Bab 2 Rekayasa dan Wirausaha Alat Komunikasi Sederhana

(1)

R

ek

ay

asa

Rekayasa dan Wirausaha

Alat Komunikasi Sederhana

BAB 2

A. Mengenal Alat Komunikasi

1. Alat Komunikasi Tradisional dan Modern

Ilmu rekayasa adalah ilmu yang melibatkan banyak disiplin ilmu lainnya atau disebut juga multi-disiplin. Produk rekayasa alat komunikasi tidak terlepas dari perkembangan pola komunikasi, penemuan di bidang elektronika, perkembangan ilmu desain visual dan kewirausahaan.

Komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan manusia sepanjang hidupnya. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Komuni-kasi langsung adalah komuniKomuni-kasi yang dilakukan antar manusia tanpa peran-tara media atau orang lain, dan tidak dibatasi oleh jarak. Komunikasi langsung terjadi saat guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa atau saat kita berdiskusi dengan teman-teman di kelas. Sedangkan komunikasi tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara orang lain atau melalui media. Pada masa lalu komunikasi tidak langsung sudah ada namun masih sangat terbatas medianya. Salah satu contohnya adalah menggunakan media tradisional isyarat asap seperti yang digunakan bangsa Yunani (522 –486 SM) dan Suku Indian Amerika Utara. Komunikasi tidak langsung yang saat ini kita lakukan misalnya dengan mengirimkan sms (short message) atau email kepada teman kita. Komunikasi tidak langsung juga terjadi saat kita menonton televisi atau mendengarkan radio.

Pada masa pemikir pada masa Sebelum Masehi, Aristoteles (384-366 SM) menjelaskan model komunikasi secara sederhana dengan adanya pembicara (speaker), pesan yang dikatakan (speech), dalam konteks tertentu (occasion), adanya pendengar dan akibat dari perpindahan pesan tersebut.

Speech Audience Effect

Speaker

Occasion


(2)

Pada abad ke 20, seiring dengan perkembangan teknologi, Harold Dwight Lasswell, ahli komunikasi, menekankan pentingnya medium atau media dalam model komunikasi. Menurut Lasswell, unsur-unsur komunikasi terdiri atas komunikator, pesan, media, penerima dan akibat.

Media komunikasi dapat dipahami juga sebagai alat komunikasi. Alat komu-nikasi modern berkembang pesat sejalan dengan perkembangan teknologi elektronik.Teknologi elektronik berkembang pada abad ke-20, diawali dengan penemuan Efek Edison oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1883. Penemuan tersebut berkembang menjadi penemuan-penemuan berikutnya, telegraf tanpa kabel pada tahun 1896, komunikasi radio jarak jauh pada tahun 1901, radio penerima jarak jauh pada tahun 1918, dan televisi pada tahun 1927. Pada tahun 1966, mesin fax yang memanfaatkan sambungan telepon dipasarkan. Pada tahun 1990-an, alat komunikasi pager (radio panggil) mulai populer digu-nakan di Indonesia dan kemudian menurun popularitasnya seiring dengan munculnya layanan teks sms (short messages) pada pesawat telepon.

Saat ini kita mengenal alat komunikasi modern seperti telepon dan telepon genggam atau handphone (HP), televisi, radio, serta personal computer (PC),

laptop, dan computer tablet yang tersambung dengan jaringan internet, selain koran dan majalah yang juga merupakan alat komunikasi.

WHO

COMMUNICATOR

SAYS WHAT MESSAGE

IN WHICH CHANNEL MEDIUM

TO WHOM MESSAGE

WITH WHAT EFFECT MESSAGE

M O D E L K O M U N I K A S I L A S S W E L L

R

ek

ay

asa


(3)

Ilmu

R

ek

ay

asa

Tugas 1

Membuat Timeline Perkembangan Alat Komunikasi

Perkembangan media atau alat komunikasi terbagi atas beberapa periode waktu, dimulai dari penggunaan media tradisional hingga media modern yang saat ini digunakan. Perkembangan media atau alat komunikasi di Barat dan Timur juga memiliki perbedaan. Pada pembuatan tugas ini, kelas dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok bertugas mencari data untuk satu periode waktu. Data yang dihasilkan setiap kelompok akan digabung-kan dengan hasil kelompok lainnya, lalu disusun berdasardigabung-kan urutan periode waktunya menjadi sebuah timeline. Setiap kelompok, terdiri atas 3-5 orang - Setiap kelompok mencari data tentang sejarah perkembangan media

komunikasi pada rentang masa tertentu di wilayah tertentu, baik teks maupun gambar, dari berbagai sumber.

Misalnya, kelompok A mencari data tentang media komunikasi pada masa Sebelum Masehi di Dunia Barat. Kelompok B mencari data tentang media komunikasi tradisional di Indonesia, pada masa kerajaan Hindu dan Buddha, dan seterusnya hingga rentang waktu saat ini. Data yang dicari meliputi peristiwa yang terjadi dan latarbelakang terjadinya, penemuan dan penemunya, serta hal-hal penting lain yang terkait dengan perkem-bangan alat komunikasi pada masa tersebut. Ingatlah untuk mencatat sumber data dari setiap bahan yang diperoleh.

- Data yang diperoleh didiskusikan dalam kelompok dan dikonsultasikan dengan guru.

- Setiap kelompok menampilkan data-data yang diperoleh dalam bentuk

timeline, pada selembar kertas karton. Jangan lupa untuk menyertakan keterangan dari mana sumber data tersebut.

- Setiap kelompok mengurutkan timeline yang sudah dibuat, dengan

timeline dari kelompok lain sesuai dengan urutan kurun waktunya. - Semua kelompok dalam kelas bekerja bersama-sama menghasilkan


(4)

Alat komunikasi dapat dibedakan sebagai alat komunikasi tradisional dan alat komunikasi modern. Alat komunikasi tradisional pada umumnya meng- gunakan teknik sederhana dan manual, serta memiliki jarak yang terbatas (sebatas kemampuan pancaindra). Alat komunikasi modern memanfaatkan teknologi baru di antaranya teknologi elektronik yang memungkinkan terjadinya telekomunikasi atau komunikasi jarak jauh. Pemanfaatan teknologi elektronika juga memungkinkan alat komunikasi tidak digunakan di satu tempat, melainkan berpindah atau mobile. Alat komunikasi mobile, memanfaatkan sumber arus DC, sedangkan alat komunikasi yang statis seperti televisi pada umumnya menggunakan sumber arus AC. Alat komunikasi, bila dibedakan dari sumber arus yang digunakannya, dapat dibedakan menjadi alat komunikasi yang menggunakan arus AC dan alat komunikasi yang menggunakan arus DC.

Peralatan komunikasi yang memanfaatkan gelombang radio di antaranya: pemancar radio, pesawat radio, radio panggil (pager), radio walkie talkie

(two-way radio transciever), pada umumnya mobile atau dapat digunakan secara berpindah. Oleh karena itu, pesawat radio, radio panggil, dan radio walkie talkie,

memanfaatkan arus DC sebagai sumber listrik. Pada alat-alat komunikasi ini menggunakan baterai. Gelombang radio adalah transmisi/pengiriman sinyal tanpa kabel yang disebabkan oleh radiasi elektomagnetik dengan frekuensi antara 30 kHz sampai 300 GHz.

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(5)

2. Faktor Fungsi, Kenyamanan dan Estetik Alat Komunikasi

Alat komunikasi saat ini kita kenal dengan sebutan gadget (baca: gejet).

Gadget, meskipun arti sebenarnya adalah alat yang sangat berguna untuk fungsi tertentu, tidak hanya harus berfungsi secara teknis melainkan juga mem-pertimbangkan faktor kenyamanan dan keamanan pakai (ergonomis), dan keindahan (estetis). Sebuah produk komunikasi harus dapat berfungsi sebagai alat komunikasi, nyaman digunakan, dan memiliki nilai estetis. Sistem (misalnya jaringan radio) dan komponen elektronik yang ada di dalam alat komunikasi menyebabkan alat komunikasi dapat berfungsi dengan baik. Desain casing

yang bersentuhan langsung dengan pengguna harus memberikan kenyamanan dalam penggunaan serta memiliki nilai estetis agar pengguna merasa senang menggunakannya. Kenyamanan dan keindahan dipengaruhi oleh bentuk produk, material yang digunakan, tekstur, dan warna. Bentuk produk dan mate-rial yang digunakan untuk membuat casing harus mempertimbangkan sistem dan komponen elektronik yang terdapat di dalamnya.

R

ek

ay

asa

Sumber: Internet`

Gambar 2.2 Pager/Beeper

Sumber: Internet`

Gambar 2.3 Walkie Talkie

Sumber: http://www.123rf.com/


(6)

Perancangan sebuah produk seperti alat komunikasi, melibatkan keilmuan desain produk dan studi tentang dinamika elektron yang mempelajari ketenagaan listrik (power), kendali (control), komunikasi, keilmuan teknologi informasi (information technology)

R

ek

ay

asa

Fungsi Sistem dan Komponen Elektronik

Alat Komunikasi (elektronik)

Casing, bagian luar produk yang

bersentuhan dengan pengguna

Estetis Ergonomis

Studi dinamika

elektron

Desain Produk

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Bagan 2.2 Faktor-faktor, bagian serta Keilmuan yang Terkait dengan Alat Komunikasi

Latihan

Sebutkan faktor kenyamanan dan faktor keindahan dari produk-produk di bawah ini:

Faktor kenyamanan:

Faktor keindahan:

Sumber: Internet


(7)

mempertimbangkan

R

ek

ay

asa

Faktor kenyamanan:

Faktor keindahan:

Faktor kenyamanan:

Faktor keindahan:

Faktor kenyamanan:

Faktor keindahan: Sumber: Internet

Gambar 2.7 Telepon genggam dengan huruf Braille karya desainer Shinku Sun Sumber: Internet

Gambar 2.6 Telepon genggam dengan casing terbuat dari bambu

Sumber: Internet


(8)

Selubung atau casing dapat didesain sesuai dengan konsep desain dan estetika yang ingin ditampilkan. Konsep dan estetika disesuaikan dengan calon pembeli atau pengguna produk tersebut. Bila produk ini ditujukan untuk perempuan muda, desain selubung disesuaikan dengan selera perempuan muda, misalnya bentuknya tanpa sudut tajam dan cenderung membulat atau bergaris lengkung. Warna yang dipilih cenderung menggunakan warna yang lembut atau kemerahan, dan dapat pula ditambah dengan elemen grafis bergambar bunga. Desain semacam itu dapat disebut dengan konsep desain feminin. Selain konsep desain feminin, terdapat pula konsep desain maskulin, eco design yang mengedepankan ide penghargaan terhadap lingkungan hidup, futuristik yang menggambarkan masa depan, retro yang mengenang masa lalu, konsep modern, dan beragam konsep lainnya.

R

ek

a

yasa

Faktor kenyamanan:

Faktor keindahan:

Faktor kenyamanan:

Faktor keindahan: Sumber: Internet

Gambar 2.9 Laptop dengan casing bambu

Sumber: Internet


(9)

mempertimbangkan

R

ek

ay

asa

Gambar 2.11 Konsep desain feminin

Gambar 2.12 Konsep Eco Design

Gambar 2.13 Konsep desain modern


(10)

B. Material, Komponen dan Sumber Arus

1. Material dan Komponen

Alat komunikasi dengan teknologi elektronik yang tergolong ke dalam alat elektronik, terdiri dari bagian dalam yang berisi komponen elektronik dan bagian luar yaitu selubung atau yang sering disebut dengan casing. Bagian dalam terdapat beberapa komponen yang terbuat dari material tertentu sesuai dengan fungsinya di dalam sistem elektronik tersebut. Pada bagian casing, material yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan tampilan yang ingin dibuat. Material yang dapat digunakan untuk casing adalah bahan alam solid (seperti kayu, bambu, rotan) bahan sintetis (plastik), bahan olahan seperti plat logam ataupun serat dan tekstil. Material casing harus memenuhi syarat utama yaitu melindungi bagian dalam produk yang berupa rangkaian elektronik. Material casing juga harus mendukung kenyamanan, keamanan pengguna dan estetika.

2. Sumber Arus

Teknologi elektronik membutuhkan sumber arus listrik. Arus listrik yang digunakan sebagai sumber arus produk elektronik dapat berupa arus searah/DC (Direct Current) atau arus bolak balik/AC (Alternating Current). Sumber arus searah (DC), sesuai dengan namanya, mengalir satu arah dari kutub positif ke kutub negatif. Generator DC, baterai/elemen kering, aki (Accu)/elemen basah, bias sel (sering disebut baterai jam yang pipih), dan sel surya (solar cell) merupakan sumber arus listrik DC. Alat elektronik yang terdiri atas komponen elektronik daya kecil cukup menggunakan sumber arus DC. Sumber arus bolak balik/AC contohnya adalah sumber listrik yang dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Indonesia dan diesel pembangkit, digu-nakan untuk kebutuhan daya besar.

R

ek

ay

asa

Fungsi

Komponen Elektronik

Estetis

Ergonomis

Casing, bagian luar produk yang

bersentuhan dengan pengguna

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(11)

mempertimbangkan

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.15 Beragam jenis baterai/elemen kering

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.16 Accu/elemen basah

Sumber: www.antaranews.com


(12)

C. Proses dan Alat Produksi Alat Komunikasi

Proses produksi alat komunikasi dengan teknologi elektronik terdiri dari dua (2) tahapan utama yaitu pembuatan rangkaian elektronik dan proses pembuatan

casing, dan diakhiri dengan proses perakitan (assembling) yaitu menggabungkan bagian dalam dengan bagian casingnya. Proses pembuatan rangkaian elektronik membutuhkan ketelitian dan kepresisisan yang sangat tinggi. Satu kesalahan pemasangan komponen elektronik akan menyebabkan produk elektronik tidak dapat berfungsi. Casing harus mempertimbangkan kenyamanan, keamanan dan estetika. Proses produksi dan alat untuk pembuatan casing bergantung daripada material yang akan digunakan, karena setiap material memiliki cara pengolahan yang berbeda.

Proses produksi dapat dibedakan menjadi produksi secara manual dan produksi dengan mesin (machinal). Proses pembuatan rangkaian elektronik secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan solder (alat pemanas timah) untuk merekatkan komponen-komponen pada papan sirkuit (Printed Circuit Board/PCB), tang untuk memotong dan pinset atau tang kecil untuk mengambil dan memegang komponen elektronik yang berukuran kecil. Proses produksi manual me- mungkinkan pembuatan alat elektronik oleh individu, bukan pabrik. Proses pembuatan rangkaian elektronik dengan mesin atau robot dilakukan di pabrik. Penggunaan mesin pada produksi elektronik akan mengurangi peluang terjadinya kesalahan produksi, dan memastikan setiap produk memiliki kualitas yang sama.

R

ek

ay

asa

Proses Produksi Casing

Produk Elektronik Proses Perakitan Proses Produksi

Rangkaian Elektronika

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(13)

Proses produksi casing juga dapat dilakukan secara manual maupun masinal. Pembuatan casing secara masinal dilakukan di pabrik untuk produksi massal. Pada produksi massal umumnya casing dibuat dari material plastik dengan teknik injec-tion moulding atau vacum forming, atau logam dengan teknik press. Pewarnaan pada proses ini dilakukan dengan mencampur pewarna dengan bijih plastik. Mate-rial yang dapat digunakan untuk pembuatan casing secara manual adalah material alam seperi kayu, rotan, bambu, serat, atau logam lembaran, plastik lembaran, dan tekstil. Teknik manual yang digunakan adalah memotong serta membentuk dengan alat sederhana seperti gergaji, router dan bor dan merekatkan dengan lem, paku atau sekrup. Finishing manual dilakukan sesuai dengan material yang digu-nakan. Pada kayu, rotan atau bambu, finishing berupa pengamplasan, pelapisan pelindung atau pelapisan car dasar, dan cat warna.

D. Cara Merancang Produk Alat Komunikasi

Pembuatan produk baru selalu dimulai dengan munculnya ide, demikian halnya juga dengan perancangan alat komunikasi. Ide tidak dapat muncul begitu saja, Jika kita tidak melakukan pemikiran-pemikiran. Ide didapat mungkin saat kita melakukan pengamatan tentang hal-hal di sekeliling kita, pembicaraan dengan teman-teman dan maupun informasi yang diperoleh dari buku, surat kabar, televisi, radio dan internet.

1. Riset: Mengetahui, Mengenali, Memahami, dan Mengempati

Sebuah produk rekayasa ditentukan oleh unsur-unsur yang ada di dalam produk dan faktor-faktor yang ada di luar produk tersebut. Oleh karena itu sebe-lum membuat rancangan atau desain sebuah produk rekayasa, kita harus melakukan mencari tahu, mengenali, memahami serta mengempati beberapa hal yang ada di dalam produk, maupun hal-hal yang ada di luar produk tersebut. Mari kita mulai tahap pertama ini.

Apa yang ada dan terjadi di luar produk? 1. Tentukan target pasar atau pengguna. 2. Kenali target pasar atau pengguna:

a. ketahui fungsi apa yang diinginkan b. ketahui bentuk apa yang disukai c. ketahui warna apa yang disukai d. ketahui ergonomi yang sesuai

3. Ketahui trend saat ini, misalnya trend penggunaan barang bekas atau bahan alami sebagai ekspresi dari perhatian terhadap lingkungan hidup, trend

menggunakan material, bentuk, motif atau teknik produksi yang merupa-kan ciri khas daerah, atau trend lain sesuai gaya hidup dari target pasar atau pengguna karya produk rekayasa yang akan dibuat.

R

ek

ay


(14)

Dengan memikirkan hal-hal tersebut kita akan mendapatkan ide tentang produk rekayasa apa yang dibutuhkan konsumen atau desain casing seperti apa yang akan kita buat.

Untuk mendesain casing sebuah alat elektronik, seperti alat komunikasi seder-hana, kita harus memikirkan apa yang ada dan terjadi di dalam produk.

Apa yang ada dan terjadi di dalam produk?

4. Memahami fungsi-fungsi dari rangkaian elektronik yang akan dikemas. Misalnya, pada rangkaian elektronik alat komunikasi sederhana dengan sumber listrik DC, terdapat bagian-bagian dengan fungsi dan karakter tertentu. Sumber listrik DC, seperti baterai memiliki batas waktu penggu-naan, hingga waktunya sumber listrik harus diperbaharui atau diganti. Selubung pada bagian tersebut harus dapat dibuka-tutup untuk memfasili-tasi pergantian baterai. Bagian transistor umumnya melepaskan panas sehingga selubung pada bagian tersebut sedapat mungkin memiliki ventila-si atau lubang udara yang mendukung udara panas keluar dan udara luar dengan suhu kamar dapat masuk. Media komunikasi yang menggunakan suara menggunakan speaker yang mengeluarkan suara atau mic yang menerima suara. Selubung dirancang untuk dapat mendukung fungsi tersebut,

misalnya dengan membuat lubang- lubang suara pada selubung speaker. Rek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.18 Rangkaian radio dengan speaker dan tombol-tombol putar pengatur suara serta pencari gelombang


(15)

5. Mengetahui dimensi keseluruhan dari rangkaian, untuk dapat menentukan dimensi keseluruhan produk.

6. Memikirkan konfigrasi atau komposisi yang dimungkinkan dari elemen- elemen pada rangkaian elektronik untuk mengetahui peluang pengem- bangan desain selubung. Konfigurasi dapat dibuat dengan menempatkan semua tombol dalam posisi sejajar, atau bertumpuk, atau dipisahkan di kedua sisi speaker, atau penempatan lain sesuai ide siswa.

R

ek

a

yasa

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.19 Dimensi rangkaian radio untuk pembuatan selubung/casing

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(16)

2. Pengembangan Konsep Desain Selubung (

Casing

)

Tahap kedua dalam perancangan casing terdiri atas 4 kegiatan yaitu brain- storming atau curah pendapat, rasionalisasi, pembuatan prototype atau model, dan penentuan desain akhir.

a. Curah Pendapat (brainstorming)

Pemahaman akan produk dan target sasaran yang akan menjadi pengguna menjadi dasar dari kemunculan ide-ide konsep yang dapat dikembangkan untuk desain selubung. Pada proses brainstorming ini, bebaskan diri untuk menghasilkan ide-ide yang beragam dan sebanyak-banyaknya. Beri kesem-patan juga untuk munculnya ide-ide yang tidak masuk akal sekalipun. Tuangkan ide-ide tersebut ke dalam sketsa. Kunci sukses dari tahap brain- storming dalam kelompok adalah jangan ada perasaan takut salah. Setiap orang berhak mengeluarkan pendapat, saling menghargai pendapat teman, boleh memberikan ide yang merupakan perkembangan dari ide sebelum- nya, dan jangan lupa mencatat setiap ide yang muncul.

b. Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah proses mengevaluasi ide-ide yang muncul dengan beberapa pertimbangan teknis, di antaranya: apakah ada materal yang tepat untuk mewujudkannya? Apakah memungkinkan untuk diproduksi dengan teknik produksi yang dimiliki saat ini? Bagaimana proporsi dan ukuran yang sesuai untuk produk tersebut agar mudah digunakan oleh manusia?

R

ek

ay

asa

Sumber: internet


(17)

Perhatikan sketsa-sketsa yang telah dibuat, pilih ide-ide yang dianggap baik dan potensial dalam membangun satu (atau lebih) konsep desain selubung. Kembangkan ide-ide ini dengan rasional, dan tuangkan ke dalam sketsa-sketsa.

c. Prototyping atau membuat studi model

Sketsa ide yang dibuat pada tahap-tahap sebelumnya adalah format 2 dimensi. Produk casing yang akan dibuat adalah tiga dimensi. Jadi studi bentuk selanjutnya dilakukan dalam format tiga dimensi yaitu dengan studi model. Studi model dapat dilakukan dengan material bukan sebenarnya, dapat menggunakan karton, styrofoam, lilin malam (clay), tanah liat atau barang bekas. Alat bantu yang dapat digunakan dalam pembuatan studi model adalah gunting, cutter, lem, selotip (alat pemotong dan bahan perekat).

R

ek

ay

asa

Sumber: internet

Gambar 2.22 Sketsa ide bentuk radio yang terpilih

Sumber: internet


(18)

d. Penentuan Desain Akhir

Hasil studi model dapat dipilih 3 sampai 5 alternatif desain akhir. Penetapan desain akhir dapat dilakukan melalui diskusi atau evaluasi terhadap alternatif desain yang ada oleh orang lain bersama dengan desainer. Proses evaluasi menghasilkan umpan balik yang bermanfaat dalam menentukan desain akhir yang terpilih.

E. Pengemasan dan Perawatan Produk

Alat Komunikasi dengan Sumber Arus DC

Kemasan produk memiliki dua fungsi: fungsi perlindungan terhadap produk dan fungsi identitas. Saat memberi pesawat radio, kita mendapati pesawat radio tersebut berada dalam sebuah kotak karton atau kardus yang di dalamnya terdapat styrofoam atau lipatan karton yang membentuk konstruksi tertentu. Kardus, styrofoam, dan lipatan karton tersebut berfungsi melindungi produk dari benturan dan guncangan yang mungkin terjadi saat produk didistribusikan.

R

ek

ay

asa

Komponen elektronik

Kemasan untuk distribusi dan branding

Casing produk elektronik

Rangkaian elektronik Selubung/casing Kemasan

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.25 Rangkaian elektronik radio, produk radio, Sumber: Dokumen Kemdibud

Gambar 2.24 Ilustrasi pembedaan casing dengan kemasan untuk distribusi dan branding


(19)

Pada permukaan luar kardus produk, terdapat identitas produk yang ditampil-kan melalui gambar atau foto produk, nama atau merek, dengan penggambaran dan pemilihan warna yang khas sesuai dengan karakter produk di dalamnya.

R

ek

ay

asa

Sumber: Internet

Gambar 2.28 Kemasan kardus dengan gambar produk radio

Fungsi distribusi

Kemasan

Fungsi identitas

tahan benturan dan cuaca

ukuran sesuai standar truk/kontainer

menarik perhatian

pembeli

ada nama dan gambar

produknya

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.26 Peta Pikiran (Mind Map) Kemasan Dilihat dari Fungsi Distribusi dan Identitas

Sumber: www.magno.com


(20)

Kemasan akan dibuang, disimpan atau digunakan untuk fungsi lain, setelah produk telah sampai pada pengguna. Produk alat rekayasa, seperti alat elektronik digunakan sehari-hari sehingga kemasannya tidak dibutuhkan lagi. Casing produk elektronik dibuat untuk dapat melindungi komponen bagian dalam. Namun demikian, ada beberapa perawatan yang perlu dilakukan pada produk elektronik seperti alat komunikasi dengan sumber arus DC. Pada produk yang menggunakan sumber arus DC, harus dipastikan baterai dalam keadaan baik agar tidak merusak bagian lain yang terdapat di dalam produk. Baterai yang tidak dapat di-charge

ulang sebaiknya dikeluarkan apabila produk tidak digunakan pada jangka waktu lama. Baterai jika tidak digunakan dalam waktu lama dapat berkarat. Bagian lain yang harus diperhatikan adalah celah atau lubang yang terdapat pada produk. Pada radio atau alat elektronik lain, celah terdapat pada speaker dan lubang aliran udara (mencegah produk terlalu panas). Celah atau lubang ini dapat dibersihkan secara berkala dari debu agar debu yang berkumpul pada tepi celah tidak masuk ke dalam produk. Produk elektronik pada umumnya menghasilkan panas yang jika berlebihan dapat merusak komponen eletronik yang ada di dalamnya. Produk rekayasa elektronik sebaiknya dijaga agar tidak terlalu panas, dijauhkan pula dari panas yang berasal dari luar produk dan jauhkan dari air (kecuali jika casing di- desain khusus antiair/waterproof).

F. Wirausaha di Bidang Alat Komunikasi

Wirausaha, menurut asal katanya terdiri atas kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu. Pengertian wirausaha, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun kegiatan untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya. Pelaku wirausaha, dikenal juga dengan sebutan wirausahawan atau entrepreneur, adalah seseorang yang memiliki kualitas jiwa kepemimpinan dan inovator pemikiran dalam melakukan usaha. Entrepreneur

dapat diartikan juga sebagai seseorang yang mampu mewujudkan ide ke dalam sebuah inovasi yang sukses. Kewirausahaan, atau entrepreneurship memiliki pengetian yang lebih luas lagi. Kewirausahaan, seperti tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Entrepreneurship adalah sikap dan perilaku yang melibatkan keberanian mengambil risiko, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.

R

ek

a


(21)

Sifat-sifat seorang wirausahawan seperti berikut. a. Percaya diri

Kepercayaan diri seseorang akan membuatnya memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya, berani mandiri dan tidak tergantung pada orang lain serta memiliki optimisme yang tinggi.

b. Berorientasikan tugas dan hasil

Setiap upaya atau kerja yang dilakukan menuju pada target kerja dan target hasil yang ditentukannya.Kerja dilakukan dengan penuk ketekunan dan kerja keras, ketabahan, dan penuh tekad.

c. Berani mengambil risiko

Salah satu hal penting dalam melakukan dalam memulai berbuat sesuatu yang baru adalah berani mengambil resiko untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Inovasi atau kebaruan tidak akan muncul bila kita melakukan hal-hal yang sudah dilakukan oleh orang lain, dan tidak berani melakukan yang belum pernah kita lakukan sebelumnya.

d. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah sikap yang dimiliki oleh seorang pemimpin di antaranya memiliki visi yang jelas, memiliki integritas dan kejujuran, mampu berkomuni-kasi dengan baik, menjadi teladan, rendah hati, mau mendengar, mampu memotivasi orang lain untuk melakukan tugasnya dan berlaku adil.

e. Keorisinalitas/Keaslian

Keaslian ide, gagasan, pemikiran dan keputusan dapat diperoleh dengan keluasan wawasan dan kemampuan berpikir kreatif, serta melihat peluang- peluang yang ada.

f. Berorientasi ke masa depan

Masa depan memiliki berbagai peluang dan tantangan yang berbeda dengan saat ini. Seorang dengan kewirausahaan berani melihat peluang dan tantangan tidak hanya di saat ini, melainkan juga di masa depan.

Salah satu indikator atau tanda seseorang memiliki entrepreneurship atau jiwa kewirusahaan adalah mampu membuat usaha bisnis sendiri, menjadi wirausahawan. Wirausaha dalam bidang alat komunikasi sederhana termasuk ke dalam bidang usaha elektronik. Berwirausaha di bidang elektronik dapat menjadi pedagang alat eletronik dengan inovasi cara penjualan dan distribusi, menyediakan jasa reparasi atau perbaikan alat elektronik, maupun menjual alat eletronik buatan sendiri.

R

ek

ay


(22)

Karakteristik wirausahawan yang berhasil

Keberhasilan wirausahawan adalah saat usahanya dapat menghasilkan keun-tungan atau laba, mampu mempekerjakan banyak orang, memberikan bagi lingkungan sekitarnya, serta dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa dan negaranya.

Berikut ini adalah 3 (tiga) buah artikel tentang wirausahawan Indonesia di bidang elektonik. Mari kita perhatikan, sifat-sifat atau karakter apa yang mereka miliki dan hal apa yang telah mereka berikan kepada lingkungannya.

Artikel 1

Kisah Sukses: Dulu Dianggap Pengemis, Sekarang Bos 10/06/2013

oleh: Tim Redaksi (Suara Hidayatullah, Edisi 1/XXVI/Mei 2013/Jumadil Ahir/1434) Dianggap Pengemis Karena Keterbatasan Fisik

Keterbatasan fisik bukan penghalang meraih kesuksesan. Paling tidak itulah yang tercermin pada Sugimun, pemilik tiga unit toko elektronik “Cahaya Baru”.

Suatu ketika Sugimun pergi ke Solo untuk membeli mobil. Ketika akan masuk ke sebuah show room mobil, seorang karyawan menghampirinya dan mengulur-kan uang recehan kepadanya. Diperlakumengulur-kan seperti itu Sugimun segera menukas, “Oh, saya bukan pengemis, Mas. Saya cari mobil.” Tentu saja si karyawan tersebut kaget dan cepat-cepat masuk ke dalam sambil menanggung malu. Menurut Sugi-mun, si karyawan mengira dirinya seorang pengemis karena menggunakan kursi roda, “Waktu itu sopir saya sudah duluan masuk show room,” kenang Sugimun tersenyum. Lelaki yang lahir tahun 1970, di Dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ini adalah pemillik toko elektronik “Cahaya Baru” di Kota Trenggalek dan Magetan, Jawa Timur. Bagi orang Trenggalek , Magetan, dan sekitarnya, nama toko itu sudah tidak asing lagi. “Cahaya Baru” dikenal sebagai toko elektronik yang cukup besar. Omsetnya sudah mencapai 150 juta per bulan. Sugimun memberi nama tokonya dengan “Cahaya Baru”, dengan maksud untuk mewakili sebuah harapan baru bagi diri dan keluarganya, Keberhasilan Sugimun seperti sekarang tidak lepas dari usaha dan doa ibunya. Maklum, selain sejak kecil cacat, Sugimun juga lahir dari keluarga miskin. Saking miskinnya, ia tidak sempat menge- nyam pendidikan formal. “Sekolah TK saja enggak pernah,” kenangnya.

Perubahan kehidupan Sugimun berawal pada usia 19 tahun. Ketika itu, seorang aparat desa, beberapa orang dari Dinas Sosial datang ke rumahnya. Mereka mengajak Sugimun mengikuti program penyantunan dan rehabilitasi sosial dan penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa (PSDB) “Suryatama” di kota Bangil, Jawa Timur. Di tempat tersebut, Sugimun mengikuti bimbingan fisik, mental, serta pendidikan kejar Paket A. “Pada awalnya, saya merasa rendah diri karena semua teman saya penyandang cacat memiliki pendidikan formal mulai dari SD, SMP bahkan ada yang lulusan SMA,” kenangnya. Adapun dirinya belum mengenal baca tulis. Namun, karena tekadnya untuk bangkit dan tidak ingin bergantung pada orang lain, rasa rendah diri itu dibuangnya jauh-jauh.

R

ek

a


(23)

Di Suryatama, ia belajar keterampilan elektronik seperti radio, sound system, kipas angin, televisi, dan lain sebagainya,” katanya.

Setelah dua tahun mengikuti program pelatihan, Sugimun kembali pulang kampung. Namun, ia tidak punya aktivitas di desanya. Akhirnya, ia mencoba men-cari kerja di tempat usaha servis elektronik. Sayangnya, kebanyakan berujung pada penolakan. “Mungkin mereka menilai saya tidak cukup mampu bekerja dengan baik karena kondisi fisik seperti ini,” kenangnya. Yang menyedihkan, seringkali ia disangka pengemis saat melamar pekerjaan. Ia baru bisa bekerja tatkala seorang teman di Kediri menerimanya sebagai karyawan sebuah bengkel elektronik. Namun, karena suatu alasan, tidak sampai satu tahun, ia memutuskan untuk pulang kampung. Ia pun mencoba melamar pekerjaan di kota kelahirannya. Lagi-lagi ia kembali mendapatkan penolakan, “Hal ini membawa saya pada kesim-pulan bahwa saya harus membuka lapangan pekerjaan untuk bisa bekerja,” katanya.

Berbekal Restu sang Ibu

Dengan kondisi ekonomi yang serbasulit serta pengalaman yang ditolak berka-li-kali membuat Sugimun nekad berusaha sendiri. Berbekal restu sang ibu, tahun 1992 ia menjual perhiasan emas milik ibunya senilai Rp. 15.000,-. Uang tersebut sebagian ia pakai untuk menyewa lapak emperan pasar sayur Magetan. Di tempat yang kecil itu, ia membuka usaha jasa servis elektronik dan menjual isi korek api. Dengan perlengkapan seadanya, setiap hari ia melayani pelanggannya. Untuk menjalankan usahanya, Sugimun harus berjuang keras. Betapa tidak, jarak perjalan- an dari rumah ke tempat usahanya sangatlah jauh. Dari desanya yang terpencil, ia harus berjuang menempuh jarak satu kilometer untuk menuju ke tempat mangkal angkutan umum yang akan membawanya ke kiosnya. Belum lagi jarak menuju pasar sayur. Ditambah lagi naik-turun angkutan umum. Bagi orang yang fisiknya normal, hal itu bukan masalah. Namun bagi Sugimun yang kakinya layuh (lumpuh) akibat polio, terasa berat.

Usahanya itu juga terkadang ramai, terkadang sepi. “Namun, saya tetap yakin Allah Mahaadil, Pengasih, dan Pemurah,” katanya. Dengan penuh ketelatenan dan kesungguhan, Sugimun berusaha meraih kepercayaan para pelanggan, terutama dalam menepati janji. Ia berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ia juga tidak pelit menjelaskan kepada pelanggannya tentang kerusakan dan onderdil yang harus dibutuhkan, termasuk harga dan kualitas onderdil yang bervariasi. “Ternyata dengan cara seperti itu kepercayaan bisa didapatkan,” katanya. Kiosnya semakin sering dikunjungi orang. Berarti, kebutuhan akan onderdil elektronik juga meningkat. Peluang inilah yang ia baca. Ia mulai menyisihkan uangnya untuk modal pembelian onderdil. Sedikit demi sedikit ia juga melengkapi kiosnya dengan barang elektronik. Karena makin lama barangnya kian banyak, akhirnya ia memberanikan diri membeli toko. “Alhamdulillah ramai,” jelasnya. Kini ia telah memiliki tiga unit toko.

R

ek

a


(24)

Meski kini menjadi orang sukses, Sugimun tidak lupa terhadap keluarganya. Sebagai anak tertua dari delapan saudara, ia merasa bertanggung jawab atas keberlangsungan pendidikan adik-adiknya. Oleh karenanya, sebagian rezekinya ia gunakan untuk membantu biaya pendidikan tiga orang adiknya. Ia mangajak mereka untuk membantu menjalankan toko elektroniknya. Ia berharap agar kelak saudara-saudaranya yang lain mampu mandiri. “Saya bahagia bisa menyekolahkan ketiga adik saya hingga tamat SMU,” katanya.

Kebahagiaannya makin lengkap ketika ia menemukan jodohnya bernama Nursiam. Perempuan yang ia nikahi itu kini memberinya tiga orang anak.

Selain itu, Sugimun juga membantu orang-orang di daerah sekitarnya. Ia tidak membantu dalam bentuk uang, melainkan berupa pemberian kesempatan pendi-dikan dan keterampilan. Ia membina beberapa yatim dan anak cacat agar memiliki berbagai keterampilan yang berguna bagi masa depan mereka kelak.

“Pengalaman masa lalu membuat saya sadar, bahwa pendidikan dan kete- rampilan sangat berguna bagi orang-orang seperti saya,” katanya sambil tersenyum. Ada tiga anak yatim cacat yang kini ia asuh. Tidak banyak memang, tetapi paling tidak, ia telah berbuat sesuatu untuk sesamanya.

Satu hal yang ia syukuri, ia hanya cacat fisik, bukan cacat rohani. Cacat fisik yang ia alami tidak membuatnya jatuh terpuruk mengharap belas kasih orang lain, melainkan sebagai pelecut semangat untuk menggapai cita-cita mandiri. Kini, meski ia secara fisik tidak sempurna, tetapi ia mampu berbuat lebih. Melebihi dari apa yang bisa dilakukan oleh orang normal. “Ini semua rahasia Allah, bahwa orang cacat seperti saya, diberi kemampuan untuk membantu orang lain,” katanya.

Artikel 2

Gobel Hidup seperti Pohon Pisang

Minggu, 03 Juni 2012 22:22 Nazir Amin

"Mengapa memilih usaha radio transistor?" Begitu pertanyaan Presiden Soekarno kepada pengusaha Drs. Thayeb Mohammad Gobel, di tahun 1950-an. Gobel men-jawab takzim: "Supaya pidato Bapak dapat sampai kepada orang-orang di desa, di tempat jauh terpencil, di kaki-kaki gunung, di pulau-pulau, meski di tempat- tempat tersebut belum ada listrik, Pak." Sejarah mencatat, hanya dalam kurun waktu satu dasawarsa (1954-1964) kemudian, sekitar satu juta unit radio transistor "Tjawang" berhasil diproduksi dan dipasarkan dengan baik oleh Thayeb Gobel.

Situs Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyebutkan, Thayeb Mohammad Gobel, kelahiran Tapa, Bone Bolango, Gorontalo, 12 September 1930, pengusaha sukses. Ia pelopor industri elektronik Indonesia dengan mendirikan National Gobel. Bukti kepeloporannya mengembangkan industri elektronik di Tanah Air, pemerintah menganugerahinya Satya Lencana Pembangunan.

R

ek

a


(25)

Kiprah Thayeb Gobel dimulai 1954, dengan mendirikan PT. Transistor Radio Manufacturing, pabrik radio transistor pertama di Indonesia, dengan nama brand

'Tjawang'. Ia bekerja sama dengan pihak Matsushita Electric Industrial Co., Ltd., Japan, pada 1960 untuk "Technical Assistance Agreement." Hanya dua tahun setelah itu, 1962, ia melahirkan produk TV pertama di Tanah Air. Ketika itu, perusa-haannya diminta merakit televisi hitam putih untuk Asian Games, di Jakarta. Sejak itu, bisnisnya di bawah bendera PT National Gobel, terus berkembang. Pada 27 Juli 1970, ia menjalin joint venture dengan Matsushita Electric Industrial Co., Ltd., di bawah nama PT National Gobel. Panasonic bekerja sama dengan National Gobel dalam penjualan produk-produk perusahaan Jepang tersebut, di Indonesia. Memasuki 1980, National Gobel jadi Gobel Dharma Nusantara. Lebih satu dasawarsa setelah itu, 1991, menjelma National Panasonic Gobel. Lalu, 1 April 2004 berganti nama jadi PT. Panasonic Gobel Indonesia. Sejak itu, setiap tahun Panasonic men-ciptakan produk terbaik, sebagai upaya melestarikan budaya kedua perusahaan yang telah diterapkan para pendirinya. Sampai saat ini, di Tanah Air, Panasonic tetap brand elektronik paling terkemuka, dengan sederet produk inovatif. Mulai dari TV plasma, kamera, AC, kulkas, mesin cuci, dan lain sebagainya.

Bung Karno

Masa kecilnya tidak terlalu menggembirakan. Perceraian orangtuanya mem-buat Thayeb Gobel dan adiknya, Dhani Gobel, hidup menumpang dari saudara yang satu ke kerabat lainnya. Meski tetap bisa berkumpul dengan ibu kandungnya saat bersekolah di Sekolah Rakyat, ia tak sepenuhnya bisa bermanja-manja. Karena ibunya sudah menikah lagi, dengan ayah tirinya, guru SD di Tinombolo. Selepas SR, ia hidup dengan pamannya di Gorontalo. Setelah itu, ia pindah ke rumah pamannya yang lain, di Makassar. Di ibu kota Sulawesi Selatan ia bersekolah di SMP dan SMA Yayasan Perguruan Sawerigading. Thayeb Mohammad Gobel merajut mimpinya dari Desa Tapo, Gorontalo, Sulawesi Utara, tanah kelahirannya. Sejak kecil ia memi-liki obsesi kuat untuk maju. Dengan bekerja keras, ia akhirnya meraih gelar sarjana. Gobel menjalani karir bisnisnya dari bawah. Dimulai dari tenaga administrasi di Makassar, salesman di Dasaad Musin Concern, kepala cabang di Fasco Surabaya. Setelah berganti-ganti pekerjaan, dari guru SMP hingga wakil direktur, Gobel mendirikan perusahaan sendiri. Ia gagal sehingga terpaksa kembali jadi karyawan. Pada 1975, Thayeb Gobel mendapat beasiswa Colombo Plan untuk mempelajari plastik di Jepang. Di Negeri Sakura itulah ia bertemu Konosuke Matsushita, yang membekaskan kesan mendalam bagi keduanya. Kelak, kerja sama mereka melahir-kan bisnis elektronik yang mendunia.

Ketika kembali ke dunia bisnis, bekal pengetahuannya sudah cukup. Thayeb tertarik terjun berbisnis elektronik bermula dari pidato Presiden Soekarno. Ketika itu Bung Karno menginginkan setiap petani bisa menikmati barang mewah, seperti radio dan lemari es. Alhasil, kredit dari Bank Industri Nasional Rp5 juta, digunakan-nya mendirikan PT. Transistor Radio Manufacturing, yang memproduksi radio merek Tjawang. Ketika itu, semua komponen radionya diimpor dari Austria. Ia meraih sukses. Gobel yakin, perangkat radio yang akan membawanya meraih

R

ek

ay


(26)

kesuksesan. Ia berkeyakinan dengan berbisnis radio, perusahaannya akan berkem-bang di masa-masa mendatang. Melalui kontribusinya dalam mengemberkem-bangkan industri elektronik inilah, Thayeb Mohammad Gobel dikenang sebagai “Bapak Industri Elektronik di Indonesia”.

Gerakan 30 September 1965 nyaris membuat usahanya bangkrut. Akan tetapi, dengan tempaan pengalaman, Gobel berhasil mengatasinya. Ketika itu, keempat koleganya menjual sahamnya kepadanya.Keluarnya UU No.1 Tahun 1967 tentang Usaha Patungan dengan Pihak Asing, memberikan keberuntungan bagi Gobel. Pada 1970, ia melakukan ekspansi usaha berpatungan dengan Matsushita Electric Industri Vo. Ltd dari Jepang dengan modal US$15 juta. Perusahaan radionya berganti nama menjadi National Gobel. Pada 1988, perusahaan ini menguasai 22 persen pangsa pasar elektronik di Indonesia, dan mengekspor produknya ke 57 negara.

Konosuke Matsushita

Thayeb Mohammad Gobel - Konosuke Matsushita, sinergi dari dua filosofi peru-sahaan ini. Thayeb Gobel berfilosofi "Pohon Pisang", mitranya, Matsushita dikenal dengan "Air Mengalir". Seperti cerita Rahmat Gobel, putra Thayeb Gobel, penerus usaha keluarga itu, hingga kini kedua filosofi pendiri perusahaan itu, bersatu dan membentuk sinergi luar biasa dalam membangun bisnis Panasonic di Indonesia. Gobel percaya, pohon pisang simbol paling tepat untuk menggambarkan peran sebuah perusahaan di tengah masyarakat. Kita tahu, tidak ada bagian dari pohon pisang yang tak dapat digunakan. Semua berguna.

Lihatlah, buahnya enak dimakan, daun dan bagian lainnya dapat dipakai untuk berbagai keperluan sehari-hari. Sifat pohon pisang yang dapat tumbuh di mana saja menjadikannya selalu tersedia di mana pun, dan regenerasinya sangat mudah. Itulah yang menurut Gobel refleksi terbaik dari sebuah perusahaan. Layaknya pohon pisang, perusahaan hendaknya berguna bagi masyarakat. Artinya, kehadiran perusahaan harus bermanfaat bagi masyarakat.

Lalu, bagi Panasonic, air pun demikian, tersedia dalam jumlah relatif banyak dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, sesuai kebutuhan. Air sangat krusial untuk kelangsungan hidup manusia. Seperti halnya air yang mengalir, produk elektronik pun seharusnya mudah tersedia dengan harga terjangkau untuk kebu-tuhan masyarakat. Sinergi dari kedua filosofi inilah yang membentuk produk- produk Panasonic senantiasa berkualitas. Layaknya air, ia mengisi kebutuhan dari tempat terendah hingga atas. Lalu, seperti pohon pisang, ia sangat berguna bagi masyarakat.

R

ek

a


(27)

Artikel 3

Singgih S. Kartono dan Radio Magno Februari 2012 ditulis oleh Selmsav

http://sosiopreneur.wordpress.com/2012/02/05/singgih-s-kartono-dan-radio-magno/ Sekarang kita juga akan membahas tentang seorang entrepreneur hebat, pengembang desain produk radio dan pastinya dikaji dari sudut pandang sociopreneur.

Beliau bernama Singgih Susilo Kartono. Seorang desainer produk dan entrepre-neur. Karya beliau yang hebat berupa radio kayu yang bernama ‘Magno’. Radio ini sudah memenangi berbagai macam penghargaan di dunia internasional seperti Brit Insurance Designs Of The Year London, Design Plus Award Germany dan Good Design Japan dan masih banyak lagi. Nah, ada hal yang menarik saat penjurian di London. Para juri memberikan respons positif karena selain dari desain radionya yang unik dan menarik, Pak Singgih juga membantu ekonomi daerah dengan mempekerjakan masyarakat Kandangan di daerah Temanggung, Jawa Tengah. Saat Pak Singgih sedang berada di tingkat akhir masa perkuliahan, beliau ‘disibukkan’ oleh berbagai macam pertanyaan. “Di manakah saya akan bekerja setelah lulus nanti? Sebagai desainer produk rumahan atau kantoran? Apakah akan bekerja di kota? Atau, balik ke Kandangan di Temanggung dan membuka usaha di sana?” Kemudian, Pak Singgih pun bekerja di Bandung selama tiga tahun. Setelah itu, beliau kembali ke Temanggung dan membuka perusahaan Aruna Aruntala di sana.

Pak Singgih kembali ke Temanggung karena ingin mengembangkan potensi daerahnya. Beliau awalnya khawatir dengan perkembangan daerah Kandangan. Di Kandangan, pertanian tradisional masih menjadi tulang punggung masyarakat. Tentunya, sektor ini masih belum menjamin kesejahteraan masyarakat di masa depan. Memang, pertanian merupakan sektor vital negara kita, Namun, terkadang

fluktuatif karena masih sangat bergantung oleh kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah seperti ketersediaan pupuk kimia, pembibitan yang berasal dari bibit impor dan cara-cara bertani yang modern nan instan demi hasil maksimum sangat-lah tidak memberikan manfaat untuk masyarakat Kandangan. Karena sektor perta-nian yang tidak berkembang, banyak petani yang kehilangan lahan dan pekerjaan. Ada yang mencari pekerjaan di luar Kota Temanggung atau memilih tetap hidup ‘sederhana’ di sana. Kejadian perusakan alam pun meningkat di daerah ini.

Pak Singgih mulai membuat proyek pengerjaan radio Magno di tahun 2004 di bawah naungan perusahaan baru, Piranti Works. Awalnya masih ‘meminjam lahan’ ruang tamu rumahnya sebelum mendirikan pabrik yang memiliki luas 15 x 18 meter. Pabrik ini mempekerjakan karyawan yang berasal dari Desa Kandangan sendiri. Proses pengerjaan radio magno pun terbilang rapi dan mendetail. Karyawan-karyawannya yang asli Desa Kandangan ini tak hanya harus ahli dalam soal kayu dan desain. Mereka juga dibiasakan dengan etos kerja yang disiplin.

Selain memberikan pekerjaan, Pak Singgih juga memberikan “soft skill” kepada

para karyawannya mengenai leadership dan kerja sama tim.

R

ek

a


(28)

Radio Magno pun mengalami kenaikan permintaan. Peminat terbesar datang dari Amerika, Jepang dan Eropa. Bahkan ada seseorang yang bilang, lebih gam-pang mencari radio Magno di London daripada di Jakarta. Sebanyak 50 unit selalu dikirim ke Jepang secara rutin sejak tahun 2005. Malah, Amerika pernah memesan 10.000 unit dari radio Magno. Kapasitas produksi Magno sekarang mencapai 300 unit per bulan. Desainnya yang sederhana dan ramah lingkungan memang menja-di daya tarik dari ramenja-dio Magno. Saat ini, omset ramenja-dio Magno mencapai 750 juta rupiah per bulan, dengan harga jual radio Magno mencapai sekitar $ 300.00

Karena bahan dasar radio Magno adalah kayu, Pak Singgih juga merasa bertanggung jawab terhadap alam. Desain radio Magno sendiri memiliki konsep pemaksimalan desain dan fungsi daripada membuat produk besar dengan meng-gunakan materi kayu yang banyak. Beliau membuat program tree nursery. Beliau melakukan replanting dan pembibitan pohon kayu. Bibit pohon yang ditanam berdasarkan penggunaan materi kayu radio Magno dan untuk melestarikan alam di sana. Beliau juga bekerja sama dengan pihak sekolah untuk mengembangkan kurikulum pendidikan yang bertujuan untuk mencintai dan bertanggung jawab terhadap alam. Selain menjadi good designer, Pak Singgih juga berperan sebagai

sociopreneur dan ecopreneur.

R

ek

ay

asa

Bermain Peran (Role Play)

Buatlah 3 kelompok di dalam kelas untuk membuat drama (role play) memain-kan 3 cerita tentang ketiga contoh wirausahawan ini. Siswa boleh mencari informasi tambahan, melalui buku dan internet tentang ketiga wirausahawan ini, dan menambahkan ceritanya sesuai dengan informasi atau data tambahan yang diperolehnya. Masing-masing menampilkan dramanya di depan kelas selama kurang lebih 7-10 menit (atau lebih sesuai dengan kesepakatan di kelas).

Buatlah pembagian peran dan tugas di dalam kelompok secara adil dan merata.

Saat giliran kelompok kalian tampil, tampillah dengan penuh percaya diri. Saat kelompok lain tampil, berilah apresiasi kepada teman-teman yang tampil.

Tugas 2

Mengambil Pelajaran dari Kisah Hidup Tokoh Wirausahawan

Kalian telah memahami kisah sukses tiga (3) orang wirausahawan di bidang rekayasa produk eletronik. Mari kita perhatikan, sifat-sifat atau karakter apa yang mereka miliki dan hal apa yang telah mereka berikan kepada ling- kungannya.


(29)

Lembar Kerja Pengamatan Nama siswa:

Kelas:

Nama Tokoh (Nama Tokoh 1) (Nama Tokoh 2) (Nama Tokoh 3)

Prinsip hidup Bidang usaha

yang dimiliki

Hal apa yang mereka berikan kepada lingkungan

Pendapatmu tentang Tokoh Tersebut Sifat-sifat/karakter

Pengertian sumber daya usaha yang dikenal dengan 6M: Man (manusia); Money

(uang); Material (bahan); Machine (peralatan); Method (cara kerja) dan Market

(pasar); dalam Produksi Produk Elektronik Sederhana

Sumber daya pokok yang dikelola dalam sebuah usaha adalah manusia, uang, material, mesin, cara kerja dan pasar. George R. Terry dalam bukunya Principle of

Management menyebutnya sebagai 6 M; Men and women, Materials, Machines,

Methods, Money, Markets.

Usaha elektronik sederhana juga membutuhkan enam sumber daya pokok tersebut. Misalnya untuk membuat sebuah usaha yang memproduksi radio, kita membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dalam membuat rangkaian elektronik dan sumber daya manusia yang terampil dalam membuat casing serta kemasan dari produk radio tersebut. Keterampilan khusus dari sumber daya manusia di sebuah daerah dapat menjadi nilai tambah dari karya produk khas daerah.

R

ek

ay


(30)

Material yang digunakan harus dipastikan selalu tersedia, agar produksi dapat berjalan. Tidak hanya jumlah atau kuantitas, kualitas atau mutu material juga memegang peranan penting. Material khas dari suatu daerah dapat menjadi pilihan untuk menghasilkan karya produk rekayasa yang khas dari daerah tersebut.

Mesin atau alat bantu bermanfaat untuk membuat kerja menjadi lebih mudah dan cepat serta menghasilkan karya dengan standar bentuk yang sama. Methods atau cara kerja adalah prosedur, pengaturan kerja yang digunakan dalam memproduksi karya produk rekayasa sederhana untuk menghasilkan produk yang bermutu baik.

Uang juga merupakan sumber daya pokok yang dibutuhkan untuk keberlangsungan usaha, misalnya untuk membeli material produksi, menggaji karyawan, dan berpromosi. Besar kecilnya uang yang dibutuhkan bergantung pada besar kecilnya usaha yang akan dibuat, serta seberapa besar kreativitas kita dalam memulai sebuah usaha. Pada awal usaha, uang yang kita butuhkan bisa jadi tidak terlalu besar jika kita terampil dalam membuat produk dan kreatif dalam memanfaatkan material yang ada. ‘M’ yang terakhir adalah market atau pasar sasaran. Pasar sasaran adalah siapa calon konsumen atau pembeli produk radio sederhana yang kita buat. Pasar sasaran, meskipun disebutkan terakhir, namun merupakan salah satu yang harus kita pikirkan sejak awal. Pasar sasaran juga dapat menjadi titik berang-kat munculnya ide sebuah usaha, misalnya saat kita melihat adanya peluang pasar. Ide sebuah usaha bisa kita temukan dengan mengamati berbagai hal yang berada di sekeliling kita, melihat potensi yang ada, dan peluang pasar yaitu melihat, men-dengar, dan memikirkan produk apa yang dibutuhkan, disukai atau diinginkan oleh calon konsumen.

R

ek

ay

asa

Tugas 3

Pengamatan Wirausaha Alat Komunikasi Sederhana dengan Sumber Arus Listrik DC

Tugas ini dilakukan oleh setiap individu Langkah-langkah yang dilakukan: 1. Mengumpulkan Data

Setiap individu melakukan kegiatan penelitian dengan metode observasi (pengamatan lapangan), dan wawancara tentang usaha/industri rekayasa. Produksi rekayasa meliputi: sejarah, bahan, alat, teknik, dan prosedur pembuatan produk. Usaha/industri/teknisi meliputi: sejarah atau motivasi perusahaan/teknisi membuat produk rekayasa, jumlah pekerja, sistem/ pola kerja, pasar sasaran dari produk rekayasa tersebut, keberhasilan dan kegagalan wirausaha produk rekayasa yang pernah dialami.


(31)

R

ek

ay

asa

Lembar Pengamatan dan Wawancara (contoh) Nama Industri/Teknisi :

Jenis Produk :

Tanggal wawancara dan observasi

:

Sejarah industri/teknisi :

Produk Rekayasa:

Bahan utama :

Bahan pendukung :

Alat :

Teknik dan prosedur produksi secara umum

:

Teknik khusus :

Perusahaan/industri/teknisi Sejarah atau motivasi perusahaan/teknisi

:

Jumlah pekerja :

Sistem/pola kerja :

Pasar sasaran :

Keberhasilan :

Kegagalan :


(32)

G. Membuat Produk Alat Komunikasi Sederhana

dengan Sumber Arus DC

Pesawat radio adalah salah satu produk rekayasa penangkap gelombang radio yang paling sering kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari. Pesawat radio terdiri atas rangkaian elektronik sederhana yang dilengkapi dengan antera untuk menangkap gelombang radio serta speaker dan pengatur suara. Pada proyek ini, kita membuat sebuah produk radio yang memanfaatkan sumber arus DC. Proyek ini akan terdiri atas pembuatan rangkaian elektronik untuk sebuah radio penang-kap gelombang FM, dan pembuatan casing radio yang diawali dengan proses perancangan atau desain.

Pembuatan Rangkaian Elektronik

Tahap 1

Persiapan tempat dan alat kerja

Persiapkan tempat kerja, bahan dan alat untuk pembuatan rangkaian elektronika. Pada proses ini akan dibutuhkan sumber listrik AC untuk penggunaan solder (pemanas kawat timah), usahakan ada lubang steker yang berjarak dekat atau dapat pula menggunakan pemanjang kabel.

R

ek

ay

asa

2. Membuat laporan hasil pengamatan

Buatlah laporan dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilaku-kan. Laporan ditulis dengan rapi, boleh dilengkapi dengan skema dan gambar. Pada bagian akhir, tuliskan kesan dan pendapatmu tentang produk rekayasa ataupun perusahaan/industri produk rekayasa tersebut. Buatlah laporan semenarik mungkin.


(33)

Kegiatan dilakukan di atas meja dengan luasan yang cukup sekitar 60 x 60 cm2. Pekerjaan ini lebih mudah jika dilakukan sambil duduk dengan ketinggian kursi yang sesuai dengan ketinggian meja kerjanya, jangan terlalu rendah dan jangan terlalu tinggi. Setelah lokasi siap, siapkan pula alat dan bahan yang akan digunakan. Alat-alat yang dibutuhkan:

1. Penyedot, digunakan untuk menyedot cairan timah yang berlebih 2. Tang pemotong kawat

3. Tang penjepit 4. Obeng 5. Kawat timah 6. Solder

R

ek

ay

asa

1

2 3

4

5

6

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.30 Alat pendukung pembuatan rangkaian elektronik

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.31 Voltmeter pengukur arus untuk mengetahui besar arus yang melalui rangkaian


(34)

Persiapan parts atau bagian-bagian

Setelah persiapan tempat kerja dan alat selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah persiapan bagian-bagian yang akan dirangkaikan pada rangkaian elektronik ini. Bagian-bagian pada rangkaian:

1. Printed Circuit Board (PCB)

2. Komponen elektronik

Keterangan: - Resistor - Kapasitor

- Semikonduktor-Dioda - Transistor

- IC

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(35)

3. Transformator atau trafo

4. Pengatur memilih gelombang

5. Pengatur suara (rangkaian)

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.34 Transformator atau trafo

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.35 Pemilih gelombang

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(36)

6. Speaker

Tahap 2

Membuat rangkaian

A. Pemasangan komponen elektronik pada PCB

Pada PCB terdapat gambar dan tulisan petunjuk untuk jenis komponen dan besaran hambatan. Pasangkan komponen elektronika sesuai dengan petunjuk yang ada pada PCB.

Pada komponen resistor, besar hambatan dapat dibaca dari garis berwarna pada resistor. Besar hambatan pada resistor dapat diketahui dengan membaca kode warna berdasarkan tabel berikut.

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(37)

Toleransi adalah nilai yang menyatakan besaran hambatan listrik yang boleh berbeda dengan angka yang dibaca dari tanda pita nomor 1-3. Pita emas toleran-sinya 5%, Perak 10% dan tanpa warna 20%

Cara menghitung hambatan adalah seperti contoh berikut ini.

Besar hambatannya: 1000 ohm + 5%

Jadi, hambatan terkecil = 1000 – 5% x 1000= 950 ohm dan hambatan terbesar= 1000 + 5% x 1000= 1050 ohm

R

ek

ay

asa

Tabel 2.1 Kode warna dan besar hambatan resistor

Warna Pita ke-1=

angka ke 1

Pita ke-2 = angka ke 2

Pita ke-3 =

banyaknya angka nol

Hitam 0 0 tidak ada

Cokelat 1 1 satu

Merah 2 2 dua

Oranye 3 3 tiga

Kuning 4 4 empat

Hijau 5 5 lima

Biru 6 6 enam

Ungu 7 7 tujuh

Abu-abu 8 8 delapan

Putih 9 9 sembilan

coklat 1

hitam 0

merah 00

emas 5% Sumber: Hendriana Werdhaningsih, M.Ds


(38)

Kapasitor memiliki 2 kaki yang memiliki beda panjang, dan terdapat tanda nol (0) pada kaki yang lebih pendek. Kapasitor pada PCB digambarkan dengan lingkaran dengan setengah berwarna putih dan setengah lagi tidak. Kapasitor dipasang dengan menempatkan sisi dengan tanda nol (0) pada gambar yang berwarna putih.

Setelah semua komponen terpasang pada PCB, lipat kaki-kaki komponen agar komponen tidak mudah lepas dari PCB.

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(39)

Rekatkan setiap kaki komponen dengan menggunakan cairan timah yang dileleh-kan dengan menggunadileleh-kan solder. Solderlah setiap kaki dengan teliti dan rapi. Sebaiknya tidak menempelkan solder terlalu lama pada kaki komponen karena dapat menimbulkan kerusakan jika komponen terkena panas terlalu lama. Setelah semua kaki terekat baik, potonglah kelebihan kaki komponen dengan menggu-nakan tang.

Perekatan/penyolderan komponen IC (komponen dengan kaki-kaki sangat pendek dan banyak) dapat dilakukan terakhir, setelah kaki-kaki komponen lain dipotong. Dengan demikian, penyolderan dapat dilakukan dengan lebih mudah tanpa terhalang kaki-kaki komponen lain.

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(40)

Pasang pencari gelombang pada tempat yang tersedia di PCB dan rekatkan dengan menggunakan sekrup kecil.

Selanjutnya adalah menghubungkan komponen-komponen dengan kabel. Potong kabel sesuai ukuran yang diperlukan. Lepaskan bagian selubung kabel yang menutupi kawat bagian dalam, kurang lebih 0.5 cm. Untuk memudahkan pemasangan, lapisi setiap ujung kawat dengan timah dengan bantuan solder. Pasangkan ujung kawat pada komponen dengan memanaskan dengan solder bagian kawat yang sudah bertimah.

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(41)

Perhatikan pada gambar, pemasangan kabel berwarna putih antarkomponen. Kabel berwarna kuning adalah kabel untuk antena.

Perhatikan sambungan dari rangkaian pengatur suara ke speaker dengan kabel merah dan kabel hitam. Perhatikan pula sambungan rangkaian radio dengan rang-kaian pengatur suara.

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud


(42)

Selanjutnya adalah menghubungkan komponen-komponen dengan kabel. Potong kabel sesuai ukuran yang diperlukan. Lepaskan bagian selubung kabel yang menutupi kawat bagian dalam, kurang lebih 0.5 cm. Untuk memudahkan pemasangan, lapisi setiap ujung kawat dengan timah dengan bantuan solder. Pasangkan ujung kawat pada komponen dengan memanaskan dengan solder bagian kawat yang sudah bertimah.

R

ek

ay

asa

antena

trafo ke sumber arus AC

rangkaian penangkap gelombang

radio

speaker

rangkaian pengatur

suara

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.39 Salah satu altenatif konfigurasi/susunan rangkaian radio FM

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(43)

Tahap 3

Merapikan Tempat Kerja dan Peralatan Kerja

Pembuatan rangkaian radio dapat dilakukan dalam satu kali pertemuan mata pela-jaran prakarya atau beberapa kali pertemuan prakarya. Sebaiknya, setiap siswa menyediakan sebuah wadah yang memiliki tutup, dapat berupa kotak/kardus bekas, atau toples untuk menyimpan komponen dan alat yang digunakan untuk pembuatan rangkaian radio. Simpan dengan baik dan rapi setiap komponen dan alat di dalam kotak/kardus atau toples tersebut agar tidak tercecer sehingga memudahkan saat melanjutkan pembuatan rengkaian pada pertemuan berikutnya atau di rumah. Ingatkan selalu untuk membersihkan tempat kerja sehingga kem-bali bersih dan rapi seperti sediakala.

Setelah selesai membuat rangkaian, bersihkan dan rapikan alat dan tempat kerja, serta buanglah sampah pada tempatnya.

Perancangan dan Pembuatan Desain

Casing

Radio

Kegiatan 1. Riset: Mengetahui, Mengenali, Memahami, dan Mengempati Catatan pengamatan (contoh)

R

ek

ay

asa

Rangkaian Elektronik

No. Bagian/Part Dimensi Fungsi Catatan (yang

harus diperhatikan atau ide)


(44)

Kegiatan 2. Pengembangan Desain Selubung (Casing) a. Curah ide (brainstorming)

b. Rasionalisasi

c. Prototyping atau membuat studi model d. Penentuan Konsep Desain Akhir Bahan:

- Kertas gambar - Pensil

- Penggaris/meteran

- Bahan modeling/prototyping - Alat potong bahan

- Bahan perekat

Kegiatan 3. Perencanaan Pembuatan Casing Radio

Tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan untuk proses produksi atau proses pembuatan casing radio. Tuliskan prosedur dan langkah-langkah kerja secara jelas dan detail, sesuai bahan yang dipilih. Proses produksi yang akan dilaku-kan adalah proses produksi manual.

Kegiatan 4. Pembuatan Casing Radio dan Perakitan

Pembuatan casing radio, seperti pada pembuatan rangkaian elektromik, dimulai dengan tahap persiapan tempat kerja, bahan dan alat. Tahap selanjutnya adalah pengerjaan. Kerjakan setiap tahap sesuai dengan perencanaan produksi yang sudah dibuat sebelumnya. Setelah casing selesai dibuat, gabungkan rangkaian elektronik yang sudah dibuat dengan casing. Proses tersebut disebut dengan proses perakitan/assembling.

R

ek

ay

asa

Jenis Kelamin Usia

Tingkat Ekonomi Jenis musik yang disukai

dll


(45)

Kegiatan 5. Evaluasi dan Presentasi

Setelah radio selesai dibuat, lakukan evaluasi untuk mengetahui apakah radio dapat bekerja dengan baik, dan apakah desain casing yang dibuat cukup menarik. Apabila radio belum berfungsi baik, atau casing dirasa belum memuaskan, pikirkan perbaikan apa yang harus kita lakukan agar produk radio dapat menjadi lebih berkualitas. Proses evaluasi juga dapat dilakukan bersama-sama dengan guru dan teman di sekolah. Lakukan presentasi baik melalui paparan maupun pameran karya. Presentasikan sebaiknya dilengkapi dengan paparan konsep, cara mengo- perasikan produk, dan cara perawatannya.

R

ek

ay


(1)

Pasang pencari gelombang pada tempat yang tersedia di PCB dan rekatkan dengan menggunakan sekrup kecil.

Selanjutnya adalah menghubungkan komponen-komponen dengan kabel. Potong kabel sesuai ukuran yang diperlukan. Lepaskan bagian selubung kabel yang menutupi kawat bagian dalam, kurang lebih 0.5 cm. Untuk memudahkan pemasangan, lapisi setiap ujung kawat dengan timah dengan bantuan solder. Pasangkan ujung kawat pada komponen dengan memanaskan dengan solder bagian kawat yang sudah bertimah.

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(2)

Perhatikan pada gambar, pemasangan kabel berwarna putih antarkomponen. Kabel berwarna kuning adalah kabel untuk antena.

Perhatikan sambungan dari rangkaian pengatur suara ke speaker dengan kabel merah dan kabel hitam. Perhatikan pula sambungan rangkaian radio dengan rang-kaian pengatur suara.

R

ek

ay

asa

Sumber: Dokumen Kemdikbud Sumber: Dokumen Kemdikbud


(3)

Selanjutnya adalah menghubungkan komponen-komponen dengan kabel. Potong kabel sesuai ukuran yang diperlukan. Lepaskan bagian selubung kabel yang menutupi kawat bagian dalam, kurang lebih 0.5 cm. Untuk memudahkan pemasangan, lapisi setiap ujung kawat dengan timah dengan bantuan solder. Pasangkan ujung kawat pada komponen dengan memanaskan dengan solder bagian kawat yang sudah bertimah.

R

ek

ay

asa

antena

trafo ke sumber arus AC

rangkaian penangkap gelombang

radio

speaker

rangkaian pengatur

suara

Sumber: Dokumen Kemdikbud

Gambar 2.39 Salah satu altenatif konfigurasi/susunan rangkaian radio FM

Sumber: Dokumen Kemdikbud


(4)

Tahap 3

Merapikan Tempat Kerja dan Peralatan Kerja

Pembuatan rangkaian radio dapat dilakukan dalam satu kali pertemuan mata pela-jaran prakarya atau beberapa kali pertemuan prakarya. Sebaiknya, setiap siswa menyediakan sebuah wadah yang memiliki tutup, dapat berupa kotak/kardus bekas, atau toples untuk menyimpan komponen dan alat yang digunakan untuk pembuatan rangkaian radio. Simpan dengan baik dan rapi setiap komponen dan alat di dalam kotak/kardus atau toples tersebut agar tidak tercecer sehingga memudahkan saat melanjutkan pembuatan rengkaian pada pertemuan berikutnya atau di rumah. Ingatkan selalu untuk membersihkan tempat kerja sehingga kem-bali bersih dan rapi seperti sediakala.

Setelah selesai membuat rangkaian, bersihkan dan rapikan alat dan tempat kerja, serta buanglah sampah pada tempatnya.

Perancangan dan Pembuatan Desain

Casing

Radio

Kegiatan 1. Riset: Mengetahui, Mengenali, Memahami, dan Mengempati Catatan pengamatan (contoh)

R

ek

ay

asa

Rangkaian Elektronik

No. Bagian/Part Dimensi Fungsi Catatan (yang harus

diperhatikan atau ide)


(5)

Kegiatan 2. Pengembangan Desain Selubung (Casing)

a. Curah ide (brainstorming) b. Rasionalisasi

c. Prototyping atau membuat studi model d. Penentuan Konsep Desain Akhir Bahan:

- Kertas gambar - Pensil

- Penggaris/meteran

- Bahan modeling/prototyping - Alat potong bahan

- Bahan perekat

Kegiatan 3. Perencanaan Pembuatan Casing Radio

Tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan untuk proses produksi atau proses pembuatan casing radio. Tuliskan prosedur dan langkah-langkah kerja secara jelas dan detail, sesuai bahan yang dipilih. Proses produksi yang akan dilaku-kan adalah proses produksi manual.

Kegiatan 4. Pembuatan Casing Radio dan Perakitan

Pembuatan casing radio, seperti pada pembuatan rangkaian elektromik, dimulai dengan tahap persiapan tempat kerja, bahan dan alat. Tahap selanjutnya adalah pengerjaan. Kerjakan setiap tahap sesuai dengan perencanaan produksi yang sudah dibuat sebelumnya. Setelah casing selesai dibuat, gabungkan rangkaian elektronik yang sudah dibuat dengan casing. Proses tersebut disebut dengan proses perakitan/assembling. R ek ay asa Jenis Kelamin Usia Tingkat Ekonomi Jenis musik yang disukai

dll


(6)

Kegiatan 5. Evaluasi dan Presentasi

Setelah radio selesai dibuat, lakukan evaluasi untuk mengetahui apakah radio dapat bekerja dengan baik, dan apakah desain casing yang dibuat cukup menarik. Apabila radio belum berfungsi baik, atau casing dirasa belum memuaskan, pikirkan perbaikan apa yang harus kita lakukan agar produk radio dapat menjadi lebih berkualitas. Proses evaluasi juga dapat dilakukan bersama-sama dengan guru dan teman di sekolah. Lakukan presentasi baik melalui paparan maupun pameran karya. Presentasikan sebaiknya dilengkapi dengan paparan konsep, cara mengo- perasikan produk, dan cara perawatannya.

R

ek

ay