”IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA”.
”IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI
PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN
PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Oleh :
DIMAS RHEZA MAHARDIKA UTAMA
NPM : 0941210067
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMUADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA
2014
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
”IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI
PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN
PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA”
Disusun Oleh :
Dimas Rheza Mahardika Utama
NPM. 0941210067
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ” Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 10 J uli 2014
Tim Penguji :
Pembimbing
1.
Dr s. Pudjo Adi, M.Si
NIP. 195105101973031001
Dra. Susi Hardjati. MAP
NIP.19690210 199303 2001
2.
Dra. Susi Hardjati. MAP
NIP.19690210 199303 2001
3.
H.Tukiman, S.Sos, M.Si
NIP. 196103231989031001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Univer sitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 195507181983022001
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
LEMBAR PERSETUJ UAN
“IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI
PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN
PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA”
Disusun Oleh :
Dimas Rheza Mahardika Utama
NPM : 0941210067
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui
Pembimbing Utama
Dra. Susi Hardjati. MAP
NIP.19690210 199303 2001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
Dra. Ec. Hj Suparwati, MSi
NIP . 195507181983022001
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul
”IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN
PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN
TERLANTAR DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN
SEMAMPIR KOTA SURABAYA”
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan Ujian Skripsi
Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dra.Susi Hardjati. MAP sebagai dosen pembimbing yang dengan segala
perhatian, bimbingan, arahan yang bermanfaat, dan rela meluangkan waktunya
untuk penulis.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam pelaksanaan penyusunan skripsi ini diantaranya :
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto MP ,Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “veteran “ JawaTimur.
2. Ibu Dra.Hj.Suparwati. Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “veteran” JawaTimur.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Bapak DR. Lukman Arif .MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN
“veteran” JawaTimur
4. Ibu Dra. Susi Hardjati. MAP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN
Jatim yang sudah memberikan Ilmu yang sungguh bermanfaat.
6. Drs.Supomo, MM Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Drs.Deddy
sosialisto,M.Si selaku kepala bidang rehabilitasi sosial Dinas Sosial Kota
Surabaya dan Bpk.Agus Sumitro, S.Sos Kepala seksi RSDK dan cacat
Dinas Sosial Kota Surabaya.
7. Kedua Orang Tua Anak dan Istri saya tercinta yang menjadi penyemangat
serta memberi motivasi yang sangat besar dan yang senantiasa mengiringi
penulis dengan Doa-doa dan dukungan. Serta teman – teman Administrasi
Negara (2009).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir
kata semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.
Surabaya, 10 Juli 2014
Penulis
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL ...............................................................................
LEMBAR PERSETUJ UAN ..................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… ..
ii
LEMBAR REVISI ……………………………………………………… .
iii
KATA PENGANTAR .............................................................................
iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................
x
ABSTRAKSI ..........................................................................................
xi
BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................
1
1.2.Rumusan masalah .....................................................................
9
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
10
BAB II : KAJ IAN PUSTAKA ................................................................
11
2.1 Penelitian terdahulu...................................................................
11
2.2 Landasan Teori .........................................................................
14
2.2.1 Kebijakan Publik ........................................................
14
2.2.2 Pengertian Kebijakan Publik .......................................
14
2.2.3 Tahap – tahap Kebijakan Publik .................................
16
2.2.4 Sifat Kebijakan Publik ................................................
18
2.3 Implementasi Kebijakan Publik .................................................
19
2.3.1 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
.............
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
2.3.2 Model Implementasi Kebijakan .................................
20
2.3.3 Faktor keberhasilan Implementasi Kebijakan Publik ...
24
2.3.4 Faktor Kegagalan Implementasi Kebijakan Publik ......
25
2.3.6 Aktor yang berperan dalam proses Kebijakan Publik ..
29
2.3.7 Pendekatan –pendekatan Implementasi Kebijakan Publik 30
2.4 Program Permakanan....... .........................................................
32
2.5 Kesejahteraan sosial ....... ..........................................................
33
2.6 Penyandang Cacat .....................................................................
37
2.7 Perda No 2 Tahun 2012 Kota Surabaya............ .........................
40
2.8 Perwali No 76 Tahun 2012 Kota Surabaya ................................
41
2.9 Kerangka Berfikir .....................................................................
44
BAB III : METODE PENELITIAN .......................................................
45
3.1 Jenis Penelitian .........................................................................
45
3.2 Fokus Penelitian........................................................................
47
3.3 Lokasi penelitian .......................................................................
49
3.4 Sumber Data .............................................................................
49
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................
51
3.6 Analisa Data .............................................................................
52
3.7 Keabsahan Data ........................................................................
56
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
59
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian .......................................... .
59
4.1.5 Struktur Organisasi Kelurahan Pegirian ................................. .
69
4.1.7 Jumlah Penduduk Kelurahan Pegirian .................................... .
73
4.1.8 Program Pemberian Permakanan Bagi Penyandang cacat Msikin dan
Terlantar ..........................................................................................
75
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2
Hasil Penelitian ........................................................................
79
4.2.1 Besaran Satuan Permakanan ................................................... .
81
4.2.3 Jumlah Penerima Manfaat Kelurahan Pegirian .......................
83
4.2.3 Standart Bantuan Permakanan ................................................ .
90
4.3
Pembahasan ..........................................................................
94
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................
102
5.1 Kesimpulan ..............................................................................
102
5.2 Saran.........................................................................................
103
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAKSI
DIMAS RHEZA MAHARDIKA UTAMA, 2014. Implementasi Program Pember ian
Permakanan Bagi Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar Di Kelurahan Pegir ian
Kecamatan Semampir Kota Sur abaya.
Dosen Pembimbing : Dra. Susi Hardjati. MAP
Penelitian ini didasarkan atas upaya Pemerintah Kota Surabaya Dalam Melayani
dan memeliharah taraf Kesejahteraan Masyarakat khususnya penyandang cacat miskin
dan terlantar di Kota Surabaya Melalui Program Pemberian Permakanan Bagi
Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar.
Tujuan dari penelitian ini dalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program
Pemberian Permakanan Bagi Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar Di Kelurahan
Pegirian Kecamatan Semampir Kota Surabaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriktif kualitatif, Teknik pengumpulan
datat dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta dokumentasi. Sampel atau
informan dalam penelitian ini adalah : Kepala Seksi RSDK dan Penyandang Cacat Dinas
Sosial Kota Surabaya, IPSM Kelurahan Pegirian, dan Penerima manfaat Kelurahan
Pegirian. Teknik menetukan informan ini menggunakan teknik purposing sampling, dan
analisa data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Data Model interaktif (Miles dan
Huberman ). Keabsahan data dalam penelitian ini meliputi : drajat kepercayaan,
keteralihan,kebergantungan, dan kepastian.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Implementasi Program Pemberian
Permakanan Bagi Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar Di Kelurahan Pegirian
Kecamatan Semampir Kota Surabaya Sudah Terimplementasi dengan baik. Hal ini
ditunjukan oleh pelaksanaan pemberian permakanan yang dilakukan oleh IPSM yaitu
dilihat dari Besaran Satuan permakanan yang berjumlah 1 ( satu ) kali sehari per orang
dan faktor harga bantuan permakanan yang senilai Rp. 10.000,00 Per paket per orang per
hari sudah optimal sudah terlaksana berdasarkan hasil dari keterangan penerima manfaat
yang mengatakan menerima setiap hari dan makanannya layak dan setara Rp. 10.000,00
hal tersebut sesuai dengan Juknis (Petunjuk Teknis) pelaksanaan program permakanan.
Begitu pula dari faktor standart permakanan yang sesuai standart gizi dan memenuhi
unsur – unsur nasi, syur , lauk ( nabati/hewani ) sudah terimplementasi dengan baik
karena setiap hari menunya ganti – ganti dan kandungan unsur – unsur nasi, sayur, dan
lauk ( nabati/hewani ) sudah tercukupi.
( Keyword : Implementasi, Program Pemberian Permakanan Bagi Penyandang Cacat
Miskin Dan Terlantar)
xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari
upaya mencapai tujuan bangsa. Hal ini sesuai dengan sila ke lima
pancasila yang berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kesejateraan sosial merupakan sesuatu yang harus dapat dirasakan oleh
semua kalangan masyarakat, terutama kalangan masyarakat miskin yang
sudah
seharusnya
menjadi
kewajiban
Negara
untuk
menjamin
kesejahteraan sosial bagi mereka. Menurut Segal dan Brzuzy dalam
mohammad suud (2006:5) “kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera
dari suatu masyarakat. Kesejahteraan social meliputi kesehatan, keadaan
ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup”
Dapat dikatakan di Negara Republik Indonesia tingkat masalah
kesejateraan sosial tinggi, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
tingkat PMKS ( penyandang masalah kesejateraan sosial ) salah satunya
penyandang disabilitas atau cacat. menurut Menteri Sosial (Mensos),
Salim Segaf Al Jufri, mengatakan penyandang cacat di Indonesia masih
banyak yakni mencapai 2,8 juta dari jumlah penduduk di Indonesia.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
Data tersebut didukung oleh kutipan berita yang diperoleh dari media
online
http://www.antaranews.com/berita/399334/penyandang-cacat-di-
indonesia-mencapai-28-juta (diakses tanggal 08 mei 2014)
Penyandang disabilitas atau cacat merupakan salah satu lapisan
masyarakat yang seharusnya mendapat perlindungan dan juga bantuan
kesejateraan dari Negara terutama bagi penyandang disabilitas atau cacat
miskin dan terlantar untuk bertahan hidup. Dalam beberapa hal mereka
mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatanya sehari – hari yang
tentunya dipengaruhi beberapa kekurangan yang dimiliki oleh mereka.
Ada beberapa kategori bagi penyandang disabilitas atau cacat
sesuai Undang -Undang RI Nomor 4 Tahun 1997. yang pertama adalah
cacat tubuh, yaitu kekurangan atau cacat yang ada pada tubuh penderita .
Yang kedua cacat mental, yaitu kekurangan yang lebih dominan pada
polah pemikiran penderita. Dan yang ketiga, yaitu cacat tubuh dan mental
atau cacat ganda, adalah kekurangan yang diderita oleh penyandang pada
kedua bagian yaitu tubuh dan pikiran atau mental.
Penyebab terjadinya kondisi cacat yang diderita oleh penderita
terdiri dari beberapa faktor, yang pertama faktor genetik atau turunan,
faktor genetik atau turunan ini adalah dimana kondisi kecacatan yang
diakibatkan oleh kondisi keluarga atau orang tua yang di turunkan
langsung kepada si anak yang dideritanya sejak lahir, yang kedua faktor
kecelakaan
yaitu faktor cacat yang di derita akibat dari kejadian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
kecelakaan yang dialami oleh seseorang sehingga mengakibatkan kondisi
cacat tubuh atau mental,
Kondisi cacat menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan
atau
gangguan
yang
mempengaruhi
keleluasaan
aktivitas
fisik,
kepercayaan dan harga diri, hubungan antar manusia maupun dengan
lingkungannya.
Dampak
dari
kecacatan
tersebut
menimbulkan
permasalahan sosial antara lain adalah ketidak berfungsian sosial, yaitu
penyandang cacat kurang mampu melaksanakan peran-peran sosialnya
secara wajar dan hal ini yang menyebabkan penyandang cacat sulit untuk
mempertahankan kehidupanya.
Penyandang
disabilitas atau cacat
yang
banyak
memiliki
keterbatasan dengan kondisi keluarganya miskin dan terlantar maka akan
sulit untuk meningkatkan atau mempertahankan taraf kesejahteraannya
sehingga tidak akan terwujud taraf hidup yang wajar bagi mereka.
Dengan adanya penyandang disabiltas atau cacat miskin dan
terlantar tersebut maka sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk
melaksanakan tugasnya sesuai dengan Undang – Undang No 4 Tahun
1997 yang disebutkan dalam klausul menimbang poin a. “bahwa dalam
pelaksanaan
pembangunan
nasional
yang
bertujuan
mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia
yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama”.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
Dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 dalam pasal 1, yang
dimaksud dengan penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara
selayaknya.
Di Dalam Undang – Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 itu juga
disebutkan bahwa pemerintah berkewajiban memberikan bantuan sosial
kepada penyandang disabilitas atau cacat yang tidak mampu yang bersifat
tidak tetap, agar mereka dapat meningkatkan taraf kesejateraan sosialnya
dan/atau pemeliharaan taraf kesejateraan sosial dalam upaya perlindungan
dan pelayanan yang bersifat terus menerus, agar penyandang disabilitas
attau cacat dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar.
Pentingnya
bantuan
kesejahteraan
sosial
bagi
masyarakat
penyandang masalah kesejateraan sosial (PMKS) khususnya penyandang
disabilitas atau cacat untuk merasakan pelayanan dari Negara khususnya
pemerintah kota sebagai pihak yang mempunyai kewajiban supaya
didapatkan keadilan dari pembangunan kesejahteraan yang ada.
Oleh karena itu Dengan mengacu pada Undang – Undang RI
Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat dan peraturan Pemerintah
RI Nomor 43 Tahun 1998 tentang peningkatan kesejahteraan sosial
penyandang Disabilitas atau cacat dan Peraturan daerah Nomor 2 Tahun
2012 Kota Surabaya tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial maka
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
sebagai upaya perlindungan dan jaminan kesejahteraan bagi penduduk
penyandang disabilitas atau cacat maka pemerintah kota surabaya
mengeluarkan kebijakan yaitu “Program Pemberian Permakanan Bagi
Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar”
Program tersebut dituangkan dalam Peraturan walikota Nomor 76
Tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Wali Kota Surabaya, kebijakan tersebut
merupakan salah satu upaya pemerintah Kota Surabaya untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakatnya khususnya penyandang disabilitas atau
cacat miskin dan terlantar di Kota Surabaya yang membutuhkan
perlindungan dalam mewujudkan taraf kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan tersebut ditetapkan pada tanggal 26 Nopember 2012
oleh Walikota Surabaya, sebagai bentuk upaya perlindungan dan
pelayanan terhadap penyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar.
Menurut Leaster dan Stewart dalam Winarno (2004 : 29)
mengatakan, kebijakan publik adalah “proses atau serangkaian keputusan
atau aktivitas pemerintah yang di desain untuk mengatasi masalah publik,
apakah hal itu riil ataukah masi direncanakan.
Jumlah penyandang disabilitas atau cacat dengan kategori miskin
dan terlantar di Kota Surabaya dari tahun ke tahun semakin baertambah,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
Tabel 1.1
Data penyandang disabilitas atau cacat penerima manfaat
per makanan Kota Surabaya
No
Jumlah penyandang
Tahun
( jiwa )
1
2627
2013
2
3590
2014
Sumber : Dinsos Kota Surabaya mei 2014
Dari data tersebut terjadi kenaikan jumlah penyandang cacat pada
tahun 2014, dikarenakan adanya berbagai macam sebab antara lain adalah
gizi buruk dan kecelakaan yang di alami masyarakat sehingga kondisinya
menjadi cacat.
Pemerintah
Kota
Surabaya
memulai
Program
pemberian
permakanan bagi pennyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar
ini mempunyai tujuan yaitu untuk
menjamin dan memberikan
perlindungan bagi penyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar
yang khususnya berdomisili di Surabaya supaya mendapat pelayanan dari
pemerintah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial mereka.
Program tersebut mempunyai harapan bahwah supaya para
penyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar dapat hidup dengan
normal tanpa harus terlalu terbebani dengan masalah yang dideritanya
sehingga didapatkan taraf hidup yang wajar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Dengan dikeluarkanya kebijakan ini maka pemerintah Kota
Surabaya wajib menjamin berlangsungnya kegiatan ini dengan baik, dan
diperlukannya implementasi kebijakan tersebut sehingga akan dicapainya
hasil, manfaat dan tujuan yang diharapkan oleh pemerintah Kota Surabaya.
Implementasi menurut Wahab (2002:64) mengatakan bahwa
“implementasi
kebijaksanaan
adalah
penyediaan
sarana
untuk
melaksanakan sesuatu dan menimbulkan dampak atau akibat terhadap
sesuatu”
kebijakan ini mempunyai sasaran penyandang disabilitas atau
cacat miskin dan terlantar, maksud dari penyandang disabilitas atau cacat
miskin adalah penyandang cacat yang berusia dari lahir sampai dengan
usia 60 (enam puluh ) tahun yang tergolong miskin dan tercatat dalam
database keluarga miskin yang dimiliki oleh pemerintah Kota Surabaya,
dan penyandang disabilitas atau cacat terlantar adalah penyandang
disabilitas atau cacat yang berusia dari lahir sampai dengan 60 ( enam
puluh ) tahun , tidak mempunyai bekal hidup, pekerjaan, penghasilan
bahkan tidak mempunyai sanak saudara yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya secara layak dan tercatat dalam database penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) yang dimiliki oleh pemerintah Kota
Surabaya.
Nilai nominal tentang pemberian permakanan bagi penyandang
disabilitas atau cacat miskin dan terlantar yang sebelumnya sesuai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
dengan Peraturan walikota Nomor 76 Tahun 2012 yang awalnya sebesar
RP. 4000,00 per orang di rubah menjadi RP. 10.000,00 perkepala sesuai
Petunjuk Teknis pelaksanaan oleh tim anggaran dan DPRD komisis D
Kota Surabaya karena sebelumnya dianggat tidak pantas atau layak untuk
di berikan.
Pelaksanaan program pemberian permakan bagi penyandang
disabilitas atau cacat ini sesuai dengan data Dinas Sosial Kota Surabaya
melibatkan 31 kecamatan dan 158 kelurahan yang terdapat penyandang
cacat miskin dan terlantar dari 160 kelurahan yang tersebar di Kota
Surabaya dan untuk proses implementasinya melibatkan IPSM ( ikatan
pekerja sosial masyarakat ) sebagai himpunan pekerja sosial masyarakat
yang bertugas di kelurahan masing – masing
Kelurahan
pegirian
Kecamatan
semampir
Kota
Surabaya
merupakan salah satu kelurahan penerima manfaat Program Permakanan
Bagi Penyandang Disabilitas cacat miskin dan terlantar di bandingkan
kelurahan lain sesuai data Dinsos Kota Surabaya.
Dari Data Dinas Sosial Kota Surabaya didapatkan jumlah penerima
manfaat yang cukup tinggi yaitu Kelurahan Pegirian Kecamatan
Semampir, karena data yang diajukan IPSM Kelurahan Pegirian
Kecamatan Semampir mencapai 114 jiwa dari jumlah keseluruhan jumlah
penerima manfaat Tahun 2014 yaitu 3590.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
Dengan Jumlah kuota penerima manfaat di kelurahan pegirian
yang cukup tinggi tersebut maka supaya seluruh pelaksanaan program
permakanan bagi penyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar
tersebut berjalan sesuai harapan dan optimal pihak – pihak terkait harus
bekerja sama dengan baik. Dari latar belakang diatas maka penelitian ini
berjudul “ Implementasi program pemberian permakanan bagi penyandang
cacat miskin dan terlantar di Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir
kota Surabaya”.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah yang
akan dikaji yaitu :
Bagaimana
“Implementasi
program
pemberian
permakanan
bagi
penyandang cacat miskin dan terlantar di Kelurahan Pegirian Kecamatan
Semampir kota Surabaya”
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana “Implementasi
program pemberian permakanan bagi penyandang cacat miskin dan
terlantar di Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir kota Surabaya”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah
pengetahuan
tentang
bagaimana
“upaya
peningkatan
kesejahteraan sosial penyandang cacat miskin dan terlantar melalui
program pemberian permakanan bagi penyandang disabilitas atau cacat
miskin dan terlantar di Kelurahan Pigirian Kecamatan Semampir kota
Surabaya.
2. Bagi Universitas
Sebagai bahan Evaluasi terhadap temuan – temuan yang ada pada proses
penelitian sehingga dapat memperbaiki implementasi dari pogram yang
ada.
3. Bagi Dinas Sosia Kota Surabaya
Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan mengenai masalah yang ada di Dinas Sosial Kota Surabaya
yang berkaitan dengan “Implementasi program pemberian permakanan
bagi penyandang cacat miskin dan terlantar di Kelurahan Pegirian
Kecamatan Semampir kota Surabaya”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1.
1.
Penelitian terdahulu
Kiky Cristina manopo(2004) dari jurusan Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang dalam Skripsinya yang
berjudul
“Progr am
Pendistribusian
Raskin
Sebagai
Upaya
Meringankan Beban Kemiskinan” ( Suatu Studi Tentang Prosedu r
Sub Divisi regional 1 surabaya)
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prosedur pendistribusian
raskin yang dijadikan acuan oleh Sub Divisi Regional 1 Surabaya Utara
sebagai salah satu unit operasi dibawah Bulog yang menyelenggarakan
usaha logistik pangan pokok yang bermutu bagi masyarakat serta bertugas
untuk menyediakan dan mendistribusikan Raskin sampai ke titik distribusi.
Untuk memahami hal tersebut penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Adapun yang menjadi fakus penelitian ini adalah
Prosedur pendistribusian Raskin oleh Sub Divisi Regional 1 Surabaya
Utara, kendala atau penyimpangan yang terjadi dalam pendistribusian
Raskin beserta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatisipasi dan
bagaimana keberhasilan Sub Divisi Regional 1 Surabaya Utara yang
beralamat di jl. Juanda Sidoarjo , dengan teknik pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan,wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa pelaksanaan pendistribusian Raskin oleh Sub Divisi
11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
Regional 1 S urabaya Utara sudah dilakukan dengan benar karena sesuai
prosedur yang ditetapkan oleh Bulog dan pada dasarnya prosedur yang
ditetapkan Sub Divisi Regional 1 Surabaya Utara tersebut sudah tepat,jelas
dan tidak berbelit – belit, namun akan lebih baik jika dalam prosedur
distribusi tersebut diterapkan tanggal pelaksanaannya serta batas akhir
pembayaran Raskin tiap bulanya. Sehingga penerima manfaat dapat
mempersiapkan biaya pembelian beras Raskin lebih dini yang akhirnya
dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya tunggakan yang dapat
merugikan Sub Divisi Regional/ Divisi Regional/Bulog maupun para
penerima manfaat.
Perbedaan dan persamaan penelitian ini antara lain :
Yang pertama perbedaan tujuan dari penelitian diatas untuk
mengatahui prosedur pendistribusian Raskin sedangkan pada penelitian
ini untuk mengetahui pabaimana Implementasi Program permakanan bagi
penyandang cacat miskin dan terlantar . selanjutnyya persamaanya adalah
metode penelitian yang sama – sama menggunakan metode penelitian
kualitatif.teknik pengumpulan data yang sama dilakukan dengan
pengumpulan data, wawancara dan dokumentasi.
2. Dariawan Lenna ( 2002 ) dari jurusan Administrasi negara Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Airlangga dalam Skripsinya yang
berjudul :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
“Program Pemenuhan Kebutuhan Pangan Bagi Warga Raskin” ( Studi
Implementasi Program Raskin Kecamatan Sawahan Dan Kecamatan
Tambak Sari Surabaya ).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program Raskin
dan faktor – faktor apa yang mempengaruhi terhadap Implementasi
Program Raskin.
Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian
kualitatif. Lokasi yang ditetapkan adalah wilayah Surabaya dengan
mengambil sampel dari wilayah Sawahan dan Tambaksari dengan
pertimbangan wilayah tersebut menjadi wilayah yang mendapatkan subsidi
Raskin terbesar. Sedangkan untuk pengumpulan data diperoleh dengan
cara pengamatan , wawancara serta dokumentsi.
Kasil penelitian ini menunjukan bahwa sejauh ini Implementasi Program
Raskin Di Surabaya khususnya di Kecamatan Sawahan dan Tambaksari
masih dinilai belum maksimal dan tingkat keberhasilan sekitar 70% - 80%,
karena masih banyak kekurangan diantaranya ditingkatkan sosialisasi
intensinya karena hanya dilakukan sekali, persiapan data masih jauh dari
keadaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
2.2
Landasan Teori
2.2.1 kebijakan publik
2.2.2 pengertian kebijakan publik
Suatu aspek penting di dalam sebuah Bangsa dan Negara selain
pemrintahan atau pemimpin adalah masyarakat, karena fungsi masyarakat
adalah sebagai salah satu syarat terbentuknya Negara, masyarakat sebagai
kelompok sosial dalam suatu Negara memerlukan adanya sebuah interaksi
antara pemimpin dengan kelompok masyarakatnya. Sebagai salah satu
tujuan Negara adalah mensejahterakan rakyatnya, karena sebagai bangsa
yang besar dan maju maka kepentingan masyarakat harus diutamakan.
Interaksi antara kelompok masyarakat dengan pemimpin suatu Negara
harus berlandaskan atas kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
sebagai cita – cita bangsa dan Negara. Pemerintah dan masyarakat
memiliki peran masing – masing dalam mewujudkan tujuan dari
terbentuknya suatu Negara.
Peran pemerintah dalam mewujudkan cita – cita bangsa dan Negara
yaitu dengan memberikan dan merumuskan suatu peraturan – peraturan
atau kebijakan – kebijakan yang nantinya akan di implementasikan pada
kehidupan masyarakat, hal ini bertujuan untuk memberikan suatu bentuk
pelayanan ataupun aturan – aturan yang memiliki makna perubahan atau
bantuan sosial bagi kehidupan masyarakat sehingga lebih tertata, terarah
dan sejahterah . Aturan yang diberikan pemerintah untuk masyarakat,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
tentunya akan membawa dampak positif maupun negatif. Positif hal ini
bermakna perubahan dan negatif dalam hal ini membawa sebuah
pertentangan yang berisikan tidak setujunya sebagian masyarakat terhadap
suatu aturan yang dikeluarkan pemerintah.
Aturan – aturan atau kebijakan pemerintah, tentunya berisikan
sebuah kebijakan yang terlebih dahulu dirumuskan dan nantinya dapat di
implementasikan pada masyarakat atau publik, sehingga harapan akan
tujuan dari kebijakan tersebut dapat terlaksana.
Konsep kebijakan publik menurut Eston dalam Tangkilisan (2003 :
1 ) yaitu pengalokasian nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaanya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat
melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut
merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang
merupakan bentuk dari pengalokasian nilai kepada masyarakat.
Menurut Fredericson dan Hart dalam Tangkilisan (2003 : 19)
mengatakan, kebijakan adalah “ suatu tindakan yang mengarah pada
tujuan yang diusulkan oleh seorang, kelompok, atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu sambil mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau
mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Menurut Leaster dan Stewart dalam Winarno (2004 : 29)
mengatakan, kebijakan publik adalah “proses atau serangkaian keputusan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
atau aktivitas pemerintah yang didesain untuk mengatasi masalah publik ,
apakah hal itu riil ataukah masih direncanakan .
Selanjutnya menurut Chandler dan Plano dalam Harbani ( 2008:38)
mengemukakan, kebijakan publik yaitu pemanfaatan yang strategis
terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah
masalah publik atau pemerintah.
Sedangkan menurut Udoji dalam Wahab ( 2005 : 5) kebijaksanaan
negara adalah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan
tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah
yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa
kebijakan publik adalah suatu aktivitas pemerintah yang merupakan
keputusan pemerintah untuk memecahkan suatu permasalahan publik baik
secara langsung maupun lembaga yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat.
2.2.3
Tahap- Tahap kebijakan Publik
Menurut Dunn dalam Tangkilisan (2003 : 8 ) tahap-tahap
kebijakan dibagi menjadi :
1. Penetapan agenda kebijakan (agenda setting )
tahap pertama penetapan agenda kebijakan adalah menentukan
masalah publik yang akan dipecahkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
2.
Formulasi kebijakan (policy setting )
Mengidentifikasikan kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan
melalui prosedur forcasting untuk memecahkan masalah yang
didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan
yang akan dipilih
3. Adopsi kebijakan (policy adoption)
Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan
pilihan kebijakan melalui dukungan para stakeholders atau pelaku
yang terlibat.
4. Isi Kebijakan (policy Implementation)
Implementasi berkaitan denganberbagai kegiatan yangdiarahkan
untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksecutif
mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan
menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.
5. Evaluasi kebijakan (policy assesment)
Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian
terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam
penelitian ini semua proses implementasi dinilai apakah telah
sesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam
program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteriakriteria) yang telah ditentukan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
2.2.4
Sifat Kebijakan Publik
Menurut Agustino (2006 : 9 ) sifat kebijakan publik sebagai bagian
dari suatu kegiatan dapat dimengerti secara baik bila dibagi-bagi dalam
beberapa kategori. Yaitu:
1. Policy Demands atau Permintaan Kebijakan
Merupakan permintaan atau kebutuhan atau klaim yang dibuat oleh
warga masyarakat secara pribadi atau kelompok dengan resmi
dalam sistem politik , oleh karena adanya masalah yang mereka
rasakan.
2. Policy Decision atau Putusan Kebijakan.
Adalah
putusan
yang
dibuat
oleh
pejabat
public
yang
memerintahkan untuk memberi arahan pada kegiatan-kegiatan
kebijakan.
3. Policy Statement atau Pernyataan Kebijakan
Adalah
ungkapan secara formal atau artikulasi dari keputusan
politik yang telah ditetapkan.
4. Policy Output atau Hasil kebijakan
Adalah perwujudan nyata dari kebijakan publik atau sesuatu yangs
esungguhnya dikerjakan menurut keputusan dan pernyataan
kebijakan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
5. Policy Outcome atau Akibat dari kebijakan
Adalah konsekuensi kebijakan yang diterima masyarakat,baik yang
diinginkan atau yang tidak diinginkan, yang berasal dari apa yang
dikerjakan atau yang tidak dikerjakan oleh pemerintah.
2.3
Implementasi Kebijakan Publik
2.3.1 Pengertian Implementasi
Implementasi menurut Mazmian dan Sabatier dalam Wahab ( 2002
: 65 ), menyatakan bahwa implementasi yaitu memahami apa yang
senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau
dirumuskan merupakan fokus perhatian pada suatu kebijakan.
Hartono dalam Alisjahbana (2004: 28 ) dapat diartikan sebagai
suatu upaya untuk memahami “apa yang senyatanya ada dan terjadi”
sesudah suatu program yang dirumuskan, yaitu peristiwa-peristiwa dan
kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan publik,
baik itu menyangkut peristiwa-peristiwa.
Wahab (2002:64) mengatakan bahwa “implementasi kebijaksanaan
adalah penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu”. Implementasi biasanya berbentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah
eksekutif,
atau dekrit
kebijaksanaan
tidak
presiden.
memiliki
Dengan demikian,
kaitan
dengan
implementasi
badan-badan
yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
ketaatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung
mempengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah
proses yang sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan
administrative yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program
yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari
semua pihak yang terlibat.
2.3.2 Model Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan ada beberapa bentuk model
implementasi yang dikenal. Model ini berguna menyederhanakan sesuatu
bentuk dan memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan.
Menurut Edward III dalam widodo (2001:195) adalah “direct and
inderect impact on implementation” mengajukan empat faktor atau
variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan
implementasi kebijakan. Empat faktor atau fariabel tersebut antara lain
meliputi communication ( komunikasi ), resources ( sumber daya ),
dispositions (disposisi), dan bureaucratic structure (struktur birokrasi).
Empat faktor atau fariabel yang mempengaruhi implementasi
kebijakan tadi saling berinteraksi satu sam lain. Dimana faktor
komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi mempengaruhi
secara langsung terhadap implementasi kebijakan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
Gambar 2.1
Model Implementasi Kebijakan Edward III
Commucation
Resource
Implementasion
Disposition
Bureaucratic
structure
Sumber : Widodo, 2001:107
a. Komunikasi
Edward III dalam Widodo (2001:199), komunikasi dalam
implementasi kebijakan mempunyai peranan penting tidak hanya bagi
implementor ( pelaksana ), tapi juga bagi policy maker ( pembuat
kebijakan ), karena bagaimanapun juga dalam implementasi yang efektif,
para policy maker dalam meminta pelaksana ( implementors ) tidak
sekedar dengan putunjuk yang jelas, tetapi yang lebihh penting adalah
adanya konsistensi komunikasi dari atas kebawah dalam arti arus
komunikasi yang terjadi harus jelas dan tegas.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
b. Sumber Daya
Menurut Edward III Faktor sumber daya juga mempunyai peran
penting dalam implementasi kebijakan. Karena bagaimananpun jelas
konsistensinya kententuan – ketentuan atau aturan – atauran tersebut, jika
para pelaksanan kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan, kurang mempunyai sumber – sumber untuk melakukan
pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut juga tidak
akan bisa efektif. Sumber – sumber di dalam implementasi kebijakan yang
dimaksud yaitu :
1. Staf ( sumber daya manusia )
Dalam konteks ini setiap sumber daya manusia harus memiliki
keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan tugas, anjuran ,
perintah dari atsan (pimpinan)
2. Dana atau anggaran
Dalm implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan
kecukupan modal atau investasi atas suatu program atau
kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa
dukungan anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan
berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan da sasaran.
3. Informasi
Informasi yang relevan dan cukup tentang bagaimanan cara
mengimplementasikan suatu kebijakan dan kerelaan atau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
kesanggupan
dari
berbagai
pihak
yang
terlibat
dalam
implementasi kebijakana tersebut.
4. Kewenangan
Diperlukan
untuk
menjamin
dan
meyakinkan
bahwa
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan
yang mereka kehendaki.
5. Fasilitas
Merupakan sarana yang digunakan untuk oprasionalisasi
implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanah dan
sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan
pelayanan dalam implementasi kebijakan.
c. Disposisi
Menurut Edward III dalam Widodo (2001:203) disposisi dalam
implementasi
kebijakan
publik
diartikan
sebagai
kecenderungan,
keinginan, atau kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan
kebijakan. Implementasi kebijakan jika ingin berhasil secara efektif dan
efisien, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan itu,
tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan
kebijakan tersebut.
d. Struktur Birokrasi
Meskipun sumber – sumber untuk mengimplementasikan suatu
kebijakan cukup dan para pelaksana mengetahui apa dan bagaimana cara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan untuk melakukanya,
implementasi bisa jadi masih belum efektif, karena adanya ketidak
efisienan struktur birokrasi (deficiences in bureaucratic structure).
Dari model implementasi kebijakan diatas, maka dalam penelitian
ini , peneliti akan menggunakan model tersebut untuk digunakan dalam
menganalisa fenomena tentang kebijakan Peraturan Walikota Surabaya
Nomor 76 Tahun 2012 tentang Program Pemberian Permakanan Bagi
Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar. Yang menitik beratkan pada
Implementasi Program Pemberian Permakanan Bagi Penyandang Cacat
Miskin Dan Terlantar Di Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir Kota
Surabaya. Pilihan model ini ditetapkan dengan pertimbangan serta
kecocokan model tersebut dengan fenomena penelitian yang ada di
Kelurahan Pegirian.
2.3.3 Faktor Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Menurut Ripley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003 : 21 )
menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan ditinjau dari tiga faktor
yaitu :
1.
Perpektif Kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi
dari kepatuhan strat – level burcrants terhadap atas mereka.
2.
Kelancaran rutinitas dan tindakan persoalan
3.
Mengarah pada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama
kelompok penerima manfaat yang diharapkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
Sedangkan
Grindle
dalam
Syaukani
(2002
:
296
)
mengidentifikasikan ada dua hal yang sangat menentukan keberhasilam
implementasi, yaitu :
1. Isi kebijaksanaan , meliputi :
a) Kepentingan siapa saja yang terlibat
b) Macam-macam manfaat
c) Sejauh mana peribahan akan diwujudkan
d) Tempat pembuatan keputusan
e) Siapa yang menjadi implementasi agensi
f) Sumberdaya yang disediakan
2.
Konteks, Meliputi :
a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi para aktor yang
terlibat
b) Karakteristik lembaga dan rezim
c) Sesuai dengan kaidah dan tingkat responnya.
2.3.4
Faktor Kegagalan Implementasi Kebijakan
Menurut Peters dalam Tangkilisan (2003 : 22 ) Implementasi
kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor , yaitu :
1.
Informasi
Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya
gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun
kepada
para
pelaksana
dari
isi
kebijakan
dilaksanakannnya dan hasil-hasil dari kebijakan itu.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang
akan
26
2.
Isi Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samanya isi atau
tujuan kebijakan atau ketidak tepatan dan ketidaktegasan intern dan
ektern atau kebijakan itu sendiri, menunjukan adanya kekurangan
yang
sangat
berarti
atau
adanya
kekurangan
yang
menyangkutsumberdaya pembantu.
3.
Dukungan
Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada
pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut
4.
Pembagian Potensi
Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor
implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam
kaitannya, dengan diferensiasi tugas dan wewenang.
Sunarko (2000 : 185 ) mengemukakan bahwa pelaksanaan
kebijakan itu dapat mengalami kegagalan atau tidak dapat membuahkan
hasil yang disebabkan oleh :
a)
Teori yang menjadi dasar kebijakan tidak tepat, oleh karena itu
harus dilakukan reformulation terhadap kebijakan tersebut
b)
Sarana yang dipilih untuk pelaksanaannya tidak efektif.
c)
Sarana
yang
digunakan
tidak
atau
kurang
sebagaimana mestinya.
d)
Isi dari kebijakan bersifat samar-samar
e)
Tidak adanya kepastian faktor intern dan ekstern
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dipergunakan
27
f)
Kebijakan yang ditetapkan mengandung banyak lubang
g)
Dalam pelaksanaan kurang memperhatikan masalah teknis
h)
Adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu
(waktu, uang, dan sumberdaya manusia).
2.3.5 Prospek Untuk Memperbaiki Implementasi Kebijakan
Proses Implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan
komplek. Kerumitan tersebut disebabkan banyak faktor, baik menyangkut
karakteristik program-program yang dijalankan maupun oleh aktor-aktor
yang terlibat dlaam implementasi ( winarno , 2007 : 216 )
Semua bentuk kebijaksanaan sebenarnya mengandung resiko untuk
gagal. Hogwood dan Gunn dalam Wahab (2005 : 61 ) membagi pengertian
kegagalan kebijaksanaan (policy failur) kedalam dua kategori yaitu non
implementation ( implementasi yang tidak berhasil ).
Tidak
terimplementasikan
mengandung
arti
bahwa
suatu
kebijaksanaan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena
pihak yang terlibat tidak mau bekerja sama, atau mereke bekerja tidak
efisien, bekerja setengah hati atau karena mereka tidak sepenuhnya
menguasai permasalahan yang dikerjakan diluar jangkauankekuasaannya.
Sehingga betapapun gigih usaha mereka, hambatan yang ada tidak
sanggup mereka tanggulangi, akibatnya implementasi yang efektif sukar
dipenuhi.
Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana , namun mengingat kondisi ekternal
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
tidak menguntungkan ( semisal terjadi peristiwa pergantian kekuasaan,
bencana alam dan sebagainya) sehingga kebijaksanaan tidak berhasil
dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki.
Menurut Islamy ( 2004 : 107 ) kebijaksanaan akan menjadi efektif
apabila dilaksanakan dan berdampak positif bagi anggota masyarakat.
Selain itu untuk mencapai pelaksanaan kebijaksanaan proses komunikasi
harus baik yaitu menyebarluaskan kebijaksanaan kepada anggota
masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang
menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian dengan apa yang diinginkan
oleh pemerintah dan negara. Dengan demikian kalau mereka tidak
bertindak/ berbuat sesuai dengan keinginan pemerintah/ negara itu, maka
kebijaksanaan negara menjadi tidak efektif.
Implementasi kebijakan adalah tahap paling krusial dalam proses
kebijakan. Untuk memperbaiki implementasi kebijakan, maka ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan, menurut Win
PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN
PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Administrasi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Oleh :
DIMAS RHEZA MAHARDIKA UTAMA
NPM : 0941210067
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMUADMINISTRASI NEGARA
SURABAYA
2014
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
”IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI
PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN
PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA”
Disusun Oleh :
Dimas Rheza Mahardika Utama
NPM. 0941210067
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ” Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 10 J uli 2014
Tim Penguji :
Pembimbing
1.
Dr s. Pudjo Adi, M.Si
NIP. 195105101973031001
Dra. Susi Hardjati. MAP
NIP.19690210 199303 2001
2.
Dra. Susi Hardjati. MAP
NIP.19690210 199303 2001
3.
H.Tukiman, S.Sos, M.Si
NIP. 196103231989031001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Univer sitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 195507181983022001
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
LEMBAR PERSETUJ UAN
“IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI
PENYANDANG CACAT MISKIN DAN TERLANTAR DI KELURAHAN
PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA”
Disusun Oleh :
Dimas Rheza Mahardika Utama
NPM : 0941210067
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui
Pembimbing Utama
Dra. Susi Hardjati. MAP
NIP.19690210 199303 2001
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
Dra. Ec. Hj Suparwati, MSi
NIP . 195507181983022001
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul
”IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERIAN
PERMAKANAN BAGI PENYANDANG CACAT MISKIN DAN
TERLANTAR DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN
SEMAMPIR KOTA SURABAYA”
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan Ujian Skripsi
Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dra.Susi Hardjati. MAP sebagai dosen pembimbing yang dengan segala
perhatian, bimbingan, arahan yang bermanfaat, dan rela meluangkan waktunya
untuk penulis.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam pelaksanaan penyusunan skripsi ini diantaranya :
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto MP ,Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “veteran “ JawaTimur.
2. Ibu Dra.Hj.Suparwati. Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “veteran” JawaTimur.
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Bapak DR. Lukman Arif .MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN
“veteran” JawaTimur
4. Ibu Dra. Susi Hardjati. MAP selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UPN
Jatim yang sudah memberikan Ilmu yang sungguh bermanfaat.
6. Drs.Supomo, MM Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Drs.Deddy
sosialisto,M.Si selaku kepala bidang rehabilitasi sosial Dinas Sosial Kota
Surabaya dan Bpk.Agus Sumitro, S.Sos Kepala seksi RSDK dan cacat
Dinas Sosial Kota Surabaya.
7. Kedua Orang Tua Anak dan Istri saya tercinta yang menjadi penyemangat
serta memberi motivasi yang sangat besar dan yang senantiasa mengiringi
penulis dengan Doa-doa dan dukungan. Serta teman – teman Administrasi
Negara (2009).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir
kata semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.
Surabaya, 10 Juli 2014
Penulis
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL ...............................................................................
LEMBAR PERSETUJ UAN ..................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… ..
ii
LEMBAR REVISI ……………………………………………………… .
iii
KATA PENGANTAR .............................................................................
iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................
x
ABSTRAKSI ..........................................................................................
xi
BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................
1
1.2.Rumusan masalah .....................................................................
9
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
10
BAB II : KAJ IAN PUSTAKA ................................................................
11
2.1 Penelitian terdahulu...................................................................
11
2.2 Landasan Teori .........................................................................
14
2.2.1 Kebijakan Publik ........................................................
14
2.2.2 Pengertian Kebijakan Publik .......................................
14
2.2.3 Tahap – tahap Kebijakan Publik .................................
16
2.2.4 Sifat Kebijakan Publik ................................................
18
2.3 Implementasi Kebijakan Publik .................................................
19
2.3.1 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
.............
vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
2.3.2 Model Implementasi Kebijakan .................................
20
2.3.3 Faktor keberhasilan Implementasi Kebijakan Publik ...
24
2.3.4 Faktor Kegagalan Implementasi Kebijakan Publik ......
25
2.3.6 Aktor yang berperan dalam proses Kebijakan Publik ..
29
2.3.7 Pendekatan –pendekatan Implementasi Kebijakan Publik 30
2.4 Program Permakanan....... .........................................................
32
2.5 Kesejahteraan sosial ....... ..........................................................
33
2.6 Penyandang Cacat .....................................................................
37
2.7 Perda No 2 Tahun 2012 Kota Surabaya............ .........................
40
2.8 Perwali No 76 Tahun 2012 Kota Surabaya ................................
41
2.9 Kerangka Berfikir .....................................................................
44
BAB III : METODE PENELITIAN .......................................................
45
3.1 Jenis Penelitian .........................................................................
45
3.2 Fokus Penelitian........................................................................
47
3.3 Lokasi penelitian .......................................................................
49
3.4 Sumber Data .............................................................................
49
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................
51
3.6 Analisa Data .............................................................................
52
3.7 Keabsahan Data ........................................................................
56
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
59
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian .......................................... .
59
4.1.5 Struktur Organisasi Kelurahan Pegirian ................................. .
69
4.1.7 Jumlah Penduduk Kelurahan Pegirian .................................... .
73
4.1.8 Program Pemberian Permakanan Bagi Penyandang cacat Msikin dan
Terlantar ..........................................................................................
75
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4.2
Hasil Penelitian ........................................................................
79
4.2.1 Besaran Satuan Permakanan ................................................... .
81
4.2.3 Jumlah Penerima Manfaat Kelurahan Pegirian .......................
83
4.2.3 Standart Bantuan Permakanan ................................................ .
90
4.3
Pembahasan ..........................................................................
94
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................
102
5.1 Kesimpulan ..............................................................................
102
5.2 Saran.........................................................................................
103
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ABSTRAKSI
DIMAS RHEZA MAHARDIKA UTAMA, 2014. Implementasi Program Pember ian
Permakanan Bagi Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar Di Kelurahan Pegir ian
Kecamatan Semampir Kota Sur abaya.
Dosen Pembimbing : Dra. Susi Hardjati. MAP
Penelitian ini didasarkan atas upaya Pemerintah Kota Surabaya Dalam Melayani
dan memeliharah taraf Kesejahteraan Masyarakat khususnya penyandang cacat miskin
dan terlantar di Kota Surabaya Melalui Program Pemberian Permakanan Bagi
Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar.
Tujuan dari penelitian ini dalah untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program
Pemberian Permakanan Bagi Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar Di Kelurahan
Pegirian Kecamatan Semampir Kota Surabaya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriktif kualitatif, Teknik pengumpulan
datat dilakukan dengan cara wawancara dan observasi serta dokumentasi. Sampel atau
informan dalam penelitian ini adalah : Kepala Seksi RSDK dan Penyandang Cacat Dinas
Sosial Kota Surabaya, IPSM Kelurahan Pegirian, dan Penerima manfaat Kelurahan
Pegirian. Teknik menetukan informan ini menggunakan teknik purposing sampling, dan
analisa data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Data Model interaktif (Miles dan
Huberman ). Keabsahan data dalam penelitian ini meliputi : drajat kepercayaan,
keteralihan,kebergantungan, dan kepastian.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Implementasi Program Pemberian
Permakanan Bagi Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar Di Kelurahan Pegirian
Kecamatan Semampir Kota Surabaya Sudah Terimplementasi dengan baik. Hal ini
ditunjukan oleh pelaksanaan pemberian permakanan yang dilakukan oleh IPSM yaitu
dilihat dari Besaran Satuan permakanan yang berjumlah 1 ( satu ) kali sehari per orang
dan faktor harga bantuan permakanan yang senilai Rp. 10.000,00 Per paket per orang per
hari sudah optimal sudah terlaksana berdasarkan hasil dari keterangan penerima manfaat
yang mengatakan menerima setiap hari dan makanannya layak dan setara Rp. 10.000,00
hal tersebut sesuai dengan Juknis (Petunjuk Teknis) pelaksanaan program permakanan.
Begitu pula dari faktor standart permakanan yang sesuai standart gizi dan memenuhi
unsur – unsur nasi, syur , lauk ( nabati/hewani ) sudah terimplementasi dengan baik
karena setiap hari menunya ganti – ganti dan kandungan unsur – unsur nasi, sayur, dan
lauk ( nabati/hewani ) sudah tercukupi.
( Keyword : Implementasi, Program Pemberian Permakanan Bagi Penyandang Cacat
Miskin Dan Terlantar)
xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari
upaya mencapai tujuan bangsa. Hal ini sesuai dengan sila ke lima
pancasila yang berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kesejateraan sosial merupakan sesuatu yang harus dapat dirasakan oleh
semua kalangan masyarakat, terutama kalangan masyarakat miskin yang
sudah
seharusnya
menjadi
kewajiban
Negara
untuk
menjamin
kesejahteraan sosial bagi mereka. Menurut Segal dan Brzuzy dalam
mohammad suud (2006:5) “kesejahteraan sosial adalah kondisi sejahtera
dari suatu masyarakat. Kesejahteraan social meliputi kesehatan, keadaan
ekonomi, kebahagiaan, dan kualitas hidup”
Dapat dikatakan di Negara Republik Indonesia tingkat masalah
kesejateraan sosial tinggi, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
tingkat PMKS ( penyandang masalah kesejateraan sosial ) salah satunya
penyandang disabilitas atau cacat. menurut Menteri Sosial (Mensos),
Salim Segaf Al Jufri, mengatakan penyandang cacat di Indonesia masih
banyak yakni mencapai 2,8 juta dari jumlah penduduk di Indonesia.
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
Data tersebut didukung oleh kutipan berita yang diperoleh dari media
online
http://www.antaranews.com/berita/399334/penyandang-cacat-di-
indonesia-mencapai-28-juta (diakses tanggal 08 mei 2014)
Penyandang disabilitas atau cacat merupakan salah satu lapisan
masyarakat yang seharusnya mendapat perlindungan dan juga bantuan
kesejateraan dari Negara terutama bagi penyandang disabilitas atau cacat
miskin dan terlantar untuk bertahan hidup. Dalam beberapa hal mereka
mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatanya sehari – hari yang
tentunya dipengaruhi beberapa kekurangan yang dimiliki oleh mereka.
Ada beberapa kategori bagi penyandang disabilitas atau cacat
sesuai Undang -Undang RI Nomor 4 Tahun 1997. yang pertama adalah
cacat tubuh, yaitu kekurangan atau cacat yang ada pada tubuh penderita .
Yang kedua cacat mental, yaitu kekurangan yang lebih dominan pada
polah pemikiran penderita. Dan yang ketiga, yaitu cacat tubuh dan mental
atau cacat ganda, adalah kekurangan yang diderita oleh penyandang pada
kedua bagian yaitu tubuh dan pikiran atau mental.
Penyebab terjadinya kondisi cacat yang diderita oleh penderita
terdiri dari beberapa faktor, yang pertama faktor genetik atau turunan,
faktor genetik atau turunan ini adalah dimana kondisi kecacatan yang
diakibatkan oleh kondisi keluarga atau orang tua yang di turunkan
langsung kepada si anak yang dideritanya sejak lahir, yang kedua faktor
kecelakaan
yaitu faktor cacat yang di derita akibat dari kejadian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
kecelakaan yang dialami oleh seseorang sehingga mengakibatkan kondisi
cacat tubuh atau mental,
Kondisi cacat menyebabkan seseorang mengalami keterbatasan
atau
gangguan
yang
mempengaruhi
keleluasaan
aktivitas
fisik,
kepercayaan dan harga diri, hubungan antar manusia maupun dengan
lingkungannya.
Dampak
dari
kecacatan
tersebut
menimbulkan
permasalahan sosial antara lain adalah ketidak berfungsian sosial, yaitu
penyandang cacat kurang mampu melaksanakan peran-peran sosialnya
secara wajar dan hal ini yang menyebabkan penyandang cacat sulit untuk
mempertahankan kehidupanya.
Penyandang
disabilitas atau cacat
yang
banyak
memiliki
keterbatasan dengan kondisi keluarganya miskin dan terlantar maka akan
sulit untuk meningkatkan atau mempertahankan taraf kesejahteraannya
sehingga tidak akan terwujud taraf hidup yang wajar bagi mereka.
Dengan adanya penyandang disabiltas atau cacat miskin dan
terlantar tersebut maka sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk
melaksanakan tugasnya sesuai dengan Undang – Undang No 4 Tahun
1997 yang disebutkan dalam klausul menimbang poin a. “bahwa dalam
pelaksanaan
pembangunan
nasional
yang
bertujuan
mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia
yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama”.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
Dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 dalam pasal 1, yang
dimaksud dengan penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara
selayaknya.
Di Dalam Undang – Undang RI Nomor 4 Tahun 1997 itu juga
disebutkan bahwa pemerintah berkewajiban memberikan bantuan sosial
kepada penyandang disabilitas atau cacat yang tidak mampu yang bersifat
tidak tetap, agar mereka dapat meningkatkan taraf kesejateraan sosialnya
dan/atau pemeliharaan taraf kesejateraan sosial dalam upaya perlindungan
dan pelayanan yang bersifat terus menerus, agar penyandang disabilitas
attau cacat dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar.
Pentingnya
bantuan
kesejahteraan
sosial
bagi
masyarakat
penyandang masalah kesejateraan sosial (PMKS) khususnya penyandang
disabilitas atau cacat untuk merasakan pelayanan dari Negara khususnya
pemerintah kota sebagai pihak yang mempunyai kewajiban supaya
didapatkan keadilan dari pembangunan kesejahteraan yang ada.
Oleh karena itu Dengan mengacu pada Undang – Undang RI
Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang cacat dan peraturan Pemerintah
RI Nomor 43 Tahun 1998 tentang peningkatan kesejahteraan sosial
penyandang Disabilitas atau cacat dan Peraturan daerah Nomor 2 Tahun
2012 Kota Surabaya tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial maka
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
sebagai upaya perlindungan dan jaminan kesejahteraan bagi penduduk
penyandang disabilitas atau cacat maka pemerintah kota surabaya
mengeluarkan kebijakan yaitu “Program Pemberian Permakanan Bagi
Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar”
Program tersebut dituangkan dalam Peraturan walikota Nomor 76
Tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Wali Kota Surabaya, kebijakan tersebut
merupakan salah satu upaya pemerintah Kota Surabaya untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakatnya khususnya penyandang disabilitas atau
cacat miskin dan terlantar di Kota Surabaya yang membutuhkan
perlindungan dalam mewujudkan taraf kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan tersebut ditetapkan pada tanggal 26 Nopember 2012
oleh Walikota Surabaya, sebagai bentuk upaya perlindungan dan
pelayanan terhadap penyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar.
Menurut Leaster dan Stewart dalam Winarno (2004 : 29)
mengatakan, kebijakan publik adalah “proses atau serangkaian keputusan
atau aktivitas pemerintah yang di desain untuk mengatasi masalah publik,
apakah hal itu riil ataukah masi direncanakan.
Jumlah penyandang disabilitas atau cacat dengan kategori miskin
dan terlantar di Kota Surabaya dari tahun ke tahun semakin baertambah,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
Tabel 1.1
Data penyandang disabilitas atau cacat penerima manfaat
per makanan Kota Surabaya
No
Jumlah penyandang
Tahun
( jiwa )
1
2627
2013
2
3590
2014
Sumber : Dinsos Kota Surabaya mei 2014
Dari data tersebut terjadi kenaikan jumlah penyandang cacat pada
tahun 2014, dikarenakan adanya berbagai macam sebab antara lain adalah
gizi buruk dan kecelakaan yang di alami masyarakat sehingga kondisinya
menjadi cacat.
Pemerintah
Kota
Surabaya
memulai
Program
pemberian
permakanan bagi pennyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar
ini mempunyai tujuan yaitu untuk
menjamin dan memberikan
perlindungan bagi penyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar
yang khususnya berdomisili di Surabaya supaya mendapat pelayanan dari
pemerintah untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial mereka.
Program tersebut mempunyai harapan bahwah supaya para
penyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar dapat hidup dengan
normal tanpa harus terlalu terbebani dengan masalah yang dideritanya
sehingga didapatkan taraf hidup yang wajar.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
7
Dengan dikeluarkanya kebijakan ini maka pemerintah Kota
Surabaya wajib menjamin berlangsungnya kegiatan ini dengan baik, dan
diperlukannya implementasi kebijakan tersebut sehingga akan dicapainya
hasil, manfaat dan tujuan yang diharapkan oleh pemerintah Kota Surabaya.
Implementasi menurut Wahab (2002:64) mengatakan bahwa
“implementasi
kebijaksanaan
adalah
penyediaan
sarana
untuk
melaksanakan sesuatu dan menimbulkan dampak atau akibat terhadap
sesuatu”
kebijakan ini mempunyai sasaran penyandang disabilitas atau
cacat miskin dan terlantar, maksud dari penyandang disabilitas atau cacat
miskin adalah penyandang cacat yang berusia dari lahir sampai dengan
usia 60 (enam puluh ) tahun yang tergolong miskin dan tercatat dalam
database keluarga miskin yang dimiliki oleh pemerintah Kota Surabaya,
dan penyandang disabilitas atau cacat terlantar adalah penyandang
disabilitas atau cacat yang berusia dari lahir sampai dengan 60 ( enam
puluh ) tahun , tidak mempunyai bekal hidup, pekerjaan, penghasilan
bahkan tidak mempunyai sanak saudara yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya secara layak dan tercatat dalam database penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) yang dimiliki oleh pemerintah Kota
Surabaya.
Nilai nominal tentang pemberian permakanan bagi penyandang
disabilitas atau cacat miskin dan terlantar yang sebelumnya sesuai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
dengan Peraturan walikota Nomor 76 Tahun 2012 yang awalnya sebesar
RP. 4000,00 per orang di rubah menjadi RP. 10.000,00 perkepala sesuai
Petunjuk Teknis pelaksanaan oleh tim anggaran dan DPRD komisis D
Kota Surabaya karena sebelumnya dianggat tidak pantas atau layak untuk
di berikan.
Pelaksanaan program pemberian permakan bagi penyandang
disabilitas atau cacat ini sesuai dengan data Dinas Sosial Kota Surabaya
melibatkan 31 kecamatan dan 158 kelurahan yang terdapat penyandang
cacat miskin dan terlantar dari 160 kelurahan yang tersebar di Kota
Surabaya dan untuk proses implementasinya melibatkan IPSM ( ikatan
pekerja sosial masyarakat ) sebagai himpunan pekerja sosial masyarakat
yang bertugas di kelurahan masing – masing
Kelurahan
pegirian
Kecamatan
semampir
Kota
Surabaya
merupakan salah satu kelurahan penerima manfaat Program Permakanan
Bagi Penyandang Disabilitas cacat miskin dan terlantar di bandingkan
kelurahan lain sesuai data Dinsos Kota Surabaya.
Dari Data Dinas Sosial Kota Surabaya didapatkan jumlah penerima
manfaat yang cukup tinggi yaitu Kelurahan Pegirian Kecamatan
Semampir, karena data yang diajukan IPSM Kelurahan Pegirian
Kecamatan Semampir mencapai 114 jiwa dari jumlah keseluruhan jumlah
penerima manfaat Tahun 2014 yaitu 3590.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
Dengan Jumlah kuota penerima manfaat di kelurahan pegirian
yang cukup tinggi tersebut maka supaya seluruh pelaksanaan program
permakanan bagi penyandang disabilitas atau cacat miskin dan terlantar
tersebut berjalan sesuai harapan dan optimal pihak – pihak terkait harus
bekerja sama dengan baik. Dari latar belakang diatas maka penelitian ini
berjudul “ Implementasi program pemberian permakanan bagi penyandang
cacat miskin dan terlantar di Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir
kota Surabaya”.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah yang
akan dikaji yaitu :
Bagaimana
“Implementasi
program
pemberian
permakanan
bagi
penyandang cacat miskin dan terlantar di Kelurahan Pegirian Kecamatan
Semampir kota Surabaya”
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana “Implementasi
program pemberian permakanan bagi penyandang cacat miskin dan
terlantar di Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir kota Surabaya”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
1.4.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah
pengetahuan
tentang
bagaimana
“upaya
peningkatan
kesejahteraan sosial penyandang cacat miskin dan terlantar melalui
program pemberian permakanan bagi penyandang disabilitas atau cacat
miskin dan terlantar di Kelurahan Pigirian Kecamatan Semampir kota
Surabaya.
2. Bagi Universitas
Sebagai bahan Evaluasi terhadap temuan – temuan yang ada pada proses
penelitian sehingga dapat memperbaiki implementasi dari pogram yang
ada.
3. Bagi Dinas Sosia Kota Surabaya
Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
pertimbangan mengenai masalah yang ada di Dinas Sosial Kota Surabaya
yang berkaitan dengan “Implementasi program pemberian permakanan
bagi penyandang cacat miskin dan terlantar di Kelurahan Pegirian
Kecamatan Semampir kota Surabaya”
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1.
1.
Penelitian terdahulu
Kiky Cristina manopo(2004) dari jurusan Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang dalam Skripsinya yang
berjudul
“Progr am
Pendistribusian
Raskin
Sebagai
Upaya
Meringankan Beban Kemiskinan” ( Suatu Studi Tentang Prosedu r
Sub Divisi regional 1 surabaya)
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan prosedur pendistribusian
raskin yang dijadikan acuan oleh Sub Divisi Regional 1 Surabaya Utara
sebagai salah satu unit operasi dibawah Bulog yang menyelenggarakan
usaha logistik pangan pokok yang bermutu bagi masyarakat serta bertugas
untuk menyediakan dan mendistribusikan Raskin sampai ke titik distribusi.
Untuk memahami hal tersebut penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Adapun yang menjadi fakus penelitian ini adalah
Prosedur pendistribusian Raskin oleh Sub Divisi Regional 1 Surabaya
Utara, kendala atau penyimpangan yang terjadi dalam pendistribusian
Raskin beserta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatisipasi dan
bagaimana keberhasilan Sub Divisi Regional 1 Surabaya Utara yang
beralamat di jl. Juanda Sidoarjo , dengan teknik pengumpulan data yang
menggunakan pengamatan,wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa pelaksanaan pendistribusian Raskin oleh Sub Divisi
11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
Regional 1 S urabaya Utara sudah dilakukan dengan benar karena sesuai
prosedur yang ditetapkan oleh Bulog dan pada dasarnya prosedur yang
ditetapkan Sub Divisi Regional 1 Surabaya Utara tersebut sudah tepat,jelas
dan tidak berbelit – belit, namun akan lebih baik jika dalam prosedur
distribusi tersebut diterapkan tanggal pelaksanaannya serta batas akhir
pembayaran Raskin tiap bulanya. Sehingga penerima manfaat dapat
mempersiapkan biaya pembelian beras Raskin lebih dini yang akhirnya
dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya tunggakan yang dapat
merugikan Sub Divisi Regional/ Divisi Regional/Bulog maupun para
penerima manfaat.
Perbedaan dan persamaan penelitian ini antara lain :
Yang pertama perbedaan tujuan dari penelitian diatas untuk
mengatahui prosedur pendistribusian Raskin sedangkan pada penelitian
ini untuk mengetahui pabaimana Implementasi Program permakanan bagi
penyandang cacat miskin dan terlantar . selanjutnyya persamaanya adalah
metode penelitian yang sama – sama menggunakan metode penelitian
kualitatif.teknik pengumpulan data yang sama dilakukan dengan
pengumpulan data, wawancara dan dokumentasi.
2. Dariawan Lenna ( 2002 ) dari jurusan Administrasi negara Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Airlangga dalam Skripsinya yang
berjudul :
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
“Program Pemenuhan Kebutuhan Pangan Bagi Warga Raskin” ( Studi
Implementasi Program Raskin Kecamatan Sawahan Dan Kecamatan
Tambak Sari Surabaya ).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program Raskin
dan faktor – faktor apa yang mempengaruhi terhadap Implementasi
Program Raskin.
Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode penelitian
kualitatif. Lokasi yang ditetapkan adalah wilayah Surabaya dengan
mengambil sampel dari wilayah Sawahan dan Tambaksari dengan
pertimbangan wilayah tersebut menjadi wilayah yang mendapatkan subsidi
Raskin terbesar. Sedangkan untuk pengumpulan data diperoleh dengan
cara pengamatan , wawancara serta dokumentsi.
Kasil penelitian ini menunjukan bahwa sejauh ini Implementasi Program
Raskin Di Surabaya khususnya di Kecamatan Sawahan dan Tambaksari
masih dinilai belum maksimal dan tingkat keberhasilan sekitar 70% - 80%,
karena masih banyak kekurangan diantaranya ditingkatkan sosialisasi
intensinya karena hanya dilakukan sekali, persiapan data masih jauh dari
keadaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
2.2
Landasan Teori
2.2.1 kebijakan publik
2.2.2 pengertian kebijakan publik
Suatu aspek penting di dalam sebuah Bangsa dan Negara selain
pemrintahan atau pemimpin adalah masyarakat, karena fungsi masyarakat
adalah sebagai salah satu syarat terbentuknya Negara, masyarakat sebagai
kelompok sosial dalam suatu Negara memerlukan adanya sebuah interaksi
antara pemimpin dengan kelompok masyarakatnya. Sebagai salah satu
tujuan Negara adalah mensejahterakan rakyatnya, karena sebagai bangsa
yang besar dan maju maka kepentingan masyarakat harus diutamakan.
Interaksi antara kelompok masyarakat dengan pemimpin suatu Negara
harus berlandaskan atas kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat
sebagai cita – cita bangsa dan Negara. Pemerintah dan masyarakat
memiliki peran masing – masing dalam mewujudkan tujuan dari
terbentuknya suatu Negara.
Peran pemerintah dalam mewujudkan cita – cita bangsa dan Negara
yaitu dengan memberikan dan merumuskan suatu peraturan – peraturan
atau kebijakan – kebijakan yang nantinya akan di implementasikan pada
kehidupan masyarakat, hal ini bertujuan untuk memberikan suatu bentuk
pelayanan ataupun aturan – aturan yang memiliki makna perubahan atau
bantuan sosial bagi kehidupan masyarakat sehingga lebih tertata, terarah
dan sejahterah . Aturan yang diberikan pemerintah untuk masyarakat,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
tentunya akan membawa dampak positif maupun negatif. Positif hal ini
bermakna perubahan dan negatif dalam hal ini membawa sebuah
pertentangan yang berisikan tidak setujunya sebagian masyarakat terhadap
suatu aturan yang dikeluarkan pemerintah.
Aturan – aturan atau kebijakan pemerintah, tentunya berisikan
sebuah kebijakan yang terlebih dahulu dirumuskan dan nantinya dapat di
implementasikan pada masyarakat atau publik, sehingga harapan akan
tujuan dari kebijakan tersebut dapat terlaksana.
Konsep kebijakan publik menurut Eston dalam Tangkilisan (2003 :
1 ) yaitu pengalokasian nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaanya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat
melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut
merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang
merupakan bentuk dari pengalokasian nilai kepada masyarakat.
Menurut Fredericson dan Hart dalam Tangkilisan (2003 : 19)
mengatakan, kebijakan adalah “ suatu tindakan yang mengarah pada
tujuan yang diusulkan oleh seorang, kelompok, atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu sambil mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau
mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Menurut Leaster dan Stewart dalam Winarno (2004 : 29)
mengatakan, kebijakan publik adalah “proses atau serangkaian keputusan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
atau aktivitas pemerintah yang didesain untuk mengatasi masalah publik ,
apakah hal itu riil ataukah masih direncanakan .
Selanjutnya menurut Chandler dan Plano dalam Harbani ( 2008:38)
mengemukakan, kebijakan publik yaitu pemanfaatan yang strategis
terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah
masalah publik atau pemerintah.
Sedangkan menurut Udoji dalam Wahab ( 2005 : 5) kebijaksanaan
negara adalah suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan
tertentu yang diarahkan pada suatu masalah atau sekelompok masalah
yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa
kebijakan publik adalah suatu aktivitas pemerintah yang merupakan
keputusan pemerintah untuk memecahkan suatu permasalahan publik baik
secara langsung maupun lembaga yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat.
2.2.3
Tahap- Tahap kebijakan Publik
Menurut Dunn dalam Tangkilisan (2003 : 8 ) tahap-tahap
kebijakan dibagi menjadi :
1. Penetapan agenda kebijakan (agenda setting )
tahap pertama penetapan agenda kebijakan adalah menentukan
masalah publik yang akan dipecahkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
2.
Formulasi kebijakan (policy setting )
Mengidentifikasikan kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan
melalui prosedur forcasting untuk memecahkan masalah yang
didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan
yang akan dipilih
3. Adopsi kebijakan (policy adoption)
Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan
pilihan kebijakan melalui dukungan para stakeholders atau pelaku
yang terlibat.
4. Isi Kebijakan (policy Implementation)
Implementasi berkaitan denganberbagai kegiatan yangdiarahkan
untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksecutif
mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan
menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.
5. Evaluasi kebijakan (policy assesment)
Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian
terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam
penelitian ini semua proses implementasi dinilai apakah telah
sesuai dengan yang telah ditentukan atau direncanakan dalam
program kebijakan tersebut sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteriakriteria) yang telah ditentukan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
2.2.4
Sifat Kebijakan Publik
Menurut Agustino (2006 : 9 ) sifat kebijakan publik sebagai bagian
dari suatu kegiatan dapat dimengerti secara baik bila dibagi-bagi dalam
beberapa kategori. Yaitu:
1. Policy Demands atau Permintaan Kebijakan
Merupakan permintaan atau kebutuhan atau klaim yang dibuat oleh
warga masyarakat secara pribadi atau kelompok dengan resmi
dalam sistem politik , oleh karena adanya masalah yang mereka
rasakan.
2. Policy Decision atau Putusan Kebijakan.
Adalah
putusan
yang
dibuat
oleh
pejabat
public
yang
memerintahkan untuk memberi arahan pada kegiatan-kegiatan
kebijakan.
3. Policy Statement atau Pernyataan Kebijakan
Adalah
ungkapan secara formal atau artikulasi dari keputusan
politik yang telah ditetapkan.
4. Policy Output atau Hasil kebijakan
Adalah perwujudan nyata dari kebijakan publik atau sesuatu yangs
esungguhnya dikerjakan menurut keputusan dan pernyataan
kebijakan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
5. Policy Outcome atau Akibat dari kebijakan
Adalah konsekuensi kebijakan yang diterima masyarakat,baik yang
diinginkan atau yang tidak diinginkan, yang berasal dari apa yang
dikerjakan atau yang tidak dikerjakan oleh pemerintah.
2.3
Implementasi Kebijakan Publik
2.3.1 Pengertian Implementasi
Implementasi menurut Mazmian dan Sabatier dalam Wahab ( 2002
: 65 ), menyatakan bahwa implementasi yaitu memahami apa yang
senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau
dirumuskan merupakan fokus perhatian pada suatu kebijakan.
Hartono dalam Alisjahbana (2004: 28 ) dapat diartikan sebagai
suatu upaya untuk memahami “apa yang senyatanya ada dan terjadi”
sesudah suatu program yang dirumuskan, yaitu peristiwa-peristiwa dan
kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan publik,
baik itu menyangkut peristiwa-peristiwa.
Wahab (2002:64) mengatakan bahwa “implementasi kebijaksanaan
adalah penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu”. Implementasi biasanya berbentuk
undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah
eksekutif,
atau dekrit
kebijaksanaan
tidak
presiden.
memiliki
Dengan demikian,
kaitan
dengan
implementasi
badan-badan
yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
ketaatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung
mempengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah
proses yang sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan
administrative yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program
yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari
semua pihak yang terlibat.
2.3.2 Model Implementasi Kebijakan
Dalam implementasi kebijakan ada beberapa bentuk model
implementasi yang dikenal. Model ini berguna menyederhanakan sesuatu
bentuk dan memudahkan dalam pelaksanaan kebijakan.
Menurut Edward III dalam widodo (2001:195) adalah “direct and
inderect impact on implementation” mengajukan empat faktor atau
variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan
implementasi kebijakan. Empat faktor atau fariabel tersebut antara lain
meliputi communication ( komunikasi ), resources ( sumber daya ),
dispositions (disposisi), dan bureaucratic structure (struktur birokrasi).
Empat faktor atau fariabel yang mempengaruhi implementasi
kebijakan tadi saling berinteraksi satu sam lain. Dimana faktor
komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi mempengaruhi
secara langsung terhadap implementasi kebijakan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
Gambar 2.1
Model Implementasi Kebijakan Edward III
Commucation
Resource
Implementasion
Disposition
Bureaucratic
structure
Sumber : Widodo, 2001:107
a. Komunikasi
Edward III dalam Widodo (2001:199), komunikasi dalam
implementasi kebijakan mempunyai peranan penting tidak hanya bagi
implementor ( pelaksana ), tapi juga bagi policy maker ( pembuat
kebijakan ), karena bagaimanapun juga dalam implementasi yang efektif,
para policy maker dalam meminta pelaksana ( implementors ) tidak
sekedar dengan putunjuk yang jelas, tetapi yang lebihh penting adalah
adanya konsistensi komunikasi dari atas kebawah dalam arti arus
komunikasi yang terjadi harus jelas dan tegas.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
b. Sumber Daya
Menurut Edward III Faktor sumber daya juga mempunyai peran
penting dalam implementasi kebijakan. Karena bagaimananpun jelas
konsistensinya kententuan – ketentuan atau aturan – atauran tersebut, jika
para pelaksanan kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan, kurang mempunyai sumber – sumber untuk melakukan
pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut juga tidak
akan bisa efektif. Sumber – sumber di dalam implementasi kebijakan yang
dimaksud yaitu :
1. Staf ( sumber daya manusia )
Dalam konteks ini setiap sumber daya manusia harus memiliki
keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan tugas, anjuran ,
perintah dari atsan (pimpinan)
2. Dana atau anggaran
Dalm implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan
kecukupan modal atau investasi atas suatu program atau
kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa
dukungan anggaran yang memadai, kebijakan tidak akan
berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan da sasaran.
3. Informasi
Informasi yang relevan dan cukup tentang bagaimanan cara
mengimplementasikan suatu kebijakan dan kerelaan atau
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
kesanggupan
dari
berbagai
pihak
yang
terlibat
dalam
implementasi kebijakana tersebut.
4. Kewenangan
Diperlukan
untuk
menjamin
dan
meyakinkan
bahwa
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan
yang mereka kehendaki.
5. Fasilitas
Merupakan sarana yang digunakan untuk oprasionalisasi
implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung, tanah dan
sarana yang semuanya akan memudahkan dalam memberikan
pelayanan dalam implementasi kebijakan.
c. Disposisi
Menurut Edward III dalam Widodo (2001:203) disposisi dalam
implementasi
kebijakan
publik
diartikan
sebagai
kecenderungan,
keinginan, atau kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan
kebijakan. Implementasi kebijakan jika ingin berhasil secara efektif dan
efisien, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan itu,
tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan
kebijakan tersebut.
d. Struktur Birokrasi
Meskipun sumber – sumber untuk mengimplementasikan suatu
kebijakan cukup dan para pelaksana mengetahui apa dan bagaimana cara
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan untuk melakukanya,
implementasi bisa jadi masih belum efektif, karena adanya ketidak
efisienan struktur birokrasi (deficiences in bureaucratic structure).
Dari model implementasi kebijakan diatas, maka dalam penelitian
ini , peneliti akan menggunakan model tersebut untuk digunakan dalam
menganalisa fenomena tentang kebijakan Peraturan Walikota Surabaya
Nomor 76 Tahun 2012 tentang Program Pemberian Permakanan Bagi
Penyandang Cacat Miskin Dan Terlantar. Yang menitik beratkan pada
Implementasi Program Pemberian Permakanan Bagi Penyandang Cacat
Miskin Dan Terlantar Di Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir Kota
Surabaya. Pilihan model ini ditetapkan dengan pertimbangan serta
kecocokan model tersebut dengan fenomena penelitian yang ada di
Kelurahan Pegirian.
2.3.3 Faktor Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Menurut Ripley dan Franklin dalam Tangkilisan (2003 : 21 )
menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan ditinjau dari tiga faktor
yaitu :
1.
Perpektif Kepatuhan (compliance) yang mengukur implementasi
dari kepatuhan strat – level burcrants terhadap atas mereka.
2.
Kelancaran rutinitas dan tindakan persoalan
3.
Mengarah pada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama
kelompok penerima manfaat yang diharapkan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
Sedangkan
Grindle
dalam
Syaukani
(2002
:
296
)
mengidentifikasikan ada dua hal yang sangat menentukan keberhasilam
implementasi, yaitu :
1. Isi kebijaksanaan , meliputi :
a) Kepentingan siapa saja yang terlibat
b) Macam-macam manfaat
c) Sejauh mana peribahan akan diwujudkan
d) Tempat pembuatan keputusan
e) Siapa yang menjadi implementasi agensi
f) Sumberdaya yang disediakan
2.
Konteks, Meliputi :
a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi para aktor yang
terlibat
b) Karakteristik lembaga dan rezim
c) Sesuai dengan kaidah dan tingkat responnya.
2.3.4
Faktor Kegagalan Implementasi Kebijakan
Menurut Peters dalam Tangkilisan (2003 : 22 ) Implementasi
kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor , yaitu :
1.
Informasi
Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya
gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun
kepada
para
pelaksana
dari
isi
kebijakan
dilaksanakannnya dan hasil-hasil dari kebijakan itu.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang
akan
26
2.
Isi Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samanya isi atau
tujuan kebijakan atau ketidak tepatan dan ketidaktegasan intern dan
ektern atau kebijakan itu sendiri, menunjukan adanya kekurangan
yang
sangat
berarti
atau
adanya
kekurangan
yang
menyangkutsumberdaya pembantu.
3.
Dukungan
Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada
pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut
4.
Pembagian Potensi
Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor
implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam
kaitannya, dengan diferensiasi tugas dan wewenang.
Sunarko (2000 : 185 ) mengemukakan bahwa pelaksanaan
kebijakan itu dapat mengalami kegagalan atau tidak dapat membuahkan
hasil yang disebabkan oleh :
a)
Teori yang menjadi dasar kebijakan tidak tepat, oleh karena itu
harus dilakukan reformulation terhadap kebijakan tersebut
b)
Sarana yang dipilih untuk pelaksanaannya tidak efektif.
c)
Sarana
yang
digunakan
tidak
atau
kurang
sebagaimana mestinya.
d)
Isi dari kebijakan bersifat samar-samar
e)
Tidak adanya kepastian faktor intern dan ekstern
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dipergunakan
27
f)
Kebijakan yang ditetapkan mengandung banyak lubang
g)
Dalam pelaksanaan kurang memperhatikan masalah teknis
h)
Adanya kekurangan akan tersedianya sumber-sumber pembantu
(waktu, uang, dan sumberdaya manusia).
2.3.5 Prospek Untuk Memperbaiki Implementasi Kebijakan
Proses Implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan
komplek. Kerumitan tersebut disebabkan banyak faktor, baik menyangkut
karakteristik program-program yang dijalankan maupun oleh aktor-aktor
yang terlibat dlaam implementasi ( winarno , 2007 : 216 )
Semua bentuk kebijaksanaan sebenarnya mengandung resiko untuk
gagal. Hogwood dan Gunn dalam Wahab (2005 : 61 ) membagi pengertian
kegagalan kebijaksanaan (policy failur) kedalam dua kategori yaitu non
implementation ( implementasi yang tidak berhasil ).
Tidak
terimplementasikan
mengandung
arti
bahwa
suatu
kebijaksanaan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena
pihak yang terlibat tidak mau bekerja sama, atau mereke bekerja tidak
efisien, bekerja setengah hati atau karena mereka tidak sepenuhnya
menguasai permasalahan yang dikerjakan diluar jangkauankekuasaannya.
Sehingga betapapun gigih usaha mereka, hambatan yang ada tidak
sanggup mereka tanggulangi, akibatnya implementasi yang efektif sukar
dipenuhi.
Implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana , namun mengingat kondisi ekternal
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
tidak menguntungkan ( semisal terjadi peristiwa pergantian kekuasaan,
bencana alam dan sebagainya) sehingga kebijaksanaan tidak berhasil
dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki.
Menurut Islamy ( 2004 : 107 ) kebijaksanaan akan menjadi efektif
apabila dilaksanakan dan berdampak positif bagi anggota masyarakat.
Selain itu untuk mencapai pelaksanaan kebijaksanaan proses komunikasi
harus baik yaitu menyebarluaskan kebijaksanaan kepada anggota
masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang
menjadi anggota masyarakat itu bersesuaian dengan apa yang diinginkan
oleh pemerintah dan negara. Dengan demikian kalau mereka tidak
bertindak/ berbuat sesuai dengan keinginan pemerintah/ negara itu, maka
kebijaksanaan negara menjadi tidak efektif.
Implementasi kebijakan adalah tahap paling krusial dalam proses
kebijakan. Untuk memperbaiki implementasi kebijakan, maka ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan, menurut Win