Beliau Yang Terhormat Ini Bukan Sampean,Tapi Dokter Anak” dan
juga terdapat bayangan hitam
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di bab sebelumnya, maka
dapatlah ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa Karikatur “Perseteruan
Antara Banggar DPR dan KPK”Di Rubrik Opini Koran Jawa Pos edisi 29
September 2011 merupakan suatu kritikan tentang konflik politik yang terjadi
pada hubungan Banggar DPR dan KPK

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan

pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus akan informasi, sehingga
media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Media massa terdiri dari media
massa cetak, dan media massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah,
surat kabar, dan buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi,
radio, film, internet, dan lain - lain. Media cetak seperti, majalah, buku, surat
kabar justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya,
karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya.
(Cangara, 2005:128)
Saat ini media massa lebih menyentuh persoalan - persoalan yang terjadi
di masyarakat secara aktual, seperti harus lebih spesifik dan proporsional dalam
melihat sebuah persoalan sehingga mampu menjadi media edukasi dan informasi
sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Sebagai lembaga edukasi, media massa
harus dapat memilah kepentingan pencerahan dengan kepentingan media massa
sebagai lembaga produksi sehingga kasus - kasus pengaburan berita tidak harus
terjadi dan merugikan masyarakat.
Selama ini kita tahu bahwa surat kabar tidak hanya saja sebagai
pencarian informasi yang utama dalam fungsi - fungsinya, tetapi bisa juga
mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan motivasi,
mendorong serta mengembangkan pola pikir bagi masyarakat untuk semakin
kirits dan selektif dalam menyikapi berita - berita yang ada di dalam media,
khususnya surat kabar. (Sumadria, 2005:86)
Surat kabar saat ini, seiring dengan perkembangan zaman, perubahan perubahan dalam isi atau content yang ditampilkan oleh koran sangat bervariasi,
mulai dari informasi berita (baik dalam maupun luar), hiburan, gaya hidup,
informasi lowongan pekerjaan, iklan dan tips - tips kesehatan. Koran (dari Bahasa
Belanda : Krant, dari Bahasa Perancis : Courant) atau surat kabar adalah suatu
penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya
rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita - berita terkini dalam berbagai
topik. Topiknya bisa berupa even politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana,
cuaca. Surat kabar juga berisi komik, TTS dan hiburan lainnya. Ada juga surat
kabar yang dikembangkan untuk bidang - bidang tertentu, misalnya berita untuk
industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipasi
kegiatan tertentu. Jenis surat kabar libur biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali
pada hari - hari libur. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang
biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dengan surat kabar harian dan isinya
biasanya lebih bersifat hiburan. Kebanyakan negara mempunyai setidaknya satu
surat kabar nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia contohnya
adalah Jawa Pos. (www.wikipedia.org)
Jawa Pos sebagai salah satu media massa terbesar di Indonesia tentunya
berfungsi sebagai kontrol sosial bagi masyarakat. Selain itu Jawa Pos juga dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

berfungsi sebagai media kritik bagi pemerintah. Salah satu buktinya berupa
karikatur yang terdapat dalam editorial Clekit. Clekit merupakan opini redaksi
surat kabar Kompas yang dituangkan dalam bentuk gambar karikatur yang
menggambarkan berbagai permasalahan bangsa Indonesia. Misalnya masalah
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan musibah bencana alam yang terjadi di
Indonesia. (www.wikipedia.org)
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita temui
didalam berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik. Di
dalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan opini. Keberadaannya
biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan sebagai penyejuk setelah
para pembaca menikmati artikel - artikel yang lebih serius dengan sederetan huruf
yang cukup melelahkan mata dan pikiran. Meskipun sebenarnya pesan - pesan
yang disampaikan dalam sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan - pesan
yang disampaikan lewat berita dan artikel, namun pesan - pesan dalam karikatur
lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar itu
terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh
karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan. (Indarto,
1999: 5).
Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahasa
simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk non
verbal dalam karikatur lebih diarahkan kepada pengembangan interpretasi oleh
pembaca secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang yang diungkapkan
melalui karikatur tersebut. Dengan kata lain, meskipun dalam suatu karya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

karikatur terdapat ide dan pandangan - pandangan seorang karikaturis, namun
melalui suatu proses interpretasi muatan makna yang terkandung didalamnya akan
dapat berkembang secara dinamis, sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih
dalam pemaknaannya.

Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar makna
sosial dibalik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud dari karikatur
sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Menurut Heru Nugroho, bahwa dibalik
tindakan manusia ada makna yang harus ditangkap dan dipahami, sebab manusia
melakukan interaksi sosial melalui saling memahami makna dari masing - masing
tindakan (Indarto, 1999: 1).

Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan dari
unsur - unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara kritis serta
ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi fenomena permasalahan yang
muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara keseluruhan dikemas
secara humoris, dengan demikian memahami karikatur juga perlu memiliki
referensi - referensi sosial agar mampu menangkap pesan yang ingin disampaikan
oleh karikaturisnya. Tokoh, isi, maupun metode pengungkapan kritik yang
dilukiskan secara karikatural sangat bergantung pada isu besar yang berkembang
yang dijadikan headline.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah satu
wujud lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya dikelompokkan
dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan dengan bahasa verbal yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

berwujud tulisan atau ucapan. Karikatur merupakan ungkapan ide atau pesan dari
karikaturis kepada publik yang dituju melalui simbol yang berwujud gambar,
tulisan dan lainnya. (Indarto, 1999: 5).
Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan
membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti
dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan
nonverbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi
pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh, karena gambar lebih mudah
diingat daripada kata - kata, paling cepat pemahamannya dan mudah dimengerti,
karena terkait dengan maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan
tokoh yang sudah dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang
tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan
informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada sebuah karikatur
mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya. Dengan kata lain,
bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana didalamnya
terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.

Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud (signal).
Sobur (2003: 163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol adalah sesuatu yang
berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan diantaranya tersembunyi atau tidak
jelas. Sebuah simbol dapat berdiri untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan, dan
banyak hal lain. Dapat disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambar
memiliki makna yang dapat digali, dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

situasi yang simbolis pula atau memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan
artinya.

Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung), artinya
bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun tidak dilakukan
secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa simbol. Dengan kata lain,
makna yang terkandung dalam gambar kartun tersebut merupakan makna yang
terselubung. Simbol - simbol pada gambar kartun tersebut merupakan simbol
yang disertai signal (maksud) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang
mengirimnya dan mereka yang menerimanya.

Karikatur (latin : caricature) sebenarnya memiliki arti sebagai gambar
yang didistorsikan, diplesetkan atau dipelototkan secara karakteristik tanpa
bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni memelototkan wajah ini sudah
berkembang sejak abad ke - 17 di Eropa, Inggris dan sampai ke Amerika
bersamaan dengan perkembangan media cetak pada saat itu (Pramoedjo, 2008 :
13). Karikatur adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan yang bernuansa
kritik atau usulan terhadap seseorang atau suatu masalah. Meski dibumbui dengan
humor, namun karikatur merupakan kartun satire yang terkadang tidak
menghibur, bahkan dapat membuat orang tesenyum kecut. (Pramoedjo, 2008 : 13)

Karikatur membangun masyarakat melalui pesan - pesan sosial yang
dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Jika dilihat dari wujudnya,
karikatur mengandung tanda - tanda komunikatif. Lewat bentuk - bentuk
komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi
khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait
dengan judul, subjudul, dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi, logo,
tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika. Dengan
demikian, analisis semiotika diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk
memperoleh makna yang terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual dalam
iklan layanan masyarakat.

Sementara

itu, pesan

yang dikemukakan dalam

pesan karikatur,

disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda
dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal
akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian yang didapatkan,
sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkannya apakah secara
ikon, indeks, maupun simbolis.

Clekit merupakan opini redaksi media Jawa Pos yang dituangkan dalam
bentuk gambar karikatur yang menggambarkan berbagai permasalahan bangsa ini.
Baik masalah sosial, ekonomi, politik, budaya, bahkan musibah yang sedang
dialami masyarakat. Isi pesan dari gambar tersebut biasanya ditujukan untuk
mengkritik kebijakan atau langkah pemerintah atau lembaga dalam menyelesaikan
suatu permasalahan yang berkaiatan dengan kepentingan masyarakat luas. Tentu
saja kritik yang diopinikan media tersebut adalah kritik yang membangun, kritik
yang ditujukan kearah perbaikan untuk semua pihak yang bersangkutan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Perseteruan antara Banggar dan KPK bermula ketika pekan lalu, KPK
memanggil empat pimpinan Banggar DPR terkait kasus dugaan suap di
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, Banggar mengeluhkan
pemeriksaan tersebut. Sebab, menurut mereka, pemeriksaan KPK bukan
mengenai indikasi tindak pidana korupsi, melainkan proses pengambilan
kebijakan

yang dilakukan oleh Banggar.

Mereka

menyatakan, proses

pengambilan kebijakan tidak dapat diutak-atik, karena sudah digariskan dalam
UU, dan keputusannya diambil bersama pemerintah, tidak hanya oleh DPR.

Empat pimpinan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat diperiksa
KPK ppada Selasa 20 September 2011 lalu. Ketua KPK menjelaskan, para
pimpinan badan ini hanya dimintai penjelasan terkait dua kasus yang digarap
KPK yaitu suap di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kementerian
Pemuda dan Olahraga. "Agar tidak main asumsi, kami undang Banggar untuk
menjelaskan." Mereka adalah, Ketua Badan Anggaran Melchias Marcus Mekeng
(Golkar), dan tiga Wakil Ketua Badan Anggaran Mirwan Amir (Demokrat), Olly
Dondokambey (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), dan Tamsil Linrung
(Partai Keadilan Sejahtera). Usai pemeriksaan, Tamsil saat itu mengaku mengenal
pria bernama Iskandar Pasojo alias Acos, yang diduga sebagai penghubung pihak
Kemenakertrans dengan Banggar DPR. (www.vivanews.com)

Acos, pernah meminta bertemu dengannya untuk membicarakan masalah
tenaga kerja ke New Zealand dan beberapa persoalan lain. Meski begitu ia
menyangkal membuat komitmen dengan Acos.Tamsil mengaku heran dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

reaksi

masyarakat

terhadap

sikap

Banggar.

sebelumnya

banyak

yang

menginginkan Banggar dibubarkan, karena dianggap sebagai sarang koruptor.
Namun, saat Banggar menyerahkan kewenangannya untuk sementara, banyak
kalangan yang meminta mereka segera bekerja dan tidak mogok.

Aksi 'mogok' ini keburu mendatangkan protes. Sekretaris Jenderal Forum
Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, Sebastian Salang, menyayangkan aksi ini.
Menurut dia, sikap itu tidak tepat dilakukan untuk menanggapi pemanggilan
pimpinan mereka oleh KPK. Aksi mogok itu, mempengaruhi nasib pembangunan
Indonesia ke depan. "Karena ini terkait urusan keberlangsungan bangsa Indonesia.
Bisa dibayangkan kalau DPR mogok, bagaimana Indonesia tanpa APBN.
Meski demikian, dia mengaku tak yakin Banggar sungguh-sungguh melakukan
aksi mogok. "Itu melanggar konstitusi yang sangat berat sanksinya. Mereka juga
akan berhadapan dengan masyarakat, bayangkan satu tahun Indonesia tanpa
anggaran." Benar saja, Selasa 27 September 2011, dua lembaga swadaya
masyarakat, Parliamentary Center (IPC) dan Pusat Telaah dan Informasi Regional
(Pattiro) mengadukan empat pimpinan Badan Anggaran ini ke Badan
Kehormatan. Karena tindakan Banggar itu telah melanggar tata tertib dan kode
etik DPR. Mereka dinilai melanggar Tata tertib DPR pasal 65 ayat 1 tentang tugas
Banggar dan Kode Etik DPR pasal 4 ayat 3, yakni anggota DPR harus bersikap
adil dan profesional berhubungan dengan mitra kerjanya. Tamsil sendiri
mempersilakan sejumlah lembaga swadaya masyarakat melaporkan itu ke Badan
Kehormatan DPR. (www.detik.com)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Komisi Pemberantasan Korupsi dipastikan tidak hadir dalam rapat
konsultasi dengan DPR hari ini. Dalam rapat yang digelar pimpinan dewan itu,
rencananya akan hadir juga pimpinan Badan Anggaran. Sebagaimana luas
diberitakan dua pekan belakangan, hubungan KPK dengan Badan Anggaran itu
kian panas.KPK memeriksa sejumlah pimpinan badan itu terkait kasus sejumlah
kasus suap anggaran yang tengah diselidiki komisi itu. Pimpinan Badan Anggaran
merasa komisi itu curiga dengan badan itu. Tapi KPK menilai bahwa mereka
hanya memeriksa sejumlah orang yang tau dan terkait dengan sejumlah kasus
suap yang kini sedang ditangani.Pimpinan DPR lalu menggelar rapat kordinasi.
Tapi petinggi KPK dipastikan tidak hadir dalam pertemuan itu. Lantaran KPK
tidak hadir, pimpinan DPR akan rapat lagi. (www.kompas.com)

Menurut Marzuki, dirinya tidak bisa memastikan apakah rapat konsultasi
dengan agenda menyamakan persepsi pembahasan RAPBN ini akan ditunda atau
tetap dilangsungkan. Rapat pimpinan akan dilakukan sebelum rapat konsultasi
dengan Badan Anggaran DPR digelar."Belum bisa diputuskan ditunda atau tidak,"
kata Marzuki Alie yang kini masih berada di Solo, Jawa Tengah, usai mengikuti
acara Parlemen Asia. Ketidakhadiran petinggi KPK dalam rapat yang digelar DPR
itu dipastikan oleh juru bicara KPK Johan Budi. Alasan KPK, pertama karena
KPK saat ini sedang melakukan proses penyidikan dalam kasus di Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dalam kasus itu, ada empat anggota DPR yang
juga pimpinan Badan Anggaran diperiksa sebagai saksi, dan karena rapat siang
nanti juga menghadirkan Badan Anggaran. KPK sudah melayangkan surat resmi
kepada pimpinan DPR soal ketidakhadiran itu. Alasan kedua, KPK ingin menjaga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

kehormatan dan kredibilitas DPR maupun KPK sendiri. "Karena itu dalam surat
kemarin dsebutkan bahwa KPK meminta pemahaman pimpinan DPR alasan KPK
tidak menghadiri rapat konsultasi itu. Ini merupakan rapat konsultasi kedua yang
batal dilaksanakan. Rapat pertama sedianya dilakukan pada Selasa lalu. Kemarin,
dua pimpinan Badan Anggaran DPR, Tamsil Linrung dan Olly Dondokambey,
tidak memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi. (www.tempo.com)

Ketertarikan peneliti terhadap kartun editorial Clekit yang terdapat dalam
Surat Kabar Jawa Pos Edisi 29 September 2011 disebabkan karena dalam
mengungkapkan komentar, kartun editorial Clekit tersebut menampilkan masalah
tidak secara harafiah tetapi melalui metafora agar terungkap makna tersirat di
balik peristiwa. Metafora merupakan pengalihan sebuah simbol (topik) ke sistem
simbol lain (kendaraan). Penggabungan dua makna atau situasi menimbulkan
konflik antara persamaan dan perbedaan, hingga terjadi perluasaan makna
menjadi makna baru. Kartun ini memindahkan suatu peristiwa actual menjadi
gambar yang ganjil dengan kejenakannnya yang khas. Kejenakaannya selalu
mengandalkan hal - hal yang paradox, maka demikian pula dengan identitas yang
dimilikinya. (www.wikipedia.org)

Dari beberapa uraian di atas, pemilihan gambar karikatur Clekit Edisi 29
September 2011 sebagai objek penelitian karena gambar karikaturnya yang unik,
karena apa yang disajikan dalam gambar karikatur editorial tersebut seakan - akan
menggambarkan tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut pandang
masyarakat Indonesia yang diwakili oleh kartunis. Dalam mengungkapkan makna

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

pesan gambar karikatur tersebut, peneliti menggunakan pendekatan Semiotik,
yaitu studi mengenai tanda dan segala yang berhubungan dengan acuannya.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tandatanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di
dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Dengan
pemilihan model semiotika Pierce yang digunakan di dalam penelitian, karena
sebagaimana pengertiannya tentang tanda – tanda dan berbagai hal yang
berhubungan dengan iklan, cara berfungsi, hubungannya dengan tanda – tanda
lain, pengiriman dan penerimaan pesan, serta cara mengkomunikasikannya. Pierce
membagi

tanda

berdasarkan

objeknya

menjadi

tiga

yaitu

icon(ikon),

index(indeks), symbol (simbol). Icon adalah hubungan antara tanda dan objek
atau acuan yang bersifat kemiripan. Index adalah tanda yang menunjukan
hubungan alamiah antara tanda dan pertanda yang bersifat kausal atau hubungan
timbal balik. Symbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara
penanda dengan pertanda dan bersifat arbiter atau hubungan berdasarkan konvensi
(perjanjian) masyarakat (sobur,2004 : 115).

1.2

Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut : “Bagaimana makna karikatur “Clekit” pada Surat Kabar Jawa
Pos Edisi Kamis 29 September 2011?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang

dikomunikasikan karikatur “Clekit” pada Surat Kabar Jawa Pos Edisi Kamis 29
September 2011 dengan menggunakan pendekatan semiotika.
1.4

Kegunaan Penelitian
1.4.1

Kegunaan Teor itis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai karikatur Clekit
pada Surat Kabar Jawa Pos Edisi Kamis 29 September 2011.
1.4.2

Kegunaan Pr aktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan

dapat menjadi pertimbangan atau masukan untuk mengetahui penerapan
tanda dalam studi semiotik sehingga dapat memberi makna bagi para
pembaca Surat Kabar Jawa Pos mengenai makna dari karikatur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teor i
2.1.1.

Komunikasi Politik
Komunikasi politik (political communication) adalah komunikasi

yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan
dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan
pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah
hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi
antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.

Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yakni
menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan
mengaturnya sedemikian rupa -”penggabungan kepentingan” (interest
aggregation) dan “perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk
diperjuangkan menjadi public policy. (Miriam Budiardjo).

Komunikasi politik adalah penyebaran aksi, makna, atau pesan yang
bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik, melibatkan unsur-unsur
komunikasi seperti komunikator, pesan, dan lainnya.

Kebanyakan

komunikasi politik merupakan lapangan wewenang lembaga-lembaga

14
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

khusus, seperti media massa, badan informasi pemerintah, atau parpol.
Namun demikian, komunikasi politik dapat ditemukan dalam setiap
lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua orang hingga ruang kantor
parlemen.(Jack Plano dkk).

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Massa
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan
dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan
surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann
Gutenberg di Jerman” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.99). Perkembangan
surat kabar di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan panjang
selama lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru. Surat kabar
sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi
menyebarluaskan

pesan-pesan

pembangunan

dan

sebagai

alat

mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa
(informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol
adalah informasi” (Ardianto & Erdinaya, 2005, p.104).
Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang
beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun
internasional, terdapat media cetak terkini bila dibandingkan media cetak
lainnya karena nilai kebaruannya. Adanya isi surat kabar yang variatif,
dari berita— berita internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

surat kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan
(advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu
fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang hanya membahas
fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau peristiwa dalam
realitas dilaporkan (Efendy.2000;92). Dalam pelaporan berita yang dibuat
para pekerja media (wartawan dan karikaturis), terdapat perbedaan antara
media satu dengan media yang lainnya.
Menurut Assegaf (1991: 140) surat kabar adalah penerbitan yang
berupa lembaran yang berisi berita - berita, karangan - karangan dan iklan
yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik dan dijual untuk umum.
Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik. Menurut
Pareno (2005 : 24) karakteristik surat kabar adalah sebagai berikut :
1)

Berita merupakan unsur utama yang dominan.

2)

Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.

3)

Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.

4)

Umpan balik relatif lebih lamban.

5)

Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.

6)

Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.

Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin
tahu

sesuatu

karena

berbagai

alasan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

: untuk meraih

prestise,

17

menghilangkan

kebosanan,

agar

merasa

lebih

dekat

dengan

lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi
sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan tentang
berbagai masalah publik yang seruis. Bagi sebagian yang lain, koran bukan
untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas. Sebagian
pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak sosial. Ada pula yang
menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan sehari hari. (Rivers dan Peterson, 2003: 313)
2.1.2

Kartun dan Kar ikatur
Karikatur adalah bagian dari kartun, namun memiliki muatan pesan

yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang (tokoh) atau suatu
masalah. Walaupun dibumbui dengan humor, karikatur merupakan kartun
satir yang kadang dapat menyindir seseorang dan membuat seseorang
tersenyum kecut saat membacanya. Kartun merupakan gambar lucu atau
dilucukan yang bertujuan agar pemirsanya terhibur, tersenyum, atau tertawa
geli. Sementara karikatur, adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan
yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau suatu masalah.
Karikatur cenderung diisi dengan humor. Namun, tetap merupakan sebuah
kartun satir yang kadang bukannya menghibur, tapi dapat membuat
seseorang tersenyum kecut setelah melihatnya (Sobur, 2003:138).
Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara
jenaka tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Bahkan,
seringkali gambar terkesan lucu, sehingga membuat para pembaca

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

tersenyum dan tertawa karena mengandung unsur humor. Pejabat
pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi objek karikatur pun tidak
tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang karena dirinya diangkat
kepermukaan oleh kartunis. (Sobur, 2003:140). Selain itu, menurut Sutarno
pimpinan redaksi harian Suara Pembaruan, karikatur maupun kartun
merupakan salah satu bentuk karya jurnalistik non-verbal yang cukup efektif
dan mengena baik dalam penyampaian pesan maupun kritik sosial
(Pramoedjo, 1996:9).
Karikatur dalam bahasa latin disebut carricare memiliki arti sebagai
gambar wajah yang didistorsikan, diplesetkan, atau dilebih-lebihkan secara
karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Bahkan dalam
museum The House of Humor and Satire di Gabrovo, Bulgaria, atau di The
House of Humor di Montreal, Kanada, wajah-wajah karikatural tokoh dunia
dalam bentuk patung atau gambar dwimatra (dua dimensi) dipajang dengan
anggun dan artistik (Pramoedjo, 2008).
Dalam Encyclopedie Internasional karikatur didefinisikan sebagai
sebuah ’satire’ dalam bentuk gambar atau patung. Thomas Nast, kartunis di
pertengahan abad ke-18 merupakan salah satu kartunis politik yang paling
berpengaruh di Amerika. Nast berhasil menjatuhkan jaringan Boss Tweed
dan mesin politik koruptor di New York Tammany Hall dengan
karikaturnya. Kreasi Nast yang paling terkenal hingga sekarang adalah
Santa Claus. Sementara dalam Encyclopedie Britaninica, karikatur adalah
penggambaran seseorang, suatu tipe, atau kegiatan dalam keadaan terdistorsi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

(penyajian dibuat berlebihan dari gambar-gambar binatang, burung, sayur,
dan lainnya yang menggantikan bagian-bagian benda hidup atau yang ada
persamaannya).
Menurut Kornreich dan Schimmel, bentuk gambar sangat membuka
peluang seseorang untuk lebih berani mengekspresikan dirinya terhadap
emosi ataupun agitasi yang ditekan (dalam Setiawan, 2002:xviii). Oleh
sebab itu, berkomunikasi melalui media gambar, membuat seseorang tidak
akan merasa terancam karena takut mengaitkan hal-hal yang dianggap tabu,
bahkan sebaliknya, berkomunikasi dalam bentuk gambar visual memiliki
kekuatan sendiri dalam penggambaran suatu hal. Dengan kata lain, gambar
karikatur merupakan produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik dari
segi pengetahuan, referensi atau bacaan, maupun bagaimana cara memilih
topic atau isu dalam lingkungan sosial politik yang sedang dihadapi. Karena
itu, media Pers Indonesia menampilkan karikatur sebagai ungkapan kritis
terhadap berbagai masalah yang berkembang secara tersamar dan
tersembunyi. Untuk itu, pembaca diajak berpikir, merenungkan, dan
memahami pesan-pesan yang terdapat dalam gambar karikatur (Augustin
Sibarani, 2001:27).
Adapun sifat-sifat karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam
(Sibarani, 2001), yaitu: karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan
karikatur politik. Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang
(biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam
bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek lain atau situasi di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

sekelilingnya secara karikatural. Karikatur sosial mengemukakan dan
menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa
keadilan sosial. Sedangkan karikatur politik menggambarkan tentang situasi
politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor dengan
menampilkan para tokoh politik (Sibarani, 2001).
Pelukisan karikatur sendiri memiliki dua ciri, yaitu adanya satire dan
distorsi. Satire dalam hal ini diartikan sebagai ironi, tragedi-komedi, atau
parodi. Sehingga, di dalamnya dapat mengandung sesuatu yang janggal,
absurd , yang dapat menertawakan, namun bisa juga memprihatinkan atau
menyedihkan (Komunitas Ruang Baca – Tempo, Rimbun Natamarga,
2010). Dalam buku Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek karya Onong
Uchjana Effendy, karikatur dalam media manjalankan salah satu fungsi
pers, yaitu fungsi menghibur (to entertain ).
2.1.3 Kar ikatur Dalam Media Massa
Komunikasi massa secara umum diartikan sebagai komunikasi
yang dilakukan melalui media massa seperti majalah, surat kabar, radio,
televisi dan lain sebagainya. Komunikasi massa merupakan komunikasi
dimana penyampaian pesan kepada sejumlah orang dilakukan melalui media
massa. Baik kartun maupun karikatur di Indonesia belakangan ini sudah bisa
menjadi karya seni yang menyimpan gema panjang, sarat oleh pesan dan
estetika,

disamping

kadar

humornya.

Karikatur

penuh

dengan

perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, oleh karena itu
karikatur merupakan ekspresi dari situasi yang menonjol di dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

masyarakat. Setajam atau sekeras apapun kritik yang diampaikan sebuah
gambar karikatur, tidak akan menyebabkan terjadinya evolusi. Dengan kata
lain, karikatur dapat mengetengahkan suatu permasalahan yang sedang
hangat di permukaan.
Menurut Anderson, dalam memahami studi komunikasi politik di
Indonesia akan lebih mudah dianalisa mengenai konsep politik Indonesia
dengan membedakan dalam dua konsep, yaitu dengan Direct Speech
(komunikasi langsung) dan Symbolic Speech (komunikasi tidak langsung).
Komunikasi langsung merupakan konsepsi politik yang analisanya dipahami
sejauh penelitian tersebut ditinjau dari komunikasi yang bersifat langsung,
seperti humor, gossip, diskusi, argumen, intrik, dan lain - lain. Sedangkan
komunikasi tidak langsung, tidak dapat secara langsung dipahami maupun
diteliti seperti patung, monument dan simbol - simbol lainnya (Bintoro
dalam Marliani, 2004: 49).
Peran karikatur yang tertulis seperti yang telah diuraikan di atas,
merupakan alasan utama dijadikannya karikatur sebagai objek studi ini.
Selain karena karikatur merupakan suatu penyampaian pesan lewat kritik
yang sehat dan juga suatu keahlian karikaturis adalah bagaimana dia
memilih topik - topik isu yang tepat dan masih hangat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2.1.4 Kr itik Sosial
Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas,
ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak tertulis
baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan internet.
Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah pentingnya,
ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan berbagai
informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi pendidikan
nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi (Masoed, 1999: 42).
Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama saja
dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial yang
lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam konteks
budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya
tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik sama
statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran kritik
itu sendiri.
Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi
negatif seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan
kata positif yaitu dukungan, usulan, atau saran, penyelidikan yang cermat.
(Masoed, 1999: 36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford adalah “one
who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan
memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu. Kritik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

awalnya dari bahasa Yunani (Kritike = pemisahan, Krinoo = memutuskan)
dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti evaluasi atau
penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang
menyangkut kehidupan dalam bermasyarakat menciptakan suatu kondisi
sosial yang tertib dan stabil (Susanto, 1986: 7).
Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah
salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau
berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial
atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan
salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain,
kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan
reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Abar dalam Masoed,
1999: 47).
Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial dalam arti
bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari
menilai gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Kritik sosial
konservatif, status quo dalam masyarakat untuk perubahan sosial, kritik
sosial dalam pengertian ini sering muncul ketika masyarakat atau sejumlah
orang atau kelompok sosial dalam masyarakat yang menginginkan suasana
baru, suasana yang lebih bai dan lebih maju, atau secara kritik sosial yang
demikian yang lebih banyak dianut kaum oleh kritis dan strutualis. Mereka
melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan
perubahan sosial. Suatu kritik sosial selalu menginginkan perbaikan, ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

berarti bahwa suatu kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada
peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan
mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhan kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan
pada rasa tanggung jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya,
sehingga diharapkan dapat menuju ke arah perbaikan dalam masyarakat
untuk mewujudkan suatu ketertiban sosial. (Susanto, 1986: 105).
Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai
dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan - ungkapan
sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi sosial melalui
berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi publik, seni
sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini hendaknya
ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam menanggapi
kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan selesai, tetapi itu
menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah. Perhatian inilah yang
secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila masyarakat sudah diperhatikan
aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa budi, sehingga apabila pemerintah
mempunyai program kerja maka partispasi masyarakat akan muncul dengan
sendirinya (Panuju, 1999: 49).
Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena
ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke
kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh
konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak lain
dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik sosial itu
menjadi kabur (Masoed, 1999: 71).
Kesan

oposisi

sejauh

mungkin

harus

dapat

dihindarkan,

masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya
“pihak sana” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum
aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA KOLOM OPINI JAWA POS (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur Clekit pada Kolom Opini di Jawa Pos Edisi 3 April 2012).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR OPINI DI KORAN KOMPAS EDISI 13 JULI 2011 (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan karikatur Pada Rubrik Opini Versi “Sopir Bus Menelantarkan Penumpang” di koran kompas edisi 13 juli 2011).

1 5 95

PEMAKNAAN KARIKATUR PADA RUBRIK OPINI DI KORAN KOMPAS (Studi Analisis Semiotik Tentang pemaknaan karikatur Pada Rubrik Opini Versi “Tong Sampah dengan statement” Bubarkan KPK dan Maafkan Koruptor Edisi 3 Agustus 20.

0 1 86

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OM KEDIP DI SITUS MATANEWS.COM (Studi Semiotik Pemaknaan karikatur Pada Rubrik Om Kedip Di Situs Matanews.com Edisi Jumat, 28 September 2011).

0 2 91

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT VERSI RUMAH ASPIRASI DI JAWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Clekit versi Rumah Aspirasi Edisi 5 Agustus 2010 di Jawa Pos).

0 1 75

“Pemaknaan Karikatur ”Gurita Cikeas” (Studi Deskriptif Pemaknaan Karikatur ”Gurita Cikeas” Edisi 29 Desember 2009 di Jawa Pos)”.

1 4 85

”PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI PADA HARIAN KOMPAS”(Studi Semiotik Tentang Pemaknaan Karikatur Dalam Rubrik Opini Pada Harian Kompas Edisi 4 November 2009)”.

0 6 78

PEMAKNAAN KARIKATUR DALAM RUBRIK OPINI DI JAWA POS (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Pada Rubrik Opini Di Jawa Pos Edisi 29 September 2011)

1 1 20

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA KOLOM OPINI JAWA POS (Studi Semiotik tentang Pemaknaan Karikatur Clekit pada Kolom Opini di Jawa Pos Edisi 3 April 2012)

0 0 16