PEMBINAAN KEPATUHAN PESERTA DIDIK PADA NORMA SEKOLAH : Studi Kuantitatif Penggunaan Alat Pendidikan Oleh Guru Dalam Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada Norma Sekolah di SMU KOPRI Kotamadya Banjarmasin.
PEMBINAAN KEPATUHAN PESERTA DIDIK
PADA NORMA SEKOLAH
( Studi Kualitatif Penggunaan Alat Pendidikan
Oleh Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah di SMU KORPRI
Kotamadya Banjarmasin)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Program Pasca Sar jana
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh
SARBAINI
9332056
PROGRAM PASCA SARJANA
IK IP BANDUNG
1995
TESIS INI TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN
UNTUK DIAJUKAN PADA UJIAN TAHAP I
PEMBIMBING I
DR.H.M.I.
SOELAEMAN
PEMBIMBING II
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
BAB
I.
PENDAHULUAN
A.
B.
BAB
II.
iii
1
Latar Belakang Masalah.
Fokus dan Pertanyaan Penelitian
1
13
C.
Definisi Operasional
17
D.
Tuduan dan Manfaat Penelitian
18
LANDASAN
KONSEPTUAL
DALAM MENELAAH
GURU
MEMBINA KEPATUHAN PESERTA DIDIK PADA NORMA
SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN UMUM..
22
A.
Telaah Konseptual Pendidikan Umum
22
1.
2.
22
28
B.
Pengertian Pendidikan Umum
Tuduan Pendidikan Umum
Telaah
Konseptual
Membina
Kepatuhan
Landasan Guru Daiam
Peserta
Didik Pada
Norma Sekolah
34
1.
34
2.
Sekolah dan Norma-Norma
a.
Pengertian Sekolah
34
b.
c.
Sekolah dan Sosialisasi Norma....
Norma-Norma Sekolah.
35
43
Kepatuhan
Peserta
Didik Pada Norma
Sekolah.
49
a.
b.
Pengertian Kepatuhan
Latar Belakang Kepatuhan
c.
Dinamika
49
Peserta
Didik Pada Norma Sekolah
Perkembangan
50
Kepatuhan
Peserta Didik Pada Norma Sekolah
3.
Kewibawaan Guru
4.
Penggunaan Alat Pendidikan Oleh
Guru
Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah
57
62
69
a. Teori
dan
Pendekatan Acuan Bagi
Penggunaan Alat
Pendidikan
Daiam
Kepatuhan Peserta Didik Pada Norma
Sekolah
69
b. Alat Pendidikan yang Digunakan Dalam Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah
77
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
90
A.
Metode Penelitian
90
B.
Lokasi dan Subdek Penelitian
92
C.
Sumber dan Jenis Data
95
D. Teknik
E.
BAB
IV.
Pengumpulan
Data
dan Instrumen
Penelitian
Pemeriksaan Keabsahan Data
96
102
F. Tahap-Tahap Penelitian
106
HASIL PENELITIAN
113
A.
115
Profil Lokasi Penelitian
B. Deskripsi,
Interpretasi dan Analisis Ha-
sil Penelitian
119
1. Pandangan Guru Terhadap Peserta Didik
yang Patuh Pada Norma Sekolah
2.
Penataan
Situasi
Pendidikan
3.
Norma Sekolah
Alasan Guru Menata Situasi Pendidikan
Membina Kepatuhan Peserta Didik
119
Untuk
Pada
134
Untuk Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah
150
4. Landasan Kebijakan yang Mendadi Acuan
Guru
Daiam Menata Situasi Pendidikan
Untuk Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah
.
161
5. Tindakan Pendidikan Sebagai Alat Pen
didikan
yang
Digunakan Guru Daiam
Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada
Norma Sekolah
6.
172
Saat Tindakan Sebagai Alat Pendidikan
Digunakan Guru Untuk Membina Kepatuh
an Peserta Didik Pada Norma Sekolah..
187
7. Latar Belakang Tindakan Sebagai Alat
Pendidikan yang Digunakan Guru Daiam
Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada
Norma Sekolah
BAB
V.
PEMBAHASAN,
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
195
205
A.
B.
Pembahasan
Keterbatasan Penelitian
205
214
C.
kesimpulan
215
D.
Rekomendasi
218
KEPUSTAKAAN
218
LAMPIRAN-LAMPIRAN
223
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan pendidikan, tidaklah dapat
dipisahkan.
sebab pendidikan merupakan upaya manusia untuk memanusiawikan manuBia. Oleh karena itu pendidikan
kemungkinan,
bukan
sekedar
melainkan merupakan suatu keharusan,
untuk
dapat hidup, lebih tepat lagi, untuk dapat hidup sebagai
manusia (M.I. Soelaeman : 1994 : 166 ). Bilamana manusia,
tidak mendapat pendidikan, sulit dibayangkan dapat
terus, apalagi mendadi manusia yang mampu
hidup
melaksanakannya
dengan penuh tanggung jawab daiam dunia yang kompleks. Jadi manusia daiam konteksnya dengan pendidikan adalah manu
sia yang harus dididik, dapat dididik dan akhirnya
diha-
rapkan mampu mendidik dirinya sendlri. Itulah manifestasi
manusia sebagai insan pendidikan.
Sekaitan
dengan manusia sebagai
insan pendidikan
yang membutuhkan pendidikan sebagai upaya pe'nlngkatan kualitas hidupnya sebagai manusia.Ada beberapa persoalan yang
perlu
digarisbawahi, seperti yang dikemukakan
oleh M.I.
Soelaeman ( 1994 : 164 ) :
PfiT'tama: bahwa pendidikan itu pada dasarnya
merupa
kan suatu perbuatan atau tindakan, mengundang pertanya-
an, apa yang dimaksud dengan perbuatan atau tindakan
itu; apakah tindakan tersebut bersifat sepihak atau
timbal ballk, apakah tindakan itu bersifat menentukan
sepenuhnya atau masih ada hal-hal lain yang turut mempengaruhi berhasil-tidaknya tindakan pendidikan itu,
dan selanjutnya; untuk maksud atau tujuan apa
tindakan
itu dilaksanakan.
Dua: Bahwa tindakan pendidikan itu diarahkan kepada su
atu maksud atau tujuan tertentu, muncul persoalan; apa
yang
dimaksud
atau dituju oleh tindakan tersebut ?
Ketiga: Untuk mencapai tuduan pendidikan itu, apa sadakah, bahan pendidikan apakah, pengetahuan dan kemahiran apakah, sifat, sikap dan karateristik apakah,
gambaran pribadi yang bagaimanakah yang diharapkan dimiliki terdidik kelak?
Keempat: Bahwa
tindakan
yang dilakukan oleh seseorang
terhadap seseorang menyiratkan suatu pertanyaan mengenai siapa orangnya yang mendidik dan yang dididik itu
dan lebih landut apa sebenarnya dan bagaimana karakteristik dan slfat orang yang dimaksud; pertanyaan ini cukup mendasar dan lebih merupakan persoalan antropologi.
Lima: Di mana dan daiam keadaan atau situasi
tindakan pendidikan itu diambil.
bagaimana
Kelima persoalan di atas, muatan maknanya daiam suatu pe-
laksanaan pendidikan amat dipengaruhi oleh pandangan filosofis yang dianut oleh seseorang, pengelola, lembaga,
ma-
syarakat dan bangsa yang melaksanakan pendidikan itu.
Demikian pula dengan pelaksanaan pendidikan di
donesia
adalah berdasarkan pada
pandangan
In
filosofisnya,
yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dengan berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, pelaksanaan pendidikan Indonesia ber-
upaya membantu perkembangan kemampuan dan meningkatkan kehidupan dan martabat manusia Indonesia, mendadi sosok
ma
nusia yang diharapkan, yakni seperti yang dikehendaki oleh
Tuduan Pendidikan Nasional daiam UU RI NO.2 Tahun 1989 dan
GBHN Tahun 1993.
Ada
pun
sosok manusia Indonesia
yang
diharapkan
tersebut menurut UU RI No.2 tahun 1989 adalah :
...manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan dasmanI dan rokepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
hani,
tanggung dawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sedangkan daiam Ketetapan MPR No.II/MPR/1993 Tentang GBHN,
maka sosok manusia yang diharapkan terbina melalui
bidang
Pendidikan adalah :
..-manusia yang beriman dan bertaqwa tehadap
Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerda keras, tangguh, bertanggungdawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat dasmani dan
rohani, cinta Tanah Air, tebal semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan sosial, percaya kepada diri sendiri,
serta sikap dan perilaku inovatif, kreatif, manusia
pembangunan yang membangun diri sendiri serta bersamasama bertanggungdawab atas pembangunan bangsa.
Manakala
dikadi telik, rumusan sosok manusia
yang
diha
rapkan daiam UU RI No.2 Tahun 1989 dan GBHN 1993, maka so
sok manusia tersebut meliputi dirinya < Soeprapto, 1993
:
50 ) sebagai "pribadi, sebagai warga masyarakat dan bangsa
dan sebagai tenaga pembangunan ".
Dengan demikian, daiam konteksnya pada
pelaksanaan
pendidikan, maka manusia Indonesia daiam posisinya sebagai
pribadi,
baik sebagai pendidik maupun peserta didik hen-
daknya secara bersama-sama dapat meningkatkan kemampuannya
daiam
membawa diri, daiam hubungannya dengan
Tuhan
Yang
Maha Esa, hingga mendadi manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, serta mendadi manusia
yang
sehat dasmani dan rohani.
Sebagai warga masyarakat dan warga bangsanya,
pen
didik dan peserta didik diharapkan meningkatkan kemampuan
nya daiam menanggapi segala persoalan daiam
dan
lingkungannya
mampu mengkomunikasikan dengan baik, untuk itu
rapkan berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
diha
bertanggung
dawab. cinta Tanah Air, tebal semangat kebangsaan dan rasa
kesetiakawanan sosial. Sebagai tenaga pembangunan,
dik
dan peserta didik diharapkan bekerda keras,
pendi
tangguh,
berdisiplin, mandiri, cerdas dan terampil. Dengan demikian
rumusan tuduan ini mencakup ( Soeprapto, 1993 : 52 ) :
1. Kemampuan pengungkapan diri ( self realization)
2. Kemampuan hubungan sesama ( human relationship)
3. Kemampuan bersikap ekonomis ( economic efficien
cy )
4. Kemampuan bertanggungdawab kewarnegaraan ( civicresponbility ).
Oleh karena itu, daiam suatu
an,
pelaksanaan pendidik
peserta didik sebagai manusia yang sedang
"mendadi"
dan sebagai aset nasional yang potensial haruslah mendapat
bimbingan, pengembangan dan peningkatan sesuai dengan
Tu
duan Pendidikan Nasional.
Salah satu aspek sosok manusia yang diharapkan
dikehendaki daiam Tuduan Pendidikan Nasional adalah
dan
sosok
manusia yang berdisiplin. Berarti daiam diri sosok manusia
Indonesia
dan
diharapkan dan dikehendaki
tumbuh,
meningkatkan nilai disiplin daiam
berkembang
perilakunya.
karena itu, aspek sosok manusia yang berdisiplin
Oleh
mendadi
salah satu sasaran daiam pelaksanaan pendidikan nasional.
Daiam rangka mencapai sosok manusia yang
lin,
maka
sekolah dengan segala upaya,
berdisip
hendaknya
mampu
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh,
berkem
bang,
sehingga
mendadi
diri ( self-discipline ) daiam perilaku
peserta
dan meningkatnya nilai disiplin,
disiplin
didik.
Dapat dikatakan sebagai suatu indikasi bahwa
sekolah telah tumbuh dan berkembang nilai disiplin
suatu
daiam
perilaku peserta didiknya, antara lain terdapatnya perila
ku
yang
patuh pada norma sekolah. Sebab
disiplin
itu
sendiri ( Darddi Darmodiharddo, 1982 : 8-9 ) adalah "
kap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi
tuan,
peraturan dan norma yang berlaku
tugas dan tanggung dawab ", atau pun
nandar
daiam
si-
keten-
menunaikan
menurut
Utami
Mu-
( Ashar, S.M, 1982 : 2 ) sebagai " kesadaran
diri
untuk mentaati nilai, norma dan aturan yang berlaku
daiam
lingkungannya". Dengan adanya kepatuhan peserta didik pada
norma
sekolah,
akan mewududkan lingkungan
sekolah
yang
tertib, teratur, tentram, efektif dan efisien daiam menca-
pai
tuduannya. Sebagaimana
Dahlan ( 1982 : 62
dikemukakan
oleh
M.
Ddawad
) bahwa :" Disiplin lebih merupakan as
pek kepribadian. Disiplin itu sendiri merupakan motif
tuk dapat
(
need
hidup
teratur (
un
need for order ), berprestasi
for achievement ), tekun, ulet dan tabah
(
need
for endurance)".
Lingkungan
yang
sekolah dengan
indikator
kedisiplinan
dikemukakan tersebut, akan membentuk kehidupan
ter
tib, teratur,tentram, efektif dan efisien daiam lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Demikian pula
nya,
sebalik-
bilamana kehidupan daiam sekolah kurang tertib,
ku-
rang teratur, dan kurang tentram, maka akan melahirkan keresahan
akan
daiam
lingkungan sekolah itu sendiri,
duga
khususnya
ling
kungan masyarakat yang berdekatan dengan lingkungan
seko
lah.
SMA.
mendalar ke lingkungan masyarakat,
dan
Demikian pula halnya di lingkungan
sekolah
tingkat
Masalah pembinaan disiplin, terutama agar menumbuhkembangkan kepatuhan peserta didik pada norma sekolah men
dadi lebih penting lagi, apalagi di lingkungan sekolah pa
da tingkat SMA, di mana peserta didik umumnya berada
taraf transisi, baik segi fisik, sosial dan maupun
onal.
pada
emosi-
Sebagaimana dinyatakan oleh Alexander ( 1981 : 8
)
bahwa masa transisi ini membuat "the middle school years a
periode of emotional turmoil". Selain itu peserta didik di
tingkat SMA lazimnya berusia remada ( adolescence ),
yang
menurut Ralp L.Mosher ( 1986, A.Kosasih Ddahiri,1992 :10 )
bahwa masa adolesence adalah " masa khusus untuk penentuan
peringkat
nilai
masa
ini
adalah
masa
idealisme,
exlusive selfishness, hedonisme, bertendensi untuk
berekspresi
moral".
dan gedolak ke arah 'erosion of
Oleh karena itu, masalah disiplin,
kepatuhan
conventional
daiam hal
ini
pada
tingkat
SMA ini,dipandang sebagai sesuatu yang rawan bagi
tumbuh-
kembangnya
peserta didik pada norma sekolah
selalu
perilaku peserta didik yang tidak
patuh
pada
norma sekolah.
Sehubungan
dengan itu, hasil laporan PPL BP
Maha-
siswa Jurusan PPB FIP IKIP Bandung di beberapa SMA Kotamadya Bandung ( 1988 ) telah menundukkan adanya bentuk peri
laku peserta didik yang kurang disiplin di daiam lingkung
an sekolah, seperti membolos dari sekolah, malas
senang
suka
menyontek, sering tidak
memperhatikan
ribut di daiam kelas, tidak teratur
beladar,
peladaran,
daiam
beladar,
sering tidak mengerdakan tugas dan sering tidak
mengikuti
peladaran tertentu. Perilaku yang kurang disiplin tersebut
menundukkan
bahwa sebagian peserta didiknya
tidak
patuh
pada norma yang berlaku di sekolah.
Bahkan Saiful Bahri ( 1994 : 6
tiannya
yang
) dari hasil peneli-
di SMA menundukkan bahwa kecendrungan
siswa
dikeluhkan pihak pendidik dan orang tua adalah
culnya
SMA
mun-
perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu
ke-
pentingan orang lain. Perilaku tersebut berbentuk perkelahian, mengucapkan kata-kata yang tidak sopan,
corat-coret
dengan kata-kata gambar-gambar yang tidak senonoh,
membo-
los dari sekolah, merusak fasilitas beladar ( bangku, meda
dan
buku peladaran ) bahkan sampai tindakan melawan
guru
atau orang tua.
Berbagai ketidakpatuhan peserta didik daiam perila
kunya di lingkungan sekolah, sebagaimana yang
diungkapkan
dari hasil penelitian di atas, telah menegaskan
dikemukakan
oleh Crow dan Crow ( 1953 : 173,
apa
yang
1960 : 313 )
tentang perilaku yang dianggap para guru sebagai "types of
disciplinary problems" dan " behavior difficulties related
to school experiences"
( Crow and Crow,
1956 : 178 )
atau
menurut Henry Clay Lindgren ( 1956 : 170 ) sebagai "child
ren's
behavior problems " dan
"misbehavior"
sebagaimana
dikemukakan oleh Yelon dan Weintein ( 1977 : 379
).
Namun dari kasus seperti dikemukakan oleh M.A Liwo-
so ( 1989 :2
) daiam hasil penelitiannya, menundukkan bah
wa tidak sedikit remada yang ditemukan " teler "
di dalan
raya dan diamankan di kantor polisi, dan kebanyakannya
adalah siswa SLTA yang berumur antara 16 sampai 17 tahun.
Selain itu terdapatnya kasus-kasus kenakalan para peserta
didik, meningkatnya korban dari kenakalan para peserta di
dik, perkelahian massal antar peserta didik, peserta didik
yang bergerombol pada jam belajar di luar lingkungan seko
lah, seperti di tempat-tempat umum, sebagaimana dipublikasikan media massa, menundukkan adanya perilaku kurang di
siplin dari peserta didik di luar lingkungan sekolah. Misalnya berita pemerasan yang dilakukan oleh siswa meresahkan wali murid ( Pikiran Rakyat, 27 Desember 1994, halaman
4 ). Kejadian-kejadian itu menggambarkan bahwa peserta di
dik, bukan saSa tidak patuh pada norma sekolah, tetapi sudah melangkah lebih jauh lagi, yakni melanggar norma masyarakat.
Adanya perilaku peserta didik yang tidak patuh pada
norma yang berlaku, tidak hanya di daiam lingkungan seko
lah, bahkan juga di luar sekolah, menimbulkan keresahan
dan pertanyaan. Pertama, mengakibatkan masyarakat seringkali mengkaitkannya dengan kredibilitas sekolah/guru da-
lanf membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
Seperti munculnya beberapa anggapan yang menyatakan bahwa
"sekolah-sekolah kita dewasa ini, sangat mengabaikan fung
al sosialisasi" ( Harsya Bahtiar, daiam Media Indonesia,
10 April 1993 ), demikian pula terhadap anggapan bahwa
"alasan-alasan pembangunan telah memaksa sekolah dan guru-
guru lebih mengedar kualifikasi akademik dan profesional,
8
di mana mengadar dipandang lebih krusial dari
(
Tim
pengkadi
menimbulkan
IKIP Jakarta,
pertanyaan,
1990
:
mendidik ".
26-27
mengapa perilaku
).
Kedua,
peserta
sampai sedemikian itu ? Padahal peserta didik
didik
dikehendaki
mematuhi semua peraturan yang berlaku. Apa sebenarnya yang
bergedolak daiam diri peserta didik ?. Adanya berbagai kereasahan dan pertanyaan demikian, tidaklah mendadikan
se
kolah, daiam hal ini guru melepaskan diri dari tanggungdawabnya untuk melakukan pembinaan terhadap kepatuhan peser
ta didik pada norma sekolah.
Secara
konseptual dan berbagai
hasil
penelitian,
memang menundukkan bahwa sekolah mempunyai kontribusi
lam
da-
mengenalkan, menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan
nilai-nilai
disiplin peserta didik, termasuk antara
lain
kepatuhan peserta didik pada norma-norma di sekolah.
Sekolah dianggap sebagai salah satu institusi
yang
tepat dan memiliki tanggung dawab bagi transfer
nilai-ni
lai , sistem keyakinan,
sentimen-
pengetahuan-pengetahuan,
sentimen, pola-pola perilaku dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Selaras dengan fungsi semacam itu, maka se
kolah, menurut Wuraddi,
( 1988 : 31 ), adalah : " memiliki
fungsi sosialisasi, daiam mana pola perilaku generasi muda
tidak boleh menyimpang dari pola perilaku serta
nilai-ni
lai dan norma-norma yang berlaku daiam masyarakat ". Untuk
itu daiam diri peserta didik perlu dipelihara dan
katkan
berlaku,
sekolah.
kepatuhan
demikian
pada nilai-nilai dan
pula nilai-nilai
dan
diting-
norma-norma
yang
norma-norma
di
sekolah.
Penumbuhan kepatuhan peserta didik pada nilai-nilai
dan
norma-norma, oleh sekolah di mulai dengan
pengenalan
pada peraturan-peraturan dan tata tertib yang harus
dita-
ati oleh peserta didik. Kepatuhan daiam mematuhi peraturan
dan tata tertib semacam itu menurut Wuraddi ( 1988: 92-93)
adalah " sangat diperlukan bagi anak, karena kelak apabila
anak
telah terdun berperan daiam lingkungan
sosial
lebih luas, penuh dengan masalah otoritas dan
yang
kedisiplin-
an.
Upaya
didik
sekolah daiam menumbuhkan kepatuhan
peserta
pada norma sekolah atas dasar kesadaran daiam
diri
sendiri, dikemukakan dari hasil penelitian dari Syamsu Yusuf
( 1989 : 99 ). Hasil penelitian tersebut
mengungkap-
kan bahwa sekolah termasuk di dalamnya guru, besar
andil-
nya daiam menumbuhkan disiplin diri kepada peserta
didik.
Dengan
duga
demikian penting sekali peranan sekolah,
guru untuk selain menumbuhkan, duga
meningkatkan
demikian
memelihara
kepatuhan pada norma sekolah daiam
dan
perilaku
peserta didik.
Adanya
perilaku yang kurang patuh pada
kolah dari peserta didik, yang tidak hanya
kungan
sekolah,
norma
di daiam ling
sekolah, tetapi sudah mendalar ke luar
dan
anggapan bahwa sekolah
se
telah
lingkungan
mengabaikan
fungsi sosialisasi dan mendidiknya, menimbulkan
pertanya
an apa sebenarnya yang dilakukan oleh sekolah/guru
daiam
melaksanakan fungsi sosialisasi,bahkan daiam hal mendidik?
Pertanyaan
itu dapat dikhususkan lagi, apakah
10
sebenarnya
yang dilakukan sekolah/guru daiam melaksanakan sosialisasi
norma
atau mendidikkan norma,
yakni upaya yang
dilakukan
sekolah/guru membina kepatuhan peserta didik pada norma di
sekolah.
Adanya perilaku ketidakpatuhan peserta didik
pada
norma sekolah dan adanya anggapan minor bahwa sekolah/guru
mengabaikan fungsi sosialisasi ataupun fungsi
norma,
mendidikkan
tentu berhubungan dengan upaya-upaya yang dilakukan
sekolah/guru
daiam membina kepatuhan peserta
norma sekolah.
didik
pada
Salah satu upaya yang dilakukan sekolah/gu
ru adalah dengan menggunakan alat pendidikan,yakni melalui
penataan situasi yang dan tindakan yang dilakukan.
Penataan
yang
semula
kepatuhan,
rapkan,
mana
318
situasi dan tindakan yang dilakukan
didasari oleh tanggung dawab
bukan
menghasilkan
kepatuhan
untuk
membina
seperti
dustru malah menimbulkan ketidakpatuhan.
dinyatakan oleh Crow dan Crow ( 1956
diha
Sebagai
: 180,
1960
) bahwa penyebab dari "behavior difficulties"
antara lain berhubungan dengan elemen-elemen dari
di
mana behavior difficulties ditundukkan.
oleh
Yelon dan Weinstein ( 1977 : 380-381
:
adalah
situasi
Demikian
)
guru
yang
pula
mende-
laskan bahwa penyebab dari "misbehavior" adalah berhubung
an
dengan
berbagai hal dengan situasi
kelas.
Sedangkan
tindakan yang digunakan guru, malah menimbulkan pula keti
dakpatuhan peserta didik, seperti yang dikemukakan
Clay Lindgren ( 1956 : 148 ) bahwa :
11
Henry
Direct treatment of behavior problem seldom gets at
its source; it is seldom based on any genuine
attempt
to
understand
the motivation and behavior
children.
Futhermore, it usually increases the fear that children
have
for adults and, with preadolescents
and
adoles
cents, may aggravate the aggresive, rebellious behavior
that is so common during theses stages of development.
Berarti bahwa perilaku guru dapat mendadi salah satu variabel yang dapat menimbulkan menyimpangnya perilaku peserta
didik ( Cole and Chan : 1987,
Sekaitan
didasari
Biggs and Telfer : 1987 ).
dengan upaya sekolah/guru, yang
tanggung dawab untuk membina
kepatuhan
walaupun
peserta
pada norma sekolah, namun adakalanya daiam penggunaan alat
pendidikan,
yakni daiam menata situasi dan tindakan
dilakukan, malah
dasar
hal
menimbulkan
demikian
yang
ketidakkepatuhan, maka atas
timbul suatu
permasalahan:
"
pendidikan apa sebenarnya yang di gunakan guru daiam
Alat
mem
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah ?".
Kon-
sekuensi dari pertanyaan itu menghendaki bahwa upaya
guru
bina
daiam
membina kepatuhan peserta didik pada norma
sekolah
dengan menggunakan alat pendidikan patut diteliti dan
telaah,
karena guru,
khususnya para guru yang bergerak da-
lam bidang Pendidikan Umum,mempunyai peran
penting
di-
dan andil yang
daiam upaya membina kepatuhan peserta didik
pada
norma yang berlaku di sekolah, sebagai bagian dari pembentukan pribadi yang disiplin.
Selain itu penting untuk menggambarkan
upaya
yang
dilakukan guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada
norma yang berlaku daiam lingkungan sekolah,
baik di
lam kelas maupun di luar kelas dan pertautannya satu
12
da-
sama
lain
daiam upaya memelihara dan
meningkatkan
kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah peserta, hingga mendadi
perilaku yang dimilikinya sendiri.
Upaya
norma
guru
membina kepatuhan peserta
didik
sekolah adalah sebagai upaya pemeliharaan
ningkatan kepatuhan peserta didik
pada
dan
pe-
pada norma sekolah yang
didasarkan atas kesadaran diri pribadi atau sebagai priba
di yang berdisiplin atas dasar self-disiplin. Hal ini
suai
dengan
rumusan tuduan Pendidikan Umum dari
se-
Philip
H.Phenix ( 1964:8) yaitu :
A complete person should be skilled in the use of
speech symbol and gesture, factually well informed, ca
pable of creating and appreciating objects of esthetic
significance, endowed with a rich and disciplined life
in" relation to self and others, able to make wise
decision and dudge between right and wrong and possesed of an integral out look.
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Upaya
guru
membina
kepatuhan
peserta didik pada
norma sekolah dengan menggunakan alat pendidikan di
ling
kungan sekolah adalah amat penting,karena guru dan peserta
didik
mempunyai peranan yang saling
melengkapi.
Peranan
guru dan peranan peserta didik memang tidak dapat ditentukan atau dilaksanakan, kecuali daiam hubungannya satu sama
lain.
Sebagaimana dikemukakan oleh J.W, Getzels dan
H.A.
Thelen ( 1960, A.Morrison dan D.McIntyre, ed,1972 : 18 ) :
Roles
are complementary. The are
interdependent
in
that each role derives its meaning from the other
related roles. In sense, a role is a prescription not
only
for
the given role-incumbent but
also
for
the
incumbents of other roles within the institutions
and
for related outside the institutions.Thus, for example,
the role of teacher and the role of pupil cannot be de
fined or implemented except in relation to each other
13
Dengan demikian peranan yang diharapkan terhadap guru, ti
dak hanya ditudukan pada peranan peserta didik untuk patuh
pada norma yang berlaku di sekolah, tetapi guru diharapkan
dirinya sendiri patuh pada norma sekolah yang berlaku. Ka
rena kepatuhan guru pada norma sekolah adalah sudah menda
di kewadiban dan tanggung dawabnya, demikian pula
guru
agar peserta didik patuh pada norma
harapan
sekolah
adalah
haknya. Jadi pada peranan guru tersebut melekat hak, kewa
diban, dan tanggung dawab.
Demikian pula peranan
peserta
didik, maka peserta didik wadib untuk patuh pada norma se
kolah, dan bertanggungdawab terhadap peranannya, lebih-lebih kalau melanggar norma sekolah.
Oleh karenanya daiam membina kepatuhan peserta
di
dik terhadap norma yang berlaku di lingkungan sekolah, di
kehendaki
sekolah/guru mampu menata situasi dan
tindakan
yang dilakukan guru mencerminkan figur guru yang berwibawa
dan
patut mendadi teladan
baik
bagi
peserta didik,
situasi dan tindakan yang dilakukan
guru
sehingga
mendukung
bagi terwududnya kepatuhan peserta didik pada norma
seko
lah. Daiam hal ini, Emile Durkheim ( daiam Cheppy, 1988
:
114 ) menyatakan:
bahwa guru harus mendadi suara, simbol dan contoh da
ri disiplin dan sanksi, baik daiam upaya mendadi lambang anak, sebagai tahap kunci dari kehidupan moral dan
sosial, maupun untuk memungkinkan guru dan kelas memenuhi tugas sehari-hari mereka dengan mewududkan ketertiban dan efisiensi.
Upaya
pada
norma
guru daiam membina kepatuhan
sekolah dengan menggunakan
peserta
alat
pendidikan,
pada intinya merupakan upaya untuk membantu peserta
14
didik
didik
agar
mendadi sadar norma atau
self-discipline,
sehingga
dari situasi yang dltata dan tindakan dari alat pendidikan
yang digunakan akan membantu tahap kepatuhan peserta didik
dari tahap menganggap kepatuhan sebagai keharusan, mendadi
kelayakan, bahkan
diharapkan mendadi keyakinan.
Demi mempertegas masalah penelitian yang
dikemuka
kan, maka perlu ditentukan fokus yang akan diteliti.
Ada-
pun yang dimaksud fokus, menurut Lincoln dan Guba ( 1985 :
226 ) adalah "masalah daiam penelitian kualitatif".Sedang-
kan maksud yang ingin dicapai daiam penetapan fokus
litian menurut Lexy. J.
pene
Moleong ( 1985 : 54 ), adalah
tuk " (1) membatasi studi dan (2) memenuhi kriteria
sukkan-mengeluarkan sesuatu informasi yang baru
un
mema-
diperoleh
di lapangan. Atas dasar hal demikian, maka fokus daiam pe
nelitian ini adalah penataan situasi dan tindakan guru se
bagai
alat pendidikan yang digunakan guru
membina
daiam
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah. Penetapan
fo
kus tersebut didasari alasan bahwa meskipun terdapat upaya
daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma
namun
kalau penataan situasi maupun tindakan
pembinaan
kepatuhan itu tidak
sekolah,
guru
daiam
menumbuh-kembangkan
self-
disc iplin bahkan menekan need of self-discipline, maka bu
kanlah
menghasilkan kepatuhan,
tetapi ketidakpatuhan
pe
serta didik pada norma sekolah.
Penataan
situasi dan tindakan yang dilakukan
daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma
15
guru
sekolah,
adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan, memelihara dan me
ningkatkan self-discipline peserta didik, sehingga terbentuk sosok pibadi berdisiplin, baik dilihat prinsip sosialitas, individualitas maupun norma yang berlaku. Namun upa
ya tersebut daiam perspektif Pendidikan Umum adalah bagian
dari berbagai upaya pendidikan untuk menumbuhkan,
memeli
hara, mengembangkan dan meningkatkan potensi yang ada pada
manusia,
atas
Salah
secara terintegrasi, menudu pribadi
yang
utuh,
dasar dan sebagai manifestasi nilai iman dan
satu
potensi tersebut antara lain
adalah
taqwa.
potensi
kepatuhan yang merupakan dasar dari perilaku disiplin.
Dengan
demikian salah satu potensi yang harus
tumbuh-kembangkan oleh Pendidikan Umum daiam membina
badi
yang
utuh adalah membina pribadi
yang
yang bersumber pada nilai iman dan taqwa. Dari
dipri
berdisiplin
pembinaan
itu, diharapkan terwudud pribadi yang secara ridho meneririma, mengakui dan mematuhi norma-norma yang mengatur
ke
hidupan manusia, baik daiam kehidupan pribadi maupun kehi
dupan sosial, sebagai pancaran norma Ilahi.
Guna
menggali lebih daiam fokus
penelitian,
maka
diadukan pertanyaan-pertanyaan pokok penelitian :
1. Apa yang dilakukan guru daiam menata situasi pendidikan
untuk
membina
kepatuhan peserta
didik
pada
norma
sekolah ?
2. Apakah alasan guru menata situasi pendidikan sedemikian
itu ?
16
3. Apa
landasan
menata
kebidakan
yang mendadi acuan guru daiam
situasi pendidikan untuk membina kepatuhan
pe
serta didik pada norma sekolah ?
4. Tindakan apa
sada dari alat pendidikan yang digunakan
guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada
norma
sekolah ?
5. Kapan tindakan sebagai alat
guru
pendidikan itu,
digunakan
daiam membina kepatuhan peserta didik pada
sekolah
norma
?
6. Apakah latar belakang tindakan yang digunakan guru
bagai
alat pendidikan daiam membina kepatuhan
se
peserta
didik pada norma sekolah ?
C. Definisi Operasional
Demi untuk mempertegas rumusan masalah dan
memper-
tadam kegiatan penelitian, maka istilah-istilah yang digu
nakan perlu dibuat definisi operasionalnya, antara lain :
1. Membina Kepatuhan
Di daiam penelitian ini, istilah membina
kepatuhan
digunakan daiam arti upaya yang dilakukan guru daiam menggunakan
alat pendidikan, yaitu melalui
penataan
situasi
dan tindakan yang dilakukan, agar peserta didik melaksana-
kan dan tidak melanggar norma sekolah. Dari upaya
membina
kepatuhan ini diharapkan dapat tumbuh, terpelihara dan meningkat self-dicipline daiam mematuhi norma sekolah.
Istilah
kepatuhan daiam penelitian
ini
digunakan
daiam arti kepatuhan peserta didik yang didasari oleh
percayaan, kesadaran, kerelaan dan keihlasan daiam
sanakan
norma sekolah pada perilakunya,
17
dengan
ke-
melak-
tuntunan
guru di sekolah, melalui penggunaan alat pendidikan.
2.
Peserta Didik
Peserta didik adalah siswa yang terdaftar di
seko
lah yang mendadi lapangan penelitian.
3.
Norma Sekolah
Yang dimaksud dengan norma sekolah adalah
an-ketentuan
tertulis yang mengatur tugas
dan
ketentukewadiban
peserta didik di lingkungan ( tata tertib sekolah )
seko
lah dan ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis yang meng
atur cara-cara bergaul ( tata krama ) di lingkungan
seko
lah.
4. Penggunaan Alat Pendidikan
Maksud penggunaan alat pendidikan daiam
penelitian
ini diartikan sebagai tindakan-tindakan dan penataan situ
asi
yang dilakukan guru, agar peserta didik
melaksanakan
dan tidak melanggar norma sekolah. Tindakan yang dilakukan
guru antara lain daiam bentuk teladan, anduran, pemberitahuan, pembiasaan, gandaran dan hukuman, sedangkan penataan
situasi meliputi penataan situasi fisik, sosial dan psikologis di lingkungan sekolah.
D. Tuduan Dan Manfaat Penelitian
1.
Tuduan Penelitian,
adalah :
a. Memperoleh gambaran tentang upaya yang dilakukan gu
ru
daiam
menata
situasi
pendidikan
guna membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
b. Menggali latar belakang ditatanya situasi pendidikan
oleh
guru
yang ditudukan untuk
18
membina
kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah.
c. Menggali landasan kebidakan yang mendadi acuan guru
daiam menata situasi pendidikan daiam membina
kepa
tuhan peserta didik pada norma sekolah.
d. Memperoleh deskripsi mengenai bentuk-bentuk tindakan
dari alat pendidikan yang digunakan guru daiam
mem
bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
e. Mengetahui kapan guru menggunakan bentuk-bentuk tin
dakan
dari alat pendidikan daiam membina
kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah.
f. Menggali latar belakang digunakannya alat pendidikan
oleh guru daiam bentuk-bentuk tindakan guna
membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
Dari tuduan penelitian ini diharapkan akan
menemu-
kan suatu pola yang dapat digunakan bagi pengembangan konsep
atau prinsip acuan daiam pembinaan kepatuhan
peserta
didik pada norma sekolah. Konsep atau prinsip demikian da
pat
didadikan sebagai satu pola alternatif
bagi
sekolah
maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya, terutama
daiam
membina kepatuhan pada norma-norma daiam perspektif Pendi
dikan
Umum. Selain itu pola pembinaan
kepatuhan
peserta
didik dengan konsep atau prinsip acuannya diharapkan dapat
mendadi
pola pembinaan awal dari rangkaian pembinaan
Di
siplin Nasional.
2.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan memperka-
ya,
bahkan
member! sumbangan pada
19
berbagai
upaya
yang
dilakukan guru daiam perilaku disiplin,khususnya kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah, baik daiam penataan
si
tuasi
ini
dan tindakan dari alat pendidikan.
Penelitian
diharapkan duga mendadi rintisan awal untuk lebih menelaah
berbagai upaya sekolah daiam menata situasi dan
mengguna-
kan alat pendidikan daiam melakukan sosialisasi dan
indi
vidual isasi norma bagi pengembangan pribadi peserta
didik
yang berdisiplin.
b.
Manfaat
Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat pula
member! sumbangan daiam hal-hal penataan situasi dan peng
alat pendidikan yang bersifat praktis
gunaan
umumnya
kepatuhan
pada
dan
daiam upaya membina perilaku disiplin,
peserta didik pada norma sekolah,
nyata,
khususnya
yang
perilaku "self-discipline". Dengan demikian
menudu
hal-hal
tersebut melahirkan bahan-bahan pemikiran yang berguna ba
gi pengembangan kebidakan-kebidakan maupun program-program
Pendidikan Umum di sekolah, daiam membina pribadi
peserta
didik.
c.
Manfaat Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang
utuh tentang upaya guru daiam membina peserta
agar patuh pada norma sekolah, melalui cara-cara
didik
penataan
situasi dan penggunaan alat pendidikan. Sekolah memperoleh
bahan masukan atau bahan banding serta bahan kadian
upaya lebih mengembangkan
daiam
dan meningkatkan pembinaan yang
dilaksanakan sekolah terhadap kepatuhan peserta didik pada
20
dilakukan guru daiam perilaku disiplin,khususnya kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah, baik daiam penataan
si
tuasi
in!
dan tindakan dari alat pendidikan.
Penelitian
diharapkan duga mendadi rintisan awal untuk lebih menelaah
berbagai upaya sekolah daiam menata, situasi dan
mengguna-
kan alat pendidikan daiam melakukan sosialisasi dan
indi-
viduasi norma bagi pengembangan pribadi peserta didik yang
berdisiplin.
b.
Manfaat
Prakt i s
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat pula
memberi sumbangan daiam hal-hal penataan situasi dan peng
gunaan
alat pendidikan yang bersifat praktis
umumnya
kepatuhan
pada
dan
daiam upaya membina perilaku disiplin,
peserta didik pada norma sekolah,
nyata,
khususnya
yang
perilaku "self-discipline". Dengan demikian
menudu
hal-hal
tersebut melahirkan bahan-bahan pemikiran yang berguna ba
gi pengembangan kebidakan-kebidakan maupun program-program
Pendidikan Umum di sekolah, daiam membina pribadi
peserta
didik.
c.
Manfaat Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang
utuh tentang upaya guru daiam membina peserta
agar patuh pada norma sekolah, melalui cara-cara
didik
penataan
situasi dan penggunaan alat pendidikan. Sekolah memperoleh
bahan masukan atau bahan banding serta bahan kadian
upaya lebih mengembangkan
daiam
dan meningkatkan pembinaan yang
dilaksanakan sekolah terhadap kepatuhan peserta didik pada
20
norma sekolah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan
dan memperkaya maupun sebagai umpan balik bagi guru maupun
daiam upaya membina kepatuhan pada norma sekolah, sehlngga
dapat
lebih memperluas wawasan dan meningkatkan lagi
plementasi
kegiatan dan cara-cara pembinaan yang
im-
dilaku
kan.
e.
Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan lebih memotivasl
tian berikutnya, khususnya peneliti pribadi, baik
peneli
sebagai
bahan masukan, memperluas wawasan dan mendalami kadian pe-
nerapan prinsip sosialltas dan individualltas nilai, moral
dan norma di lingkungan sekolah.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
katan
kualitatif. Pendekatan ini dilakukan
lapangan
adanya,
penelitian
yang bersifat
pende
pada
alamiah,
situasi
sebagaimana
tanpa dimanipulasi, terutama terhadap
data
dikumpulkan. Sebab pendekatan kualitatif merupakan
nan
filsafat post-positivisme atau filsafat
yang
cermi-
fenomenologi
menekankan pada pemahaman ( verstehen ) dan
yatan
terhadap perilaku manusia daiam
yang
pengha-
kehidupan
sehari-
hari. Oleh karena itu,penggunaan pendekatan kualitatif da-
lam
meneliti
suatu
masalah adalah
tepat,
kalau
untuk
mengetahui dan memahami apa yang sebenarnya terdadi
daiam
situasi dan proses yang alami.
Berdasarkan pandangan di atas, maka penggunaan pen
dekatan
kualitatif dipandang sesuai dengan fokus
masalah
penelitian, dengan beberapa alasan, antara lain : (1)
pe
nelitian ini mengambil latar di daiam dan di luar kelas di
mana alat pendidikan digunakan guru daiam membina kepatuh
an peserta didik pada norma sekolah. Untuk memahami bagai
mana guru menggunakan alat pendidikan itu, pendekatan kua
litatif dipandang sangat tepat,karena pendekatan ini lebih
memberi
penekanan pada proses guna mendawab
90
pertanyaan-
pertanyaan penelitian tentang apa yang dilakukan,
hal
itu
melalui
dilakukan,dan bagaimana cara
pendekatan
menciptakan
kualitatif yang
hubungan
mengapa
melakukannya;
menekankan
yang harmonis (
(2)
perlunya
rapport
)
antara
peneliti dengan subdek penelitian, serta dengan keberadaan
peneliti di daiam dan di luar kelas saat pergaulan
guru
dan
peserta
didik akan
teramati
antara
penggunaan
pendidikan
yang dilaksanakan guru secara wadar;
penelitian
ini duga ingin mengungkap kebidakan guru
tang
penggunaan alat pendidikan daiam
membina
alat
dan
(3)
ten
kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah. Untuk memahami bagaimana
kebidakan
pendidikan
daiam
membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
perlu
digunakan
guru tentang penggunaan alat
pendekatan
kualitatif, karena
pendekatan
ini
mengutamakan pandangan menurut pendirian masing-masing.
Daiam
pelaksanaan penelitian
kualitatif
tiga tipe studi kasus ( Bogdan dan Biklen,
yaitu
: (1) historical organizational case
observational
rical
terdapat
1982 : 59-51
studies,
case studies, dan (3) life history.
organizational case studies ( studi kasus
)
(2)
Histo
historis
keorganisasian ) yang memusatkan perhatiannya pada organi
sasi tertentu daiam waktu yang lama, menelusuri suatu
or
ganisasi atau peristiwa sejak awal pertumbuhannya.
Obser
vational
penga-
case studies ( studi kasus yang bersifat
matan ) yang memusatkan perhatiannya pada organisasi
ter
tentu atau pada aspek tertentu dari organisasi, antara la
in (a) suatu tempat tertentu di daiam organisasi
91
tertentu
< sebuah kelas,ruang dewan guru, kafetaria ), (b) satu ke
lompok orang khusus ( tim basket, tim guru ) dan (c) kegi
atan
sekolah ( perencanaan kurikulum, kegiatan ekstra
Life history ( riwayat hidup ) yang memusatkan
nya
).
perhatian
pada peristiwa yang menyangkut riwayat hidup
seorang
tokoh.
Tipe
studi kasus yang diterapkan daiam
penelitian
ini ialah observational case studies, karena yang
fokus
studinya adalah penggunaan alat
mendadi
pendidikan,
daiam
hal ini penataan situasi sekolah dan tindakan yang dilaku
kan
oleh guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada
norma sekolah. Daiam arti yang tidak ketat, maka apa
yang
mendadi fokus studi daiam penelitian ini adalah menyangkut
organisasi
sekolah, dengan bagian yang
mendadi
fokusnya
adalah penggunaan alat pendidikan oleh guru sebagai
kegi
atan sekolah. Para guru dipandang sebagai bagian organisa
si sekolah daiam bentuk satu kelompok orang khusus,sedang
kan penggunaan alat pendidikan di luar kelas dan di
daiam
kelas adalah sebagai bentuk dari tempat tertentu di
daiam
organisasi sekolah.
B. Lokasi dan Subdek Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Untuk meneliti penggunaan alat pendidikan oleh
daiam
membina kepatuhan peserta didik pada norma
guru
sekolah
di seluruh SMU Swasta Kotamadya Bandarmasin, dengan
meng
gunakan pendekatan kualitatif bukanlah hal yang mudah
tuk
dilaksanakan, karena akan terbentur
92
dengan
un
berbagai
keterbatasan, antara lain waktu studi,biaya dan kemampuan.
Oleh karena itu mengingat keterbatasan waktu studi,
biaya
dan kemampuan serta agar penelitian yang
lebih
mendalam dan menyeluruh, maka
penggunaan
dilakukan
penelitian
terhadap
alat pendidikan oleh guru daiam membina
kepa
tuhan peserta didik pada norma sekolah di SMU Swasta,
ha
nya dilaksanakan pada sebuah sekolah sada, dan yang
dipi-
lih adalah SMU KORPRI Kotamadya Bandarmasin.
Adapun penentuan sekolah yang mendadi lokasi
pene-
nelitian itu ditentukan melalui berbagai pertimbangan
tara lain
an
:
1. Menurut
Kepala
Kantor Depdikbud Kotamadya Bandarmasin
termasuk sebagai sekolah yang dipandang baik daiam mem
bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
2. Dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang telah
bat
sedak sekolah didirikan hingga
sekarang.
menda-
Berarti
kepala sekolah itu telah begitu mengetahixi seluk
beluk
penggunaan alat pendidikan yang digunakan di sekolahnya
daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma
seko-
kolah.
3. Sekolah
itu
terletak
di daerah pinggiran dan peserta
didiknya sebagian besar berasal dari kalangan bawah da-
lam kategori sosial ekonomi, namun dapat
diri
menyedajarkan
daiam mencapai prestasi pada kegiatan
kegiatan
intra
ekstra kurikuler, antara lain prestasi
dan
bela
dar, pramuka, paskibraka, ksenian dan olah raga.
4. Memberikan kemudahan, keramahan
93
dan
keterbukaan daiam
memberikan informasi dan kesediaan untuk langsung diamati serta memungkinkan peneliti sesering mungkin ber
ada di lapangan.
5. Menurut masyarakat
di lingkungan sekolah itu, sekolah
ini termasuk kategori sekolah yang berdisiplin tinggi
daiam menanamkan kepatuhan pada norma sekolah.
Jadi pemilihan sekolah yang menjadi lokasi penelitian ada
lah didasari pertimbangan repxitasi sekolah di antara seko
lah swasta yang ada di Kotamadya Banjarmasin,terutama yang
seusianya.
Selain itu pendapat masyarakat di
lingkungan
sekolah itu dan kemudahan serta keramahan yang diberikan.
Sebagaimana
yang dilakukan oleh Sara Lawrence Lighfoot
( 1983 : 11 ) daiam menentukan sekolah yang menjadi lokasi
penelitian, yakni
:
Our selection not scientific. Mo random sample was
taken, no large-scale opinions survey were sent out
in
order to have identify good schools. They were chosen
because ol their reputation among school people
the
high opinion of them shared by their inhabitans and
surrounding comunities, and because the offered ea-.v
and generous entry.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian penelitian ditentukan secara pur
posive,
yakni subjek yang ditentukan langsung oleh pene
liti, karena bertalian dengan masalah dan tujuan peneliti
an. Spradley ( daiam Sanapiah Faisal, 1990 : 57-58 )
mengemukakan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan
daiam memilih subjek penelitian, antara lain :
1- Subjek yang telah cukup lama dan intensif " menyatu
dengan suatu kegiatan atau "medan aktivitas "
yang menjadi sasaran perhatian peneliti
2. Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada
94
lingkungan/kegiatan yang mendadi sasaran atau perhatian peneliti.
3. Subdek yang mempunyai cukup banyak waktu atau
ke-
sempatan untuk dimintai informasinya.
4. Subdek yang sebelumnya tergolong masih "asing" de
ngan peneliti sehingga peneliti dapat merasa lebih
tertantang untuk "beladar" sebanyak mungkin dari
subdek yang semacam "guru baru" bagi dirinya.
Berdasarkan hal demikian dan pengamatan selama di
an, maka subdek penelitian dipilih adalah kepala
lapangsekolah,
guru yang relatif senior dan aktif-terlibat daiam
membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah, bersedia serta
mempunyai waktu untuk memberi informasi.
C. Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland ( 1984 : 47, L.J. Mole-
ong,1988 : 95 - 96 ) bahwa sumber dan denis data yang uta
ma daiam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindak
an,
selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen
dan
Iain-lain.
Sumber
data yang diperlukan daiam
penelitian
ini
terdiri dari dua bagian :
a. Sumber
data
diperoleh
primer
yaitu kata-kata dan tindakan yang
dari : ( 1 ) situasi alami ( wadar
)
yang
terdadi di lingkungan sekolah yang mendadi tempat pene
litian, baik situasi fisik, sosial maupun psikolologis,
( 2 ) Pimpinan sekolah dan para guru senior serta
para
peserta didik.
b. Sumber data sekunder adalah segala data yang diperlukan
dan dipandang menundang data primer, meliputi
dokumen tertulis dan foto-foto.
95
dokumen-
Sedangkan data penelitian diperoleh dari (1) hasil
matan
penga-
langsung peneliti sendiri terhadap penggunaan
alat
pendidikan oleh guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada norma sekolah baik di daiam kelas atau di luar kelas,
(2) hasil wawancara dengan Pimpinan sekolah, para guru dan
peserta didik yang dimintai keterangannya tentang
penggu
naan alat pendidikan di daiam dan di luar kelas daiam sua
sana yang wadar, dan (3) hasil studi dokumentasi
dokumen-dokumen
penggunaan
dan
foto-foto
yang
terhadap
berhubungan
alat pendidikan oleh guru pada
dengan
peserta
didik
daiam membina kepatuhan pada norma sekolah.
D. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian
1.
Observasi
Teknik ini digunakan oleh peneliti agar dapat
hubtingan secara langsung dengan dengan subdek
sehingga
ber-
penelitian,
dapat melihat langsung apa yang terdadi
di
la-
pangan. Patton ( daiam S.Nasution, 1988 : 59-60 ) mengemu-
kakan beberapa manfaat penggunaan observasi daiam
pengum
pulan data, sebagai berikut :
1. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu me
mahami konteks data daiam keseluruhan situasi.
2. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti
menggu
nakan pendekatan induktif, dadi tidak dipengaruhi
oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya.
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
tidak diamati orang lain,khususnya orang yang ber
ada
daiam lingkungan itu, karena
telah
dianggap
"biasa" dan karena itu tidak akan terungkap
daiam
wawancara.
4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya ti
dak akan terungkap oleh responden daiam
wawancara
karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi kare
na dapat merugikan nama lembaga.
5. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar
responden
sehingga peneliti
yang lebih komprehensif.
96
memperoleh
persepsi
gambaran
6. Daiam lapangan penelitian tidak hanya dapat mengaadakan pengamatan akan tetapi duga memperoleh
ke-
san-kesan pribadi.
Adapun
ini adalah
hal-hal yang diobservasi
daiam
penelitian
:
1. Situasi fisik sekolah, daiam hal ini tataan keadaan fi
sik sekolah.
2. Situasi
sosiologis
dan
psikologis sekolah, daiam hal
ini latar belakang pendidikan guru dan pergaulan kepala
sekolah, guru dengan siswa.
3. Tindakan guru daiam membina kepatuhan peserta didik pa
da norma sekolah di luar kelas dan di daiam kelas.
Daiam
penelitian ini teknik
observasi
dilakukan,
selain observasi partisipasi pasif,kadang-kadang duga ikut
serta secara wadar melalui berbagai kegiatan, misalnya rapat bulanan sekolah dan upacara pengibaran bendera.
Observasi partisipasi pasif dilakukan terhadap
ristiwa-peristiwa yang berlangsung, khususnya yang
itan
dengan data-data yang diperlukan, misalnya
pe-
berkadi
kelas pada waktu sebelum dam peladaran dimulai, saat
luar
upa
cara hari Senin, saat pelaksanaan senam kesegaran jasmani,
saat
dam istirahat dan pulang sekolah, meliputi
berbagai
tindakan guru terhadap peserta didik yang terlambat datang
ke
sekolah, tidak lengkap pakaian seragam,
membolos,
merokok,
maupun terhadap peserta didik yang aktif
dan
daiam
kegiatan sekolah, daiam hal ini yang aktif di paskibra se
kolah,
olah raga. Observasi duga dilakukan di ruang
guru
dan terhadap tindakan guru di daiam kelas, daiam hal dila
kukan terhadap guru-guru yang bersedia untuk
97
diobservasi,
antara
lain guru yang mengadar mata peladaran
Pendidikan
Agama Islam, Sedarah, Kimia, Biologi,Bahasa Indonesia.
2. Wawancara
Wawancara
lalui
digunakan utuk memperoleh data-data
percakapan antara pewawancara dengan yang
me
diwawan-
carai daiam nuansa hubungan yang bersifat pribadi, sehing
ga pewawancara dapat mengetahui persepsi tentang dunia kenyataan dan memasuki dunia pikiran dan perasaan yang diwawancarai.
Maksud diadakannya wawancara,
dan
( 1985 : 266 ) antara
Guba
lain;
menurut
"
Lincoln
mengkonstruksi
mengenai orang, kedadlan, kegiatan, organisasi,
perasaan,
motivasi, tuntutan, keperdulian, dan lain sebagainya.
Adapun tuduan dari dilakukannya wawancara ( A.
Son-
haddi, 1994 : 63 ) adalah untuk memperoleh konstruksi yang
terdadi sekarang tentang orang, kedadian, aktivitas, orga
nisasi,
perasaan,
gainya;
motivasi,
pengakuan, kerisauan dan seba
rekonstruksi keadaan tersebut berdasarkan
penga
laman masa lalu; proyeksi keadaan tersebut yang diharapkan
terdadi pada masa yang akan datang; dan verifikasi, pengecekan dan pegembangan informasi.
Daiam penelitian ini wawancara dilakukan bervariasi
dan melihat momen,
dimana akan melakukan wawancara
secara
Informal, atau wawancara dengan menggunakan petunduk
wawancara,
dan wawancara baku terbuka. Daiam
penelitian
kualitatif, biasanya dimulai dengan
informal,
beralih
pelaksanaan
setelah berdalan daiam waktu tertentu,
pada wawancara dengan menggunakan
98
umum
wawancara
barulah
petunduk
umum
dan wawancara baku terbuka ( S.Nasution,
1988 :" 74 ).
Adapun masalah-masalah yang digali daiam penelitian
ini dengan menggunakan teknik wawancara adalah :
1. Latar
belakang
tataan
situasi
fisik, sosiologis dan
psiklogis sekolah.
2. Pandangan
terhadap
peserta didik yang patuh dan tidak
patuh pada norma sekolah.
3. Tindakan-tindaka
PADA NORMA SEKOLAH
( Studi Kualitatif Penggunaan Alat Pendidikan
Oleh Guru Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah di SMU KORPRI
Kotamadya Banjarmasin)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Program Pasca Sar jana
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh
SARBAINI
9332056
PROGRAM PASCA SARJANA
IK IP BANDUNG
1995
TESIS INI TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN
UNTUK DIAJUKAN PADA UJIAN TAHAP I
PEMBIMBING I
DR.H.M.I.
SOELAEMAN
PEMBIMBING II
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
BAB
I.
PENDAHULUAN
A.
B.
BAB
II.
iii
1
Latar Belakang Masalah.
Fokus dan Pertanyaan Penelitian
1
13
C.
Definisi Operasional
17
D.
Tuduan dan Manfaat Penelitian
18
LANDASAN
KONSEPTUAL
DALAM MENELAAH
GURU
MEMBINA KEPATUHAN PESERTA DIDIK PADA NORMA
SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN UMUM..
22
A.
Telaah Konseptual Pendidikan Umum
22
1.
2.
22
28
B.
Pengertian Pendidikan Umum
Tuduan Pendidikan Umum
Telaah
Konseptual
Membina
Kepatuhan
Landasan Guru Daiam
Peserta
Didik Pada
Norma Sekolah
34
1.
34
2.
Sekolah dan Norma-Norma
a.
Pengertian Sekolah
34
b.
c.
Sekolah dan Sosialisasi Norma....
Norma-Norma Sekolah.
35
43
Kepatuhan
Peserta
Didik Pada Norma
Sekolah.
49
a.
b.
Pengertian Kepatuhan
Latar Belakang Kepatuhan
c.
Dinamika
49
Peserta
Didik Pada Norma Sekolah
Perkembangan
50
Kepatuhan
Peserta Didik Pada Norma Sekolah
3.
Kewibawaan Guru
4.
Penggunaan Alat Pendidikan Oleh
Guru
Daiam Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah
57
62
69
a. Teori
dan
Pendekatan Acuan Bagi
Penggunaan Alat
Pendidikan
Daiam
Kepatuhan Peserta Didik Pada Norma
Sekolah
69
b. Alat Pendidikan yang Digunakan Dalam Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah
77
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
90
A.
Metode Penelitian
90
B.
Lokasi dan Subdek Penelitian
92
C.
Sumber dan Jenis Data
95
D. Teknik
E.
BAB
IV.
Pengumpulan
Data
dan Instrumen
Penelitian
Pemeriksaan Keabsahan Data
96
102
F. Tahap-Tahap Penelitian
106
HASIL PENELITIAN
113
A.
115
Profil Lokasi Penelitian
B. Deskripsi,
Interpretasi dan Analisis Ha-
sil Penelitian
119
1. Pandangan Guru Terhadap Peserta Didik
yang Patuh Pada Norma Sekolah
2.
Penataan
Situasi
Pendidikan
3.
Norma Sekolah
Alasan Guru Menata Situasi Pendidikan
Membina Kepatuhan Peserta Didik
119
Untuk
Pada
134
Untuk Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah
150
4. Landasan Kebijakan yang Mendadi Acuan
Guru
Daiam Menata Situasi Pendidikan
Untuk Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada Norma Sekolah
.
161
5. Tindakan Pendidikan Sebagai Alat Pen
didikan
yang
Digunakan Guru Daiam
Membina Kepatuhan Peserta Didik
Pada
Norma Sekolah
6.
172
Saat Tindakan Sebagai Alat Pendidikan
Digunakan Guru Untuk Membina Kepatuh
an Peserta Didik Pada Norma Sekolah..
187
7. Latar Belakang Tindakan Sebagai Alat
Pendidikan yang Digunakan Guru Daiam
Membina Kepatuhan Peserta Didik Pada
Norma Sekolah
BAB
V.
PEMBAHASAN,
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
195
205
A.
B.
Pembahasan
Keterbatasan Penelitian
205
214
C.
kesimpulan
215
D.
Rekomendasi
218
KEPUSTAKAAN
218
LAMPIRAN-LAMPIRAN
223
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia dan pendidikan, tidaklah dapat
dipisahkan.
sebab pendidikan merupakan upaya manusia untuk memanusiawikan manuBia. Oleh karena itu pendidikan
kemungkinan,
bukan
sekedar
melainkan merupakan suatu keharusan,
untuk
dapat hidup, lebih tepat lagi, untuk dapat hidup sebagai
manusia (M.I. Soelaeman : 1994 : 166 ). Bilamana manusia,
tidak mendapat pendidikan, sulit dibayangkan dapat
terus, apalagi mendadi manusia yang mampu
hidup
melaksanakannya
dengan penuh tanggung jawab daiam dunia yang kompleks. Jadi manusia daiam konteksnya dengan pendidikan adalah manu
sia yang harus dididik, dapat dididik dan akhirnya
diha-
rapkan mampu mendidik dirinya sendlri. Itulah manifestasi
manusia sebagai insan pendidikan.
Sekaitan
dengan manusia sebagai
insan pendidikan
yang membutuhkan pendidikan sebagai upaya pe'nlngkatan kualitas hidupnya sebagai manusia.Ada beberapa persoalan yang
perlu
digarisbawahi, seperti yang dikemukakan
oleh M.I.
Soelaeman ( 1994 : 164 ) :
PfiT'tama: bahwa pendidikan itu pada dasarnya
merupa
kan suatu perbuatan atau tindakan, mengundang pertanya-
an, apa yang dimaksud dengan perbuatan atau tindakan
itu; apakah tindakan tersebut bersifat sepihak atau
timbal ballk, apakah tindakan itu bersifat menentukan
sepenuhnya atau masih ada hal-hal lain yang turut mempengaruhi berhasil-tidaknya tindakan pendidikan itu,
dan selanjutnya; untuk maksud atau tujuan apa
tindakan
itu dilaksanakan.
Dua: Bahwa tindakan pendidikan itu diarahkan kepada su
atu maksud atau tujuan tertentu, muncul persoalan; apa
yang
dimaksud
atau dituju oleh tindakan tersebut ?
Ketiga: Untuk mencapai tuduan pendidikan itu, apa sadakah, bahan pendidikan apakah, pengetahuan dan kemahiran apakah, sifat, sikap dan karateristik apakah,
gambaran pribadi yang bagaimanakah yang diharapkan dimiliki terdidik kelak?
Keempat: Bahwa
tindakan
yang dilakukan oleh seseorang
terhadap seseorang menyiratkan suatu pertanyaan mengenai siapa orangnya yang mendidik dan yang dididik itu
dan lebih landut apa sebenarnya dan bagaimana karakteristik dan slfat orang yang dimaksud; pertanyaan ini cukup mendasar dan lebih merupakan persoalan antropologi.
Lima: Di mana dan daiam keadaan atau situasi
tindakan pendidikan itu diambil.
bagaimana
Kelima persoalan di atas, muatan maknanya daiam suatu pe-
laksanaan pendidikan amat dipengaruhi oleh pandangan filosofis yang dianut oleh seseorang, pengelola, lembaga,
ma-
syarakat dan bangsa yang melaksanakan pendidikan itu.
Demikian pula dengan pelaksanaan pendidikan di
donesia
adalah berdasarkan pada
pandangan
In
filosofisnya,
yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dengan berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, pelaksanaan pendidikan Indonesia ber-
upaya membantu perkembangan kemampuan dan meningkatkan kehidupan dan martabat manusia Indonesia, mendadi sosok
ma
nusia yang diharapkan, yakni seperti yang dikehendaki oleh
Tuduan Pendidikan Nasional daiam UU RI NO.2 Tahun 1989 dan
GBHN Tahun 1993.
Ada
pun
sosok manusia Indonesia
yang
diharapkan
tersebut menurut UU RI No.2 tahun 1989 adalah :
...manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan dasmanI dan rokepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
hani,
tanggung dawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sedangkan daiam Ketetapan MPR No.II/MPR/1993 Tentang GBHN,
maka sosok manusia yang diharapkan terbina melalui
bidang
Pendidikan adalah :
..-manusia yang beriman dan bertaqwa tehadap
Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerda keras, tangguh, bertanggungdawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat dasmani dan
rohani, cinta Tanah Air, tebal semangat kebangsaan dan
kesetiakawanan sosial, percaya kepada diri sendiri,
serta sikap dan perilaku inovatif, kreatif, manusia
pembangunan yang membangun diri sendiri serta bersamasama bertanggungdawab atas pembangunan bangsa.
Manakala
dikadi telik, rumusan sosok manusia
yang
diha
rapkan daiam UU RI No.2 Tahun 1989 dan GBHN 1993, maka so
sok manusia tersebut meliputi dirinya < Soeprapto, 1993
:
50 ) sebagai "pribadi, sebagai warga masyarakat dan bangsa
dan sebagai tenaga pembangunan ".
Dengan demikian, daiam konteksnya pada
pelaksanaan
pendidikan, maka manusia Indonesia daiam posisinya sebagai
pribadi,
baik sebagai pendidik maupun peserta didik hen-
daknya secara bersama-sama dapat meningkatkan kemampuannya
daiam
membawa diri, daiam hubungannya dengan
Tuhan
Yang
Maha Esa, hingga mendadi manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, serta mendadi manusia
yang
sehat dasmani dan rohani.
Sebagai warga masyarakat dan warga bangsanya,
pen
didik dan peserta didik diharapkan meningkatkan kemampuan
nya daiam menanggapi segala persoalan daiam
dan
lingkungannya
mampu mengkomunikasikan dengan baik, untuk itu
rapkan berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
diha
bertanggung
dawab. cinta Tanah Air, tebal semangat kebangsaan dan rasa
kesetiakawanan sosial. Sebagai tenaga pembangunan,
dik
dan peserta didik diharapkan bekerda keras,
pendi
tangguh,
berdisiplin, mandiri, cerdas dan terampil. Dengan demikian
rumusan tuduan ini mencakup ( Soeprapto, 1993 : 52 ) :
1. Kemampuan pengungkapan diri ( self realization)
2. Kemampuan hubungan sesama ( human relationship)
3. Kemampuan bersikap ekonomis ( economic efficien
cy )
4. Kemampuan bertanggungdawab kewarnegaraan ( civicresponbility ).
Oleh karena itu, daiam suatu
an,
pelaksanaan pendidik
peserta didik sebagai manusia yang sedang
"mendadi"
dan sebagai aset nasional yang potensial haruslah mendapat
bimbingan, pengembangan dan peningkatan sesuai dengan
Tu
duan Pendidikan Nasional.
Salah satu aspek sosok manusia yang diharapkan
dikehendaki daiam Tuduan Pendidikan Nasional adalah
dan
sosok
manusia yang berdisiplin. Berarti daiam diri sosok manusia
Indonesia
dan
diharapkan dan dikehendaki
tumbuh,
meningkatkan nilai disiplin daiam
berkembang
perilakunya.
karena itu, aspek sosok manusia yang berdisiplin
Oleh
mendadi
salah satu sasaran daiam pelaksanaan pendidikan nasional.
Daiam rangka mencapai sosok manusia yang
lin,
maka
sekolah dengan segala upaya,
berdisip
hendaknya
mampu
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh,
berkem
bang,
sehingga
mendadi
diri ( self-discipline ) daiam perilaku
peserta
dan meningkatnya nilai disiplin,
disiplin
didik.
Dapat dikatakan sebagai suatu indikasi bahwa
sekolah telah tumbuh dan berkembang nilai disiplin
suatu
daiam
perilaku peserta didiknya, antara lain terdapatnya perila
ku
yang
patuh pada norma sekolah. Sebab
disiplin
itu
sendiri ( Darddi Darmodiharddo, 1982 : 8-9 ) adalah "
kap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi
tuan,
peraturan dan norma yang berlaku
tugas dan tanggung dawab ", atau pun
nandar
daiam
si-
keten-
menunaikan
menurut
Utami
Mu-
( Ashar, S.M, 1982 : 2 ) sebagai " kesadaran
diri
untuk mentaati nilai, norma dan aturan yang berlaku
daiam
lingkungannya". Dengan adanya kepatuhan peserta didik pada
norma
sekolah,
akan mewududkan lingkungan
sekolah
yang
tertib, teratur, tentram, efektif dan efisien daiam menca-
pai
tuduannya. Sebagaimana
Dahlan ( 1982 : 62
dikemukakan
oleh
M.
Ddawad
) bahwa :" Disiplin lebih merupakan as
pek kepribadian. Disiplin itu sendiri merupakan motif
tuk dapat
(
need
hidup
teratur (
un
need for order ), berprestasi
for achievement ), tekun, ulet dan tabah
(
need
for endurance)".
Lingkungan
yang
sekolah dengan
indikator
kedisiplinan
dikemukakan tersebut, akan membentuk kehidupan
ter
tib, teratur,tentram, efektif dan efisien daiam lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat. Demikian pula
nya,
sebalik-
bilamana kehidupan daiam sekolah kurang tertib,
ku-
rang teratur, dan kurang tentram, maka akan melahirkan keresahan
akan
daiam
lingkungan sekolah itu sendiri,
duga
khususnya
ling
kungan masyarakat yang berdekatan dengan lingkungan
seko
lah.
SMA.
mendalar ke lingkungan masyarakat,
dan
Demikian pula halnya di lingkungan
sekolah
tingkat
Masalah pembinaan disiplin, terutama agar menumbuhkembangkan kepatuhan peserta didik pada norma sekolah men
dadi lebih penting lagi, apalagi di lingkungan sekolah pa
da tingkat SMA, di mana peserta didik umumnya berada
taraf transisi, baik segi fisik, sosial dan maupun
onal.
pada
emosi-
Sebagaimana dinyatakan oleh Alexander ( 1981 : 8
)
bahwa masa transisi ini membuat "the middle school years a
periode of emotional turmoil". Selain itu peserta didik di
tingkat SMA lazimnya berusia remada ( adolescence ),
yang
menurut Ralp L.Mosher ( 1986, A.Kosasih Ddahiri,1992 :10 )
bahwa masa adolesence adalah " masa khusus untuk penentuan
peringkat
nilai
masa
ini
adalah
masa
idealisme,
exlusive selfishness, hedonisme, bertendensi untuk
berekspresi
moral".
dan gedolak ke arah 'erosion of
Oleh karena itu, masalah disiplin,
kepatuhan
conventional
daiam hal
ini
pada
tingkat
SMA ini,dipandang sebagai sesuatu yang rawan bagi
tumbuh-
kembangnya
peserta didik pada norma sekolah
selalu
perilaku peserta didik yang tidak
patuh
pada
norma sekolah.
Sehubungan
dengan itu, hasil laporan PPL BP
Maha-
siswa Jurusan PPB FIP IKIP Bandung di beberapa SMA Kotamadya Bandung ( 1988 ) telah menundukkan adanya bentuk peri
laku peserta didik yang kurang disiplin di daiam lingkung
an sekolah, seperti membolos dari sekolah, malas
senang
suka
menyontek, sering tidak
memperhatikan
ribut di daiam kelas, tidak teratur
beladar,
peladaran,
daiam
beladar,
sering tidak mengerdakan tugas dan sering tidak
mengikuti
peladaran tertentu. Perilaku yang kurang disiplin tersebut
menundukkan
bahwa sebagian peserta didiknya
tidak
patuh
pada norma yang berlaku di sekolah.
Bahkan Saiful Bahri ( 1994 : 6
tiannya
yang
) dari hasil peneli-
di SMA menundukkan bahwa kecendrungan
siswa
dikeluhkan pihak pendidik dan orang tua adalah
culnya
SMA
mun-
perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu
ke-
pentingan orang lain. Perilaku tersebut berbentuk perkelahian, mengucapkan kata-kata yang tidak sopan,
corat-coret
dengan kata-kata gambar-gambar yang tidak senonoh,
membo-
los dari sekolah, merusak fasilitas beladar ( bangku, meda
dan
buku peladaran ) bahkan sampai tindakan melawan
guru
atau orang tua.
Berbagai ketidakpatuhan peserta didik daiam perila
kunya di lingkungan sekolah, sebagaimana yang
diungkapkan
dari hasil penelitian di atas, telah menegaskan
dikemukakan
oleh Crow dan Crow ( 1953 : 173,
apa
yang
1960 : 313 )
tentang perilaku yang dianggap para guru sebagai "types of
disciplinary problems" dan " behavior difficulties related
to school experiences"
( Crow and Crow,
1956 : 178 )
atau
menurut Henry Clay Lindgren ( 1956 : 170 ) sebagai "child
ren's
behavior problems " dan
"misbehavior"
sebagaimana
dikemukakan oleh Yelon dan Weintein ( 1977 : 379
).
Namun dari kasus seperti dikemukakan oleh M.A Liwo-
so ( 1989 :2
) daiam hasil penelitiannya, menundukkan bah
wa tidak sedikit remada yang ditemukan " teler "
di dalan
raya dan diamankan di kantor polisi, dan kebanyakannya
adalah siswa SLTA yang berumur antara 16 sampai 17 tahun.
Selain itu terdapatnya kasus-kasus kenakalan para peserta
didik, meningkatnya korban dari kenakalan para peserta di
dik, perkelahian massal antar peserta didik, peserta didik
yang bergerombol pada jam belajar di luar lingkungan seko
lah, seperti di tempat-tempat umum, sebagaimana dipublikasikan media massa, menundukkan adanya perilaku kurang di
siplin dari peserta didik di luar lingkungan sekolah. Misalnya berita pemerasan yang dilakukan oleh siswa meresahkan wali murid ( Pikiran Rakyat, 27 Desember 1994, halaman
4 ). Kejadian-kejadian itu menggambarkan bahwa peserta di
dik, bukan saSa tidak patuh pada norma sekolah, tetapi sudah melangkah lebih jauh lagi, yakni melanggar norma masyarakat.
Adanya perilaku peserta didik yang tidak patuh pada
norma yang berlaku, tidak hanya di daiam lingkungan seko
lah, bahkan juga di luar sekolah, menimbulkan keresahan
dan pertanyaan. Pertama, mengakibatkan masyarakat seringkali mengkaitkannya dengan kredibilitas sekolah/guru da-
lanf membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
Seperti munculnya beberapa anggapan yang menyatakan bahwa
"sekolah-sekolah kita dewasa ini, sangat mengabaikan fung
al sosialisasi" ( Harsya Bahtiar, daiam Media Indonesia,
10 April 1993 ), demikian pula terhadap anggapan bahwa
"alasan-alasan pembangunan telah memaksa sekolah dan guru-
guru lebih mengedar kualifikasi akademik dan profesional,
8
di mana mengadar dipandang lebih krusial dari
(
Tim
pengkadi
menimbulkan
IKIP Jakarta,
pertanyaan,
1990
:
mendidik ".
26-27
mengapa perilaku
).
Kedua,
peserta
sampai sedemikian itu ? Padahal peserta didik
didik
dikehendaki
mematuhi semua peraturan yang berlaku. Apa sebenarnya yang
bergedolak daiam diri peserta didik ?. Adanya berbagai kereasahan dan pertanyaan demikian, tidaklah mendadikan
se
kolah, daiam hal ini guru melepaskan diri dari tanggungdawabnya untuk melakukan pembinaan terhadap kepatuhan peser
ta didik pada norma sekolah.
Secara
konseptual dan berbagai
hasil
penelitian,
memang menundukkan bahwa sekolah mempunyai kontribusi
lam
da-
mengenalkan, menumbuhkan, memelihara dan meningkatkan
nilai-nilai
disiplin peserta didik, termasuk antara
lain
kepatuhan peserta didik pada norma-norma di sekolah.
Sekolah dianggap sebagai salah satu institusi
yang
tepat dan memiliki tanggung dawab bagi transfer
nilai-ni
lai , sistem keyakinan,
sentimen-
pengetahuan-pengetahuan,
sentimen, pola-pola perilaku dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Selaras dengan fungsi semacam itu, maka se
kolah, menurut Wuraddi,
( 1988 : 31 ), adalah : " memiliki
fungsi sosialisasi, daiam mana pola perilaku generasi muda
tidak boleh menyimpang dari pola perilaku serta
nilai-ni
lai dan norma-norma yang berlaku daiam masyarakat ". Untuk
itu daiam diri peserta didik perlu dipelihara dan
katkan
berlaku,
sekolah.
kepatuhan
demikian
pada nilai-nilai dan
pula nilai-nilai
dan
diting-
norma-norma
yang
norma-norma
di
sekolah.
Penumbuhan kepatuhan peserta didik pada nilai-nilai
dan
norma-norma, oleh sekolah di mulai dengan
pengenalan
pada peraturan-peraturan dan tata tertib yang harus
dita-
ati oleh peserta didik. Kepatuhan daiam mematuhi peraturan
dan tata tertib semacam itu menurut Wuraddi ( 1988: 92-93)
adalah " sangat diperlukan bagi anak, karena kelak apabila
anak
telah terdun berperan daiam lingkungan
sosial
lebih luas, penuh dengan masalah otoritas dan
yang
kedisiplin-
an.
Upaya
didik
sekolah daiam menumbuhkan kepatuhan
peserta
pada norma sekolah atas dasar kesadaran daiam
diri
sendiri, dikemukakan dari hasil penelitian dari Syamsu Yusuf
( 1989 : 99 ). Hasil penelitian tersebut
mengungkap-
kan bahwa sekolah termasuk di dalamnya guru, besar
andil-
nya daiam menumbuhkan disiplin diri kepada peserta
didik.
Dengan
duga
demikian penting sekali peranan sekolah,
guru untuk selain menumbuhkan, duga
meningkatkan
demikian
memelihara
kepatuhan pada norma sekolah daiam
dan
perilaku
peserta didik.
Adanya
perilaku yang kurang patuh pada
kolah dari peserta didik, yang tidak hanya
kungan
sekolah,
norma
di daiam ling
sekolah, tetapi sudah mendalar ke luar
dan
anggapan bahwa sekolah
se
telah
lingkungan
mengabaikan
fungsi sosialisasi dan mendidiknya, menimbulkan
pertanya
an apa sebenarnya yang dilakukan oleh sekolah/guru
daiam
melaksanakan fungsi sosialisasi,bahkan daiam hal mendidik?
Pertanyaan
itu dapat dikhususkan lagi, apakah
10
sebenarnya
yang dilakukan sekolah/guru daiam melaksanakan sosialisasi
norma
atau mendidikkan norma,
yakni upaya yang
dilakukan
sekolah/guru membina kepatuhan peserta didik pada norma di
sekolah.
Adanya perilaku ketidakpatuhan peserta didik
pada
norma sekolah dan adanya anggapan minor bahwa sekolah/guru
mengabaikan fungsi sosialisasi ataupun fungsi
norma,
mendidikkan
tentu berhubungan dengan upaya-upaya yang dilakukan
sekolah/guru
daiam membina kepatuhan peserta
norma sekolah.
didik
pada
Salah satu upaya yang dilakukan sekolah/gu
ru adalah dengan menggunakan alat pendidikan,yakni melalui
penataan situasi yang dan tindakan yang dilakukan.
Penataan
yang
semula
kepatuhan,
rapkan,
mana
318
situasi dan tindakan yang dilakukan
didasari oleh tanggung dawab
bukan
menghasilkan
kepatuhan
untuk
membina
seperti
dustru malah menimbulkan ketidakpatuhan.
dinyatakan oleh Crow dan Crow ( 1956
diha
Sebagai
: 180,
1960
) bahwa penyebab dari "behavior difficulties"
antara lain berhubungan dengan elemen-elemen dari
di
mana behavior difficulties ditundukkan.
oleh
Yelon dan Weinstein ( 1977 : 380-381
:
adalah
situasi
Demikian
)
guru
yang
pula
mende-
laskan bahwa penyebab dari "misbehavior" adalah berhubung
an
dengan
berbagai hal dengan situasi
kelas.
Sedangkan
tindakan yang digunakan guru, malah menimbulkan pula keti
dakpatuhan peserta didik, seperti yang dikemukakan
Clay Lindgren ( 1956 : 148 ) bahwa :
11
Henry
Direct treatment of behavior problem seldom gets at
its source; it is seldom based on any genuine
attempt
to
understand
the motivation and behavior
children.
Futhermore, it usually increases the fear that children
have
for adults and, with preadolescents
and
adoles
cents, may aggravate the aggresive, rebellious behavior
that is so common during theses stages of development.
Berarti bahwa perilaku guru dapat mendadi salah satu variabel yang dapat menimbulkan menyimpangnya perilaku peserta
didik ( Cole and Chan : 1987,
Sekaitan
didasari
Biggs and Telfer : 1987 ).
dengan upaya sekolah/guru, yang
tanggung dawab untuk membina
kepatuhan
walaupun
peserta
pada norma sekolah, namun adakalanya daiam penggunaan alat
pendidikan,
yakni daiam menata situasi dan tindakan
dilakukan, malah
dasar
hal
menimbulkan
demikian
yang
ketidakkepatuhan, maka atas
timbul suatu
permasalahan:
"
pendidikan apa sebenarnya yang di gunakan guru daiam
Alat
mem
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah ?".
Kon-
sekuensi dari pertanyaan itu menghendaki bahwa upaya
guru
bina
daiam
membina kepatuhan peserta didik pada norma
sekolah
dengan menggunakan alat pendidikan patut diteliti dan
telaah,
karena guru,
khususnya para guru yang bergerak da-
lam bidang Pendidikan Umum,mempunyai peran
penting
di-
dan andil yang
daiam upaya membina kepatuhan peserta didik
pada
norma yang berlaku di sekolah, sebagai bagian dari pembentukan pribadi yang disiplin.
Selain itu penting untuk menggambarkan
upaya
yang
dilakukan guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada
norma yang berlaku daiam lingkungan sekolah,
baik di
lam kelas maupun di luar kelas dan pertautannya satu
12
da-
sama
lain
daiam upaya memelihara dan
meningkatkan
kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah peserta, hingga mendadi
perilaku yang dimilikinya sendiri.
Upaya
norma
guru
membina kepatuhan peserta
didik
sekolah adalah sebagai upaya pemeliharaan
ningkatan kepatuhan peserta didik
pada
dan
pe-
pada norma sekolah yang
didasarkan atas kesadaran diri pribadi atau sebagai priba
di yang berdisiplin atas dasar self-disiplin. Hal ini
suai
dengan
rumusan tuduan Pendidikan Umum dari
se-
Philip
H.Phenix ( 1964:8) yaitu :
A complete person should be skilled in the use of
speech symbol and gesture, factually well informed, ca
pable of creating and appreciating objects of esthetic
significance, endowed with a rich and disciplined life
in" relation to self and others, able to make wise
decision and dudge between right and wrong and possesed of an integral out look.
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Upaya
guru
membina
kepatuhan
peserta didik pada
norma sekolah dengan menggunakan alat pendidikan di
ling
kungan sekolah adalah amat penting,karena guru dan peserta
didik
mempunyai peranan yang saling
melengkapi.
Peranan
guru dan peranan peserta didik memang tidak dapat ditentukan atau dilaksanakan, kecuali daiam hubungannya satu sama
lain.
Sebagaimana dikemukakan oleh J.W, Getzels dan
H.A.
Thelen ( 1960, A.Morrison dan D.McIntyre, ed,1972 : 18 ) :
Roles
are complementary. The are
interdependent
in
that each role derives its meaning from the other
related roles. In sense, a role is a prescription not
only
for
the given role-incumbent but
also
for
the
incumbents of other roles within the institutions
and
for related outside the institutions.Thus, for example,
the role of teacher and the role of pupil cannot be de
fined or implemented except in relation to each other
13
Dengan demikian peranan yang diharapkan terhadap guru, ti
dak hanya ditudukan pada peranan peserta didik untuk patuh
pada norma yang berlaku di sekolah, tetapi guru diharapkan
dirinya sendiri patuh pada norma sekolah yang berlaku. Ka
rena kepatuhan guru pada norma sekolah adalah sudah menda
di kewadiban dan tanggung dawabnya, demikian pula
guru
agar peserta didik patuh pada norma
harapan
sekolah
adalah
haknya. Jadi pada peranan guru tersebut melekat hak, kewa
diban, dan tanggung dawab.
Demikian pula peranan
peserta
didik, maka peserta didik wadib untuk patuh pada norma se
kolah, dan bertanggungdawab terhadap peranannya, lebih-lebih kalau melanggar norma sekolah.
Oleh karenanya daiam membina kepatuhan peserta
di
dik terhadap norma yang berlaku di lingkungan sekolah, di
kehendaki
sekolah/guru mampu menata situasi dan
tindakan
yang dilakukan guru mencerminkan figur guru yang berwibawa
dan
patut mendadi teladan
baik
bagi
peserta didik,
situasi dan tindakan yang dilakukan
guru
sehingga
mendukung
bagi terwududnya kepatuhan peserta didik pada norma
seko
lah. Daiam hal ini, Emile Durkheim ( daiam Cheppy, 1988
:
114 ) menyatakan:
bahwa guru harus mendadi suara, simbol dan contoh da
ri disiplin dan sanksi, baik daiam upaya mendadi lambang anak, sebagai tahap kunci dari kehidupan moral dan
sosial, maupun untuk memungkinkan guru dan kelas memenuhi tugas sehari-hari mereka dengan mewududkan ketertiban dan efisiensi.
Upaya
pada
norma
guru daiam membina kepatuhan
sekolah dengan menggunakan
peserta
alat
pendidikan,
pada intinya merupakan upaya untuk membantu peserta
14
didik
didik
agar
mendadi sadar norma atau
self-discipline,
sehingga
dari situasi yang dltata dan tindakan dari alat pendidikan
yang digunakan akan membantu tahap kepatuhan peserta didik
dari tahap menganggap kepatuhan sebagai keharusan, mendadi
kelayakan, bahkan
diharapkan mendadi keyakinan.
Demi mempertegas masalah penelitian yang
dikemuka
kan, maka perlu ditentukan fokus yang akan diteliti.
Ada-
pun yang dimaksud fokus, menurut Lincoln dan Guba ( 1985 :
226 ) adalah "masalah daiam penelitian kualitatif".Sedang-
kan maksud yang ingin dicapai daiam penetapan fokus
litian menurut Lexy. J.
pene
Moleong ( 1985 : 54 ), adalah
tuk " (1) membatasi studi dan (2) memenuhi kriteria
sukkan-mengeluarkan sesuatu informasi yang baru
un
mema-
diperoleh
di lapangan. Atas dasar hal demikian, maka fokus daiam pe
nelitian ini adalah penataan situasi dan tindakan guru se
bagai
alat pendidikan yang digunakan guru
membina
daiam
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah. Penetapan
fo
kus tersebut didasari alasan bahwa meskipun terdapat upaya
daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma
namun
kalau penataan situasi maupun tindakan
pembinaan
kepatuhan itu tidak
sekolah,
guru
daiam
menumbuh-kembangkan
self-
disc iplin bahkan menekan need of self-discipline, maka bu
kanlah
menghasilkan kepatuhan,
tetapi ketidakpatuhan
pe
serta didik pada norma sekolah.
Penataan
situasi dan tindakan yang dilakukan
daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma
15
guru
sekolah,
adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan, memelihara dan me
ningkatkan self-discipline peserta didik, sehingga terbentuk sosok pibadi berdisiplin, baik dilihat prinsip sosialitas, individualitas maupun norma yang berlaku. Namun upa
ya tersebut daiam perspektif Pendidikan Umum adalah bagian
dari berbagai upaya pendidikan untuk menumbuhkan,
memeli
hara, mengembangkan dan meningkatkan potensi yang ada pada
manusia,
atas
Salah
secara terintegrasi, menudu pribadi
yang
utuh,
dasar dan sebagai manifestasi nilai iman dan
satu
potensi tersebut antara lain
adalah
taqwa.
potensi
kepatuhan yang merupakan dasar dari perilaku disiplin.
Dengan
demikian salah satu potensi yang harus
tumbuh-kembangkan oleh Pendidikan Umum daiam membina
badi
yang
utuh adalah membina pribadi
yang
yang bersumber pada nilai iman dan taqwa. Dari
dipri
berdisiplin
pembinaan
itu, diharapkan terwudud pribadi yang secara ridho meneririma, mengakui dan mematuhi norma-norma yang mengatur
ke
hidupan manusia, baik daiam kehidupan pribadi maupun kehi
dupan sosial, sebagai pancaran norma Ilahi.
Guna
menggali lebih daiam fokus
penelitian,
maka
diadukan pertanyaan-pertanyaan pokok penelitian :
1. Apa yang dilakukan guru daiam menata situasi pendidikan
untuk
membina
kepatuhan peserta
didik
pada
norma
sekolah ?
2. Apakah alasan guru menata situasi pendidikan sedemikian
itu ?
16
3. Apa
landasan
menata
kebidakan
yang mendadi acuan guru daiam
situasi pendidikan untuk membina kepatuhan
pe
serta didik pada norma sekolah ?
4. Tindakan apa
sada dari alat pendidikan yang digunakan
guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada
norma
sekolah ?
5. Kapan tindakan sebagai alat
guru
pendidikan itu,
digunakan
daiam membina kepatuhan peserta didik pada
sekolah
norma
?
6. Apakah latar belakang tindakan yang digunakan guru
bagai
alat pendidikan daiam membina kepatuhan
se
peserta
didik pada norma sekolah ?
C. Definisi Operasional
Demi untuk mempertegas rumusan masalah dan
memper-
tadam kegiatan penelitian, maka istilah-istilah yang digu
nakan perlu dibuat definisi operasionalnya, antara lain :
1. Membina Kepatuhan
Di daiam penelitian ini, istilah membina
kepatuhan
digunakan daiam arti upaya yang dilakukan guru daiam menggunakan
alat pendidikan, yaitu melalui
penataan
situasi
dan tindakan yang dilakukan, agar peserta didik melaksana-
kan dan tidak melanggar norma sekolah. Dari upaya
membina
kepatuhan ini diharapkan dapat tumbuh, terpelihara dan meningkat self-dicipline daiam mematuhi norma sekolah.
Istilah
kepatuhan daiam penelitian
ini
digunakan
daiam arti kepatuhan peserta didik yang didasari oleh
percayaan, kesadaran, kerelaan dan keihlasan daiam
sanakan
norma sekolah pada perilakunya,
17
dengan
ke-
melak-
tuntunan
guru di sekolah, melalui penggunaan alat pendidikan.
2.
Peserta Didik
Peserta didik adalah siswa yang terdaftar di
seko
lah yang mendadi lapangan penelitian.
3.
Norma Sekolah
Yang dimaksud dengan norma sekolah adalah
an-ketentuan
tertulis yang mengatur tugas
dan
ketentukewadiban
peserta didik di lingkungan ( tata tertib sekolah )
seko
lah dan ketentuan-ketentuan yang tidak tertulis yang meng
atur cara-cara bergaul ( tata krama ) di lingkungan
seko
lah.
4. Penggunaan Alat Pendidikan
Maksud penggunaan alat pendidikan daiam
penelitian
ini diartikan sebagai tindakan-tindakan dan penataan situ
asi
yang dilakukan guru, agar peserta didik
melaksanakan
dan tidak melanggar norma sekolah. Tindakan yang dilakukan
guru antara lain daiam bentuk teladan, anduran, pemberitahuan, pembiasaan, gandaran dan hukuman, sedangkan penataan
situasi meliputi penataan situasi fisik, sosial dan psikologis di lingkungan sekolah.
D. Tuduan Dan Manfaat Penelitian
1.
Tuduan Penelitian,
adalah :
a. Memperoleh gambaran tentang upaya yang dilakukan gu
ru
daiam
menata
situasi
pendidikan
guna membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
b. Menggali latar belakang ditatanya situasi pendidikan
oleh
guru
yang ditudukan untuk
18
membina
kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah.
c. Menggali landasan kebidakan yang mendadi acuan guru
daiam menata situasi pendidikan daiam membina
kepa
tuhan peserta didik pada norma sekolah.
d. Memperoleh deskripsi mengenai bentuk-bentuk tindakan
dari alat pendidikan yang digunakan guru daiam
mem
bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
e. Mengetahui kapan guru menggunakan bentuk-bentuk tin
dakan
dari alat pendidikan daiam membina
kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah.
f. Menggali latar belakang digunakannya alat pendidikan
oleh guru daiam bentuk-bentuk tindakan guna
membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
Dari tuduan penelitian ini diharapkan akan
menemu-
kan suatu pola yang dapat digunakan bagi pengembangan konsep
atau prinsip acuan daiam pembinaan kepatuhan
peserta
didik pada norma sekolah. Konsep atau prinsip demikian da
pat
didadikan sebagai satu pola alternatif
bagi
sekolah
maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya, terutama
daiam
membina kepatuhan pada norma-norma daiam perspektif Pendi
dikan
Umum. Selain itu pola pembinaan
kepatuhan
peserta
didik dengan konsep atau prinsip acuannya diharapkan dapat
mendadi
pola pembinaan awal dari rangkaian pembinaan
Di
siplin Nasional.
2.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan memperka-
ya,
bahkan
member! sumbangan pada
19
berbagai
upaya
yang
dilakukan guru daiam perilaku disiplin,khususnya kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah, baik daiam penataan
si
tuasi
ini
dan tindakan dari alat pendidikan.
Penelitian
diharapkan duga mendadi rintisan awal untuk lebih menelaah
berbagai upaya sekolah daiam menata situasi dan
mengguna-
kan alat pendidikan daiam melakukan sosialisasi dan
indi
vidual isasi norma bagi pengembangan pribadi peserta
didik
yang berdisiplin.
b.
Manfaat
Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat pula
member! sumbangan daiam hal-hal penataan situasi dan peng
alat pendidikan yang bersifat praktis
gunaan
umumnya
kepatuhan
pada
dan
daiam upaya membina perilaku disiplin,
peserta didik pada norma sekolah,
nyata,
khususnya
yang
perilaku "self-discipline". Dengan demikian
menudu
hal-hal
tersebut melahirkan bahan-bahan pemikiran yang berguna ba
gi pengembangan kebidakan-kebidakan maupun program-program
Pendidikan Umum di sekolah, daiam membina pribadi
peserta
didik.
c.
Manfaat Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang
utuh tentang upaya guru daiam membina peserta
agar patuh pada norma sekolah, melalui cara-cara
didik
penataan
situasi dan penggunaan alat pendidikan. Sekolah memperoleh
bahan masukan atau bahan banding serta bahan kadian
upaya lebih mengembangkan
daiam
dan meningkatkan pembinaan yang
dilaksanakan sekolah terhadap kepatuhan peserta didik pada
20
dilakukan guru daiam perilaku disiplin,khususnya kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah, baik daiam penataan
si
tuasi
in!
dan tindakan dari alat pendidikan.
Penelitian
diharapkan duga mendadi rintisan awal untuk lebih menelaah
berbagai upaya sekolah daiam menata, situasi dan
mengguna-
kan alat pendidikan daiam melakukan sosialisasi dan
indi-
viduasi norma bagi pengembangan pribadi peserta didik yang
berdisiplin.
b.
Manfaat
Prakt i s
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat pula
memberi sumbangan daiam hal-hal penataan situasi dan peng
gunaan
alat pendidikan yang bersifat praktis
umumnya
kepatuhan
pada
dan
daiam upaya membina perilaku disiplin,
peserta didik pada norma sekolah,
nyata,
khususnya
yang
perilaku "self-discipline". Dengan demikian
menudu
hal-hal
tersebut melahirkan bahan-bahan pemikiran yang berguna ba
gi pengembangan kebidakan-kebidakan maupun program-program
Pendidikan Umum di sekolah, daiam membina pribadi
peserta
didik.
c.
Manfaat Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
yang
utuh tentang upaya guru daiam membina peserta
agar patuh pada norma sekolah, melalui cara-cara
didik
penataan
situasi dan penggunaan alat pendidikan. Sekolah memperoleh
bahan masukan atau bahan banding serta bahan kadian
upaya lebih mengembangkan
daiam
dan meningkatkan pembinaan yang
dilaksanakan sekolah terhadap kepatuhan peserta didik pada
20
norma sekolah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan
dan memperkaya maupun sebagai umpan balik bagi guru maupun
daiam upaya membina kepatuhan pada norma sekolah, sehlngga
dapat
lebih memperluas wawasan dan meningkatkan lagi
plementasi
kegiatan dan cara-cara pembinaan yang
im-
dilaku
kan.
e.
Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan lebih memotivasl
tian berikutnya, khususnya peneliti pribadi, baik
peneli
sebagai
bahan masukan, memperluas wawasan dan mendalami kadian pe-
nerapan prinsip sosialltas dan individualltas nilai, moral
dan norma di lingkungan sekolah.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
katan
kualitatif. Pendekatan ini dilakukan
lapangan
adanya,
penelitian
yang bersifat
pende
pada
alamiah,
situasi
sebagaimana
tanpa dimanipulasi, terutama terhadap
data
dikumpulkan. Sebab pendekatan kualitatif merupakan
nan
filsafat post-positivisme atau filsafat
yang
cermi-
fenomenologi
menekankan pada pemahaman ( verstehen ) dan
yatan
terhadap perilaku manusia daiam
yang
pengha-
kehidupan
sehari-
hari. Oleh karena itu,penggunaan pendekatan kualitatif da-
lam
meneliti
suatu
masalah adalah
tepat,
kalau
untuk
mengetahui dan memahami apa yang sebenarnya terdadi
daiam
situasi dan proses yang alami.
Berdasarkan pandangan di atas, maka penggunaan pen
dekatan
kualitatif dipandang sesuai dengan fokus
masalah
penelitian, dengan beberapa alasan, antara lain : (1)
pe
nelitian ini mengambil latar di daiam dan di luar kelas di
mana alat pendidikan digunakan guru daiam membina kepatuh
an peserta didik pada norma sekolah. Untuk memahami bagai
mana guru menggunakan alat pendidikan itu, pendekatan kua
litatif dipandang sangat tepat,karena pendekatan ini lebih
memberi
penekanan pada proses guna mendawab
90
pertanyaan-
pertanyaan penelitian tentang apa yang dilakukan,
hal
itu
melalui
dilakukan,dan bagaimana cara
pendekatan
menciptakan
kualitatif yang
hubungan
mengapa
melakukannya;
menekankan
yang harmonis (
(2)
perlunya
rapport
)
antara
peneliti dengan subdek penelitian, serta dengan keberadaan
peneliti di daiam dan di luar kelas saat pergaulan
guru
dan
peserta
didik akan
teramati
antara
penggunaan
pendidikan
yang dilaksanakan guru secara wadar;
penelitian
ini duga ingin mengungkap kebidakan guru
tang
penggunaan alat pendidikan daiam
membina
alat
dan
(3)
ten
kepatuhan
peserta didik pada norma sekolah. Untuk memahami bagaimana
kebidakan
pendidikan
daiam
membina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
perlu
digunakan
guru tentang penggunaan alat
pendekatan
kualitatif, karena
pendekatan
ini
mengutamakan pandangan menurut pendirian masing-masing.
Daiam
pelaksanaan penelitian
kualitatif
tiga tipe studi kasus ( Bogdan dan Biklen,
yaitu
: (1) historical organizational case
observational
rical
terdapat
1982 : 59-51
studies,
case studies, dan (3) life history.
organizational case studies ( studi kasus
)
(2)
Histo
historis
keorganisasian ) yang memusatkan perhatiannya pada organi
sasi tertentu daiam waktu yang lama, menelusuri suatu
or
ganisasi atau peristiwa sejak awal pertumbuhannya.
Obser
vational
penga-
case studies ( studi kasus yang bersifat
matan ) yang memusatkan perhatiannya pada organisasi
ter
tentu atau pada aspek tertentu dari organisasi, antara la
in (a) suatu tempat tertentu di daiam organisasi
91
tertentu
< sebuah kelas,ruang dewan guru, kafetaria ), (b) satu ke
lompok orang khusus ( tim basket, tim guru ) dan (c) kegi
atan
sekolah ( perencanaan kurikulum, kegiatan ekstra
Life history ( riwayat hidup ) yang memusatkan
nya
).
perhatian
pada peristiwa yang menyangkut riwayat hidup
seorang
tokoh.
Tipe
studi kasus yang diterapkan daiam
penelitian
ini ialah observational case studies, karena yang
fokus
studinya adalah penggunaan alat
mendadi
pendidikan,
daiam
hal ini penataan situasi sekolah dan tindakan yang dilaku
kan
oleh guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada
norma sekolah. Daiam arti yang tidak ketat, maka apa
yang
mendadi fokus studi daiam penelitian ini adalah menyangkut
organisasi
sekolah, dengan bagian yang
mendadi
fokusnya
adalah penggunaan alat pendidikan oleh guru sebagai
kegi
atan sekolah. Para guru dipandang sebagai bagian organisa
si sekolah daiam bentuk satu kelompok orang khusus,sedang
kan penggunaan alat pendidikan di luar kelas dan di
daiam
kelas adalah sebagai bentuk dari tempat tertentu di
daiam
organisasi sekolah.
B. Lokasi dan Subdek Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Untuk meneliti penggunaan alat pendidikan oleh
daiam
membina kepatuhan peserta didik pada norma
guru
sekolah
di seluruh SMU Swasta Kotamadya Bandarmasin, dengan
meng
gunakan pendekatan kualitatif bukanlah hal yang mudah
tuk
dilaksanakan, karena akan terbentur
92
dengan
un
berbagai
keterbatasan, antara lain waktu studi,biaya dan kemampuan.
Oleh karena itu mengingat keterbatasan waktu studi,
biaya
dan kemampuan serta agar penelitian yang
lebih
mendalam dan menyeluruh, maka
penggunaan
dilakukan
penelitian
terhadap
alat pendidikan oleh guru daiam membina
kepa
tuhan peserta didik pada norma sekolah di SMU Swasta,
ha
nya dilaksanakan pada sebuah sekolah sada, dan yang
dipi-
lih adalah SMU KORPRI Kotamadya Bandarmasin.
Adapun penentuan sekolah yang mendadi lokasi
pene-
nelitian itu ditentukan melalui berbagai pertimbangan
tara lain
an
:
1. Menurut
Kepala
Kantor Depdikbud Kotamadya Bandarmasin
termasuk sebagai sekolah yang dipandang baik daiam mem
bina kepatuhan peserta didik pada norma sekolah.
2. Dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang telah
bat
sedak sekolah didirikan hingga
sekarang.
menda-
Berarti
kepala sekolah itu telah begitu mengetahixi seluk
beluk
penggunaan alat pendidikan yang digunakan di sekolahnya
daiam membina kepatuhan peserta didik pada norma
seko-
kolah.
3. Sekolah
itu
terletak
di daerah pinggiran dan peserta
didiknya sebagian besar berasal dari kalangan bawah da-
lam kategori sosial ekonomi, namun dapat
diri
menyedajarkan
daiam mencapai prestasi pada kegiatan
kegiatan
intra
ekstra kurikuler, antara lain prestasi
dan
bela
dar, pramuka, paskibraka, ksenian dan olah raga.
4. Memberikan kemudahan, keramahan
93
dan
keterbukaan daiam
memberikan informasi dan kesediaan untuk langsung diamati serta memungkinkan peneliti sesering mungkin ber
ada di lapangan.
5. Menurut masyarakat
di lingkungan sekolah itu, sekolah
ini termasuk kategori sekolah yang berdisiplin tinggi
daiam menanamkan kepatuhan pada norma sekolah.
Jadi pemilihan sekolah yang menjadi lokasi penelitian ada
lah didasari pertimbangan repxitasi sekolah di antara seko
lah swasta yang ada di Kotamadya Banjarmasin,terutama yang
seusianya.
Selain itu pendapat masyarakat di
lingkungan
sekolah itu dan kemudahan serta keramahan yang diberikan.
Sebagaimana
yang dilakukan oleh Sara Lawrence Lighfoot
( 1983 : 11 ) daiam menentukan sekolah yang menjadi lokasi
penelitian, yakni
:
Our selection not scientific. Mo random sample was
taken, no large-scale opinions survey were sent out
in
order to have identify good schools. They were chosen
because ol their reputation among school people
the
high opinion of them shared by their inhabitans and
surrounding comunities, and because the offered ea-.v
and generous entry.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian penelitian ditentukan secara pur
posive,
yakni subjek yang ditentukan langsung oleh pene
liti, karena bertalian dengan masalah dan tujuan peneliti
an. Spradley ( daiam Sanapiah Faisal, 1990 : 57-58 )
mengemukakan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan
daiam memilih subjek penelitian, antara lain :
1- Subjek yang telah cukup lama dan intensif " menyatu
dengan suatu kegiatan atau "medan aktivitas "
yang menjadi sasaran perhatian peneliti
2. Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada
94
lingkungan/kegiatan yang mendadi sasaran atau perhatian peneliti.
3. Subdek yang mempunyai cukup banyak waktu atau
ke-
sempatan untuk dimintai informasinya.
4. Subdek yang sebelumnya tergolong masih "asing" de
ngan peneliti sehingga peneliti dapat merasa lebih
tertantang untuk "beladar" sebanyak mungkin dari
subdek yang semacam "guru baru" bagi dirinya.
Berdasarkan hal demikian dan pengamatan selama di
an, maka subdek penelitian dipilih adalah kepala
lapangsekolah,
guru yang relatif senior dan aktif-terlibat daiam
membina
kepatuhan peserta didik pada norma sekolah, bersedia serta
mempunyai waktu untuk memberi informasi.
C. Sumber dan Jenis Data
Menurut Lofland dan Lofland ( 1984 : 47, L.J. Mole-
ong,1988 : 95 - 96 ) bahwa sumber dan denis data yang uta
ma daiam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindak
an,
selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen
dan
Iain-lain.
Sumber
data yang diperlukan daiam
penelitian
ini
terdiri dari dua bagian :
a. Sumber
data
diperoleh
primer
yaitu kata-kata dan tindakan yang
dari : ( 1 ) situasi alami ( wadar
)
yang
terdadi di lingkungan sekolah yang mendadi tempat pene
litian, baik situasi fisik, sosial maupun psikolologis,
( 2 ) Pimpinan sekolah dan para guru senior serta
para
peserta didik.
b. Sumber data sekunder adalah segala data yang diperlukan
dan dipandang menundang data primer, meliputi
dokumen tertulis dan foto-foto.
95
dokumen-
Sedangkan data penelitian diperoleh dari (1) hasil
matan
penga-
langsung peneliti sendiri terhadap penggunaan
alat
pendidikan oleh guru daiam membina kepatuhan peserta didik
pada norma sekolah baik di daiam kelas atau di luar kelas,
(2) hasil wawancara dengan Pimpinan sekolah, para guru dan
peserta didik yang dimintai keterangannya tentang
penggu
naan alat pendidikan di daiam dan di luar kelas daiam sua
sana yang wadar, dan (3) hasil studi dokumentasi
dokumen-dokumen
penggunaan
dan
foto-foto
yang
terhadap
berhubungan
alat pendidikan oleh guru pada
dengan
peserta
didik
daiam membina kepatuhan pada norma sekolah.
D. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian
1.
Observasi
Teknik ini digunakan oleh peneliti agar dapat
hubtingan secara langsung dengan dengan subdek
sehingga
ber-
penelitian,
dapat melihat langsung apa yang terdadi
di
la-
pangan. Patton ( daiam S.Nasution, 1988 : 59-60 ) mengemu-
kakan beberapa manfaat penggunaan observasi daiam
pengum
pulan data, sebagai berikut :
1. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu me
mahami konteks data daiam keseluruhan situasi.
2. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti
menggu
nakan pendekatan induktif, dadi tidak dipengaruhi
oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya.
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau
tidak diamati orang lain,khususnya orang yang ber
ada
daiam lingkungan itu, karena
telah
dianggap
"biasa" dan karena itu tidak akan terungkap
daiam
wawancara.
4. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya ti
dak akan terungkap oleh responden daiam
wawancara
karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi kare
na dapat merugikan nama lembaga.
5. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar
responden
sehingga peneliti
yang lebih komprehensif.
96
memperoleh
persepsi
gambaran
6. Daiam lapangan penelitian tidak hanya dapat mengaadakan pengamatan akan tetapi duga memperoleh
ke-
san-kesan pribadi.
Adapun
ini adalah
hal-hal yang diobservasi
daiam
penelitian
:
1. Situasi fisik sekolah, daiam hal ini tataan keadaan fi
sik sekolah.
2. Situasi
sosiologis
dan
psikologis sekolah, daiam hal
ini latar belakang pendidikan guru dan pergaulan kepala
sekolah, guru dengan siswa.
3. Tindakan guru daiam membina kepatuhan peserta didik pa
da norma sekolah di luar kelas dan di daiam kelas.
Daiam
penelitian ini teknik
observasi
dilakukan,
selain observasi partisipasi pasif,kadang-kadang duga ikut
serta secara wadar melalui berbagai kegiatan, misalnya rapat bulanan sekolah dan upacara pengibaran bendera.
Observasi partisipasi pasif dilakukan terhadap
ristiwa-peristiwa yang berlangsung, khususnya yang
itan
dengan data-data yang diperlukan, misalnya
pe-
berkadi
kelas pada waktu sebelum dam peladaran dimulai, saat
luar
upa
cara hari Senin, saat pelaksanaan senam kesegaran jasmani,
saat
dam istirahat dan pulang sekolah, meliputi
berbagai
tindakan guru terhadap peserta didik yang terlambat datang
ke
sekolah, tidak lengkap pakaian seragam,
membolos,
merokok,
maupun terhadap peserta didik yang aktif
dan
daiam
kegiatan sekolah, daiam hal ini yang aktif di paskibra se
kolah,
olah raga. Observasi duga dilakukan di ruang
guru
dan terhadap tindakan guru di daiam kelas, daiam hal dila
kukan terhadap guru-guru yang bersedia untuk
97
diobservasi,
antara
lain guru yang mengadar mata peladaran
Pendidikan
Agama Islam, Sedarah, Kimia, Biologi,Bahasa Indonesia.
2. Wawancara
Wawancara
lalui
digunakan utuk memperoleh data-data
percakapan antara pewawancara dengan yang
me
diwawan-
carai daiam nuansa hubungan yang bersifat pribadi, sehing
ga pewawancara dapat mengetahui persepsi tentang dunia kenyataan dan memasuki dunia pikiran dan perasaan yang diwawancarai.
Maksud diadakannya wawancara,
dan
( 1985 : 266 ) antara
Guba
lain;
menurut
"
Lincoln
mengkonstruksi
mengenai orang, kedadlan, kegiatan, organisasi,
perasaan,
motivasi, tuntutan, keperdulian, dan lain sebagainya.
Adapun tuduan dari dilakukannya wawancara ( A.
Son-
haddi, 1994 : 63 ) adalah untuk memperoleh konstruksi yang
terdadi sekarang tentang orang, kedadian, aktivitas, orga
nisasi,
perasaan,
gainya;
motivasi,
pengakuan, kerisauan dan seba
rekonstruksi keadaan tersebut berdasarkan
penga
laman masa lalu; proyeksi keadaan tersebut yang diharapkan
terdadi pada masa yang akan datang; dan verifikasi, pengecekan dan pegembangan informasi.
Daiam penelitian ini wawancara dilakukan bervariasi
dan melihat momen,
dimana akan melakukan wawancara
secara
Informal, atau wawancara dengan menggunakan petunduk
wawancara,
dan wawancara baku terbuka. Daiam
penelitian
kualitatif, biasanya dimulai dengan
informal,
beralih
pelaksanaan
setelah berdalan daiam waktu tertentu,
pada wawancara dengan menggunakan
98
umum
wawancara
barulah
petunduk
umum
dan wawancara baku terbuka ( S.Nasution,
1988 :" 74 ).
Adapun masalah-masalah yang digali daiam penelitian
ini dengan menggunakan teknik wawancara adalah :
1. Latar
belakang
tataan
situasi
fisik, sosiologis dan
psiklogis sekolah.
2. Pandangan
terhadap
peserta didik yang patuh dan tidak
patuh pada norma sekolah.
3. Tindakan-tindaka